NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME AKAN MASA DEPAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UII
Oleh: ROCKY VALENTINO RR. INDAHRIA
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME AKAN MASA DEPAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UII
Telah Disetujui Pada Tanggal
Dosen Pembimbing Utama
(Rr. Indahria Sulistyarini, S.Psi., Psi.)
HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME AKAN MASA DEPAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UII
Rocky Valentino Rr. Indahria Sulistyarini, S.Psi., Psi.
INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis apakah ada hubungan positif antara optimisme akan masa depan dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII). Hipotesis awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara antara optimisme akan masa depan dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran UII. Semakin tinggi optimisme akan masa depan, semakin tinggi pula motivasi berprestasi yang dimiliki. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedoktertan UII angkatan 20032006, yang masih aktif kuliah. Subyek penelitian berjumlah 70 responden, terdiri dari 25 laki-laki dan 45 perempuan. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah dibuat sendiri oleh peneliti. Adapun skala yang digunakan adalah skala Motivasi Berprestasi dengan mengacu pada aspekaspek yang dikemukakan oleh Atkinson (Grote & James, 1991) dan skala Optimisme Akan Masa Depan dengan mengacu pada aspek-aspek yang dituliskan oleh Seligman (Stein dan Howard, 2000). Metode analis data yang digunakan menggunakan program SPSS 13.0 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara optimisme akan masa depan dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII). Hasil korelasi product moment dari pearson menunjukan angka korelasi sebesar r = 0,531 dan p = 0,000 (p < 0,01) yang artinya ada hubungan yang sangat signifikan antara optimisme akan masa depan dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII). Jadi hipotesis penelitian diterima. Kata Kunci : Optimisme Akan Masa Depan, Motivasi Berprestasi
PENGANTAR
Prestasi merupakan satu hal yang selalu ingin diraih oleh setiap mahasiswa yang sedang menempuh kuliah di perguruan tinggi (PT). Prestasi di perguruan tinggi tidak selalu terbatas pada prestasi akademik dengan gambaran IPK tinggi, tetapi juga pada prestasi bidang lain seperti kemahasiswaan (organisasi), olah raga, penelitian-penelitian, karya tulis ilmiah, serta sebagai mahasiswa teladan. Persepsi dari sebagian besar orang lebih mengarah bahwa prestasi berorientasi pada hasil belajar yang menjadi satu-satunya komponen penting sebagai tolak ukur keberhasilan individu dalam konteks belajar. Hal ini yang kemudian mendorong masing-masing individu untuk bersaing dan berusaha keras meraih hasil yang lebih baik, sehingga tuntutan untuk meraih prestasi belajar menjadi satu tujuan yang ingin sekali diraih. Prestasi tinggi di perguruan tinggi merupakan orientasi yang nyata pada mahasiswa sebagai tuntutan belajar dan kesuksesan pribadi yang didorong oleh achieve motive. Dorongan untuk meraih prestasi menyebabkan mahasiswa lebih bersemangat untuk belajar dengan sungguh-sungguh.
Tingkatan
dimana
mahasiswa dengan motivasi berprestasi yang kuat akan menunjukkan perilaku yang mengarah pada usaha-usaha pencapaian prestasi di perguruan tinggi. Bentuk usaha-usaha belajar untuk meraih prestasi dapat dijumpai pada mahasiswa fakultas kedokteran. Persepsi mengenai mahasiwa fakultas kedokteran menurut mahasiswa fakultas lain adalah mahasiswa dengan kuliah yang padat dan beban tugas yang berat guna meraih gelar dokter. Asumsi ini dapat dibenarkan
dengan diperkuat hasil observasi yang dilakukan terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII), dimana tampak mengarah pada perilaku dan usaha-usaha nyata dalam belajar. Dari hasil observasi didapatkan bahwa hampir setiap jam kuliah dijumpai mahasiswa-mahasiswa yang melakukan diskusi kelompok terdiri dua orang atau lebih, dengan membawa tumpukan buku di tangannya. Ditambahkan lagi bahwa dijumpai juga mahasiswa yang sedang mencatat, menulis dan mengerjakan tugas termasuk juga melakukan browsing internet di area kampus. Perilaku-perilaku tersebut tidak hanya dijumpai di dalam kawasan kampus saja, tetapi juga sering dijumpai ketika pada jam istirahat di meja-meja kantin. Data-data tambahan yang diperoleh di
lapangan mengarah pada
kecenderungan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII) lebih berorientasi pada konteks belajar (akademik) daripada bidang lain. Dari hasil wawancara diperoleh data yang menunjukkan sebagian besar mengatakan bahwa prestasi akademik berupa nilai IPK merupakan hal penting yang ingin diraih. Subyek wawancara mengatakan lebih banyak menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah. Aktivitas di kampus dikatakannya sangat padat dengan kuliah dan praktikum-praktikum. Subyek mengatakan lebih sering pergi ke perpustakaan untuk mencari referensi-referensi buku. Ditambahkan juga bahwa disamping prestasi akademik, beberapa mahasiswa kedokteran termotivasi untuk meraih prestasi FIMA yaitu semacam prestasi mahasiswa teladan bidang kedokteran.
