KELAYAKAN FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM RAS PETELUR (Kasus Pada Seorang Peternak Ayam Ras Petelur di Dusun Pasirnangka Desa Beber Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis) Moh. Yusef Ridwan1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected]
Riantin Hikmah Widi2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] D. Yadi Heryadi3) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected]
ABSTRAK Analisis kelayakan finansial usaha ternak ayam ras petelur di Dusun Pasirnangka Desa Beber Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis, dilaksanakan pada Mei sampai September 2015. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis kelayakan finansial usaha ternak ayam ras petelur dengan menggunakan NPV; IRR; dan Net B/C. (2) mengetahui jangka waktu pengembalian modal investasi dan (3) menganalisis kepekaan/sensitivitas usaha ternak ayam ras petelur terhadap perubahan biaya input, dan jumlah produksi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi/wawancara secara langsung dengan peternak responden menggunakan data dan kuisioner yang telah disediakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat suku bunga 13% usaha ternak ayam ras petelur layak untuk dikembangkan dengan nilai NPV Rp. 304.560.461; IRR 38,80%; dan Net B/C 2,37;. Modal yang diinvestasikan dalam kegiatan usaha ternak ayam ras petelur dapat dikembalikan setelah proyek berjalan selama 3 tahun 8 bulan.. Pada kondisi peningkatan biaya pakan sebesar 3% usaha ternak ayam ras petelur masih layak untuk dikembangkan dengan nilai NPV Rp. 252.604.293; IRR 34,90%; dan Net B/C 2,13;. Demikian pula halnya pada kondisi peningkatan biaya pakan
sebesar 5% usaha ternak ayam ras petelur masih layak untuk dikembangkan dengan nilai NPV Rp. 217.966.839; IRR 31,99%; dan Net B/C 1,98;. Pada kondisi penurunan produksi sebesar 3% usaha ternak ayam ras petelur masih layak untuk dikembangkan dengan nilai NPV Rp. 226.923.554; IRR 32,83%; dan Net B/C 2,02;. Begitu pula halnya pada kondisi penurunan produksi sebesar 8% usaha ternak ayam ras petelur masih layak untuk dikembangkan dengan nilai NPV Rp. 97.528.700; IRR 21,90%; dan Net B/C 1,41;. Pada kondisi peningkatan biaya fullet sebesar 19% sampai 37% tidak terlalu berpengaruh terhadap kelayakan usaha ternak ayam ras petelur dan masih layak untuk dikembangkan dengan nilai NPV Rp. 245.321.912; IRR 33,87%; dan Net B/C 2,10;, dan NPV Rp. 189.201.174; IRR 28,95%; dan Net B/C 1,74;. Sedangkan pada peningkatan biaya pakan sebesar 19%, dan penurunan produksi sebesar 15% usaha ternak ayam ras petelur mengalami kerugian karena nilai NPV<0; IRR lebih rendah dari suku bunga bank yang berlaku dan Net B/C<1, sehingga tidak layak untuk dikembangkan. Kata kunci: Analisis Finansial, Biaya Produksi, Payback Periods, Sensitivitas, dan Ayam Ras Petelur. ABSTRACT Financial feasibility analysis of effort livestock chickens ras laying in the hamlet of Pasirnangka village of Beber Sub district Cimaragas, Ciamis, implemented in May until September 2015. This research aims to : (1) Analyze the feasibility of a financial effort livestock chickens ras laying using NPV, IRR, and Net B/C. (2) Knowing the payback periods of investment. (3) Analyze the sensitivity/business sensitivity livestock chickens ras laying against changes in input cost and the amount of production. Date collections is carried out by means of observations/interviews directly with a cattlemen respondents using a detailed questionnaire and data that has been provided. Research results show that at the level of the interest rate of 13% for livestock chickens ras laying efforts deserve to be developed with a value of NPV Rp. 304.560.461; IRR 38,80%; dan Net B/C 2,37;. The capital invested in the business activities of livestock chickens ras laying can be restored once the project is running for 3 years 8 months. On the conditions of feeding livestock business 3% chickens ras laying deserves to be developed with a value of NPV Rp. 252.604.293; IRR 34,90%; dan Net B/C 2,13;. Similarly on the conditions of increase in the cost of feed for livestock business 5% chickens ras laying still deserves to be developed with a value of NPV Rp. 217.966.839; IRR 31,99%; dan Net B/C 1,98;. On the conditions of production decline of 3% for livestock chickens ras business laying still deserves to be developed
