KAJIAN DIVERSIFIKASI USAHATANI SAYURAN Widya Oktiana1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Eri Cahrial2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Hj. Enok Sumarsih3) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola tanam diversifikasi usahatani sayuran, besarnya biaya, penerimaan, pendapatan, kelayakan dan distribusi penerimaan pada pola tanam diversifikasi usahatani sayuran di desa Sukaratu. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus pada seorang petani yang mengusahakan pola diversifikasi usahatani sayuran di Desa Sukaratu Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya. Pemilihan responden dan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pola tanam diversifikasi usahatani sayuran yang dilakukan oleh petani selama satu tahun pada lahan A (0,50 ha) yaitu pada musim tanam pertama petani menanam mentimun, musim tanam kedua petani menanam cabai merah dan musim tanam ketiga petani menanam kacang panjang sedangkan pola tanam yang dilakukan oleh petani pada lahan B (0,35 ha) yaitu pada musim tanam pertama petani menanam mentimun, musim tanam kedua menanam cabai merah dan musim tanam ketiga menanam buncis. Biaya total yang dikeluarkan pada diversifikasi usahatani sayuran dengan luas lahan 0,85 hektar sebesar Rp 99.686.297,00. Sedangkan total penerimaannya sebesar Rp 267.500.000,00, dan total pendapatan petani dari diversifikasi usahatani sayuran tersebut sebesar Rp 167.813.703,00. Tingkat kelayakan diversifikasi usahatani sayuran pada lahan 0,85 hektar menghasilkan perhitungan Revenue Cost Ratio (R/C) sebesar 2,6 Artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan maka akan menghasilkan penerimaan sebesar 2,6 rupiah. Sedangkan distribusi penerimaan yang diperoleh petani relatif kontinyu sehingga dapat digunakan sebagai modal usahatani selanjutnya dan dapat memenuhi kebutuhan keluarga petani. Kata Kunci : Diversifikasi, Usahatani Sayuran, Distribusi
1
1
ABSTRACT This research purposed to know the diversification planting method of the vegetables farming business which it was carried out by the farmer, and to know the amount of cost, acceptance, income, properly and acceptance distribution of the vegetables farming business diversify at Sukaratu village. The method of research that used was case study for the farmer who works the vegetables farming business diversify at Sukaratu village, Sukaratu district, Tasikmalaya regency. The respondent election and the research location was to be done as purposived. The result of this research pointed that the planting method of the Vegetables farming business which was carried out by a farmer as long as one year at the area A (0,50 ha) in the first planting season so the farmer plants a cucumber and in the scond season he plants the kidneybean and in the third season he plants the long noursing bean, where as the planting method which was carried out by a farmer at the area B (0,35 ha) in the first planting season the farmer plants a cucumber, and in the scond season he plants the kidneybean and in the third season he plants the stringbean. So the totality cost which was spent for the vegetables farming business diversification with the wide of area 0.85 hectare was Rp 99.686.297,00, where as the totality acceptance was Rp 264.500.000,00 and the totality income for the farmer as long as one year from the vegetables farming business diversification was Rp 164.813.703,00. The properly rank of the vegetables farming business diversification at the area 0,85 hectare given a result of revenue Cost Ratio (R/C) calculation as mach as 2,6 it means that every 1 rupiah wich was spent as the cost will give a result acceptance as much as 2,6. Meanwhile acquired acceptance distribution farmer continue relative so get as been utilized as the capital for the farming business capial further and gets to meet the need farmer family. Key word: Diversification, vegetables farming, Distribution PENDAHULUAN Salah satu subsektor pertanian yang menopang perekonomian di Indonesia adalah subsektor hortikultura. Hortikultura merupakan subsektor pertanian yang memiliki peranan penting dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional dan dapat menambah pendapatan negara. Komoditas hortikultura mempunyai prospek yang cukup cerah untuk dikembangkan. Usaha peningkatan produksi telah banyak dilakukan untuk mencukupi kebutuhan pasar dalam negeri maupun pasar internasional (Hendro Sunaryono dan Rismunandar, 1981).