Tidak semua data menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Kedokteran UII yang memiliki motivasi berprestasi tinggi. Dari hasil wawancara dijumpai pula mahasiswa dengan motivasi yang berprestasi rendah. Subyek mengatakan bahwa prestasi di perguruan tinggi bukan satu-satunya tuntutan yang harus dipenuhi, sehingga tidak perlu rajin-rajin kuliahnya. Dijumpai juga subyek yang mengatakan bahwa kuliah di Fakultas Kedokteran UII adalah tuntutan dari orang tuanya. Hal ini yang menyebabkan subyek tidak sungguh-sungguh dalam belajar, stres karena beban tugas yang harus dikerjakan, sering bolos kuliah dan praktikum serta ada pula yang memilih untuk berbisnis. Dijumpai pula beberapa mahasiswa pada tahun kedua yang memilih pindah jurusan dari fakultas kedokteran ke fakultas-fakultas lain di UII. Salah satu subyek mengatakan karena padatnya kuliah dan tugas-tugas yang membutuhkan waktu yang sangat ekstra. Akibat dari kasus tersebut di atas dapat berdampak pada menurunnya kompetensi yang dimiliki mahasiswa fakultas kedokteran. Mahasiswa menjadi kurang dalam praktek dan aplikasi ilmu kedokteran. Hal ini yang nantinya akan berpengaruh dalam pencapaian karir di dunia kerja sebagai seorang dokter. Tidak menutup kemungkinan akan dijumpai kasus-kasus malpraktek yang dilakukan oleh dokter yang tidak berkualitas dan berkompeten nantinya.
Pencapaian prestasi di bidang lain tidak banyak dijumpai pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII).
Hal ini disebabkan
karena mahasiswa Fakultas Kedokteran UII lebih fokus pada orientasi belajar.
Data yang diperoleh menyebutkan bahwa tidak ada satu pun dari mahasiswa Fakultas Kedokteran UII yang memperoleh penghargaan mahasiswa berprestasi dalam berorganisasi yang diberikan pihak rektorat Universitas Islam Indonesia (artikel uii-news, Febuari 2007). Kuliah di fakultas kedokteran bagi sebagian besar orang lebih menganggap sebagai jaminan masa depan yang cerah untuk menjadi seorang dokter (www.republikaonline.com, 2007). Gelar dokter menjadi prestasi tersendiri bagi mahasiswa kedokteran yang harus diraih dengan usaha tekun dan sungguhsungguh serta penuh tantangan panjang. Pada kenyataannya dijumpai pula kasuskasus mahasiswa yang menganggap bahwa kuliah di kedokteran adalah sebuah perjalanan akhir sebagai jaminan menjadi seorang dokter, dan tidak menyadari akan tantangan serta beratnya perjalanan yang harus dilalui untuk meraih gelar dokter (www.cdc.fk.ui.ac.id, 2007). Kasus tersebut menggambarkan bahwa untuk sukses menjadi seorang dokter dibutuhkan usaha dan kerja keras untuk menghadapi berbagai tantangan ketika di kuliah dalam meraih prestasi gelar dokter. Banyak kendala-kendala dan tuntutan-tuntutan yang harus dihadapi oleh mahasiswa kedokteran dalam meraih prestasi tersebut. Pada bidang akademik, mahasiswa kedokteran dituntut untuk bisa mengerjakan tugas-tugas, laporanlaporan, makalah, praktikum, kuliah praktek/lapangan serta ujian semester sebagai bentuk evaluasi akademik. Mahasiswa Fakultas Kedokteran UII harus melalui tahapan-tahapan pendidikan untuk dapat meraih gelar dokter. Diantaranya adalah tahap pendidikan
umum dan pendidikan terintegrasi (133 sks), mata kuliah universitas/non blok (16 sks), karya tulis ilmiah, tahap pendidikan klinik (39), kuliah praktikum, kuliah praktek, dan kuliah lapangan (www.uii.ac.id, 2007). Mendapatkan predikat mahasiswa berprestasi bagi mahasiswa kedokteran tergolong sulit dan penuh dengan tantangan.
Pada kasus yang dijumpai di
Fakultas Kedokteran Trisakti, hanya dipaparkan satu orang mahasiswi dengan predikat cum laude.
