KERAGAAN PEMASARAN BERAS ORGANIK Milla Nurlestari1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] D. Yadi Heryadi2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Hj. Betty Rofatin3) Fakultas Pertanian Studi Agribisnis Universitas Siliwangi ABSTRACT This research aimed to know the performace of organic rice marketing from marketing channel, level of marketing margin and Farmer's Share . This research was ehecuted at Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya in May up to November 2012 by using surve method. The determination for farmers as responden used Proportional Sampling method. Snow ball sampling was used to determine the responden of compiler merchant, wholesaler, and retailer. The deita was analysed marketing margin and farmer’s share. The channel of Organic rice marketing in Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya consisted of three channels they were: marketing channel I ( farmer compiler merchant - wholesaler – exporter – overseas retailers - consumer ), marketing channel II ( farmer - compiler merchant – wholesaler - retailers - consumer) and marketing channel III ( farmer - compiler merchant - retailers - consumer) . The function they did were transfer function, facility function, and physical function. The marketing margin of marketing channel was I Rp 55.200,00 per kilograms, marketing channel was II Rp 11.100,00 per kilograms and marketing channel was III Rp 16.100,00 per kilograms. Farmer’s share of marketing channel I equaled to 8 percent, marketing channel II equaled to 30,19 percent and marketing III equaled to 23,33 percent. The marketing channel was higher than I und III Key word: Variability, Marketing, Organic Rice, Marketing Margins, Farmer’s Share
1
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan pemasaran beras organik yang terdiri dari saluran pemasaran, besarnya marjin pemasaran dan bagian harga yang diterima oleh petani (Farmer’s share). Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya dari Bulan Mei sampai dengan November 2012 dengan metode penelitian Survai. Teknik penentuan responden untuk petani menggunakan metode Proporsional Sampel atau Sampel Imbangan terhadap petani yang telah melaksanakan budidaya padi organik secara kontinyu dan telah bersertifikat. Teknik pengambilan responden untuk pedagang ditentukan dengan metode Snowball Sampling, yang terdiri dari pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer. Analisis data yang digunakan yaitu marjin pemasaran dan farmer’s share. Saluran pemasaran beras organik di Kecamatan Manonjaya terdiri dari tiga saluran pemasaran, yaitu : Saluran I ( Petani - pedagang pengumpul - pedagang besar Eksportir - pedagang pengecer luar negeri – konsumen) Saluran II ( Petani-pedagang pengumpul - pedagang besar - pedagang-pengecer lokal -konsumen) Saluran III (Petani -pedagang pengumpul-pedagang pengecer-konsumen).
Fungsi
pemasaran
yang
dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran pada penelitian ini beraneka ragam, mulai dari fungsi pertukaran, fungsi fasilitas dan fungsi fisik agar produk dapat sampai pada konsumen akhir. Besarnya total marjin pemasaran pada saluran pemasaran I Rp 55.200,00, Saluran pemasaran II Rp 11.100,00 per kilogram dan saluran III yaitu Rp 16.100,00 per kilogram. Farmer’s Share saluran pemasaran I srbesar 8 persen, saluran II sebesar 30,19 persen, dan saluran pemasaran III sebesar 23,33 persen. Kata Kunci: Keragaan, Pemasaran, Beras Organik, Marjin Pemasaran, Farmer’s Share I.
PENDAHULUAN Usaha pertanian organik merupakan salah satu usaha di bidang pertanian yang
tidak dapat diabaikan perannya dalam menopang perekonomian nasional. Selain itu, pertanian organik juga sangat mendukung terhadap pelestarian lingkungan dan mampu meminimalisir dampak negatif dari ″Global warming″. Salah satu usaha pertanian organik yang sangat berperan tersebut salah satunya yaitu usaha pertanian padi organik.
