1 . HUBUNGAN BERPIKIR DENGAN ORIENTASI MASA DEPAN PADA DEWASA AWAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Persyarntan Memperoleh Gelar Kesarjanaan...
HUBUNGAN BERPIKIR DENGAN ORIENTASI MASA DEPAN PADA DEWASA AWAL
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Persyarntan Memperoleh Gelar Kesarjanaan ~sikologi
r
Oleh
,/
)I
l jiff,,, / ···fyj
RAHMA ZIKR.Lt·,., ..
103070029114
FAKULTAS PSIKOLQ(jl UNIVERSITAS ISLAM NEGERll SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1427 H / 2007 M
HUBUNGAN BERPIKIR DENGAN ORIENTASI MASA DEPAN PADA DEWASA AWAL
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Kesarjanaan Psikologi
Oleh
RAHMAZIKRA NIM. 1030700291'I4
Di bawah Bimbingan, Pembimbing JI
FAKUL TAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF H!DAYATULLAH JAKARTA
2007 II
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul HUBUNGAN BERPIKIR OENGAN ORIENTASI MASA OEPAN PAOA OEWASA AWAL telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 Juni 2007. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi. Jakarta, 14 Juni 2007 Sidang Munaqasyah Ketua Mei· ngka Anggota,
M.Si
Pembim
Pembimbing II
Ora. Nett ~ tati M.Si NIP. 1502 1:933
Penguji I
Penguji II
111
Sk,ripsi ini (u persem6ali.kJr,n <Buat <Papa&:, :Mama k,u tersayang, yang tefali. mem6esarkJr,n dan mendidik,ananda, terk,li.usus 6uat Saudara-sawfarak,u yang tercinta "
IV
Motto f)emi masa (waktu}, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian kecua/i orang /ang beriman dan beramal sha/eh dan nasehat menasehat dalam kebenaran dan kesobaran (Al-Ashr) Akhir itu /ebih batk bagimu daripada permulacn (Ad-dhuha)
Kukatakan pada hatiku Jika kegelisahan meloncat keluar, maka bergembiralah ketakutan itu ukcm segera sirna (Aidh al-Qarni)
If You fail to plan, you are planning to fail Jika gagal berencana, berarti sedang merencanakan kegagalan
Pikiran adalah pengungkit besar bagi segala hal, pemikiran merupakan proses untuk mendapatkan jawaban tertinggi bagi tujuan hidup (Winston Churchill)
l<esuksesan ukan selalu ditemukan pada akhir per jalcman po.njang yang bertaburan sampah kegagalan (Walter Staples)
v
ABSTRAI< (A) Fakultas Psikologi (B) Juni 2007 (C) Rahma Zikra (D) Hubungan 8erpikir dengan Orientasi Masa Depan pada Dewasa Awai (E) 137 halarnan (termasuk lampiran) (F) Berp;kir adalah proses perhatian tertuju pada hal positif dan negatif dengan menggunakan bahasa untuk membentuk clan mengungkapkan pikiran. Aspek berpikir dapat dilihat dengan 4 indikator yaitu : harapan, afirmasi diri, pernyataan, penyesuaian diri terhadap kenyataan. Orientasi masa depan adalah gejala yang melibatkan kognitif motivasional yang kompleks yaitu merupakan antisipasf·dan evaluasi tentang diri di masa depan dalam interaksinya dengan lingkungan, dengan 3 indikator yaitu : motivation (motivasi), planning (perencanaar), evaluation (evaluasi). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dergan metode penelitian korelasional. .Jumlah populasi dalam penelitia'l ini adalah 322 orang dari dua angkatan 2004-2005. Dari jumlah tersebut dipilih 30 orang responden sebagai sampEil pene!itian dengan menggunakan purposive sampling lnstrumen pengumpulan data adalah Skala model likert. Bentuk pengolahan dan analisa data menggunakan onalisa statistika dengan menggunakan program SPSS 12.0, oada uji validitas menggunakan korelasi Product Moment dari Pearson dan untuk menguji reliabilitas inst1·ument dengan Alpha Cronbach. Dan untuk menguji hipotesis penelitian menggunakan Producl' Moment. Jumlah item yang valid untuk skala berpikir 54 item clan 12 item yang tidak valid. Reliabilitas skala berpikir adalah 0.91 fi. sedangkan item yang valid pada skala oreintasi masa depan terdapat 57 item yang valid dan 9 item yang tidak valid. Reliabilitas ska! orientasi masa depan adalah 0.935. Berdasarkan analisis korelasi Product Moment dari Pearson terhadap hipotesis yang d'.ajukan, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara berpikir dengan oriantasi masa depan. Karena r hitung (0. 772) > r table (0.361) yang berarti seorang dewasa awal yang memiliki cara berpikir 1ang positif akan memiliki orientasi masa depan yang jelas clan positif, sebaliknya seseorang yang memiliki ori•entasi masa depan yang negatif maka akan memiliki orientasi masa depan yang tidak jelas clan cenderung negatif. Untuk penelitian &Elanjutnya diharapkan dapat mengambil sampel dalam jumlah yang lebih banyak dan umum, agar penelitian ir.i lebih representatif. ('..3) Bahan Bacaan : 50 (1980-2007) YI
KATA PENGANTARt 8ismillahirrahmanirrahim Puji syukur yang mendalar.1 penulis ucapkan kepada llahi Rabbi, Tuhan segala alam yang selalu melimpahkan kasih sayang dan nikmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam selalu tercurahkan buat Nabi junjungan alam Muhammad Saw, yang telah membawa umat manusia menuju alam penuh ilmu pen2etahuan. 8anyak hal yang penulis dapatkan dsri sebuah karya tulis ini, tidak hanya s2buah hasil karya, juga pengalaman hidup yang beragam yang melatih penulis untuk rr.enjadi lebih baik dan dewasa dalam menjalani hidup. Penulis nienyadari sekali penulisan ini jauh dari kesempurnaan seperti yang diharapkan, walaupun penulis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menghasilkan yang terbaik. Penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga penulisan karya ilmiah ini dapat selesai, yanu merupakan salah satu syarat untuk riencapai gelar sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang ti1k ternilai kepada :
1 lbu Ora. Hj. Netty Hartati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi dan Dosen pembimbing I dalam penelitian ini, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh perhatian dan keikhlasan serta selalu memot:vasi penulis sehingga karya tulis ini selesai. 2. lbu Dra. Hj. Zahrotun Nihayah, M.Si, Bapak Ors. Ahmad Syahid, M.Ag dan Bapak F>rof. Dr. Rif'at Syauqi Nawawi, MA (pembimbing akademik) selaku pembantu Dekan yang turut berperan dalam penyelesaian karya tulis ini. 3. lbu Natris ldriyani, M.Si, selaku pembimbing II yang selalu menghadapi penulis dengan penuh kesabaran, sehingga karya tulis ini dapat terwujud. 4. Kepada kedua orang tuaku tersayang yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian, nasehat dengan penuh keikhlasan dalam menghadapi penulis karena mereka menjadi sumber inspirasi bagi penulis. Semoga Allah sela;u •nemberikan rahmat dan kesehatan serta membalas atas kobaikan mereka berdua.
vii
5. Kepada saudaraku yang tersayang bang ad, bang hamdi, ka Ina, if dan sil yang menjadi pautan cinta penulis dan selalu meniiemangati penulis seia penampung segala keluhan dan cerita penulis, semoga Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kita semua. 6. Kepada te'11an-temanku !ante ami, lchCI yang tidak bosan mendengarkan curhatku serta nita, syarah, ela dan islna yang turut serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Keluarga Mahasiswa Minang (KMM), uda-uni senior (da daus, da busman, da bujo, da ud, da andi, da budi, da inyiak, da mamak, da datuk, ni Yenti dll) yang selalu memberikan support kepada penulis dan anggota KMM (Boy, Udys, Ila, Oky, Rani, Ommi, Rina, Randy, Rino, da Rom1, da Taufik, da rasul, dafe, kanda Syamsul, da Rozi, Arya, da im, Keling, P.yu, ni ra, ni Surya dll) yang turut serta membantu penu.lis dalam penelitian ini. 8. Teman-teman FP21 (Adang, Fitri, lcha, lbnu, Sun-sun, Fakih dan temanteman angkatan 2004) yang telah memberikan kebersamaari dan hari-hari indah di organisasi, sehingga banyak hal yang kita peroleh disana, semoga silaturrahmi kita tetap terjaga. 9. Teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2003 (lela, ucup, ratna, farah, fira, nca, cigung, rini, ilunk, kamal, wawan, farah, titi, fatma de-el-el yang tidak penulis sebutkan satu persatu) yang menjadi teman diskusi penulis sehingga turut membantu proses panyelesaian skripsi ini. I 0. Terkhusus buc;,t teman-teman kelas C (iryn, ayu, nia, ina, fanny, wulan, joya, litha, ika, ajeng, intan, andin, inonk, iis, nana, mia, novi, lucky, indah, dewi, aay, nur, pak ustadz, yoga, awing, angga, deni, don n pokoknya semua yang ada di absen dech) yang selalu memb13rikan kebersamaan, tawa canda yang selalu berbekas dihatiku dan aka~1 selalu kurindukan. 11. Seluruh team TLC, kak Jamali, kak Bekti, kak Andi, Kak Yudi dan juga kak Ana yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 1:2. Mahasiswa Psikologi yang telah membantu penulis dalam pengisian angke~ sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian.
Vlll
DAFTAR ISi Halaman JL•.dui .......................................................................... ,. .................. i Halaman Pcrsetujuan ...................................................................................ii Malaman P!=!ngesahan ................................................................................. iii Persembahan ............................................................................................... iv Motto ..............................................................................................................v Abstrak .......................................................................................................... vi !Cata Pengantar .............................................................................................vii Daftar lsi ................................................:...................................................... ix Daftar Tabel ...............................................: .................................................xii Daftar Gambar ............................................................................................ xiii Daftar Lampiran .......................................................................................... xiv
BAB1.PENDAHULUAN 1
.
