NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN DISIPLIN
IPUNG RETNONINGTYAS PURNOMO HARYANTO FADHOLAN ROSYID, Drs., MA
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN DISIPLIN
Telah Disetujui Pada Tanggal
________________________
Dosen Pembimbing Utama
(Haryanto Fadholan Rosyid, Drs., MA)
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN DISIPLIN
Ipung Retnoningtyas Purnomo Haryanto Fadholan Rosyid, Drs., MA INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan positif antara motivasi kerja dan disiplin.Asumsi awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara motivasi kerja dengan disiplin. Semakin tinggi motivasi kerja,semakin tinggi disiplin. Sebaliknya semakin rendah motivasi kerja. Subyek dalam penelitian ini adalah pegawai Dinas Polisi Pamong Praja dan Ketertiban Masyarakat Kabupaten Sleman Yogyakarta, Skala motivasi kerja yang digunakan dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti yang mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Flippo (1989) yaitu upah/gaji, keterjaminan pekerjaan (security of job), rekan-rekan sekerja yang menyenangkan (congenial associates), penghargaan atas pekerjaan yang dilakukan (credit for work done), kesempatan untuk maju (opportunity to advance), kondisi kerja yang nyaman, aman, dan menarik, kepemimpinan yang mampu dan adil (competent and fair leadership), perintah dan pengarahan yang masuk akal (reasonable orders and directions), organisasi yang relevan dari segi sosial (a social relevant organization). Skala disiplin juga disusun sendiri oleh peneliti yang mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Gibson (1989) yaitu keabsenan, meninggalkan tempat kerja, kelambanan, tidur pada saat jam kerja, pembangkangan perintah, melanggar aturan dan kebijaksanaan keselamatan kerja, merusak peralatan, menolak kerjasama, memperlambat pekerjaan. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 16.00 for windows untuk menguji apakah terdapat hubungan antara motivasi kerja dan disiplin. Korelasi product moment dari Pearson menunjukkan korelasi sebesar r = 0,401, p = 0,003; p< 0,01 artinya ada hubungan yang sangat signifikan antara motivasi kerja dan disiplin. Kata kunci : motivasi kerja, disiplin
A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia dalam sebuah organisasi atau perusahaan memiliki peran yang sangat vital dalam menggerakkan roda perkembangan dan produktivitas organisasi. Kualitas SDM mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap kemampuan dan kemajuan organisasi. Berbagai usaha dan upaya dilakukan untuk mengatur kinerja SDM agar organisasi berjalan lebih efektif dan efisien. Keberhasilan maupun kegagalan suatu organisasi sangat tergantung dari individu dan sistem yang terlibat dengan aktivitas organisasi. Dengan SDM yang baik dan mempunyai motivasi maka organisasi akan lebih berkembang secara optimal. Motivasi menjadi salah satu penggerak perilaku yang harus diperhatikan. Motivasi diartikan sebagai bentuk manipulasi yang halus atau keadaan dalam diri pribadi yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan kepuasan dalam dirinya. McClelland (Hasibuan, 2007) mengungkapkan bahwa timbulnya perilaku karena dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam diri manusia. Motivasi berkaitan dengan faktor-faktor yang mendorong, mengarahkan, mempertahankan tingkah laku. Dalam kaitannya dengan dunia kerja, peran motivasi dianggap penting karena motivasi akan mendorong seseorang akan berbuat yang terbaik dalam menyelesaikan pekerjaannya. Motivasi merupakan hal yang penting karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja keras dan antusias mencapai hasil yang maksimal. Suatu perusahaan tidak hanya mengharapkan seorang karyawannya mampu dan trampil saja,
tetapi mereka juga menginginkan karyawan tersebut rajin bekerja dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang maksimal. Motivasi kerja karyawan yang tinggi akan membawa dampak yang positif bagi organisasi. Persaingan ekonomi yang ketat seperti sekarang ini membutuhkan karyawan yang memiliki motivasi yang tinggi untuk meningkatkan efektivitas kinerja di organisasi. Uraian di atas menunjukkan bahwa unsur manusia memegang peranan yang sangat besar pada kesukseksan dan efektifitas organisasi. Efektivitas organisasi akan berpengaruh terhadap kemajuan bangsa. Untuk itu peningkatan SDM menjadi perlu sekali diperhatikan, tidak hanya masalah kecerdasan kognisinya, tetapi juga menyangkut disiplin kerja para karyawannya. Seseorang yang berhasil dan berprestasi biasanya adalah mereka yang memiliki disiplin yang tinggi. Di dalam sebuah organisasi, apabila pegawainya disiplin, maka organisasi tersebut akan memperlihatkan sebagai suatu organisasi yang sehat, kuat dengan prestasi yang dapat diandalkan. Disiplin kerja merupakan syarat dan tunututan utama kemajuan bangsa, sehingga pemerintah harus memperhatikan kedisiplinan. Berhasil atau tidaknya tugas-tugas pemerintah dan pembangunan, ditentukan oleh para pegawainya.. oleh sebab itu, kualitas profesionalisme, pengabdian dan sikap disiplin pegawai sangat dibutuhkan. Penegakan disiplin kerja karyawan merupakan sesuatu yang penting bagi organisasi. Pada saat ini bangsa Indonesia memasuki era persaingan bebas, sehingga disiplin para aparatur Negara menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan
pembangunan.