2
Usaha pertanian padi organik pelan namun pasti, produktivitas dan produksi padi organik yang dihasilkan petani Tasikmalaya meningkat. Selain itu luasan persawahan padi organik dengan metode SRI ″System of Rice Intensification ″ juga meningkat menjadi tersebar di 39 kecamatan. Menurut Rz Subagyo (2009), hal itu tentu saja tidak terlepas dari harga jual beras organik yang menguntungkan dibanding beras biasa, sehingga petani semakin tertarik untuk menanamnya. Hasil kerja keras dan perjuangan petani Tasikmalaya untuk memproduksi beras organik yang berkualitas tersebut akhirnya membuahkan hasil yakni dengan diterimanya sertifikat organik salah satunya dari "Institute for Marketocology" (IMO) dari Negara Swiss. Dengan adanya sertifikat tersebut berarti telah ada pengakuan internasional bahwa kelompok tani itu sudah menerapkan sistem budidaya dan pengolahan beras dengan baik dan memperhatikan prinsip-prinsip efisiensi, keamanan pangan, serta keberlanjutan produktivitas lahan. Pertanian organik tidak saja menguntungkan petani karena harga produknya yang lebih tinggi dibanding beras non-organik, namun juga berdampak baik terhadap lingkungan dan keamanan atau kesehatan bagi konsumen penggunanya. Salah satu sentra produksi padi organik di Kabupaten Tasikmalaya yang telah mendapat sertifikat internasional adalah di Kecamatan Manonjaya dengan luas panen dan produksi padi SRI terbesar di Kabupaten Tasikmalaya. Desa Margahayu merupakan Desa dengan luas panen terbesar di Kecamatan Manonjaya seluas 53 Ha, dan produksi 3.673,43 Kuintal, serta produktivitas 69,31 Kuintal / Ha. Luas Panen, produksi dan produktivitas per hektar padi sawah (SRI) menurut data tahun 2010 di Kecamatan Manonjaya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah (SRI) Berdasarkan Desa Tahun 2010 di Kecamatan Manonjaya. Desa (1) Batusumur Cihaur Pasirpanjang Kalimanggis Cibeber Gunajaya Margahayu Kamulyan Manonjaya Margaluyu
Luas Panen (Ha) (2) 20 30 22 53 2 -
Produksi (KU) (3) 1.302,80 2.073,60 1.487,42 3.673,43 130,32 -
Produktivitas (KU / Ha) (4) 65,14 69,12 67,61 69,31 65,16 -
3
Cilangkap Pasirbatang Jumlah
4 20 151
272,64 1.386,20 10.166,83
65,66 69,31 67,33
Sumber : Data BPP Kecamatan Manonjaya dalam Angka, 2011
Pemasaran Beras Organik sampai saat ini belum banyak diketahui dan diteliti termasuk keragaannya. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengkaji dan meneliti pemasaran padi organik. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui saluran pemasaran beras organik serta untuk mengetahui besarnya marjin pemasaran padi dan bagian harga yang diterima oleh petani (Farmer’s share). Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui saluran pemasaran, mengalisis besarnya marjin pemasaran serta mengetahui dan menganalisis besarnya bagian yang diterima petani (Farmer’s share). II.
