GEMA REDAKSI
Mulai dengan Paradigma Baru Para pembaca yang berbahagia,
D
ALAM memasuki tahun baru 2016, setelah kita merayakan ulang tahun Yayasan Damandiri yang ke-20, bangsa Indonesia memasuki era baru yaitu Pembangunan Yang Berkelanjutan atau Sustainable Development. Berbeda dengan era Pembangunan Abad Millennium, era baru ini jauh lebih sulit karena targetnya bertambah dari 8 target menjadi 17 target dengan tiga target utama yang jauh lebih berat dibanding target selama limabelas tahun yang terakhir. Selama limabelas tahun terakhir kita diharapkan menurunkan angka kemiskinan menjadi separo dari keadaan pada tahun 2000. Indonesia tidak mampu mencapai target tersebut dan kita hanya berkutat menurun dari sekitar 11, 25 persen menjadi 11, 22 persen, artinya penurunan itu hanya pada angka di belakang komanya saja. Persoalan kemiskinan tidak seperti memberi pelajaran kepada anak-anak kelas satu SD yang bisa dikumpulkan dalam satu kelas, diberi disiplin mengikuti pelajaran dan akhirnya bisa bertambah pandai hampir serentak dan semua bisa dianggap mampu untuk naik ke kelas II bersama-sama. Keluarga miskin terpencar dan tinggal bersama keluarga lain dengan variasi yang sangat besar. Kadang-kadang tidak kelihatan karena malu atau karena merasa percuma karena keadaannya tidak akan berubah. Intervensi yang dilakukan oleh pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat tidak berkelanjutan atau bersifat parsial. Sering tidak menjawab persoalan yang dihadapi oleh keluarganya. Mereka miskin dan akan tetap miskin dan kadang malah putus asa. Kalau pemerintah berganti, bupati atau walikota, atau pada tingkat yang dibawah lainnya, tidak jarang kepeduliannya berubah dan keluarga miskin itu tetap saja miskin. Itulah sebabnya selama limabelas tahun terakhir kelihatannya kemiskinan menurun tetapi sesungguhnya masih saja tetap seperti semula. Target limabelas tahun mendatang jauh lebih sulit karena harus
diturunkan tingkat kemiskinan mejadi nol persen dan kesenjangan makin mengecil. Tekad Presiden Jokowi menggerakkan segala kekuatan pembangunan diarahkan menolong keluarga prasejahtera, keluarga miskin, bahkan Presiden sering secara langsung membagikan kartu pintar, kartu sehat dan sebagainya, sungguh suatu tekad dan contoh yang sangat terpuji. Pertanyaan dan harapan kita adalah bahwa aparat dibawah sudah disiapkan dengan baik agar keluarga miskin tidak dikecewakan lagi. Karena kalau dikecewakan maka kepercayaan kepada pemerintah akan luntur dan akan menimbulkan kekacauan politik yang tidak menguntungkan. Para peserta KB yang akhir-akhir ini menurun juga akan direvitalisasi melalui Kampung KB di seluruh Indonesia. Kita berharap bahwa setiap instansi akan membuka diri menampung partisipasi bukan saja Instansi Pemerintah tetapi juga kekuatan masyarakat yang ingin disamakan haknya untuk ikut berpartisipasi memberi perhatian dan memberikan dukungan kepedulian kepada keluarga prasejahtera. Partisipasi itu diharapkan dapat didukung melalui persahabatan dengan fasilitasi yang saling menguntungkan karena akhirnya targetnya adalah keluarga Indonesia sebagai bagian dari warga negara yang boleh memilih dukungan yang dianggapnya menguntungkan dan mengantarnya menjadi keluarga yang bahagia dan sejahtera. Selamat berjuang dan semoga selalu mendapat limpahan berkah dari Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Prof Dr Haryono Suyono Pemimpin Umum
Pergantian kepala pemerintahan baik bupati maupun walikota atau pada tingkat yang di bawah lainnya, diharapkan kepeduliannya terhadap keluarga miskin tidak berubah, setiap instansi akan membuka diri menampung partisipasi. [FOTO: ADE S]
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
3
DAFTAR ISI
Pemimpin Umum: Prof. Dr. H. Haryono Suyono Wakil Pemimpin Umum: Dr. Subiakto Tjakrawerdaja dr. Loet Affandi, SpOG Penasehat: Sudwikatmono Bambang Trihatmodjo Pemimpin Perusahaan: Drs. TP Suparta, MBA Pemimpin Redaksi: Drs. Dadi Parmadi, MA Wakil Pemimpin Redaksi: Hari Setiyowanto Redaktur Pelaksana: Dede Haeruddin Redaktur Senior/Koordinator Liputan Daerah: H Harun Nurochadi Staf Redaksi: Rahmawati Haris Fadillah Irwan Riduan Fotografer: Tirto Andayanto, POV Kontributor Foto: Drs. Fajar Wiryono Naziruddin (Rudi) Lubis Designer: S Herman Ade Sudrajat H. M. Nizar
LAPORAN UTAMA
Posdaya Kuatkan Pencapaian Target SDGs Posdaya bisa menjadi pilar bagi pencapaian target SDGs kemiskinan nol persen. Kini ada 55.000 Posdaya. Jika setiap tahun ditarget tumbuh 10.000 Posdaya baru, maka pada 15 tahun mendatang jumlahnya menjadi 150 ribu Posdaya. Dengan total 200.000 yang tersebar disekitar 150.000-200.000 desa/kelurahan.
Sekretaris Redaksi: Ari Yusnita, SE Gemari On-Line: Donni A Hanafie Abdurrahman Fadil Binnur, S. Kom Konsultan Ahli: Dr. Moch. Soedarmadi Dr. Mazwar Noerdin Dr. Sugito Suwito, MA Dr. Rohadi Haryanto, MSc Drs. Made Are Subrata Manajer Iklan dan Promosi: Dr. Mulyono D Prawiro Staf Tata Usaha dan Umum: Hendro B Setiadi, SE, Ak Irwan Febriansyah, SE Sandra Amelia, SE Produksi: Sidik Nurhidayat Sirkulasi dan Distribusi: Drs. FX Riswadi, Johari, Sulaeman. Alamat Redaksi: Jl. Pengadegan Barat No. 4 Jakarta Selatan 12770 Telp. (021) 794 3120 Fax. (021) 794 2802 E-Mail:
[email protected], http:// www.gemari.or.id. Penerbit: Yayasan Dana Sejahtera Mandiri Pelaksana Penerbitan: Yayasan Anugerah Kencana Buana Percetakan: PT. Citra Kharisma Bunda Isi di luar tanggung jawab percetakan
4
50
CERITA SAMPUL
53
Hj Utje Ch Hamid Suganda, SSos, MAP Damandiri Award, Spirit Berdayakan Masyarakat Wajah Bupati Kuningan Hj Utje Choeriah Hamid Suganda, SSos terlihat begitu sumringah saat dirinya menerima apresiasi Damandiri Award 2016. “Ini menjadi spirit bagi saya untuk memberdayakan masyarakat, bagaimana mengembangkan peran-peran potensi masyarakat, khususnya mengenai Posdaya,” ungkap wanita kelahiran Bogor, Jawa Barat, 17 April 1952 silam ini penuh rasa syukur. Hj Utje Choeriah Hamid Suganda merupakan Bupati Kabupaten Kuningan periode 2013 2018. Istri mantan Bupati Kabupaten Kuningan, Aang Hamid Suganda, yang dalam Pilkada 2013 yang lalu, menggandeng H Acep Purnama sebagai pasangannya. Adapun jenjang pendidikan yang diraihnya antara lain, lulus S1 STIA Bagasasi Bandung, tahun 2008 dan Magister Administrasi Publik UNPAD Bandung, lulus 2013. Dilantik sebagai Bupati Kuningan oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan Rabu sore, 4 Desember 2013 lalu.
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
LAPORAN DAERAH
64
Beramal Sebanyaknya melalui Posdaya
PENDIDIKAN
60
Ibu sebagai Pejuang Bangsa Acara Gebyar Posdaya, juga Pengukuhan Relawan Posdaya dan Festival PAUD yang dikemas dalam acara Plengkung Gading TVRI, dilaksanakan pada 22 Desember 2015 lalu di Gedung Basiyo, XT Square, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta. Tak lain bila acara ini sekaligus memperintai Hari Ibu.
POSDAYA MASYARAKAT
7
Posdaya Miftahul Hidayah Madura Maksimalkan Masjid untuk Ibadah dan Sejahterakan Jamaah Mengunjungi Posdaya Miftahul Hidayah di Dusun Darma, Desa Bulay, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur, serasa mendapat senyum semangat dan optimisme. Posdaya Berbasis Masjid yang berdiri 3 Oktober 2012 lalu ini patut diacungi jempol. Tampak, kaum mudanya selalu antusias mengembangkan berbagai kegiatan pemberdayaan.
Redaksi menerima artikel via Pos, Faximile atau E-mail:
[email protected] yang sesuai dengan misi Majalah Gemari. Artikel diketik 2 (dua) spasi di atas kertas folio, antara 1,5 - 3 halaman. Redaksi berhak merubah tulisan tanpa merubah isi artikel. Karya yang dimuat diberikan imbalan.
Apa itu Posdaya? “Posdaya itu adalah seperti bapak ibu sekalian ini. Yaitu kumpulan orang-orang yang peduli sesamanya. Dan orang-orang yang peduli ini dibagi menjadi tiga. Bagian yang pertama para lansia. Para lansia ini tidak hanya berdoa di masjid dan di rumah serta mengharap rido Allah SWT,” kata Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono di Kota Padang, Sumbar, pada 18 Desember 2015 lalu.
Gema Redaksi
3
Surat Pembaca
6
Posdaya Perguruan Tinggi
16
Posdaya Pemerintah
31
Posdaya Organisasi Sosial
43
Konvensi Posdaya
47
Kolom Khusus
56
Forum Kita
62
www.gemari.or.id F o t o S a m p u l : Imaji Indonesia
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
5
SURAT PEMBACA Setiap surat yang dikirim harus disertai identitas diri antara lain KTP/SIM atau lainnya.
UNAIR PELOPORI KKN POSDAYA S2 dan S3
P
OS Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) makin menarik saja. Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya selama ini kerap diikuti calon mahasiswa S1 di berbagai perguruan tinggi di tanah air. Namun lain halnya di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Jawa Timur. Beberapa waktu lalu sejumlah calon mahasiswa S1, S2 dan S3 Unair mengikuti pembekalan KKN Posdaya. Yang menarik lagi, KKN Posdaya yang digelar Unair diikuti mahasiswa asal mancanegara dan melibatkan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Tak heran, Unair pun menjadi pelopor di Indonesia dalam merintis kegiatan ini. Ini seperti yang saya simak di Majalah Gemari edisi 179. Tertulis, dari 50 mahasiswa peserta KKN, sebanyak 30 mahasiswa di antaranya berasal dari luar negeri. Mereka berasal dari Senegal, Namibia, Nepal, Madagascar, Papua Nugini, Mexiko, Afghanistan, Mesir, Thailand, Filipina, Kamboja, Malaysia dan sejumlah negara berkembang lainnya. Para mahasiswa asing ini rata-rata sudah 6 tahun di Indonesia. Sedangkan 20 mahasiswa Unair lainnya berasal dari tanah air. Para mahasiswa KKN Posdaya ini akan disebar di lima lokasi KKN. Sebanyak 40
mahasiswa disebar ke 4 SMK di Surabaya, yaitu SMK 10, SMK PGRI 4, SMK 6 dan SMK 45. Sedangkan 10
mahasiswa lainnya ke lokasi mangruf di daerah pesisir pantai Surabaya. Acara ini terselenggara atas kerja sama Lembaga Pengabdian, Pendidikan Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) Unair dan Yayasan Damandiri ini antusias diikuti para peserta KKN. Apalagi pembekalan langsung disampaikan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Sang penggagas Posdaya. Tak pelak, kehadirannya di acara yang berlangsung di Ruang Sidang Pleno, Lt 3 Kampus C Unair, Jl Mulyorejo Surabaya, Jatim ini mendapat sambutan hangat para peserta KKN. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono menyatakan, KKN Tematik
Posdaya Unair yang melibatkan mahasiswa asing merupakan awal dari gerakan Universitas Airlangga go global (mendunia, red) dalam pemberdayaan masyarakat desa. “Gerakan ini adalah awal yang terintegrited (terpadu, red) dalam pemberdayaan masyarakat desa. Bahkan Dekan Fakultas Ekonomi Unair sekarang telah menyediakan program untuk managemen usaha untuk tingkat desa. Jadi, ini intinya masuk ke desa,” ujarnya. Selain itu, lanjut Prof Haryono, Unair juga sedang menyiapkan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang telah disetujui oleh Gubernur Jawa Timur, untuk turut serta diterjunkan ke desa dan sekarang sedang dipersiapkan. “Namun akhirnya KKN itu ke desa. SMK-nya boleh di kota tetapi KKN-nya di desa,” tegasnya. Diakui Prof Haryono, langkah itu sesuai dengan keinginan Gubernur Jawa Timur, SMK harus banyak bekerja sama dengan masyarakat desa. Luar biasa. Yang pasti, di ulang tahun Yayasan Damandiri ke-20 ini saya juga ingin ucapkan selamat dan sukses untuk Yayasan Damandiri, Prof Haryono dan Posdayanya. Selamat pak! SRI PUPRI YANI Desa Tirip RT 04/01 Bolali Wonosari, Klaten Surakarta, Jateng.
Formulir Berlangganan
N a m a : ........................................................................................................ Alamat Lengkap : .............................................................................................................................................................. ............................................................ Kode Pos: ........................... Telp.: ....................................... Sebagai pelanggan tetap mulai nomor: ......... s/d. ........... Sebanyak: .............. eksemplar. Pembayaran dimuka melalui Yayasan Anugerah Kencana Buana Rekening Bank Central Asia (BCA) Irwan Febriansyah No. Rek.: 375 135 6941 Kantor Cabang Pembantu (KCP) Graha Inti Fauzi Pelanggan, (.....................…………….) 6
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
POSDAYA MASYARAKAT
Posdaya Miftahul Hidayah Madura
Maksimalkan Masjid untuk Ibadah dan Sejahterakan Jamaah Mengunjungi Posdaya Miftahul Hidayah di Dusun Darma, Desa Bulay, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur, serasa mendapat senyum semangat dan optimisme. Posdaya Berbasis Masjid yang berdiri 3 Oktober 2012 lalu ini patut diacungi jempol. Tampak, kaum mudanya selalu antusias mengembangkan berbagai kegiatan pemberdayaan.
A
DA layanan cuci sepeda motor yang hampir selalu ramai sepanjang hari. Ada pengisian pulsa, pembayaran rekening listrik, pemasaran batu akik, pusat hiburan play station, ternak hewan qurban, hingga kreasi hiasan bonsai. Sekilas beberapa usaha yang terpusat di Desa Bulay Kecamatan Galis itu memang terlihat kecil. Tapi coba tanya manfaatnya pada beberapa orang yang terlibat di dalamnya. Gufron dan Isnan misalnya, bisa mendapat pemasukan antara Rp. 25-50 ribu per hari dari usaha cuci sepeda motor dan jualan pulsa. Angka ini bagi mereka lebih mencukupi dibanding UMR dari pabrik di wilayah Jawa Tengah atau Jakarta. Ketua Posdaya Miftahul Hidayah, Hadiatullah, 30 tahun, sudah menyiapkan banyak rencana program untuk tahun 2016 ini. Pengembangan usaha cuci mobil salah satunya. “Kami juga berencana membangun penyulingan air untuk konsumsi warga. Selama ini untuk acara kumpul-kumpul atau jika ada keluarga yang meninggal, warga masih beli air kemasan gelas dari luar. Siapa tahu bisa produksi sendiri seperti di Kulon Progo sehingga harga lebih murah,” ungkap Hadiatullah. Di bidang pendidikan, lanjut pria yang
akrab disapa Didik ini, ia berencana mengadakan les komputer. Pasalnya, di zaman yang kian modern ini hampir semua aspek kehidupan bergantung pada teknologi.Contoh sederhana adalah pembayaran tagihan listrik. “Dulu, warga yang mau bayar listrik harus ke kota untuk mengetahui jumlah tagihan sekaligus membayarnya. Butuh biaya, waktu, dan tenaga karena jaraknya sekitar 14 kilo meter dari sini.Makanya di awal pembentukan Posdaya bersama STAIN kami patungan Rp. 10 juta guna membeli perangkat komputer dan internet untuk membuka layanan pembayaran listrik ini,” kisah Didik. Ayah satu anak ini lantas memberdayakan pengurus Posdaya untuk mendata rekening listrik warga dan membantu pembayaran mereka. Sebagai imbalan jasa, awalnya mereka menarik biaya Rp.800 setiap rekening.Dengan peserta kurang lebih 600 keluarga, modal mereka telah kembali hanya dalam beberapa bulan saja. Pemasukan selanjutnya mereka putar untuk berbagai kegiatan lain. Di antaranya membeli mesin air pencuci sepeda motor. Dari usaha ini mereka juga memperoleh bagian sekitar 30% pendapatan per hari. Tambahan dana ini
Isnan Hidayatullah tengah mencuci sepeda motor pelanggan di tempat cuci motor pelanggannya. Posdaya Miftahul Hidayah selalin memiliki tempat cuci motor juga menjual pulsa. [FOTO-FOTO: DOK]
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
7
Spanduk selamat datang menyapa ramah setiap tamu yang datang ke Sekretariat Posdaya Miftahul Hidayah di Dusun Darma Desa Bulay, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan, Madura, Jatim.
