PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP PROFESIONALITAS PENDIDIKAN AKUNTANSI Oleh: RAFKI RS, SE. MM ABSTRAK
Sosialisasi profesional kepada mahasiswa akuntansi merupakan isu penting dalam pendidikan akuntansi. Karena kegagalan melakukan transfer nilai-nilai profesional kepada mahasiswa mungkin akan merugikan mahasiswa dan profesi itu sendiri. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan pandangan di antara mahasiswa akuntansi senior dan junior dalam hal salah saji informasi akuntansi dan dalam hal cost-benefit pengungkapan keuangan. Sementara dalam hal pengungkapan informasi yang sensitif dan dalam hal tanggung jawab manajer ternyata tidak terdapat pandangan diantara mahasiswa akuntansi senior dan junior.
1. PENDAHULUAN Akuntansi bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan keuangan yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh para manajer, pengambil kebijakan, dan pihak berkepentingan lainnya, seperti pemegang saham, kreditur, atau pemilik. Profesionalitas pada para tenaga akuntan yang menyiapkan laporan keuangan tersebut mutlak diperlukan. Profesionalitas ini tentunya harus sudah ditanamkan semenjak si calon akuntan masih menempuh pendidikan di bangku kuliah. Sehingga dalam hal ini penekanan pemahaman terhadap profesionalitas pendidikan akuntansi di kalangan mahasiswa akuntansi mutlak diberikan oleh sistem pendidikan akuntansi yang ada di perguruan tinggi. Sosialisasi profesional kepada mahasiswa akuntansi merupakan isu penting karena kegagalan melakukan transfer nilainilai profesional kepada mahasiswa mungkin akan merugikan mahasiswa dan profesi itu sendiri. Chatman (1991) menemukan bahwa akuntan memiliki sikap tentang nilai-nilai organisasi (seperti: respek individual, pengambilan resiko, dan fleksibilitas) yang berbeda dari sikap manajer, kepuasan kerja yang lebih rendah, dan berencana meninggalkan perusahaan lebih cepat. Penelitian mengenai proses sosialisasi profesional mahasiswa akuntansi telah dilakukan oleh Clikeman dan Henning (2000). Penelitian tersebut menginvestigasi apakah pendidikan akuntansi di perguruan tinggi berhasil menanamkan rasa tanggung jawab mahasiswa kepada pengguna laporan keuangan. Penelitian tersebut menggunakan sampel mahasiswa akuntansi dan mahasiswa bisnis tingkat dua dalam merespon satu kasus untuk mengukur keinginan setiap mahasiswa dalam merekayasa laporan laba melalui penundaan biaya / pengeluaran (expenditure). Mahasiswa tersebut menjawab 11 pertanyaan yang mengarah pada penghilangan atau salah saji informasi keuangan, pengungkapan costs dan benefit
laporan keuangan, serta pertanggungjawaban manajer kepada pemegang saham. Ketika mereka telah menjadi mahasiswa senior, kebanyakkan mahasiswa akuntansi kurang ingin merekayasa laporan net income dibandingkan ketika mereka masih berada di tingkat dua. Hasil penelitian terdahulu menyimpulkan bahwa pendidikan akuntansi mempengaruhi keyakinan mahasiswa mengenai rekayasa laba (earnings management) dan pendidikan akuntansi berhasil menanamkan kepada mahasiswa rasa tanggung jawab kepada pengguna laporan keuangan. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa tidak terlihat mahasiswa akuntansi dan mahasiswa manajemen memulai pendidikan mereka dengan sikap yang berbeda terhadap earnings management dan pengungkapan laporan keuangan. Tetapi, ketika mereka menjadi mahasiswa senior, mahasiswa akuantasi lebih cenderung menentang earnings management dibandingkan mahasiswa manajemen. Hal ini konsisten dengan proses sosialisasi profesional bahwa sikap dan keyakinan mahasiswa berubah dalam masa pendidikan. Dalam hal ini mahasiswa jurusan akuntansi belajar untuk lebih memprioritaskan kebutuhan