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Survei. Metode
Survei
mengambil
sampel
dari
populasi
dan
hasil
sampel
tersebut
dapat
menggambarkan populasi. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) di Kecamatan Manonjaya berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya, bahwa petani tersebut telah bersertifikat dan telah melaksanakan budidaya padi organik secara kontinyu. Dalam penentuan sampel ini peneliti menggunakan pendapat Suharsimi Arikunto (2002) yaitu apabila jumlah populasi lebih besar dari 100 maka dapat diambil antara 1015 persen atau 20-25 persen atau lebih, maka peneliti mengambil 10 persen dari jumlah keseluruhan sebanyak 220 petani, yaitu 22 petani, cara pengambilan dengan Proporsional Sampel atau Sampel Imbangan dengan menggunakan rumus : 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑛𝑖 𝑁
x Jumlah petani sempel 30
Kelompok Jembar Karya
=220 𝑥 22 = 3 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
Kelompok Jembar 2
= 220 𝑥 22 = 4 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔,
Kelompok Remaja
=
44
66 220
𝑥 22 = 7𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔,
4
80
= 220 𝑥 22 = 8 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
Kelompok Girimukti
Memperoleh sampel yang representatif, pengambilan subjek dari setiap strata atau wilayah ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek dalam masing-masing strata atau wilayah. Pemilihan sampel untuk menentukan lembaga pemasaran digunakan metode Snowball Sampling dengan jumlah pedagang pengumpul dua orang, pedagang besar satu orang dan pedagang pengecer dua orang. Teknik Analisis Data Analisis berbagai saluran pemasaran dan berbagai kelembagaan dianalisis secara deskriptif, sedangkan margin pemasaran akan dihitung pada tiap tingkatan lembaga pemasaran dan marjin total seluruh lembaga pemasaran. Dalam margin pemasaran terkandung dua komponen, yaitu komponen biaya pemasaran dan komponen keuntungan lembaga pemasaran. Penentuan besarnya margin pemasaran digunakan rumus menurut Wilson H. Limbong dan Panggabean Sitorus (1987) dalam Egy Lyana , (2008), yaitu : Mi = Hj-Hb
Keterangan : Mi = Marjin pemasaran Hj = Harga jual (Rp/kg) Hb = Harga beli (Rp/kg) Analisis Farmer’s share merupakan indikator yang digunakan untuk melihat persentase harga yang diterima oleh petani dengan harga yang diterima konsumen akhir. Untuk menghitung Farmer’s share , yaitu : 𝐻𝑝
FS = 𝐻𝑒 x 100 % Keterangan : FS = Farmer’s share (%) He = Harga eceran di tingkat konsumen (Rp/kg) Hp = Harga jual di tingkat produsen (Rp/kg)
5
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Saluran Pemasaran Beras Organik Pemasaran beras organik di Kecamatan Manonjaya berjalan cukup lancar. Kondisi ini tidak terlepas dari dukungan pemerintah dengan adanya kinerja pengembangan kegiatan PPHP unggulan (Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian). Selama 4 tahun terakhir Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tasikmalaya berupaya memfasilitasi petani agar mampu melaksanakan kegiatan pasca panen dan pengolahan hasil dilaksanakan dengan baik dan benar. Saluran pemasaran padi organik dari Kecamatan Manonjaya terdiri dari 3 saluran pemasaran yang lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1. Saluran I dimulai dari petani sebagai produsen beras organik menjual dalam bentuk GKG (Gabah Kering Giling) kepada Kompa (Koperasi dalam bentuk Gapoktan Kompa) yang berfungsi sebagai pedagang pengumpul untuk disimpan pada gudang LDPM (Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat). Harga jual di tingkat petani pada saluran I Rp 4.800 per kilogram. Pengangkutan produk dari produsen ditangani oleh pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul menjual kembali produk kepada Gapoktan Simpatik yang berperan sebagai Pedagang Besar. Harga jual dari pedagang pengumpul Rp 5.200 per kilogram. Pedagang besar pada saluran ini berada di Desa Mekarwangi Kecamatan Cisayong Kabupaten Tasikmalaya. Selanjutnya di pedagang besar dilakukan pengolahan padi menjadi beras organik lalu dikemas untuk siap dipasarkan. Proses budidaya beras organik yang dilakukan mendapatkan pengawasan dari mulai budidaya hingga panen oleh ICS (internal control system) yang merupakan lembaga internal dibawah Gapoktan yang memiliki kewajiban sebagai pengawas sehingga produk tersebut tersertifikasi ICS. Pedagang besar menjalin kerjasama pemasaran beras organik dengan PT Bloom Agro yang berpusat di Jakarta yang merupakan eksportir tunggal dalam pemasaran beras organik. Harga jual dari pedagang besar Rp 13.000 per kilogram, dari pedagang besar 80 persen di fokuskan untuk pasar ekspor, hal ini disebabkan karena permintaan beras organik di pasar internasional tinggi. Harga jual ditingkat eksportir Rp 60.000 per kilogram. Negara tujuan ekspor diantaranya Amerika, Malaysia, Jerman, Singapura, dan Dubai. Untuk
6
ekspor pengecer luar negeri tidak dibahas sampai akhir karena ada keterbatasan akses data. Petani
Pedagang pengumpul
Pedagang besar
Pedagang pengumpul
Eksportir
r Pedagang pengecer lokal
Pedagang pengecer LN
Pedagang pengecer
Konsumen akhir
Keterangan : -
Saluran I Saluran II Saluran III
: : :
Gambar1. Saluran Pemasaran Beras Organik di Kecamatan Manonjaya Saluran II memiliki saluran yang hampir sama dengan saluran I dari petani ke pedagang pengumpul Kompa kemudian menjual ke pedagang besar Gapoktan Simpatik karena fokus utama 80 persen pedagang besar adalah ekspor pada saluran I, sedangkan saluran II 20 persen untuk di jual kepada pengecer lokal dengan harga jual kepada konsumen akhir sebesar Rp 15.900 per kilogram. Saluran III dimulai dari petani menjual padi organik hasil panennya ke pedagang pengumpul yaitu kelompok tani Giri mukti. Harga jual di tingkat petani pada saluran kedua Rp 4.900 per kilogram. Kemudian dilakukan pengolahan sampai menjadi beras organik dari pedagang pengumpul dijual kepada pedagang pengecer dalam saluran III adalah pedagang pengecer yang berada di Jakarta yang telah menjadi langganan. Harga jual di tingkat pedagang pengumpul pada saluran III Rp 11.000 per kilogram. Pedagang
7
pengecer dalam saluran ini mengemas berasnya dan langsung menjual keperorangan dengan tingkat harga jual Rp 21.000 per kilogram. Fungsi Pemasaran Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran beras organik memiliki fungsi yang dijalankanya dalam proses penyampaian produk beras organik dari petani sebagai produsen sampai ke konsumen akhir dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Tabel 11. Fungsi Pemasaran Fungsi lembaga pemasaran
Pertukaran
B Saluran I P.Pengumpul P. Besar Eksportir P.Pengecer LN
J
Fasilitas
R
PF
IP
Fisik
S -
T
Sm
P -
* * * * * * * * * Saluran II P.Pengumul P. Besar P. Pengecer Saluran III P.Pengumpul P. Besar P. Pengecer B= Pembelian, J= Penjualan, R= Resiko, PF= Penyediaan Finansial, IP= Informasi Pasar, S= Sortasi, T= Transportasi, Sm= Penyimpanan, P= Pengolahan
Keterangan : = Terjadi kegiatan -
= Tidak terjadi kegiatan
*
= Tidak diteliti lebih lanjut
1) Pedagang Pengumpul Fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh pedagang pengumpul adalah fungsi pertukaran yang berupa pembelian dan penjualan, yaitu pada saluran I dan II pedagang pengumpul membeli padi organik dari petani dan menjualnya pada pedagang besar. Sedangkan pada saluran II pedagang pengumpul membeli padi organik dari petani untuk dijual kembali kepada pedangang pengecer. Fungsi fasilitas pada saluran I dan II yang dilakukan pedagang pengumpul adalah resiko dan penyediaan finansial. Fungsi resiko oleh pedagang pengumpulan di artikan bahwa pedagang pengumpul menanggung resiko fisik bila terjadi kerusakan atau