2
Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki peranan penting bagi masyarakat. Sayuran berperan dalam rangka pemenuhan kecukupan pangan dan gizi masyarakat di masa yang akan datang. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pendapatan, dan pendidikan, tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesehatan juga meningkat. Minat masyarakat terhadap sayuran terus meningkat karena pola hidup sehat yang telah menjadi gaya hidup masyarakat. Hal ini menyebabkan permintaan sayur terus meningkat. Pada tahun 2005, tingkat konsumsi sayuran penduduk Indonesia adalah sebesar 35,30 kilogram per kapita per tahun, tahun 2006 sebesar 34,06 kilogram per kapita per tahun, tahun 2007 sebesar 40,90 kilogram per kapita per tahun, dan 51,31 kilogram per kapita per tahun pada tahun 2008. Sedangkan konsumsi sayuran saat ini adalah sebesar 41,9 kilogram perkapita per tahun (Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, 2010). Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi sayuran di Indonesia. Sentra sayuran di Jawa Barat diantaranya Bandung, Subang, Cianjur, Garut dan Tasikmalaya. Salah satu daerah penghasil sayuran di Kabupaten Tasikmalaya yaitu di Desa Sukaratu Kecamatan Sukaratu yang wilayahnya terletak dikaki Gunung Galunggung. Petani sayuran di Desa Sukaratu Kecamatan Sukaratu dalam menjalankan usahataninya tidak terlepas dari unsur resiko dan ketidakpastian dimana sifat produk pertanian yang mudah rusak, sangat tergantung pada iklim, serta adanya fluktuasi harga yang sangat tinggi, menyebabkan tidak kontinyunya penerimaan yang diperoleh petani
sedangkan
petani
memerlukan biaya
untuk
menjalankan
usahataninya setiap saat. Salah satu strategi pengembangan komoditas sayuran ke depan yang dapat dilaksanakan demi peningkatan stabilitas dan kontinuitas pendapatan rumah tangga petani adalah pengembangan diversifikasi usahatani. Diversifikasi merupakan salah satu strategi pembangunan pertanian, di samping strategi lainnya seperti intensifikasi, ekstensifikasi, dan rehabilitasi. Tujuan dari diversifikasi adalah menuju kepada 3
keseimbangan struktur ekonomi pertanian sehingga penggunaan sumber daya alam dan sumber daya manusia mencapai optimal. Diversifikasi usahatani sayuran dapat dilakukan dengan cara memasukkan beberapa komoditas komersial sebagai penyusun pola tanam (Saptana,2003). Diversifikasi usahatani bukanlah hal yang baru bagi sebagian besar petani kecil di Indonesia. Pada awalnya alasan petani melakukan diversifikasi usahatani adalah untuk memenuhi keragaman kebutuhan konsumsi keluarga. Dalam konteks ekonomi, diversifikasi
pertanian
diarahkan
untuk
memenuhi
permintaan
pasar
dan
meningkatkan pendapatan petani dengan tingkat stabilitas yang lebih tinggi. Diversifikasi tanaman merupakan salah satu alternatif yang layak untuk dikembangkan dengan mengarah kepada 1). Pemanfaatan komponen lingkungan seperti hara tanaman, air dan cahaya matahari, sehingga mampu mengurangi erosi serta perusakan tanah; 2). Memperkecil peluang serangan hama dan penyakit tanaman serta risiko kegagalan melalui konsep keanekaragaman komoditi; 3). Curahan tenaga kerja dapat lebih diatur; serta 4). Peningkatan produksi, hasil dan pendapatan petani secara umum. Komoditas sayuran yang ditanam petani di Desa Sukaratu, seperti telah disinggung di atas adalah berbagai jenis sayuran. Jenis sayuran yang ditanam diantaranya adalah Mentimun, Cabai Merah, Kacang Panjang dan Buncis. Selain untuk memenuhi produksi sayuran, diversifikasi diharapkan dapat memberikan kenaikan pendapatan yang diperoleh dari adanya keanekaragaman hasil usaha, sekaligus juga dapat memanfaatkan tenaga kerja seoptimal mungkin. Persoalan yang di hadapi petani dalam kegiatan diversifikasi usahatani sayuran terutama dalam proses produksinya adalah berapa banyak pengeluaran yang harus dikeluarkan agar dapat menghasilkan suatu produksi guna mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari kegiatan usahataninya.