Mahasiswi tersebut mengatakan bahwa untuk meraih
predikat tersebut diperlukan usaha keras dan semangat tinggi serta faktor-faktor lain seperti dukungan keluarga, pola belajar, mampu bangkit dari kegagalan, percaya diri, rajin bertanya, serta rajin kuliah (www.bemfktrisakti.org, 2007). Perlunya achieve motive pada mahasiswa kedokteran, maka akan memunculkan usaha-usaha dalam belajar sebagai bentuk motivasi meraih prestasi. Menurut Petri & Govern (2004), munculnya suatu motivasi pada diri seseorang didasari oleh adanya berbagai kebutuhan (needs) yang harus dipenuhi. Motivasi merangsang individu untuk beraktivitas, melakukan dengan sungguh-sungguh untuk membangkitkan semangat guna mencapai hasil yang diinginkan, dalam hal ini adalah prestasi. Motivasi memiliki peran penting dalam menumbuhkan semangat untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan dalam meraih prestasi.
McClelland (Petri & Govern, 2004) menguraikan konsep motivasi
berprestasi muncul dengan adanya need for achievement dalam diri seseorang. Kebutuhan untuk meraih prestasi merupakan salah satu kebutuhan yang kompleks dan kompetitif.
Mahasiswa fakultas kedokteran idealnya harus
memiliki motivasi berprestasi sebagai dorongan dalam belajar untuk menghadapi berbagai tantangan selama kuliah di fakultas kedokteran. Mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi ditandai dengan keinginan mahasiswa tersebut untuk berbuat lebih baik, yang membuatnya mampu untuk menyelesaikan tugas secara lebih sukses, guna mencapai prestasi yang lebih tinggi dari sebelumnya. Mahasiswa terlihat lebih memilih tantangan sebagai proses pencapaian tujuan bukan sebagai suatu hambatan. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung memiliki semangat yang tinggi untuk berusaha meraih prestasi yang diinginkan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi (need achievement) pada mahasiswa yang berdaya saing menurut Helmi (2004), diantaranya kompetitif, dukungan sosial, dukungan emosional, dan optimis yang dimiliki. Optimis atau orang yang memiliki jiwa optimisme, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai paham atas segala sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan, sikap selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal. Optimisme dalam bahasa asing sering disebutkan dengan istilah optimism oleh Scheier and Carver (Rottinghaus dkk, 2005) berupa gambaran perasaan atau harapan –harapan bahwa sesuatu yang baik akan terjadi di masa depan nantinya. Optimisme berkaitan dengan gambaran tentang masa depan yang ingin diraih.
Individu yang memiliki optimisme masa depan cenderung memiliki
gambaran tentang tujuan-tujuan bisa berupa sebuah target yang dapat diraih sehingga menyebabkan individu tersebut terdorong untuk melakukan usaha-usaha nyata dalam meraih tujuan yang dimaksud.
Optimisme akan masa depan yang dimiliki mahasiswa Fakultas Kedokteran UII diasumsikan dapat mempengaruhi motivasi berprestasi. Mahasiswa Fakultas Kedokteran UII yang memiliki optimisme akan masa depan minimal memiliki gambaran tentang masa depannya mengenai sesuatu yang ingin dicapainya. Hal ini yang kemudian mendorong individu untuk berusaha bersaing meraih prestasi yang lebih baik dan memuaskan. Mahasiswa yang memiliki optimisme akan masa depan lebih berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai. Mahasiswa menjadi bersemangat, dan mampu menghadapi berbagai tantangan, serta mampu bangkit dari kegagalan dengan harapan positif bahwa mahasiswa tersebut bisa mewujudkan tujuan itu nantinya. Oleh karena itu diasumsikan bahwa optimisme akan masa depan memiliki hubungan positif dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran UII. Semakin tinggi optimisme akan masa depan yang dimiliki, maka semakin tinggi motivasi berprestasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII). Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan positif antara optimisme akan masa depan dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII)? TINJAUAN PUSTAKA Motivasi Berprestasi McClelland (1987) menjelaskan definisi motivasi berprestasi sebagai dorongan seseorang untuk sukses atau berhasil dalam berkompetisi dengan ukuran
keunggulan berupa prestasi orang lain maupun prestasi sebelumnya. McClelland (1987) menguraikan bahwa motivasi berprestasi sebagai keinginan seseorang untuk mencapai keberhasilan, melalui usaha-usaha dan tanggung jawab pribadi, serta kemampuan orang tersebut untuk memprediksi hasil akhir dari usahanya tersebut. Atkinson (Eggen & Kauchak, 1997) mendefinisikan bahwa “achievement motivation is a drive to excel in learning task and the capacity to experience pride in accomplishment”.