1 . Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. ldentifikasi Masalah .................................................................................5
·1.3. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ..................................... 5 1.3.1. Pernbatcisan Masalah ......................................................................5 1.3.2. Perurnusan Masalah ......................................................................6 ~
2.1.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi berpikir .................................. 16 2.1.6. Tin!c]katan dalam berpikir .............................................................. 20 2.1.7. Bentuk berpikir ............................................................................. 21 2.1.8. Hamoatan Berpikir ....................................................................... 23 2.1.9. Berpikir dalam Perspektif lslam .................................................... 24 2.2. Orientasi Masa Depan ..........................................................................29 2.2.1. Penge,iian .................................................................................29 2.2.2. Pe.nbentukan orientasi masa depan .............................................. 30 2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruh1 mientasi rnasa depan .............. 33 2.2.4. Orientcisi Masa Depan dalarn P,erspektif Islam .............................. 38 /..3. Dewasa Awai ...................................................................................... .40 2.3.1. Periodisssi Dewasa Awai ............................................................ .40 2.3.2. Tug as perkembangan ................................................................. .41 2.3.3. Pei kembangan Kcgnitif Dewasa Awai ........................................ .43 2.3.4. Perkembangan Psikososial Dewasa Awai ................................... .45 <..4. Kerangka Berpikir ................................................................................ .45 2.5. Pengajuan Hipotesa .............................................................................. 50 RAB 3. METOIJOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian .................................................................................. 51 3.1.1. Pendekatan dan metode penelitian .............................................. 51 3.1.2. Definisi variabel dan operasional .................................................. 51 3.2. Pengarnbilan sampel ............................................................................. 52 3.2.1. Pop1,;lasi
3.2.3. Teknik p':lngambilan sampel ........................................................ 54 :J.3. Pengumpulan data ............................................................................... 54 3.3.1. Metode clan instrumen penelitian ................................................. 54 3.3.2. Teknik uji instrumen penelitian .................................................... 59 3.4.Teknik a11alisis data ................................................................................ 61
BAB 4. ANALl5!S HASIL PENELITIAN 4.1. Gamba ran Um um Responden ............................................................. 63 4 .2. Uji lnstrumen Peneliticin ........................................................................ 63 4.2.1. Has ii Uji Validitas Skala Berpikir .................................................. 64 4.2.2. Hasil Uji Valiclitas Skala Orientasi Masa Depan ............................ 67 4.2.3. Has ii Uji Reliabilitas Berpikir clan Orientasi MasB Depan .............. 68 "'· 3. Uji Persyaratan ..................................................................................... 70 4.3.1. Uji
Tabel 3.1. Blue Print Skala Berpikir ········-'.···· ................................................ 56 Tabel 3.2. Blue Print Skala Orientasi Masa Oepan ..................................... 58 Tabel 4.1. Hasil Uji lnstrumen Item yang Valid Skala Berpikir ...................... 65 Tabel 4.2. Blue Print Skala Berpikir Pasca Try Out Tabel ............................ 66 Tabel 4.3. H8sil Uji lnstrumen Item yang Valid OMO ....................................67 Tabel 4.4. Blue Print Skala OMO Pasca Try Out. ..........................................68 Tabel 4.5. Norma Reliabilitas .......................................................................69
XII
DAFTAR GAIVIBAR
Gambar 2.1. Skema Orientasi Masa Depan ................................................. 32 Gambar 2.2. :lustrasi Kerangka Berpikir .................................................... .49 Gambar 4.3. Q-Q Plot Skala Berpikir
Garn bar 4.4. C-Q Plot Skala Orientasi Masa Depan ..................................... 72
Xlll
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 C'ata Hasil Try Out Lampiran 2 Hasil Uji Validitas Skala Berpikir dan Orientasi Masa Depan Lampiran 3 Reliabilitas Skala Berpikir dan Orientasi Masa Depan Lampiran 4 uata Hasil Penelitian Lampiran 5 l-1asil Uji Normalitas Lampiran 6 l-1asil Uji Homoge11itcis Lampiran 7 hasil Uji Hipotesis Lampiran 8 lnstrumen PenGlitian
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1
Latar Belakang
Masa depan merupi3kan hari esok yang menjadi penantian setiap orang. fvlasa depan juga sebuah harapan dan cita-cita yang menjadi bayang-bayang k;;hidupan. Sebab tidak satupun orang tahu apa yang akan terjadi pada masa depannya. Kecuali dengan perencanaan, usaha dan keyakinan barulah manusia tenang dalam menjalani hidup. Manusia selaku mahluk-Nya dianugerahi akal untuk berpikir dan merencanakan masa depan agar dapat h1dup lebih baik. Setiap individu perlu memfungsikan dan mengoptimalkan potensi berpikirnya guna merencanakan masa clepannya sebail< mungkin dalam menjalani kehidupan.
Dalam diri manusia tardai)at tiga ranah psikologis yan£1 saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Ketiga ranah ini juga sangat rnenentukan sikap dan perilaku 1ndividu. R3nah psikologis itu terdiri dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif yang disebut juga dengan fungsi intelektual dan model berpikir Hal tersebut rnemiliki peran penting dalam kehidupan
2
seseorang. Karena manusia memiliki akal yang diciptakan Allah, maka mereka dapat berpikir guna mengatur setiap gerak. Kemampuan berpikir r,1erupakan pusat kendali seseorang dan tanpa berpikir seseorang tidal< akan rnampu merumuskan dan merencanakan serta menjalani kehidupannya di masa sekarang dan masa mendatang yang lebih baik. Sehingga menjadi orang yang gaga! dan putus asa dalam kehidupan. Oleh !<arena itu kemampuan berpikir merupal
Marwah Daud Ibrahim dalam buku Mengelola Hidup dan Merencanakan Masa Depan (lv1Hf\1MD) menjelaskan bahwa untuk mernperoleh bangsa yang maju harus merubah pola pikir generasi dengan menyusun peta kehidupan. Karena itu orientasi masa depan merupakan sesuatu yang harus dirumusl
1995) yang dilakukan pada 500 sekolah tinggi dan universitas. Adapun jumlah mahasiswa kurang lebih 3000 orang, pada tahun 1987, 8,7 % mahasiswa me:nyalami depresi karena cemas dan putuf. asa dengan masa oepan mereka, lalu pada tahun 1988, gambElran itu meningkat menjadi 10,5
3
% mahasiswa mengalami kecemasan menghadapi masa depan yang cerujung pada stress. Mereka mengalami tekanan kan:ma 1,etakutan akan kegagalan dalarri menghad3pi masa depan, kecemasan dan kebingungan menanti masa depan. Hal di atas meliputi keinginan untuk memperoleh kesuksesan dalam mendapatkan pekerjaan dan menghasilkan finansial.
Dalam menghadapi masa depan akan muncul ketakutan, kecemasan, kebingungan can pikiran negatif lain yai1g selalu menghantui generasi muda yang mengakibatkan turunnya motivasi mereka. Tingkat persaingan semakin tinggi sehingga menjadikan motivasi untuk memperoleh pekerjaan rendah didukung lagi dengan keterbatasan lapangan pekerjaan, membuat mereka rnenjadi putus asa dan tidak tahu harus melakukan perbuatan yang dap2t mengobati rasa takut.
Peristiwa ini sesuai dengan hasil wawancara, 1·ang penulis laksanakan pada
30 orang mahasis.wa Universitas Islam Negeri (UIN), 90 persen dari mereka IT'engaku tidak tahu bagaimana cara merencanakan masa depan, cemas ketika lulus kuliah dan takut gagal untuk menghadapi hari depan. Merek;i rnerasa pesimis dengan keadaan diri sekarang dan pacla masa mendatang.
4
..!ika generasi muda Indonesia mengalami hal tersebut diatas, maka akan berujung pada meningkatnya pengangriuran di Indonesia. Data total penganggura'l vang tercatat di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Oepnakertrans) sampai Juni 2006, mencapai 11, 1 orang dan dari :ahun ke t<Jhun, bahkan clalam hitungan bulan tingkat penganguran Indonesia semakin meningkat (Pikiran Rakyat, November 2006).
Berpikir meruµakan tingkah laku mental yang menjadi bagian dari kegiatan mental sehari-hari pada setiap orang. Namun yang menjadi parsoalan tidak semua orang
da~at
berpikir secara positif dalam merencanakan sesuatu.
Seseorang yang mampu memikirkan sesuatu secara positif, diharapkan mampu merencanakan masa depan dengan jelas sebaliknya orang yang berpikir negatif akar, melihat setiap pennasalahan
den!~an
pandangan yang
sampit dan terbatas sehingga sulit merencanakan masa depan dengan baik k'Jrena selalu berpandangan sempit dan menilai masa depan itu akan datang dengan sendirinya. Mereka selalu mempertimbangkan apapun dengan melihat hal negatif sehingga seringkali mereka mengalami kebuntuan dalam berpikir make: berujung pada sikap pesimistis, putus asa dan tanpa harapan dalam merencanakan masa depan.
5
Oleh karena it1J juga, berpikir merupakan aspek yang paling dekat dengan orientasi masa depan. Jadi penulis tertarik membahas apakah ada HUBUNGAN BERPli
1.2. ldGntifikasi Masalah
Rardasarkan latar belakang di atas, maka penulis mennidentifikasi masalah dalam penelitian 1ni adalah : 1. Apakah yang dimaksud dengan berpikir ? 2. Apakah maksud orientasi masa depan ? 3. Apakah yang dimaksud dengan dewasa awal ? 4. Apakah ada hubungan berpikir dengan orientasi masa depan pada dewasa awal?
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.3.1. Pembatasan masalah
Dalam penelitian ini, variable-vanabel yang berkaitan d€mgan judul peneliforn diberi batasan sebagai berikut :
6
Berpikir adalah proses perhatian tertuju pada hal positif dan negatif dengan menggunakan barasa untuk membentuk dan rnengun9kapkan pikiran. Sedangkan orientasi masa depan adalah gejala yang rnelibatkan kognitif motivasional yang kompleks yaitu merupakan antisipasi da!l evaluasi tentang diri di masa depan dalam interaksinya der.gan
lingkun~1an,
orientasi masa
depan dibatasi dengan melihat faktor motivasi (motivation), perencanaan
(r!anning) dan evaluasi (evaluation).