kemudian dimanfaatkan lagi untuk membeli kambing qurban guna diternakkan. Pemeliharaannya diserahkan pada keluarga yang berada di zona merah alias pra sejahtera yang sudah terdata.Sistemnya bagi hasil. Dengan khas Posdaya yang semakin bertambah banyak bidang lain bisa digarap. Didik dan pengurus lain lantas sepakat meminjamkan dana Rp.500 ribu pada salah satu warga yang juga berada di zona merah untuk beternak lele. Menyenangkan, dalam hitungan 4-6 bulan saja, keluarga ini bisa panen dan mendapat keuntungan. Tak puas dengan pencapaian demikian, pengurus dan anggota Posdaya yang selalu berkumpul di teras masjid usai pengajian Kamis malam, sepakat mengembangkan unitunit usaha lain. Di antaranya warung play station yang dijaga oleh beberapa pemuda
PENGURUS POSDAYA MIFTAHUL HIDAYAH Penasehat
: 1. KH Madrika (Ketua Takmir Masjid) 2. KH Thahir Sobri (tokoh Agama) Penanggungjawab : Hj Mas’odah (Kepala Desa Bulay) Ketua : Hadiatullah S. Kom Wakil Ketua : Ikhwanul Aulal Mukhlish, SPd Bendahara : Mahal Musaddad, SPd Wakil Bendahara : Nurul Fajariyah, SPd Koordinator-Koordinator Bidang Keagamaan : Moh Ayyub Alifi Zuhdi, Istinah, SPdI Bidang Kesehatan : Triana Purwanti, AMD, Kep Alfan Alfian Hidayat Bidang Pendidikan : Syarifuddin Zuhri S Pd, Indah Wahyuni, SPdI Bidang Kewirausahaan : Isnan Hidayatullah dan Zainol Hasan Bidang Lingkungan : Syaifullah, ST dan Sawari Bidang Keamanan : Dedi dan Achmad Buhari S.Pd
8
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
pengangguran, pembuatan batu akik oleh bapak-bapak, dan juga peminjaman modal untuk kelompok-kelompok tani. “Ada kelompok Si Gadis di Dusun Darma, Sedap Malam di Dusun Bulay, Melati Putih di dusun Bates, dengan anggota masingmasing kurang lebih 20 orang.Kami beri pinjaman Rp.500 ribu per 6 bulan dengan uang ujroh Rp. 5 ribu per100 ribu.Alhamdulilah lancar,” syukur Didik. Kini mereka menjalin kerja sama dengan sekolah menengah kejuruan (SMK) yang siswanya juga anakanak di sekitar desa Bulay. Para siswa SMK turut melakukan pelayanan pembelian token listrik. Mereka kemudian mempelajari cara kerja aplikasi yang kami pakai di loket online dan mencari kelemahannya. Lalu selanjutnya membuat penambahan fitur dalam aplikasi tersebut, melakukan trouble shooting pada software dan hardware serta jaringan internetnya. Didik mengaku bangga dan bersyukur. Semua kegiatan Posdaya yang berpusat di masjid Miftahul Hidayah ini banyak hasil positif yang terlihat.Yang mencolok, beberapa pemuda pengangguran yang tadinya meresahkan karena kerap mabuk, punya kehidupan lebih tertata. “Orang tua mereka tidak lagi cemas kalau anaknya keluar rumah dan kumpul dengan anak-anak muda lainnya.Karena semua berkegiatan positif.Bahagia rasanya melihat semua itu.Memang belum sepenuhnya sukses, tapi kami optimis untuk terus maju,” tekad alumni Universitas Madura ini. Semangat Didik kian berkobar ketika Posdayanya mendapat peringkat satu dari sekian banyak Posdaya binaan STAIN Pamekasan. Belum lama ini mereka juga mendapat peringkat 10 dalam perlombaan tingkat wilayah Jawa Timur.Kini mereka berharap dapat mencuri perhatian pada lomba Posdaya tingkat nasional. Kalah menang sebenarnya tak masalah bagi Didik. Yang penting masjid di depan rumahmya bisa memberi nilai lebih untuk masyarakat sekitar. “Coba nggak ada KKN Posdaya dari STAIN, masjid ini tentu masih hanya jadi tempat shalat dan mengaji saja,” pungkas pengajar SMK ini tersenyum. Tak hanya masyarakat sekitar yang bahagia
mendengar cerita pencapaian Posdaya Miftahul Hidayah.Para pembina dari STAIN Pamekasan tentu saja bangga dan bersyukur. “Alhamdulillah lelah kami terbayar,” ungkap Heni Listiana, salah satu dosen anggota Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M). Dikepalai oleh Ainur, Heni bersama dosen anggota P3M lainnya seperti Azizah, Nashar, dan Mulyadi memang sudah bekerja keras.Mereka harus pintarpintar membagi waktu dan tenaga di antara kesibukan mengajar dan melakukan penelitian untuk mendampingi Posdaya-posdaya binaan di berbagai masjid di 3 kabupaten yakni Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Berbincang di ruang Ketua STAIN, Taufiqurrahman, mereka bercerita, KKN atau KPM (Kuliah Pengabdian Pada Masyarakat) Tematik Posdaya mulai mereka kembangkan pada 2012.Bermula dari ajakan aktivis Posdaya dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Mufidah. “Apa yang disampaikan Bu Mufidah
Ketua Posdaya Miftahul Hidayah Hadiatullah, tengah melakukan berbagai inovasi guna menyiapkan berbagai rencana program di tahun 2016 untuk lebih memberdayakan masyarakat Desa Bulay.
menggugah semangat kami yang memang sudah lama bercita-cita memberikan sesuatu yang lebih berarti untuk masyarakat sekitar,” ungkap Ainur. Ia pun sepakat bahwa masjid yang merupakan wadah spiritual, sudah seharusnya dikembangkan menjadi pusat ekonomi, pendidikan, dan sosial.Karena toh agama tak dapat dilepaskan dari semua itu. HARI
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
9
POSDAYA MASYARAKAT
Posdaya Migunani Sleman, DIY
Bangunkan Potensi Masyarakat yang Terpendam Di Kaki Gunung Merapi yang subur, masyarakat cenderung mengandalkan karunia Allah taala. Kerja keras belum menjadi budaya di masyarakat, terlanjur hidup dalam suasana harmonis. Pasrah dalam budaya alon-alon waton kelakon. Alam yang menyediakan kesuburan, justru melenakan masyarakat. Padahal makna yang terkandung dapat diartikan sebaliknya meski pelan namun mencapai hasil maksimal. Kerja keras justru harus melekat dalam budaya masyarakat. Syukur atas karunia alam yang subur, hendaknya menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.
Ketua Posdaya Migunani Agus Setyanta, SSos saat menyaksikan usaha batik yang dikembangkan para anggotanya sebagai tambahan penghasilan ekonomi keluarga. [FOTO-FOTO: DOK]
10
“T
AK melu tandur wae pak, esuk-esuk langsung entuk duit, (ikut menanam padi aja pak, pagi-pagi langsung menerima uang, red),” kata Ketua Posdaya Migunani Agus Setyanta, SSos ketika bersama anggota kelompok kegiatan seni budaya Sunaryo menirukan warganya saat pertama mengajak mereka bergabung dalam Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Posdaya Migunani berada di Dusun Plalangan, Kelurahan Pendowoharjo, Beran, kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Agus Setyanta menceritakan sulitnya mengajak masyarakat untuk bergabung dalam Posdaya yang berdiri 3 Pebruari 2013 lalu ini. Agus tidak menyerah menghadapi kesulitan itu, namun terus berusaha dan berusaha.
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
Hasilnya tidak sia-sia, setelah melakukan kerja keras tanpa kenal menyerah. Agus mulai memanen hasil kerjanya, beberapa remaja yang dibina menghasilkan barang yang laku dijual. Masyarakat mulai membuka mata, merasakan manfaat dan satu demi satu datang untuk bergabung dalam Posdaya. Setelah melihat hasilnya, masyarakat merasa perlu bergabung dalam Posdaya. Mula-mula seorang ibu yang dapat membuat getuk, datang menawarkan diri untuk tergabung dalam Posdaya. Untuk menguji kesungguhannya, pembuat getuk ditantang untuk membuat getuk sebagai contoh. Setelah teruji, hasilnya baik dan layak dijual maka diajak untuk berjualan ketika ada pameran produk yang didatangi masyarakat. Hasilnya memuaskan, penjual getuk setiap ada pameran produk Posdaya selalu menampilkan hasil karyanya. Hal yang sama dilakukan pemuda yang memiliki kemampuan terpendam dalam bidang batik. Mereka datang kepada pengurus Posdaya untuk bergabung dalam wadah kegiatan bersama. Satu kelompok anak muda yang terdiri lima orang ditantang untuk berinovasi dalam bidang batik-membatik, meski awalnya mereka tidak percaya diri namun hasilnya kaos dengan desain batik dengan tampilan yang lebih baik. Mereka kini tampil percaya diri. Setelah melihat hasil kerjanya pemuda itu makin percaya diri dalam berkarya. Kelompok usaha
batik yang sudah ada terus berkembang dan anak-anak muda yang berinovasi juga terus berkarya. Saat ini pesanan datang dari sejumlah pihak, seragam sekolah, seragam Posdaya, seragam perangkat desa terus berdatangan memesan batik karya mereka. Agus Setyanta menceritakan membantu masyarakat miskin, sebaiknya tidak langsung diberikan dalam bentuk barang apalagi uang. Selain tidak mendidik untuk mengubah nasib dan masa depannya, pemberian langsung justru mendatangkan perselisihan. Masyarakat terkotak-kotak dalam kelompok miskin sehingga tidak akan pernah beranjak dari kemiskinannya. “Setiap hari makan beras miskin, setiap mengunyah yang menjadi pikiran miskin dan miskin sehingga seolah merupakan doa, “ paparnya. Beras miskin tidak ada lagi, masyarakat sepakat untuk mengganti menjadi beras sejahtera. Masyarakat miskin diharapkan dengan doa dan kerja keras, menjadi tidak miskin lagi. Masyarakat sejahtera menjadi cita-cita bersama. Masyarakat selalu memikirkan bagaimana hidup sejahtera, masyarakat tidak terkotakkotak dalam kelompok miskin dan tidak miskin. Semuanya tergabung dalam wadah bersama yang bernama Posdaya. Mereka melakukan kegiatan bersama, melihat satu sama lain, belajar dan menjalani kehidupan dalam proses pembelajaran. Masyarakat yang awalnya miskin, dipaksa untuk menyaksikan kerja keras sehingga akan tumbuh etos kerja yang lebih baik. Masyarakat tidak mengandalkan pemberian, melainkan akan sangat terhormat dengan kerja keras dan membuahkan hasil dari karyanya sendiri.Perlahan melalui proses yang panjang masyarakat akan terbiasa dengan pola hidup dan semangat kerja sehingga memungkinkan mereka mampu mencapai cita-cita bersama yakni hidup sejahtera lahir dan batin. KKN Universitas Janabadra, bertempat di dusun masalahnya KKN kok pakai Tematik Posdaya. Apa maknanya, bagaimana kalau semua program sudah ada, indikatornya lakukan persiapan kapan-kapan diundang untuk pemetaan. Akhirnya diadakan sosialisasi, pemetaan sekaligus membedah apa
Agus Setyanta, SSos (kiri) sedang mengecek hasil pendataan dan pemetaan sehingga ada peta penduduk miskin di wilyahnya.
itu Posdaya. Selama ini kegiatan yang ada di masyarakat sudah berlangsung. Apa yang harus dilaksanakan lagi dengan kegiatan Posdaya. Sejak saat itulah dibentuk Posdaya. Posyandu belum punya diundang pendataan dan pemetaan sehingga ada peta penduduk miskin. Terdapat pemilahan penduduk kaya dan penduduk miskin, namun dalam kegiatan Posdaya semuanya disatukan. Saat membedah Posdaya, dipilih mana kegiatan yang cocok sampai ketemu kegiatan pemberdayaan berbasis kelompok. Ada kegiatan budaya, gamelan ada sehingga tinggal dilakukan link. Gamelan ada tinggal bagaimana mengemas kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan. Ada panembromo, ketoprak, ada juga campursari yang banyak digemari kalangan anak muda. Saat gladen, latihan yang berlangsung setiap kesempatan mulai dimasukkan nilai-nilai Posdaya sehingga tidak terasa masyarakat mulai memahami apa dan bagaimana Posdaya.
Ketua Posdaya Migunani Agus Setyanta, SSos ketika bersama anggota kelompok kegiatan seni budaya
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
11
Sedangkan masyarakat yang awalnya kurang percaya diri diajak agar mau mengaktualisasikan dirinya. Pembinaan dilakukan terhadap setiap individu apa yang dibutuhkan. Pengelolaan dilakukan sesuai dengan kegiatan yang ada, paguyuban yang sifatnya pemberdayaan disinergikan buat tempe, getuk, daur ulang dan kegiatan warga pinter tapi malu untuk menampilkan karya. Sejak awal orang-orang kaya digabung keluarga miskin, tanpa wadah bersama masyarakat akan tetap terpisah. Posdaya sebagai wadah bersama memungkinkan seluruh anggota masyarakat bergabung menjadi satu. Tidak ada kelompok orang kaya yang menyendiri, juga tidak ada masyarakat miskin yang tersingkirkan. Awalnya dibuat kelompok tiga plus mere-
Pengurus Posdaya Miguni • Penasehat • • •
• •
• • • •
12
: KH Madrika ( Ketua Takmir Masjid) K Thahir Sobri (tokoh Agama) Ketua : Agus Setyanta, SSos Wakil Ketua : Jamaludin Sekretaris : 1. Prayitno, 2. Riatmi Ekawati, 3. Hana Kurniaji, 4. Rumanti Budiyanti, 5. Ardhy Yudha. Bendahara : 1. Eko Susetyo, 2. Roswati, 3. Hermanto Kelompok Keagamaan, Seni dan Budaya: Dawam Muchtarom, H Mustaqim, SHI, Suwaryo, Jarwo Pramono, Suraji Kelompok Kegiatan Kesehatan dan Posyandu: Sunartini, Sri Sudarti, Tri Wening H, Hj Suryatinah. Kelompok Kegiatan Lingkungan dan Pemanfaatan Pekarangan: Danang Pralianta, SE, Sudarisman, Aris Sutanto, Sukarti, Kelompok Kegiatan Ekonomi Produktif: Kasiyati, Wardani, Sri Arumi, Tatik Susilowati, Marginah Kelompok Kegiatan Budidaya Ikan Mina Lestari Sitombaleni: Supriyadi, Heri Susanto, Wisnu Prasetyo, Budiyono, Lilik Hantoro
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
ka yang ikhlas dalam melakukan berbagai kegiatan, ditambahkan beberapa penduduk miskin agar terjadi kebersamaan. Masing-masing saling mengenal dan membutuhkan. Dalam kelompok bukan mereka yang datang melainkan mereka diajak sehingga mereka akan datang. Sekarang prasejahtera punya kegiatan, sejahtera satu punya kegiatan. Prinsipnya produksi berjalan lebih dulu, setelah produksi berjalan nanti kalau tidak laku dibantu pemasaran. Posdaya dengan produknya tampil setiap kali ada kegiatan sehingga terjadi proses pembelian sampai akhirnya barang dikenal masyarakat. Awalnya dibeli warga sendiri, mereka merasakan ada manfaatnya. Kegiatan berikutnya diajak setiap kali ada lomba. Produksi Posdaya akhirnya mendapat kepercayaan dari masyarakat, produsennya tampil percaya diri karena hasil karyanya mendapat tempat di masyarakat. Agus Setyanta berpendapat masyarakat memerlukan contoh nyata. Setelah melihat hasil yang dikerjakan Posdaya, masyarakat mengetahui, memahami dan berpendapat apa yang dilakukan pihak lain juga dapat dilakukan sendiri. Asalkan masyarakat siap untuk bekerja keras, akan ada jalan untuk mewujudkan citacita meskipun awalnya seperti mustahil. Selama masyarakat memiliki semangat untuk membangun diri dan lingkungannya, akan ditemukan cara untuk mewujudkan harapannya. Masyarakat akan mencapai kehidupan yang sejahtera seperti diharapkan. Kegiatan yang ada di masyarakat dapat disinergikan, meski datang dari berbagai instansi selama untuk memberdayakan masyarakat akan dapat dilakukan. Hal yang sama pembinaan dari perguruan tinggi, semua dapat dilakukan sesuai kebutuhannya. Pembinaan terhadap usaha batik dilakukan berbagai perguruan tinggi, namun khusus Posdaya dilakukan Universitas Janabadra. HARI
POSDAYA MASYARAKAT
Posdaya Nasio, Kota Bekasi
Siap jadi Pusat Pelatihan Posdaya Perkotaan Bila ingin melihat kekompakan para pensiunan bekerja membangun daerahnya, datanglah ke Posdaya Nasio. Mereka terlihat begitu semangat, menyambut kedatangan tamu dari mana pun. Dan semua tamu pasti akan berdecak kagum melihat hasil kerja mereka yang boleh dibilang cukup indah. Bahkan digadang-gadang, Posdaya Nasio ini akan menjadi Pusat Pelatihan Posdaya Perkotaan. Pada Puncak HUT Damandiri ke -20 di Kampus Universitas Negeri Semarang, Posdaya kebanggaan Kota Bekasi ini berhasil meraih predikat Juara Tiga terbaik.
Ketua Posdaya Nasio Endang Susilawaty (tengah) bersama pengurus Posdaya lainnya kompak mengembangkan Posdaya. [FOTO-FOTO: RAHMA]
P
OSDAYA Nasio, sepintas orang mengkaitkan dengan kata nasional. Padahal, kata nasio berasal dari bahasa batak yang artinya rumah yang tak lapuk. Kata nasio itu sendiri diambil dari nama Perumahan Bumi Nasio Indah yang terletak di RW 15 Kelurahan Jatimekar, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat. Uniknya, Posdaya Nasio ini benar-benar dikelola oleh para pensiunan yang ingin membaktikan hari tuanya untuk kegiatan social. Penggagas inisiasi kegiatan ini sebenarnya adalah Asep Hendarwan, selaku Ketua RW 15 yang saat itu resmi terpilih. Seringnya wilayah komplek itu direpotkan oleh banjir, para warga dikumpulkan untuk mencoba membuat sesuatu yang lain, jangan hanya memikirkan soal banjir. Karena bagaimana pun, banjir itu bisa diprediksi datangnya dan sudah diketahui solusinya yaitu tanggul, pompa air dan pintu air. Dari hasil kumpul-kumpul warga ini mereka termotivasi untuk membentuk Posdaya.