Diuraikan bahwa motivasi berprestasi sebagai dorongan
untuk unggul dalam tugas belajar dan kapasitas untuk mengalami kebanggaan dalam pencapaian prestasi. Atkinson & Feather (Zenzen, 2002) menjabarkan teori motivasi berprestasi didasarkan pada indikator perilaku seseorang yang memiliki motivasi berprestasi, yaitu kecenderungan untuk berprestasi, kemungkinan/harapan meraih keberhasilan, dan persepsi dalam menilai tugas-tugas. Pengertian motivasi berprestasi mengacu pada teori Atkinson, adalah suatu dorongan untuk unggul atau berhasil dalam bidangnya ataupun tugas belajar dengan memiliki keyakinan yang kuat dalam diri,
keinginan untuk dapat
mengatasi kegagalan guna meraih sesuatu keberhasilan ataupun kesuksesan. Aspek-Aspek Motivasi Berprestasi Aspek-aspek dari motivasi berprestasi menurut Atkinson (Grote & James, 1991) meliputi:
1. Need to achive Yaitu indikator perilaku individu yang menunjukkan adanya keinginan untuk meraih sesuatu baik prestasi maupun keberhasilan. 2. Need to avoid failure Yaitu indikator perilaku individu yang menunjukkan adanya usaha-usaha individu untuk menghindari kegagalan maupun tantangan agar dapat meraih keberhasilan. 3. Perceived self-efficacy Yaitu indikator perilaku individu yang menunjukkan keyakinan kuat atau kepercayaan diri untuk dapat meraih prestasi. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi Helmi (2004) dalam penelitiannya menyebutkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi pada mahasiswa yang berdaya saing, diantaranya kompetitif, dukungan sosial, dukungan emosional, dan sikap optimis yang dimiliki. Pengertian Optimisme Akan Masa Depan Pengertian optimisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah paham atas segala sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan, sikap selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal.
Optimisme adalah kemampuan
melihat sisi terang kehidupan dan memelihara sikap positif, sekalipun ketika berada dalam kesulitan. Istilah optimisme dalam bahasa asing sering disebutkan dengan istilah optimism, didefinisikan oleh ahli antropologi yang bernama Lionel Tiger (1979)
sebagai perasaan atau sikap yang berkaitan erat dengan sebuah gambaran akan harapan-harapan sosial masa depan (Peterson, 2000). Definisi optimisme yang dituliskan oleh Scheier and Carver (Rottinghaus dkk, 2005) yaitu “concept of dispositional optimism refers to a generalized expectation that good things will happen in the future”.
Dijelaskan bahwa
optimisme berupa gambaran perasaan atau harapan –harapan bahwa sesuatu yang baik akan terjadi di masa depan nantinya. Optimisme akan masa depan adalah suatu gambaran dapat berupa pemikiran positif (kognitif), perasaan, harapan-harapan positif terhadap tujuan yang dapat diraih nantinya serta mempersepsi atau interpretasi terhadap hasil dari tujuan yang bisa diraih di masa yang akan datang. Aspek-Aspek Optimisme Akan Masa Depan Aspek-aspek sikap optimisme akan masa depan mengacu pada karakteristik atau ciri-ciri orang optimis yang dituliskan oleh Seligman (Stein dan Howard, 2000), meliputi: 1. Orang yang optimis memandang kemunduran dalam hidup sebagai garis datar sementara dalam sebuah grafik. Memiliki pemikiran terbuka bahwa masamasa sulit tidak berlangsung selamanya, tetapi hanya bersifat sementara dan memiliki keyakinan bahwa situasi pasti akan berbalik membaik. Pada dasarnya memandang kesulitan sebagai kesuksesan yang tertunda, bukan sebagai kekalahan telak.
2. Orang optimis cenderung memandang kemalangan sebagai masalah yang situasional dan spesifik, bukan sebagai wujud petaka yang tidak terelakkan dan akan berlangsung selamanya. 3. Orang optimis tidak akan serta merta menimpakan semua kesalahan pada dirinya sendiri. Hubungan Antara Optimisme Akan Masa Depan dengan Motivasi Berprestasi Penjabaran untuk mengetahui hubungan antara optimisme akan masa depan terhadap motivasi berprestasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII), perlu diperjelas kembali mengenai definisi dari masing-masing variabel penelitian tersebut dan faktor yang mempengaruhinya. Motivasi berprestasi adalah suatu dorongan untuk unggul atau berhasil dalam bidangnya ataupun tugas belajar dengan memiliki keyakinan yang kuat dalam diri, keinginan untuk dapat mengatasi kegagalan guna meraih sesuatu keberhasilan ataupun kesuksesan. Diuraikan di atas oleh Schwartz (1977) bahwa motivasi dan prestasi merupakan dua komponen penting dalam konteks belajar terkait dalam perspektif psikologi pendidikan. Dorongan untuk meraih prestasi menyebabkan mahasiswa lebih bersemangat dan belajar dengan sungguh-sungguh.