4
METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus pada seorang petani sayuran di Desa Sukaratu Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya. Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan salah satu daerah yang melakukan usahatani diversifikasi dan Teknik penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja terhadap seorang petani yang mengusahakan usahatani sayuran. Jenis dan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh berdasakan dari hasil wawancara langsung dengan petani dengan menggunakan daftar kuesioner yang telah disiapkan sedangkan Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari literatur-literatur dan studi pustaka melalui dokumen, terbitan, ataupun publikasi dari instansi terkait. Pemaparan data yang dikumpulkan ditabulasi dan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis usahatani yang meliputi analisis biaya, penerimaan, pendapatan, dan R/C. Menurut Soekartawi (1995), analisis data yang dimaksud dijabarkan sebagai berikut: 1)
Total Cost TC = ∑TFC + ∑TVC TVC = TFCi Keterangan: TC = Total Cost (biaya total) TFC = Total Fixed Cost (biaya tetap total) TVC = Total Variable Cost (biaya variabel total) ∑TFCi = Jumlah biaya total dari ke 4 komoditas i = Jenis komoditas yang diusahakan
2)
Penerimaan: TR = Y. Py Keterangan: TR = Total Revenue (penerimaan total) Y = Jumlah Produksi (kilogram) Py = Harga Jual Produk (Rp/kg)
5
TR TR 3)
= ∑Yi.Pyi = Y1P1 + Y2P2 + Y3P3
Pendapatan: I = ∑TR – ∑TC Keterangan : I = Income (pendapatan). TR = Total Revenue (penerimaan total). TC = Total Cost (biaya total).
4)
Untuk mengetahui besarnya R/C dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
a = R = Py.Y C = FC+VC a = {(Py.Y)/(FC+VC)} Keterangan: R = Penerimaan total C = Biaya total Py = Harga output Y = Output FC = Biaya tetap (fixed cost) VC = Biaya Variabel (variable cost) Ketentuan : - Apabila R/C > 1, maka usahatani yang dilakukan memperoleh keuntungan dan layak untuk diusahakan. - Apabila R/C = 1, maka usahatani yang dilakukan tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian. - Apabila R/C < 1, maka usahatani yang dilakukan mengalami kerugian dan tidak layak untuk diusahakan.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Tanam Diversifikasi Usahatani Sayuran Pola tanam merupakan salah satu cara petani dalam mengefisienkan penggunaan lahan dan untuk menata ulang kalender penanaman. Pola tanam dapat disusun sesuai kebutuhan petani. Pemilihan jenis tanaman budidaya umumnya disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Pola tanam diversifikasi usahatani sayuran yang dilakukan oleh responden pada lahan yang dikelolanya terbagi menjadi dua luas lahan yaitu lahan A seluas 0,50 hektar dan lahan B seluas 0,35 hektar. Adapun pola tanam yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Pola tanam pada lahan A (0,50 ha) dan lahan B (0,35 ha) di Desa Sukaratu Kecamatan Sukaratu Juli
Agt
Sept
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
April
Mei
Juni
Juli
A B MT 1 Keterangan :
MT 2
MT
Mentimun Cabai Merah Kacang Panjang Buncis
MT 1: Musim tanam 1 (Mentimun) MT 2: Musim tanam 2 (Cabai Merah) MT 3: Musim tanam 3 (Kacang Panjang dan Buncis) Biaya Biaya Tetap merupakan biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan. Biaya tetap dalam usahatani terdiri dari sewa lahan, penyusutan alat dan biaya bunga. Biaya tetap pada diversifikasi usahatani dapat dilihat pada Tabel berikut.