8
penyusutan. Untuk penyediaan finansial dimaksudkan
sebagai penggunaan modal
selama produk dalam proses pemasaran. Sedangkan pada saluran II fungsi fasilitas yang dilakukan pedagang pengumpul adalah penanggulangan resiko, penyediaan finansial dan informasi pasar, fungsi penanggulangan resiko oleh pedagang pengumpulan di artikan bahwa pedagang pengumpul menanggung resiko fisik bila terjadi penyusutan dan resiko perubahan harga. Untuk penyediaan finansial dimaksudkan
sebagai
penggunaan modal selama produk dalam proses pemasaran, untuk informasi pasar yang dilaksanakan oleh pedagang pengumpul berupa pencarian informasi harga. Fungsi fisik yang dilakukan pedagang pengumpul pada saluran I dan II berupa fungsi transfortasi dan penyimpanan, transportasi dengan mengangkut padi organik dari lokasi petani ke tempat pengumpul dan menyimpan padi tersebut di gudang pengumpul. Saluran III fungsi fisik yang terjadi adalah penyimpanan di gudang dan pengolahan padi organik menjadi beras organik. 2) Pedagang Besar Fungsi yang dilakukan pada pedagang besar dalam proses pemasaran beras organik adalah fungsi pertukaran yaitu membeli padi organik dari pedagang pengumpul dan menjualnya kepada eksportir pada saluran I dan pedagang pengecer pada saluran II. Fungsi fasilitas yang dilaksanakan pada saluran I dan II oleh pedagang besar berupa penanggungan resiko, penyediaan finansial, informasi pasar, standarisasi dan grading. Pedagang besar menanggung kerusakan baik kehilangan produk selama proses pemasaran atau perubahan harga. Untuk penyediaan finansial dimaksudkan sebagai penggunaan modal selama produk dalam proses pemasaran. Fungsi informasi pasar dilaksanakan oleh pedagang besar berupa informasi jumlah permintaan dan penawaran akan beras organik. Kegiatan sortasi dilakukan untuk memilah beras organik sesuai warna, kelas dan ukuran. Fungsi fisik yang dilakukan pada saluran I dan II adalah transportasi, simpan dan pengolahan, transportasi berupa kegiatan pengangkutan gabah organik dari pengumpul ke pedagang besar, penyimpanan dilakukan dua kali penyimpanan gabah hasil panen hingga siap giling dengan rata-rata waktu penyimpanan lima hingga tujuh hari dan penyimpanan beras organik siap jual. Pengolahan dari gabah menjadi beras organik. Pada saluran II tidak ada peran dari pedagang besar. 3) Eksportir
9
Eksportir dilaksanakan pada saluran I fungsi yang dilakukan dari fungsi pertukaran mulai dari membeli dari pedagang pengumpul sampai menjual pada pedangang pengecer luar negeri. Fungsi fasilitas yang dijalankan adalah resiko, penyediaan finansial, dan informasi pasar, sedangkan fungsi fisik yang dilakukan adalah transportasi dan simpan. 4) Pedagang Pengecer Pada saluran II fungsi pemasaran yang dilakukan berupa fungsi pertukaran, fungsi fasilitas, dan fungsi fisik. Fungsi pertukaran dengan membeli kepada pedagang besar dan menjualnya pada konsumen akhir untuk saluran II. Fungsi fasilitas adalah resiko dan penyediaan finansial, resiko apabila beras organik tidak habis terjual dalam satu hari, penyediaan finansial. Untuk penyediaan finansial dimaksudkan
sebagai
