JENIS HAMA DAN TEHNIK PENGENDALIANNYA PADA TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP Beberapa jenis hama yang sering menyerang tanaman kopi adalah penggerek buah kopi, penggerek cabang cokelat dan hitam, kutu dompolan, kutu lamtoro, dan kutu tempurung hijau. Selain itu, ada sate jenis hama yang akhir-akhir ini sering merugikan pertanaman kopi meskipun hama ini tidak menyerang tanaman kopi, yaitu kutu loncat. 1. Bubuk buah kopi (Stephanoderes hampei) Penggerek buah kopi merupakan kumbang berukuran 0,7-1,7 mm, berbadan bulat dengan kepala berbentuk segi tiga yang ditutupi oleh rambut-rambut hales. Kumbang ini biasanya akan bertelur dalam lubang gerekan. Telurnya menetas dalam waktu sekitar 8 hari, lalu berubah menjadi larva berwarna putih dan bermulut cokelat.
Kumbang dan larva ini menyerang buah kopi yang sudah cukup keras dengan cara membuat Jiang gerekan dan hidup di dalamnya sehingga menimbulkan kerusakan yang cukup parch. Hama ini tidak hanya menyerang buah di kebun, tetapi juga menyerang buah di penyimpanan. Selain hidup dalam buah kopi, hama ini juga menyerang tanaman Tephrosia, Crotalaria, Caesalpinia, dan Leucaena glauca yang sering digunakan sebagai tanaman pelindung/penutup tanah. Pengendalian hama bubuk buah kopi dilakukan dengan tiga cara, yaitu secara biologis, mekanis, dan kimiawi. a.
Cara biologis, yaitu dengan memelihara (melepaskan) musuh alami di antaranya Prarops nasuta, Heterospilus cafeicola, Desydimus rubiginosus, cendawan Botrytis stephanoderes, dan Specasia jauanica. Selain itu, tanaman pelindung dan penutup tanah yang mudah terserang bubuk harus segera disingkirkan.
b.
Cara mekanis, yaitu pengendalian dengan cara rempesan, lelesan, dan petik bubuk. Buah yang dipetik karena terserang hama ini tidak boleh dicampur dengan buah yang sehat. Buah yang terserang harus segera direbus untuk diolah secara kering atau dibakar agar hamanya cepat mati. Rempesan, yaitu pemetikan buah kopi hingga bersih, termasuk buah yang masih
muda. Cara ini dilakukan bila banyak buah yang terserang dan biasanya dilakukan pads bulan September—Oktober. Lelesan, yaitu memungut buah terserang yang jatuh karena pemetikan atau karena
terserang hama. Petik bubuk, yaitu pemetikan buah kopi yang bedukmg bersamaan dengan peker aan lainnya seperti peniangkismi c. Cara kimiawi. Bila cara biologis dan mekanis telah dilakukan, tetapi tetap, terserang hama maka terpaksa menggunakan pestisida sebagai cara terakhir. Jenis pestisida yang dianjurkan adalah Sevin 85 g, dan Supracide 4o EC dengan dosis sesuai anjuran. 2. Penggerek cabang cokelat dan hitam (Cylobarus morigerus dan Compactus) Penggerek cabang (bubuk cabang) cokelat dan hitam adalah kumbang berukuran kecil yang suka menyerang cabang dan ranting kopi dengan cara menggerek dan hidup di liang gerekan. cabang yang digerek biasanya sudah berumur 4-24 bulan. Di dalam lubang gerekan, kumbang ini mampu bertelur hingga. 15-50 butir/ekor. Dalam waktu tiga minggu, telur akan segera menetas menjadi larva berwarna putih dan siap melanjutkan pembuatan liang gerekan. Akibat serangan hama ini, tanaman akan semakin parch bila diikuti oleh munculnya cendawan Diplodia dan Fusarium dalam cabang gerekan. cendawan tersebut akan menyumbat pembuluh sehingga menyebabkan kematian cabang. Pengendalian hama penggerek cabang ini dilakukan dengan dua cara yaitu a)
Secara biologis, yaitu dengan melepaskan parasit Tetratichus xylebororum.
b)
Secara mekanis, yaitu dengan memangkas bagian yang terserang, kemudian dibakar. Selain itu, juga melalui pengurangan naungan terutama pada musim hujan sehingga perkembangan cendawan Diplodia dan Fusarium dapat ditekan.