Keterkaitan antara
motivasi dan prestasi tampak pada penelitian yang dilakukan oleh Shih & Gamon (2001), dimana mengungkap bahwa ada hubungan yang signifikan antara prestasi dengan motivasi. Ditambahkan juga bahwa penelitian Curry’s taxonomy (Shih &
Gamon, 2001) menempatkan variabel motivasi, cara belajar dan pencapaian prestasi adalah variabel-variabel saling berhubungan. Tingkatan dimana mahasiswa dengan motivasi berprestasi yang kuat akan menunjukkan perilaku yang mengarah pada usaha-usaha pencapaian prestasi di perguruan tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Roebidin (2006) mengungkap bahwa antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar memiliki hubungan yang signifikan. Keterkaitan antara variabel sikap optimisme akan masa depan dan variabel motivasi belajar dapat dilihat dari uraian faktor dari motivasi berprestasi yang telah dituliskan di atas. Faktor yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi (need achievement) pada mahasiswa yang berdaya saing menurut Helmi (2004), diantaranya kompetitif, dukungan sosial, dukungan emosional, dan optimis yang dimiliki. Optimis atau orang yang memiliki jiwa optimisme, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai paham atas segala sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan, sikap selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal. Optimisme berupa gambaran perasaan atau harapan–harapan bahwa sesuatu yang baik akan terjadi di masa depan nantinya. Definisi optimisme akan masa yang dituliskan di atas adalah suatu gambaran dapat berupa pemikiran positif (kognitif), perasaan, harapan-harapan positif terhadap tujuan yang dapat diraih nantinya serta mempersepsi atau interpretasi terhadap hasil dari tujuan yang bisa diraih di masa yang akan datang. Optimisme berkaitan dengan gambaran tentang masa depan yang ingin diraih.
Individu yang memiliki optimisme masa depan cenderung memiliki
gambaran tentang tujuan-tujuan/target yang ingin diraih sehingga menyebabkan individu tersebut terdorong untuk melakukan usaha-usaha nyata dalam meraih tujuan yang dimaksud. Hal tersebut secara langsung dapat memunculkan motivasi dalam diri individu. Motivasi dapat muncul sebagai usaha-usaha dalam diri seseorang dalam menghadapi tantangan karena rasa optimis untuk mencapai keberhasilan dalam belajar ataupun cita-cita masa depan (Dalyono, 2005) Optimisme akan masa depan yang ada dalam diri individu diasumsikan dapat mempengaruhi dorongan motivasi seseorang untuk melakukan suatu usaha dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkan hasil yang diinginkan. Penelitian yang dilakukan Rottinghaus, dkk (2005) mengungkapkan bahwa orang yang optimis salah satunya terlihat dari usaha keras mendapatkan akademik tinggi, serta dorongan beraktivitas dalam tingkatan karir. Optimisme akan masa depan dapat berperan sebagai faktor penggerak untuk memunculkan usaha-usaha nyata meraih hasil yang diinginkan dalam proses belajar.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Peterson (2000)
menunjukkan bahwa komponen optimisme berhubungan dalam usaha meraih kebahagiaan, prestasi dan ketekunan (Rottinghaus, dkk, 2005). Optimisme akan masa depan yang dimiliki mahasiswa Fakultas Kedokteran UII diasumsikan dapat mempengaruhi motivasi berprestasi. Mahasiswa kedokteran UII yang memiliki optimisme akan masa depan minimal memiliki gambaran tentang masa depannya mengenai sesuatu yang ingin dicapainya maupun hasil positif yang bisa diraihnya. Raynor (Petri & Govern,
2004) mengungkapkan bahwa aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan tujuan masa depan adalah variabel penting yang menentukan dorongan untuk berprestasi. Mahasiswa yang memiliki optimisme akan masa depan lebih berorientasi pada tujuan yang dapat dicapai nantinya. Mahasiswa menjadi bersemangat, dan mampu menghadapi berbagai tantangan, serta mampu bangkit dari kegagalan dengan harapan positif dapat mewujudkan tujuan itu. Hal ini yang kemudian mendorong individu untuk berusaha bersaing meraih prestasi yang lebih baik dan memuaskan. Oleh karena itu diasumsikan bahwa optimisme akan masa depan memiliki hubungan positif dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran UII. Semakin tinggi optimisme akan masa depan yang dimiliki, maka semakin tinggi motivasi berprestasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII). Hipotesis Ada hubungan positif antara optimisme akan masa depan dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII). METODE PENELITIAN Variabel Tergantung : Motivasi Berprestasi Variabel Bebas
: Optimisme Akan Masa Depan
Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII) angkatan 2003 - 2006.
