HUBUNGAN ANTARA HARGA BERAS DAN HARGA PAKAN TERNAK DENGAN HARGA JAGUNG DALAM DWIFUNGSI JAGUNG SEBAGAI BARANG SUBSTITUSI BERAS DAN BAHAN BAKU PAKAN TERNAK DI KABUPATEN TASIKMALAYA Nisa Fauziah Hasanah1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Suprianto2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] M. Iskandar Ma’moen3) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara harga beras dan harga pakan ternak dengan harga jagung dalam dwifungsi jagung sebagai barang substitusi beras dan bahan baku pakan ternak di Kabupaten Tasikmalaya. Analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif dan asosiatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara secara simultan terjadi hubungan positif antara harga beras dan harga pakan ternak dengan harga jagung di Kabupaten Tasikmalaya. Uji korelasi parsial antara harga beras dan jagung memiliki hubungan yang positif (searah) dengan nilai korelasi sebesar 0,306 atau keeratan hubungan diantara keduanya adalah sebesar 30,6 persen termasuk kedalam kategori rendah. Oleh karena itu, hal yang perlu dilakukan untuk mendiversifikasi pangan dari beras ke jagung di Kabupaten Tasikmalaya adalah mengubah paradigma masyarakat bahwa makanan pokok bukan hanya nasi. Sedangkan, uji korelasi parsial antara harga pakan ternak dengan harga jagung tidak memiliki hubungan yang signifikan, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai intergrasi antara pasar jagung dan pakan ternak di Kabupaten Tasikmalaya serta mengenai penggunaan jagung selain untuk makanan selingan/ substitusi makanan pokok dan bahan baku pakan ternak di Kabupaten Tasikmalaya. Kata Kunci : Harga, Dwifungsi, Substitusi, Korelasi.
ABSTRACT This research aimed to know the correlation among prices of rice, feed and corn in dual function of corn as substitution of rice and feed raw material in Kabupaten Tasikmalaya. The analysis used descriptive and associative approach. The result of study showed that rice price and feed price have positive correlation simultaneously with corn price in dual function of corn as substitution of rice and feed raw material in Kabupaten Tasikmalaya. Partially, the correlation between rice price and corn price was positive with the correlation value in the amount of 0,306 or the closeness of the correlation is 30,6 percent included into the category of low. Therefore, things that need to be done to
diversify food from rice to corn in Kabupaten Tasikmalaya is changing the paradigm of the public that basic food is not just rice. Nevertheless, the correlation between feed price and corn price was not significant, so that this study need advance research on integration of corn and feed and other function of corn beside as basic food and raw material of feed in Kabupaten Tasikmalaya. Key Words : Price, Dual function, Substitution, Correlation.
PENDAHULUAN Indonesia akan mencanangkan program “Menuju Swasembada Jagung 2014”. Terpilihnya jagung sebagai ikon dalam kegiatan ini, diharapkan dapat menjadikan jagung sebagai salah satu solusi yang tepat untuk mengurangi konsumsi beras yang semakin meningkat serta dapat mendiversifikasi pangan dari beras ke jagung, untuk menekan permintaan beras yang semakin tinggi seiring dengan bertambahnya penduduk (Kementrian Perdagangan Indonesia, 2011). Provinsi Jawa Barat sendiri ikut berpartisipasi dalam misi penting yang dicanangkan pemerintah tersebut, mengingat Jawa Barat memiliki jumlah penduduk yang banyak yang memiliki ketergantungan terhadap beras dan juga memiliki beberapa wilayah dengan produksi jagung yang cukup tinggi. Data luas panen, produktivitas dan produksi jagung di Jawa Barat yang didapat dari Badan Pusat Statistik Indonesia (Tabel 1) menunujukkan bahwa selama 10 tahun terakhir, produksi jagung di Jawa Barat mengalami peningkatan. Tabel 1. Luas panen, Produktivitas dan Produksi Jagung di Jawa Barat, 2003-2012 Tahun
