EFEKTIVITAS JAMUR Penicillium spp UNTUK PENGENDALIAN HAMA Lepidiota stigma PADA TANAMAN TEBU
OLEH : NURYATININGSIH, SP.
I. PENDAHULUAN Tanaman Tebu merupakan salah satu komoditi unggulan/komoditi utama nasional, dengan sentra penanaman yang cukup luas, seiring dengan adanya swasembada gula . Organisme pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya tanaman. Salah satu OPT penting tanaman tebu adalah hama Lepidiota stigma. Hama ini menyerang atau menggerek akar dan pangkal batang sehingga tanaman layu dan menguning, bagian pangkal batang,perakaran serta tanah disekitarnya terdapat uret/larva L.stigma. untuk menekan seminimal mungkin serangan hama tersebut diupayakan dengan cara pengendalian biologi yaitu pengendalian yang .berorientasi pada pengendalian hayati. Strategi pengendalian hayati dengan pemanfaatan musuh alami merupakan pengendalian yang tepat guna karena ramah lingkungan baik dari segi ekologi supaya tetap lestari maupun dalam jangka panjang lebih aman dan biaya yang relatif murah. Pemanfaatan musuh alami untuk pengendalian hama L.stigma (uret tebu ) dengan menggunakan jamur Penicillium spp telah dilakukan pengujian dilapang Yang bertujuan untuk mengetahui patogenesitas jamur Penicillium spp. terhadap hama L. stigma pada tanaman tebu dan Untuk mengetahui waktu aplikasi/pada larva instar berapa dilaksanakan pengendalian yang paling efektif ( Anonim,2012 )
II. Lepidiota stigma SEBAGAI HAMA Hama L. stigma
merupakan hama utama pada tanaman
tebu,karena akibat serangan hama ini menyebabkan kematian tanaman sehingga dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar . Dalam sistem klasifikasi, L. stigma menurut Kalshoven(1981) adalah sebagai berikut : Phylum
:
Artrhopoda,
Kelas
:
Insecta,
Ordo:
Coleoptera, Famili : Melolanthidae/Rutelidae,
Genus: Lepidiota Spesies:
Lepidiota stigma F.
Larva ditandai dengan cara pergerakan dan bentuk lubang pelepasan/celah analseperti huruf V, larva memiliki kepala yang kuat. Badannya gemuk dan bagian belakang biasanya membengkok. Pertumbuhan tungkai tidak sempurna, tungkailebih banyak digunakan untuk menggali dari pada untuk berjalan .
Gambar 1. Larva L.Stigma.
Imago
betina
meletakkan
telurnya
dalam
tanah
yang
cukup
lembabdengan kedalaman bervariasi antara 5 – 30 cm. Telur menetas setelahberumur 1 – 2 minggu. Larva muda memakan sisa-sisa tanaman yangmati atau akar-akar tanaman di sekitarnya, selanjutnya makin dewasa larva akan makan perakaran tanaman yang hidup. Larva ini berkembang dalam 3 -4 instar, dimana instar yang
paling ganas dan merugikan adalah instar . Masih
dalam tabel. siklus hidup L. Stigma tercantum stadia larva bervariasi tergantung makanan / nutrisi yang diperoleh. Uraian . Sebelum menjadi pupa. , larva masuk makin ke dalam tanah untuk mencari lingkungan yang plembab dan relatif aman dari musuh-musuh alaminya., sebaliknya imago yang baru keluar dari pupa menuju ke dekat permukaan tanah dan akan segera naik keatas , pada musim kumbang berterbangan terbesar terjadi pada bulan oktober – bulan nopember, terbang keluar apabila kondisi lingkungan mulai basah (awal musim hujan).
