Jenis- jenis penggerek batang pada tanaman tebu Oleh Ayu Endah Anugrahini, SP
Tanaman tebu merupakan bahan baku pembuatan gula. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Tebu termasuk dalam tanaman semusim atau Annual Crops dimana umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih satu tahun. Indonesia merupakan produsen gula pasir dimana gula pasir digolongkan sebagai komoditas strategis sehingga pemerintah berkewajiban menyediakan dalam jumlah yang cukup pada tingkat harga yang terjangkau dimasyarakat. Saat ini produksi gula dalam negeri belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi. Konsumsi gula per tahun tidak kurang dari 3 juta ton. Produksi dalam negeri selama beberapa kurun waktu cenderung mengalami penurunan sehungga mengakibatkan Indonesia masih harus mengimpor tidak kurang dari 2,2 juta ton (Kementrian Pertanian, 2012). Adanya berbagai faktor yang menyebabkan penurunan produksi , salah satunya adanya hama dan penyakit tanaman tebu. Salah satu hama utama pada perkebunan tebu adalah penggerek batang baik di Indonesia maupun di luar negeri. Di Indonesia terdapat 6 jenis penggerek batang yakni penggerek batang bergaris (Chilo sacchariphagus Boj), penggerek batang berkilat (Chilo auricilius Dudgeon),penggerek batang kuning (Chilo infuscatellus Snellen), penggerek batang abu-abu (Eucosma schistaceane Snellen), penggerek batang jambon (Sesamia inferens Walker) dan penggerek batang tebu raksasa (Phragmatoecia castaneae Hubner) (Pramono, 2005).
Perbedaan 6 jenis penggerek batang pada tanaman tebu adalah : 1. Penggerek batang bergaris (Chilo sacchariphagus Bojer) Di Indonesia hama ini dilaporkan pernah menyerang di beberapa darah seperti Jawa dan Sumatera. Hama ini merupakan hama penting pada tanaman tebu. Selain menyerang tanaman tebu dapat pula ditemukan menyerang pada beberapa tanaman lain diantaranya adalah S. spontaneum, jagung, sorgum, Johnson grass (Sorghum halepense), padi dan pearl millet/ bajra (Pennisetum glaucum). a. Siklus hidup
Penggerek batang bergaris memiliki ciri telur berbentuk oval , datar dan mengkilap dengan panjang 0,75 – 1,25 mm dengan rata-rata 0,95 mm. Periode ulat berlangsung selama 35 – 54 hari. Ulat berganti kulit sebanyak 5 kali dan memiliki 6 instar. Ulat berwarna putih kekuningan, 4 garis membujur dengan bintik-bintik hitam. Panjang ulat disetiap instar (I sampai VI) berkisar antara 7,81; 13,1; 18,28; 23,28; 28,29 dan 32,86 mm. Ukuran tubuh dan abdomen ngengat betina lebih besar daripada ngengat jantan. Ngengat mempunyai sayap dan dada berwarna kecoklatan. Betina dewasa dan jantan memiliki masa 4-9 hari dengan rata-rata 6,37 dan 7,22 hari. b. Gejala gerekan Ulat muda yang baru menetas hidup dan menggerek jaringan dalam pupus daun yang masih menggulung, sehingga apabila gulungan daun ini nantinya membuka maka akan terlihat luka-luka berupa lubang gerekan yang tidak teratus pada permukaan daun. Setelah beberapa hari hidup dalam pupus daun, larva kemudian akan keluar dan menuju ke bawah serta menggerek pelepah daun hingga menembus masuk kedalam ruas batang. Selanjutnya larva hidup dalam ruas-ruas batang tebu. Daun tanaman yang terserang terdapat bercak-bercak putih bekas gerekan yang tidak teratur. Bercak putih ini menembus kulit luar daun. Gejala serangan pada batang tebu ditandai adanya lubang gerek pada permukaan batang. Apabila ruas-ruas batang tersebut dibelah membujur maka akan terlihat lorong-lorong gerek yang memanjang. Gerakan ini kadang-kadang menyebabkan titik tumbuh mati, daun muda layu atau kering. Biasanya dalam satu batang terdapat lebih dari satu ulat penggerek. Setiap adanya 1% kerusakan ruas yang diakibatkan penggerek batang bergaris mampu menurunkan 0,5% bobot tebu.