Subyek penelitian
berjumlah 70 mahasiswa yang masih aktif kuliah di kampus Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII). Metode Pengumpulan Data Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk skala alat ukur. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Motivasi Berprestasi dan Skala Optimisme Akan Masa Depan. 1. Motivasi Berprestasi Motivasi berprestasi diukur dengan menggunakan skala motivasi berprestasi yang dibuat peneliti dengan mengacu pada aspek-aspek atau komponenkomponen dari motivasi berprestasi menurut Atkinson (Grote & James, 1991) meliputi: a. Need to achive b. Need to avoid failure c. Perceived self-efficacy 2. Optimisme Akan Masa Depan Optimisme akan masa depan dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan skala optimsime akan masa depan yang dibuat peneliti dengan mengacu pada teori Seligman (Stein dan Howard, 2000), meliputi: a. Pertama, orang yang optimis memandang kemunduran dalam hidup sebagai garis datar sementara dalam sebuah grafik.
Memiliki pemikiran terbuka
bahwa masa-masa sulit tidak berlangsung selamanya, tetapi hanya bersifat sementara dan memiliki keyakinan bahwa situasi pasti akan berbalik
membaik. Pada dasarnya memandang kesulitan sebagai kesuksesan yang tertunda, bukan sebagai kekalahan telak. b. Kedua, orang optimis cenderung memandang kemalangan sebagai masalah yang situasional dan spesifik, bukan sebagai wujud petaka yang tidak terelakkan dan akan berlangsung selamanya. c. Ketiga, orang optimis tidak akan serta merta menimpakan semua kesalahan pada dirinya sendiri. Metode Analisis Data Metode analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah korelasi product-moment dari Pearson yang dilakukan dengan program komputer SPSS (Statistical Programme for Social Science) 13.0 for Window. HASIL PENELITIAN Dari hasil pengolahan data optimisme akan masa depan dengan motivasi berprestasi diperoleh koefisien korelasi r = 0,531 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Angka korelasi yang positif menunjukkan bahwa memang terdapat hubungan positif antar dua variabel. Sumbangan efektif optimisme akan masa depan terhadap motivasi berprestasi adalah sebesar 28,2% (
= 0,282). Sebanyak 28,2% motivasi belajar
mahasiswa Fakultas Kedokteran UII dipengaruhi oleh optimisme akan masa depan.
Sedangkan sisanya sebanyak 71,8% dipengaruhi variabel lain diluar
variabel tersebut. Dari data-data tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan positif yang kuat antara optimisme akan masa depan dengan motivasi berprestasi. Hasil
analisis data ini menunjukkan bahwa hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti diterima. PEMBAHASAN Hasil analisis dari data-data yang diperoleh terbukti terdapat hubungan yang sangat signifikan antara optimisme akan masa depan dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran UII. Hubungan antara optimisme akan masa depan dengan motivasi berprestasi bersifat positif dengan korelasi yang kuat. Terbukti pula bahwa semakin tinggi sikap optimisme akan masa depan yang dimiliki, maka semakin tinggi motivasi berprestasi yang dimiliki mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII). Optimisme akan masa depan terbukti secara signifikan berpengaruh terhadap motivasi berprestasi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Helmi (2004), diungkapkan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi salah satunya adalah optimis. Optimis atau orang yang memiliki jiwa optimisme, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai paham atas segala sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan, sikap selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal. Optimisme berupa gambaran perasaan atau harapan–harapan bahwa sesuatu yang baik akan terjadi di masa depan nantinya. Individu yang memiliki optimisme masa depan cenderung memiliki gambaran tentang tujuan-tujuan/target yang ingin diraih sehingga menyebabkan individu tersebut terdorong untuk melakukan usaha-usaha nyata dalam meraih tujuan yang dimaksud. Hal tersebut secara langsung dapat memunculkan motivasi dalam diri individu.