Tabel Siklus dan Daur Hidup L. stigma Stadia
Jenis Kelamin
L. stigma (hari)
Telur
-
14 hari
Larva instar 1
-
35 hari
Larva instar 2
-
49 hari
Larva instar 3
-
94 hari
Pre-pupa
-
10 hari
Pupa
-
30 hari
Imago
Jantan (♂)
50 hari
Imago
Betina (♀)
61 hari
Jantan (♂)
385 hari
Betina (♀)
397 hari
Total Daur Hidup
III. JAMUR Penicillium spp. SEBAGAI MUSUH ALAMI Klasifikasi/ sistematika dan morfologi jamur Penicillium spp adalah sebagai
berikut: Subdivisi: Deuteromycotina , Kelas: Hyphomycetes, Ordo:
Hyphales (Moniliales), Genus : Penicillium,
Spesies : Penicillium spp.
(Burges,1981) .
Gambar 2 : Phialidae jamur Penicillium spp.
Menurut Barnet dan Hunter (1972), warna koloni Penicillium spp pada media PDA (Potato Dextrose Agar ) berwarna abu-abu kehijauan. setelah 7 hari pada suhu mencapai 30 – 42 mm , terlihat seperti beludru atau butiran atau benang wool, kadang menghasilkan sinema pada bagian tepi,mencapai 30-42 mm, terlihat seperti beludru atau butiran atu benang wool. Konidia berwarna hijau abu- abu dan kadang menghasilkan eksudat bening .Konidiofor dari beberapa strain ber tumpuk membentuk sinema, kususnya pada bagian tepi koloni. Konidia terbentuk diujung hifa udara, umumnya 2-3 tingkat percabangan dengan sikat licin dan pan ang, rata – rata sikat antara 200-400 µm dan lebar 3,5 – 5 µm. Tumbuh dari(-5) tumbuh dari metula dalam kelompok terdiri dari 3 – 9 berbentuk seperti ampul µm (-4,5) µm . Perkembangbiakan yang khas dari jamur Penicillium spp. hampir sama dengan Aspergillus spp., tetapi struktur morfologinya sangat berbeda.. memproduksi miselium sederhana dan panjang konidiofor tegak dengan perca bangan dua – tiga menghadap ke ujung, dalam karakteristik simetris konidiofor
berakhir,
atau
tidak
simetris
berbentuk
sapu, percabangan
pada kelompok phia allid. Penyebaran konidia dalam
rantai mempunyai bentuk yang khusus menyerupai kepala
sikat, konidia
berbentuk bulat, oval atau bulat panjang. Morfologi dan biologi menurut( Burges ,1981 ) konidiofor berbentuk seperti sapu ( penicillate ) dengan adanya fialid. Konidia terdiri dari 1 sel berbentuk bulat atau oval dan berwarna terang. Diameter konidia yang ditumbuhkan pada media Cabang
yang lebih rendah biasanya
berukuran – 3, (10¯¹) 15 – 25 x 3,5 – 4,5 µm, metula biasanya berpasangan berukuran 3 – 4, 11 – 20 x 3 – 4 µm, silinder 8 – 14 x 2 – 3, konidia membentuk rantai seperti elips sampai silinder 3-5 (-7,5) x 2, 5 – 3, dengan dinding yang licin sklerotia berwarna coklat dan lembut, jamur ini menghasilkan sopra
lebih
banyak bila dikembangkan di media SDA ( Saburoud Dextrose Agar ) Jamur Penicillium ada 136 spesies, diantara spesies - spesies tersebut ada 36 spesies yang bersifat enthomopathogenik (Burges 1981), jamur penicillium yang bersifat enthomopathogenik sudah diuji pada beberapa serangga tanaman perkebunan dan jamur tersebut dinyatakan berpotensi sebagai musuh alami karena dapat membunuh serangga hama sebesar lebih dari 50 % dalam waktu yang telah ditentukan.