informasi bagi pengguna laporan keuangan, sementara mahasiswa jurusan manajemen belajar untuk mengidentifikasi sasaran manajer perusahaan. Penelitian ini bertujuan menguji proses sosialisasi profesionalitas mahasiswa akuntansi. Secara khusus, penelitian ini bertujuan menyelidiki apakah pendidikan akuntansi dapat membantu mahasiswa mengembangkan rasa tanggung jawab kepada pembaca laporan keuangan. Salah satu tujuan pendidikan akuntansi adalah memperkenalkan kepada mahasiswa norma-norma dan nilainilai profesi yang mereka pilih (Stark et al, 1986). Pendidikan akuntansi profesional tidak hanya berfokus pada pengetahuan dan keahlian, tapi juga harus menanamkan standar etika dan komitmen terhadap profesi (AAA Bedford Committee report 1986, 179). Penelitian ini merupakan replikasi penelitian Clikeman dan Henning (2000) dalam konteks Indonesia. Penelitian ini juga merupakan replikasi dari penelitian Desmiyati dan Julita Saidi (2006). Hal yang memotivasi penulis untuk melakukan penelitian ini adalah penelitian mengenai proses sosialisasi profesionalitas pendidikan akuntansi yang menggunakan responden mahasiswa masih jarang dilakukan di Indonesia. Peneliti ingin mengetahui apakah dengan menggunakan sampel,waktu, dan lokasi yang berbeda akan memberikan hasil yang konsisten dengan penelitian sebelumnya. Manfaat yang diharapkan antara lain berupa kontribusi positif dalam peningkatan profesionalisme pendidikan akuntansi dan memberikan wacana ilmiah mengenai pengembangan penelitian di bidang profesionalisme akuntansi. 1.1
Perumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah pemahaman profesionalitas pendidikan akuntansi sudah ditanamkan dengan baik di kalangan mahasiswa akuntansi sehingga terbentuk karakter mahasiswa akuntansi yang sesuai dengan etika profesional akuntansi.” 1.2
Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk tujuan dan manfaat dari hal-hal sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa akuntansi dalam hal profesionalitas di bidang akuntansi. 2. Untuk mengukur perbedaan pemahaman antara mahasiswa akuntansi junior dan mahasiswa akuntansi senior dalam hal profesionalitas pendidikan akuntansi. 3. Untuk memberikan masukan bagi sistem pendidikan akuntansi khususnya di Universitas Maritim Raja Ali Haji terkait pentingnya pendidikan profesionalitas di bidang akuntansi untuk mahasiswa akuntansi. 4. Sebagai salah satu kegiatan dalam melaksanakan tridharma perguruan tinggi di lingkungan Universitas Maritim Raja Ali Haji. 5. Untuk memberikan sumbangan pemikiran demi kemajuan khasanah ilmu di lingkungan Universitas Maritim Raja Ali Haji dan untuk memberikan dasar pengambilan kebijakan di lingkungan Universitas Maritim Raja Ali Haji terutama terkait dengan kebijakan peningkatan keahlian dan profesionalitas pendidikan untuk mahasiswa akuntansi. 2. METODOLOGI PENELITIAN
Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi di wilayah Tanjungpinang. Peneliti menyiapkan sebanyak 200 kuesioner untuk dibagikan kepada mahasiswa akuntansi. Di mana 100 kuesioner dibagikan kepada mahasiswa semester dua ke bawah (junior) dan 100 kuesioner dibagikan kepada mahasiswa semester tiga ke atas (senior). Mahasiswa yang dijadikan responden harus sudah mengambil mata kuliah Pengantar Akuntansi. Sebab peneliti percaya mata kuliah pengantar akuntansi cukup untuk memberikan suatu pemahaman mengenai isu-isu yang ditunjukkan dalam penelitian, tetapi tidak cukup sepenuhnya untuk mensosialisaksakan sikap dan kepercayaan profesi akuntansi kepada mereka. Mahasiswa akuntansi senior haus mengambil minimal enam mata kuliah akuntansi, dan tidak ada mahasiswa senior manajemen yang mengambil lebih dari empat mata kuliah akuntansi.
