No. 02/01/34/TH.XV, 02 Januari 2013
NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2012 SEBESAR 117,59 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
Pada Desember 2012, Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 117,59 atau mengalami kenaikan sebesar 0,28 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 117,26. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 118,18, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 129,70, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 123,14, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 105,30, dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 115,76. Naiknya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh naiknya indeks NTP pada subsektor tanaman pangan, subsektor tanaman perkebunan rakyat, subsektor peternakan, dan subsektor perikanan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada Desember 2012 secara umum mencapai 135,66 atau mengalami inflasi sebesar 0,53 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 134,95. Kenaikan indeks terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 0,77 persen, kelompok makanan jadi 0,60 persen, kelompok perumahan 0,37 persen, kelompok sandang 0,57 persen, kelompok kesehatan 0,43 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga 0,03 persen, dan kelompok transportasi dan komunikasi 0,07 persen. Dari 32 provinsi (kecuali DKI Jakarta) yang dihitung angka NTPnya pada bulan Desember 2012 terdapat 14 provinsi mengalami kenaikan NTP dan 18 provinsi lainnya mengalami penurunan NTP. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Banten sebesar 1,12 persen, sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Kalimantan Barat sebesar 1,08 persen.
1. Nilai Tukar Petani (NTP) Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.02/01/34/TH.XV, 02 Januari 2013
1
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Desember 2012, NTP di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 0,28 persen dibanding NTP November 2012, yaitu dari 117,26 menjadi 117,59. Naiknya NTP tersebut disebabkan karena indeks harga produk pertanian yang diterima petani mengalami kenaikan lebih tinggi dibanding kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani. Naiknya angka NTP yang tercatat pada bulan Desember 2012 disebabkan oleh naiknya NTP yang terjadi pada NTP subsektor tanaman pangan sebesar 0,71 persen, NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat 0,47 persen, NTP subsektor peternakan 0,11 persen, dan NTP subsektor perikanan 0,21 persen. Sebaliknya, NTP subsektor hortikultura turun sebesar 1,47 persen. Gambar 1 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Desember 2011 – Desember 2012 (2007 = 100) 125 120
116,61
115
115,93 116,50
115,43
117,3
116,08
115,30
117,89
116,71
115,78
115,65
117,59 117,26
110 105 100 Des'11
Jan'12
Feb'12
Mar'12
Apr'12
Mei'12
Juni'12
Juli'12
Ags'12
Sep'12
Okt'12
Nov'12
Des'12
2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Desember 2012, secara umum It mengalami kenaikan indeks sebesar 0,72 persen dibandingkan dengan It November 2012, yaitu dari 156,23 menjadi 157,36. Kenaikan It terjadi pada subsektor tanaman pangan sebesar 1,14 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat 0,86 persen, subsektor peternakan 0,61 persen, dan subsektor perikanan 0,63 persen. Sebaliknya, subsektor hortikultura mengalami penurunan It sebesar 1,08 persen. Kenaikan It tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan disebabkan oleh naiknya harga gabah.
3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Desember 2012 Ib dilaporkan mengalami kenaikan sebesar 0,44 persen bila dibandingkan November 2012, yaitu dari 133,24 menjadi 133,82. Kenaikan Ib terjadi pada seluruh subsektor. Ib subsektor tanaman pangan mengalami kenaikan 0,43 persen, subsektor hortikultura 0,40 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat 0,39 persen, subsektor peternakan 0,49 persen, dan subsektor perikanan 0,43 persen. Kenaikan Ib tertinggi terjadi pada subsektor peternakan yang disebabkan oleh
2
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.02/01/34/TH.XV, 02 Januari 2013
naiknya harga beberapa barang-barang konsumsi rumah tangga seperti daging ayam, daging sapi, beras, dan telur ayam, serta pakan ternak dan bibit.