Tepat 15 September 2012, Posdaya Nasio didirikan masyarakat perumahan yang mulai menyadari bahwa kegiatan yang berjalan saat itu, masih standar (biasa-biasa saja). Mengingat sebagian besar di antara mereka sudah pension dan melihat Posdaya sudah mulai berkembang di mana-mana, mereka pun mulai mengikuti pelatihan yang diadakan di Haryono Suyono Center (HSC). “Jadi posisi kita sudah berdiri dulu baru mengikuti pelatihan. Karena kita juga belum tahu kedalamannya Seperti apa,” tukas Ketua Posdaya Nasio Endang Susilawaty, pensiunan Kepala Bidang Kementerian Pemberdayaan Perempuan. Tak disangka, sejak diresmikan 22 Desember 2012 ternyata Posdaya Nasio kebanjiran tamu. Banyaknya tamu yang berdatangan, sementara ruangan gedung masih terbatas, hanya memanfaatkan fasilitas balai RW 15 yang ada saat itu, maka ruang PAUD pun dipindahkan ke sebelah masjid. Sore dilaksanakan Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
13
Dapur kreasi seni Posdaya Nasio di rumah Asri.
14
TK/TPA dan paginya dilaksanakan kegiatan PAUD. Sedang Posyandu biasanya dilaksanakan sebulan sekali setiap Kamis minggu pertama. Selebihnya untuk rapat Posdaya dan RW. Kunjungan tamu yang datang tidak hanya dari HSC, ada pula dari Pemda Gorontalo yang mendengar kemajuan Posdaya Nasio sampai ke seberang. Salah satu yang menarik dari Posdaya Nasio ini adalah pemilahan sampah yang tidak dilakukan oleh Posdaya lainnya. Menariknya, bank sampah yang ada di Posdaya Nasio ini memilah sampah organic dan non organic untuk diolah menjadi pupuk organic cair dan pupuk organic padat. Kegiatan ini lah yang sering dipakai studi banding dan pelatihan untuk bank sampah dan pengolahan pupuk. Melihat lingkungan bersih, tertata dan warga yang kompak selalu menjadi penilaian tersendiri bagi para tamu yang datang. Kekompakan warga komplek ini pun bukan ditampilkan saat kedatangan tamu, dalam keseharian mereka cukup kompak. Misal dari Posdaya RW menganjurkan menanam pohon bergizi, buah dalam pot atau tanaman obat keluarga sebanyak lima pohon, semua warga akan menanam. “Bahkan saat disosialisasikan pemilahan sampah organic dan non organic semua warga menyediakan sendiri tempat sampah. Ini sudah dilakukan setengah tahun lalu, saat launching Juni sebelumnya sudah difasilitasi bak sampah melalui Koperasi Warga Nasio sejahtera (Kowarnas).” Koperasi yang sudah berbadan hukum ini melayani pengadaan bak sampah yang bisa dicicil oleh warga untuk pembayarannya, mengingat besi penyangga untuk bak sampah terbilang agak mahal, sehingga bisa meringankan warga. SK koperasi Desember 2015 dan
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
sudah berdiri sejak ebruari 2015. “Yang penting harus dilakukan pemisahan sampah dari rumah ke rumah sudah dipilah secara organik dan non organik. Yang organik kita permentasi ke tempat pembuangan sampah, dan yang non organik tidak bisa didaur ulang ke TPA, yang bisa didaur ulang kita jual. Misal, bungkus kopi bisa dibikin kerajinan, gelas aqua, duplek dibikin kerajinan untuk hiasan pajangan dinding. Selain streofoam, bekas pampers tidak bisa didaur ulang,” jelas Nani Kukuh, Ketua Bidang Lingkungan Posdaya Nasio. Jadi intinya, upaya yang dilakukan Posdaya Nasio adalah meminimalisir sedikit mungkin sampah yang dibuang ke TPA. Bekerja sama dengan pelapak, tiap 3 minggu sekali sampah tersebut dijual ke lapak yang datang untuk dilakukan penimbangan. Untuk harga sekilonya, gelas aqua bisa dijual Rp 6.000, Koran Rp 2.000, kardus Rp 2.000, duplek kue Rp 1.500 dan hasilnya sebagian ditabung. Tidak ada satupun barang yang tidak dijual, bahkan pelastik keresek yang sekilonya seharga Rp 200 ikut terjual. Pentingnya menanamkan kesadaran warga untuk memilah sampah, mereka tak segan-segan membagikan stiker seperti “ pilahlah aku sampah dapur karena aku akan menjadi pupuk tanamanumu.” Tidak hanya itu saja, gerobak sampah yang datang mengangkut sampah ke rumah-rumah pun sudah dipisah organik dan non organik. Meski baru berjalan tujuh bulan, bank sampah ini sudah memiliki 55 nasabah. Pasalnya, tidak setiap keluarga menjadi nasabah bank sampah. Pengembangan kegiatan Pada awal Posdaya berdiri hanya memiliki enam lingkaran kecil yaitu Posyandu, Posbindu, PAUD, BKB, tapi sekarang telah memiliki 20 lingkaran kecil Seperti kape-kape (kelompok peduli kain perca), kopi bali (kelompok peduli bahan limbah), satuan tanggap darurat, tim pembangunan sarana dan prasarana, kebun bergizi, toga, taman bacaan dan karang taruna. Dan mulai pertengahan Januari 2016 akan bertambah dua lingkaran kecil yaitu usaha budidaya lele. Usaha budidaya lele ini ditunjuk dari Kapermas Bekasi untuk mengembangkan budaya lele dengan bantuan dana sebesar Rp 65 juta dengan teknologi bioblok. Kerja sama dilakukan dengan pihak ketiga yang akan mengusahakan bibit, pakan dan bangunannya. Pada panen yaitu tiga bulan setelah masa pembesaran bibit lele diserahkan Posdaya Nasio untuk mengelolanya, dipasarkan ke pengusaha lele
atau dipasarkan lewat pihak ketiga tersebut. Salah satu kegiatan menarik lainnya yang dilakukan Posdaya Nasio adalah mengadakan Gebyar Posdaya setiap bulan yang dipadukan dengan kegiatan kesehatan, ekonomi dan lingkungan. Dalam acara gebyar Posdaya tersebut dilakukan senam bersama, bazaar, pemeriksaan kesehatan dan membayar iuran koperasi. Senam bersama yang diikuti 70 – 100 lansia biasanya dilakukan di sepanjang jalan depan halaman masjid yang sudah dihiasi aneka bazaar hasil produk Posdaya. Ada pula kegiatan parenting skill, pelayanan ibu hamil, seminar kesehatan gigi dan seminar penyuluhan kanker servik kerjasama dengan Kartika Husada. Sehingga CSR tidak berupa uang tetapi berupa mendanai kegiatan. Salah satu bentuk lelang kepedulian dari hasil pemanfaatan data keluarga adalah membantu empat keluarga sejahtera I (KS I) sehingga memiliki mata penghasilan tetap. Di antaranya adalah menyediakan perlengkapan tukang cukur, memberi modal jualan gerobak es teh, membelikan becak dan modal berdagang kue. Intinya, kalau mata pencarian mereka bagus, mereka bisa punya rumah sendiri. Menurut Sekretaris Posdaya Nasio Bambang Hari Wibowo, sudah banyak yang mengundang Posdaya Nasio untuk memfasilitasi mendirikan Posdaya, sehingga seringkali me-
reka diundang menjadi nara sumber. Di antaranya, pensiun juang kencana di Pondok Gede, perumahan Surya Mandala dan perumahan Jatisari di RW 13. Peraih Juara I Toga se-Jawa Barat pada 2014 dan 2015, juara I Kota Sehat dari Kemenkes tahun 2015 tingkat nasional dan sederet penghargaan lainnya ini, sungguh pantas bila Posdaya Nasio menjadi Pusat Pelatihan Posdaya Perkotaan karena seringkali menjadi acuan tempat praktek memfasilitasi Posdaya. RW
Sekretariat Posdaya Nasio menjadi pusat pemberdayaan warga di sekitarnya.
2.000 Mahasiswa Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Gelar KKN Tematik Posdaya K
ETUA Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat memberikan Orasi Ilmiah di hadapan sekitar 2.000 mahasiswa Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, Jawa Timur, yang akan melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya mulai 2 Pebruari 2016 di beberapa desa di Kecamatan Tarik dan Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, mendapat antusias menarik dari seluruh peserta KKN dan dosen pembimbing lapangan. Program KKN Tematik Posdaya ini merupakan kali pertama kerja sama Universitas PGRI Adi Buana Surabaya dengan Yayasan Damandiri yang ditandai dengan penandatanganan naskah kerja sama oleh Rektor Universitas PGRI Adi Buana Joko Adi Waluyo bersama Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono di Gelanggang Olahraga (Gelora) Hasta Brata Kampus Menanggal, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya , Selasa, 2 Februari 2016. RW
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
15
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Dari MoU IAIN Raden Intan Lampung dan Yayasan Damandiri
Posdaya Beri Energi Baru Mandirikan Masyarakat Perguruan tinggi di tanah air terus menaruh perhatian besar terhadap perkembangan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Keberadaannya yang telah banyak membantu pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat menjadi daya tarik berbagai universitas di Indonesia untuk turut terlibat. Itulah sebabnya, pada Selasa pagi 15 Desember 2015 lalu Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung, Provinsi Lampung, menggelar acara Sosialisasi Posdaya dan Training of Trainers Dosen Pembimbing Lapangan Kuliah Kerja Nyata (KKN) IAIN Raden Intan Lampung.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono bersama Rektor IAIN Raden Intan Lampung Prof Dr Moh Mukri, MAg (kedua dari kiri) dan Wakil Rektornya Prof Dr H Syaiful Anwar, MPd (kanan), serta Kepala Dinas Sosial Provinsi Lampung Satria Alam (kiri). [FOTO-FOTO: ADE S]
16
A
CARA yang terlaksanakan atas kerja sama IAIN Raden Intan Lampung dan Yayasan Damadiri ini menarik perhatian berbagai kalangan. Seluruh pimpinan IAIN Raden Intan Lampung antusias mengikuti kegiatan ini. Begitu juga sejumlah pejabat dari Provinsi Lampung, pimpinan Polda Lampung, para mahasiswa dan para tokoh masyarakat melakukan hal serupa. Tidak kurang dari 120 peserta semangat menyimak acara ini. Apalagi dengan menghadirkan langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono sebagai narasumber. Tak pelak, acara yang berlangsung di Lantai III Aula Rektorat, Kampus IAIN Raden Intan Lampung, Jl Letkol H Endro Suratmin Sukarame, Bandar Lampung, ini semakin menarik dan berkesan. Acara itu pun menjadi momen penting dengan ditandatanganinya naskah kesepahaman
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
atau MoU antara IAIN Raden Intan Lampung dan Yayasan Damandiri dalam rangka Pemberdayaan Masyarakat melalui KKN Tematik Posdaya Berbasis Masjid. Melalui kerja sama itu seluruh civitas akademika IAIN Raden Intan Lampung bertekad dan optimis, Posdaya akan memberi energi baru dalam upaya menyejahterakan dan memandirikan masyarakat Lampung. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono menjelaskan tentang pentingnya peran Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang digelar berbagai perguruan tinggi untuk membantu pemerintah menyukseskan kesepakatan dunia dalam kelanjutan pembangunan global atau Sustainable Development Goals (SDGs) dalam kurun waktu 15 tahun mendatang sebagai kelanjutan dari Millennium Development Goals (MDGs). Untuk itu, dirinya mengajak, Rektor IAIN Raden Intan Lampung bersama rektor- rektor lain di Provinsi Lampung beserta Gubernur Lampung pada tahun 2016 mendatang untuk memperluas jaringan dalam upaya menyukseskan pembangunan global tersebut. “Alhamdulillah, upaya ini telah sukses dilaksanakan Rektor Universitas Muhammadiyah Metro Lampung. Sehingga dengan bergabungnya IAIN Raden Intan Lampung, tentu akan memperkuat dalam upaya menyukseskan pemba-
ngunan global itu di seluruh Provinsi Lampung,” tutur Prof Dr Haryono Suyono saat menyampaikan paparan di hadapan ratusan peserta sosialisasi Posdaya. Dijelaskan Prof Haryono mengenai keterlibatan Indonesia masuk ke dalam SDGs dalam 15 tahun mendatang, karena hampir setengah dari provinsi di Indonesia sudah masuk ke dalam katagori bonus demografi atau luapan penduduk muda yang produktif. “Walau Lampung ini belum termasuk di dalamnya, tetapi dalam waktu singkat Lampung akan kebanjiran luapan bonus demografi dari provinsiprovinsi lain. Jadi Lampung harus siap-siap menampung ledakan penduduk produktif yang jumlahnya 200 juta,” ucap pria kelahiran Pacitan, Jatim, 6 Mei 1938 ini. Dalam program SDG’s yang ditetapkan PBB itu, jelas Prof Haryono, target pengentasan kemiskinan, kelaparan dan mempersempit kesenjangan adalah harus nol. “Tentu itu cukup berat, namun begitu harus dilakukan untuk diselesaikan dalam waktu 15 tahun,” katanya. Secara ringkas dalam paparannya, Prof Haryono mengungkapkan, dari 17 tujuan SDGs 2015 yang menjadi bahan laporan PBB dan diresmikan pada tanggal 25 September lalu, umumnya dibagi secara kasar menjadi tiga kelompok yang sangat penting. Kelompok pertama, merupakan kelompok sosial meliputi pengentasan kemiskinan, kelaparan dan keamanan pangan, kesehatan, pendidikan, kesetaraan gender pemberdayaan perempuan, serta akses terhadap air dan sanitasi, termasuk juga perlindungan sosial. Kelompok kedua, difokuskan pada bidang ekonomi dan lingkungan hidup yang pada umumnya merupakan penyempurnaan dari sasaran yang tertuang dalam MDGs, utamanya menggaris bawahi peranan yang dapat diberikan oleh sektor-sektor produktif yang dipadukan dengan upaya pembangunan berkelanjutan. Dalam kelompok ini, jelasnya, diberikan tekanan pada upaya pembangunan berkelanjutan, kesempatan kerja yang menguntungkan, akses pada sumber energi, infrastruktur, industrialisasi dan inovasi, kota yang aman dan permukiman, perubahan iklim, kelautan, laut dan kekayaannya
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono yang didampingi Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin (kiri) menjabat erat tangan Rektor IAIN Raden Intan Lampung Prof Dr Moh Mukri, MAg (kanan), usai penandatanganan MoU.
serta ekosistem dan keaneka ragaman alam. Sedangkan kelompok ketiga, ujar Prof Haryono, ditujukan untuk meningkatkan sasaran MDGs dalam hal mengatasi kesenjangan antar dan dalam setiap negara dalam memenuhi kebutuhan, memperkenalkan pola konsumsi dan produksi, pengembangan masyarakat yang inklusif dan damai, akses pada keadilan yang efektif untuk semua, serta lembaga yang akuntabel dan inklusif pada semua tingkatan. Hadir dalam acara ini Rektor IAIN Raden Intan Lampung Prof Dr Moh Mukri, MAg, Wakil Rektor IAIN Raden Intan Lampung Prof Dr H Syaiful Anwar, MPd, Kepala Dinas Sosial Provinsi Lampung Satria Alam, Ketua Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) IAIN Raden Intan Lampung Dr Ahmad Isnaini, SAg, MA, Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Metro Lampung Dr H Handoko Santoso, MPd, para dosen dan
Prof Haryono saat menyampaikan paparan seputar program Posdaya di hadapan puluhan peserta yang hadir dari berbagai kalangan masyarakat Lampung.
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
17
Pimpinan Yayasan Damandiri bergambar bersama para pimpinan IAIN Raden Intan Lampung.
18
mahasiswa IAIN Raden Intan, sejumlah pimpinan Polda Lampung, para tokoh masyarakat dan undangan lainnya. Sedangkan Rektor IAIN Raden Intan Lampung Prof Dr Moh Mukri, MAg mengungkapkan rasa syukurnya atas kehadiran Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono yang juga penggagas Posdaya ini ke kampus IAIN Raden Intan Lampung. “Alhamdulillah, kedatangan Pak Haryono Suyono ini untuk mengajak kebaikan melalui Program Posdaya yang digagasnya. Maka, saya sambut dengan penuh kehangatan dan kegembiraan,” ujar Prof Dr Moh Mukri, MAg. Karena Posdaya ini, lanjut Prof Mukri, misinya ingin memberdayakan keluarga-keluarga yang kurang berdaya. Menyejahterakan masyarakat yang belum sejahtera menjadi sejahtera. Memberikan akses masyarakat yang semula tidak bisa sekolah menjadi bisa sekolah, yang tidak bisa kuliah menjadi bisa kuliah. “Inilah yang menarik bagi saya. Dan ternyata Pak Gubernur juga mempunyai konsen yang sama. Karena itulah kami ingin kerja sama dengan Yayasan Damandiri. “Saya sangat responsife terhadap gagasan Posdaya ini. Saya terima dan mau jadi bagian dari upaya pengembangan gagasan Posdaya ini,” ujar Prof Dr Moh Mukri, MAg. Melalui kerja sama ini, lanjut Prof Mukri, tentu pihaknya sangat terbuka untuk saling berbagi. “Kami mempunyai SDM (Sumber Daya Manusia, red), dari kalangan para dosen saat ini berjumlah 300 orang yang PNS, di antaranya 16 orang guru besar, 100 orang bergelar doktor dan sisanya lagi menempuh S2 dan S3. Selain itu, didukung dengan 18 ribu mahasiswa. Tentu ini luar biasa kalau bisa disinergikan. Program Posdaya akan memberi energi baru dalam upaya meningkatkan
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
kesejahteraan dan kemandirian masyarakat,” tukas Prof Dr Moh Mukri, MAg optimis. Kampus dengan 18 ribu mahasiswa ini, lanjutnya, adalah para generasi muda yang tentu perlu ide-ide baik dalam upaya turut membantu mewujudkan keluarga ideal, yaitu keluarga sejahtera dan mandiri. “Saya berharap, kerja sama melalui Program Posdaya ini, ide-ide segar, ide-ide baik tertanam di jiwa para mahasiswa. Sehingga menjadi ideologi bagi para mahasiswa, bahwa membangun kebaikan itu adalah sebuah keniscayaan,” cetus Prof Dr Moh Mukri, MAg. Kampus terbersih Di hadapan ratusan peserta sosialisasi Posdaya, Prof Dr Moh Mukri, MAg, menjelaskan kondisi kampus IAIN Raden Intan Lampung yang berdiri di atas tanah seluas 52,5 hektar. “Alhamdulillah, tahun kemarin kampus kami dinobatkan sebagai kampus paling bersih di antara PTAIN (Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri) yang jumlahnya 55 PTAIN di Indonesia. Kami mendapat penghargaan dari API (Apresiasi Pendidikan Islam, red). Kampusnya paling hijau, karena banyak tanaman di sekeliling kampus disertai sejumlah kolam yang menambah keindahan kampus IAIN Raden Intan ini,” ungkapnya bersyukur Dirinya pun mengungkapkan rasa syukur dan bangga kepada seluruh masyarakat Lampung atas besarnya antusias dan kepercayaan masyarakat Lampung kepada IAIN Raden Intan. “Awal-awal mahasiswa kami hanya berjumlah empat ribu sampai lima ribu, sekarang berjumlah 18 ribu. Dan yang daftar, dulu hanya dua ribu sampai tiga ribu, sekarang mencapai 19 ribu,” ungkap Prof Dr Moh Mukri, MAg seraya bersyukur kondisi itu ternyata menarik perhatian pemerintah pusat dengan memberi bantuan akan dibangunnya 96 lokal kampus. Bukan hanya itu, lanjut Prof Dr Moh Mukri, MAg, pihaknya pun sedang membangun Masjid Safinatul Ulum yang dibangun dari dana swadaya masyarakat dan mahasiswa dengan besar anggaran 40 milyar. “Insya Allah, masjid ini nantinya bukan saja termegah dan terindah di Lampung, tetapi bisa jadi di antara PTN dan PTAI yang ada di seluruh Indonesia,” ujar Prof Dr Moh Mukri, MAg. Selamat! ADE S
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Posdaya Mulai Menggelora di Madura Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) harus terpadu dengan program pemerintah. Pembentukannya harus dilaporkan atau diketahui pemerintah. Seperti halnya Posdaya di Madura. Melalui Posdaya, semua harus bergotong royong mengentaskan kemiskinan untuk mengejar target pembangunan sustainable development goal (SDGs).