7
Tabel 1. Rincian biaya tetap selama satu tahun pada diversifikasi usahatani sayuran pada luas lahan 0,50 hektar dengan pola tanam mentimun – cabai merah – kacang panjang. No 1 2 3
Uraian Sewa Lahan Penyusutan Alat Bunga Modal Tetap Biaya Tetap Total
Mentimun (Rp) 1.750.000,00 418.750,00 78.508,00 2.247.258,00
Cabai merah (Rp) 3.500.000,00 837.000,00 314.035,00 4.651.535,00
Kacang panjang (Rp) 1.750.000,00 418.750,00 78.508,00 2.247.258,00
Total (Rp) 7.000.000,00 1.675.000,00 471.051,00 9.146.051,00,
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2014
Tabel 2. Rincian biaya tetap selama satu tahun pada diversifikasi usahatani sayuran pada luas lahan 0,35 hektar dengan pola tanam mentimun – cabai merah – buncis. No 1 2 3
Uraian Sewa Lahan Penyusutan Alat Bunga Modal Tetap Biaya Tetap Total
Mentimun (Rp) 1.250.000,00 418.750,00 60.408,00 1.729.158,00
Cabai merah (Rp) 2.500.000,00 837.500,00 214.635,00 3.552.135,00
Buncis (Rp) 1.250.000,00 418.750,00 60.408,00 1.729.158,00
Total (Rp) 5.000.000,00 1.675.000,00 335.451,00 7.010.451,00
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2014
Biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh volume produksi selama satu musim tanam. Pada perhitungan biaya variabel ini, ada beberapa jenis biaya sarana produksi yang didalamnya terdiri dari benih, pupuk, kapur, pestisida dan lain-lain. Selain dari biaya sarana produksi juga dihitung biaya tenaga kerja dan bunga modal dan untuk melihat jumlah biaya sarana produksi, tenaga kerja dan bunga modal dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 3. Rincian biaya variabel usahatani mentimun per musim tanam pada luas lahan 0,50 dan 0,35 hektar. No 1 2 3
Uraian Biaya Sarana Produksi Biaya Tenaga Kerja Bunga Modal Total
Besarnya (Rp) (0,50 ha) 10.435.000,00 15.000.000,00 920.747,00 26.355.747,00
Presentase (%) 39,6 56,9 3,5 100
Besarnya (Rp) (0,35 ha) 8.285.000,00 12.300.000,00 745.177,00 21.330.177,00
Persentase (%) 38,8 57,7 3,5 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2014
8
Tabel 4. Rincian biaya variabel usahatani cabai merah per musim tanam pada luas lahan 0,50 dan 0,35 hektar. No
Uraian
1 2 3
Biaya Sarana Produksi Biaya Tenaga Kerja Bunga Modal Total
Besarnya (Rp) (0,50 ha) 5.838.332,00 6.060.000,00 861.439,00 12.759.771,00
Presentase (%) 45,5 47,7 6,8 100
Besarnya (Rp) (0,35 ha) 4.618.333,00 4.875.000,00 687.317,00 10.180.650,00
Persentase (%) 45,3 47,9 6,8 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2014
Tabel 5. Rincian biaya variabel usahatani kacang panjang dan buncis per musim tanam pada luas lahan 0,50 dan 0,35 hektar No
Uraian
1 2 3
Biaya Sarana Produksi Biaya Tenaga Kerja Bunga Modal Total
Besarnya (Rp) (0,50) 4.173.332,00 2.760.000,00 250.986,00 7.184.318,00
Presentase (%) 58,2 38,4 3,4 100
Besarnya (Rp) (0,35 ha) 3.119.333,00 2.400.000,00 199.799,00 5.719.132,00
Persentase (%) 55,2 41,3 3,5 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2014
