NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA ORIENTASI MASA DEPAN DENGAN MOTIVASI BELAJAR
Oleh: KARTIKA UTAMI HEPI WAHYUNINGSIH
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2009
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA ORIENTASI MASA DEPAN DENGAN MOTIVASI BELAJAR
Telah Disetujui Pada Tanggal
________________________
Dosen Pembimbing
(Hepi Wahyuningsih, S.Psi.,M.Si)
HUBUNGAN ANTARA ORIENTASI MASA DEPAN DENGAN MOTIVASI BELAJAR
Kartika Utami Hepi wahyuningsih
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan positif antara orientasi masa depan dengan motivasi belajar. Hipotesis awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan positif antara orientasi masa depan dengan motivasi belajar. Semakin tinggi orientasi masa depan, semakin tinggi motivasi motivasi belajar, sebaliknya semakin rendah orientasi masa depan, semakin semakin rendah motivasi belajar. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa siswi yang sedang menimba ilmu di SMA UII Yogyakarta, berjumlah 62 subjek. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 27-28 Februari 2009. Adapun skala yang digunakan adalah skala Orientasi Masa Depan yang disusun oleh peneliti berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Trommsdorff dan Lamm (2008), berjumlah 26 item. Sedangkan skala Motivasi Belajar disusun oleh peneliti berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Pintrich dan Schunk (Conley, 2006), berjumlah 25 item. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi product moment dari Pearson dengan fasilitas program SPSS 12.0 for windows untuk menguji apakah terdapat hubungan positif antara orientasi masa depan dengan motivasi belajar. Korelasi product moment menunjukkan korelasi sebesar r = 0,554 yang artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara orientasi masa depan dengan motivasi belajar. Jadi hipotesis penelitian diterima. Kata Kunci : Orientasi Masa Depan, Motivasi Belajar
Pengantar Semua individu dilahirkan dengan rasa ingin tahu yang tidak pernah terpuaskan dan semua individu mempunyai alat-alat yang diperlukan untuk memuaskannya, salah satunya dengan belajar. Tujuan-tujuan pembelajaran akan dengan mudah di capai apabila siswa memiliki motivasi belajar. Motivasi belajar merupakan suatu aktivitas yang penting bagi siswa, karena motivasi belajar kunci dari kesuksesan seseorang untuk
meraih tujuan hidupnya. Salah satu indikator
keberhasilan pendidikan adalah ketika seorang siswa mempunyai motivasi belajar. Dengan adanya motivasi belajar sesulit apapun materi pelajaran atau proses pembelajaran yang diikutinya maka mereka akan menjalaninya dengan baik. Sehingga siswa tidak akan menemukan hambatan dalam proses menuju kelulusan dan ketika melanjutkan pendidikan di bangku perguruan tinggi. (www.arrahmanmotik.net) Ibarat seseorang menjalani hidup dan kehidupannya, tanpa di landasi motivasi maka hanya kehampaan yang di terimanya dari hari kehari. Dengan adanya motivasi yang tumbuh kuat dalam diri seseorang akan menjadi modal penggerak utama dalam melakoni dunia ini hingga nyawa seseorang berhenti berdetak. Begitu pula siswa, selama siswa menjadi pembelajar maka selama itu pula siswa membutuhkan motivasi belajar guna keberhasilan proses belajarnya. Siswa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri untuk meningkatkan motivasi belajarnya agar memperoleh hasil yang memuaskan. Dengan tekad yang kuat dari dalam diri siswa untuk sukses secara akademis, akan membuat motivasi belajarnya semakin meningkat dan lebih baik lagi.