Prof Dr Haryono Suyono, dalam paparannya tentang Posdaya yang disampaikan dalam acara bertajuk Pertemuan Pimpinan Perguruan Tinggi dan Kepala SMK se Madura, di Aula Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Bangkalan, Madura, Jawa Timur. [FOTO-FOTO: HARI]
P
OSDAYA Miftahul Hidayah, Posdaya berbasis masjid di Dusun Darma, Desa Bulay, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur, menunjukkan gelora gerakan masyarakat dalam upaya pengentasan kemiskinan di pulau garam ini. Dengan memaksimalkan masjid selain tempat ibadah juga sebagai pusat wadah silahturahmi dan rembuk warga, Posdaya) Miftahul Hidayah menjadi salah satu contoh yang pantas menjadi rujukan dalam menyejahterakan jamaah serta keluarga-keluarga di sekitar masjid. Keberadaan Posdaya Miftahul Hidayah di Pamekasan Madura, menjadi cermin semangat kebersamaan membangun optimisme kaum mudanya yang selalu antusias mengembangkan berbagai kegiatan pemberdayaan hingga aktivitas kewirausahaan. Mulai layanan cuci sepeda motor, pengisian pulsa, pembayaran rekening listrik, pemasaran batu akik, pusat hiburan play station, ternak hewan qurban, hingga kreasi hiasan bonsai serta masih banyak lainnya. Hasil pendapatannya pun lebih mencukupi dibanding upah minimum regional (UMR) dari pabrik di wilayah Jawa Tengah atau Jakarta. Posdaya Miftahul Hidayah di Dusun Darma, Desa Bulay, Kecamatan Galis, Kabupaten
Pamekasan bukanlah satu-satunya Posdaya yang ada di Madura. Posdaya Miftahul Hidayah merupakan salah satu Posdaya Rujukan Nasional yang berhasil disaring dari sekitar 55 ribu Posdaya di seluruh Indonesia. Keberadaan Posdaya di Madura maupun di daerah lainnya di seluruh Indonesia tidak bisa berdiri sendiri. Posdaya harus terpadu dengan program pemerintah, karenanya pembentukannya harus dilaporkan atau diketahui oleh aparat pemerintah. “Paling tidak oleh lurah atau camat tempat Posdaya tersebut terbentuk,” kata Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, dalam paparannya tentang Posdaya yang disampaikan dalam acara bertajuk Pertemuan Pimpinan Perguruan Tinggi dan Kepala SMK se Madura, di aula Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Bangkalan, Madura, Jawa Timur, pertengahan Desember 2015 lalu. Menurutnya, pelaporan pembentukan Posdaya akan membuat kalau ada program kerakyatan dari pemerintah, maka akan bisa terserap oleh Posdaya. Posdaya sendiri bisa dibentuk di mana saja. Karena namanya pos, lanjut Prof Haryono, maka bisa berada di mana saja. Yang penting, pembentukan Posdaya mampu untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Untuk itu, Ketua Yayasan Damandiri menegaskan, Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
19
Prof Dr Haryono Suyono didampingi Rektor UTM Dr M Syarief meilhat langung karya Posdaya hasil pendampingan KKN Tematik Posdaya UTM Bangkalan.
20
anggota Posdaya hendaknya dari keluarga tidak mampu atau pra sejahtera. Pada paparannya yang menarik, mantan Menko Kesra ini menyatakan, pembentukan Posdaya pada awalnya didasari Millenium Development Goals (MDGs). “Provinsi Jawa Timur di bawah kepemimpinan Pakde Karwo (Gubernur Sukarwo), mampu meningkatkan dan melalui MDGs”. Tapi, tandas Prof Haryono, wilayah Madura sebagai bagian dari Pr ovinsi Jawa Timur itu secara ekonomi rendah, sehingga memungkinkan peningkatan perekonomian di pulau garam bisa berlangsung terus. Asalkan peningkatan itu dilakukan di jajaran akar rumput. Pasalnya, penilaian peningkatan kesejahteraan dalam Posdaya dilihat dari adanya peningkatan kualitas manusia. “Bukan hanya dilihat dari kemajuan infrastruktur belaka,” tuturnya.Karena penilaian kemajuannya adalah manusia, mantan Kepala BKKBN itu menjelaskan, target dari pembentukan Posdaya di antaranya harus mampu menyelesaikan kemiskinan. Artinya, Posdaya harus bisa “menghabiskan” keluarga miskin. “Selain itu, Posdaya juga harus mampu meningkatkan taraf pendidikan anak-anak keluarga miskin. Bahkan, kalau bisa sampai ke tingkat pendidikan perguruan tinggi. Posdaya juga harus mampu menghilangkan kesenjangan antara si kaya dan si miskin,” katanya. Gelaran kegiatan di Kampus Trunojoyo yang merupakan perguruan tinggi kebanggaan masyarakat Madura itu, merupakan rangkaian tindaklanjut kesinambungan dari kegiatan sosialisasi di Kampus IKIP PGRI Bangkalan dan SMK Negeri 2 Sampang beberapa waktu sebelumnya.
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
Kegiatan di Kampus Trunojoyo Madura yang diramaikan penapilan seni tari dan gelar bazaar berbagai produk unggulan kelompok wirausaha Posdaya sebagai hasil pendampingan dari kegiatan mahasiswa KKN Tematik Posdaya UTM ke desa-desa di sekitar Bangkalan, juga dikemas dalam program variety show bertajuk Gemari Show Semanggi TVRI Jawa Timur, yang menampilkan duet pembawa acara Prof Dr Haryono Suyono dan Shinta dari TVRI Surabaya. Menggali potensi Madura dengan potensi alamnya dalam membangun 15 tahun ke depan tidak boleh hanya mengandalkan kekayaan alam saja. Agar Madura tetap mempunyai kekayaan alam untuk anak cucu ke depan, dan tidak terjadi kerusakan lingkungan yang parah. “Untuk itu, semua pihak harus membangun Posdaya sebagai sebuah gerakan masyarakat. Posdaya dibangun oleh masyarakat untuk masyarakat, dan bisa diresmikan oleh masyarakat sendiri,” kata Prof Haryono. Walau begitu, diingatkan penggagas Posdaya ini, keberadaan Posdaya bukan untuk menggantikan lembaga yang lebih dulu sudah ada. Tetapi harus ada sinkronisasi antara program posdaya dengan program yang sudah ada. Menurutnya, semua harus bergotong royong mengentaskan kemiskinan untuk menge jar target pembangunan sustainable development goal (SDGs). Peran aktif dan partisipasi perguruan tinggi dan SMK perlu digiatkan di kabupaten-kabupaten di Madura guna membantu upaya pemda menuntaskan angka kemiskinan dan mendongkrak IPM. Sinergitas program KKN Posdaya dan siswa SMK bersama masyarakat pun siap digulirkan ke desa. Pasalnya, masih rendahnya indek pembangunan manusia (IPM) kabupaten-kabupaten di Pulau Madura, Jawa Timur sangat memprihatinkan. Kondisi kemiskinan masih cukup tinggi. Sehingga, sebagai contohnya, IPM Kabupaten Bangkalan masih berada pada titik 6,2 persen dibandingkan rata-rata Kabupaten/Kota di Jawa Timur yang mencapai 7,2 persen. “Kabupaten Bangkalan tingkat IPM nya termasuk rendah di antara kabupaten/kota seluruh Indonesia. Peran aktif perguruan tinggi di Madura sangat penting dilakukan untuk membantu pemerintah daerah dalam mengerubut kemiskinan. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STIKP) PGRI Bangkalan sebagai salah satu perguruan tinggi yang mempunyai kepedulian
terhadap kondisi masyarakat di wilayahnya harus menerjunkan mahasiswa bersama dosen ke desa melakukan kegiatan KKN Posdaya untuk secara bertahap meningkatkan IPM dan kesejahteraan masyarakat Bangkalan,” kata Prof Dr Haryono Suyono saat menyampaikan paparanya pada Sosialisasi Pembentukan Posdaya, di aula kampus STKIP PGRI Bangkalan, awal Nopember 2015 lalu. Untuk membantu mengerubut kemiskinan di Bangkalan, bersama pemerintah daerah, STKIP PGRI Bangkalan dengan program KKN Tematik Posdaya, para mahasiswa semester 7 bersama masyarakat desa bergotong royong membentuk Posdaya. Setelah Posdaya berdiri, mahasiswa bisa melanjutkan kepeduliannya dengan rajin bersilaturahmi ke masyarakat desa yang dulu pernah didampinginya sekaligus mengecek kemajuan Posdayanya. Sambil beranjangsana temu kangen, mahasiswa melihat langsung kemajuan kegiatan pemberdayaan lingkaranlingkaran kecil yang ada di Posdaya. Demikian pula saat sosialisasi di SMK Negeri 2 Sampang, Prof Haryono menyatakan, selama ini siswa-siswa Sekilah Menengah Kejuruan (SMK) banyak menciptakan alat-lat tepat guna baik berskala canggih maupun sederhana. Namun, alat-alat hasil karyanya lebih banyak tersimpan di gudang usai penilaian maupun dipamerankan di acara-acara festival atau pameran. Padahal, menurut Prof Haryono, alatalat hasil karya siswa SMK dengan teknologi sederhana tepat guna bisa laku dipasaran dan bermanfaat bagi masyarakat. “Alat-alat sederhana berteknologi tepat guna akan laku jual dan bermanfaat untuk membantu mendorong ekonomi pedesaan, seperti alat pembuat baso, parut kelapa, pemotong kripik singkong dan lain sebagainya. Nantinya, melalui Posdaya, keluar ga pra sejahtera dapat membeli alat-alat tersebut melalui kredit pinjaman dari cabang-cabang Bank UMKM Jatim yang ada di Madura, tanpa agunan dengan bunga rendah,” papar Ketua Yayasan Damandiri ketika sosialisasi Posdaya, di aula SMKN 2 Sampang, awal Nopember 2015 lalu. Ketika itu, Prof Haryono akan mengutamakan keluarga yang belum punya usaha. “Mereka yang belum memiliku usaha, melalui berbagai pelatihan, kita dorong agar menjadi pengusaha-pengusaha baru di pedesaan. Dengan demikian keberadaan SMK dapat
dirasakan masyarakat,” katanya. Pada sosialisasi di SMKN 2 Sampang, Prof Haryono juga mengungkapkan perlunya sinergi mahasiswa KKN dan siswa SMK bersama masyarakat mampu membantu mempercepat pengentasan kemiskinan di desa. Mengembangkan semangat kebersamaan dan kepedulian yang dituangkan dalam gotong royong mendorong gegap gempitanya kegiatan pemberdayaan dan menyalanya kembali kehidupan sektor ekonomi kreatif yang mampu menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat kecil, utamanya di pedesaan. Mahasiswa KKN Menurut penggagas Posdaya, fokus dari kegiatan Posdaya sendiri adalah terhadap keluarga miskin. Dengan begitu keluarga tersebut bisa mengikuti program gotong royong dan meningkatkan pendidikan anak. Keterlibatan mahasiswa dalam Posdaya, bisa melalui pro gram kuliah kerja nyata (KKN) Tematik Posdaya. Mahasiswa bisa melakukan pelatihan di desa sambil melatih warga desa. Alhasil, kerja sama antara mahasiswa dan warga desa bisa menghasilkan sebuah produk yang bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Pada Pertemuan Pimpinan Perguruan Tinggi dan Kepala SMK se Madura, di aula Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Bangkalan, Madura, Jawa Timur, pertengahan Desember 2015 lalu itu, Rektor Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Dr M Syarif mengemukakan, program KKN Tematik Posdaya yang dilakukan para mahasiswanya, tidak hanya sebatas pembentukan dan pendampingan Posdaya saja. “Tapi, para mahasiswa peserta KKN juga terus melakukan pemantauan, sampai mahasiswa peserta KKN selanjutnya datang,” jelasnya. HARI
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat berbincang dengan Rektor UTM Dr M Syarief disaksikan Direktur Operasional Bank UMKM Jatim Purnomo (paling kanan), H Moh Djazuli, SE, MSi (tiga dari kiri), serta beberapa petinggi Bank UMKM dan Bank Jatim cabang Bangkalan, di ruang tamu Rektor.
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
21
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
SDG»s Pengentasan Kemiskinan sampai Titik Nol Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono pada seminar internasional bertajuk “International Seminar Society Empowerment Through Multidimensional Approach: An Integrated View to International Development” tampil sebagai pembicara. Acara yang berlangsung di Hotel Inna Garuda, Daerah Istimewa Yogyakarta, belum lama ini, tampak hadir sejumlah pembicara mancanegara dan para undangan, juga Rektor Universitas Mercu Buana Dr Alimatus Sahrah, MSi, MM.
Pada seminar internasional bertajuk “International Seminar Society Empowerment Through Multidimensional Approach: An Integrated View to International Development”, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono tampil sebagai pembicara. [FOTO-FOTO: DEDE H]
22
L
IMA belas tahun yang akan datang, kata Prof Dr Haryono Suyono saat tampil di podium, penggarapan kita berdasarkan pada Sustainable Development Golds (SDG’s). SDG’s itu target utamanya adalah pengentasan kemiskinan sampai ke titik nol. Selain itu, pengentasan kelaparan sampai titik nol serta pengurangan kesenjangan. “Sehingga bagi Indonesia, program ini adalah program yang sangat sulit dan memerlukan keterpaduan, tidak saja pemerintah tetapi juga rakyat dan beberapa fungsi-fungsi penting seperti fungsi perbankan, fungsi Pemerintah Daerah, organisasi masyarakat, universitas dan Pendidikan Tinggi dan Pendidikan Menengah harus terjun ke desa sampai ke tingkat akar rumput,” tandasnya. Tanpa keterpaduan berbagai institusi, menurut Menko Kesra dan Taskin era Presiden BJ Habibie ini, biarpun programnya terpadu, itu tidak mungkin. “Yang kedua, adalah sasarannya harus betul-betul keluarga miskin. Jangan sampai usaha-usaha pembangunan itu hanya dibuka secara biasa. Artinya, dibuka dengan siapa yang mau, silahkan ikut, tidak demikian. Tetapi, secara sungguh-sungguh diarahkan kepada keluarga miskin,” harapnya
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
yang berbicara panjang lebar terkait Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Pro rakyat Usai berbicara dalam seminar, Prof Haryono yang diwawancari wartawan mengatakan, Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) tempatnya adalah suatu bagian yang sekarang sudah 50.000 Posdaya harus diperbanyak, apapun namanya. “Apakah Posdaya Kementerian, apa Posdaya Desa, apa Paguyuban Desa, apapun, tetapi harus mirip-mirip Posdaya. Yaitu, terpadu di tingkat desa untuk membantu orang miskin dengan orang kaya ikut bekerja bersama-sama,” paparnya menjawab pertanyaan para wartawan. “Jadi Posdaya sebagai solusi ya Pak?” tanya wartawan lagi, yang lalu dijawabnya, “Posdaya itu solusi. Apapun namanya. Mungkin nanti departemen membuka Posdaya dengan namanya sendiri, tetapi merupakan satu pos pemberdayaan. Jadi, tidak membedakan ini Posdayanya Damandiri, ini Posdayanya siapa saja. Tetapi, intinya memper-memper (menyerupai) Posdaya,” jawabnya mantap. “Lalu bagaimana dengan pihak universitas pak?” desak wartawan lagi. “Universitas selu-
ruhnya harus dilibatkan. Karena universitas itu calon-calon pemimpin masa depan. Kalau beliaubeliau itu sebagai mahasiswa sudah merasakan kegiatan di desa, karenanya kalau mereka para mahasiswa itu nanti jadi pemimpin, akan sangat pro rakyat,” jawab Prof Haryono semangat. Ditanya apakah Indonesia kelak akan menghadapi suatu bencana, bencana global apabila kita gagal di SDG’s nanti, ia menjawab, akan dipermalukan di tingkat dunia. “Sekarang saja sudah dipermalukan. Sebagai negara besar yang sebenarnya bisa menarik negara-negara lain untuk berhasil, tetapi kita gagal. Sehingga, kita menarik negara lain untuk supaya maju,” dalihnya. Berkolaborasi Rektor Universitas Mercu Buana Dr Alimatus Sahrah, Msi, MM yang ditemui Gemari mengatakan, terkait dengan seminar internasional, dari Universitas Mercu Buana ingin berkolaborasi dengan beberapa universitas. Ada dari Hongaria, Philipina, dan Australia. “Apakah mereka itu juga punya permasalahan yang sama. Dan mereka juga ada seperti KKN begitu, yang mereka ingin melihat kultur-kultur, dan termasuk dengan di Indonesia. Kita berkolaborasi untuk itu,” paparnya. “Sebetulnya keinginan kami itu bergabung dengan Posdaya. Kemudian dari sana kita melihat, juga ada misalnya Rp 1 milyar untuk para penduduk di desa-desa. “Nah, itu menjadi usaha mereka, para orang-orang di desa itu untuk bisa berdaya, begitu. Tapi lebih dari itu, kita juga sudah punya para mahasiswa yang untuk berKKN. Kemudian desa binaan, begitu. Tentunya itu sangat membutuhkan untuk pemberdayaan. Lalu kita kemas itu dengan social impowerment,” ujarnya. Lalu ada istilah lagi multi dimentional approach. “Maksud kami, di multi dimentional approach itu, kita approach-nya dari beberapa bidang. Misalnya dari psikologi, ekonomi, IT, untuk memberdayakan masya-
Kata Prof Dr Haryono Suyono saat tampil di podium, penggarapan kita berdasarkan pada Sustainable Development Golds (SDG’s). SDG’s itu target utamanya adalah pengentasan kemiskinan sampai ke titik nol. Selain itu, penghapusan kelaparan sampai titik nol serta pengurangan kesenjangan.
rakat, masyarakat yang kuranglah secara ekonomi untuk pemberdayaanya,” tambahnya. Ketika ditanya, jadi Universitas Mercu Buana ingin ikut memberdayakan masyarakat, bersinergi dengan Posdaya? “Betul begitu,” jawabnya. “Maka kemudian kita mengundang Prof Haryono untuk sebagai Keynot speaker (Pembicara utama-red). Karena kami tahu Prof Haryono adalah yang membidani Posdaya,” katanya lugas. Ditanya lagi, selama ini menurut hasil yang diamati kampus, mungkin melalui sinergi kampus, melalui KKN Tematik Posdaya apa sudah dilakukan? “Sudah. Sudah kita lakukan,” jawabnya singkat. “Apa yang melatarbelakangi atau apa hasil indikator mengenai pemberdayan yang perlu dilakukan? “Kami sebetulnya selain dari kampus sendiri, kami juga dengan Dikti. Ke-
Pembicara lain dari sejumlah negara dan peserta acara seminar nasional tampak tengah menyimak paparan Prof Haryono.