IV. EFEKTIVITAS JAMUR Penicillium spp UNTUK PENGENDALIAN HAMA Lepidiota stigma PADA TANAMAN TEBU Jamur penicillium merupakan microorganisme yang bersifat saprofit dan juga berperan sebagai parasit yang dapat menimbulkan penyakit pada serangga hama diantaranya adalah hama L.stigma (uret tebu ).Jamur Penicillium spp mampu membunuh larva L.stigma pada minggu ke 1 sampai ke 8 mortalitas larva L.stigma akibat patogenisitas spora jamur Penicillium spp pada perlakuan tabur,celup dan kontrol hasilnya adalah sebagai berikut : hasil
analisis
ragam menunjukkan
bahwa perlakuan
yang diberikan
memberikan pengaruh yang nyata terhadap mortalitas larva L. stigma pada minggu ke 1 , 2, 3 , 4 , sedangkan pada minggu ke 5 tidak memberikan pengaruh nyata. berpengaruh sangat nyata pada minggu ke 7 dan ke 8. Hasil uji jarak Duncan 5% (aplikasi dengan cara penaburan) menunjukkan hasil
menunjukkan bahwa perlakuan tabur dengan dosis 250 gram jamur
patogenisitas yang lebih baik dibandingkan dengan
perlakuan perendaman / celup (dosis 250 gr jamur Penicillium spp. yang disuspensikan kedalam 2500 ml air / juring ). Uji efektifitas jamur Penicillium spp. terhadap L. stigma pada pengama tan minggu ke 1 sampai terakhir pengamatan minggu ke 8 mortalitas
larva sema kin
meningkat tampak
tertinggi mortalitasnya . Pada kontrol dari pengamatan 1 delapan minggu ) tidak
ada yang
tampak
gejala
sampai ke 8 ( terinfeksi
jamur
Penicillium spp. Hal ini karena tidak ada kontak spora sehingga tampak sangat berbeda nyata antara
tanaman uji yang diberi
perlakuan
jamur
Penicillium spp. Dengan tanpa perlakuan (kontrol). Jamur dapat menyerang atau menginfeksi inang nya dengan cara lewat oral / mulut melalui makanan yang sudah
mengandung jamur
tersebut , setelah makanan tertelan oleh serangga hama kemudian jamur menyerang haemocol / membran darah lalu serangga mati kaku seper ti mumi / terjadi mumifikasi dan jamur juga bisa menyerang melalui kontak spora yaitu dengan cara spora / konidia menempel pada kutikula kemudian spora berkecambah ,membentuk benang – benang hifa kemudian menembus kedalam tubuh dan menyerang haemocol / membran darah dan kemudian serangga hama mati kaku setelah itu jamur berkembang dan menembus
keluar kutikula membentuk sinema – sinema ,kemudian membetuk benang – benang hifa berwarna putih yang menyelimuti tubuh serangga ,lalu benang – benang hifa membentuk konidiofor dan konidia/spora yang berwarna hijau keabuan. Hasil pengamatan pendahuluan (sebelum aplikasi) sangat beragam ada L1, L 2, L 3 dan L3 tua menjelang prepupa, keragaman instar larva tidak berpengaruh dengan tingkat mortalitasnya . Tersaji pada grafik ( gambar 3 ).