Dengan
disiplin
pegawai
yang
baik
sasaran-sasaran
pembangunan dapat dicapai tepat pada waktunya, serta akan membuat pekerjaan yang dilakukan semakin efektif dan efisien. Sudah merupakan bagian dari kultur PNS dimaklumkan untuk membolos karena alasan kemanusiaan. Tidak hanya PNS yang membolos, tetapi juga pegawai swasta meskipun hal itu lebih kecil kemungkinannya. Karena sudah menjadi kultur, alasan pemaaf selalu ada. Termasuk sang pejabat yang tampak garang ketika sidak tetapi sebenarnya tak akan menindak pegawai yang mangkir dengan alasan Lebaran (Suara Merdeka, 2005) Hasil kajian selama ini, ada sekitar 40 persen PNS yang sebenarnya menganggur karena bekerja kurang dari semestinya. Mereka belum tentu bersalah atau melanggar disiplin pegawai karena bisa jadi justru penyebabnya karena tidak ada pekerjaan. Ada pula yang berusaha korupsi waktu dengan bekerja sambilan untuk menambah penghasilan. Maklumlah gaji PNS masih terlampau minim dibandingkan dengan kebutuhan hidup sehari-hari yang makin tinggi. Ada cara pemecahan yang paling rasional dan radikal, yakni mengurangi jumlah PNS. Tetapi mana ada pemerintahan yang berani melakukannya pada saat-saat seperti ini (Suara Merdeka, 2005) Akhir-akhir ini sering terjadi bentuk-bentuk ketidakdisiplinan yang dilakukan oleh pegawai, yaitu banyaknya tingkat absensi dan melanggar tertib kerja. Seperti yang terjadi di Bandar Lampung, seorang Lurah pada waktu sidak baru datang kerja pukul 10.00 dan sudah tidur nyenyak sekitar pukul 12.00 (Lampung Post, 2007). Lain halnya yang terjadi di Jakarta, Badan
Kepegawaian Daerah memantau PNS yang mangkir, cepat pulang, terlambat masuk, cuti, lembur, sakit, izin, dan lainnya memanfaatkan mesin fingerscan sebagai perekam daftar hadir PNS. Sejauh ini PNS yang mangkir hanya 0, 22 persen dari seluruh PNS dan Pegawai Tidak Tetap (Kompas, 2008). Selain kasus di atas terdapat pula bentuk ketidakdisiplinan oleh PNS, yaitu yang terjadi di
lingkungan Pemerintah Provinsi Yogyakarta. Berdasarkan hasil
pemeriksaan yang dilakukan Badan Pengawasan Daerah (Bawasda) DIY, sebanyak 171 PNS bolos pada hari pertama masuk kerja setelah libur bersama lebaran, sedangkan 549 PNS lainnya hanya absen pagi kemudian tidak datang lagi pada siang dan sore hari ( Suaramerdeka, 2007). Dari beberapa kasus di atas, sudah tampak jelas bahwa fenomena PNS bolos atau katakanlah tidak disiplin akan berpengaruh terhadap produktivitas organisasi. Dengan ketidakdisiplinan tersebut target pekerjaan akan tertunda dan tujuan organisasi tidak akan tercapai. Disiplin bermanfaat mendidik pegawai untuk mematuhi dan menyenangi peraturan,
prosedur,
maupun
kebijakan
yang
ada,
sehingga
dapat
menghasilkan kinerja yang baik. Pada dasarnya tujuan disiplin adalah agar seseorang dapat bertingkah laku sesuai dengan apa yang disetujui oleh organisasi, namun demikian, ketika bekerja, seorang pegawai dapat menampilkan perilaku yang tidak disiplin. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui karyawan yang memiliki motivasi kerja yang tinggi akan menunjang keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya. Upaya peningkatan motivasi kerja karyawan dapat
dilakukan dengan disiplin kerja. Disiplin kerja berfungsi untuk mengoreksi penampilan kerja agar peraturan kerja dapat diterapkan secara konsisten. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk meneiti hubungan antara motivasi kerja dengan disiplin kerja. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik hubungan motivasi kerja dengan disiplin kerja karyawan. Manfaat Penelitian Secara teoritis hasil penelitian ini akan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di bidang psikologi industri dan organisasi khususnya informasi baru tentang hubungan motivasi kerja dengan disiplin kerja. Selain itu penelitian ini bermanfaat bagi organisasi serta karyawan dalam usaha peningkatan motivasi kerja, bahwa ternyata motivasi kerja memberi pengaruh pada disiplin kerja B. TINJAUAN PUSTAKA Motivasi Kerja Simamora (2004) mengatakan bahwa motivasi adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang menuju sebuah tujuan. Gray (Winardi, 2001) mendefinisikan bahwa motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seseorang yang menyebabkan
timbulnya
sikap
antusiasme
melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.