Variabel yang digunakan adalah earnings management, salah saji informasi (misstate), pengungkapan informasi yang sensitif (disclosure), cost-benefit pengungkapan laporan keuangan, serta tanggung jawab manajer perusahaan (responsibility). Seluruh variabel penelitian diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Clikeman dan Henning (2000). Respon mahasiswa terhadap Earning Management Case (EMC) dinilai dengan skala likert 7 point. Untuk mengukur sikap mahasiswa mengenai salah saji (misstate), pengungkapan (disclosure), cost-benefit serta responsibility digunakan 11 pertanyaan. Semua pertanyaan tersebut juga dinilai dengan skala likert 7 point. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan reliabilitasnya oleh peneliti sebelumnya. Namun demikian, uji validitas dan reliabilitas tetap dilakukan karena mempertimbangkan perbedaan waktu dan kondisi yang dialami antara penelitian sekarang dengan penelitian sebelumnya. Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan instrumen. Validitas juga berkenaan dengan seberapa baik suatu konsep dapat didefinisikan oleh suatu ukuran (Hair, et al.,1998). Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Jika validitas telah diperoleh, maka peneliti harus mempertimbangkan pula reliabilitas pengukuran. Pengujian realibilitas bertujuan untuk mengetahui konsistensi hasil pengukuruan variabel-variabel. Pengukuran yang reliabel akan menunjukan instrumen yang sudah dipercaya dan dapat menghasilkan data yang dipercaya pula. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan analisis faktor (factor analysis) dengan varimax rotation. Ukuran lain untuk mengukur tingkat keterkaitan (intercorrelations) antarvariabel dan kelayakan terhadap analisis faktor adalah Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (Kaiser’s MSA) (Hair et al, 1998). Suatu data dapat dilakukan analisis faktor bila nilai Kaiser’s MSA diatas 0,5. Butir pertanyaan yang dimasukan dalam analisis akhir adalah item yang memiliki factor loading lebih dari 0,4 (Chia, 1995). Ini menunjukkan tingkat kesesuaian antara variabel dan faktornya (Hair et al, 1998). Sedangkan pengujian reliabilitas dilakukan dengan menghitung cronbach alpha untuk menguji kelayakan terhadap konsistensi seluruh skala yang digunakan. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila cronbach alpha lebih dari 0,5 (Nunnaly, 1967). Seluruh hipotesis diuji dengan menggunakan t-test. Hal ini dilakukan karena penelitian ini membandingkan persepsi mahasiswa akuntansi junior dengan mahasiswa akuntansi senior mengenai earnings management, salah saji informasi (misstate),
pengungkapan informasi yang sensitif (disclosure), cost-benefit pengungkapan keuangan serta tanggung jawab manajer perusahaan (responsibility). 3. HASIL PENELITIAN Populasi penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) dan mahasiswa akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Pembangunan Tanjungpinang. Di mana yang disebut mahasiswa akuntansi junior dalam penelitian ini adalah responden yang masih duduk di semester 1 - 4 ke bawah. Sementara mahasiswa akuntansi senior adalah responden yang sudah mencapai semester 5 – 8 dalam perkuliahan. Dari 250 kuesioner yang dibagikan, yang bisa dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 230 kuesioner. Sementara sisanya 20 kuesioner tidak bisa dipergunakan karena kesalahan dalam pengisian sehingga tidak bisa dipakai. Dari 230 responden, 169 (73,8%) merupakan mahasiswa dari perguruan tinggi negeri (UMRAH) dan sisanya 61 (26,2%) merupakan mahasiswa dari perguruan tinggi swasta (STIE-Pembangunan). Dari 230 orang responden tersebut terdiri dari usia 15-19 tahun sebanyak 77 responden (33,6%), usia 20-24 tahun sebanyak 122 responden (53,5%), usia 25-29 tahun sebanyak 15 responden (6,5%), dan usia 30-35 tahun sebanyak 16 responden (7,0%). Dalam penelitian ini akan diukur sikap mahasiswa terhadap salah saji informasi (misstate), pengungkapan informasi yang sensitif (disclosure), cost-benefit pengungkapan keuangan, dan tanggung jawab manajer keuangan (responsibility). Semua pertanyaan tersebut dinilai dengan skala likert 7 point mulai dari “sangat menentang (skala 1)” sampai dengan “sangat mendukung (skala 7)”. Rata-rata respon terhadap 11 pertanyaan tersebut disajikan dalam tabel 1. Mahasiswa akuntansi junior dan senior rata-rata memberikan jawaban berbeda tentang isu-isu pelaporan keuangan ini. Ratarata respon mereka berbeda secara statistik (p<0.05) untuk setiap pertanyaan. Dalam hal ini uji t memperlihatkan nilai t sebesar 2,058 dengan tingkat signifikansi 0,041. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa terdapat bukti bahwa mahasiswa akuntansi junior dan mahasiswa akuntansi senior memulai pendidikan mereka dengan sikap yang sebelumnya berbeda tentang isu-isu pelaporan keuangan. A. Salah Saji Informasi (Misstate) Rata-rata skor misstate mahasiswa akuntansi untuk yang junior adalah 13,2180 sementara untuk yang senior sebesar 13,6114. Dari hasil t-test terlihat bahwa nilai t yang
dihasilkan adalah 0,720 dengan signifikansi 0,472 (p<0,05). Dalam hal ini bisa disimpukan bahwa H1 ditolak. Artinya adalah bahwa tidak terdapat perbedaan antara mahasiswa akuntansi junior dan senior dalam hal misstate ini. Untuk kasus ini mahasiswa akuntansi junior dan senior memiliki pendapat yang sama atau tidak berbeda. Tabel 1 Rata-rata Respon Mahasiswa Akuntansi Pertanyaan Faktor 1: Willingness to Misstate Financial Information (Misstate) 1. Resiko utama harus diungkapkan 5. Saya akan menghilangkan informasi yang dibutuhkan. 7. Gaji dan bonus manajer tidak harus diungkapkan. 9. Saya akan membua salah saji laporan keuangan. Total Skor Faktor 2: Disclosure of Sensitive Information (Disclosure) 4. Pengungkapan keungan yang lebih luas dibutuhkan. 8. Anggaran operasi dan ramalan laba harus diungkapkan. 11. Pengurangan dalam pengeluaran akhir tahun harus diungkapkan. Total Skor Faktor 3: Cost and Benefits of Disclosure (Cost-Benefit) 3. Perusahaan Indonesia dibatasi oleh aturan akuntansi. 6. Perusahaan dipaksa untuk mengungkapkan informasi yang tidak penting. Total Skor Faktor 4: Responsibility of Corporate Managers (Responsibility) 2. Manajer memiliki tanggung
Mahasiswa Akuntansi Senior Junior
5,6391
5,5979
1,9699
1,5876
3,4887
4,1237
2,1203
2,3021
13,2180
13,6114
5,9549
6,1856
5,5530
5,9794
5,6917
6,1649
17,1996
18,3299
2,5789
2,2784
4,7368
4,6186
7,3158
6,8969
4,6917
5,4227
jawab lebih tinggi kepada pemegang saham daripada kepada karyawan. 10. Akuntan publik yang bertanggung jawab melindungi investor luar, bukan manajer perusahaan. Total Skor
3,6617
3,7113
8,3534
9,1340
B. Pengungkapan Informasi yang Sensitif (Disclosure) Rata-rata total skor disclosure untuk mahasiswa akuntansi junior adalah 18,3299 dan untuk mahasiswa akuntansi senior adalah 17,1996. Jika dilihat dari hasil t-test yang telah dilakukan maka didapat nilai t sebesar 2,494 dengan signifikansi sebesar 0,013 (p<0,05). Dalam hal ini artinya adalah H2 diterima, yaitu terdapat perbedaan pandangan antara mahasiswa akuntansi senior dan junior dalam hal disclosure ini. Jika dilihat dari nilai rata-rata pada mahasiswa akuntansi junior yang lebih besar daripada nilai rata-rata jawaban pada mahasiswa akuntansi senior, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa akuntansi junior lebih menentang pengungkapan informasi sensitif (disclosure) daripada mahasiswa akuntansi senior. Hal ini berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Desmiyati (Desmiyati, 2006) yang medapati bahwa tidak terdapat perbedaan pandangan antara mahasiswa akuntansi senior dan junior dalam hal disclosure ini. Desmiyati juga menemukan bahwa mahasiswa akuntansi senior lebih menentang disclosure daripada mahasiswa akuntansi junior. C. Cost-Benefit Pengungkapan Keuangan Hasil pengujian t-test untuk kategori cost-benefit pengungkapan keuangan ini menghasilkan nilai t sebesar -1,228 dengan tingkat signifikansi 0,221 (p<0,05). Dengan begitu dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan pandangan antara mahasiswa akuntansi senior dan junior dalam kategori pertanyaan ini. Jika dilihat dari hasil rata-rata jawaban, maka terlihat bahwa mahasiswa akuntansi senior memilih jawaban rata-rata 7,3158 sementara mahasiswa akuntansi junior hanya 6,8969. Artinya bahwa mahasiswa akuntansi senior lebih percaya bahwa perusahaan di Indonesia dibatasi oleh aturan akuntansi yang kompleks dan perusahaan juga dipaksa untuk mengungkapkan informasi yang tidak penting. Kesimpulan ini sama dengan kesimpulan yang dihasilkan oleh penelitian Desmiati (Desmiati, 2006) yang menyatakan bahwa mahasiswa akuntansi senior juga