Sebagaimana diungkapkan oleh Dalyono (2005) bahwa motivasi dapat muncul sebagai usaha-usaha dalam diri seseorang dalam menghadapi tantangan karena rasa optimis untuk mencapai keberhasilan dalam belajar ataupun cita-cita masa depan. Tingginya optimisme akan masa depan mahasiswa Fakultas Kedokteran UII diiringi dengan tingginya skor motivasi berprestasi yang dimiliki. Seperti yang dituliskan Pervin (2005), dalam penelitiannya menemukan indikasi bahwa orang yang optimis pada prestasi akademik mengharapkan melakukan suatu hal dengan baik, memperoleh prestasi berupa nilai tinggi, serta dapat sebagai prediktor keberhasilan dalam prestasi akademik. Optimisme akan masa depan dapat berupa sebuah gambaran atau harapan akan hasil dari tujuan yang bisa diraih di masa yang akan datang. Seperti yang dituliskan oleh Thomason & Thames (2000), menguraikan bahwa optimisme dapat berupa persepsi atau gambaran berupa pemikiran positif atau interpretasi tentang situasi yang akan terjadi. Sejalan dengan teori tersebut, Peterson (2000) tentang optimisme yang dapat muncul karena kognitif berupa harapan-harapan, emosi positif dan motivasi dengan didasari oleh gambaran yang kuat akan kehidupan sosial masa akan datang. Optimisme dapat berperan sebagai faktor penggerak untuk memunculkan usaha-usaha nyata meraih tujuan yang diinginkan dalam proses belajar. Dalam penelitiannya, Buchehan & Seligman (Yates, 2000) menuliskan bahwa orang optimis tampak terlihat menikmati hidup dengan lebih baik, lebih memiliki
motivasi, sedikit merasakan depresi, dan berprestasi tinggi di tempat kerja, sekolah, atau di bidang olahraga. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung disebabkan memiliki gambaran positif berupa harapan, persepsi, pemikiran positif tentang hasil belajar yang dapat diraih nantinya. Sejalan dengan hal tersebut, Schwartz (1977) menjelaskan bahwa sikap positif seseorang dapat mempengaruhi motivasi dan belajar siswa untuk mendapatkan prestasi tinggi/grade. Optimisme akan masa depan yang tinggi dapat memunculkan motivasi berprestasi tinggi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran UII. Hal ini seperti yang disimpulkan oleh Rottinghaus, dkk (2005) dalam penelitiannya bahwa orang yang optimis salah satunya terlihat dari usaha keras mendapatkan akademik tinggi, serta dorongan beraktivitas dalam tingkatan karir. Berdasarkan kesesuaian hasil penelitian dan teori-teori yang diangkat, peneliti mampu membuktikan bahwa optimisme akan masa depan berhubungan dengan motivasi berprestasi. Dapat disimpulkan pula bahwa optimisme akan masa depan dan motivasi berprestasi yang dimiliki mahasiswa Fakultas Kedokteran UII tergolong tinggi. Optimisme akan masa depan memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap motivasi untuk meraih prestasi. Optimisme dan motivasi berprestasi merupakan variabel yang dapat saling mempengaruhi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yates (2000), mengungkapkan bahwa sikap optimis atau pesimis pada siswa menunjukan memiliki pengaruh pada personal adjustment, kesehatan, motivasi, dan berprestasi akademik.
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UII telah terbukti memiliki motivasi berprestasi tinggi sebagai dorongan dalam belajar untuk menghadapi berbagai tantangan selama kuliah. Seperti halnya dengan yang diungkapkan oleh Dewi (2005) dalam penelitiannya disebutkan bahwa motivasi yang dimiliki mahasiswa kedokteran secara umum cukup baik, terutama pada motivasi intrinsiknya serta self efikasi (keyakinan). Motivasi tumbuh dalam diri mahasiswa dikarenakan tuntutan dalam diri individu yang harus dihadapi, salah satunya adalah dalam hal meraih prestasi tersebut. Mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi ditandai dengan keinginan mahasiswa tersebut untuk berbuat lebih baik, yang membuatnya mampu untuk menyelesaikan tugas secara lebih sukses, guna mencapai prestasi yang lebih tinggi dari sebelumnya. Sebagaimana yang diuraikan oleh Atkinson & Feather (Zenzen, 2002) menuliskan bahwa keberhasilan seseorang mengarah pada perilaku yang didasari atas tiga hal, yaitu kecenderungan akan berprestasi, kemungkinan akan sukses, dan persepsi seseorang mendapatkan nilai tugas. Mahasiswa terlihat lebih memilih tantangan sebagai proses pencapaian tujuan bukan sebagai suatu hambatan. Mahasiswa Fakultas Kedokteran UII juga memiliki optimisme akan masa depan yang tergolong tinggi, sehingga memiliki gambaran tentang masa depannya mengenai sesuatu yang ingin dicapainya maupun hasil positif yang bisa diraihnya. Hal inilah yang kemudian mendorong individu untuk berusaha bersaing meraih prestasi yang lebih baik dan untuk keberhasilan masa depan nantinya. Sesuai dengan yang dituliskan oleh Raynor (Petri & Govern, 2004) mengungkapkan
bahwa aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan tujuan masa depan adalah variabel penting yang menentukan dorongan untuk berprestasi. Kelemahan penelitian ini terletak dalam hal pemakaian konstruk teori optimisme. Pemakaian teori optimisme belum terarah secara jelas, banyak memasukkan pendapat-pendapat dari ahli secara menyeluruh, bahkan terdapat yang tidak sejalan. Hal ini mengingat bahwa konstruk teori optimisme masih tergolong baru sebagai pendekatan psikologi positif. Pemilihan konstruk teori optimisme yang belum terarah berdampak pada kesempurnaan alat ukur yang dibuat peneliti. Sulit dalam memilih dan menentukan aspek optimisme yang digunakan untuk mengungkap indikator item sesuai dengan konstruk penelitian. KESIMPULAN Terdapat hubungan yang positif antara optimisme akan masa depan dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII). Semakin tinggi optimisme akan masa depan yang dimiliki, maka semakin tinggi motivasi berprestasi yang dimiliki mahasiswa Fakultas Kedokteran UII. SARAN Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk kesempurnaan penelitian ini, antara lain dalam hal pemakaian konstruk teori yang berkaitan dengan optimisme. Pemakaian teori optimisme sebaiknya difokuskan pada definisi yang terarah, mengingat teori optimisme masih tergolong baru sebagai pendekatan psikologi positif.