dan
persistensi,
dalam
Siagian (1995) menjelaskan bahwa berbagai hal yang biasanya terkandung dalam berbagai definisi tentang motivasi antara lain berisi tentang keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran, dorongan dan insentif. Dapat dikatakan bahwa suatu motif adalah keadaan kejiwaan yang mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan dan motif itulah yang mengerakkan dan menyalurkan perilaku, sikap dan tindak tanduk seseorang yang selalu dikaitkan dengan pencapaian tujuan, baik tujuan organisasi maupun tujuan pribadi masingmasing anggota organisasi yang bersangkutan Kartono (1994) mengungkapkan motivasi bekerja berwujud kebutuhan ekonomi (bentuk uang), dan bentuk kebutuhan psikis untuk aktif berbuat. Hal ini disebabkan antara lain karena banyak orang yang dengan senang hati bekerja terus menerus, sekalipun ia tidak memerlukan lagi benda-benda materiil dan uang sedikitpun juga. Walaupun sekuritas (gangguan keamanan) sendiri serta keluarganya sudah terjamin, namun seseorang dengan ikhlas hati meneruskan pekerjaannya, sebab imbalan yang paling manis dari bekerja adalah nilai sosial dalam bentuk pengakuan, penghargaan, respek, dan kekaguman kawan-kawan terhadap pribadinya. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah segala sesuatu yang menimbulkan kegairahan, hasrat keinginan dan dorongan dalam diri individu yang mempengaruhi dan mengarahkan serta memelihara perilakunya untuk mencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan lingkungan tempat kerja.
Aspek-aspek dari motivasi kerja (Flippo, 1989) adalah: Upah/gaji, keterjaminan
pekerjaan
(security
of
job), rekan-rekan
sekerja
yang
menyenangkan (congenial associates), penghargaan atas pekerjaan yang dilakukan (credit for work done), kesempatan untuk maju (opportunity to advance), kondisi kerja yang nyaman, aman, dan menarik, kepemimpinan yang mampu dan adil (competent and fair leadership), perintah dan pengarahan yang masuk akal (reasonable orders and directions), organisasi yang relevan dari segi sosial (a social relevant organization) Disiplin Sinungan (2005) mengungkapkan bahwa disiplin adalah sikap kejiwaan dari seseorang atau sekelompok orang yang senantiasa berkehendak untuk mengikuti mematuhi segala aturan keputusan yang telah ditetapkan. Disiplin adalah prosedur yang mengoreksi atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin merupakan bentuk pengendalian diri pegawai dan pelaksanaan yang teratur dan menunjukkan tingkat kesungguhan tim kerja di dalam organisasi (Rosidah, 2003). Handoko (2001) mengemukakan bahwa disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasional. Hasibuan (2005) mengungkapkan bahwa disiplin adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Definisi lain diungkapkan oleh Simamora (2004) yang mendefinisikan disiplin sebagai prosedur yang mengoreksi atau menghukum bawahan karena
melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin merupakan bentuk pengendalian diri pegawai dan pelaksanaan yang teratur dan menunjukkan tingkat kesungguhan tim kerja di dalam organisasi. Siswanto (1987) mendefinisikan disiplin kerja sebagai suatu sikap menghormati, mengahargai, patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila melanggar atas tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. Gibson (1989) mendefinisikan disiplin sebagai bentuk hukuman atau sanksi jika karyawan menyimpang dari peraturan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah sikap atau perbuatan yang mentaati atau mematuhi segala peraturan yang telah ditetapkan. Aspek-aspek
ketidakdisiplinan
berdasarkan
Gibson
(1989)
adalah
keabsenan, meninggalkan tempat kerja, kelambanan, tidur pada saat jam kerja, pembangkangan perintah, melanggar aturan dan kebijaksanaan keselamatan kerja, merusak peralatan, menolak kerjasama, memperlambat pekerjaan.