4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada Desember 2012 NTPP mengalami kenaikan indeks sebesar 0,71 persen. Kenaikan NTP ini disebabkan karena indeks yang diterima petani naik sebesar 1,14 persen lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,43 persen. Kenaikan indeks yang terjadi pada It disebabkan karena naiknya indeks harga subkelompok padi sebesar 2,04 persen dan indeks subkelompok palawija sebesar 0,68 persen. Komoditas yang menyebabkan naiknya It tersebut adalah naiknya harga gabah. Pada Ib naiknya indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,49 persen, dan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,14 persen. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan Perubahannya November-Desember 2012 (2007=100) Bulan
Kelompok dan Sub kelompok
Persentase Perubahan
November 2012 (2)
Desember 2012 (3)
157,01
158,80
1,14
- Padi
159,43
162,68
2,04
- Palawija
155,78
156,84
0,68
133,80
134,38
0,43
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
134,68
135,34
0,49
- Indeks BPPBM
129,40
129,58
0,14
117,35
118,18
0,71
(1) a. Indeks Diterima Petani (It)
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
c. Nilai Tukar Petani (NTPP)
(4)
b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Desember 2012, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) dilaporkan terjadi penurunan sebesar 1,47 persen, hal ini terjadi karena indeks yang diterima petani turun sebesar 1,08 persen sebaliknya indeks yang dibayar petani naik sebesar 0,40 persen. Penurunan yang terjadi pada It disebabkan oleh turunnya harga pada beberapa komoditas buah-buahan dan sayur-sayuran seperti salak, cabe merah, dan pisang. Pada Ib kenaikan indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,48 persen meski Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) turun sebesar 0,01 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.02/01/34/TH.XV, 02 Januari 2013
3
Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan Perubahannya November-Desember 2012 (2007=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
November 2012 (2)
Desember 2012 (3)
174,47
172,59
-1,08
- Sayur-sayuran
169,86
169,48
-0,22
- Buah-buahan
176,42
173,90
-1,43
(1) a. Indeks Diterima Petani (It)
b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
(4)
132,55
133,07
0,40
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
134,84
135,49
0,48
- Indeks BPPBM
122,94
122,92
-0,01
131,63
129,70
-1,47
c. Nilai Tukar Petani (NTPH)
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Desember 2012 NTPR mengalami kenaikan indeks sebesar 0,47 persen, hal ini terjadi karena indeks yang diterima petani mengalami kenaikan 0,86 persen, lebih tinggi dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,39 persen. Naiknya It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu dari 163,12 menjadi 164,52. Komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami kenaikan harga diantaranya adalah kelapa dan tembakau. Sedangkan kenaikan pada Ib terjadi karena naiknya indeks subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 0,46 persen dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,12 persen. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perubahannya November-Desember 2012 (2007=100) Kelompok dan Sub kelompok
Persentase Perubahan
November 2012 (2)
Desember 2012 (3)
163,12
164,52
0,86
163,12
164,52
0,86
133,08
133,60
0,39
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
137,96
138,60
0,46
- Indeks BPPBM
116,79
116,92
0,12
122,57
123,14
0,47
(1) a. Indeks Diterima Petani (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat b. Indeks Dibayar Petani (Ib)
c. Nilai Tukar Petani (NTPR)
4
Bulan
(4)
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.02/01/34/TH.XV, 02 Januari 2013