Gambar 3 : Grafik persentase mortalitas larva terinfeksi Penicillium spp
Patogenesitas jamur Penicillium spp pada larva L.stigma dalam pengamatan selama pengujian larva yang terinfeksi terdapat timbulnya gejala serangan
yang
ditandai
aktifitas
gerakannya
semakin
lamban
dan
kemampuan makan nya cenderung menurun. Gabriel dan Riyatno (1989 ) menyatakan bahwa
larva yang terinfeksi jamur tidak mampu membentuk
jaringan yang baru untuk mengganti jaringan lama yang mengalami kerusakan , hal tersebut karena spora jamur entomopatogen yang masuk kedalam tubuh larva sudah menghambat proses transportasi makanan didalam tubuh larva. Perlakuan tabur lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan rendam ( celup ) hal ini disebabkan karena jamur yang ditabur dilapangan kesempatan berkembang lebih banyak dan lebih cepat sehingga kesempatan menginfeksi larva lebih tinggi karena penularan jamur entomopatogen terhadap inangnya dapat melalui kontak spora antara jamur dengan larva atau lewat oral
(termakannya jamur melalui makanan). Mortalitas larva tertinggi terjadi pada minggu
kedelapan
mencapai
86,66 %
yang
terdapat pada perlakuan
penaburan / tabur. Jamur akan aktif jika sporanya menyentuh langsung tubuh larva. Apabila kondisi lingkungan ( suhu dan kelembaban )
sesuai
maka spora akan berkecambah yang diawali dengan pembentukan tabung kecambah . Selanjutnya tabung kecambah akan memanjang menembus kulit / kutikula larva menuju “haemocoel dan kemudian berkembang membentuk hifa dan mengikuti aliran darah . Hifa menyebar ke se luruh bagian dalam tubuh larva, hifa terus berkembang membentuk tangkai
spora yang
mengeluarkan racun yang mematikan sel – sel larva. Kerusakan pada struktur membran sel menyebabkan sel – sel kehilangan air sehingga larva mati. Setelah larva mati hifa terus berkembang dan menembus kebagian luar tubuh larva melalui lubang – lubang yang ada dipermukaan tubuh larva akibatnya larva terinfeksi jamur, larva mati tubuhnya mengeras, kaku, dan busuk kering. Tubuh larva mula mula berwarna putih kemudian berubah menjadi hijau (gambar 4 )
Gambar 4 : Larva L.stigma mati terinfeksi jamur Penicillium spp Jamur Penicillium spp dinyatakan memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai APH (Agens Pengendalian Hayati ) karena patogenisitasnya sudah mencapai lebih dari 50 % dalam waktu yang telah ditentukan (8 minggu).
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012 . Uji Lapang Jamur Penicillium spp Untuk Pengendalian Hama Lepidiota stigma ( uret akar ) Pada Tanaman Tebu. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP ) Surabaya . Barry, BH, and H. I. Barnet. 1972. Illustrated Genera Of Imperfect Fungi. Burgess Publishing Company. United States of America Burges, H. D. 1981. Microbial Control Of Pest And Plant Diseases. Academic Press. New York and London. Hal 386 Gabriel, B. P. Dan Riyatno, 1989 . Patologi, Produksi dan Perlindungan Tanaman Tanaman Perkebunan Pertanian . Jakarta Kalshoven,
Metarhizium anisopliae Taksonomi, Aplikasinya. Proyek Pengembangan Perkebunan Direktorat Perlindungan . Ditjen Perkebunan. Departemen
L.G.E.,1981, Pest of Crops in Indonesia Direvisi dan diterjemahkan oleh P.A. Vanderlaan, PT Ichtiar BaruHoeve.Jakarta.701 P
Kalshoven , L . G . E , 1981.Pest of Crops in Indonesia Direvisi dan Diterjemahkan oleh P . A . Vanderlaan . PT Ichtiar Baru – Hoeve . Jakarta . 701 P Moenandir . J . 1983 . Bercocok Tanam Tebu ( Saccharum officinarum L) Penyuluhan Dalam Rangka Bakti Sosial Masyarakat di Desa Petung Sewu, Kecamatan Wagir , Kabupaten Malang 23 Mei 1993 . Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian.Universitas Brawijaya Malang. Notojoewono . 1975 . Pengenalan dan Budidaya Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L ) di Lahan Kering . Badan Litbang Pertanian II ( 2 ) . Hal 78 – 80 . Wiriatmojo, Boedijono. 1979 . Beberapa Masalah yang Dihadapi Dalam Pemberantasan Uret Pada Tanaman Tebu ,BP3G 77 . Hal 1 – 13 .