1.:3.2. Perumusa11 masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan berpikir dengan orientasi :Tiasa depan pada dewasa awal?
1.4. Tujuan dan manfaat penulisan 1.4.1. Tujuan penelitian
Adapun tujuan yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah : Untuk mengetahui apakah ada hubungan berpikir terhaidap orientasi masa depan pada dewasa awal.
7
1.4.2. Manfaat penelitian
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi literatur bagi khazanah kajian psikologi, khususnya mengenai psikologi kognitif. Adapun manfaat secara praktisnya adalah agar dapat memberikan sebuah ii1formasi merigenai hubungan berpikir dengan orientasi masa depan. Serta agar dapat membantu peneliti selanjutnya untuk mengembangkan r:enelitian.
1.5. Sistematika Penulisan
,l\dapun sistemalika penulisan yang akan digunakan oleh penulis dalam i:;enyusunan pmposal ini adalah : EAB 1 : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang; identifikasi masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, sistematika penulisan.
BAB 2 : Kajian pustaka diantaranya mengenai definisi berpikir, fungsi berpikir, aspek berpikir, fal
8
mempengaruhi orientasi masa depan serta orientasi masa depan dalam perspektif Islam. Kerangka berpikir dan pengajuan hipotesis.
BAB 3 : Metodologi penelitian terdiri dari jenis penelitian meliputi pendekatan dan metode yang digunakc.n, definisi variabel dan operasional variabel. Pengambilan populasi dan sample, teknik pengarnbilan sample, pengumpulan data meliputi rnetode dan instrument penelitian dan teknik uji instrument penelitian dan teknik analisis data.
BAB 4 : Presentasi dan analisa data terdiri dari gambaran umum responden, 11ji instrumen penelitian, hasil uji validitas skala berpikir dan skala orientasi masa depan serta hasil uji reliabilitas berpikir dan orientasi masa depan. Uji persyaratan yang terdiri dari uji normalitas, uji homogenitas dan uji h1potesis serta hasil utama penelitian
BAB 5 : Penutup terdiri dari kesimpulan, disk:.isi dan saran
BAB2 KAJIAN PUSTAKA
2.1. Berpikir 2.1.1. Pengertian berpikir
Kata Berpikir dalarn Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) mengandung c:rti menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan Eesuatu; menimbang-nimbang dalam ingatan. Adapun hasil dari berpikir dan aktualisasi akal adalah pikiran, Dalam Oxford Advanced Dictionary
English (1974), berpikir sepadan dengan to think with, y&itu menggunakan atau melatih pikiran untuk membentuk opini dan menarik kesimpulan oarinya, me111pertimbangkan sesualu (consider; take into account), rnembayangkan (imagine), merenung akan sesuatu (reflect to, how), Mengharap, kontemplasi (contemplate). Sernentara rnenurut Glass dar 1-!olyok (1988) berpikir adalah proses menghasilkan representasi mental yang baru melalui transformasi informasi yang melibatkan interaksi secara kornplek 2ntara atribut-atribut mental. Sarwono (2000) memberi batasan berpikir 2clalah tingkah la:rn yang menggunaka;i idG, yaitu suatu proses simbolis. Contohnya membayangkan makanan, jika rnakan bera1ti bukan berpikir
10
karena tidak menggurr:iKan ide dan simbol-sirnbol tertentu. Philip L Harriman mengungkapkan bahwa berpikir adalah aktivitas dalarn menanggapi suatu situasi yang tidak objektif yang menyerang organ panc:a indera. Atkinson mendefinisikan bahwa berpikir merupakan aktifitas mental yang dianggap sebagai bahasa otak. Jadi dapat disimpulkan berpikir adalah rnenggunakan akal budi untuk rnempertimbangkan dan memutuskan sesuatu dalam n 1enanggapi suatu situasi yang tidak objektif yang menyerang organ panca indera. Sementara itu berpikir positif menu rut Albrecht (1980) adalah kemampuan berpikir seseorang untuk memusatkan perhatian pada sisi positif dari keadaan ciiri, orang lain dan suatu peristiwa. Sedangkan berpikir negatif adalah kemami;uan berpikir seseorang dengan memu<;atkan perhatian pada s1si negatif. Lain halnya menurut Pecde berpikir positif adalah memusatkan p1kiran pada hal positif sehingga akan menimbulkan energi yang positif bagi s0seorang dalam menyelesaikan pekerjaan, mengatasi masalah, dan 1T.enghadapi tantangan, sebaliknya berpikir negatif akan menghasilkan energi n0gatif, yang akan menghambat proses penyelesaian masalah se.seorang. A1dh Al-Qarni (2005) dalam bukunya La Tahzan menjelaskan berpikir positif adalah senantiasa berpikiran/berprasangka baik pada manusia dan Tuhan d'llam menyelesaikan suatu pekerjaan, karena prasan£1ka Tuhan itu sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Ary Ginanjar (2006) memberi batasan b•;;rpikir positif edalah orang yang selalu mendorong dan menciptakan
1I
kondisi lingkuni:;an secara positif sehingga saling percaya, saling mendukung, koperatif, terbuka akhirnya bisa menghasilkan performa terb;;,ik terhadap lii1gkungan sebaliknya orang yang tidal< dapat menciptakan kondisi yang positif adalah orang yang berpikirnn negatif. Abdullah Gymnastiar (2006) mendefinisikan berpikir positif adalah orang yang selcilu memandang segalci s-:;suatu dari sisi positif, tanpa adanya prasangka. Goleman (1997) jJga n 1emberi definisi berpikir positif yaitu orang yang memiliki pandangan yang cukup mengenai dirinya dan menyadari kekurangnnya sebaliknya orang ya.19 berpikiran negatif akan merasa dirinya selalu mengalami kekurangan dan tidal< pernah puas. Jadi dapat disimpulkan bahwa berpikir positif adalah 111emusatkan perhatian pada hal positif sebaliknya orang yang berpikir negatif ai
2:1.2 Funglii bc;;rpikir
82rp.kir merupakan proses mental yang terjad1 dalam diri manusia, maka setiap manusia yang berakal akan memamfaatkan akalnya dengan berpikir, adapun fur.gsi berpikir itu menurut Davidof (1981) terbagi pada tiga bagian yaitu:
1 Mengambil keputusan (making decision) Salah satu fungsi berpikir adalah menetapkan keputusan. Sepanjang hidup kita harus bisa menetapkan keputusan. Sebagian dari keputusan itu ada yang menentukan masa depan kita. Keputusan yang kita arnbil beraneka ragam, tetapi ada tanda-tanda umumnya, yaitu: a. Keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usal1a intelektual; h. Keputusan selalu melibatkan pilihan dan berbagai alternatif' c. Kepu:usan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun dalam pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan.
2. Menghasilkan sesuatu yang baru (creativity) Kreativitas adalah berpikir untuk menciptakan sesuatu yang baru, hanya manusia ym1g mam;:iu melakukan creafivity di sepanjang sejarah hidupnya. Berpikir kreatif, menurut Coleman dan Coustance L. Hammen (1974), adalah 'thinking which procedure, new methods new concepts
new understandings, new inventions, new work of art." Berpiki• kreatif adalah berpikir analogis-metoforis. George Lakoff clan Mark Johnson menjelaskan bagaimana pemikiran kreatif ini berhasil memperluas cakrawala pemikiran. Sementara Guilford membedakan antara berpikir kreatif dan tidak kreatif dengan konsep berpikir ko;wergen dan diverge:1. Orang kreatif ditandai dengan pola berpikir divergen, yakni mencoba
13
menghasilkan sejumlah solusi dari berbagai sudut pandang, dengan kreativitas. Berpikir divergen dapat diukur dengan 17uency, flexi.'?i/itas, dan originality 3. Pemecahan Masalah (problem solving)
Umumnya kita bergerak sesuai dengan kebiasaan. Namun suatu ketika kita dihadapkan dengan situasi yang tidak dapat kita hadapi dengan cara yang biasa maka akan timbul masalah. Selanjutnya yang harus dilakukan adalah mengatasi masalah itu. Proses memecahkan masalah itu berlangsung melalui lima tahap, yaitu: a. Terjadi peristiwa ketika perilaku yang biasa diharnbat karena seoabsebab tertentu. b. Mencoba menggali memori untuk mengetahui car;;i-cara ape saja yang efektif pada masa lalu. c. Mencoba seluruh kemungkinan pemecahan yan£1 pernah diingat atau dapat dipikirkan. Pada tahap ini terjadi trial and error yang disebut dengan penyelesaian mekanik (mechanical solution) d. Mulai menggunakan larnbang-lambang verbal atau grafis untuk mengatasi masalah; mencoba rnemahami situasi yang terjadi, mencari jawaban, dan menemukan kesimpulan yang <epat mungkin menggunakan deduksi atau induksi; tetapi karena jarang memperoleh informasi lengkap, sehingga lebih sering menggunaka:i analogi.
14
e. Tiba-tiba terlintas dalam pikiran suatu pemecahan. Kilasan pemecahan masalah i11i <:lisebut Aha Er/ebnis (pe11galaman Aha), atau lebih lazim disebut insight solution.