with a value of NPV Rp. 226.923.554; IRR 32,83%; dan Net B/C 2,02;. So is the case on the condition of decreased production by 8% livestock chickens ras business laying still deserves to be developed with a value of NPV Rp. 97.528.700; IRR 21,90%; dan Net B/C 1,41;. On the conditions of increased costs fullet 19% to 37% not for effect on livestock chickens ras business feasibility of laying and still deserves to be developed with value of NPV Rp. 245.321.912; IRR 33,87%; and Net B/C 2,10;, and NPV Rp. 189.201.174; IRR 28,95%; and Net B/C 1,74;. While an increase in the cost of feed is 19% and decreased production by 15% for livestock chickens ras laying business suffered a loss because the value of NPV<0; IRR lower than prevailing bank rates;, and Net B/C<1;, so not worthy to be developed. Keywords : Financial Analysis, Cost of Production, Sensitivity, and Chickens Ras Laying . PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu subsektor dari sektor pertanian yang menyimpan potensi bisnis dan prospek yang menjanjikan di masa mendatang serta berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Kebutuhan masyarakat akan hasil ternak seperti daging, susu dan telur semakin meningkat. Hal ini seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, tingkat pendidikan, kesadaran masyarakat akan gizi dan peranan zat–zat makanan khususnya protein bagi kehidupan, serta meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan hasil ternak.. Perkembangan peternakan ayam ras petelur di Indonesia hingga saat ini berkembang sesuai dengan kemajuan peternakan ayam ras petelur global yang mengarah kepada sasaran mencapai tingkat efisiensi usaha yang optimal. Namun upaya pembangunan peternakan ayam ras petelur tersebut masih menghadapi tantangan global yang mencakup kesiapan daya saing produk, utamanya bila dikaitkan dengan lemahnya kinerja penyediaan bahan baku pakan yang merupakan 70 persen dari biaya produksi, karena sebagian besar masih sangat tergantung dari impor. Sumbangan sub sektor peternakan khususnya usaha ayam ras petelur terhadap sector pertanian terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sehingga produk peternakan memang layak untuk sumber pertumbuhan yang menjanjikan terutama untuk industri perunggasan tingkat produksi telur dan susu.
Tabel 1. Produksi Telur Menurut Jenis Unggas di Indonesia 2010-2014 ( Ton ) Jenis Unggas 2010 2011 2012 2013 2014 Ayam Ras Petelur 945.637 1.027.846 1.139.949 1.224.402 1.299.199 Ayam Kampung 175.527 172.215 197.083 194.620 197.391 Itik 245.039 256.198 275.938 290.365 297.074 Sumber, Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan (2015)
Jawa Barat merupakan salah satu sentra peternakan di Indonesia yang memiliki pangsa populasi ayam ras petelur rata-rata sebesar 8,5 persen dari total populasi nasional. Menurut Dinas Peternakan Jawa Barat (2014), menyebutkan usaha ayam petelur di Jawa Barat mulai tahun 2009 sampai dengan 2014 terus mengalami peningkatan. Hal tersebut didukung dengan data statistik peternakan dan kesehatan hewan (2014), bahwa konsumsi protein hewani penduduk Indonesia yang berasal dari telur ayam telah meningkat dari 0,018 kg/kapita/hari pada tahun 2012 menjadi 0,023 kg/kapita/hari pada tahun 2013. Tabel 2. Populasi dan Produksi Ayam Ras Petelur di Jawa Barat 2009-2014 Tahun Populasi Produksi ( ribu ekor ) ( Ton ) 2009 10.403,8 95.628 2010 11.252,4 103.428 2011 11.903,5 115.787 2012 12.271,9 120.123 2013 12.882,3 131.586 2014 13.278,4 136.393 Sumber ; Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (2015)
Salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Barat yang dikenal sebagai salah satu sentra populasi usaha ternak ayam ras petelur adalah Kabupaten Ciamis. Menurut keterangan narasumber produsen telur ayam yang terletak di Dusun Pasirnangka Desa Beber Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis bahwa peternak yang sudah ada di sekitar Kabupaten Ciamis masih belum mencukupi kebutuhan pasar yang mencapai 25 ton setiap harinya. Perlu adanya rangsangan bagi peternak agar mampu memproduksi telur guna memenuhi kebutuhan telur di daerah Ciamis. Tabel 3. Rata Rata Harga Telur di Tingkat Konsumen di Kabupaten Ciamis 2010– 2014 Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, 2015 (diolah)
Harga Rata – Rata (Rp) 12.800 14.200 15.600 17.600 18.000