Luas Panen (Ha)
Produktivitas (Ku/Ha)
Produksi (Ton)
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
105.167,00 119.872,00 117.413,00 115.797,00 113.373,00 118.976,00 136.707,00 153.778,00 147.152,00 148.601,00
42,19 45,84 50,01 49,51 50,94 53,78 57,61 60,08 64,23 69,22
443.729,00 549.442,00 587.186,00 573.263,00 577.513,00 639.822,00 787.599,00 923.962,00 945.104,00 1.028.653,00
Sumber Data : Badan Pusat Statistik (2013)
Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang potensi pertaniannya cukup tinggi. Terlihat dari kontribusi sektor pertanian Kabupaten Tasikmalaya yang menyumbang sebesar 44,85 persen dari keseluruhan sektor yang ada (BPS, 2013). Produksi jagung di Kabupaten Tasikmalaya terbilang cukup tinggi dan
menempati posisi kedua setelah padi. Hal tersebut menjadikan Kabupaten Tasikmalaya sebagai salah satu sentra produksi jagung di Jawa Barat selain Garut, Majalengka dan Sumedang (BPS, 2012). Oleh karena itu, Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat yang memiliki potensi untuk berpartisipasi dalam mewujudkan program pemerintah swasembada jagung untuk melakukan diversifikasi pangan dengan jagung. Namun, kendala yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan program tersebut adalah selera dan kebiasaan masyarakat di Kabupaten Tasikmalaya yang masih gemar makan nasi dan juga penggunaan jagung yang hampir keseluruhan digunakan sebagai bahan baku pakan ternak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara harga beras dan harga pakan ternak dengan harga jagung dalam dwifungsi jagung sebagai barang substitusi beras dan bahan baku pakan ternak di Kabupaten Tasikmalaya, baik secara simultan (bersama-sama) antara harga beras dan harga pakan ternak dengan harga jagung dan secara parsial antara harga beras dengan harga jagung dan harga pakan ternak dengan harga jagung. Pendekatan hubungan antara beras dan pakan ternak dengan jagung dilakukan melalui hubungan harganya, karena harga pasar yang terbentuk berasal dari keseimbangan permintaan dan penawaran dari masing-masing komoditas/ produk tersebut. Menurut Soeharno TS (2007), keseimbangan dari garis permintaan dan penawaran suatu barang berada pada titik pertemuan antara kedua garis tersebut dalam kurva keseimbangan permintaan dan penawaran yang disebut titik keseimbangan atau Equilibrium Point. Titik keseimbangan ini yang biasanya menjadi patokan pembentukan harga pasar/ harga keseimbangan suatu barang. Menurut Richard A. Bilas (1990), harga suatu barang akan mempengaruhi permintaan barang yang menggantikannya. Jika suatu harga produk (beras) naik, maka volume permintaan terhadap beras berkurang dan kemungkinan besar menyebabkan permintaan dari barang substitusi produk tersebut (jagung) akan mengalami kenaikan. Hal ini tentu akan berdampak pada perubahan harga barang yang mensubstitusinya (harga jagung). Karena, bila masyarakat menghendaki lebih banyak akan suatu barang (barang yang mensubstitusi), maka hal ini akan tercermin pada adanya kenaikan permintaan konsumen untuk barang tersebut. Akibatnya harga barang tersebut naik, sehingga penjual barang tersebut memperoleh keuntungan yang lebih besar. Hubungan
antara harga suatu barang (beras) dengan harga barang yang mensubstitusinya (jagung) disajikan pada Gambar 1.