Gambar 1. Gejala serangan C. sacchariphagus
2. Penggerek batang berkilat (Chilo auricilius Dudgeon) Menurut Nesbitt, dkk (1980), adapun klasifikasi dari penggerek batang tebu berkilat (C. auricilius Dudgeon.) adalah sebagai berikut : Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Class
: Insecta
Ordo
: Lepidoptera
Family
: Pyralidae
Genus
: Chilo
Spesies
: Chilo auricilius
Dudgeon.
a. Siklus Hidup Stadia telur berbentuk eliptik dan pipih dengan ukuran panjang dan lebar sekitar 7x 1 – 10 x 3 mm (Wirioatmodjo, 1977) warna telur putih kekuningan dan berangsurangsur gelap ungu kehitaman. Telur diletakkan dalam kelompok yang terdiri dari 7-30 butir dengan rata-rata 24 butir per kelompok. Lama stadia telur 5-6 hari. Jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor imago betina sekitar 285-412 butir dan diletakkan pada malam hari (Wirioatmodjo, 1977) Larva memiliki panjang badan larva yang baru menetas + 2mm, sedang larva dewasa sekitar 11,5-21 mm. Kepala dan protoraks berwarna coklat kehitaman hingga hitam, sedang warna bagian badan yang lain putih kekuningan Stadia Pupa terjadi di dalam lobang gerek pada ruas tebu. Panjang pupa sekitar 1015,8 mm. Pupa betina lebih panjang dan besar dari pada pupa jantan. Warna pupa semula kuning muda, selanjutnya makin lama makin coklat kehitaman. Pada bagian kepala terdapat 2 tonjolan semacam tanduk. Lama masa stadia pupa sekitar 5-7 hari (Wirioatmodjo,1973). Imago memiliki ciri khusus yang terletak pada sayapnya. Sayap depan berwarna kecoklatan dengan noda berwarna hitam ditengahnya. Di dalam noda hitam tersebut terdapat bintik-bintik berwarna mengkilat. Bangun sayap belakang agak menyudut lima dan berwarna abu-abu muda dengan rumbai-rumbai putih keabu-abuan. Lama stadia imago 4-5 hari (Wirioatmodjo,1973).
b. Gejala Serangan Gejala pada daun berupa luka-luka berbenuk lonjong atau bulat. Luka pada daun ini dibatasi oleh warna cokelat. Pada daun muda juga terdapat lubang-lubang yang terjadi sewaktu ulat tersebut menggerek masuk ke dalam pupus daun yang masih menggulung. Pada tanaman yang masih sangat muda gerekan ulat dapat juga mengakibatkan terjadinya gejala mati puser. Kerusakan yang ditimbulkan penggerek batang berkilat mengakibatkan penurunan bobot batang tebu serta kemunduran kualitas nira dan kuantitas nira. Tanaman yang terserang berat akan mati atau batangnya mudah patah. Luka-luka bekas gerekan larva dapat menjadi tempat infeksi beberapa macam pathogen. (Wirioatmodjo,1973).
3. Penggerek batang kuning (Chilo infuscatellus Snellen) Penggerek batang kuning merupakan bukan hama penting di Indonesia. Daerah Sebaran meliputi Afganistan, Bangladesh, Burma, Cina, India, Korea, Malaysia, Nepal, Pakistan, Papua Nugini, Filipina, Sri Lanka, Tadzhikistan, Taiwan, Thailand, Timor dan Vietnam. Selain menyerang tanaman tebu, penggerek ini juga menyerang jagung, padipadian, sorgum, gandum dan oat. a. Deskripsi Warna ulat kekuningan, terdapat 5 garis membujur di badannya dan kepala ulat besar. Sayap depan ngengat kuning kusam hingga coklat, sayap belakang jantan putih kusam, sedangkan betina putih sutra. b. Gejala Serangan Ulat muda masuk melalui pelepah hingga ke titik tumbuh (larva instar 3) dan menyebabkan mati puser. Menyerang tebu muda hingga umur 17 minggu setelah tanam. 4. Penggerek batang abu-abu (Eucosma schistaceane Snellen) Penggerek batang abu-abu bukan hama penting pertanaman tebu di Indonesia. Daerah sebaran meliputi Jawa, Sumatera dan Sulawesi Selatan. a. Deskripsi Warna ulat kuning kelabu dan bergerak lincah.
b. Gejala Serangan Gejala serangan pada tebu muda menyerupai serangan penggerek jenis lainnya. Ulat menyerang tanaman muda dan menyebabkan mati puser. Pada tebu beruas, larva menggerek di sekitar mata atau gelang akar tetapi hanya di permukaan batang, tidak masuk hingga ke ruas/batang. 5. Penggerek batang jambon (Sesamia inferens Walker) Penggerek batang jambon bukan hama penting di Indonesia. Perkembangan ulat pada tebu lebih lambat dibanding pada inang lainnya. Penggerek ini merupakan hama utama tanaman padi dan jagung. a. Deskripsi Ulat merah keunguan atau jambon di punggung dan bagian putih di bagian bawah. Warna kapsul kepala merah orange dan spirakel berwarna gelap. b. Gejala serangan Penggerek ini menyebabkan mati puser pada tunas terutama di kebun tebu dekat sawah.