Biaya variabel total yang dikeluarkan pada diversifikasi usahatani sayuran selama satu tahun pada lahan 0,50 hektar dan 0,35 hektar dalam penelitian ini adalah Rp 83.529.795,00 . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7. Tabel 6. Rincian biaya variabel total selama satu tahun pada luas lahan 0.50 hektar dengan pola tanam mentimun – cabai merah – kacang panjang. No
Uraian
1 2 3
Sarana produksi Tenaga kerja Bunga modal variabel Total
Mentimun (Rp) 10.435.000,00 15.000.000,00 920.747,00
Cabai Merah (Rp) 5.838.332,00 6.060.000,00 861.439,00
K. Panjang (Rp) 4.173.332,00 2.760.000,00 250.986,00
Biaya Variabel Total (Rp) 20.446.664,00 23.820.000,00 2.033.172,00 46.299.836,00
Sumber : Data Primer Diolah, 2014
Tabel 7. Rincian biaya variabel total selama satu tahun pada luas lahan 0.35 hektar dengan pola tanam mentimun – cabai merah – buncis. No
Uraian
1 2 3
Sarana produksi Tenaga kerja Bunga modal variabel Total
Mentimun (Rp) 8.285.000,00 12.300.000,00 745.177,00
Cabai Merah (Rp) 4.618.333,00 4.875.000,00 687.317,00
Buncis (Rp) 3.119.333,00 2.400.000,00 199.799,00
Biaya Variabel Total (Rp) 16.022.666,00 19.575.000,00 1.632.293,00 37.229.959,00
Sumber : Data Primer Diolah, 2014
9
Biaya total dalam proses produksi diversifikasi usahatani sayuran yang dilakukan pada penelitian ini merupakan hasil penjumlahan dari seluruh biaya tetap dan seluruh biaya variabel. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Biaya total pada diversifikasi usahatani sayuran selama satu tahun. No
Lahan
1
A (0,50 )
2
B (0,35 )
Musim Tanam 1 2 3 1 2 3
Jenis Tanaman Mentimun Cabai merah Kacang panjang Mentimun Cabai merah Buncis Total
Biaya Tetap Variabel 2.247.258,00 26.355.747,00 4.651.535,00 12.759.771,00 2.247.258,00 7.184.318,00 1.729.158,00 21.330.177,00 3.552.135,00 10.180.650,00 1.729.158,00 5.719.132,00
Total 28.603.005,00 17.411.306,00 9.431.576,00 23.059.335,00 13.732.785,00 7.448.290,00 99.686.297,00
Sumber : Data Primer Diolah, 2014
Penerimaan Penerimaan merupakan hasil kali antara jumlah produksi dengan harga jual. Penerimaan dalam kegiatan diversifikasi usahatani sayuran yang dilakukan petani responden di Desa Sukaratu dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 9. Total penerimaan pada diversifikasi usahatani sayuran selama satu tahun pada luas lahan 0,50 hektar. No 1 2 3
Uraian Mentimun Cabai merah Kacang panjang
Produksi (kg) 25.000 6.500 12.000
Harga (Rp/kg) 2.000 13.000 1.500
Total Penerimaan
Jumlah penerimaan (Rp) 50.000.000,00 84.500.000,00 18.000.000,00 152.500.000,00
Sumber : Data Primer Diolah, 2014
Tabel 10. Total penerimaan pada diversifikasi usahatani sayuran selama satu tahun pada luas lahan 0,35 hektar No 1 2 3
Uraian Mentimun Cabai merah Buncis Total Penerimaan
Produksi (kg) 17.500 5.000 10.000
Harga (Rp/kg) 2.000 13.000 1.500
Jumlah penerimaan (Rp) 35.000.000,00 65.000.000,00 15.000.000,00 115.000.000,00
Sumber : Data Primer Diolah, 2014
10