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti dan menganalisa tentang usaha ternak ayam ras petelur tersebut, dengan bertujuan sebagai bahan informasi dan memberi gambaran terhadap usaha ternak ayam ras petelur. Dengan hal tersebut diatas penulis mewujudkan dengan melaksanakan penelitian dan menganalisa dengan judul “Kelayakan Finansial Usaha Ternak Ayam Ras Petelur”. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka dapat diidentifikasikan masalahnya sebagai berikut : 1. Bagaimana kelayakan finansial usaha ternak ayam ras petelur ? 2. Pada tahun ke berapa seluruh modal yang diinvestasikan pada usaha ternak ayam ras petelur dapat dikembalikan? 3. Berapa besar sensitivitas perubahan harga input yang dapat mempengaruhi kelayakan usaha ayam ras petelur ? Tujuan dan Kegunaan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui kelayakan finansial dari usaha ternak ayam ras petelur. 2. Mengetahui jangka waktu pengembalian seluruh modal yang diinvestasikan pada usaha ternak ayam ras petelur. 3. Mengetahui sensitivitas perubahan harga input yang dapat mempengaruhi kelayakan usaha ayam ras petelur. Kegunaan Penelitian 1. Peneliti, sebagai pengetahuan dan wawasan serta pemahaman penulis mengenai suatu usaha ternak ayam ras petelur. 2. Pelaku usaha, memberikan pemahaman mengenai cara menganalisis keuangan suatu usaha dengan baik. 3. Untuk dinas terkait, sebagai bahan masukan dalam penyusunan kebijakan khususnya untuk daerah di Desa Beber, Kecamatan Cimaragas, Kabupaten Ciamis yang mempunyai potensi dalam pengembangan usaha ternak ayam ras petelur. Pendekatan Masalah Pengkajian biaya, penerimaaan dan pendapatan ini dapat dilakukan dengan melalui analisis finansial. Menurut Clive Gray, Payaman Simanjuntak, Lien K. Sabur, P.F.L. Maspaitella, R.C.G. Varley (2002), bahwa suatu perhitungan dikatakan perhitungan privat atau analisis finansial, bila yang berkepentingan langsung dalam benefit dan biaya proyek adalah individu atau pengusaha.
Untuk mengetahui kelayakan finansial usaha ternak ayam ras petelur digunakan 3 kriteria yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), dan Net B/C Ratio (Kadariah, 1979; Malian, 2004) Kriteria untuk mengetahui selisih antara penerimaan dengan biaya yang telah di present value kan diperlukan pengujian kelayakan usaha ternak ayam ras petelur:, yaitu: NPV usaha ternak ayam ras petelur ≥ 0 maka usaha ternak ayam ras petelur layak “go”; NPV usaha ternak ayam ras petelur = 0 maka usaha ternak ayam ras petelur tersebut tidak mengalami untung dan rugi (impas); NPV usaha ternak ayam ras petelur ˂ 0 maka usaha ternak ayam ras petelur ditolak (tidak layak diusahakan) (Kadariah, 1979). Kriteria yang menunjukkan bahwa suatu usaha ternak ayam ras petelur layak dijalankan; yaitu: IRR yang apabila sama dengan nilai (i) yang berlaku sebagai Social Discount Rate, maka NPV dari proyek itu adalah sebesar 0, Jika IRR ˂ Social Discount Rate, maka NPV ˂ 0. Kriteria penghitungan apabila usaha ternak ayam ras petelur dikatakan menguntungkan (profitable), yaitu: apabila nilai Net B/C ratio usaha ternak ayam ras petelur ≥ 1 maka usaha ternak ayam ras petelur layak, sedangkan Net B/C ratio usaha ternak ayam ras petelur ˂ 1 maka usaha ternak ayam ras petelur tidak layak . Untuk mengukur kecepatan kembalinya modal yang diiinvestasikan digunakan payback periods yaitu jangka waktu periode yang digunakan untuk mengembalikan semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan dari suatu proyek. Apabila suatu proyek sudah diputuskan untuk dilaksanakan dengan didasarkan pada perhitungan-perhitungan atau analisa-analisa serta didasarkan pada hasil (NPV, IRR, Net B/C ), namun dalam kenyataannya tidak tertutup kemungkinan terjadi kekeliruan atau ketidaktepatan perkiraan biaya dan benefit, kesalahan pada perhitungan, ataupun terjadinya perhitungan yang meleset yang disebabkan oleh kenaikan biaya, terutama biaya operasional sehingga biaya produksi meningkat, selanjutnya terjadi penurunan pada harga produk yang menyebabkan akan menurunnya benefit yang diharapkan, dan untuk mengatasi hal tersebut perlu diadakan Analisa Sensitivitas (Sensitivity Analysis) (Abdul Choliq, dkk (1999). METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Studi Kasus pada seorang peternak ayam ras petelur di Desa Beber Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis. Adapun pengertian dari metode studi kasus yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga, atau gejala tertentu (Suharsimi Arikunto, 1998).