3. Kutu dompolan (Pseudococcus citri) Kutu dompolan menyerang tanaman dengan cara mengisap cairan kuncup bunga, buah muda, ranting, dan dawn muda. Akibatserangan hama ini, pertumbuhan tanaman terhenti, dawn-dawn menguning, talon bunga gaga( menjadi bunga, dan buah rontok. Bila buah yang diserang tidak rontok maka perkembangannya akan terhambat dan kulit keriput sehingga kualitas buah rendah. Ciri-ciri kutu dompolan adalah berbentuk bulat lonjong agak pipih. Tubuh larva dan kutu betina ditutupi oleh lilin berwarna putih. Kutu jantan tidak ditutupi oleh lilin dan bersayap. Satu ekor kutu bisa menghasilkan 50-200 telur. Setelah 4-5 hari kemudian, telur akan menetas menjadi nimfa yang juga berwarna putih dan dapat menyerang tanaman seperti bentuk dewasa.
Kutu dompolan biasanya berasosiasi (bekerja sama) dengan semut. Kotorannya banyak mengandung gala sehingga disukai semut. Sebaliknya, semut menyebarluaskan hama ini untuk mencarikan tempat terbaik. Selain berasosiasi dengan semut, kutu ini juga menjadi vektor (pembawa) cendawan atau penyakit lainnya, misalnya cendawan jelaga. Pengendalian kutu dompolan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu Secara biologis, mekanis, dan kimiawi. a. Secara biologis, dengan melepaskan parasit Angyrus greenii, dan Leptomastix abyssinica, predator kumbang Symnus apiciflatus, S. roepkei, Cryptolaemus mentrousieri. Selain melepaskan musuh alarm, juga dengan memberantas semut yang suka membawa kutu terutama pada musim kemarau. b. Secara mekanis, dengan memangkas bagian yang terserang, kemudian dibakar. Selain itu, juga dengan membuang tidak menanam pohon pelindung yang disukai oleh tersebut seperti gamal (Glirisida maculata). Secara kimiawi, yaitu dilakukan penyemprotan insektisida dengan dosis sesuai petunjuk 4. Kutu lamtoro (Ferrisia virgata)
Kutu lamtoro, mempunyai cara hidup dan penyerangan yang hampir sama dengan kutu dompolan, yaitu mengisap cairan kuncup bunga, buah muda, daun muda, dan bagian ranting yang masih muda. Kutu lamtoro juga berwarna putih seperti kutu dompolan. Pada tubuhnya terdapat benangbenang panjang berwarna putih. Kutu jantan bersayap dan berwarna cokelat. Pada ujung abdomen (perut) terdapat dua helai benang panjang. Selain menyerang tanaman kopi, hama ini juga menyerang tanaman lamtoro. Oleh sebab itu, sering disebut juga sebagai kutu lamtoro. Tanaman lain yang sering diserang antara lain dadap dan Tephrosia. Pengendalian kutu lamtoro dapat dilakukan secara terpadu. Cara biologis dilakukan dengan melepaskan musuh alaminya, yaitu parasit Leptomastix dan nyamuk Dipplesis, serta predator Scymnus sp. dan Cryptolaemus sp. Sementara cara pengendalian secara mekanis dan kimiawi sama seperti pengendalian kutu dompolan. 5. Kutu hijau (Coccus vftidis)
Kutu hijau menyerang tanaman kopi dengan cara mengisap cairan daun dan ranting yang masih hijau sehingga menyebabkan daun menguning dan mengering. Kutu ini biasanya
menggerombol dan tinggal di permukaan bawah daun, terutama pada tulang daun. Kutu hijau yang sudah dewasa berbentuk bulat telur dengan panjang
2,5-5
mm, tubuhnya