Pendapatan Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total dalam diversifikasi usahatani sayuran dari tanaman mentimun, cabai merah, kacang panjang dan buncis. Total pendapatan dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 11. Total pendapatan diversifikasi usahatani sayuran pada lahan 0,50 hektar No
Jenis Sayuran
Penerimaan (Rp)
Biaya Total (Rp)
Pendapatan (Rp)
1
Mentimun
50.000.000,00
28.603.005,00
21.396.995,00
2
Cabai merah
84.500.000,00
17.411.306,00
67.088.694,00
3
Kacang panjang
18.000.000,00
9.431.576,00
8.568.424,00
Total
152.500.000,00
55.445.887,00
97.054.113,00
Sumber : Data Primer Diolah, 2014
Tabel 12. Total Pendapatan diversifikasi usahatani sayuran pada lahan 0,35 hektar No
Jenis Sayuran
Penerimaan (Rp)
Biaya Total (Rp)
Pendapatan (Rp)
1
Mentimun
35.000.000,00
23.059.335,00
11.940.665,00
2
Cabai merah
65.000.000,00
13.732.785,00
51.267.215,00
3
Buncis
15.000.000,00
7.448.290,00
7.551.710,00
Total 115.000.000,00 Sumber : Data Primer Diolah, 2014
44.240.410,00
70.759.590,00
Revenu Cost Ratio (R/C) R-C ratio merupakan perbandingan anatara hasil penerimaan dengan biaya total produksi. R/C berguna untuk mengetahui tingkat kelayakan dari diversifikasi usahatani. Penerimaan total pada diversifikasi usahatani sayuran yang ditanam pada luas 0,85 hektar Rp 267.500.000,00 dan dibagi dengan biaya total yang dikeluarkan untuk diversifikasi sayuran yaitu sebesar Rp 99.686.297,00. Maka akan diperoleh nilai Revenue Cost Ratio (R/C) sebesar 2,6. Artinya bahwa setiap 1 (satu) rupiah biaya yang di keluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar 2,6 rupiah. Untuk lebih jelas nya dapat di lihat pada Tabel 13. Tabel 13. Penerimaan, biaya total dan R/C selama satu tahun. No 1 2
Uraian Penerimaan Biaya total R/C
Luas lahan (0,50 ha) 152.500.000,00 55.445.887,00
Luas lahan (0,35 ha) 115.000.000,00 44.240.410,00
Total 267.500.000,00 99.686.297,00 2,6
Sumber : Data Primer Diolah, 2014
11
Distribusi penerimaan diversifikasi usahatani sayuran Distribusi penerimaan adalah sebaran penerimaan dari diversifikasi usahatani sayuran dari lahan A (0,50 ha) mentimun–cabai merah–kacang panjang dan dari lahan B (0,35 ha) mentimun–cabai merah–buncis. Penanaman pada musim tanam pertama pada lahan A dan B berbeda 1 bulan alasan petani menanam berbeda satu bulan dikarnakan dalam penyewaan lahannya petani mulai bisa menyewa pada bulan Agustus, karna bulan – bulan sebelumnya lahan masih digunakan. Pada lahan A petani memulai usahataninya pada bulan Juli dan pada lahan B dimulai pada bulan Agustus.
Untuk lebih jelasnya distribusi penerimaan total pada diversifikasi
usahatani sayuran dari ke dua lahan tersebut dapat dilihat pada Gambar berikut. 70000000 60000000 50000000 40000000 30000000 20000000 10000000 0
61100000 44000000
41600000 33800000
30000000
16500000 13000000 10500000 6000000
11000000
Juli
Mentimun Cabai Merah A Kacang Panjang
Agus Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb Maret April Mei
Mentimun A dan B Cabai Merah A dan B Kacang Panjang Dan Buncis
Juni
Juli
Mentimun B Cabai Merah B Buncis
Gambar 2. Distribusi Penerimaan Total Diversifikasi Usahatani Sayuran Dari lahan A dan B.