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Data yang diperoleh sehubungan dengan penelitian ini meliputi : 1. Data primer yaitu data diperoleh dari hasil wawancara dengan responden, menggunakan daftar pertanyaan atau kuisioner yang telah dipersiapkan. 2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari referensi pendukung penelitian dan dinas terkait. Teknik Penentuan Responden Teknik penentuan responden dilakukan secara sengaja (purposive) terhadap seorang peternak yang ada di Dusun Pasirnangka Desa Beber Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis. Konsep dan Operasionalisasi Variabel 2.4.1 Konsep 1) Ayam ras petelur adalah ayam jenis unggul yang telah mengalami berbagai seleksi untuk menghasilkan telur yang sangat tinggi. 2) Usaha peternakan adalah suatu kegiatan usaha dalam meningkatkan manfaat ternak melalui organisasi oprasional 2.4.2 Operasionalisasi Variabel 1. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan dari mulai usaha tersebut dilaksanakan sampai usaha tersebut berjalan. Biaya investasi terdiri dari : a) Biaya lahan dihitung dalam satuan meter persegi, dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp/M2) b) Biaya pembuatan kandang ayam dihitung dalam satuan unit, dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp/Unit) c) Biaya pembelian peralatan peternakan dihitung dalam satuan unit, dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp/Unit) 2. Biaya operasional adalah seluruh biaya yang dikeluarkan selama proses produksi itu berlangsung. Biaya oprasional terdiri dari : a) Pakan Pemberian pakan dilakukan dalam 2 (dua) fase yaitu : - fase grower (umur 13 – 17 minggu) dihitung dalam satuan kilogram, dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp/Kg) - fase finisher (umur 18 minggu – ayam afkir) dihitung dalam satuan kilogram, dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp/Kg) b) Probiotik dihitung dalam satuan gram, dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp/gr) c) Vitamin dihitung dalam satuan mililiter, dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp/gr)
d) Vaksin dihitung dalam satuan mililiter, dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp/mL) e) Pemeliharaan induk ayam dihitung dalam satuan HOK, dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp/HOK) f) Pembelian anak ayam (Fullet) dihitung dalam satuan ekor, dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp/Ekor) 3. Penerimaan adalah hasil perkalian antara hasil produksi dengan harga jual, dimana: a) Periode atau jangka waktu proyek selama sepuluh tahun diasumsikan dari umur ekonomis kandang ayam. b) Hasil produksi dihitung dalam satuan kilogram (kg) dan karung yang berukuran 50 kg. c) Harga jual telur dihitung dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg). d) Harga jual ayam afkir dihitung dalam satuan rupiah per kilogram daging (Rp/kg). e) Harga jual pupuk kandang dihitung dalam satuan rupiah per karung (Rp/karung). 4. Pendapatan merupakan selisih penerimaan dengan biaya total yang dikeluarkan. 5. Usaha ternak ayam ras petelur dilakukan dari Fullet (umur 13 minggu) Kerangka Analisis 1. Analisis Finansial Abdul Choliq, dkk (1999) menyatakan, bahwa kriteria investasi yang dapat digunakan dalam analisis finansial diantaranya adalah : 1. Net present value (NPV)
=
BT − Ct (1 + i)t
=
(Bt − Ct) (DF)
=
(Net Benefit) (DF)
Keterangan : Bt
= Penerimaan usaha pada tahun ke-t
Ct
= Cost (Biaya pada tahun ke-t
N
= Umur ekonomis proyek (10 tahun)
I
= Tingkat suku bunga yang berlaku
DF
= Discount Factor
2. Internal Rate of Return (IRR) IRR =
+
( -
Keterangan : i1 i2
)