d. Subsektor Peternakan (NTPT) Pada Desember 2012 terjadi kenaikan pada NTPT sebesar 0,11 persen. Kenaikan NTPT terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 0,61 persen lebih tinggi dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,49 persen. Naiknya It disebabkan oleh naiknya indeks pada subkelompok ternak besar sebesar 1,11 persen, subkelompok unggas 0,88 persen, dan subkelompok hasil ternak 0,11 persen. Sebaliknya indeks subkelompok ternak kecil turun sebesar 0,49 persen. Komoditas yang memiliki andil perubahan positif paling besar antara lain adalah sapi dan ayam, sedangkan komoditas dengan andil negatif terbesar adalah kambing. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,67 persen yaitu dari 135,01 menjadi 135,93 dan indeks BPPBM 0,13 persen yaitu dari 132,44 menjadi 132,62. Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan Perubahannya November-Desember 2012 (2007=100) Kelompok dan Sub kelompok (1) a. Indeks Diterima Petani (IT)
Bulan November 2012 Desember 2012 (2) (3)
Persentase Perubahan (4)
141,09
141,95
0,61
- Ternak Besar
119,38
120,70
1,11
- Ternak Kecil
130,97
130,33
-0,49
- Unggas
160,52
161,94
0,88
- Hasil Ternak
161,11
161,29
0,11
134,14
134,81
0,49
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
135,01
135,93
0,67
- Indeks BPPBM
132,44
132,62
0,13
105,18
105,30
0,11
b. Indeks Dibayar Petani (IB)
c. Nilai Tukar Petani (NTPT)
e. Subsektor Perikanan (NTN) Pada Desember 2012, NTN mengalami kenaikan sebesar 0,21 persen, hal ini dikarenakan indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 0,63 persen lebih tinggi dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,43 persen. Kenaikan yang terjadi pada It disebabkan oleh naiknya indeks pada subkelompok budidaya ikan sebesar 0,96 persen meski indeks subkelompok penangkapan ikan turun sebesar 0,40 persen. Komoditas yang mengalami kenaikan harga dan menyebabkan naiknya It diantaranya adalah lele dan gurame. Sedangkan kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,67 persen dan BPPBM sebesar 0,01 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.02/01/34/TH.XV, 02 Januari 2013
5
Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan Perubahannya November-Desember 2012 (2007=100) Kelompok dan Sub kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
November 2012 (2)
Desember 2012 (3)
143,64
144,55
0,63
- Penangkapan
130,60
130,08
-0,40
- Budidaya
148,30
149,72
0,96
124,35
124,88
0,43
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
136,09
136,99
0,67
- Indeks BPPBM
108,00
108,02
0,01
115,52
115,76
0,21
(1) a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
c. Nilai Tukar Nelayan (NTN)
(4)
5. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Pada Desember 2012, Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) atau IHK di daerah perdesaan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan atau inflasi 0,53 persen. Kelompok yang mengalami kenaikan indeks adalah kelompok bahan makanan sebesar 0,77 persen, kelompok makanan jadi sebesar 0,60 persen, kelompok perumahan 0,37 persen, kelompok sandang 0,57 persen, kelompok kesehatan 0,43 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga 0,03 persen, dan kelompok transportasi dan komunikasi 0,07 persen. Tabel 6 Indeks Harga Konsumen dan Perubahannya November-Desember 2012 (2007=100) Kelompok
Bulan
Persentase Perubahan
November 2012
Desember 2012
(2)
(3)
(4)
134,95
135,66
0,53
- Bahan Makanan
145,37
146,49
0,77
- Makanan Jadi
142,83
143,69
0,60
- Perumahan
131,69
132,19
0,37
- Sandang
138,46
139,25
0,57
- Kesehatan
123,88
124,42
0,43
- Pendidikan,Rekreasi dan Olah Raga
124,02
124,05
0,03
- Transportasi dan Komunikasi
107,00
107,07
0,07
(1) Konsumsi Rumah Tangga
6. Perbandingan Antar Provinsi Dari 32 provinsi (kecuali DKI Jakarta) yang dilaporkan, perubahan NTP Desember 2012 terhadap NTP November 2012 ternyata sangat beragam. Kenaikan nilai NTP terjadi di 14 provinsi dan 18 provinsi lainnya mengalami penurunan NTP. Kenaikan NTP tertinggi pada Desember 2012 terjadi di Provinsi Banten yaitu sebesar 1,12 persen, sedangkan kenaikan NTP terendah sebesar 0,03 persen
6
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.02/01/34/TH.XV, 02 Januari 2013