Setianingrum (2000) menyatakan bahwa hal yang penting untuk di tumbuhkan adalah motivasi, yang merupakan kunci utama proses pembelajaran, karena dengan adanya motivasi belajar, seorang anak bukan hanya menjadikan belajar sebagai kewajiban tapi jadi mendapat kenikmatan dengan melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan belajar. Ames (Kusumaningrum, 2005) menyatakan motivasi merupakan faktor yang penting berkaitan berkaitan dengan proses dan hasil belajar siswa. Seorang siswa yang mempunyai motivasi untuk belajar, mereka akan tergerak untuk melakukan aktivitas belajar, mengerjakan tugas-tugas dan menunjukkan komitmen terhadap aktivitas tersebut. Motivasi belajar sangat penting bahkan lebih penting daripada semua bakat dan kemampuan seorang siswa dalam bidang-bidang tertentu. Siswa yang mempunyai motivasi belajar dengan rasa senang maka akan berpeluang sangat besar di berbagai bidang mata pelajaran di sekolah. Seharusnya siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar. Sehingga siswa akan memiliki sarana untuk mengatasi rintangan yang ada dan mendorong diri sendiri untuk mengoptimalkan potensi terbaik yang siswa tersebut miliki, sehingga berpeluang mengubah kegagalan menjadi sebuah keberhasilan. Sayangnya, tidak semua siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar. Siswa sering terlena dan kurang bersemangat dalam belajar, siswa kurang berinisiatif cenderung menunggu apa yang harus dilakukan dari guru atau orangtua. Padahal sekarang paradigmanya sudah berubah. Siswalah yang harus aktif dalam proses belajarnya. Bagi siswa, belajar dianggap sebagai kegiatan yang yang tidak menarik
dan mungkin tanpa disadari diangggap sebagai kegiatan yang tidak ada gunanya (Rini, 2002). Seperti keluhan yang datang dari orang tua pada umunya, yang menyatakan anaknya yang terlalu banyak bermain dari pada belajar. Baik siang, sore sampai malam hari, anak lebih suka bermain. Orang tuanya harus berteriak-teriak jika harus menyuruh anaknya belajar, bahkan sampai harus memberi ancaman pada anaknya karena
begitu
sulitnya
menyuruh
anaknya
belajar.
(http://www.inspiredkidsmagazine.com). Hal serupa juga terjadi pada siswa SMU berjenis kelamin laki-laki yang saat ini duduk di bangku kelas dua di salah satu SMU Negeri Yogyakarta, berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada siswa tersebut bahwa menunjukkan adanya gejala jarang masuk sekolah, sering melanggar tata tertib sekolah, dan prestasi belajar yang sangat rendah. Subyek tersebut sering bolos, terutama kalau akan menghadapi mata pelajaran yang tidak disukainya. Pada akhir tahun yang lalu subyek termasuk salah seorang yang dipermasalahkan untuk kenaikan kelasnya. Di rumah, subyek tersebut tidak mempunyai tempat belajar sendiri, ia belajar di tempat tidurnya. Ia banyak bermain dan sering bentrok dengan gurunya di sekolah karena ulahnya yang nakal. Bolos sekolah adalah hal yang paling sering di lakukan. Rasa malas dan kejenuhan yang di alami oleh subyek membuatnya harus menjadi yang terbawah di banding teman-teman sekolahnya, prestasi akademik yang di dapatnya membuat guru dan orangtuanya prihatin. Seharusnya di usia yang telah menginjak remaja subyek sudah harus berpikir untuk meningkatkan motivasi belajar dan keinginannya untuk
menjadikan dirinya sendiri menjadi lebih baik dan berlimpah ilmu sebagai pegangan hidupnya. Subyek masih belum tahu apa yang akan ia lakukan untuk kehidupannya ke depan nanti, masih sulit dibayangkan oleh subyek. Kasus lain juga didapat dari DH seorang gadis 16 tahun yang duduk di bangku kelas dua di salah satu SMU Negeri Tangerang. DH mempunyai fasilitas belajar yang sangat lebih. Tidak pernah DH merasa sangat kekurangan. Namun prestasi belajar DH biasa-biasa saja. DH seperti halnya remaja lain, yang masih senang dengan bermain, bergaul dengan teman-teman dan masih sangat kurang memikirkan belajar. DH mengalami kemunduran dalam prestasi belajarnya. Di kelas sering melamun, dan terlihat susah konsentrasi. Saat melamun DH tampak kuatir. Dia lebih
sering
mencoret-coret
buku
catatannya, sehingga DH sering
tidak
mempehatikan pelajaran yang diikutinya. Oleh karena itu DH sering mengerjakan PR saat pagi hari di sekolah dengan meminjam pekerjaan temannya yang sering mengerjakan tugas yang diberikan guru. DH tidak mau berusaha bagaimana merubah tingkah dan perilakunya agar ia menjadi siswa yang kaya akan ilmu pengetahuan dan gemar belajar. DH belum juga tahu bagaimana kehidupannya ke depan nanti. (www.wimamadiun.com) Berdasarkan beberapa kasus tersebut dapat di jelaskan masih banyaknya siswa yang kurang memiliki motivasi belajar. Pentingnya motivasi belajar juga di tegaskan oleh Walgito (1993) bahwa motivasi sangat besar peranannya dalam belajar. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar salah satunya kekaburan orientasi masa depan (Abror, 1993). Orientasi masa depan sering di singkat menjadi