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
23
Prof Haryono menerima cinderamata dari Rektor Universitas Mercu Buana Dr Alimatus Sahrah, MSi, MM.usai tampil sebagai pembicara dalam seminar itu.
mudian kita dapat sejumlah hibah untuk pemberdayan desa melalui LPM dan lainnya, hibah untuk beberapa wilayah atau pemberdayaan, atau enterpreneur. Kemudian kita dengan Posdaya.” Ungkapnya. “Posdaya kemarin, matur nuwun sudah dikasih, sudah diberi kan. Nanti akan kita pergunakan untuk pemberdayaan masyarakat lainnya juga,” tambahnya. Ditanya lagi, khususnya di daerah mana
POSDAYA KITA Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran kecil. Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran besar. Ada Posyandu, ada BKB, ada PAUD-nya Ada Koperasi, ada BKL, Kebun Bergizi Posdaya, Posdaya, Posdaya milik kita Posdaya, Posdaya, Keluarga Sejahtera.
24
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
saja yang sudah digarap? “Ada di Bantul, Kulonprogo, dan lainnya,” jawabnya lagi, “itu sebagai desa binaan kami, Universitas Mercu Buana. Yang kemarin itu kita dapat untuk 20 desa. Kita membuat bahwa lingkungan itu menjadi lebih berdaya dan nanti akan dikasih indikator misalnya berapa penghasilan mereka setiap bulan,” ungkapnya. Ditanya Posdaya yang sudah dibentuk Universitas Mercu Buana sudah berapa, ia menjawab, yang terbaru berhasil mendirikan sepuluh Posdaya. “Dalam binaan kami misalnya produksi dari ketela, krowol. Kemudian dari gula, gula aren.” Rektor Universitas Mercu Buana Dr Alimatus Sahrah, Msi, MM menjelaskan jika pihaknya bekerja sama dengan Yayasan Damandiri yang dipimpin Prof Dr Haryono Suyono sejak 3 tahun yang lalu. “Sekarang Sudah ada 20 Posdaya tetapi yang sepuluh telah berkembang baik dan kita gencarkan,” ujarnya. Ditanya tempat lain yang digencarkan, ia menjawab, di Daerah Istimewa Yogyakarta, artinya ada di Kulonprogo, di Bantul, kemudian beberapa daerah lain. “Kalau Jawa Tengah itu kita sampai di Borobudur. Kami memberdayakan masyarakat di sekitar Borobudur untuk mereka memiliki suatu bisnis kecil-kecilan begitu. Untuk bisa mereka pasarkan kepada turis–turis di sekitar Borobudur,” urai Dr Alimatus Sahrah, MSi. Terkait Hari Ulang Tahun Yayasan Damandiri yang tidak lama lagi, ditanya apa harapannya terhadap Damandiri, kritik ataupun sarannya, Dr Alimatus Sahrah, MSi, mengungkapkan, bila dirinya sangat berharap bahwa Damandiri ini bisa menjadi lebih besar lagi dan sangat berharap untuk Go International. “Karena itu mungkin harus kita lakukan supaya juga jangan “utek utek” (hanya bergelut-red) dengan yang ada di dalam. Misalnya, katakanlah pemasaran. Karena ini sudah memasuki era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Kenapa nggak sih kita geret (tarik-red) ke sana seandainya ada asosiasiasosiasi yang punya bisnis yang sama lalu kita geret (tarik) sampai keluar. Saya kira kok pikiran saya ke sana. Walaupun ini masih baru. Tapi kalau Prof Haryono saya kira lebih bisa, lebih bisa,” ungkap Dr Alimatus Sahrah, Msi yakin. HNUR/DH
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Gerakan GCinOP-SDA Selamatkan Sumber Air
Kementerian PUPR Gandeng Posdaya dan Universitas Untuk selamatkan sumber daya air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencanangkan Gerakan Gerakan GCinOP-SDA. Dalam gerakan ini, Ditjen SDA menggandeng Posdaya dan 15 perguruan tinggi.
A
IR merupakan elemen penting dan sangat signifikan bagi kehidupan mahluk hidup baik hewan, tumbuhan, dan manusia. Semua memerlukan air untuk membantu metabolisme yang ada di dalam tubuh karena hampir tiga perempat dari tubuh kita adalah air. Air juga penting bagi lingkungan dan kelestarian alam beserta isinya. Apa jadinya bila keberadaan air tidak seimbang dengan keberadaan alam? Mungkinkah, keselarasan dan harmonisasi kehidupan yang indah bisa tercipta? Bagaimana pula dengan sumbersumber daya air (SDA) yang tidak operasional dan pemeliharaannya tidak terjaga? Jadi bisa dibayangkan jika tidak ada air di dunia ini. Fungsi air juga merupakan zat yang sangat dibutuhan selain udara dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain. Akan tetapi, air bisa menjadi petaka jika kita tidak bisa merawat sumbernya. Air bisa menjadi perantara penyakit-penyakit yang menyerang manusia. Oleh karena itu, untuk merasakan manfaat air bagi kehidupan khususnya bagi kesehatan tubuh. Akan lebih bijak jika kita merawat keberadaan sumber air yang ada. Mencermati betapa pentingnya air dan ketersediaannya dari sumber-sumber daya air yang masih ada maupun yang sedang dibangun, maka Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Direktur Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) mencanangkan Operasi dan Pemeliharaan (OP) Sumber Daya Air (SDA) yang diberi nama Gerakan Cinta Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air
(GCinOP-SDA). Gerakan ini juga merupakan gerakan sosial masyarakat untuk menumbuhkan kecintaan terhadap Sumber Daya Air. Pencanangan gerakan dari seluruh pemangku kepentingan dan elemen masyarakat yang sistemik ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian dan komitmen para pemangku kepentingan pengelola sumberdaya air baik pemerintah, swasta, dan masyarakat sekaligus menumbuhkembangkan kecintaan terhadap operasi dan pemeliharaan sebagai suatu budaya. Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono menyambut baik gerakan sosial dengan mengajak masyarakat ini untuk menumbuhkan kecintaan terhadap operasi dan pemeliharaan terhadap sumber daya air yang dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang mencanangkan gerakan sosial masyarakat untuk menumbuhkan kecintaan terhadap Operasi dan Pemeliharaan (OP) Sumber Daya Air (SDA) yang diberi nama Gerakan Cinta Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air (GCinOP-SDA). “Gerakan ini penting untuk mendorong tumbuhnya kesadaran kita semua dari hulu hingga hilir agar ikutserta berpartisipasi secara aktif dalam pemeliharaan dan operasional sumber-sumber daya air kita supaya tetap terjaga sehingga kebutuhan akan air untuk irigasi sawah dan sebagainya, dan air bersih untuk
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono berbicara tentang penhematan dan pemanfaatan air dihadapan pajabat di lingkungan Ditjen SDA Kementrian PUPR dan Dinas se Indonesia serta pejabat perwakilan berbagai kementrian. [FOTO-FOTO: HARI]
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
25
Prof Haryono Suyono dan Siwi Lungit didampingi Ir Lolly Martina Martief, MT sedang mewawancarai salah satu audience dalam Gemari Show Plengkung Gading TVRI Yogyakarta.
26
konsumsi sehari-hari bisa terpenuhi dengan baik,” kata Prof Haryono, pada kegiatan pencanangan gerakan Cinta Operasi dan Pemeliharaan (OP) Sumber Daya Air (SDA) yang diberi nama Gerakan Cinta Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air (GCinOP-SDA), di Malioboro Ballroom, Hotel Sapphire, Yogyakarta, 25 Januari lalu. Agar gerakan ini sampai di tingkat masyarakat di pedesaan, kata Ketua Damandiri, Ditjen SDA kementrian PUPR bisa mengajak dan melibatkan secara aktif pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya). Saat ini, jumlah Posdaya sudah mencapai 55.000 kelompok yang tersebar di desa-desa dan kelurahan di hampir seluruh Indonesia. Kementerian PUPR, khususnya Ditjen SDA perlu mengajak perguruan-perguruan tinggi untuk membantu mensosialisasikan gerakan yang bertujuan menyelamatkan sumbersumber daya air yang masih ada saat ini. “Perguruan tinggi mempunyai peran penting dan bisa dijadikan sebagai mitra strategis dalam Gerakan Cinta Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air atau GCinOP-SDA ini. Yayasan Damandiri hingga awal 2016 ini telah mempunyai mitra perguruan tinggi sebanyak 470 perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Perguruan tinggi tersebut merupakan pembina dan pendamping kegiatan keluarga-keluarga di pedesaan dalam program Posdaya,” imbuhnya. Pelibatan perguruan tinggi dan Posdaya sebagai salah satu bagian dari masyarakat dalam kegiatan Cinta Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air juga diamini Kasubdit Operasional dan Pemeliharaan Irigasi dan Rawa Ditjen SDA Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Ir Djito, SpI. “Karena gerakan GCinOP-SDA ini sangat penting demi terjaga dan terpeliharanya
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
sumber daya air kita yang semakin menyusut seiring perkembangan jaman, maka perlu menggandeng perguruan tinggi maupun Posdaya yang selama ini dibina Yayasan Damandiri dengan mitra perguruan tingginya. Dengan melibatkan semua elemen masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan pengelola SDA baik pemerintah, swasta maupun masyarakat,” tutur Djito. Dalam rangkaian pencanangan gerakan GCinOP-SDA ini juga dilakukan penandatanganan MoU Kesepakatan Bersama dan Kemitraan antara Ditjen SDA Kementerian PUPR dengan 15 perguruan tinggi. Penandatanganan dilakukan Dirjen SDA Ir Mudjiadi, MSc dengan 15 Rektor Perguruan Tinggi. Ke 15 perguruan tinggi tersebut di antaranya ITB, UGM, ITS, UNDIP, Univertas Lambung Mangkurat, Universitas Udayana, IPB Bogor, Unsoed, Unhas. Penandatanganan MoU dengan perguruan tinggi tersebut terutama pengembangan kurikulum Sumber Daya Air di perguruan tinggi berbasis Operasi dan Pemeliharaan dan kerja sama penelitian berbasis Operasi dan Pemeliharaan, terutama kecerdasan buatan dan kearifan lokal dalam mendukung Operasi dan Pemeliharaan. “Dalam hal ini, perguruan tinggi melakukan pengendalian pelaksanaan kegiatan sesuai lingkup kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal SDA yang dalam pelaksanaannya dilaksanakan oleh Direktorat Bina OP dengan melakukan pengendalian pelaksanaan kegiatan secara nasional,” kata Direktur Bina OP Direktorat Jenderal SDA Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Ir Lolly Martina Martief, MT. Dalam sambutannya pada acara pembukaan, Lolly Martina Martief menegaskan gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian dan komitmen para pemangku kepentingan pengelola SDA dan menumbuhkembangkan kecintaan terhadap OP sebagai suatu budaya. Lebih lanjut, Lolly menambahkan, pembangunan infrastruktur SDA secara teknis selalu dilakukan melalui proses perencanaan, pelaksanaan, dan selanjutnya untuk dioperasikan dan dipelihara dengan baik agar dapat tercapai tujuan pembangunan infrastruktur tersebut. Namun, hal tersebut belum dapat tercapai secara optimal terutama disebabkan oleh adanya perubahan lingkungan strategis dan
ekologis seperti terjadinya perubahan lingkungan dan terjadinya perubahan ekologis (perubahan iklim global). “Dengan adanya perubahanperubahan tersebut maka diperlukan kegiatan OP yang lebih baik lagi untuk mencapai hasil yang diharapkan, mengingat kegiatan OP dilaksanakan sepanjang umur kemanfaatan infrastruktur SDA,” kata Lolly . Dalam pencanangan yang dihadiri banyak kader Posdaya yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta ini, Lolly mengatakan bahwa sebenarnya sangat disadari bahwa kinerja infrastruktur SDA mengalami penurunan, karena kurangnya kepedulian para pemangku kepentingan dan masyarakat dalam pelaksanaan OP SDA yang menyebabkan menurunnya kinerja pelayanan bidang SDA. Sebagai contoh, kurang optimalnya pengelolaan irigasi terutama yang berkaitan dengan operasi dan pemeliharaan irigasi secara langsung dan nyata akan menyebabkan menurunnya kinerja sistem irigasi. Hadir dalam acara ini antara lain, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian PUPR, Arie Setiadi Moerwanto, dari Direktorat Jenderal SDA, GP3A Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air), BWS (Balai Wilayah Sungai), dan BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai) di lingkungan Ditjen SDA, Pemerintah Daerah Yogyakarta, dan para akademisi di antaranya UGM, ITB, ITS, UNDIP, dan Universitas Udayana. Pencanangan gerakan ini juga direkam TVRI DIY dalam kemasan Variety Gemari Show Plengkung Gading dengan menampilkan duet host Prof Dr Haryono Suyono dan Siwi Lungit. Penandatanganan Kesepakatan Bersama dan Kemitraan dengan 15 universitas ini dilakukan dengan maksud perguruan tinggi melakukan pengendalian pelaksanaan kegiatan sesuai lingkup kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal SDA yang dalam pelaksanaannya dilaksanakan oleh Direktorat Bina OP dengan melakukan pengendalian pelaksanaan kegiatan secara nasional. Menurut Lolly, jika perguruan tinggi memerlukan bantuan teknis untuk kegiatan yang spesifik, maka Direktorat Bina OP berkewajiban memfasilitasi agar program tersebut berjalan sesuai dengan yang direncanakan. “Dan kegiatan pengendalian masing-masing pihak mendokumentasikan
sebagai bahan laporan,” katanya. Sementara itu, Prof Dwikorita Karnawati, MSc, PhD dalam pidatonya menyampaikan, agar gerakan GCinOP-SDA ini sukses, maka perlu belajar dari Prof Haryono bagaimana program Keluarga Berencana (KB)-nya bisa sukses pada beberapa waktu lalu. Prof Haryono mendengar pun tersipu. Alasan tersebut dikemukakan Rektor UGM Yogya kelahiran tahun 1962 silam ini, karena GCinOP-SDA sebagai sebuah gerakan yang mengajak partisipasi seluruh elemen yang ada termasuk masyarakat dalam Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air, maka perlu mencontoh dan meniru cara Prof Haryono dalam menggiatkan dan mencerahkan gerakan program KB sehingga sukses meskipun saat ini agak kurang greget karena kebijakan yang diusung pemerintah tidak seperti yang dilakukan pemerintah saat itu. Prof Dwikorita mengingatkan agar gerakan GCinOP-SDA ini harus dilakukan oleh semua pihak, bukan hanya Kementerian PUPR. “Semua harus digiatkan, bukan hanya pemerintah tapi juga masyarakat dan perguruan tinggi. Agar sukses perlu bisa saja belajar dari Prof Haryono yang pernah sukses menggiatkan gerakan KB di Indonesia sehingga Program KB Indonesia dikenal dunia,” tuturnya. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan begitu pula sebaliknya, harus saling berkoordinasi untuk meningkatkan OP SDA, dan jangan lupa juga untuk memperbaiki SDM bidang OP menjadi lebih baik lagi. Kegiatan OP SDA merupakan kegiatan yang langsung menyentuh masyarakat terutama petani. Maka sudah selayaknyalah petani dibantu agar lebih kreatif dan produktif dalam menjaga irigasi terutama dalam mendukung program ketahanan pangan. HARI
Penandatangan MoU antara Kementerian PUPR dengan 15 perguruan tinggi. [FOTO: DOK HUMAS]
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
27
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
1800 Lebih Mahasiswa UIN Raden Fatah
Ikuti KKN Tematik Posdaya Berbasis Masjid Ratusan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang, Sumatera Selatan, mengadakan Sosialisasi dan Pembekalan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya Berbasis Masjid Angkatan 66 Tahun 2016. Acara Sosialisasi dan Pembekalan KKN yang dibuka resmi oleh Rektor UIN Raden Fatah Prof Dr H Aflatun Muchtar, MA ini dihadiri Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan sejumlah undangan dari perbankan dan pejabat setempat. Selain itu, juga mengadakan MoU atau naskah kesepakatan kerja sama antara UIN Raden Fatah Palembang dengan Yayasan Damandiri.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono menerima cinderamata dari Rektor UIN Raden Fatah Prof Dr H Aflatun Muchtar, MA (kiri) pada Sosialisasi dan Pembekalan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya Berbasis Masjid Angkatan 66 Tahun 2016 di Palembang, Sumsel. [FOTO-FOTO: DEDE H]
M
ENURUT Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P2M) UIN Raden Fatah Palembang H Komaruddin, Msi, KKN kali ini diikuti 1884 mahasiswa, terdiri dari 678 mahasiswanya, dan 1206 mahasiswi. Jadi perimbangannya cukup. Dari jumlah itu, fakultas Syariah 192 mahasiswa, dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan 885 mahasiswa, dari Fakultas Usuludin dan Pemikiran Islam 234 mahasiswa, jumlah terbesar kedua dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi 356, Fakultas Agama dan Budaya Islam 202, Fakultas Ekonomi dan Bisnis 9 orang karena yang 195 orang sudah berangkat di akhir Desember 2015 lalu, dan awal Januari sudah kembali. “Mahasiswanya kami tempatkan di Kabupaten Lahat, di 233 desa dalam 15 kecamatan, dan akan dibimbing oleh 78 DPL (Dosen Pem28
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
bimbing Lapangan). Jadi DPL-nya saja kalau dihitung kelompok sudah lebih dari 10 kelompok. KKN ini akan dilaksanakan dalam 45 hari, terhitung mulai 2 Pebruari sampai 17 Maret mendatang,” ujarnya saat Sosialisasi dan pembekalan KKN pada 27 dan 28 Januari 2016 lalu. “Terima kasih kepada bapak Prof Dr Haryono Suyono yang sudah bersusah payah untuk hadir pada acara Sosialisasi dan pembekalan KKN ini. Kami mengundang beliau sejak tahun lalu, semoga adik-adik peserta KKN tersemangati karena tertular virus semangat beliau. Sekalipun beliau sudah purna bhakti namun terus berkarya, dan adikadik yang masih muda insya Allah lebih tersemangati pula dalam berkarya,” harapnya. Ia juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Yayasan Damandiri dan juga rektor
atas dukungannya. “Terima kasih juga kepada pihak BPR Sumsel, Bank Bukopin, yang telah mendukung kami, saya harap pada adik-adik dan para DPL bisa memaksimalkan program ini,” harapnya lagi. Bangga Rektor UIN Raden Fatah Prof Dr H Aflatun Muchtar, MA yang membuka resmi acara ini menyampaikan ahlan wa sahlan wa marhaban kepada seluruh undangan yang hadir itu. Selamat datang kepada Bapak Prof Dr Haryono Suyono yang kita cintai. “Beliau ini seorang tokoh sejak dari remaja, muda, menjadi menteri sampai hari ini tetap bekerja keras untuk kepentingan umat dan bangsa. Ini yang patut kita contoh. Ini yang patut kita teladani, beliau yang patut kita syukuri,” ujarnya. “Oleh karena itu kami bangga, karena beliau ini sudah dua kali ke UIN Raden Fatah,” ucapnya seraya menambahkan, “dan keluarga-keluarga beliau adalah tokoh-tokoh nasional. Salah satunya adalah sahabat saya Dr Sudibyo Alimoeso. Ini luar biasa.” “Jadi ini adalah tokoh kita, di mana-mana beliau tampil tanpa mengenal lelah. Sulit dicari, mahal harganya, belum ada bandingannya, tokoh Prof Dr Haryono Suyono yang datang di UIN Raden Fatah Sumsel ini. Oleh karena itu kami bangga, kami bersyukur,” dalih Prof Dr H Aflatun Muchtar, MA. Yang kedua, kepada jajaran yang mendampingi Prof Haryono, menurutnya tak kenal lelah, keliling Republik Indonesia dalam rangka membangun masyarakat, membangun umat, memberikan semangat agar bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa maju, tumbuh dan berkembang sekarang dan di masa-masa yang akan datang. “Kepada Bank Bukopin, BPR Sumsel, mitra Posdaya yang telah bekerja sama selama ini, tidak ada kata-kata indah yang dapat kami ucapkan kecuali ucapan ribuan terima kasih. Semoga kerja sama ini semakin kokoh, semakin kuat dan semakin memberikan kontribusi untuk membangun masyarakat membangun generasi bangsa di republik yang kita cintai ini,” katanya di hadapan para anggota dewan atau DPRD Sumsel juga Rektor dan mahasis-
wa dari Universitas Muhammadiyah Palembang, Wakil Rektor, para Dekan, Wakil Dekan UIN Raden Fatah Palembang serta rombongan dari Yayasan Damandiri Jakarta. “Pada hari ini kami sampaikan kepada Bapak Prof Dr Haryono Suyono, Alhamdulillah peserta KKN kali ini mungkin yang terbanyak sejak berdiri IAIN dan menjadi UIN Raden Patah,” urainya yang disambut tepuk tangan meriah. “Kedua, paling hebat dan luar biasa, dihadiri langsung oleh Prof Dr Haryono Suyono,” tambahnya. “Yang kita cintai seluruh DPL yang berjumlah 78 orang, di tangan-tangan merekalah sukses tidak suksesnya KKN tahun 2016 ini,”
Prof Haryono memberikan pembekalan kepada 1800 lebih mahasiswa UIN Raden Patah Palembang saat mengadakan “Sosialisasi dan Pembekalan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya Berbasis Masjid Angkatan 66 Tahun 2016”.