Teori-teori
yang digunakan sebaiknya
mengambil dari tokoh-tokoh ahli yang memiliki konstruk yang sejalan dan sepaham dalam mendefinisikan istilah optimisme. Pemilihan konstruk teori optimisme yang terarah akan berdampak pada kesempurnaan alat ukur yang dibuat nantinya.
Diperlukan penjelasan teori
yang terarah berkaitan dengan aspek-aspek optimisme. Sehingga alat ukur yang nanti digunakan benar-benar mengungkap konstruk dan aspek-aspek optimisme
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Chow, A. 2005. The Role of Hope & Optimism in Bereavement: The Chinese Experience. London: Presented at the 7th International Conference on Grief & Bereavement in Contemporary Society, King’s College London. Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Dewi. 2005. Self Regulated Learning Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Yang Menggunakan Tipe Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan SKS (Satuan Kredit Semester). Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakrata: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. Djamarah, S. 2002. Psikologi Belajar. Cetakan I. Jakarta: Rineka Cipta.
Dunavold, P. 1997. Happiness, Hope and Optimism. California State University. http://www.csun.edu.com.07/03/07 Eggen & Kauchack. 1997. Educational Psychology. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Elliot, dkk. 2000. Educational Psychology: Effective Teaching, Effective Learning. Third edition. USA: McGraw HillCompanies. Farid. 2005. Prasetya-online Febuari 2005. http://prasetya.brawijaya.ac.id. 07/03/07 Grote & James. 1991. Testing Behavioral Consistency and Coherence with the Situation-Response Measure of Achievement Motivation. Multivariate Behavioral Research. Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Hamalik. 2000. Psikologi Belajar dan Mengajar. Algensindo.
Bandung: Sinar Baru
Helmi. 2004. Model Mahasiswa yang Berdaya Saing. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM). Herzberg, dkk. 1959. The motivation to work. Second edition. United States of America: John Wiley & Sons, Inc. Admin. 2006. Novika Lestari Sarjana Kedokteran Angkatan 2002 - IPK 3,52 Cum Laude. http://www.bemfktrisakti.org.htm 07/03/07 Lopez & Snyder (2003). Positive Psychology Assessment. American Psychological Association.
Washington DC:
McClelland. 1987. Human Motivation. USA: Cambridge University Press. Medical Career Development Center. http://www.cdc.fk.ui.ac.id.htm 07/03/07 Pervin, dkk. 2005. Personality Theory and Research. USA: John Wiley and Sons, Inc. Peterson. 2000. The Future Optimism. Association. Vol. 55, 44-55.
Journal of American Psychologist
Petri & Govern. 2004. Motivation theory, research, and applications. Fifth edition. Wadsworth. Roebidin. 2006. Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa yang Tinggal di Asrama Akper Muhammadiyah Cirebon. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. Rottinghaus, dkk. 2005. The Career Inventory: A Measure of Career-Related Adaptability and Optimism. Journal of Career Assessment. Vol 13 No. 1 Febuary 2005. Sage Publications. Schwartz. 1977. Educational Psychology. Focus on the Learner. Second Edition. Boston: Holbrook Press, Inc. Seligman. 2002. Authentic Happiness. Bandung: Mizan.
Shih & Gamon. 2001. Relationships Among Student Motivation, Attitude, Learning Styles, and Achievement. Journal of Agricultural Education. Vol 42. Slavin. 1991. Educational Psychology. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Steers, dkk. 1996. Motivation and Leadership at Work. Sixth edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. Stein & Howard. 2000. Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses. Bandung: Kaifa Sugiyanto. 2004. Berprestasi, Apa Batasnya. http://www.suaramerdeka.com 07/03/07 Sumarwan. 2004. Meluruskan Orientasi Kuliah. http://www.suaramerdeka.com 07/03/07 Suryabrata, S. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Teevan & Smith. 1967. Motivation. USA: McGraw-Hill, Inc.
Woofolk, Anita. 1995. Educational Psychology. Sixth Edition. USA: A Simon and Schuster company Yates, S. 2000. Student Optimism and Pesimism during the transition to Coeducation. Paper presented at the Australian Association for Research in Education Conference. Sydney, December, 2000. Zenzen, T. 2002. Achievement Motivation. Research of the Graduate College University of Wisconsin-Stout.