Daya beli masyarakat terhadap beras
Harga beras
Permintaan beras Permintaan barang substitusi (jagung)
Harga jagung
Gambar 1. Flowchart hubungan antara harga beras dengan harga jagung
Harga suatu faktor produksi akan mempengaruhi harga produk yang dihasilkan, menurut Richard A. Bilas (1990). Jika harga suatu faktor produksi (misalnya bahan baku) naik, kemungkinan yang dilakukan produsen adalah mencari bahan substitusi yang lebih murah jika bahan baku tersebut memiliki banyak barang pengganti. Kemungkinan kedua yang dilakukan oleh produsen dalam menghadapi kenaikan harga bahan baku adalah dengan menaikkan harga jual dari produk yang dihasilkannya. Hubungan antara harga bahan baku (jagung) dengan harga produk yang dibentuknya (pakan ternak) disajikan pada Gambar 2. Harga jagung
Harga beli faktor produksi/ bahan baku pakan ternak
Harga Pakan Ternak
(khususnya ternak unggas) Gambar 2. Flowchart hubungan antara harga jagung dengan harga pakan ternak
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tasikmalaya selama tiga bulan, dari bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2013. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Studi Pustaka mengenai jagung di Kabupaten Tasikmalaya, dengan pendekatan penelitian secara deskriptif asosiatif. Metode studi pustaka menurut Bungaran Saragih (1994) adalah metode penelitian yang menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka berbagai kegiatan penelitian yang telah dilakukan oleh berbagai lembaga, salah satunya oleh dinas atau instansi yang terkait dengan objek penelitian.
Data yang digunakan dalam penelitian berupa data time series dari harga eceran bulanan beras IR 64 Kw2, harga pakan ternak (layer), dan harga jagung pipilan selama periode waktu dari Januari 2009 sampai April 2013. Adapun asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahwa jagung di Kabupaten Tasikmalaya memiliki peranan sebagai salah satu barang substitusi beras, karena produksi jagung yang tinggi setelah beras serta nilai gizi yang hampir setara dengan beras, dan hubungan antara harga pakan ternak dan harga jagung tetap memiliki hubungan walaupun di Kabupaten Tasikmalaya tidak terdapat pabrik pakan ternak. Jika harga pakan disuatu daerah mengalami perubahan, misalnya mengalami kenaikan harga, hal ini setidaknya akan merangsang petani untuk menaikkan harga jagung di daerah lain yang juga menjual jagung hasil panennya untuk dijadikan bahan baku pakan ternak. Selain itu, pakan ternak yang berada dipasaran dijual untuk mempermudah akses bagi para peternak yang di daerahnya tidak terdapat pabrik pakan ternak sendiri. Namun, peternak mandiri ini lebih sensitive terhadap fluktuasi harga pakan. Ketika harga pakan di pasar mengalami kenaikan, biasanya para peternak mandiri tersebut lebih memilih untuk meramu pakan ternak sendiri dengan menggunakan jagung dan bahan campuran lainnya yang juga tersedia di pasar selama harganya lebih realistis dari pada harga pakan ternak yang meningkat. Data dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif dan asosiatif. Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan penjelasan serta interpretasi atas informasi dari data yang digunakan dalam penelitian. Sedangkan analisis asosiatif bertujuan untuk melihat sejauh mana hubungan antar variabel-variabel dari data yang telah dikumpulkan untuk kemudian dilakukan pengujian lebih mendalam dengan menggunakan alat uji statistik. Penentuan alat uji statistik yang cocok untuk penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji asumsi, yaitu uji normalitas data. Lebih lanjut Singgih Santoso (2010) menyatakan bahwa untuk menguji kenormalan suatu data dapat diuji dengan uji normalitas data, yaitu dengan uji perhitungan statistik normalitas data KolmogorovSmirnov dan uji Shapiro-Wilk, serta uji normalitas data dengan menggunakan plot/ grafik. Hasil pengujian normalitas data penelitian (data harga eceran bulanan beras IR 64 Kw 2, jagung pipilan dan pakan ternak) menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi normal. Oleh karena itu, alat analisis yang dipilih adalah korelasi nonparametrik,
dengan alat uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi ganda Konkordansi Kendall W dan uji korelasi parsial Kendall Thau.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan Simultan antara Harga Beras dan Harga Pakan Ternak dengan Harga Jagung sebagai Barang Substitusi Beras dan Bahan Baku Pakan Ternak Secara keseluruhan, identifikasi dari plot data harga eceran beras IR 64 Kw2, jagung pipilan dan pakan ternak di Kabupaten Tasikmalaya memiliki tren atau kecenderungan yang berbeda-beda. Harga eceran bulanan beras IR 64 Kw2 lebih bersifat tidak stasioner atau mengalami fluktuasi yang cukup signifikan dan terlihat memiliki kecenderungan yang meningkat selama 52 periode dibandingkan harga eceran bulanan jagung pipilan dan pakan ternak. Plot data harga jagung pipilan dan pakan ternak sama-sama mengalami harga yang cukup stabil pada pertengahan hingga akhir periode. Namun, data harga pakan lebih bersifat stasioner daripada data harga jagung pipilan. Gabungan plot ketiga produk/ komoditi penelitian ini
dapat dilihat pada
Gambar 3.