?.1.3. Macam-rnacam berpikir
Para ahli membagi berpikir dalam berbagai perspektif, Davidof membagi cerpikir deng&11 berpikir terarah dan tidak terarah. Floyd L. Ruch (dalam J\bdurrahman 2004) menyebutkan tiga macam bagian dari berpikir yaitu secara deduktif, induktif dan evaluatif. Sarlito (2000) juga membagi berpikir ilu dengan berpikir asosiatif dan terarah. Berpikir terarah diarahkan pada pemecahan masalah yang dibagi lagi menjadi berpikir kritis dan kreatif. Sedangkan Albrect membagi berpikir dengan berpikir positif dan negatif. Berpikir positif adalah perhatian tertuju pada subyel< positif dan menggunakan bahasa positif untuk membent.uk dan mengungkapkan pikiran. 2. Berpikir negatif adalah pemusatan perhatian pada hal negatif dan menggunnkan bahasa negatif dalam meng•Jngkapkan pikiran contoh : kritik terhadaµ diri, pertimbangan nilai negatif, kein£1inan negatif dan verbal "jalan buntu"
15
2.1.4. Aspek-aspek berpikir
Positif atau negatifnya proses berpikir seseorang dapat dilihat melalui aspekaspek yang ada dalam diri. Adapun aspek-aspek berpikir tersebut dikemukakan oleh Albrecht (1980). yaitu : 1 l-larapan, yaitu melakukan sesuatu lebih rnemusatkan perhatian pada !<esuksesan, pemecahan masalah dan menjauhkan diri dari bayang-bayang tentang kegagalan, harapan negatif dan larut dalam kebuntuan. 2. Afirmasi diri yaitu memusatkan perhatian pada kekuatan diri sendiri, melihat diri sendiri secara positif dan menjauhkan pemusatan perhatian pada pemikiran negatif. 3. Pernyataan, maksudnya suatu pernyataan yang telah mengarah pada penggambamn keadaan dari pada menilai keadaan! tidak kaku dan fanatik dalam berpendapat. Pernyataan ini dimaksudkan sebagai pengganti pada saat seseorang cenderung untuk memberikan pernyataan yang negatif terhadap suatu r.al. 4 Penyesuaian diri terhadap kenyataan, yaitu mengakui kenyataan dan segera berusaha menyesuaikan airi, menjauhkan diri dari penyesalan, frustasi, kasihan pada diri dan menyalahkan diri sendiri.
16
Disamping melihat aspek-aspek berpikir, faktor-faktor yang mempengaruhi cara be·pikir ;;eseorang apakah positif atau negatif dapat terlihat dari faktor yang mempengaruhi.
2.1.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi berpikir
Adapun faktor-Iaktor yang mempengaruhi berpikir, Goleman (1997; 420) rnenjelaskan taktor-faktor yang mempengaruhi berpikir adalah : 1. Faktor tempramen bawaan Salah satu sumber mengapa orang berpikir positif atau negatif Goleman menyebutkan mungkin saja dipengaruhi oleh tempramen bawaan, namun tempramen tidal< secara mutlak akan terbawa sampai clewasa, tetapi temprarnen dapat berubah berdasarkan pengalaman-pengalaman yang d;ialui selama l<ehidupan.
2. Faktor lingku11gan Lingl
Golem~m
rnengungkapkan bahwa bila
17
~eseorang
dididik dalam lingkungan yang penuh dengan segi-segi negatif,
maka pola pemikiran:iya sudah tersimpan sehingga apaoun yang baik tidak bisa merubah pandangannya. Artinya orang yang hidup dalam lingkungan yang mengajarkan hal-hal negatif, ajaran tersebut akan terinternalisasi pada rola
pemikira~1nya,
maka setiap peristiwa atau keadaan yang dihadapi akan
selalu nampak negatif, karena selalu dilihat dari sudut pandang sendiri. Orang lain yang menjelaskan kebenaran peri$liwa atau keadaan yang sesuai dengan realitas cenderung kurang dapat merubah pandangan tersebut.
~-
Faktor pernahaman diri
Orang yang berpikir positif dipengaruhi juga oleh faktor pemahaman diri yang baik. Dapat d1asumsikan orang yang berpikir positif yaitu orang yang memiliki randangan yang cukup mengenai dirinya dan menyadari kekurangnnya. Dari remahaman di1 i yang cukup inilah orang tersebut dapat menempatkan airinya sesuai dengan kelebihan dan kekurangannya, sehingga tidak berpikir untuk memaksakan diri diluar kemampuannya yang merugikan. Sebaliknya orang yang berpikiran negatif cenderung kurang memahami diri karena merasa diri yar,g paling benar dan tidak menyadari kek.urangannya. Sehingga orang yang berpikiran negatif sulit untuk bisa rnenempatkan diri sesuai kelebihan dan kekumngannya sehingga terlihat memaksakan kehendak ~ementara
kemampuannya tidak mencukupi.
18
4. Faktor persepsi sosial Persepsi sosial juga mempengaruhi cara berpikir seseorang, Golema:i mengungkapkan bahwa persepsi sosial merupakan jaringan yang saling terkait dengan pengetahuan, pengharapan dan penilaian. Persepsi sosial erat kaitannya dengan pemahaman dan penilaian terhadap C:iri dan lingl(ungan.
5. Faktor pengalaman masa lalu Masa lalu serir.gkali mempengarur.i pikiran seseorang baik itu positif atau n:;gatif. Pengalaman ini akan selalu terbawa dan berkembang bersama tumbuh dan dewasanya seseorang. Goleman menjelai>kan bahwa pik1ran dan reaksi pada masa sekarang akan diwarnai pikiran dan reaksi pada masa lalu, meskipun kemungkinan reaksi tersebut selalu disebabkan oleh keadaan lingkungan saat itu. Edward (1986) menjelaskan bahwa kehidupan disusun dalam semacam mata rantai ciari pengalaman masa lalu, sehingga manusia cenderung menjadi budak pengalaman masa lalu.
6. Faktor keadaan dan suasana hati Sebagian besar pola pikir seseorang dipengaruhi oleh suasana hati dan keadaan diri Tindakan dan pikiran manusia pada saa1. bahagia akan barbeda dengan suasana hati ketika sedang sedih dan kecewa. Menurut
19
Staples (1994) bahwa pikiran manusia akan menentuk.an watak, karir dan segala sisi kehidupan baik yang positif atau negatif.
Sementara Vinacke (1952) menjelaskan juga bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi c;ara berpikir seseorang : c:i.
Faktor etnosentris
Faktor etnosentris adalah sifat-sifat yng dimiliki oleh suatu kelompok atau ras 1ang menjadi ciri khas dari kelompol< atau ras tersebul yang berbeda dengan kelompok atau ras lai:l. Faktor etnosentris ini berupa keluarga, status sosial, ienis kelamin, agarna, kebangsaan dan kebudayaan. Hal-hal tersebut akan r,1embentuk kecenderungan cara berpikir yang sama diantara individuindividu dalam kelompok sosial yang sama. Pengaruh faktor etnosentris dapat dilihat dari penelitian Davis, Gardener dan GardEmer (Vinacke, 1953) y::mg menunjukkan bahwa orang kulit putih yang digolongkan ke dalam masyarakat kelas atas cenderung memliki cara berpiki1' yang lebih positif dibanding dengan orang kulit hitam yang digolongkan ke dalam masyarakat k31as bawah.
b. Fal
20
F'iage dan Murry (Vinacke, 1953) mengemukakan bahwa egosentris adalah ketidakmampuan untuk menaruh perhatian, mengambil bagian dan ikut merasakan kehutuhan, perasaan dan pandangan orang lain. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Elkind, Looft dan Charles (Vinacke, 1953) 111enyatakan bahwa egosentris adalah suatu ketidakmampuan untuk menerima pandangan orang lain karena individu yang bersangkutan terlalu menekan pada pandangan hidupnya sendiri.
Tentang pengaruh faktor egosentris, Lurton (1958) mengemukakan bahwa seseorang yang memiliki rasa percaya diri dan menghargai dirinya secara positif cenderung memberikan reaksi yang positif terhadap tantangan yang dihadapi. Sebalikn:1a perasaan rendah diri (inferior) dan merasa dirinya kurang berharga menyebabkan seseorang cenderung berp1kiran negatif sehingga bers!kEip pesimis terhadap tantrngan yang dihadapi.
2.1.6. Tingkatan dalam berpikir
Sesuai dengan perkembangan kemampuan kecerdasan dan juga tingkat ···· l<esadaran manusia, berpikir ternyata mengalami perkernbangan. Menu rut Crow dan Crow (Abror, 1999) ada 4 (empat) ti11gkatan dalam berpikir, yaitu :
21
1.
Reverie or day dreaming, ialah kegiatan mental yang setara dengan minat dan reaksi asosiasi yang sekarang dengan
kecend1~rungan
untuk
melarikan diri dari dunia nyata ke dunia fantasi. 2. Aesthetic appreciation, ialah reaksi mental yang m1m1punyai komponenkomponen emosi yang kuat. 3.
Accussition information, ialah reaksi mental yang cukup untuk mengasimilasikan, mengingat fakta-iakta dan pengalaman-pengalaman yang baru.·
4.
Ref/ektif thinking and creative thinking (problem solving), yang pertar.ia (Ref/ektif thinl\ing), ialah memberikan pertimbangan dan menimbulkan atau membangkitkan pengalaman yang
relevan dengan pemecahan
suatu kesulitan (masalah). Kedua (creative thinking), ialah menolak pengalaman hingga timbulah gagasan-gci'gasan baru.
2:1.7. Bentuk-bentuk berpikir
Pad a hakekatnya berpikir merupakan hasil "transfer of .trying" latihan yang dilakukan secara terus menerus tentang suatu masalah sehingga kerangka Jogis dan kebiasaan dalam berpikir akan membentuk pola berpikir seseorang te.rhadap suatu masalah, baik itu positif atau pun negatif. Kemudian Crow dnn Crow (Azhari, 1998) }uga mengemukakan bentuk-bentuk berpikir, yaitu:
22
1.
Berpikir dengan pengalaman (routine thinking), dalam bentuk ini seseorang lebih banyak bergerak atau giat menghimpun pengalamanpengalaman. Hal ini sejalan dengan penjelasan Edward (1986) bahwa kehidupan disusun dalam semacam mata rantai dari pengalaman masa lalu, sehingga manusia cenderung menjadi budak pengalaman rnasa lalu. Maka posi
2.
Berpikir representatif, bentuk ini sangat bergantun~1 pada ingatan-ingatan dan tanggapan-tanggapan saja, di mana ingatan dan tanggapan tersebut dipakai untuk pemecahan masalah yang dihadapi..
3.
Berpikir kreatif, bentuk ini menekankan mengenai pentingnya menghasilkan temuan-temuan baru baik dengan menggunakan metodemetode yang telah dikenal atau langsung dengan mengajukan alternatif metode baru yang terasa lebih cocok dengan yang dihadapi.