Distribusi penerimaan total diversifikasi usahatani sayuran yang diterima oleh petani pada bulan kedua yaitu petani mendapatkan penerimaan total sebesar Rp 30.000.000,00. Pada bulan ketiga yaitu bulan September petani mendapatkan penerimaan total sebesar Rp 44.000.000,00 yang berasal dari lahan A dan B. Bulan ke empat yaitu bulan Oktober petani mendapatkan penerimaan total sebesar Rp 11.000.000,00 yang berasal dari lahan B. Pada bulan ke lima dan ke enam yaitu bulan November dan Desember petani tidak mendapatkan penerimaan karena sayuran yang diusahakan masih dalam masa pertumbuhan. Pada bulan ke tujuh yaitu
12
bulan Januari petani mendapatkan penerimaan total sebesar Rp 41.600.000,00 yang berasal dari lahan A. Pada bulan ke delapan yaitu bulan Februari petani mendapatkan penerimaan total sebesar Rp 61.100.000,00 yang berasal dari lahan A dan B. Pada bulan ke Sembilan yaitu bulan Maret petani mendapatkan penerimaan total sebesar Rp 33.800.000,00 yang berasal dari lahan A dan B. Pada bulan ke sepuluh yaitu bulan April petani mendapatkan penerimaan total sebesar Rp 13.000.000,00 yang berasal dari lahan B. Bulan ke sebelas yaitu bulan Mei petani mendapatkan penerimaan total sebesar Rp 10.500.000,00 yang berasal dari lahan A. Pada bulan ke dua belas yaitu bulan Juni petani mendapatkan penerimaan total sebesar Rp 16.500.000,00 yang berasal dari lahan A dan B, dan pada bulan Juli yaitu bulan ke dua belas pada lahan B petani mendapatkan penerimaan total sebesar Rp 6.000.000,00 yang berasal dari lahan B. Diversifikasi usahatani sayuran yang dilakukan oleh petani mempunyai banyak dampak positif, dibandingkan dengan pola tanam secara monokultur. Diversifikasi merupakan jalan keluar yang dapat dilakukan petani dalam menyiasati kebutuhan pasar karena kebutuhan sayuran setiap tahunnya tetap tinggi dan relatif stabil. Keuntungan dari diversifikasi usahatani sayuran diantaranya menghindari resiko gagal panen, pemanfaatan lahan semaksimal mungkin dan memenuhi kebutuhan produksi secara kontinyu. Bisa dilihat pada Gambar 2, hampir setiap bulannya petani mendapatkan penerimaan dari diversifikasi usahatani sayuran tetapi pada bulan November dan Desember petani tidak mendapatkan penerimaan dikarenakan sayuran yang ditanam masih dalam masa pertumbuhan namun pada bulan yang tidak mendapatkan penerimaan petani tersebut masih bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga dan biaya untuk usahataninya karena petani memiliki saving dari penerimaan bulan – bulan sebelumnya. Penerimaan total yang diterima oleh petani disetiap bulannya digunakan oleh petani untuk biaya oprasional dan kebutuhan rumah tangga petani, untuk biaya rumah tangga petani di asumsikan setiap bulannya sebesar Rp 3.000.000,00. Penerimaan 13
pada bulan ke dua dimanfaatkan oleh petani untuk biaya oprasional usahatani pada lahan B (0,35 ha) dan biaya rumah tangga petani pada bulan ini petani mengeluarkan biaya yang cukup besar dikarnakan pada lahan B petani baru memulai pengolahan lahan dan penanaman pada musim tanam pertama. Bulan ke tiga petani mendapatkan penerimaan dari lahan A (0,50 ha) dan lahan B (0,35 ha), penerimaan tersebut digunakan oleh petani untuk biaya rumah tangga dan biaya oprasional tetapi pada bulan ini petani tidak mengeluarkan biaya oprasional yang terlalu besar, sehingga pada bulan ini petani biasa menyisihkan uangnya untuk kebutuhan bulan berikutnya. Pada bulan ke empat petani mendapatkan penerimaan dari lahan B (0,35 ha) pada bulan ini petani mengeluarkan biaya yang cukup besar dikarnakan pada bulan ini pada lahan A (0,50 ha) petani mengeluarkan biaya oprasional untuk musim tanam kedua dan biaya rumah tangga petani. Pada bulan ke lima petani tidak mendapatkan penerimaan tetapi petani harus mengeluarkan biaya oprasional untuk musim tanam kedua pada lahan B (0,35 ha) sehingga petani mengeluarkan uang yang disisihkan dari penerimaan bulan yang lalu. Pada bulan ke enam petani tidak mendapatkan penerimaan dan pada bulan ini petani tidak mengeluarkan biaya yang cukup besar, petani hanya mengeluarkan biaya untuk rumah tangga petani. Bulan ketujuh, kedelapan