penggunaan modal selama produk belum terjual habis. Fungsi fisik yang dilakukan hanya penyimpanan. Sedangkan pada saluran III semua fungsi pemasaran dilakukan baik fungsi pertukaran, fungsi fasilitas dan fungsi fisik. Marjin Pemasaran Beras Organik di Kecamatan Manonjaya Marjin pemasaran adalah perbedaan harga yang diterima oleh petani sebagai produsen dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Marjin pemasaran pada penelitian ini dihitung dari harga jual padi organik dari petani sampai dengan harga jual beras organik di konsumen akhir. Marjin pemasaran beras organik pada setiap saluran pemasaran di Kecamatan Manonjaya dapat dilihat pada Tabel 3. Pada Tabel 12 menunjukkan bahwa lembaga pemasaran beras organik di saluran I adalah pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer dengan total marjin pemasarannya sebesar Rp 55.200 per kilogram, marjin pemasaran pada pedagang pengumpul sebesar Rp 400 per kilogram, tdengan margin diterima oleh pedagang besar Rp 7.800 per kilogram dan di eksportir sebesar Rp 47.000 per kilogram. Lembaga pemasaran beras organik di saluran II adalah pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer dengan total marjin pemasarannya sebesar Rp 11.100 per kilogram, marjin pemasaran pada pedagang pengumpul sebesar Rp 400 per kilogram, tdengan margin diterima oleh pedagang besar Rp 7.800 per kilogram dan di pedagang pengecer sebesar Rp 2.900 per kilogram. Alur lembaga pemasaran beras organik di saluran II yang terlibat yaitu pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Total marjin pemasaran di saluran III sebesar Rp 16.100 per kilogram, dimana margin 10
pemasaran pada pedagang pengumpul sebesar Rp 6.100 per kilogram dan pedagang pengecer sebesar Rp 10.000 per kilogram. Tabel 3. Marjin Pemasaran Beras Organik Pada Setiap Lembaga Pemasaran Dan Saluran Pemasaran di Kecamatan Manonjaya (Rp/kg) Keterangan Petani Biaya Pemasaran - Harga Jual P. Pengumpul - Harga Beli - Biaya - Keuntungan - Margin - Harga Jual P. Besar - Harga Beli - Biaya - Keuntungan - Margin - Harga Jual Eksportir - Harga Beli - Biaya - Keuntungan - Margin - Harga Jual Pengecer - Harga Beli - Biaya - Keuntungan - Margin - Harga Jual T. Biaya T. Keuntungan T. Margin
Saluran I Rp/Kg 0 4.800,00 4.800,00 300,00 100,00 400,00 5.200,00 5.200,00 3.475,00 4.325,00 7.800,00 13.000,00 13.000,00 16.050,00 30.950,00 47.000,00 60.000,00 19.825,00 35.375,00 55.200,00
Saluran II Rp/Kg %
% 0
0,7 %
14,2 %
85,1 %
100 %
0 4.800,00 4.800,00 300,00 100,00 400,00 5.200,00 5.200,00 3.475,00 4.325,00 7.800,00 13.000,00
Saluran III Rp/Kg % 0
0 4.900,00 4.900,00 1.600,00 4.500,00 6.100,00 11.000,00
3,6 %
-
70,3 %
-
-
13.000,00 1.000,00 1.900,00 2.900,00 15.900,00 4.775,00 6.325,00 11.100,00
11.000,00 3.150,00 6.850,00 10.000,00 21.000,00 4.750,00 11.350,00 16.100,00
26,1 %
100 %
37,9 %
62,1 %
100 %
Sumber : Data Primer Diolah, 2012 Margin pemasaran beras organik pada saluran I lebih besar dibandingkan dengan saluran III dan saluran III lebih besar dari saluran II sehingga saluran II lebih efisien. Besar kecilnya harga suatu produk akan mempengaruhi tinggi rendahnya marjin pemasaran. Pada saluran I dan III harga beras organik jauh lebih tinggi dibandingkan beras organik di saluran II karena jarak dan lokasi penjualan beras organik yang berbeda sehingga nilai marjin pemasarannya paling besar adalah pada saluran I.
11
Farmer’s Share Farmer’ s share adalah persentasi bagian harga yang diterima oleh petani dalam suatu sistem pemasaran produk agar dapat sampai konsumen akhir. Analisis dalam penelitian ini menbandingkan harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayar oleh konsumen akhir pada saluran II, III dan untuk saluran I membandingkan harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayar oleh eksportir. Semakin tinggi nilai persentase farmer’ s share maka suatu sistem pemasaran dikatakan semakin baik dan efisien. Farmer’ s share pada setiap saluran pemasaran Beras organik di Kecamatan manonjaya tersaji pada Tabel 4. Tabel 4.