Nol Persen “Saudara-saudara sekalian, sengaja saya turun panggung, karena saya selama 40 tahun sudah ada di panggung,” ujarnya seraya menambahkan, “sekarang saya ingin mengantar saudara-saudara sekalian, pada suatu hari berkobar-kobar seperti Pak Rektor, akan naik panggung dan menjadi pemimpin Bangsa Indonesia.” “Apakah saudara-saudara siap?’ tanya Prof Haryono, yang langsung dijawab para mahasiswa, “Siaaaaaaap.” “Are you ready?” tanya Prof Haryono kembali dalam bahasa Inggeris. Dengan serentak para mahasiswa pun menjawab semuanya: “Yeees ready.” “Saudara-saudara sekalian, hari ini adalah hari yang penuh kebahagiaan. Saudarasaudara akan diantar ke lapangan oleh para Dekan, para Dosen Pembimbing, juga ditemani oleh saudara-saudara kita dari UniverGemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
29
Berfoto bersama seusai Sosialisasi dan Pembekalan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya Berbasis Masjid Angkatan 66 Tahun 2016 di UIN Raden Fatah Palembang.
30
sitas Muhammadiyah. oleh saudara kita dari Bank yang ada di seluruh kabupaten/kota, di seluruh provinsi di Sumatera Selatan,” ujarnya. “Karena pada hari ini, Bangsa Indonesia menghadapi tantangan yang luar biasa,” ujarnya semangat. Provinsi Sumatera Selatan, menurut Prof Haryono, belum memasuki apa yang dinamakan Bonus Demografi. Tetapi secara khusus Palembang sudah lebih dahulu memasuki Bonus Demografi,” jelasnya yang di-
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
dampingi Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono Danipawiro. Palembang sekarang menjadi kota yang sangat menarik. Kedatangan penduduk dari beberapa provinsi, dari beberapa kabupaten. Dan saudara-saudara sekalian harus mengantar kabupaten-kabupaten lain yang ada di sekitar Kota Palembang ini. “Saya dengar saudara-saudara sekalian akan mengadakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kabupaten Lahat. Kabupaten yang pada suatu hari nanti akan menjadi kabupaten yang akan juga mengalami apa yang dinamakan bonus demografi,” harapnya. Tahun ini, lanjut Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN era Presiden Soeharto ini, adalah tahun pertama, di mana pembangunan bangsa akan mengikuti pola baru yang baru saja diputuskan oleh PBB pada akhir bulan September yang lalu. Yaitu, tahun di mana PBB memutuskan program pembangunan yang dinamakan Sustainable Development Goals (SDGs). Sustainable Development Goals (SDGs) adalah suatu program yang dalam 15 tahun harus membuat tingkat kemiskinan nol persen. “Tingkat kelaparan nol persen. Berapa? Nol persen. Berapa? Nol persen. Tingkat kesenjangan makin menyempit. Oleh karena itu saudara saudara ditugaskan ke Kabupaten Lahat, sebagai percontohan. Bapak Rektor telah meminta saudara-saudara, agar setidaktidaknya saudara-saudara, saya ringkas mempunyai lima kepercayaan penuh,” harapnya yang lalu menguraikan satu-persatu lima kepercayaan itu. Pertama, percaya pada diri sendiri, kedua, percaya dengan teman sejawat, ketiga, percaya kepada institusi, keempat, percaya kepada masyarakat dan kelima, mahasiswa harus percaya dirinya mampu menjadi individu yang laku jual. Langkah ini pun kian optimis dengan dilaksanakannya MoU antara UIN Raden Fatah Palembang dengan Yayasan Damandiri. Selamat! HNUR/DH
POSDAYA PEMERINTAH
Komentar Kepala Daerah, Posdaya itu Nyata Sebanyak 20 Pemerintah Kabupaten dan Kota menerima penghar gaan Damandiri Award 2015. Pemberian penghargaan ini sebagai apresiasi Yayayasan Damandiri karena Pemkab/ Pemkot tersebut telah berhasil membina Posdaya sehingga Posdayanya berhasil menjadi Posdaya Rujukan Nasional. Ke 20 Bupati/Walikota dinilai berkomitmen mengentaskan kemiskinan dengan bermitra Yayasan Damandiri.
Prof Dr Haryono Suyono bergambar bersama Bupati Kuningan Hj Utje Ch Hamid Suganda, SSos, MAP, usai penyerahan penghargaan Damandiri Award disaksikan Bupati Kulon Progo dr H Hasto Wardoyo, SpOG (K).
P
ENGHARGAAN diserahkan langsung oleh Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan diterima langsung oleh bupati dan walikota dalam peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Yayasan Damandiri ke-20 yang digelar di auditorium kampus Universitas Negeri Semarang (Unnes), Sekaran, Gunungpati Semarang, pada 15 Januari lalu. Ke 20 kabupaten dan kota yang mendapat Damandiri Award 2015 di antaranya, Kota Bogor, Kota Bekasi, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Kuningan (Jawa Barat), Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Tegal (Jawa Tengah). Serta, Kota Malang dan Kabupaten Pacitan (Jawa Timur). Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul (Daerah Istimewa Yogyakarta). Penerima lainnya, Kabupaten Pamekasan, Kota Jakarta Selatan, Kota Padang dan Kota Metro. Falsafah pembangunan dalam lima belas tahun ke depan, tidak saja berupa pembangunan fisik semata tetapi sekaligus dituntut perhatian yang tinggi terhadap penegakan hak asasi manusia (HAM) dan keadilan yang merata dan berkelanjutan. Posdaya mulai 2016 ini akan disesuaikan dengan sasaran yang
ingin dicapai dunia dalam lima belas tahun mendatang. Untuk itu dukungan untuk pembentukan Posdaya sebagai upaya perluasan jangkauan akan diperluas secara sukarela dan diserahkan ke perguruan tinggi (PT) atau lembaga lain. Artinya, dalam usaha perluasan jangkauan ini intinya ada 3, yaitu memperluas sasaran target yang dientaskan, kedua mencari sponsor yang mendukung, dan yang ketiga mencari intervensi yang tepat agar upaya pengentasan tersebut dapat diserap dan dipraktekkan oleh keluarga prasejahtera atau keluarga kurang mampu yang dijadikan target pengentasan. Lantas apa tanggapan dan penilaian para kepala daerah penerima Damandiri Award itu melihat Program Posdaya. Walikota Jakarta Selatan Tri Kurniadi, SH, MSi, misalnya menilai, Posdaya telah mendorong tumbuhnya partisipasi dan kesadaran masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya. Posdaya juga membantu program pemerintah yang telah berlangsung sebelumnya. Kegiatan-kegiatan pemberdayaan yang dilakukan melalui Posdaya semakin menguatkan kegiatan pemberdayaan yang digulirkan oleh pemerintah. “Pemerintah Kota Jakarta Selatan merasa Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
31
Walikota Jakarta Selatan Tri Kurniadi, SH, MSi menerima penghargaan Damandiri Award 2015 yang diserahkan Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja.
berterima kasih karena Posdaya telah ikut berpartisipasi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan Posdaya memang nyata, dan itu datang dari masyarakat, untuk masyarakat, dilakukan oleh masyarakat itu sendri,” ujarnya usai menerima panghargaan Damandiri Award 2015, Kampus Unnes, Sekaran, Gunungpati, Semarang pada 15 Januairi 2016 lalu. Walikota juga mengapresi, karena Jakarta Selatan merupakan daerah yang sudah kedua kalinya mendapat apresiasi Damandiri Award, setelah yang pertama diterima pada tahun 2015 lalu. Adalah Posdaya Soka yang beralamat di RW 012 Kelurahan Kebayoran Lama Selatan, Keba-
Bupati Pacitan Drs Indartato, MM bersama Ketua TP PKK Kabupaten Pacitan Hj Luki Tri Baskorowati Indartato.
32
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
yoran Lama, DKI Jakarta ini telah membawa nama Jakarta Selatan sekaligus menunjukkan bahwa Posdaya mampu menyatukan kebersamaan dan menguatkan gotong royong masyarakat serta mensinergikan masyarakat kaya dengan keluarga miskin bersatu menggiatkan kegiatan pemberdayaan di tengah hirukpikuk kehidupan masyarakat Kota Megapolitan. Posdaya Soka yang merupakan binaan LPM Universitas Pancasila Jakarta ini merupakan kedua kalinya masuk sebagai Posdaya Unggulan. Walikota Jakarta Selatan mengapresiasi kegiatan pemberdayaan di Posdaya Soka. Selain ada Taman Sehat yang tertata rapi dikelola oleh seluruh anggota Posdaya, selain di tengah-tempat parkiran tersebut berdiri balai warga yang menjadi sentra kegiatan masyarakat mulai dari kegiatan Posyandu, Posbindu, pelatihan keterampilan hingga forum komunikasi warga atau Posdaya. Ada pula Kebun Bergizi yang terletak di teras halaman balai warga sudah dilakukan dengan sistem aquaponik dan sistem vertikultur dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan. Beragam sayuran seperti sawi, labu, terong, semua tertata rapi. Di samping kanan-kiri lapangan parkir ini juga memanfaatkan kebun kosong untuk dijadikan tanaman obat keluarga (toga), kebun begizi dan kolam lele. Bupati Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Hj Utje Ch Hamid Suganda, SSos, MAP mengaku speechless (kehilangan kata-kata), karena begitu gembira. “Saya nggak bisa ngomong. Mungkin dari lubuk hati saya yang paling dalam, ini support dan spirit. Dengan apresiasi dari Yayasan Damandiri, kemudian disampaikan secara spontan dari Prof Haryono Suyono,” ucapnya penuh haru dan kegembiraan usai menerima penghargaan Damandiri Award 2015. Apresiasi Damandiri Award yang diterima Bupati Kuningan menjadi spirit untuk lebih mengoptimalkan pemberdayaan pada seluruh masyarakat Kuningan. “Ini menjadi seperti bagi saya untuk memberdayakan masyarakat, bagaimana mengembangkan peran-peran potensi masyarakat, khususnya mengenai Posdaya,” ujarnya. “Ke depan, kami akan libatkan semua masyarakat, baik tatatan peran mahasiswa, pemuda, siswa SMK (Sekolah Menengah Keju-
ruan), kaum perempuan. Apalagi masyarakat kami punya basic kehidupan masyarakatnya yang penuh kebersamaan dan gotong royong dan tolerasninya sangat kuat. Sehingga nantinya akan memudahkan kami dalam mengoptimalkan berbagai peran yang ada di masyarakat untuk secara bersama-sama berpartisipasi menggiatkan pemberdayaan untuk membangun kesejahteraan,” tuturnya. Dengan menggerakan partisipasi segenap potensi masyarakat, Bupati Kuningan yakin jika di masa mendatang kemiskinan terentaskan dan masalah pengangguran teratasi. “Dengan memberdayakan potensi masyarakat, khususnya perempuan, bukan saja di Kuningan tetapi juga Indonesia akan bisa maju, karena banyak kaum perempuan yang sudah berpendidikan tinggi dan maju kehidupan dan pola pikirnya,” imbuh Hj Utje. Lebih lanjut, Bupati Kuningan menegaskan, Posdaya mempunyai peran strategis dalam pembangunan masyarakat di pedesaan. Pasalnya, komponen kegiatan Posdaya itu adalah masyarakat. Gerakan masyarakat itulah yang menjadi yang utama dalam setiap kegiatan pembangunan, termasuk kegiatan pemberdayaan dalam Posdaya. ”Program-program kegiatan di Posdaya sangat menyentuh, dipercaya dan memang benar-benar dibutuhkan masyarakat, sehingga Posdaya diterima masyarakat dengan baik, termasuk perguruan tinggi dan pemerintah daerah,” tuturnya. Demikian pula Ketua TP PKK Kabupaten Pacitan, Hj Luki Tri Baskorowati Indartato yang hadir mendampingi Bupati Pacitan Indartao menyatakan, dengan Posdaya ini, utamanya PKK banyak terbantu. Karena kegiatan yang biasanya diawali dari kegiatan Posdaya merupakan kegiatan yang paling gampang untuk digerakan, khususnya dalam mensupport 10 Program Pokok PKK di Kabupaten Pacitan. “Kegiatan Posdaya juga turut menyumbang Gerakan Sayang Ibu yang semakin berkembang, sehingga Pacitan di lingkup Provinsi Jawa Timur terbukti tidak masuk dalam kategori daerah beresiko tinggi kematian ibu bayi. Keberhasilan tersebut juga dikuatkannya kegiatan pendampingan dan sosialisasi pada kalangan remaja dan perkawinan usia dini,” tuturnya. Lewat Posdaya, ujar Bu Iin biasa disapa, banyak kegiatan yang diupayakan sehingga bisa
membantu mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kematian ibu baik yang melahirkan dan sebagainya. Dengan Kebun Bergizi yang ada di Posdaya pula, mengawali KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) yang memanfaatkan pekarangan yang ramah lingkungan di Pacitan. “Tumbuh kembang KRPL di Pacitan itu berawal dari Posdaya,” akunya. Demikian juga dengan pariwisata pantai, kontribusi Posdaya, seperti Posdaya Dadirejo telah mendorong pertumbuhan sektor pariwisata Pacitan meningkat pesat. HARI
Dr Mazwar Nurdin, Ketua Tim Dewan Juri mengumumkan Posdaya terbaik dari 20 Posdaya Rujukan Nasional penerima penghargaan Damandiri Award 2015.