lebih percaya bahwa perusahaan di Indonesia dibatasi oleh aturan akuntansi yang kompleks. D. Tanggung Jawab Manajer Perusahaan (Responsibility) Untuk kategori tanggung jawab manajer dalam melindungi kepentingan investor dibanding akuntan publik, maka dalam hal ini hipotesa diterima. Bahwa ada perbedaan pandangan antara mahasiswa akuntansi senior dan junior. Dalam hal ini nilai ttest yang dihasilkan adalah 2,030 dengan tingkat signifikansi 0,044 (p<0,05). Jika ditilik angka rata-rata skor untuk mahasiswa akuntansi senior adalah 8,3534 sedangkan angka rata-rata skor untuk mahasiswa akuntansi junior adalah 9,1340. Berarti dalam hal ini mahasiswa akuntansi senior lebih percaya bahwa manajerlah yang bertanggung melindungi kepentingan investor bukan akuntan publik. 4. KESIMPULAN Penelitian ini menguji perubahan opini mahasiswa akuntansi tentang pengungkapan informasi sensitif, cost-benefit pengungkapan keuangan, dan tanggung jawab manajer perusahaan. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal antara lain sebagai berikut: 1. Tidak terdapat perbedaan opini antara mahasiswa akuntansi junior dengan mahasiswa akuntansi senior terkait dengan salah saji informasi (misstate) laporan keuangan. 2. Terdapat perbedaan opini antara mahasiswa akuntansi junior dan mahasiswa akuntansi senior terkait dengan pengungkapan informasi yang sensitif (disclosure) dalam laporan keuangan. Dimana, mahasiswa akuntansi junior lebih menentang pengungkapan informasi sensitif ini daripada mahasiswa akuntansi yang senior. 3. Tidak terdapat perbedaan opini antara mahasiswa akuntansi junior dan mahasiswa akuntansi senior terkait dengan costbenefit pengungkapan keuangan. 4. Terdapat perbedaan opini antara mahasiswa akuntansi junior dan mahasiswa akuntansi senior terkait dengan tanggung jawab manajer (responsibility) di perusahaaan. Dimana, mahasiswa akuntansi senior lebih percaya bahwa manajerlah yang bertanggung melindungi kepentingan investor bukan akuntan publik. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan terutama dalam aspek generalisasinya seperti:
1. Subjek hanya terbatas pada dua perguruan tinggi negeri dan swasta di Tanjungpinang saja. 2. Dalam riset ini juga tidak dipisahkan antara mahasiswa yang sudah bekerja dengan yang belum bekerja. 3. Karena keterbatasan waktu, penelitian ini menggunakan sampel yang berbeda untuk setiap kelompok sampel yang sampel yang akan diteliti. Hal ini mungkin memiliki pengaruh yang berbeda apabila sampel yang digunakan berasal dari 1 kelompok saja, yaitu mahasiswa akuntansi yang sudah diteliti ketika mereka masih pada tingkat junior dan diteliti kembali ketika mereka (sampel yang sama) telah mencapai tingkat senior. 4. Populasi hanya diambil untuk mahasiswa jurusan Akuntansi saja, dalam hal ini kemungkinan akan berbeda hasilnya jika populasi diperluas untuk mahasiswa jurusan lain. 5. Penelitian ini belum melakukan pemisahan dan analisis sampel berdasarkan gender yang diteliti. Saran Berdasarkan keterbatasan di atas, maka untuk peneliti berikutnya masih terbuka kemungkinan pengembangan yang cukup luas, antara lain. 1. Melakukan pemisahan antara mahasiswa akuntansi yang bekerja sebagai akuntan publik dengan yang bekerja sebagai akuntan perusahaan maupun sebagai akuntan pemerintah. 2. Memperpanjang waktu penelitian sehingga bisa menggunakan kelompok sampel yang sama antara mahasiswa junior dan senior. 3. Memasukan mahasiswa dari juruan lain selain jurusan akuntansi untuk dijadikan populasi untuk melihat perbedaan pandangan mereka soal profesionalitas pendidikan di jurusan masing-masing. 4. Memasukan faktor gender sebagai salah satu variabel yang mungkin berpengaruh terhadap hasil penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Ajzen, I., and T. J. Madden. 1986. Prediction of goal-directed behavior: Attitudes, intentions, and perceived behavioral control. Journal of Experimental Social Psychology (September): 453-474. Aranya, N. 1974. The influence of pressure groups on financial statements in Britain. Abacus: 3-12. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Ayres, F. 1994. Perceptions of earnings quality: What managers need to know. Management Accounting (March): 27-29. Azhari, Akyas. 2004. Psikologi Umum dan Perkembangan. Bandung: Teraju Becker, H.S., E.C. Hughes, B. Geer, and A. L. Strauss. 1961. Boys in White. Chicago, IL: University of Chicago Press. Chandra. G. 1974. A Study of the consensus on disclosure among public accountants and security analysts. The Accounting Review: 733-742. Chatman, J. A. 1991. Matching people and organizations: selection and socialization in public accounting firms. Administrative Science Quarterly (September): 459-484. Clikeman, Paul M.,and Steven L. Henning. 2000. The socialization of undergraduate accounting students. Issues in Accounting Education, Vol. 15, Issue 1: 1-17. Cohen, L. W. Pant, and D. J. Sharp. 1998. The effect of gender and academic discipline diversity on the ethical evaluations, ethical intentions and ethical orientation of potential public accounting recruits. Accounting Horizons (September): 250 – 270. Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press. Deliarnov, 2003. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta : PT. RajaGrafindo. Desmiyawati dan Julita Saidi. 2006. Persepsi Mahasiswa Akuntansi dan Mahasiswa Manajemen Terhadap Profesionalitas Pendidikan Akuntansi. Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Vol. 6, No. 1. Pebruari 2006: 55-66. Dirsmith, M. W., and M. A. Covaleski. 1985. Informal communications, nonformal communications and mentoring in public accounting firms. Accounting Organization and Society (May): 149-169. Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Fogarty. T. J. 1993. Socializing the new staff accountant. New Accountant (March): 26-27, 32.
Foster, George. 1986, Financial Statement Analyis. Second Editions. Prentice-Hall International Inc. Englewoods Cliffs. New Jersey. Hair, J. F. Jr, R. E. Anderson, R.L. Tatham, and W. C. Black. 1998. Multivariat Data Analyisis. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Haka, S., and P. Chalos. 1990. Evidence of agency conflict among management, auditors, and the audit commitee chair. Journal of Accounting and Public Policy: 271-292. Jeffrey, C. 1993. Ethical development of acoounting students, and liberal arts students. Issues in accounting Education (Spring): 86-96. Merton R. K. And A. K. Rossi. 1968. Contributions to the theory of reference group behavior. In Readings in Reference Group Theory and Research, edited by H. H. Hyman, and E. Singer, 26-28. New York, NY: The Free Press. Moses, O.D. 1987, Income Smoothing and Incentives: Empirical Test Using Accounting Changes. Accounting Review. April: 358 – 377. Nunnaly, J. 1967. Psychometric Theory. New York: McGraw-Hill. Ondrack, D. A. 1975. Socialization in professional schools: A comparative study. Administrative Science Quarterly: 97-103. Ponemon, L. A. 1992. Ethical reasoning and selectionsocialization in accounting. Accounting, Organizations and Society: 239 – 258. Ronen, J. And Simcha Sadan. 1975, Classificatory smoothing: Alternative Income Models, Journal of Accounting Research, Spring: 133 – 149. Schein, E. H. 1967. Attitude change during management education. Administrative Science Quarterly: 601-628. Schipper, K. 1989. Commentary on earnings management. Accounting Horizons: 91-102. St. Pierre. K. E., E. S. Nelson, and A. L. Gabbin. 1990. A study of the ethical developmen of accounting majors in relation to other business and non business disciplines. The Accounting Educators’ Journal (Summer): 23 -35. Stark, J. S., M. A. Lowther, B. M. K. Hagerty, and C. Orcsyk. 1986. A conceptual framework for the study of preservice professional programs in colleges and universities. Journal of Higher Eduation: 231-258. Thielens, W. P. 1967. Influence of the law school experience on the professional ethics of law students. Cited in E. H. Scheins “Attitudes Change during Management Education”. Administrative Science Quarterly: 601-628. Watts, R. L., and J. L. Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.