Farmer’s share pada Lembaga Pemasaran Beras Organik di Kecamatan Manonjaya Uraian
Harga jual petani (Rp/kg ) Harga jual pedagang pengumpul (Rp/kg) Harga jual pedagang besar (Rp/kg) Eksportir (Rp/kg) Harga jual pengecer ( Rp/kg)
Saluran Pemasaran I II 4.800 4.800 60.000 15.900
II 4.900 21.000
Farmer’s share (%)
8
23,33
30,19
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Saluran pemasaran I memiliki persentase farmer’s share sebesar 8 persen, berarti bahwa bagian yang diterima petani sebesar 8 persen dari harga yang dibayarkan oleh eksportir, sedangkan pada saluran II persentase farmer’s sharenya sebesar 30,19 persen, berarti bahwa bagian yang diterima oleh petani sebesar 30,19 persen dari harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir dan pada saluran III persentase farmer’s sharenya sebesar 23,33 persen, berarti bahwa bagian yang diterima oleh petani sebesar 23,33 persen dari harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir . Saluran pemasaran II memiliki farmer’s share lebih besar dibandingkan saluran pemasaran I dan III. Fungsi pemasaran pada saluran pemasaran ini sebagian besar dilakukan oleh pedagang besar.
12
Keadaan ini dapat disimpulkan bahwa saluran pemasaran II lebih efisien dan menguntungkan dibandingkan saluran pemasaran I dan III
karena memiliki nilai
farmer’s share yang lebih besar. IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1) Saluran pemasaran beras organik di Kecamatan Manonjaya terdiri dari tiga saluran pemasaran, yaitu : 1. Saluran I Petani
pedagang pengumpul
pedagang besar
pedagang pengecer luar negeri
Eksportir
konsumen.
2. Saluran II Petani
pedagang pengumpul
pengecer lokal
pedagang besar
pedagang
konsumen.
3. Saluran III Petani
pedagang pengumpul
pedagang pengecer
konsumen.
Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran pada penelitian ini beraneka ragam, mulai dari fungsi pertukaran, fungsi fasilitas dan fungsi fisik agar produk dapat sampai pada konsumen akhir. 2) Besarnya total marjin pemasaran pada saluran pemasaran I Rp 55.200,00 per kilogram dengan masing-masing di pedagang pengumpul Rp 400,00 per kilogram, pedagang besar Rp 7.800,00 per kilogram dan eksportir Rp 47.000,00 per kilogram dan besarnya total marjin pemasaran pada saluran pemasaran II
Rp 11.100,00 per
kilogram dengan masing-masing di pedagang pengumpul Rp 400,00 per kilogram, pedagang besar Rp 7.800,00 per kilogram dan pengecer lokal Rp 2.900,00 per kilogram. Total marjin pemasaran pada saluran III yaitu Rp 16.100,00 per kilogram dengan masing-masing di pedagang pengumpul Rp 6.100,00 per kilogram dan pedagang pengecer Rp 10.000,00 per kilogram. 3) Farmer’s Share saluran pemasaran I srbesar 8 persen, saluran II sebesar 30,19 persen, dan saluran pemasaran III sebesar 23,33 persen. 13
Saran 1) Pemasaran beras organik di Kecamatan Manonjaya sebaiknya berorientasi komersil terkait dengan permintaan pasar akan beras organik yang tinggi. 2) Petani SRI sebaiknya melakukan pengolahan gabah sendiri sehingga menjual dalam bentuk beras untuk meningkatkan daya tawar harga.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Penyuluhan Pertanian. 2011. Kecamatan Manonjaya Dalam Angka. Dinas Pertanian, Kabupaten Tasikmalaya. Egi Lyana. 2008 . Keragaan Pemasaran Manggis. Jurusan Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas Siliwangi. Tasikmalaya. Skripsi tidak dipublikasikan. Rz,
Subagyo. 2009. Beras Organik Tasik Tembus Pasar http://www.m.antaranews.com/berita/1251250967/beras-organik-tasiktembus-pasar-AS. Diakses 21 juni 2012.
AS.
Suharsimi, Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Wilson H. Limbong dan Panggabean Sitorus. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Fakultas Politeknik Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
14