dan kesembilan petani mendapatkan penerimaan yang cukup besar tetapi pada bulan ini petani hanya menggunakan biaya untuk pemanenan dan biaya rumah tangga petani sehingga petani menyisihkan uangnya untuk disimpan dari penyimpanan uang tersebut petani biasa menggunakan uang tersebut untuk biaya oprasional dan perluasan lahan. Pada bulan kesepuluh petani mendapatakan penerimaan dan digunakan untuk biaya oprasional pada musim tanam ke tiga pada lahan A (0,50 ha) dan untuk biaya rumah tangga petani, pada bulan kesebelas petani mendapatkan penerimaan dan digunakan oleh petani untuk biaya rumah tangga petani dan biaya oprasional pada lahan B (0,35 ha). Pada bulan ke dua belas dan bulan Juli yaitu bulan ke dua belas pada lahan B, penerimaan yang diterima petani di manfaatkan untuk biaya pemanenan dan biaya rumah tangga petani. 14
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1) Pola tanam diversifikasi yang dilakukan oleh petani selama satu tahun pada lahan A (0,50 ha) adalah mentimun - cabai merah - kacang panjang sedangkan pola tanam yang dilakukan pada lahan B (0,35 ha) mentimun - cabai merah dan buncis. 2) Biaya Total yang dikeluarkan pada diversifikasi usahatani sayuran pada luas lahan 0,85 hektar sebesar Rp 99.686.297,00. Sedangkan total penerimaannya sebesar Rp 267.500.000,00, dan Pendapatan petani selama satu tahun dari diversifikasi usahatani sayuran tersebut sebesar Rp 167.813.703,00. 3) Hasil perhitungan analisis usahatani menunjukan bahwa tingkat kelayakan diversifikasi ushatani sayuran pada luas lahan 0,85 hektar menghasilkan perhitungan Revenu Cost Ratio (R/C) sebesar 2,6 dan termasuk kategori layak diusahakan. 4) Distribusi penerimaan yang diperoleh petani relatif kontinyu sehingga dapat digunakan sebagai modal usahatani selanjutnya dan dapat memenuhi kebutuhan keluarga petani. Saran Berdasarkan hasil dan simpulan dari penelitian ini maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1) Pola tanam diversifikasi yang dilaksanakan oleh petani responden dapat direkomendasikan untuk dilaksanakan juga oleh petani lain, karena selain dari aspek finansial layak, juga terbukti memiliki keunggulan dalam distribusi penerimaan yang menyebar sepanjang waktu. Hal ini dapat mengatasi salah satu kesulitan petani pada umumnya yang mendapatkan penerimaan diskontinyu musiman. 2) Untuk lebih mempertahankan kontinuitas penerimaan petani maka disarankan agar penanaman pada lahan B dimulai pada bulan Oktober. 15
3) Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk pola-pola diversifikasi jenis sayuran lain, yakni diversifikasi usahatani dengan rotasi jenis sayuran yang berbeda. Hal ini diperlukan untuk membuat rekomendasi diversifikasi usahatani yang lebih luas dan melibatkan petani yang lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA Abdul Rojak. 2006. Manajemen Usahatani. Bandung: Pustaka Giratuna. Direktorat Jendral Hortikultura. 2010. Perkembangan PDB Komoditas Hortikultura Indonesia. http://hortikultura.deptan.go.id (diakses 22 Februari 2012). Fadholi Hernanto. 1989.Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Hendro Sunaryono dan Rismunandar. 1981. Pengantar Pengetahuan Dasar Hortikultura. Bandung : CV Sinar Baru. Ken Suratiyah. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Moehar Daniel. 2003. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. PT Bumi Aksara. Jakarta. Monografi Desa Sukaratu, 2013. Kabupaten Tasikmalaya. Mubyarto. 1989. Pengantar ekonomi pertanian. Jakarta : LP3ES. Pakpahan. 1989. Refleksi Diversifikasi Dalam Teori Ekonomi. Makalah disampaikan pada kongres dan konpernas IX perhepi, Jakarta 12-16 Januari 1989. Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI). Jakarta. Said Rusli. 1995. Pengantar Ilmu Kependudukan.LP3ES. Jakarta. Saptana. 2003. Catatan Lapang Survei Prospek Diversifikasi Usahatani Di Lahan Sawah Di Kabupaten Kediri. (Tidak Dipublikasikan). Soedarsono Hadisapoetro. 1977. Biaya dan Pendapatan didalam Usahatani. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Soekartawi. 1993. Resiko dan Ketidakpastian dalam Agribisnis. Jakarta : PT Raja Grapindo Persada.
16