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
33
POSDAYA PEMERINTAH
Dari Deklarasikan Posdaya Kabupaten Karanganyar
Posdaya, Upaya Strategis Lepas dari Zona Kemiskinan Keberadaan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) terus mendapat tanggapan positif dari berbagai kepala pemerintahan daerah di tanah air. Tak tanggung-tanggung, komitmen mereka pun langsung dituangkan dalam sebuah acara resmi. Seperti yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Tepatnya, pada Rabu pagi 30 Desember 2015 lalu, Bupati Karanganyar Drs H Juliyatmono, MM, langsung mendeklarasikan Posdaya sebagai ujung tombak pembangunan di Kabupaten Karanganyar. Dirinya pun optimis Posdaya salah satu upaya efektif dan strategis agar masyarakat Karanganyar bisa terlepas dari zona kemiskinan.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono yang memandu acara talk show Arum Dalu didampingi host TVRI Jateng Sri Indah Lestari saat berdialog dengan Bupati KaranganyarDrs H Juliyatmono, MM dan Ketua TP PKK Karanganyar Siti Chomsya Juliyatmono. Tampak para peserta memadati Pendopo Kabupaten Karanganyar, Jateng. [FOTO-FOTO: ADE S]
34
A
CARA yang terselenggara atas kerja sama Pemkab Karanganyar dan Yayasan Damandiri ini menarik berbagai kalangan. Seluruh jajaran Pemkab Karanganyar dari mulai tingkat atas hingga lurah dan kepala desa antusias mengikuti kegiatan ini. Belum lagi ratusan para kader PKK dan Posdaya serta para tokoh masyarakat Kabupaten Karanganyar yang semangat menghadiri acara ini. Apalagi dihadiri langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Bupati Karanganyar Drs H Juliyatmono, MM. Tak pelak, acara yang berlangsung di ruang Pendopo Kabupaten Karanganyar Jl Lawu (Komplek Rumah Dinas Bupati), Karanganyar, Jateng, ini menjadi lebih semarak dan berkesan. Acara Deklarasi Posdaya ini pun menjadi momen penting dengan ditandatanganinya naskah kerja sama atau MoU antara Pemerintah Kabupaten Karanganyar dan Yayasan Damandiri tentang peningkatan kualitas sumber-
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
daya manusia melalui Posdaya. Acara semakin menarik karena dikemas melalui sajian talk show acara Arum Dalu yang disiarkan TVRI Jawa Tengah. Bahkan, acara dipandu langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan presenter TVRI Jawa Tengah Sri Indah Lestari. Acara semakin meriah, dengan pameran aneka produk unggulan yang ditampilkan sejumlah kader Posdaya se-Kabupaten Karanganyar. Puluhan stand Posdaya menampilkan berbagai produk unggulan yang menarik para pengunjung. Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Bupati Karanganyar Drs H Juliyatmono, MM, sejumlah pejabat Pemkab Karanganyar dan tamu undangan lainnya pun meninjau langsung hasil karya para kader Posdaya ini. Bukan hanya itu, sejumlah nyanyian dan tarian tradisional yang dibawakan para kader Posdaya dan sejumlah siswa-siswi serta para penyandang disabilitas menjadi semakin semaraknya acara.
Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengungkapkan kekagumannya terhadap Bupati Karanganyar Drs H Juliyatmono, MM, yang mempunyai komitmen yang tinggi dalam upaya pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan keluarga. Dirinya pun menyampaikan apresiasinya terhadap keberhasilan KB di Kabupaten Karanganyar. Menurutnya, KB adalah awal dari pembangunan keluarga. “Pak Bupati, kini telah melengkapi pembangunan keluarga dengan delapan fungsi keluarga. Di antaranya fungsi keagamaan, kesehatan, pendidikan, wirausaha dan lingkungan. Dan hari ini, melengkapi akhir tahun 2015, sehingga lima program pokok Pak Bupati tadi, tahun 2016 mungkin jumlahnya tetap lima, tetapi pembangunan desa akan dilengkapi dengan apa yang diarahkan oleh PBB pada akhir September 2015 lalu dalam pola pembangunan berkelanjutan atau yang disebut Sustainabel Developments Goals (SDGs),” ujar Prof Haryono. Dalam kesepakatan ini, lanjut Prof Haryono, pembangunan berkelanjutan tidak saja meningkatkan mutu manusia dan keluarga yang diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tetapi ada ukuran baru yaitu, desa yang memelihara kearifan lokal, sumberdaya lokal dan lingkungan lokal. “Sehingga pembangunan desa tidak mengejar orang yang pandai dan kaya raya, tetapi dengan pembangunan yang memelihara sumberdaya lokal untuk para generasi mendatang. Sehingga lima konsep pembangunan Pak Bupati sejalan dengan pola SDGs yang disepakati PBB. Jadi, Pak Bupati ini telah mendahului rumusan SDGs yang akhir September lalu telah diputuskan PBB,” cetusnya bangga seraya mengajak seluruh hadirin untuk memberi aplaus untuk Bupati Karanganyar. Hadir dalam acara ini Bupati Karanganyar Drs H Juliyatmono, MM, Ketua TP PKK Karanganyar Siti Chomsya Juliyatmono, Sekda Kabupaten Karanganyar Drs Samsi, MSi, Ketua Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan KB (BP3AKB) Kabupaten Karanganyar Any Indrihastuti, Wakil Rektor Universitas Negeri Sebelasmaret (UNS) Ketua LPM Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Asisten Deputi Informasi dan Advokasi Yayasan Damandiri Drs Dadi
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono bersama Bupati KaranganyarDrs H Juliyatmono, MM saat penandatanganan MoU antara Pemkab Karanganyar dan Yayasan Damandiri tentang peningkatan kualitas sumberdaya manusia melalui Posdaya.
Parmadi, MA, seluruh SKPD Kabupaten Karanganyar, para camat, lurah dan kepala desa se-Kabupaten Karanganyar, para kader PKK, para kader Posdaya, sejumlah tokoh masyarakat dan undangan lainnya. Sedangkan Bupati Karanganyar Drs H Juliyatmono, MM mengatakan, Posdaya yang digagas Prof Dr Haryono Suyono merupakan salah satu langkah efektif dan strategis untuk menembus agar keluarga-keluarga bisa ke luar dari zona kemiskinan. “Kita ingin ke luar dari zona kemiskinan, masing-masing keluarga kita berdayakan dengan berbagai program agar pembangunan manusia makin hari makin maksimal. Dengan mampu mengurangi angka kemiskinan, lalu menyiapkan keluarga yang berkualitas dan sejahtera. Kalau itu sudah tercapai, berarti bangsa ini akan bergerak lebih maju dan lebih cepat, karena problemnya ada di kemiskinan,” tutur Bupati Karanganyar yang berpasangan dengan Rohadi Widodo masa bhakti 2013-2018 ini. Oleh karena itu, lanjut pria kelahiran Karanganyar, 29 Juli 1966 ini, deklarasi Posdaya yang sengaja dicetuskannya adalah salah satu upaya kerja keras yang akan dilakukan secara bersama-sama dengan semua pihak. “Mari kita keluarkan masyarakat yang kurang beruntung, yang masih miskin kita ajak dengan berbagai program, kita dampingi, supaya betul-betul bisa menjadi keluarga yang sejahtera, bahagia dan berkualitas. Betapa indahnya kalau hal itu bisa terwujud dengan baik,” tutur pria yang pernah menjabat Ketua DPRD Karanganyar periode 2004-2009 ini kepada Gemari usai acara Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
35
Bupati Karanganyar Drs H Juliyatmono, MM saat membacakan Deklarasi Pengembangan Posdaya di seluruh wilayah Kabupaten Karanganyar, Jateng.
36
Deklarasi Posdaya Kabupaten Karanganyar. Dalam upaya mewujudkan pengentasan kemiskinan itu, lanjut H Juliyatmono, yang pertama harus dilakukan adalah pemetaan dan pendataan keluarga. “Karena input data itu penting. Pendataan keluarga harus akurat. Di tiap-tiap RT harus dipastikan, siapa sih keluarga yang masih tertinggal itu. Kemampuannya seperti apa. Apa yang menjadi kebutuhan mereka supaya ke luar dari situasi yang sulit itu. Nah, dengan demikian, maka program itu bisa kita garap secara bersama-sama dari semua instansi terkait,” tegasnya optimis. Mengenai bidang yang digarap untuk langkah itu, lanjut orang nomor satu di Kabupaten Karanganyar ini, bisa di bidang UMKM nya, bisa di kesehatannya, atau bisa di masalahmasalah sosialnya. “Dari seluruh program terpadu itu, kami tentu akan membagi peran dan tugas, agar masyarakat ini bisa ke luar dari zona kesulitan,” tukas H Juliyatmono seraya menambahkan langkah yang dilakukannya itu tentu membutuhkan dukungan dana. Setiap upaya yang dilakukan untuk ke luar dari masalah itu, lanjut H Juliyatmono, tentu harus ada dana. “Kalau seseorang itu masih potensial, keluarganya produktif, mempunyai kemampuan, hanya tidak punya lahan. Nah, keluarga atau orang seperti ini bisa disediakan alat teknologi untuk bisa ke luar dari kesulitannya. Setelah itu diberikan modal untuk usaha. Tentu hal ini membutuhkan dana, sarana dan prasarana. Nah, inilah yang harus kita segerakan dengan pemetaan yang jelas,” papar Bupati Karanganyar yang ke-19 ini meyakinkan. Selain itu, lanjut H Juliyatmono, upaya itu tentu juga akan lebih efektif, berdayaguna melalui adanya berbagai pelatihan. “Mereka yang
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
kelihatannya mampu di bidang mengelas, kita latih agar lebih mahir dalam bidang lasnya. Alatnya kita beli, modalnya kita bantu. Sehingga mereka pun bisa membantu yang lainnya. Akhirnya, mereka pun merasakan saatnya menjadi orang kaya,” tuturnya sumringah. Semua langkah ini, lanjutnya, tentu tidak terlepas dari kebersamaannya dengan Yayasan Damandiri yang telah komitmen untuk bekerja sama. “Dari Yayasan Damandiri ini yang bisa kita ambil yaitu gagasan yang dicetuskannya. Ide atau gagasan itu bukan sesuatu yang murah. Gagasan yang cemerlang dari Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono ini yang akan jadi inspirasi dan motivasi kita untuk agar segera mengambil kebijakan secara teknis. Karena ide yang sudah sedemikian mengalir secara sistematis tinggal menuangkan dalam sebuah kebijakan. Tinggal menganggarkan. Tinggal kemauan kita untuk menjalankan. Nah, itulah ide yang sangat strategis,” ujar H Juliyatmono bangga seraya bersyukur pihaknya bisa menjalin kerja sama dengan Yayasan Damandiri. Dirinya mengungkapkan kekagumannya terhadap kiprah Yayasan Damandiri yang terus berjuang bagi bangsa dan negara ini. “Kami sangat mengagumi terhadap sosok Prof Dr Haryono Suyono yang konsisten menjadi inspirator, motivator bagi bangsa Indonesia. Dan kami berdoa semoga Yayasan Damandiri ini membuahkan manfaat yang besar bagi bangsa dan negara Indonesia. Kita membayangkan, jika ide-ide beliau itu tidak tumbuh sejak dulu, berapa ratus juta ledakan penduduk Indonesia, yang saya kira akan menjadi problem sosial yang luar biasa,” tutur H Juliyatmono. Oleh karena itu, tambah H Juliyatmono, dirinya pun menyampaikan ucapan selamat berulang tahun kepada Yayasan Damandiri yang ke-20. “Kami tetap berharap, semoga Yayasan Damandiri ini akan terus eksis di Indonesia. Ide-idenya terus dituangkan untuk kejayaan Indonesia. Dan tentu, seluruh yang sudah diabdikan bagi bangsa dan negara ini dicatat tinta emas oleh para generasi penerus bangsa,” pungkasnya. ADE S
POSDAYA PEMERINTAH
Dari Rakor Mitra Kerja Yayasan Damandiri 2016
Posdaya, Wujud Revolusi Mental Pemberdayaan “Alhamdulillah, hari ini kita masih bisa dan tegar menjalankan program Pos Pemberdayaan Keluarga atau Posdaya. Program yang dicita-citakan itu kini makin mekar dan marak. Cita-cita itu sekarang menghadapi satu program baru atau proses baru yang dalam bahasa populer sekarang dinamakan revolusi mental. Revolusi mental yang kita gabungkan dengan cita-cita 20 tahun lalu adalah revolusi mental pemberdayaan.”
D
EMIKIAN disampaikan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat menyampaikan paparannya dalam acara Rapat Koordinator (Rakor) Mitra Kerja Yayasan Damandiri 2016 pada Jumat pagi 15 Januari 2016 lalu di Aula Amartapura III Hotel Grand Candi, Semarang, Jawa Tengah. Tampak para bupati/walikota dari berbagai daerah di tanah air, para rektor, wakil rektor, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, tokoh mayarakat serta pengurus dan 20 Posdaya Rujukan Nasional dengan semangat dan antusias menyimak paparan penggagas Posdaya itu. Tampak Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja dan Dirjen PAUDI tampil di mimbar mendampingi Prof Dr Haryono Suyono saat menyampaikan paparan. Hadir pula dalam acara ini Bupati Pacitan Drs Indartato, MM, Walikota Gorontalo Marten A Taha, SE, MEc, Dev, Rektor Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMG) Prof Dr Ir Hi Nelson Pomalingo, MPd, yang juga Bupati Gorontalo Terpilih, Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc, Wakil
Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Uiversitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Suratman, MSc,. Hadir pula Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi, Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin, Direktur Tabur Puja dan Senkudaya Ir Sutarto Alimoeso, MA, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Asisten Deputi Direktur Informasi dan Advokasi Yayasan Damandiri Drs Dadi Parmadi, MA, Pemimpin Perusahaan Majalah Gemari Drs TP Suparta, MBA, para pengurus Yayasan Damandiri dan undangan lainnya. Di hadapan ratusan peserta pria kelahiran Pacitan, Jatim, 6 Mei 1938 ini mengunkapkan rasa bangga dan apresiasi kepada seluruh mitra kerja yang tetap semangat dan konsisten bekerja keras, cerdas dan ikhlas dalam mengembangkan Posdaya. “Saya bangga dan terima kasih kepada para bupati/walikota, para rektor, wakil rektor, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, tokoh masyarakat serta pengurus Posdaya yang selama ini kerja keras, kerja cerdas dan
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat memimpin Rakor Mitra Kerja Yayasan Damandiri 2016. [FOTO-FOTO: ADE S]
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
37
Super Tim Pengurus Yayasan Damandiri yang selalu semangat dan konsisten bekerja keras, cerdas dan ikhlas untuk bersinergi dengan seluruh mitra kerja dalam mengembangkan Posdaya di seluruh tanah air.
38
kerja dengan ikhlas untuk mengembangkan,” tutur Prof Haryono. Diakuinya, pengurus dan anggota Posdaya selama ini bekerja tidak mendapat APBD dan tidak mendapat APBN. “Mereka dengan sangat bijaksana lapor kepada bupati dan walikotanya, kepada SKPD-nya sehingga mereka dapat luberan APBD Kota, APBD Desa yang akhirnya dengan gotong royong mereka membangun Posdaya,” tegas Menko Kesra dan Taskin era Presiden HM Soeharto dan BJ Habibie ini bangga. Kemarin, lanjut Prof Haryono, di mimbar ini para Ketua Posdaya pidato dalam acara Konvensi Posdaya. Mereka menjelaskan pelaksanaan program kerja tahun 2015 dan hasil capaian. “Yang menarik, dalam Konvensi ini seminarnya adalah seminar pedesaan karena pembicaranya Ketua-Ketua Posdaya Desa. Tetapi para Profesor, Ketua LPPM dan undangan lainnya terpaksa harus menunduk karena mereka ternyata bicaranya melebihi guru besar berbagai pergurun tinggi,” ungkap Prof Haryono bangga yang langsung mendapat aplaus seluruh hadirin. Kiprah para kader Posdaya mengingatkannya kepada para tokoh yang melahirkan semangat itu yaitu Sosok HM Soeharto H Sudwikatmono dan Om Liem yang ketiganya telah meninggal dunia, kini tersisa dirinya. Ia pun mengajak seluruh hadirin untuk sejenak menundukan kepala mendoakan para tokoh pendiri itu. “Mari kita doakan semoga arwahnya diterima dan diberikan penghargaan yang setimpal dengan jasa-jasanya. Dan pendiri yang masih hidup saya ini, kiranya didoakan agar panjang umur sehingga tahun depan dan tahun depan dan seterusnya masih bisa bertemu dengan saudara untuk melanjutkan cita-citanya mengangkat keluaraga prasejahtera menjadi sejahtera I, sejahtera II, sejahtera III dan seterusnya,” ajak Prof Haryono..