4. Berpikir produktif adalah bentuk ini manekankan untuk menemukan temuan baru dengan menggunakan metode yang telah ada. 5.
Berpikir reproduktif untuk menghadapi situasi-situasi dalam memecahkan masalah dan digunakan cara-cara berpikir logis. Berpikir rasional ini tidak hanya sekedar mengumpulkan pengalaman dari hasil berpikir yang telah ada melainkan dengan keaktifan akal dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
23
2.1.8. Hambatan berpikir
Dalam proses berpikir tidak semua berjalan lancar, banyak hambatanrambatan yang terjadi. Positif atau negatifnya pemikiran seseorang juga clipengaruhi 0leh penjelasan atau informasi yang diperoleh. Menurut Abdurrahman (2004) hambatan itu diantaranya adalah : 1. Data yang ada kurang sempurna, sehingga seseomng akan menafsirkan sesuatu sesuai dengan data yang ada, maka dengan data yang tidak lengkap mem!:Juat seseorang cenderung memiliki persepsi sendiri dan seringkali negatif menilai sesuatu. Untuk memperoleh sebuah clata kongrit masih banyak lagi data yang harus diperbleh agar bisa menilai sesuatu secara positif. 2. Data yang ada dalam keadaan confuse, data yang bertentangan dengan data yang lain, seseorang memperoleh informasi atau data dari seseorang secara pcsitif, sebaliknya ia juga memperoleh data negatif dari orang yan~J berbeda, sehingga keadaan ini al
24
a. Berpegang teguh pada pikiran-pikiran lama hal ini dapat diperlihcitkan dalam: O.S. Yunus (10):78, Q.S. az-Zui
2.1.9. Berpikir dalam perspektif Islam
Al-Qur'an memberikan porsi yang besar sekal; da:am p13ndayagunaan akal drin aktivitas akal itu sendiri, yaitu berpikir. UntiJk itulah akal dan berpikir IT'enjadi sentrum manusia Muslim yang dianjurkan Islam. Dalam Al-Qur'an scndiri banyak redaksi yang mengcinjurkan dan menjelm;kan akan pentingnya berpikir. Al-Qur'an juga menjelaskan bahwa manusia telah dianugerahi akal untuk berpikir dan dengan akal pula manusia diperintahkan
25
untuk memikirkan masa depan dunia dan akhirat.Hal yang paling mencolok adalah penggunaan bentuk pertanyaan negatif yang berorientasi sebagai motivasi dan pendorong semangat bagi manusia dalam pendayagunE1an a~
demi rnewujudkan masa depannya." Contoh redaksi pertanyaan
n3gatif yaitu afala ta'qilun yang diulang sebanyak 13 kali dalam al-Qur'an. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah (2) ayat 44 berikut :
0_,i~ ~f ~I~,):~ ~f_, F~f 0:;.-:v.'.ij;)~ U.~J\ 0_,~Gf "Mengapa kaf'flu suru/J orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan diri (kewajiban)-mu sendiri, pada/Ja/ kamu membaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidakka/J kamu berpikir?"
Selain pertanyaan negatif yang diperlihatkan Al-Qur'an, berkaitan dengan objek mana saja yang menjadi objek dari berpikir itu sendiri. Objek berpikir yang dimaksudkan adalah objek yang berupa tanda-tanda keagungan ciptaan-Nya, yaitu ayat yang membincang alam semesta yang dengannya fl'\anusia dapat mengambil pelajaran. Salah satu ayatnya terdapat dalam surat Al-Baqmah (2) : 164 yang artinya :
26
"3esungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, si/ih bergantinya siang '.:lan ma/8.m, bahtera yang berlayar di /aut membawa apa yang berguna bagi manusia dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, /a/u dengan air .'tu ia hidupkan bumi setelah matinya dan ia sebarkan di muka bumi itu segala }cnis hewan clan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara /angit '.Jan oumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (kekuasaan dan kebesaran Alla/1) bagi kaum yang berpikir"
f11enurut Qardhawi (1998) lebih lanjut, makna 'mereka berpikir', adalah sebagai cercaan terhadap manusia yang tidak mendayagunakan akalnya untuk berpikir. Meskipun akal sudah menjadi sentrum clalam diri manusia, tetapi fungsinya sendiri nihil. Untuk itulah statemen neg3tif muncul dalam AlQur'an yang menjelaskan manusia terlepas dari hidayah Allah dan mereka ingkar. Adapun statemen positif dijelaskan dalam rangka perenungan akan ayat-ayat penciptaan yang diperlihatkan dalam galaksi, benda mati, tu.nbuhar1 dan manusia (Qardawi, 1998).
B•.1kan saja be:-pikir tentang ayat kauniyah, ajakan berpikir juga menuntun kita u11tuk mengakui misi prophetic Muhammad dengan wahyu dan kebenaran
27
yang diembannya. Maka dapat disimpulkan bahwa ajakan berpikir yang terdapat dalc.m Al-Quran mempunyai hubungan satu sama lain dan kesemuanya itu berpusat pada bimbingan manusia kepada Tuhannya, Allah, Lebih jauh lagi yang menjadi objek berpikir itu sendiri tidak lain landasan dasarnya adalah pelajciran bagi manusia dan hikmah.
Dalam Al-Quran banyak sekali kata-kata berpikir disajikan, dalam berbagai bentuk dan makna. Ayat-ayat tersebut menjelaskan konsep berpikir secara Gamblang dan dari berbagai perspektif, sehinggci kita dapat melihat banyak segi dan marn'aat berpikir itu sendiri. Betapa tidak, berpikir merupakcm bekal perjalanan rranusia dalam relung kehidupannya menuju yang Haqq. Otomatis berpikir atau olah pikir itu sendiri didasari dengan objek pikirnya, yaitu tanda-tanda yang Allah perlihatkan dalam ruang semest:i. Dan tandatanda itu sendiri meinperlihati
5erhubungan dengan pikiran positif dan negatif lslarn juga membahas secara gamblang, Nash menjelaskan bahwa manusia itu sesuai dengan prasangka hambanya. Hal ini terdapat dalam sebuah Hadist Qudsi yang artinya :
"'Ll. L.. <..,F ul;,,ili <..,F <.§
.:i.p
uJ<. L.J.u>.::. ~
Li I
28
"Alw selalu berada di pihak hamba-Ku yang berbaik sangka kepada-Ku, oleh karena itu hendaklah ia berprasangka kepada-Ku sesuai dengan apa yang ia k3hendaki."
Tidak dapat diragukan lagi bahwa hadis ini menjelaskan tentang keutamaan b3rprsangka baik atau berpikir positif. Allah akan mengabulkan segala k0inginan hamba, tentunya sesuai dengan prasangka clan pikiran hamba tersebut. Orang yang berpikir positif akan mendapatkan balasan atas kebaikannya itu. sebaliknya orang yang beroikiran negatif aknn mendapat ganjaran sesuai pemikirannya kecuali mereka bertobat dan kembali kejalan Allah. lbnu Qayyim (1996) menjelaskan bahwa
prasan~1ka
buruk atau pikiran
negatif tidak akan pernah bersatu dengan plkiran positif. Karena orang yang scdalu berburuk sangka cenderung melakukan perilaku kejahatan sebaliknya orang yang berpi:·dr positif adalah orang yang memiliki pemahaman agama yang bagus dan hamba yang taat kepada perintah-Nya. Hasan Basri (dalc.m lbnu Qayyim, 1996) menyatakan orang mukmin yang berbaik sangka dan berpikir posit1f kepada Tuhannya, maka ia senantiasa melakukan amal k.abc.ikan. Seba!iknya orang yang berprasangka buruk atau berpikiran negatif pada Tuhannya maka ia selalu melakukan kejahatan. ,Jadi dapat disimpulkan posit!f atau ne.gatifnya cara berpikir seseorang berbanding lurus dengan pemahaman agamanya. Jika ia memiliki pemahaman agama yang baik maka
29
pikiran positif akan selalu mendominasi diri, sebaliknya jika pemahaman agamanya kurariy baik maka pikiran negatif akan selalu menguasai diri.
2.2 Orientasi Masa Depan 2.2.1. Pengertian orientasi masa depan
lv1anusia sebagai makhluk pemikir akan selalu berorientasi pada peristiwaperistiwa dan hasil-hasil yang akan terjadi di masa mendatang. Bandura (1980), menel;a;ikar, bahwa kemampuan untuk merencanakan masa depan ;n'.')rupakan salah satu ciri dasar pemikiran manusia. Oppenheimer (1978) mengungkapkan orientasi masa depan merupakan ciri dari tingkah laku yang bertujuan. Sementma Nurmi (1991) menjelaskan orientasi masa depan diartikan sebagai cara pandang seseorang terhadap masa depannya. Bilgaimana individu memandang masa depannya, akan tergarnbar melalui harapan-harapan, tujuan, standar perencanaan,dan strntegi (Nurmi, 1991 ). M;:irwah daud !bra.him (2004) memberikan pengertian bagaimana seseorang m2rencanakan dan menyusun peta hidup. Ary Ginanjar (2004) juga memberikan definisi orientasi masa depan adalah bagaimanr.i seseorang marumuskan dan menyusun visi kedepan dengan membagi orientasi jangka pw1jang, menengah dan jangka panjang. Sementara Adil Fathi Abdullah
30
(2006) menjelaskan orientasi masa depan adalah menyusun rencana untuk menuju masa depan. Sejalan dengan itu Trommsdorf (1983) mengernukakan pengertian orientasi masa depan sebagai gejala yang meli;iatkan kognitif rnotivasional yang kompleks yaitu merupakan antisipasi dan evaluasi tentang cliri di masa depan dalam interaksinya dengan lingkungan. Jadi dapat disimpulkan bahwa orientasi masa depan adalah kemampuan dalam merencanakan mc.sa depan melalui harapa·n-harapan, tujuan, standar perencanaan dan strategi.