Gambar 3. Grafik gabungan plot data harga eceran bulanan beras, jagung pipilan dan pakan ternak
Hasil pengujian simultan antara harga beras dan harga pakan ternak dengan harga jagung menunujukkan keputusan untuk menolak H0, karena probabilitas (signifikansi 0,008) < α (0,05), maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah secara simultan harga beras dan harga pakan ternak memiliki hubungan yang positif dengan
harga jagung pipilan. Artinya, ketika harga beras dan harga pakan ternak naik secara bersama-sama akan mempengaruhi kenaikan harga jagung pipilan. Namun demikian, hubungan simultan tersebut hanya memiliki kekuatan hubungan sebesar 0,092 atau keeratan hubungan diantara keduanya adalah hanya sebesar 9,2 persen yang termasuk ke dalam kategori sangat rendah, dengan mengacu pada interval korelasi dan tingkat hubungan Sugiono (2004). Hubungan antara Harga Beras dengan Harga Jagung Dilihat dari bentuk plot data antara harga beras IR 64 Kw2 dan harga jagung yang didapat dilihat pada Gambar 4, secara keseluruhan tidak menunujukan adanya hubungan yang searah atau positif. Namun, pada periode 16 sampai 25 trend harga beras dan jagung beraa pada posisi sejajar. Hal ini menunjukan bahwa antara harga beras IR 64 Kw2 dengan harga jagung di Kabupaten Tasikmalaya kemungkinan memiliki hubungan yang searah, dengan kata lain jagung di Kabupaten Tasikmalaya kemungkinan sudah dapat berperan sebagai barang pengganti/ substitusi dari beras sebagai bahan pangan pokok.
Gambar 4. Grafik plot data harga eceran bulanan beras IR 64 Kw2 dan jagung pipilan
Hasil pengujian parsial antara harga beras dengan harga jagung menunjukkan bahwa harga beras memiliki hubungan positif atau searah dengan harga jagung, karena tanda dari koefisien korelasinya adalah positif. Artinya, semakin tinggi harga beras maka makin tinggi pula harga jagung, dan sebaliknya. Namun, keeratan hubungan
antara harga beras dan harga jagung terbilang rendah, karena nilai koefisien korelasinya sebesar 0,306 atau keeratan hubungan diantara keduanya adalah sebesar 30,6 persen. Rendahnya nilai korelasi antara harga beras dengan harga jagung ini kemungkinan besar disebabkan karena menurut derajat penggantiannya, beras dan jagung termasuk substitusi jauh. Hubungan antara Harga Pakan Ternak dengan Harga Jagung Plot data harga jagung pipilan menunjukan pola data trend yang cenderung stabil, walaupun sempat mengalami fluktuasi harga di awal periode. Pada awal periode (Januari 2009) sampai dengan periode 12 (Desember 2009), harga jagung pipilan mengalami naik dan turun secara cepat dengan range harga sebesar Rp 2.375,00 per kg. Kemudian harga jagung pipilan ini mulai menunjukkan tren harga yang stabil. Harga pakan memiliki trend harga yang hampir sama dengan harga jagung pipilan. Pada awal periode, mengalami sedikit fluktuasi dan selanjutnya harga yang konstan. Namun, untuk plot data harga eceran bulanan pakan ternak ini lebih bersifat stasioner (data yang tidak banyak mengalamai perubahan) daripada plot data harga eceran bulanan jagung pipilan. Plot data harga pakan ternak dan jagung pipilan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Grafik plot data harga eceran bulanan pakan ternak dan jagung pipilan
Hasil pengujian parsial antara harga pakan ternak dengan harga jagung menunjukkan bahwa harga pakan ternak dan harga jagung tidak memiliki hubungan yang positif. Artinya kenaikan harga pakan tidak memiliki hubungan yang searah
dengan kenaikan harga jagung, begitupun sebaliknya. Hal tersebut terjadi karena kemungkinan bahwa pasar jagung dan pakan ternak tidak terintegrasi secara vertikal dan kemungkinan lainnya adalah volume produksi jagung masih belum memenuhi volume pasar jagung di Kabupaten Tasikmalaya, sehingga hubungannya tidak signifikan.