terjadi di Provinsi Jawa Timur. Sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Kalimantan Barat sebesar 1,08 persen dan penurunan terkecil di Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 0,04 persen. Kenaikan NTP tertinggi di Provinsi Banten terutama disebabkan oleh kenaikan pada subsektor tanaman pangan, terutama karena naiknya harga gabah. Sebaliknya, penurunan NTP yang terjadi di Provinsi Kalimantan Barat disebabkan oleh penurunan harga pada subsektor tanaman perkebunan rakyat khususnya harga komoditas karet dan kelapa sawit. Tabel 7 NTP Provinsi dan Persentase Perubahannya November-Desember 2012 (2007=100) Provinsi
Bulan
Persentase Perubahan
November 2012 (2)
Desember 2012 (3)
105,72
105,87
0,14
NAD
103,57
103,81
0,24
Sumatera Utara
101,17
101,51
0,33
Sumatera Barat
104,67
104,90
0,22
Riau
102,89
102,54
-0,34
Jambi
91,06
90,64
-0,46
Sumatera Selatan
110,66
110,22
-0,40
Bengkulu
101,45
100,97
-0,48
Lampung
126,11
126,04
-0,06
Bangka Belitung
99,48
99,56
0,09
Kepulauan Riau
104,25
104,84
0,57
Jawa Barat
110,73
111,55
0,74
Jawa Tengah
105,78
106,37
0,55
Yogyakarta
117,26
117,59
0,28
Jawa Timur
103,25
103,28
0,03
Banten
109,83
111,07
1,12
Bali
108,28
108,39
0,11
Nusa Tenggara Barat
95,13
95,32
0,19
Nusa Tenggara Timur
101,41
101,08
-0,33
Kalimantan Barat
100,97
99,88
-1,08
Kalimantan Tengah
99,09
98,66
-0,43
Kalimantan Selatan
107,55
107,00
-0,52
Kalimantan Timur
97,63
97,14
-0,50
Sulawesi Utara
101,31
101,04
-0,27
Selawesi Tengah
97,36
97,16
-0,20
Sulawesi Selatan
108,37
108,11
-0,24
Sulawesi Tenggara
106,27
106,23
-0,04
Gorontalo
101,46
101,34
-0,12
Sulawesi Barat
105,31
104,87
-0,41
Maluku
105,80
105,70
-0,09
Maluku Utara
101,02
101,55
0,52
Papua Barat
100,68
100,79
0,10
Papua
101,87
101,76
-0,11
(1)
Nasional
(4)
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.02/01/34/TH.XV, 02 Januari 2013
7
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DESEMBER 2012 Berdasarkan hasil observasi terhadap 39 transaksi gabah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta selama Desember 2012, jumlah observasi didominasi oleh Gabah Kering Panen (GKP) sebanyak 79,49 persen, diikuti oleh gabah kualitas rendah sebanyak 20,51 persen. Sedangkan observasi Gabah Kering Giling (GKG) bulan ini tidak dijumpai. Dibandingkan November 2012, rata-rata harga gabah kualitas GKP pada Desember 2012 mengalami kenaikan 1,06 persen menjadi Rp. 4.143,87 per kg di tingkat petani dan naik 0,96 persen menjadi Rp. 4.185,48 per kg di tingkat penggilingan. Sedangkan rata-rata harga gabah kualitas rendah naik sebesar 2,32 persen menjadi Rp. 3.721,88 per kg di tingkat petani dan harga di tingkat penggilingan naik 2,03 persen menjadi Rp. 3.762,50 per kg. Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 4.675,00 per kg pada kualitas GKP dengan varitas Ciherang terjadi di Kecamatan Nanggulan (Kulonprogo). Sedangkan harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.500,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Sewon (Bantul). Selama Desember 2012, tidak dijumpai observasi harga gabah di bawah HPP baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan.
Pada Desember 2012, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 39 observasi transaksi gabah di 3 kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas GKP sebanyak 31 observasi (79,49 persen) dan gabah kualitas rendah 8 observasi (20,51 persen). Sedangkan observasi gabah kualitas GKG tidak dijumpai.
Tabel 8 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Desember 2012
Kelompok Kualitas (1) GKG
Harga* Harga Gabah di Tingkat Petani Rata-rata Selisih Harga Jumlah Pembelian (Rp/Kg) Harga Tingkat Observasi Pemerintah Penggilingan (%) (HPP) Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 0 4.150,00 (0,00%) (penggilingan) 31 (79,49%)
GKP
3.600,00
4.675,00
4.143,87
4.185,48
3.300,00 (petani)
843,87
25,57
3.350,00 (penggilingan)
835,48
24,94
Gabah Kualitas Rendah
8 (20,51%)
3.500,00
4.150,00
3.721,88
3.762,50
-
-
-
Total
39 (100,00%)
-
-
-
-
-
-
-
Keterangan : GKG : kadar air 14% dan kadar hampa/kotoran 3% GKP : kadar air (14,01%-25%) dan kadar hampa/kotoran (3,01%-10%) atau kadar air14% an kadar hampa3% Diluar kualitas : kadar air 25% atau kadar hampa/kotoran 10% * HPP berdasarkan INPRES nomor 3 Tahun 2012 tgl.27 Februari 2012 mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan.