2.2.2 Pembentukan orientasi masa depan
Dalam usahanyci mengantisipasi masa depan, individu harus membentuk :;.kemata kognitif. Skemata ini memberikan gambaran mengenai diri serta lingkungan individu yang diantisipasi di masa mendatang. Gambaran ini akan rnengarahkan individu untuk aktivitas masa depan. Berdasarkan skemata yang dihasilkar, individu membentuk harapan-harapan baru yang ingin c'iwujudkan da:am kehidupannya di masa mendatang. Selain membentuk gambaran mengenai dirinya di masa depan, individu juga mengantisiapasi kejadian yang almn terjadi di masa depan, dan rnembe>ri arti tersendiri bagi masing-masing kejadian itu (Bandura, 1991 ). Selanjutnya individu juga
31
mampu memberikan penilaian atau evaluasi mengenai kejadian-kejadian dan hRsil tingkah la!
sehin~ma
menjadi dasar bagi terbentuknya
ork~ntasi
masa depan
pada individu tersebut.
Berdasarkan teori Cognitif Psychology dan /lction Therapy (Nurmi. 1989), o~ientasi
masa depan dideskripsikan melalui tiga proses, yaitu :
1. Motivation (motivasi), berkaitan dengan apa yang rnenjadi tujuan yang dicapai, waktu pencapaian dan dorongan/motif mencapai tujuan di masa depar.. 2. Planning (perencanaan), berkaitan dengan bagaimana seseorang meny11sun perencanaan, menjalankan dan merealisasikan dari minatnya dalam kontesk masa depan. 3. Evaluation (evaluasi), individu harus mengevaluasi i<eyakinan diri, kemungkinan untuk merealisasikan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dan rencana-rencana yang telah dibuat serta emosi.
Nurn~i (1991 ), menjelaskan bahwa orie~tasi masa de pan juga dapat
d1karakteristif:kan sebagai suatu proses tiga tahap, yaitu motivation, planning
32
dan evaluation yang berinteraksi dengan skemata mengenai perkembangan d1 masa depan yarg telah diantisipasi. Untyk lebih jelasnya, berikut diterangkan dalam bagan :
Gambar 2.1 ~agan
orientasi masa depan
Anticipated life-span development Contextuai knowledge
/I [
Motivation
-
/
Goals
.,,
/ /
/ /
Planning
Skill Plans Self-concept Atributional style
Evaluation
.,,
/
/
/
/
Attributions Emotions
33
Skema di atas menjelaskan proses orientasi masa depan : Pertama, individu mernbentuk tujuan-tujuannya berdasarkan perbandingan antara motif dan nilai dengan pengetahuan yang mereka miliki tentang perkembangan sepanjang kehidupan yang diantisipasi. Kedua, setelah individu menentukan tujuan yang ingin dicapai, dibutuhkan aktivitas perencanaan agar tujuan-tujuan tersebut dapat direalisasikan. P3ngetahuan mengenai konteks masa depan menjadi landasan bagi perencanaan ini. Akhirnya, kesempatan-kesempatan untuk mereaiisasikan tujuan dan rnncana-rencam:. ini dievaluasi. Dalam proses evaluasi juga terkait p2rtimbangan mengenai penyebab terwujudnya suatu :serta perasaan yang menyertainya.
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan
Ada banyak hal yang mempengaruhi pembentukan orientasi masa depan sebelum individu memulai mengambii keputusan mengenai masa depannya, menyusun rencuna dan melaksanakannya. Orientasi rnasa depan te:bentuk s0bagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Nurmi (1989) mengungkapkan dua faktor utama yang mempengaruhi orientasi masa :lepan, yaitu :
34
1.
Faktor individu
Orient:;isi rnas3 dep'ln merupakan suatu proses yang berlangsung di dalam ristem kognisi indiviclu. Menurut Nurmi (1991) faktor-faktor psikologis individu Mempengaruhi perkembangan orientasi masa depan. Seperti halnya peningkatan berpikir mempengaruhi kemampuan individu untuk menentukan tujuan, menyusun rencana dan mencari jalan yang paling efektif untuk r1encapai tujuan walaupun mencari alternatif lain jika perencanaan tersebut riengalami perubahan.
2.
Faktor kontekstual
lndividu tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya. Segala sesuatu yang diterima indiviciu dari lingkungan akan mempengaruhi pengetahuan individu dan pandangan individu ke masa depan. Sejalan dengan berlambahnya usia, kemampuan so::>i8lisasi individu juga berkembang. lndividu tidak hanya berhubungan dengan anggota keluarga, tetapi juga dengan orang-orang di luar lingkungan keluarga seperti teman sebaya, guru, lingkungan tempat tinggal, media masa. Kesempatan yang diberil
terdapat hubungan yang cul
iingkungan terhadap individu dengan pembe~tukan orientasi masa depan.
35
Trommsdorff (1983) menyebutkan ada empat hal utama yang berkaitan :lc;ngan perki;,mbangan kemampuan tentang orientasi masa depan yaitu · a. Pengaruh dari tuntutan situasi Struktur orientasi masa depan individu terg3ntung pada gambaran individu mengenai situasi yang ia hadapi saat ini dan yang akan ia hadapi di masa yang akan datang. Jika apa yang harus dilakukan seseorang untuk mencapai suatu tujuan relatif sedikit, maka orientasi masa depan individu tersebut akan memiliki stuktur yang lebih sederhana. Jika individu memandang suatu tujuan ycing akan dicapai pada masa depan sulit untuk dicapai maka individu cenderung untuk menyusun orientasi yang lebih dekat, sehingga kemungkinan keherhasilan tampak lebih jelas.
Dengan demikian membentuk orientasi masa depan yang lebih se::lerhana atau kompleks dengan konsekuensi menunda pemuasan dalam mencapai tujuan dapat diartikan sebagai pendekatan yang realistik terhadap situasi sosial yang dihac!api dan bagaimana mengatasinya. Orientasi masa depan individu berfun9si sebagai pendekatan untuk mempersiapkan diri mengatasi rr.asalah yang mungkin timbul di masa depan sesuai dengan situasi yang diantisipasinya.
36
IJ. Kematangan kcgnitif F'eningkatan kernampuan kognitif yang terjadi melalui masa akhir kanakkanak dan remaJa mempengaruhi orientasi masa depan (Trommsdorf 198fl). Pengaruh kemampuan koynitif terhadap orientasi masa depan diuraikan dalam penjelasan di bawah ini: i. Pencapaian tahap formal operations selama masa dewasa awal memungkirikan dewasa awal untuk membentuk hipotesis dalam mengeksplorasi
berbagai
kemungkin<m.
Kemampuan
ini
diharapkan al
ii. Pencapaian tahap formal operations meningkatkan kemampuan untulc mengkonsGptualisasikan pemikiran mereka yang dimfleksikan dalam metakognis:. Kemampuan metakognisi ini merupakan hal penting, terutama dalam situasi ketika individu memiliki masalah dalam pencapaian tujuan tertentu dengan arena strategi tindakan harus dirubah.
37
iii. Tahap formal operations memungkinkan
seseoran!~
lebih mampu
mengkon:.eµtualisasikan pemikiran orang lain. Kecenderungan untuk lebih memµerhatikan apa yang dipikirkan orang lain akan meningkatkan pengaruh orang lain, delam hal ini pengaruh lingkungan terhadap pemikiran mereka tentang masa depan.
Perkembangan kognitif pada tahap formal operational memberikan kemampuan seorang anak untuk mengantisipasi kejadian-kejadian di masa depan dan untuk memikirkan l
1v
Pengaruh dari .:;osial laarning Selain faktor kematangan kognisi yang berlangsu_nu dalam diri individu. terdapat hktor di luar individu seperti pengalaman belajar yang ia alami dalam lingkungan keluarga, lingkungan teman sebaya maupun !ingkungan kerja yang berpengaruh terhadap pembentukan orientasi masa depannya. Beberapa penelitian pada dewasa awal yang berasal dari kelas sosial yang berbeda, latar belakang etnik dan budaya yang berbeda, serta tingkat pendidikan yang berbeda, dengan jelas menunjukkan efek yang signifikan dari lingkungan sosial pada perkembangan orientasi masa depan.
38
v. Proses inleraksi Beberapa penelitian mengenai orientasi masa depan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat antara harapan yang diberikan lingkungan k'";:iada individu dengan pembentukan orientasi masa depan individu itu sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Rosenthal & Jacobson (1968), Lewin & Wang (1983) mendukung teori ini bahwa individu yang diharapkan lingkungan untuk berhasil dalam kehidupannya dan mendapat bantuan dari orang tu::rnya serta mendukung mereka dalam pengambilan keputusan akan membuat individu tersebut lebih percaya diri dengan kemampuannya, lebih memiliki harapan, lebih optirnis memandang masa depannya, dan memiliki orientasi masa depan yang lebih jelas. Dewasa awal yang diharapkan berhasil dikemudian hari oleh lingkungan sosialnya, ternyata lebih optimis dalam orientasi masa depan dan memiliki keyakinan untuk mengontrol diri
2.2.4. Orientasi me1sa depan dalam perspektif Islam
Masa depan merupakan yang tak luput dari pandangan Islam, Al-Qur'an dan Hoidist pun membicarakan hanyak hal mengenai orientasi masa depan.
39
A1taranya O.S. Ad-dhuha ( 93) ayat 4 :
Sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari yang permulaan
Maksudnya ialah bahwa akhir perjuangan nabi Muhammad SAW itu akan manjumpai kemenangan-kemenangan, sedang permulaannya penuh dengan kesulitan-kesul:tan. ada pula sebagian ahli tafsir yang mengartikan akhir dengan kehidupan akhirat beserta segala
kesenan~1annya
dan ada pula
dengan arti kehidupan dunia.
Ketika seseorang memengerjakan sesuatu hendaklah berorientasi pada al;hir, karena akhir itu adalah hasil dari proses kerja keras seseorang untuk mencapai kesuksesan. Al-Quran juga mengajarkan pacla umat manusia untuk sel
40
"Lfai orang-orang yang beriman, bertaqwak/ah kepada Allah. Hendaklah setiap orang memperhatikan perbuatan apa yang tela/7 dilakukannya, sebagai persediaan unluk hari esok. Bertaqwalah kepada Allah. Sungguh Allah tahu benar apa yang kamu lakukan.