KESIMPULAN 1) Harga beras dan harga pakan ternak secara simultan memiliki hubungan yang positif dengan harga jagung di Kabupaten Tasikmalaya 2) Harga beras memiliki hubungan yang positif dengan harga jagung di Kabupaten Tasikmalaya, dengan keeratan hubungan diantara keduanya termasuk kedalam kategori rendah 3) Harga pakan ternak dengan harga jagung di Kabupaten Tasikmalaya tidak memiliki hubungan yang positif, artinya kenaikan harga pakan dengan naik turunnya harga jagung tidak memiliki hubungan yang searah.
SARAN 1) Jika pemerintah menghendaki program diversifikasi pangan antara beras dengan jagung terjadi di Kabupaten Tasikmalaya, diharapkan dapat membuat program yang bertujuan untuk merubah paradigma masyarakat Kabupaten Tasikmalaya agar tidak terfokus pada nasi sebagai makanan pokok. Namun, jika hal tersebut sulit untuk dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah tetap meningkatkan produksi padi dan memfokuskan penggunaan jagung untuk kebutuhan lain. 2) Petani dapat lebih meningkatkan produksi jagungnya untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar jagung yang masih memiliki potensi yang cukup baik, jika kemungkinan volume produksi jagung masih belum memenuhi volume pasar jagung terjadi di Kabupaten Tasikmalaya; 3) Kepada para peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan tema yang sama, diharapkan dapat meneliti lebih lanjut mengenai intergrasi antara pasar jagung dan pakan ternak di Kabupaten Tasikmalaya serta mengenai penggunaan jagung selain untuk makanan selingan/ substitusi makanan pokok dan pakan ternak di Kabupaten Tasikmalaya yang menyebabkan harga jagung pipilan menjadi tinggi.
DAFTAR PUSTAKA Bungaran Saragih. 1994. Penelitian Sosial Ekonomi Pengembangan Ilmu dan Pembangunan Nasional dalam buku Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi BPS. 2012. Jawa Barat Dalam Angka in Figures 2012. Badan Pusat Statistik, Provinsi Jawa barat, ISSN : 02.15.2169 ___. 2013. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi April 2013. Badan Pusat Statistik, Jakarta-Indonesia, ISSN : 9199017 Kementrian Perdagangan Indonesia. 2011. Menuju Swasembada Jagung Tahun 2014. URL:(http://ditjenpdn.kemendag.go.id/index.php/public/information/articlesdetail/berita/43). Diakses pada 30 April 2013 Richard A. Bilas. 1990. Teori Mikroekonomi. Erlangga. Jakarta Singgih Santoso. 2010. Statistik Nonparametrik : konsep dan aplikasi dengan SPSS. PT. Gramedia. Jakarta Soeharno TS. 2007. Teori Mikroekonomi. ANDI. Yogyakarta Sugiono. 2004. Statistika untuk Penelitian. Cetakan Keenam. Alfabeta. Bandung