Hubungan Motivasi Kerja dengan Disiplin Perubahan struktur pemerintahan telah membawa banyak perubahan dalam pelaksanaan sektor pemerintahan. Tidak dipungkiri lagi perubahan itu menuntut organisasi
bekerja
lebih
efektif
untuk
meningkatkan
produktivitasnya.
Kebutuhan ekonomi yang cukup tinggi memaksa setiap individu bekerja keras
untuk mencukupi kebutuhannya tersebut, antara lain dengan jalan bekerja. Padahal di era globalisasi ini pekerjaan merupakan hal yang sangat sulit untuk didapatkan, sehingga setiap individu selalu berusaha untuk mendapatkan pekerjaan, yang pendapatan dari pekerjaannya tersebut digunakan untuk mencukupi kebutuhannya. Seorang individu akan tampak bersemangat, bergairah, dan berdedikasi dalam melaksanakan pekerjaannya jika individu itu mempunyai motivasi (Nawawi, 1998). Berdasar teori yang ada motivasi kerja adalah segala sesuatu yang menimbulkan kegairahan, hasrat keinginan dan dorongan dalam diri individu yang mempengaruhi dan mengarahkan serta memelihara perilakunya untuk mencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan lingkungan tempat kerja, sehingga motivasi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas seseorang yang nantinya digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Produktivitas organisasi dapat dicapai
tidak hanya
dengan motivasi kerja yang tinggi, tetapi dipengaruhi pula oleh disiplin para pegawainya. Banyak hal yang bisa mempengaruhi motivasi kerja seseorang antara lain faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri, harga diri, harapan pribadi, kebutuhan, keinginan, kepuasan kerja dan prestasi kerja yang dihasilkan. Sedangkan yang termasuk faktor eksternal antara lain sifat dan jenis pekerjaan, kelompok dimana seseorang bergabung, organisasi tempat kerja, situasi lingkungan pada umumnya serta sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya (Siagian, 2006) Seperti telah diketahui bahwa kedisiplinan suatu organisasi dikatakan baik jika sebagian besar karyawannya menaati peraturan-peraturan yang ada. Sikap
patuh dan taat dari anggota kelompok terhadap ukuran-ukuran dan atau nilainilai yang telah disepakati bersama tadi tetap harus diperhatikan. Tujuan suatu organisasi dapat dicapai dengan disiplin. Disiplin menjadi menarik bila dihubungkan dengan motivasi kerja. Motivasi diri khusunya motivasi kerja merupakan dorongan, keinginan, hasrat dan tenaga penggerak bagi tiap karyawan dalam bekerja dan melaksanakan tanggung-jawabnya.Motivasi kerja akan mendorong lahirnya kedisplinan pegawai, karena motivasi kerja amat erat korelasinya dengan disiplin kerja (Sastrohadiwiryo, 2002). Hal ini di dukung oleh penelitian Pengaruh Kepuasan dan Motivasi Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Riyadi Palace Hotel di Surakarta (Prasetyo, 2001) yang menyebutkan bahwa motivasi kerja lebih besar pengaruhnya daripada kepuasan kerja terhadap produktivitas kerja (
=0,397,
p<0,05) artinya 39,7 % variabel kepuasan dan motivasi kerja dapat menjelaskan variabel terikat. Sementara sisanya sebesar 61,3% disebabkan oleh faktor-faktor lain. Penelitian ini, peneliti mengambil subjek karyawan Riyadi Palace Hotel di Surakarta. Alat ukur yang dipakai adalah menggunakan kuisioner dengan analisis regresi linier berganda. Sedangkan pada penelitian lain yang dilakukan oleh Listianto (2002) yang meneliti Pengaruh Motivasi, Kepuasan
Kerja,
dan
Disiplin
Kerja
Terhadap
Kinerja
Karyawan,
mengungkapkan bahwa motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan PDAM Surakarta, dengan hasil pengujian koefisien determinasi diperoleh nilai (
= 0,94 p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan variabel motivasi,
kepuasan kerja, variabel disiplin kerja dalam menjelaskan variasi kinerja karyawan PDAM Surakarta sebesar 94,2 %, sisanya 5, 8% ditentukan oleh variabel-variabel lain di luar model. Penelitian ini mengambil subjek 120 pegawai kantor PDAM Kota Surakarta, dengan metode pengambilan data menggunakan teknik survei dan angket dengan analisis data menggunakan model regresi linier berganda. Sedangkan pada penelitian Hubungan antara Karakteristik Pekerjaan dan Motivasi Kerja Supervisor Pasaraya Semarang (Wijono, 2007) yang mengambil subyek 85 supervisor yang terdiri atas 44 laki-laki dan 41 perempuan menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara karakteristik pekerjaan dengan motivasi kerja (r = 0,12: p< 0,05). Selain itu keragaman ketrampilan dan kepentingan tugas tidak berhubungan signifikan dengan motifasi kerja. Oleh sebab itu jelas kiranya motivasi kerja berpengaruh terhadap produktivitas kerja, karakteristik pekerjaan dan kinerja karyawan. Orang yang memiliki motivasi kerja yang tinggi maka produktivitasnya pun akan baik. Orang yang mempunyai motivasi kerja yang tinggi adalah orang yang mau bekerja keras untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tujuan tersebut akan dapat dicapai bila didukung pula oleh disiplin yang tinggi dari individu. Melihat beberapa hal diatas maka dapat diprediksikan bahwa motivasi kerja berpengaruh terhadap kedisiplinan. Semakin tinggi motivasi kerja karyawan, maka semakin tinggi pula disiplin kerjanya, sehingga mampu bekerja secara optimal.
Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara motivasi kerja dengan disiplin. Semakin tinggi motivasi kerja, maka semakin tinggi disiplin yang dimiliki karyawan dan semakin rendah motivasi kerja, maka semakin rendah pula disiplin yang dimilki karyawan.
C. METODE PENELITIAN Identifikasi Variabel-variabel penelitian Variabel Tergantung : Disiplin Variabel Bebas
: Motivasi Kerja
Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah Pegawai Dinas
Pol PP dan Ketertiban
Masyarakat di Pemerintah Kabupaten Sleman yaitu yang berusia antara 22 tahun - 60 tahun berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan.
Metode Pengambilan Data Penelitian ini akan dilakukan dengan metode kuantitatif. Pengumpulan data dalam bentuk angket (kuisioner) yaitu sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui (Reksoatmodjo, 2007).
Metode Analisis Data Untuk menguji hipotesis penelitian ini digunakan Korelasi Product Moment yang berfungsi untuk melihatkorelasi atau hubungan antara Kecerdasan
Spiritual dengan Motivasi Kerja. Demi menjaga keakuratan dan kemudahan pengolahan data digunakan teknik pengolahan data dengan bantuan komputer SPSS (Statistical Program for Social Science) versi 16.0 for Windows. D. HASIL PENELITIAN Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Uji coba terhadap alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas aitem-aitem yang ada dalam alat ukur Skala Motivasi Kerja serta Disiplin, untuk menentukan aitem yang layak untuk digunakan dalam penelitian selanjutnya. Analisis terhadap validitas dan reliabilitas skala dengan menggunakan fasilitas computer program SPSS (Statistical Program for Social Science) versi 16.0 for Windows. Skala Motivasi Kerja Hasil analisis menunjukkan bahwa hasil uji coba (try out) terhadap Skala Motivasi Kerja dari 72 aitem yang di ujicobakan menghasilkan aitem yang dinyatakan valid (sahih) sebanyak 52 aitem. Aitem-aitem yang sahih merupakan aitem-aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total minimal sebesar 0,30. Koefisien korelasi aitem total yang sahih bergerak hingga
= 0, 303
= 0,668. Setelah koefisien reliabuilitas skala dihitung, diperoleh
koefisien reliabilitas sebesar a = 0,933. Skala Disiplin Hasil analisis menunjukkan bahwa hasil uji coba (try out) terhadap Skala Disiplin dari 40 aitem yang di ujicobakan menghasilkan aitem yang dinyatakan valid (sahih) sebanyak 36 aitem. Aitem-aitem yang sahih merupakan aitem-
aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total minimal sebesar 0,30. Koefisien korelasi aitem total yang sahih bergerak
= 0,374 hingga
=
0,785 Setelah koefisien reliabuilitas skala dihitung, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar a = 0,947. Pelaksanaan Penelitian Pengambilan data untuk penelitiandilakukan pada hari 27 Agustus 2008 sampai dengan 29 Agustus 2008 pada Pegawai Dinas Pol PP dan Ketertiban Masyarakat di Pemerintah Kabupaten Sleman sebanyak 45 orang.
Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan positif yang sangat significant antara motivasi kerja dengan disiplin pada pegawai Dinas Pol PP dan Ketertiban Masyarakat di Pemerintah Kabupaten Sleman. Hal ini terlihat dari nilai korelasi r = 0,401 dan nilai signifikansi antara motivasi kerja dengan disiplin sebeesar p = 0,003 (p < 0,01). Sumbangan efektif yang diberikan variabel motivasi kerja terhadap disiplin sebesar 16% hal ini menunjukkan bahwa faktor disiplin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi kerja pegawai.