Ayat ini menjelaskan betapa pentingnya perencanaan untuk hari esok, dan mengevaluasi apa yang telah dilakukan had ini dengan melihat kesalahan dan kekurangannya serta memperbaiki. Umumnya ke£1agalan suatu usaha terletak pada tahap pen;ncanaan awal, salah dalam menetapkan tujuan akan berakibat fata• dalam hidup. Dernikian juga dengan evaluasi, karena dengan selalu menilai sebuah perkerjaan maka perbaikan akan terus diberlakukan niaka hasil yang memuaskan akan dapat terwujud.
2.3. Dewasa Awai 2.3.1. Periodiaasi dewasa awal
l~tilah
adult berasal dari bahasa latin "adultus" yang berarti "telah tumbuh
menjadi kekuatnn dan ukuran yang sernpurna". Dewasa adalah individu yang tP-lah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dFJlam masyarakat bersama dewasa lainnya. (Hurlock, 1980). Masa dewasa (early adulthood) adalah periode perkembangan yang bermula pada aktiir belasan
41
tahun atau awal •Jsia dua puluh tahun dan berakhir pada usia tiga puluh te.hun.
l\t.asa muda menurut (youth) menurut Kenneth Kenniston (dalam Santrock, 1995) adalah periode transisi dari masa remaja ke masa dewasa yang merupakan masa perpanjangan kondisi ekonomi dan pribadi, dengan rentang usia 19-26 tahun. Sementara menurut Erikson masa dewasa awal adalah rr:asa yang ditandai dengan adanya peremuan intimitas atau isolasi dan r&ntang usia 21-25 tahun. Levinson menyebutkan bahwa rentang usia dewasa awal 17-40 tahun karena ia membagi periode kehidupan kedalam empat bagian yaitu masa anak dan remaja (0-22), masa dewasa awal (1740), dewasa madya (40-65), dewas akhir (65-keatas). Jladi masa dewasa av;al adalah masa transisi aari dunia remaja menuju dewasa, dari masa penuh ketergantungan menuju masa kemandirian dengan rentang usia 19-25 tahun.
2.3.2.Tugas perlcembangan dewasa awal
T ugas perkembangan merupakan tuntutan dan hara pan sosial terhadap individu dalam menjalani kehidupan. Tugas perkembangan ini akan dapat dijal11ni dengan baik jika individu memiliki kesiapan (mature) secara fisik dan
42
psikologis, serta <:i.danya dukungan dari lingkungan sosial (Nihayah, dkk, 2006). Menurut Hurlock (1980) tugas-tugas perkembangan pada dewasa awal adalah :
1. Tercapainya kemandirian ekonomi 2. Kemardirian dalarn membuat keputusan 3. Adanya penyesuaian dengan tugas-tugas baru 4. Pertumbuhan fisik alami telah kelihatan 5. Memiliki orientasi masa depan 1 ugas perkembangan ini tidak sepenuhnya ada pada setiap dewasa awal tetapi secara gar;s besar seorang dewasa awal hendaknya sudah memiliki c·ri-r.iri diatas. Tugas perkembangan yang lebih umum pada masa dewasa awal adalah harapan-harapan kehidupan, mendapatkan pekerjan, memperoleh pasangan, belajar ilidup bersarria pasangan dan menerima langgung jswab sebagai warga Negara serta bergabung dalam sebuah kelompok sosial yang cocok.
1ugas-tugas perkembangan ini pada awal tahun pertama akan mempengaruhi tingkat keberhasilan mereka ketika mencapai pekerjaan, pengakuan sosial, atau kehidupan keluarga. Jika tugas perkembangan ini dapat dijalani dengan baik maka mereka akan menemukan kebahagiaan saat itu dan akhir-akhir kehidupan.
43
2.3.3. Perkembannan kognitif dewasa awal
Beberapa para ahli percaya bahwa pada masa dewasa awal individu 11.engatur per.1ikiran operasional formal mereka, sehingga mereka merencanal
o~ang
lain, yang mengguncang
pandan~1an
dualistik mereka.
P·:imikiran dualistik mereka digantikar oleh pemikiran beragam, saat itu individu paham bahwa orang dewasa tidak selalu memiliki semua jawaban S~dangkan Schaie (1977) mencatat bahwa dewasa awal lebih r.iaju dari
rE'maja dalam penggunaan intelektuali:as 1Ylereka. Pada masa dewasa awal
44
berubah dari yang mencari pengetahuan menjadi menerapkan pengetahuan, gL:na mengejar karir dan membentuk keluarga. Menurutnya ada empat 1T.acam fase dalam perkembangan dewasa awal yaitu : 1. Fase pencapaian prestasi (achieving stage) fase yang melibatkan penerapan intelektualitas pada situasi yang memiliki konsekuansi besar dalam mencapai tujuan jangka panjang seperti pencapaian karir dan pengetahuan. 2. Fase tanggung jawab (the responbility stage) Fase yang terjadi ketika keluarga terbentuk dan perhatian diberikan pad a keperluan-keperluan pasangan dan keturunan. 3. Fase eksel(utif {the executive stage) Fase yang terjadi pada dewasa tengah dimana seseorang bertanggung jawab kepada system kemasyarakatan dan organisasi sosial. 4. Fase reintegratif {the reintegratif stage) Fase· ini terjadi pada masa akhir dewasa, dimana mereka lebih memfokuskan tenaga mereka pada tuga dan kegiatan yang bermakna bagi mereku (Santrock, 1995). Dari beberapa pendapat di atas terlihat jelas bahwa µada masa dewasa awe.I individu teiah merumJJskan mcisa depan, target jangka panjang dan nenerapkan pengetahuan yang dimilivi
'
dengan bekerja dan pencapaian karir.
45
2.3.4. Perkembangan psikososial dewasa awal
Erikson dalam ceori psikososial, mengemukakan perkembangan ego pada masa dewasa awal dengan dimensi polarisasi antara keintiman dan keterasingan. Masa ketika seseorang mewujudkan orientasi masa depan dengan memperoleh kesempatan untuk berkiprah dalam masyarakat, kesiapan mencapai cita-cita dan pekerjaan, kesiapan rnemilih pasangan ridup dan hidup bersama dalam suatu perkawinan (Singgih, 2003). Menurut Erikson seseorang harus bisa membina hubungan-hubungan secara baik agar dapat me'lampilkan diri secarc; penuh. Karena keterbukaan dan k2mauan untuk rnemberi serta
mene~ima
dalam jalinan cinta kasih akan
menghasilkan kemesraan dan keintiman. Sebaliknya jika mereka tidak mampu menemukan keintiman maka mereka akan merasa terasing.
2.4. Kerangka Berpikir
Masa depan yang baik adalah harapan setiap individu untuk memperoleh kehidupan yang bahagia. Untuk mewujudkan masa depan yang
bai~
tidak
semudah membalikkan tangan, diperlukan cara-cara yang dapat membuat seseorang bisa lebih baik. Berpikir merupakan faktor utama, seseorang untuk
46
menetapkan tujuan rnasa depan. Dengan proses berpikir seseorang dapat rnerencanakan masa depan, menetapkan tujuan dan mengevaluasi rencana tersebut apakah masih layak diberlakukan atau diganti. Mas<.i usia dewasa awal, kebanyakan individu berada da!am kebingungan, kecemasan karena sembari menjctlankan pendidikan di perguruan tinggi, mereka akan dihadapkan dengan masa depan yang lebih tinggi yaitu dunia kerja, usia yang terus bertamb
Untuk itu diper'ukan perubahan pola pikir pada dewasa :iwal ini, mereka harus bisa merubah pikiran mereka dari pikiran negatif menjadi pikirnn positif. Karena pikiran pcsitif mengandung pengertian memusatkan perhatian pada hal-hal positif sehingga terwujud dalam bahasa dan tindakan positif sebagai ekspresi dali pikiran. Sebaliknya pikiran negatif yang selalu terpaku pada hal
47
negatif, akan membuat seseorang terkungkung dalam ketakutan sehingga membuat mereka buntu dalam berpikir.
hal ini akan membuat mereka putus asa jika terus larut dalam kebuntuan, karena tidak bisa dipungkin t1ndakan seseorang tergantung pada pikirannya. Dan setiap orang diberikan kebebasan untuk memilih responnya masingmasing, baik itu itu positif atau negatif tergantung dari persepsi yang timbul dari pikirannya. Karena pikiran adalah raja, pikiran penentu gerak langkah manusia, lingkungan luar hanya akan memberikan
pen!~aruh
tetapi
keputusan ber;ida dalam pikiran seseorang.
r::>engan pikiran seseorang mampu menghasilkan energi untuk dirinya dalam menyelesaikan pekerjaan, mengatasi masalah dan menghad<:>pi tantangan. Berpikir juga sangat penting untuk meyakinkan seseorang terhadap sebu'3h C:ta-cita, harapan, dc:n tujuan karena dengan berpikir seseorang akan dapat menjalankan sesuatu dengan tenang sehingga dapat menyusun planingp:anning, target, tujuan menuju masa depan sukses. Namun berp;kir disini adalah berpikir yang ditujukan pada hal positif contohnya optimis dengan masa depan dengan selalu berusaha membangun skill, bukan sebaliknya berpikir yang tert:Jju pada kelemahan-kelemahan diri atau berpikir negatif.
48
Penulis berangga;:>an bahwa seseorang yang selalu menanamkan pikiran positif dalam diri dan menjauhkan pikiran negatif, terhadap masa depannya niaka ia akan mamiliki masa depan yang cerah sebaliknya jika seseorang yang selalu berpikiran negatif, tak akan memiliki orientasi masa depan yang tidak jelas karena mereka selalu
terkunf]~
dengan pikiran-pikiran negatif,
k2buntuan, ketc.kutan-ketakutan menghadapi mar.a depan, kecemasan dan kebingungan sehingga merasa takut untuk melangkah. Dengan demikian penulis berasumsi ada hubungan berpikir positif terhadap orientasi masa depan pada dewasa awal.