OMD adalah cita –cita dan upaya antisipasi terhadap masa depan yang menjanjikan. Orientasi yang membayangkan kehidupan di kemudian hari, tetapi antisipasinya lebih bernuansa fantasi atau lamunan yang kurang realistis (Sadarjoen, 2006). Siswa yang berorientasi kemasa depan akan termotivasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan begitu siswa akan berupaya untuk selalu mengejar pengetahuan dan menimba ilmu dengan sungguh-sungguh. Memiliki orientasi yang baik, sehingga orientasi masa depan akan membuat siswa lebih termotivasi untuk belajar giat (Saroni, 2008). Hal ini sangat penting bagi kelangsungan dan kesinambungan proses belajar siswa, dengan begitu siswa akan memiliki pandangan atau gambaran tujuan masa depannya. Dengan begitu siswa tidak mengalami kebingungan menentukan rencana dan tujuan dalam rangka mempersiapkan diri menuju masa yang akan datang. Hendriyani (2000) menyatakan bahwa siswa yang memiliki orientasi masa depan akan selalu mengidentifikasikan ide-ide yang penuh semangat dan antusias pada kegiatan-kegiatan intelektual serta berkeinginan untuk menumbuhkan motivasi belajar guna mengejar pengetahuan setinggi-tingginya. Dengan adanya perhatian siswa yang besar terhadap orientasi masa depan menyadari bahwa siswa yang berpendidikan dan memiliki motivasi belajar akan mendapatkan apa yang dicita-citakannya. Dalam hal ini pendidikan dan motivasi belajar yang tinggi dipandang sebagai cara paling utama dalam memperoleh ilmu pengetahuan guna mencapai cita-cita Desmita (2005).
Bertitik tolak dari latar belakang diatas muncul pertanyaan apakah ada hubungan orientasi masa depan dengan motivasi belajar?
Metode Penelitian Subjek dalam penelitian ini merupakan siswa siswi SMA UII Yogyakarta. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari laki-laki dan perempuan yang berjumlah 62 subjek. Metode pengambilan data dalam penelitian ini dengan menggunakan skala yaitu skala psikologis untuk mengungkap atribut psikologis yang dijadikan variabel dalam penelitian ini. Skala ini terdiri dari skala motivasi belajar dan skala orientasi masa depan. Skala motivasi belajar terdiri atas 26 aitem skala ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang diungkapkan oleh Pintrich & Schunk (Conley, 2006). Skala orientasi masa depan terdiri atas 25 aitem. Skala ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang diungkapkan oleh Trommsdorff dan Lamm (2008). Skala Motivasi Belajar menyediakan empat alternatif jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Pemberian skor bergerak dari angka 1 sampai dengan 4, pada pernyataan favorable nilai tertinggi 4 adalah untuk jawaban sangat sesuai (SS), 3 untuk jawaban sesuai (S), 2 untuk jawaban tidak sesuai (TS), dan 1 untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS). Sebaliknya pada pertanyaan unfavorable nilai tertinggi 4 adalah untuk jawaban
sangat tidak sesuai (STS), 3 untuk jawaban tidak sesuai (TS), 2 untuk jawaban sesuai (S), dan 1 untuk jawaban sangat sesuai (SS). Skala orientasi masa depan juga menyediakan empat alternatif jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Pemberian skor bergerak dari angka 1 sampai dengan 4, pada pernyataan favorable nilai tertinggi 4 adalah untuk jawaban sangat sesuai (SS), 3 untuk jawaban sesuai (S), 2 untuk jawaban tidak sesuai (TS), dan 1 untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS). Sebaliknya pada pertanyaan unfavorable nilai tertinggi 4 adalah untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS), 3 untuk jawaban tidak sesuai (TS), 2 untuk jawaban sesuai (S), dan 1 untuk jawaban sangat sesuai (SS). Semua data yang telah terkumpul dalam penelitian ini akan di analisis dengan metode statistik, dan untuk menguji hubungan antara orientasi masa depan dengan motivasi belajar digunakan metode analisis korelasi Product Moment dari Pearson. Perhitungan akan dilakukan dengan bantuan komputer, yaitu menggunakan program SPSS 12.0 for windows. Hasil Penelitian Setelah terbukti bahwa sebaran data yang diperoleh adalah normal dan hubungan antar variabel linier, maka dilakukan uji terhadap hipotesis dengan teknik product moment. Perhitungan analisis korelasi product moment menggunakan program SPSS 12.0 for windows, dan hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Analisis Korelasi Product Moment Orientasi Masa Depan Dan Motivasi Belajar Motivasi Belajar p Product Moment Orientasi Masa Depan 0,554 0,000
Analisis data menunjukkan korelasi antara variabel motivasi belajar dan orientasi masa depan nilai r = 0,554 dengan p = 0,000 (p<0,01). Hal ini berarti menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara motivasi belajar dan orientasi masa depan, semakin tinggi motivasi belajar, semakin tinggi orientasi masa depan sehingga hipotesis yang diajukan diterima. Berdasarkan hasil analisis diketahui koefisien determinasi (R square) variabel orientasi masa depan dengan motivasi belajar dalam penelitian ini adalah sebesar 0,307. Hal ini menunjukkan bahwa orientasi masa depan memberikan sumbangan efektif terhadap motivasi belajar 30,7 % yang berarti 69,3 % merupakan pengaruh dari variabel lain baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif.
Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik apakah ada hubungan positif antara motivasi belajar dengan orientasi masa depan. Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka hipotesis yang telah diajukan, yaitu ada hubungan yang positif antara motivasi belajar dan orientasi masa depan diterima. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara motivasi belajar dan orientasi masa depan. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji korelasi product moment dari
Pearson dengan menggunakan fasilitas komputer SPSS 12.00 for windows, menunjukkan nilai r =0,554 dengan p =0,000 (p<0,01). Hal ini berarti menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara motivasi belajar dan orientasi masa depan, semakin tinggi motivasi belajar, maka semakin tinggi orientasi masa depan . Menurut Saroni (2008), siswa yang berorientasi ke masa depan akan termotivasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan begitu siswa akan berupaya untuk selalu mengejar pengetahuan dan menimba ilmu dengan sungguhsungguh. Memiliki orientasi yang baik, sehingga orientasi masa depan akan membuat siswa lebih termotivasi untuk belajar giat. Untuk mengetahui apakah variabel motivasi belajar dan orientasi masa depan memiliki hubungan yang linear dilakukan uji linearitas. Hasilnya menunjukkan F = 31,548; p = 0,000 (p<0,05). Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dikatakan bahwa hubungan antara variabel motivasi belajar dan orientasi masa depan linier. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hendriyani (2000) menyatakan bahwa siswa yang memiliki orientasi masa depan akan selalu mengidentifikasikan ide-ide yang penuh semangat dan antusias pada kegiatan-kegiatan intelektual serta berkeinginan untuk menumbuhkan motivasi belajar guna mengejar pengetahuan setinggi-tingginya. Saroni (2008) menyatakan bahwa orientasi masa depan menjadi penyemangat bagi siswa untuk lebih meningkatkan motivasi belajar dengan baik. Dengan orientasi masa depan yang terpetakan, maka segala hal yang dibutuhkan untuk pencapaiannya
dapat disusun secara sistematis dan jelas terhadap segala hal yang harus dilakukan sehingga terciptanya motivasi belajar yang tinggi pada siswa. Oleh karena itulah, maka sebagai siswa harus mampu membangkitkan motivasi belajar terhadap pemantapan orientasi masa depannya sehingga semangat belajar menjadi berlipat dan upaya peningkatan kualitas pendidikan dapat tercapai karena siswa itu. Dengan motivasi belajar yang tinggi atas masa depan, maka siswa akan menyadari bahwa mereka harus aktif dalam proses belajar. Subyek dalam penelitian ini memiliki tingkat orientasi masa depan yang sedang dengan persentase 66,1 %, hal ini dibuktikan dari hasil rerata empirik keseluruhan subyek 82,854 dan mean hipotetik 65 dengan standar deviasi hipotetik 7,151 (43,34 < x < 86,66). Demikian juga dengan tingkat motivasi belajar subyek berada pada tingkat yang sedang dengan persentase 74,2 % berdasarkan rerata empiric 78,725 dan mean hipotetik 62,5 dengan standar deviasi 7,603 (41,67 < x < 83,33). Kontribusi variabel orientasi masa depan terhadap motivasi belajar dalam penelitian ini adalah dengan nilai R square 0,307. Hal ini menunjukkan bahwa orientasi masa depan memberikan sumbangan efektif terhadap motivasi belajar 30,7 % yang berarti 69,3 % merupakan pengaruh dari variabel lain baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif yang berasal dari dalam diri maupun dari luar diri subyek yang memberikan pengaruh terhadap motivasi belajar. Seperti yang dijelaskan oleh Dalyono (1996) bahwa kuat lemahnya motivasi belajar siswa turut mempengaruhi keberhasilan siswa. Oleh karena itu motivasi harus dimiliki oleh siswa dengan cara
memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita. Senantiasa memasang tekad yang bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan belajar Kelemahan dari penelitian ini adalah pada pengambilan data atau penyebaran alat ukut di masing-masing kelas peneliti didampingi oleh guru sehingga bisa saja siswa menjawab pernyataan item yang peneliti bagikan tidak sesuai dengan apa yang ada pada diri siswa, karena siswa ingin dinilai oleh guru dan peneliti sebagai siswa yang memiliki motivasi belajar dan orientasi masa depan yang tinggi.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima. Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara orientasi masa depan dan motivasi belajar, dengan demikian semakin tinggi orientasi masa depan, maka motivasi belajar juga semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah orientasi masa depan, maka motivasi belajar semakin rendah. Kontribusi variabel orientasi masa depan terhadap motivasi belajar dalam penelitian ini adalah dengan nilai R square=0,307. Hal ini menunjukkan bahwa orientasi masa depan memberikan sumbangan efektif terhadap motivasi belajar 30,7 % yang berarti 69,3 % merupakan pengaruh dari variabel lain.
Saran Berdasarkan hasil yang telah dicapai, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi Subyek Penelitian
Hendaknya siswa siswi SMA UII Yogyakarta lebih meningkatkan motivasi belajar, salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan memiliki orientasi masa depan, dengan adanya orientasi masa depan maka siswa akan lebih menfokuskan diri terhadap tujuan yang akan dicapai, maka motivasi belajarnya pun akan lebih meningkat lagi. 2. Bagi Orang Tua
Sebaiknya orang tua selalu mengarahkan apa yang menjadi cita-cita anaknya. Sehingga anak menjadi memiliki orientasi masa depan yang jelas. Dengan bantuan dan dukungan dari orang tua, maka anak akan menjadi lebih termotivasi untuk belajar dan tidak mengalami kebingungan dalam berorientasi masa depan yang ingin anak capai. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar dalam proses penyebaran angket di dalam kelas hendaknya tidak didampingi oleh guru tetapi penyebaran dilakukan oleh peneliti sendiri sehingga siswa benar-benar menjawab pernyataan item sesuai dengan apa yang siswa alami.
Daftar Pustaka
Abror, A. R. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PT. Tiara
Wacana Yogya.
Kusumaningrum, A. 2005. Hubungan Interaksi Dalam Kelompok Belajar Dengan Motivasi Belajar Siswa. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : UII. Conley, M, AnneMarrie and Karabenick, A, Stuar. 2006. Construct Validity Issues in The Measerement Of Motivation To Learn. Combined program in educational and Psychology. University of Michigana. Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Motivasi dan Belajar. http:// www.arrahman-motik.net
Hendriyani. 2000. Orientasi Masa Depan Remaja Berdasarkan Peran Jenis, Jenis Sekolah Dan Tingkat Pendidikan Orangtua. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta : UGM.
Rini, M. 2002. Anakku Malas Belajar. http://www.inspiredkidsmagazine.com
Sadarjoen, S. S. 2006. Melulu http://www.kompas.com
Saroni.
M. 2008. Perlunya http://www.kompas.com
Orientasi
Pengawasan
Masa
Depan,
Terhadap
Cukupkah?.
Masa
Depan.
Setianingrum. 2000. Hubungan Antara Sikap Terhadap Ujian Nasional Dengan Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas Tiga SMP. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : UII.
Trommsdorff, G and Lamm, H. 2008. An Analysis of Future Orientation and Some of it’s Social Determinants. http://www.ub.unikonstanz.de/kops/volltexte/20086676/
Walgito, B. 1985. Psikologi Umum. Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Umum UGM.
Idemtitas Penulis
Nama
: Kartika Utami
No. Mahasiswa
: 04320219
Alamat
: Perumahan Keroncong Permai EB 2 No. 26 RT 05 RW 03 Jatiuwung Tangerang - Banten
No. Telepon
: 081703384586