= Discount Factor pertama dimana diperoleh NPV positif = Discount Factor kedua dimana diperoleh NPV negatif
3. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C ratio) Net B/C =
∑ ∑
( (
− −
Net B/C =
∑ ∑
( (
Net B/C =
∑ ∑
Keterangan : Bt Ct N DF
)( )(
) ) )( )(
) )
= = = =
Penerimaan kotor pada tahun ke-t Cost (Biaya pada tahun ke-t Umur ekonomis proyek (10 tahun) Discount Factor
2. Payback Periods Keterangan : T NBKNB+
=
+
NBK X 12 NB
= Tahun produksi dimana diperoleh Net Benefit Kumulaitf terkecil = Net Benefit Kumulatif negatif terkecil = Net Benefit positif dimana diperoleh Net positif pertama
3. Analisis Sensitivitas (Sensitivity Analysis) Analisis Sensitivitas adalah suatu analsisis untuk dapat melihat pengaruhpengaruh yang akan terjadi akibat keadaan berubah-ubah. Analisis Sensitivitas bertujuan untuk membantu menemukan unsur yang sangat menentukan hasil proyek,
jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam perkiraan biaya atau manfaat. Analisis ini juga dapat membantu mengarahkan perhatian orang pada variabel-variabel yang penting untuk memperbaiki perkiraan (Bachrawi Sanusi, 2000). Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan selama 4 (empat) bulan pada bulan Juni 2015 sampai dengan September 2015. Dapat dibagi kedalam tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyusunan. HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah seorang peternak yang melaksanakan usaha ternak ayam ras petelur di Dusun Pasirnangka Desa Beber Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis. Identitas responden dibatasi pada aspek umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusaha, tanggungan keluarga, dan status lahan yang dimiliki. Aspek Finansial Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Analisis kelayakan finansial dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kelayakan usaha ternak ayam ras petelur. Analisis yang digunakan yaitu terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Payback Periods dan Analisis Sensitivitas (Sensitivity Analysis). Biaya Investasi Tabel 4. Biaya Investasi Kandang Satu dan Kandang Dua*) No
Uraian
Jumlah (Rp)
Presentase (%)
1
Lahan
Rp. 28.000.000
12,6
2
Pembuatan Kandang Layer
Rp. 78.000.000
35,1
3
Pembuatan Kandang Batre
Rp. 33.000.000
14,9
4
Biaya Peralatan Peternakan
Rp. 5.401.000
2,4
5
Laptop
Rp. 4.600.000
2,1
6
Diesel Air
Rp. 5.600.000
2,5
7
Gudang Pakan dan Telur
Rp. 25.000.000
11,2
8
Kendaraan Motor
Rp. 26.000.000
11,8
9
Saung Jaga
Rp. 5.000.000
2,3
10
Mixxer
Rp. 11.500.000
5,1
Total Biaya Investasi
Rp. 222.101.000
100
Sumber : Data primer diolah, 2015
Biaya Operasional Tabel 5. Biaya Operasional Kandang Satu dan Kandang Dua*) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Uraian Pakan Probiotik Vitamin Vaksin Biaya Tenaga Kerja Pembelian Ayam (Fullet) Listrik Pajak Biaya Pemasaran ATK Total Biaya Operasional
Jumlah (Rp) Rp. 647.146.737 Rp. 9.142.650 Rp. 12.660.300 Rp. 5.297.000 Rp. 50.160.000 Rp. 108.295.200 Rp. 1.680.000 Rp. 840.000 Rp. 650.000 Rp. 200.000 Rp. 836.071.890
Persentase (%) 77,4 1,1 1,5 0,6 5,9 13,0 0,2 0,1 0,07 0,04 100
Sumber : Data primer diolah, 2015
Penerimaan Grafik 1. Rata-Rata Harga Jual dan Volume Produksi Kandang Satu *) 20000 Volume Produksi (Kg)
15000 10000
Rata-Rata Harga Telur Per Bulan Tingkat Peternak (Rp)
5000 0 1
3
5
7
9
11 13 15 17 19 21 23
Grafik 2. Rata-Rata Harga Jual dan Volume Produksi Kandang Dua *) 20000 15000
Volume Produksi (Kg)
10000 Rata-Rata Harga Telur Per Bulan Tingkat Peternak (Rp)
5000 0 1
3
5
7
9
11 13 15 17 19 21 23
Tabel 6. Penerimaan Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Kandang Satu dan Kandang Dua Per Periode Produksi (2.445 ekor). Komoditi
Jumlah Produksi