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka hipotesis yang telah diajukan, yaitu ada hubungan yang positif antara motivasi kerja dan disiplin diterima. Hasil
penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dengan disiplin. Setelah melalui beberapa proses pengolahan data diperoleh hasil yang mendukung hipotesis tersebut. Mula-mula melalui deskripsi data penelitian dapat dilihat bahwa nilai rata-rata skor motivasi kerja yang diperoleh karyawan (mean empirik=156,49)
lebih
tinggi
dari
rata-rata
skor
hipotetiknya
(mean
hipotetik=130). Data tersebut menunjukkan bahwa karyawan memiliki motivasi kerja lebih besar dari rata-rata yang diperkirakan, tetapi masih berada pada level yang sedang. Secara lebih spesifik, motivasi kerja yang dimunculkan oleh karyawan sebagian besar berada pada tingkatan sedang (57,8%). Bahkan tidak ada yang berada pada tingkat sangat tinggi (0%), sedangkan sisanya berada pada tingkatan tinggi (24,4%), Rendah (6,7%), dan sangat rendah (11,1%). Untuk disiplin sendiri, karyawan memiliki rata-rata skor (mean empirik = 116,36%) yang lebih tinggi dari rata-rata skor hipotetik (mean hipotetik = 90) Itu menunjukkan bahwa disiplin karyawan berada lebih tinggi dari rata-rata yang diperkirakan. Sebagian besar dari karyawan (44,5%) berada pada kategori sedang, selanjutnya (31,1 %) karyawan berada pada tingkat rendah, (15,5 %) berada pada tingkat tinggi, sisanya sebesar (8,9%) berada pada kategori sangat tinggi. Sedangkan karyawan yang memiliki kategori sangat rendah tidak ditemukan Hal ini dapat dilihat dari hasil uji korelasi product moment dari Pearson dengan menggunakan fasilitas komputer SPSS 16.00 for windows,
r = 0,401, p =
0,003; p < 0,01. Dengan demikian semakin tinggi motivasi kerja semakin tinggi disiplin karyawan. Sebaliknya, semakin rendah motivasi kerja semakin rendah
pula disiplin karyawan. Sumbangan efektif motivasi kerja terhadap disiplin adalah 16%, sisanya sebesar 84% disebabkan oleh faktor-faktor lainnya. Tinggi rendahnya motivasi kerja karyawan berkaitan dengan tinggi rendahnya disiplin yang mereka miliki. Apabila karyawan memiliki motivasi kerja yang tinggi maka semakin tinggi pula tingkat disiplin yang mungkin mereka miliki. Motivasi diri khususnya motivasi kerja merupakan dorongan, keinginan, hasrat dan tenaga penggerak bagi tiap karyawan dalam bekerja dan melaksanakan tanggung-jawabnya. Motivasi kerja akan mendorong lahirnya kedisplinan pegawai, karena motivasi kerja amat erat korelasinya dengan disiplin kerja (Sastrohadiwiryo, 2001). Pendapat tersebut sejalan dengan Nitisemito (1988) yang menyatakan bahwa dari beberapa faktor yang mempengaruhi
timbulnya
perilaku
disiplin
kerja,
faktor
kesejahteraan
merupakan faktor yang dapat dipenuhi oleh perusahaan/instansi. Apabila hal tersebut dapat dipenuhi dengan baik oleh perusahaan maka akan menciptakan kepuasaan terhadap pekerjaan karyawan. Kepuasaan ini akan membuat karyawan merasa lebih tenang dan termotivasi dalam melaksanakan tugastugasnya. Begitu pula sebaliknya apabila hal tersebut tidak dapat dipenuhi oleh perusahaan, maka akan terjadi ketidakdisiplinan pada karyawan. Hal tersebut sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Listianto (2007) menyatakan bahwa motivasi kerja dapat meningkatkan disiplin karyawan. Bagi sebagian karyawan, bekerja dirasa sebagai sebuah kebutuhan. Apabila kebutuhan tersebut besar maka hal ini akan menimbulkan motivasi kerja pada diri mereka. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Kartono (1994) yang
mengungkapkan bahwa motivasi bekerja berwujud kebutuhan ekonomi (bentuk uang), dan bentuk kebutuhan psikis untuk aktif berbuat. Hal ini disebabkan antara lain karena banyak orang yang dengan senang hati bekerja terus menerus, sekalipun ia tidak memerlukan lagi benda-benda materiil dan uang sedikitpun juga. Walaupun sekuritas (gangguan keamanan) sendiri serta keluarganya sudah terjamin, namun seseorang dengan ikhlas hati meneruskan pekerjaannya, sebab imbalan yang paling manis dari bekerja adalah nilai sosial dalam bentuk pengakuan, penghargaan, dan kekaguman kawan-kawan terhadap pribadinya. Besarnya kebutuhan
yang
dimiliki karyawan menuntut karyawan untuk