Gambar Larva Penggerek Jambon 6. Penggerek batang tebu raksasa (Phragmatoecia castaneae Hubner) Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi penggerek batang tebu raksasa adalah sebagai berikut : Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Class
: Insecta
Ordo
: Lepidoptera
Famili
: Cossidae
Genus
: Phragmatoecia
Spesies
: P.castaneae Hubner.
a. Siklus Hidup Telur berwarna putih kelabu kemudian berubah menjadi hitam kelabu. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur dalam setiap 1 cm panjang deretan kelompok sekitar 9-12 butir. Telur diletakkan secara berkelompok di permukaan bawah daun. Jumlah telur yang dihasilkan sebanyak 282-376 butir perbetina. Masa hidup stadia telur antara 9-10 hari (Pramono, 2007). Larva memiliki ruas-ruas tubuh yang jelas, terdiri dari 5-6 instar, masa larva + 9-10 hari. Larva bergerak dari daun menuju jaringan batang yang muda. Selanjutnya larva menggerek dan masuk ruas tebu. Stadia larva terdiri dari 10 instar. Lama stadia larva sekitar 78-82 hari (Pramono, 2007). Stadia pupa berlangsung selama 14-19 hari di dalam ruas batang tebu. Pada awalnya pupa berwarna kuning muda kemudian menjadi coklat tua dengan panjang 2,5-3 cm (jantan) dan 3,5-4 cm (betina). Apabila pupa ini menetas menjadi imago, maka kulit pupa tertinggal dan menonjo l ke luar dari lubang gerekan (Pramono, 2007). Imago berupa ngengat, aktif di malam hari. Imago berukuran kecil dengan rentang sayap 1,5-3 cm. Imago betina lebih besar dan lebih gelap daripada imago jantan. Imago menghisap nectar. Pada siang hari imago ini bersembunyi di antara pelepah daun kering. Imago tertarik pada cahaya lampu (Pramono, 2007). b. Gejala Serangan Hama penggerek batang raksasa menyerang tanaman tua maupun muda. Pada serangan berat, bagian dalam batang tebu hancur dimakan oleh larva PBR. Pada batang tebu terdapat bekas gorokan. Semakin besar ukuran ulat maka
ukuran
diameter gerekan juga akan semakin besar. Pada pangkal batang terdapat serbuk/serat hasil gerekan ulat. Bekas lubang gerekan akan berwarna merah. Bila populasi hama tinggi, juga dapat menyebabkan kematian pada tanaman tua. Kerugian yang ditimbulkan mengakibatkan penurunan bobot batang, serta penurunan kualitas dan kuantitas nira (Diyasti, 2010).
Gambar gejala serangan Penggerek batang tebu raksasa
DAFTAR PUSTAKA Diyasti, F. 2010. Waspada Penggerek Batang Tebu Raksasa. (diunduh 5 Februari 2016) Kalshoven, L. G. E., 1981.The Pest of Crops in Indonesia. Revised and Tranlated By P.A. Van der laan. P.T. Ichtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta.
[Kementan] Kementerian Pertanian RI. 2012. Pedoman teknis pelaksanaan Indikasi Geografis Tahun 2012. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian RI.
Nesbitt, B. F, Beevor, P. S, Hall, D.R, Lester, R., dan Williams, J.R. 1980. a Components of the Sex Pheromone of the Female Sugar Cane Borer, Chilo sacchariphagus (Bojer) (Lepidoptera: Pyralidae). Identification and Field Trials. J. Chem. Ecol 6:385-394.
Pramono D. 2005. Seri Pengelolaan Hama Tebu secara Terpadu-2. Dioma, Malang.
Pramono, D. 2007. Program Early Warning System (EWS) Sebagai Dasar Penentuan Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Hama Secara Terpadu (PHT) Pada Penggerek Batang Raksasa di Kawasan PTPN II Persero, Sumatera Utara. Kelti Proteksi Tanaman. P3GI Pasuruan.
Wirioat modjo, B. 1973. A Brief report of sugarcane pests at present and its control. Berita BP3G Pasuruan.Th.1973(1),18hlm.
, B. 1977. Biologi Lalat Jatiroto, Diatraeophaga striatalis Townsend, dan Penerapannya dalam Pengendalian Penggerek Berkilat, Chilo auricilius Dudgeon. IPB. Bogor.