8
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.02/01/34/TH.XV, 02 Januari 2013
1. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKP mencapai 31 observasi atau 79,49 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama Desember 2012. Pada bulan ini tidak ditemukan kasus harga gabah di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP. Tabel 9 Jumlah dan Persentase Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, Desember 2012
Kelompok Kualitas
Jumlah Jumlah Observasi Harga Gabah Di Bawah HPP Observasi
Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP
(1)
(2)
Tk. Petani (3)
Tk. Penggilingan (4)
Tk. Petani (5)
GKG
-
-
0 (0,00 %)
-
0 (0,00 %)
GKP
31
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
0 (0,00 %)
GKG dan GKP
31
-
0 (0,00 %)
-
0 (0,00 %)
Kualitas Rendah
8
Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP
Tk. Penggilingan (6)
Tk. Petani (7)
Tk. Penggilingan (8)
-
0 (0,00 %)
31 (100,00 %) -
31 (100,00 %) 31 (100,00 %)
2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Di tingkat petani, harga tertinggi senilai Rp. 4.675,00 per kg pada kualitas GKP dengan varitas Ciherang terjadi di Kecamatan Nanggulan (Kulonprogo). Sedangkan harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.500,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Sewon (Bantul). Tabel 10 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, Oktober – Desember 2012 Kelompok Kualitas
Kadar Air (KA)
Kadar Hampa/Kotoran (KH)
Oktober November Desember
(1)
(2)
(3)
GKG
12,90
GKP
14,73
Kualitas Rendah
25,05
Oktober November Desember
(4)
(5)
(6)
(7)
13,00
-
2,40
2,75
-
15,09
17,04
5,50
5,61
5,68
23,53
26,20
8,06
11,05
6,45
Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Dibandingkan November 2012, rata-rata Kadar Air (KA) dan Kadar Hampa (KH) cenderung naik. Pada Bulan Desember 2012 kualitas GKP memiliki rata-rata KA sebesar 17,04 persen dan KH 5,68 persen. Rata-rata KA dan KH gabah kualitas rendah masing-masing sebesar 26,20 persen dan 6,45 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.02/01/34/TH.XV, 02 Januari 2013
9
Tabel 11 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Oktober – Desember 2012 Tingkat Petani (Rp / Kg) Kelompok Kualitas
Oktober November Desember (3)
(4)
Tingkat Penggilingan (Rp / Kg) Perub (4) thd (3) (%) (5)
Perub (8) thd (7) (%) (9)
Oktober November Desember
(1)
(2)
(6)
(7)
(8)
GKG
4.275,00
4.150,00
-
-
4.300,00
4.200,00
-
-
GKP
4.222,00
4.100,36
4.143,87
1,06
4.265,60
4.145,71
4.185,48
0,96
Kualitas Rendah
3.531,25
3.637,50
3.721,88
2,32
3.581,25
3.687,50
3.762,50
2,03
Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani naik Rp. 43,51 per kg (1,06 persen) menjadi Rp 4.143,87 per kg dan di tingkat penggilingan naik Rp. 39,77 per kg (0,96 persen) menjadi Rp. 4.185,48 per kg. Sementara itu, rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani naik Rp. 84,38 per kg (2,32 persen) menjadi Rp. 3.721,88 per kg, sedangkan rata-rata harga di tingkat penggilingan naik Rp. 75,00 per kg (2,03 persen) menjadi Rp. 3.762,50 per kg.
Rp/Kg
Gambar 2 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Desember 2011 – Desember 2012 5000 4800 4600 4400 4200 4000 3800 3600 3400 3200 3000 2800 2600 2400 Dec-11
Jan-12
Feb-12
GKG
10
Mar-12
Apr-12
GKP
May-12
Jun-12 Bulan
Jul-12
Kualitas Rendah
Aug-12
Sep-12
HPP GKG
Okt-12
Nov-12
Dec-12
HPP GKP
Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.02/01/34/TH.XV, 02 Januari 2013