dilindungi oleh perisai yang agak keras, dan berwarna hijau muda hingga hijau tua. Kutu ini juga mengeluarkan cairan madu sehingga disukai oleh semut. Kutu hijau bisa dikendalikan dengan cara kimiawi dan mekanis. Caranya sama seperti pengendalian pada kutu dompolan. Selain itu, cara biologis dengan melepaskan musuh alami, yaitu cendawan Cephalosporium lecanii dan cendawan hitam, parasit Coccophagus bogoriensis dan Tetraticcus lecanii, predator kumbang Coccinella melanophthalmus dan Orchus jantinus. 6. Nematoda Nematoda merupakan salah satu hama kopi yang menyerang akar. Hama ini berukuran sangat kecil sehingga sulit dilihat dengan mata telanjang. Namun, tanda serangannya tampak jelas dan sangat merugikan. Mula-mula, daun tampak menguning dan gugur sebelum waktunya, terutama pada waktu menjelang musim kemarau. Selanjutnya ranting akan mengering, pohon tampak condong, dan kurang sehat. Bila tanaman dicabut akan tampak akar-akar yang tumpul kulitnya mengelupas dan tidak membentuk akar rambut. Bila dibiarkan, lama-kelamaan tanaman akan matt dan nematoda bisa menjalar ke tanaman lain. Pengendalian hama ini dilakukan Betas terpadu dengan cara sebagai berikut. a. Pilih tanaman pelindung yang tahan serangan nematoda seperti lamtoro, Crotalaria, dan Salvia. b. Gemburkan tanah secara rutin. c. Cabut dan bakar tanaman yang sudah terserang berat. Kemudian, tanah ditanami kenikir dan jangan ditanami kopi selama. sekitar 1 tahun. Satu bulan sebelum penanaman kembali, sebaiknya tanah ditaburi dengan nematisida Basamid G atau Curafer 3 G sesuai dosis anjuran. d. Beri tanaman dengan nematisida Fanamigos sebanyak
5o
g/m2 setiap tiga bulan sekah
untuk mencegah serangan nematoda. Nematisida ini juga dapat digunakan untuk mengobati tanaman yang sudah terserang, tetapi belum parch. 7. Kutu loncat (Heteropsylla sp.) Kutu loncat adalah hama tanaman lamtoro yang sangat berbahaya. Hama ini menyerang tanaman dengan cara bergerombol dan mengisap cairan tanaman muda. Mula-mula pucuk pohon yang terserang akan mati, kemudian daunnya berguguran karena kehabisan cairan. Bila serangan terns berlanjut, batang tanaman akan mengering dan tidak mampu membentuk pucuk baru, lalu akhirnya mati. Hama seperti wereng yang berukuran 1-2 mm, berwarna oranye kehijauan, dan bersayap ini perkembangbiakannya sangat cepat dan sulit ditanggulangi. Hingga saat ini cara
pengendalian yang tepat belum ditemukan, tetapi pemerintah kini sedang giat mempelajari pola hidupnya untuk menemukan cara pengendalian yang efektif. Untuk mengurangi risiko kegagalan karena serangan kutu loncat, beberapa cara berikut ini bisa digunakan sebagai pencegahan. a.
Bila belum terlanjur menanam, untuk sementara jangan menggunakan lamtoro sebagai tanaman. pelindung. Bila harus menggunakan lamtoro sebaiknya dicampur dengan jenis tanaman pelindung lainnya agar bila diserang hama ini tidak banyak merusak tanaman kopi.
b.
Melepaskan musuh alami seperti kumbang Curinus coerulues.
c.
Tanaman yang sudah terlanjur terserang harus segera disemprot dengan insektisida seperti Bassa Soo EC dan. Sevin 85 g. Setelah disemprot, pucuk tanaman yang terserang dipangkas dan. dibakar. Sebagai pencegahan, penyemprotan boleh diulang 1-2 minggu sekali, baik terhadap tanaman yang terserang maupun yang belum terserang.