bekerja lebih baik. Dorongan-dorongan untuk memenuhi kebutuhan tersebut akan mendorong karyawan untuk berperilaku tertentu, misalnya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tepat pada waktunya dibutuhkan tingkat kedisiplinan karyawan. Hal ini sejalan dengan teori Maslow (Hasibuan, 2007) bahwa kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh para pegawai untuk mencapai kepuasan, dan dorongan-dorongan yang menyebabkan para pegawai itu berperilaku tertentu. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka variabel motivasi kerja diidentifikasi sebagai indikator yang member sumbangan pada disiplin karyawan dalam bekerja. Namun demikian, melihat sumbangan efektif motivasi kerja terhadap disiplin berada pada kisaran 16%, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja bukanlah satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi disiplin. Masih ada faktor-faktor lain yang mungkin sangat beragam seperti persepsi karyawan terhadap kontrol atasan, kepuasan karyawan. Penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Arisandy (2004) menunjukkan bahwa persepsi karyawan terhadap kontrol atasan berhubungan dengan peningkatan disiplin karyawan. Akhirnya, peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Penelitian ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu peneliti berharap bahwa hal ini mampu menjadi bahan evaluasi untuk penelitianpenelitian selanjutnya. Dalam penelitian ini masih terdapat beberapa kelemahan, yaitu kurangnya referensi yang digunakan oleh peneliti baik mengenai motivasi kerja maupun disiplin pada karyawan sehingga teori yang digunakan dalam penelitian ini menjadi kurang beragam, disamping itu adapun kekurangan dalam proses pelaksanaan pengambilan data dalam penelitian ini yaitu terdapat beberapa angket atau skala yang tidak dikembalikan oleh subjek pada saat proses pengambilan data. Namun begitu, secara keseluruhan, penelitian ini telah berjalan lancar. E. PENUTUP Kesimpulan Hasil Penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa hipotesa yang mengemukakan bahwa ada hubungan positif antara motivasi kerja denagn disiplin, diterima. Semakin tinggi tingkat motivasi kerja karyawan, maka semakin tinggi pula tingkat disiplinnya. Saran-saran 1. Saran kepada karyawan Berdasarkan hasil penelitian peneliti menyarankan karyawan menjaga dan memiliki kesadaran motivasi kerja dan disiplin. 2. Saran Kepada Instansi
Peneliti menyarankan agar Dinas Polisi Pamong Praja dan Ketertiban Masyarakat Kabupaten Sleman, untuk dapat lebih meningkatkan motivasi kerja karyawan, karena motivasi kerja yang tinggi akan meningkatkan kinerja karyawan dan meningkatkan produktivitas organisasi secara optimal. Untuk itu peneliti menyarankan agar instansi lebih memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kerja karyawan, misalnya dengan lebih memperhatikan penghargaan atas prestasi karyawan, kesempatan untuk maju, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk meningkatkan disiplin, peneliti menyarankan untuk lebih meningkatkan kontrol pengawasan dari atasan, pemimpin lebih tegas terhadp pelanggaran yang dilakukan oleh karyawan 3. Saran bagi peneliti selanjutnya Saran ditujukan kepada peneliti selanjutnya yang ingin mengungkap lebih mendalam tentang topik ini, disarankan agar memperhatikan variabel lain seperti pengaruh lingkungan, karakteristik pekerjaan serta karakteristik individu agar hasil penelitian dapat memberikan kontribusi yang lebih menyeluruh dan bermanfaat serta lebih aplikatif untuk dapat diterapkan dalam kehidupan suatu organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman. 2005. Hubungan Kendali Diri dan Pola Asuh Demokratis. Skripsi (tidak diterbitkan).Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Anoraga, P. 2001. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Arisandy, D. 2004. Hubungan Antara Persepsi Karyawan Terhadap Disiplin Kerja Karyawan Bagian Produksi Pabrik Keramik “Ken Lila Production” Di Jakarta. Palembang: Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang http://psikologi .binadarma.ac.id/jurnal/jurnal_desy.pdf Azwar, S. 2007. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Edryan, N. 2001. Hubungan antara sikap kerja terhadap peraturan K3 Perusahaan dengan Motivasi Kerja Karyawan bagian operasional Pertamina UD.IV Cilacap. Skripsi (Tidak Diterbitkan).Yogyakarta: Fakultas Psikologi UII. Flippo, E. B. 1989. Manajemen Personalia. Edisi keenam. Terjemahan. Jakarta: Erlangga Gibson, J, Ivancevich, J, & Donelly, J. 1989. Organisasi :Perilaku, Struktur, Proses. Jilid I. Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga Hadi, S. 2001. Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Penerbit Andi Hamalik, O. 1993. Psikologi Manajemen Penuntun Bagi Pemimpin. Bandung: Trigenda Karya Handoko, H. 2003. Manajemen. Yogyakarta: BPFE Hasibuan, M. 2003. Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta: Bumi Aksara -----------------------. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: CV. Haji Massagung