49
Gambar 2.2 Bagan Hubungan Berpikir dengan Orientasi Masa Depan
Teori dari Albrecht (1980), yaitu 1. Harapan 2. Afirmasi diri (kekuatan diri) 3. Pernyataan 4. Penyesuaian diri
[~BERP-IKIR} ~
0
".0
/
~
ORIENTASI MASA DEPAN
/
D Teori dari Nurmi (1989 yaitu: 1. Motivation (motivasi) 2. Planning (perencanaan) 3. Evaluation (evaluasi)
~----------__P""
50
2.5. Pengajuan Hipotesa Berdasarkan deslcripsi teori diatas, penulis merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : Ha : ada hubungan antara berpikir dengan orientasi masa depan Ho : tidak ada hubungan antara berpikir dengan orient<1si masa depan
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian 3.1.1. Pendekatan dan metode penelitian
Pendekatan yang digunakan dalarn penelitian ini adalah pendekatan kuantitacif karena analisis data akhir dilakukan dengan uji statistik (kountur, 2004). Adapu11 metode penelitian yang digunakan adalah korelasional yaitu L'ntuk mengetahui hubungan atau pengaruh lndependen Vmiabei (IV) dengan Cependen Variabel (DV) dengan tujuan penelitian yaitu apakah ada hubungan berpikil' dengan orientasi masa depan pada dewasa awal.
3 .1.2. Definisi variabel clan operasional variable
Variabel adalah objek/sesuatu yang menjadi pusat perhatian pada sebuf:lh penelitian (Arikunto : 1996). Variabel pada penelitian ini terdiri dari variabel bebas (Independent Variabel) dan variabel terikat (Dependent Variabel). Adapun Independent Variabel adalah Berpikir (x) dan Dep&ndent Variabel
51
52
adalah orientasi masa depan (y). Definisi Operasional rnasing-masing variable pada panelitian ini adalah : Berpikir adalah pro$eS perhat1an tertuju pada hal positif dan negatif dengan r:ienggunakan bahasa untuk membentuk dan mengungkapkan pikiran. L~erpikir
dapat dilihat dengan emp8t indikator yaitu : harapan, afirmasi diri,
pernya:aan, penyesuaian diri terhadap kenyataan. Orientasi masa depan adalah gejala yang melibatkan kognitif motivasional yang komplei<s yaitu merupakan antisipasi dan evaluasi tentang diri di masa dapan dalam interaksinya dengan lingkungan, terdiri dari tiga indikator yaitu : motivation (motivasi), planning (perencanaan), evaluation (evaluasi).
3.2. Pengambilan sampel 3. 2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau sejumlah individu yang p::iling sedikit rnernpunyai satu sifat yang sama (Sutrisno Hadi, 1992) Berdasarkan tujuan penelitian maka populasi yang digunakan adalah dewasa awal, berstatus sebagai mahasiswa psikologi UIN Syarif Hidayatullah tahun 2004-2005, dengan jumlah 322 orang mahasiswa. Karena sebagian besar dari semester 2 atau angkatan 2006 tidak memenuhi karakteristik yaitu usia
19-26 tahun. Sementara angkatan 2003 tengal1 sibuk rnenyelesaiican tugas 2khir dan sudah banyak yang tidal< aktif dalam perkuliahan. Sehingga penulis menetapkan semester empat dan lima sebag
3.2.2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti dan dimaksudkan untuk mengeneralisasi atau mengangkat kesimpulan penelifom sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi (Arikunto, 1996), sampel yang digunakan berjumlah 30 orang mahasiswa Psikologi UIN 'tahun 2004-2005 sementara r:ada try out penulis mengambil 64 orang sampel dari semester yang sama tdapi pada Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri Syarif Hioayatullah Jakarta. 1-!al ini karena diasumsikan b:ihwa mahasiswa Fakultas Tarbiyah memiliki karakteristik yang hampir sama dengan respcnden penelitian ini.
Eercasarkan pe11jelasan Sevilla untuk penelitian, ukuran minimum yang ditav.arkan Gay (1976) bahwa untuk penelitian korelasi diambil minimal 30 sJbjAk (Sevilla dkk, 1993). Kemudian menurut penulis clengan jumlah sampel try out lebi!J besar (64 orang), maka akan menghasilkan •1aliditas yang tinggi. Suhingga pada penelitian penulis me11gambil 30 orang sample penelitian,
54
a,;iar dalam ana:isa data, penetapan yar.g lebih kecil dapat mengurangi bias y1mg timbul dibardingkan jumlah yang lebih besar.
3.2.3. Teknik pengambilan sampel
TEoknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling (sample bertujuan, bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas tujuan tertentu (Arikunto, 2002). Adapun karakteristiknya adalah: 1.Dewasa Awai dengan bata.:;an usia 19-26 tahun, berdasarkan pendapat Kenneth Kenniston (dalam Santrock, 1995) 2.Berstatus sebagai mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah semester 4 dan 6 (tahun 2004-2005)
3.3. Pengumpulan Data 3.3.1. Metode dan r.nstrumen pengumpulan data
Pada penelitian irii alat pengumpul data yang digunakan peneliti adalah skala model Likert (Azwar, 1£199). 1. Skala berpikir
55
Skala berpikir disusun berdasarkan teori dari Albrect (1980), yang terdiri dari aspek-aspek berpikir yaitu : a. Harapan, yaitu melakukan sesuatu lebih memusatkan perhatian pads kesuksesan, pemecahan masalah dan menjauhkan diri dari bayangbayang ten
pen~ 1 ebaran
Pilihan jawaban terdiri dari 4 aspek (empat macam) yaitu : 1.
SS, apabila subjek merasa sangat setuju dengan pern}'ataan yang diberikan
2.
S, apcibila subjek setuju dengan pernyataan
3.
TS, apabila subjek tidak setuju dengan pernyataan
4.
STS, apabila subjek merasa tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan
Pemberian skor pada penelitian menggunakan skala model Likert dengan empat kemungkirian : ~·
Pilihan Jawaban
I Favorabel
Sangat setuju (SS) -··
.4 .
Setuju (S)
3
Tidak setuju (TS)
2
Sangat tidak setuju (STS)
1
Unfavorabel I
1 ·---·-
2
··-·-
3
4
2. Skala orientasi masa depan Skala orientasi masa depan, untuk mengukur orientasi masa depan pada dewasa awal dengan menggunakan skala model likert yang dibuat berdasarkan le0ri Cognitif Psychology dan Action Therapy dari Nurmi (1988), 0rientasi masa depan dideskripsikan melalui tiga proses, yciitu :
58
a. Motivation (motivasi), berka1tan dengan apa yang menjadi tujuan yang dicapai, waktu pencapaian dan dorongan/motif mencapai tujuan di rrasa depan. b. Planning (perencanaan), berkaitan dengan bagaimana seseorang me:iyusun perencanaan, menjalankan dan merealisai;ikan dari minamya dalam konteks masa depan. c. Evaluation (evaluasi), individu harus mengevaluasi keyakinan diri, kemungkinan untuk merealisasikan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dan rencana-rencana yang telah dibuat serta emosi. Adapun table distribusi penyebaran item adalah :
Tabel 3 . 2 Blue Print Skala Orientasi Masa Depan No 1
Sebelum penelitian dilaksanakan, penulis melal
1. Uji validitas
Validitas adalah sejauh mana ke;epatan dan kecermatan suatu alat ukt.:r dalam melakukan fungsinya. Suatu alat ukur yang validitasnya tinggi tidak hanya menjalankan fungsi ukurnya dengan tepat, akan h:Jtapi juga kecermatan yang tinggi. Validitas dilakukan dengan meng:<0relasikan antara skor masing-masing item dengan skor total. Adapun rumus yang digunakan
60
acalah rumus Product Momen dari Pearson dan untuk perhitungan monggunakan c::,omputer dengan program SPSS versi 12.0
Z. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil suatu pengukuran c.Japat dipercaya, artinya hasil ukur dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pengukuran diperoleh hasil yang relatif sama. Adapun uji reliabilitas alat
,et· atnu skala dengan rumus Alpha Cronbach dan perhitungan menggunakan progra1TJ SPSS 12.0 :
0
a=!: (1- §..1 k-1
Keterangan :
a
2
+ Sz._] 8, 2
= koefisien reliabilitas Alpha
61
k
= Banyaknya belahan
S2x
= Varians skor belahan
S1 2, S 2 2= Varians skor total
3.4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa statistik dengan rumus korelasi Product Moment dari Pearson untuk mengetahui hubungan antara Variabel X (berpikir) dengan Variabel Y (orientasi masa depan). Adapun rumus yang digunakan adalah rumus Product Moment dari Pearson sebagai berikut :
R
yx
L:XY - (L:X)( L:Y) /n
=
'1[L:x
2
-
2
(L:x) In)[ L:y
2
-
2
(L:y) In]
R xy
= Koefisien korelasi Pearson product moment
N
= jumlah subjek
X
= skor item
Y
= skor total
62
Adapun dalam penghitungan dengan menggunakan program SPSS 12.0. Hasil penelitian akan diinterpretasikan dengan menunjuk table koefisien korelasi nilai r Product Moment pada taraf signifikansi !5 % dan 1 %. Apabila hasil perhitungannya lebih besar dari r table maka korelasi dianggap signifikan atau Ha diterima atau H nol ditolak. Apabila hasil penghitungan lebih kecil dari r table maka korelasi dianggap tidak signifikan atau Ha ditolak atau H nol diterima.
BAB4 PRESENTASI DAN ANAliSJ\ DATA
4 .1. Gambaran Umum Responden
Adapun per:gainbilan responden sebagai sampel penelitian adalah sebanyak 30 orang, mahasiswa fakultas psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memenuhi karakteristik sampel, yaitu mahasiswa yang berusia 19-26 tahun dan berstatus sebagai mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada uji coba alat tes, penulis menggunakan sampel mahasiswa "'akultas llmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) yang berusia 19-26 t2,hun, !<arena memilki karakteristik yang sama dengan mahasiswa Fakultas 0