Telur Ayam Ayam Afkir Kotoran Ayam Karung
61.339,8 Kg 4.427 Kg 1.731,6 Karung 4.320 Unit
Harga Jual Per Unit (Rp) 15.750 *)1 14.000 8.000 *)2 500
Total Jumlah Penjualan
Penerimaan (Rp) 961.030.720 61.978.000 13.853.199 2.160.000 1.039.021.919
Sumber : Data primer diolah, 2015
Kelayakan Finansial Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Tabel 7. NPV, IRR, Net B//C Usaha Ternak Ayam Ras Petelur *) No. Uraian Jumlah 1. Net Present Value (NPV) Rp. 304.560.461 2. Internal Rate of Return (IRR) 38,80 % 3. Net Benefit Cost of Ratio (Net B/C) 2,37 Sumber : Data primer diolah, 2015
Payback periods Jangka waktu pengembalian modal yang diinvestasikan dalam usaha ternak ayam ras petelur yaitu 3 tahun 8 bulan. Hal ini berarti modal yang diinvestasikan dalam kegiatan usahaternak ayam ras petelur dapat dikembalikan setelah 3 tahun 8 bulan beroperasi. Analisis Sensitivitas Tabel 8. Analisis Sensitivitas Pada Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Net Present Internal Rate Net Benefit Cost Value of Return of Ratio Uraian (NPV) (IRR) (Net B/C) Peningkatan Harga Pakan 1 ) Hasil Analisis Sensitivitas Kondisi Aktual Rp. 304.560.461 38,80% 2,37 3% Rp. 252.604.293 34,90% 2,13 5% Rp. 217.966.839 31,99% 1,98 19% Rp. (24.207.432) 10,45% 0,91 2 Penurunan Produksi ) Hasil Analisis Sensitivitas
Kondisi Aktual 3% 8% 15% Peningkatan Harga Fullet 3 ) Kondisi Aktual 19% 37%
Rp. 304.560.461 Rp. 226.923.554 Rp. 97.528.700 Rp. (83.634.087)
38,80% 32,83% 21,90% 4,63%
Hasil Analisis Sensitivitas Rp. 304.560.461 38,80% Rp. 245.321.912 33,87% Rp. 189.201.174 28,95%
2,37 2,02 1,41 0,73
2,37 2,10 1,74
Sumber : Data primer diolah, 2015
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1). Usaha tenak ayam ras petelur layak untuk diusahakan berdasarkan hasil analisis finansial diperoleh nilai Net Present Value (NPV) : sebesar Rp. 304.560.461 Internal Rate of Return sebesar 38,80 persen dan Net Benefit Cost of Ratio (Net B/C) sebesar 2,37. 2). Modal yang diinvestasikan dalam kegiatan usahaternak ayam ras petelur dapat dikembalikan setelah proyek berjalan selama 3 tahun 8 bulan. 3). Tingkat kelayakan usaha ternak ayam ras petelur akan negatif bila kenaikan biaya pakan sebesar 19 persen, dan usaha ternak ayam ras petelur akan mengalami kerugian pada tingkat penurunan produksi sebesar 15 persen, sedangkan pada peningkatan biaya pembelian fullet sebesar 19 sampai 37 persen usaha ternak ayam ras petelur masih layak untuk diusahakan. Saran 1.) Usaha ternak ayam ras petelur untuk jangka waktu kedepan harus dapat dikembangkan dalam skala besar dengan cara penambahan modal melalui pengajuan kredit ke bank, karena kapasitas yang tersedia saat ini belum mencukupi kebutuhan telur khususnya untuk Kabupaten Ciamis.
2). Untuk pemerintah dapat dijadikan sebagai masukan mengenai pengambilan kebijakan khususnya mengenai harga dan ketersediaan pakan untuk kebutuhan peternak khususnya di Kabupaten Ciamis. DAFTAR PUSTAKA Abdul Choliq, Rivai Wirasasmita, dan Sumarna Hasan, 1999. Evaluasi proyek. Pionir Jaya. Bandung. Bachrawi Sanusi, 2000. Pengantar Evalusi Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ( LPFE UI). Jakarta. Clive Gray, Payaman Simanjuntak, Lien K. Sabur, P.F.L. Maspaitella, R.C.G. Varley, 2002. Pengantar Evaluasi Proyek. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, 2014. Populasi dan Produksi Ayam Ras Petelur di Jawa Barat. Bandung. Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2014. Produksi Telur Menurut Jenis Unggas di Indonesia. Jakarta. Kadariah, 1979. Pengantar Evaluasi Proyek. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Suharsimi Arikunto,1998. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.