Helmi, A. 1996. Disiplin Kerja. Buletin Psikologi Tahun IV Nomor 2. http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/disiplinkerja_avin.pdf Hendrawati. 2004. Hubungan antara Kecerdasan Spiritual Dengan Motivasi Kerja Karyawan. Naskah Publikasi (Tidak Diterbitan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UII Kartono, K. 1994. Psikologi Sosial Untuk Perusahaan dan Industri. Jakarta: Rajawali Listianto, T. 2002. Pengaruh Motivasi, Kepuasan, Dan Displin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. http://eprints.ums.ac.id/148/1/TONI_LISYANTO.pdf Matutina. 1993. Manajemen Personalia. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Muhaimin. 2004. Hubungan Antara Kepuasan Kerja Dengan Disiplin Kerja Karyawan Operator Shawing Computer Bagian Produksi Pada PT. Primarindo Asia Infrastruktur Tbk. Bandung. http://psikologi.binadarma.ac.id/jurnal/jurnal_muhaimin.pdf Nawawi, H. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan (Cetakan Ketiga). Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset. Nitisemito. 1988. Manajemen Personalia. Jakarta Timur: Ghalia Indonesia
Prasetyo. 2007. Pengaruh Kepuasan dan Motivasi Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Riyadi Palace Hotel Di Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/151/1/EDI_PRASETYO.Pdf Prijodarminto, S. 1993. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta: PT. Abadi
Reksoatmodjo, T. 2007. Statistika untuk Psikologi Dan Pendidikan. Bandung: PT. Refika Aditama Rosidah. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sastrohadiwiryo, S. 2001. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administrasi dan Operasional. Jakarta: PT. Bumi Aksara
--------------------------. 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administrasi dan Operasional. Jakarta: PT. Bumi Aksara Siagian, K. 2005. Analisis Hubungan Kompensasi dan Disiplin Kerja Dengan Kinerja Pegawai Pada Kantor Pelayanan Pajak Metro.Lampung http://digilib.unila.ac.id/files/diskI/II/laptunilapp-9dl-S2-2006Krismansia-511-2005_ts_1pdf Siagian, S. P. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara
----------------. 2006. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta Simamora, H. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN -----------------. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN
Sinungan, M. 2005. Produktivitas Apa Dan Bagaimana. Jakarta: Bumi Aksara
Siswanto, B. 1987. Manajemen Tenaga Kerja. Bandung: Penerbit Sinar Baru Supardi. 2005. Metodologi Penelitian dan Bisnis. Yogyakarta: UII Press
Tambunan.1991. Kunci Menuju Sukses Dalam Manajemen Kepemimpinan. Bandung: Indonesia Publishing House Thoha, M. 1983. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Wienir, P & Walizer, M. 1991. Metode dan Analisis Penelitian: Mencari Hubungan. Terjemahan. Jakarta: Erlangga Wijono, S. 2007. Hubungan Antara Karakteristik Pekerjaan dan Motivasi Kerja Supervisor Pasaraya Semarang. Jurnal Psikologi, Tahun 2007 Volume 4. Halaman 59-74 Winardi, J. 2001. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
_________ . 2005. Bolos PNS Tak Cuma Fenomena Lebaran http://www.suaramerdeka.com/harian/0511/12/opi2.htm __________ . 2007. 171 PNS Bolos, 549 Hanya Absen Pagi http://www.suaramerdeka.com/harian/0710/24/ked02.htm _________ . 2007. Kinerja Aparatur: Disiplin PNS Pemkot Diawasi Berjenjang http:www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2007073101101119 ________. 2008. PNS di DKI Wajib Isi Kontrak Kinerja www.kompas.com/kompascetak/read.php?cnt=.xml.2008.04.16.02211393&cha nnel=2&mn+163&idx+163 _________. 2007. Profil dan Database Dinas Pol PP dan Tibmas Sleman