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
Dua puluh tahun lalu, lanjut dia Pak Harto secara pribadi didampingi oleh Pak Sudwikatmono, Om Liem kemudian saya sendiri dan dalam foto tampak juga pak Subiakto Tjakrawerdaja. Tetapi sekarang sebagian telah meninggalkan kita dan mewariskan suatu cita-cita pemberdayaan keluarga tidak boleh berhenti biarpun beliaubeliau telah dipanggil Alloh SWT. 55 ribu Posdaya Di hadapan para mitra kerja Prof Haryono mengungkakan rasa syukurnya atas upaya yang dilakukan dirinya bersama seluruh mitra kerja yang terus menuai hasil membanggakan. “Alhamdulillah, hari ini kita masih bisa dan tegar menjalankan program yang dicita-citakan itu makin mekar dan makin marak. Cita-cita itu sekarang menghadapi satu program baru atau proses baru yang dalam bahasa populer sekarang dinamakan revolusi mental. Revolusi mental yang kita gabungkan dengan cita-cita 20 tahun lalu adalah revolusi mental pemberdayaan,” katanya. “Saya tantang Dirjen Pemberdayaan Keluarga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengambil 55.000 Posdaya sebagai garapan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Revolusi mental kita adalah bahwa pemberdayaan keluarga tidak boleh ditunda tetapi sekarang dan seterusnya harus berkelanjutan,” tegas Prof Haryono. Dijelaskannya, program kerja Yayasan Damandiri 2016 bertekad untuk menggerakkan komitmen terselenggaranya satu revolusi mental melalui program dan kegiatan pemberdayaan keluarga yang dapat diakses pada tingkat akar rumput. “Oleh karena itu, saya hormat kepada anda-anda sekalian karena pemberdayaan keluarga prasejahtera tidak dilakukan dengan pidato, tetap dilakukan dengan pelatihan yang sungguh-sungguh, praktek kerja dan usaha apapun praktek kerjanya itu,” ungkap Prof Haryono seraya menambahkan apresiasinya kepada para pendamping dari teman-teman perguruan tingi terutama puluhan ribu mahasiswa dan pelajar SMK yang ikut terjun ke desa. “Kita pun dengan berani memancing program dari perbankan untuk memberikan modal usaha secara berke-
lanjutan. Walaupun uang kita tidak banyak tetapi dari Rp 9-Rp 10 triliun sudah mengalir kepada keluarga-keluarga prasejahtera. Secara akumulatif dari sekitar Rp 10 triliun itu telah menarik dana yang dimiliki oleh bank-bank sendiri dua tiga kali lipat. Sehingga keluarga-keluarga di desa yang di masa lalu pernah punya usaha bisa mudah mendapatkan modal,” tutur Prof Haryono. “Proses revolusi mental yang kita kerjakan adalah menggeser dari keluarga miskin yang kalau tidak kita atur dari proses pembedayaan akan demo ke Senayan atau ke istana Presiden. Tetapi demontrasi yang dipimpin para bupati dan walikota kita geser menjadi demontransi pameran produk sehingga kedatangan saya ke desa-desa disambut lebih dari menteri, dikalungi bunga, dipotret dan sebagainya. Bahkan yang motret itu orang-orang desa,” papar Prof Haryono. Yang sangat menarik, ujarnya, tahun 2016 ini adalah mengawali program dunia yang dinamakan Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs ini adalah kelanjutan dari Program Millennium Development Goals (MDGs). “Dengan MDGs seluruh dunia targetnya adalah kemiskinan diturunkan menjadi separuh tetapi Indonensia gagal. Tingkat kelahiran, tingkat kematian turun lebih 2/3. Tingkat pendidikan naik. Pada akhir tahun ini Indonesia gagal menaikkan IPM. Sehingga Indonesia masih terpuruk pada angka diatas dari negara-negara di dunia,” tukas Prof Haryono. Oleh karna itu, lanjutnya, mantan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyo diangkat menjadi panitia tiga dari Perdana Mentei Dunia. “Beliau bersama-sama menciptakan SDGs. Beliau telah mewariskan komitmen Indonesia harus berhasil,” tegas Prof Haryono. Program itu, tambahnya, berbeda dengan program MDGs. MDGs adalah bertugas menaikan IPM. IPM diukur dari tingkat pendidikan yang tinggi dan lama. Kedua diukur dari tingkat kesehatan usianya panjang. Ketiga, diukur dengan ukuran kemampuan daya beli yang diukur dari yang sebanyak-banyak orang punya kerja atau punya usaha. Bukan dari ukuran kaya dan ukuran mewah. Sedangkan target SDGs, jelasnya, pertama, pada 15 tahun yang akan datang kemiskinan diseluruh dunia harus Nol. Kedua tidak boleh
ada kelaparan dan harus Nol. Ketiga tidak boleh ada kesenjangan yang lebih jauh 0,3 menjadi 0,42. Karena 15 tahun terakhir ini tidak ada fokus pada usaha-usaha untuk meningkatkan keluarga prasejahtera. Walaupun programnya bagus tetapi tidak fokus. Ditegasnkannya, target tahun 2015 sampai tahun 2030 adalah target keseimbangan antara peningkatan IPM dengan pemeliharaan kekayaan alam. “Situasi itulah yang mendasari program tahun 2016. Situasi ini ditambah dengan Masyarakat Economi Asean (MEA) di Indonesia yaitu kerja sama antara negara ASEAN untuk Indonesia,” ujar Prof Haryono. Untuk itu, lanjutnya, dalam menangani keluarga miskin ini dirinya dan para mitra kerja harus mempuyai program yang sangat luas ada di semua desa dan harus dipetakan. “Tanpa pemetaan maka keluarga miskin itu tidak pernah ketemu. Untuk itu, kami mengajak seluruh LPPM dari 470 perguruan tinggi mitra kerja Yayasan Damandiri di seluruh Indonsia untuk merapatkan barisan untuk melakukan identifikasi dan pemetaan yang cermat,” imbuh Prof Haryono seraya meminta kepada para bupati yang menganggarkan di APBD agar pemetaan dilakukan dengan sebaik-baiknya. Dan bagi perguruan tinggi yang akan melakukan KKN untuk melakukan sowan dulu kepada bupatinya. Kepada 20 Posdaya yang terpilih, lanjutnya, diharapkan menjadi rujukan nasional yang dapat diterima oleh para bupati/ walikota. Dan di setiap kesempatan bisa diserahkan kepada bupati /walikota untuk dijadikan rujukan nasional, kemudian membentuk rujukan provinsi, rujukan kabupaten, rujukan kecamatan sampai rujukan desa. “Berikanlah kesempatan kepada mereka untuk menjadi contoh atau teladan di pedesaan,” pungkas Prof Haryono. ADE S
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono didampingi Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja (kedua dari kanan), saat memimpin acara Rakor Mitra Kerja Yayasan Damandiri 2016.
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
39
POSDAYA PEMERINTAH
Posdaya Siap Bersama Program Kementerian Desa Belum sepekan usai memperingati HUT ke 20, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono diterima Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Marwan Jafar didampingi, Sekjen Anwar Sanusi, dan para Dirjen. Prof Haryono Suyono lapor Menteri Desa tentang kiprah 55.000 Posdaya.
Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Marwan Jafar bergambar bersama Prof Dr Haryono Suyono, Dr Subiakto Tjakrawerdaja dan Tim Yayasan Damandiri serta Pejabat Eselon I Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi usai pertemuan. [FOTO-FOTO: ANNA MURNIJATI]
40
P
ADA pertemuan yang berlangsung di Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi, Kalibata, Jakarta Selatan itu, antara lain Ketua Yayasan Damandiri melaporkan perihal Posdaya yang pada awal 2016 telah berjumlah 55.000, dan tersebar di hampir seluruh Indonesia. Pembentukan Posdaya itu diawali adanya kerja sama program KKN Tematik Posdaya dengan 470 perguruan tinggi negeri maupun swasta di tanah air. Ketua Damandiri juga menyampaikan, pada rangkaian HUT ke 20 yayasan yang dipimpinnya telah terpilih 20 Posdaya Rujukan Nasional yang akan dijadikan sebagai Posdaya pusat rujukan dan pelatihan bagi Posdaya-Posdaya lain di sekitarnya. Prof Haryono menyampaikan pada Menteri Marwan bahwa hingga awal Januari 2016 sudah terbentuk 55.000 Posdaya. Semuanya yang sudah terbentuk saat ini siap mendukung dan mensukseskan Program Desa dari Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi. Ketua Yayasan Damandiri memaparkan, selama 10 tahun terakhir sangat menikmati bekerja sama dengan 470 perguruan tinggi. Proses kegiatan di pedesaan diawali dari dosen pembimbing. “Setiap kali mau terjun ke lapangan ada sekitar 50 sampai 150 dosen pembimbing dipersiapkan dan diinisiasi
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
dibekali dengan materi. Untuk itu, nanti berkesempatan Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi bisa menginisiasi dan membekali dosen pembimbing mendampingi kepala desa atau punggawa desa dan masyarakat desa dalam membangun,” ujarnya. Pada kesempatan itu Prof Haryono juga menuturkan pengalamannya bahwa pancingan kita itu tidak usah terlalu besar, tetapi masyarakat masih bisa diajak untuk gotong royong. Dari gotong royong itu ternyata menghasilkan kelipatan yang melimpahlimpah. Ada salah satu contoh yang menarik, ujarnya, ada satu desa di daerah pantai di Pacitan. Desa tersebut diajak membangun tambak udang. Mereka sebenarnya butuhnya itu pengetahuan, kemudian diajak Ke Sekolah Tinggi Perikanan (STP) yang ada di Serang, Banten. Di situ melihat bagaimana mahasiswa perikanan itu membudidayakan udang. “Kemudian setelah belajar dari STP bagaimana cara membudidayakan udang, dan kembali ke desanya, lalu saya kasih modal tidak lebih dari Rp 300 juta – Rp 500 juta. Kemudian jadilah tambak yang dibangun oleh masyarakat yang digarap secara gotong royong,” tutur Prof Haryono. Kemudian, kata tokoh nasional asal Pacitan ini, selama 100 hari masyarakat desa tersebut
menungguin sampai panen udang yang luar biasa hasilnya. Mereka sangat disiplin dalam membudidayakan udang melalui model tambak Busmetik. Tambak Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik (Busmetik) di Dusun Soge, Ngadirojo, Pacitan itu pun sukses menjadi Posdaya pertama yang berhasil memanen udang hasil budidayanya. Lebih lanjut diceritakan Prof Haryono, dalam panen perdana Busmetik yang dikelola oleh Posdaya Mulyosari ini, tercatat dari tiga tambak menghasilkan panen sekitar 5 ton dengan kalkulasi penghitungan harga per tambak udang mencapai 70 juta, sehingga jika di total, jumlah hasil penjualan udang tersebut mencapai 210 juta. “Dengan pendampingan penyuluh dan mahasiswa dari STP Serang yang secara bergilir praktek membantu mendampingi masyarakat, pekerja desa bisa menjadi petambak yang tekun dan disiplin, sehingga pantai selatan bisa menjadi lahan pengembangan tambak udang yang berhasil,” jelas Prof Haryono. Menurutnya, keberhasilan panen besar ini tak lepas dari pengelolaan tambak yang tekun dan telaten dari masyrakat sekitar. “Jaminannya seperti di Sidomulyo adalah ketekunan tenaga lapangan. Mereka mendapat latihan relatif singkat, tetapi dedikasinya sangat tinggi,”imbuhnya. Belajar dari kenyataan bahwa rakyat desa bisa, maka kata kepala BKKBN yang program KB-nya mendunia pada era tahun 1990-an ini, dengan adanya dana desa itu keluarga-keluarga dan masyarakat di desa-desa bisa digerakan. Tentu saja dengan pancingan yang luar biasa. “Jadi nanti, barangkali antara dana desa dari Desa, PDT dan Transmigrasi dengan Program Posdaya dari Yayasan Damandiri bisa disinergikan. Kami dari Yayasan Damandiri bagian inisiasi dengan mendatangkan pelatihnya, lalu masyarakat di desa dengan pimpinan kepala desa bisa melaksanakannya. Ini kombinasi yang sangat baik,” papar ketua Yayasan Damandiri. “Wah luar biasa, kami memberi apresiasi atas masukkannya dan partisipasinya membantu kami, pemerintah, dalam upaya bersama mengentaskan kemis-
Prof Dr Haryono Suyono disambut hangat oleh Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Marwan Jafar.
kinan dan meningkat kesejahteraan dan kemajuan masyarakat desa, utamanya desa yang belum maju,” sambut Menteri Marwan Jafar. Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Kabinet Kerja Pemerintahan Jokowi ini pun memberi sinyal agar segera ditindaklanjuti, yang terlebih dahulu diawali dengan adanya nota kesepahaman MoU antara Kementrian Desa, PDT dan Transmigrasi dengan Yayasan yang dipimpin Prof Haryono Suyono. Dengan adanya MoU atau apa namanya akan bisa mengikat kerja sama antar lembaga ini. sehingga sinergitas dan kesinambungan program kerja tersebut dapat berjalan dengan baik dan bisa memberi manfaat untuk memajukan masyarakat desa dan desanya. “Terlebih desa ini akan menjadi masa depan Indonesia, sehingga kami di Kementrian Desa, PDT dan Transmigrasi ini memiliki tagline ‘Desa Membangun Indonesia’,” ujarnya. Prof Haryono pun setuju dengan tagline tersebut. “Saya sangat setuju Desa Membangun Indonesia,” cetusnya spontan, karena
Prof Dr Haryono Suyono bersama tim Yayasan Damandiri tengah melaporkan kesiapan Posdaya sebagai mitra Program Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi kepada Menteri Marwan Jafar yang juga didampingi para pejabat eselon satunya, di ruang tamu Menteri.
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
41
Kader Posdaya di desa akan lebih mampu mengelola potensi lokal yang dimiliki dengan dukungan pemerintah. [FOTO: ADE S]
42
sejak menjadi Kepala BKKBN cita-citanya itu. Sementara itu, Sekjen Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi Anwar Sanusi menambahkan, di tahun 2015 banyak target yang sudah dicanangkan belum semuanya bisa terpenuhi. Dan dari hasil identifikasi yang dilakukan, imbuh Sekjen salah satu persoalannya
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
adalah sisi kompetenai SDM yang harus kita perbaiki. “Karena kebanyakan persepsi yang terbangun masih paradigma lama, misalnya persepsi akhir tahun semuaya bisa selesai. Sehingga banyak kegiatan yang secara realisasi fisik sudah terselenggarakan tapi terkendala realisasi anggaran,” imbuhnya. Namun demikian, Anwar juga mengakui bahwa di Kementerian desa, PDT dan Transmigrasi yang merupakan gabungan tiga kementerian setelah dilakukan analisis masih belum ada keseimbangan antara beban kerja dan jumlah pejabat yang di dalam. “Kita melakukan analisis beban kerja dan jabatan kita masih kekurangan. Mudahmudahan harapan kita bisa menambah jumlah PNS menjadi 3500, meskipun hari ini kita menghadapi moratorium pegawai,” tandasnya. Anwar menegaskan, Komitmen untuk melakukan pelatihan dan pembelajaran pelaksanaan anggaran yang cepat dan tepat akan terus dilakukan untuk membangun iklim pembelajaran yang baik di Kementerian Desa. “Terutama dalam hal pengelolaan anggaran. Bahkan menurut pak menteri kalau sabtu bisa dilakukan pelatihan, ini sesuai dengan komitmen hasil deklarasi reformasi birokrasi yang dipimpin langsung oleh pak menteri beberapa waktu lalu,” paparnya. Sekjen Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi mengatakan, ini menemukan momentum. Setelah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, artinya sampai sekarang butuh waktu 25 tahun, Indonesia memiliki UU baru yang mengandung spirit. “Spiritnya itu, kita mengakui kekhasan dari desa itu sendiri, sehingga tidak seperti dulu kita membawa proyek ke desa tetapi sekarang biarkan desa itu mengelola potensi lokal yang mereka miliki (local resources), dan sebagai stimulan mereka bisa menggunakan dana desa yang mereka terima,” tutur Anwar Sanusi. HARI
POSDAYA ORGANISASI SOSIAL
HKSN Tahun 2015 Ketua LKKS Provinsi Sumbar
Beri Penghargaan «Social Welfare Awards» Penganugerahan Tanda Penghargaan Social Welfare Awards (SWA), sebagai salah satu rangkaian kegiatan peringatan Hari Kesejahteran Sosial Nasional (HKSN) Tahun 2015, yang berlangsung di Hotel Axana, Kota Padang, Sumatera Barat, dihadiri Ketua Umum Dewan Nasional Indonesia Kesejahteraan Sosial (DNIKS) Prof Dr Haryono Suyono juga Ketua Umum Lembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial (LKKS) Provinsi Sumbar Hj Nevi Irwan Prayitno.
D
ALAM kesempatan itu hadir pula Ketua LKKS Kabupaten/Kota se- Sumatera Barat, Ketua LKKS Kota Padang, Rektor sejumlah Perguruan Tinggi, Kepala Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat, Kepala Dinas Sosial Kota se Sumatera Barat, Dirut PT Semen Padang atau, Dirut Bank Nagari dan Ketua Umum Basnas Padang, Dompet Dhuafa juga penggerak-penggerak Posdaya. “Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Alloh subhanahu wataa’ala, pada hari ini kita bisa mengikuti acara yang cukup strategis yaitu Penganugerahan Tanda Penghargaan Social Welfare Awards ( SWA) sebagai salah satu rangkaian kegiatan peringatan Hari Kesejahteran Sosial Nasional (HKSN) Tahun 2015 di Sumatera Barat,” ujar Hj Nevi Irwan Prayitno, Ketua Umum Lembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial (LKKS) Provinsi Sumbar. “Salam hormat dan terima kasih juga kami sampaikan untuk para pimpinan Perusahaan dan Lembaga Kesejahteraan Sosial Nasional maupun perorangan yang telah menunjukkan komitmen dan kepedulian dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial dan penanggulangan kemiskinan di Sumatera Barat,” tambahnya.
Berbicara tentang penyelenggaraan Kesejahteran Sosial berarti, menurutnya juga bicara tentang tanggap sosial dan solidaritas atau kesetiakawanan sosial dalam membangun Indonesia sejahtera. “Sebagaimana dari tema Peringatan HKSN yang jatuh tanggal 20 Desember 2015, yaitu “Ayo Kerja Bersama Membangun Indonesia Sejahtera”, untuk itu kami sebagai Ketua LKKS, melihat Provinsi Sumatera Barat sangat penting dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial,” paparnya. Mengapa? “Karena melihat daerah kami yang pertama masalah sosial adalah masalah yang dapat dikatakan tidak bisa habis sama sekali dan bahkan tentu mengikuti perkembangan kehidupan manusia. Dan kedua, daerah Sumatera Barat adalah daerah rawan bencana, sehingga begitu ada bencana maka akan menimbulkan penduduk miskin yang baru. Ketiga, alasan kami, pemerintah belum atau masih memiliki kemampuan yang terbatas dalam melaksanakan kegiatan penyelenggaraan kesejahteraan sosial,” urainya. “Oleh karena itu yang kita tangani ada tiga kepentingan besar dalam penyelenggaraan kesejahteraan tersebut, maka wajar apabila
Usai penganugerahan Tanda Penghargaan Social Welfare Awards (SWA), pada peringatan Hari Kesejahteran Sosial Nasional (HKSN) Tahun 2015, di Kota Padang, Sumatera Barat, berfoto bersama. Tampak hadir Ketua Umum DNIKS Prof Dr Haryono Suyono juga Ketua Umum LKKS Provinsi Sumbar Hj Nevi Irwan Prayitno. [FOTO-FOTO: DEDE H]
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
43
Ketua Umum DNIKS Prof Dr Haryono Suyono dan Ketua Umum LKKS Provinsi Sumbar Hj Nevi Irwan Prayitno bersama Sekjen DNIKS Dr Rohadi Haryanto, MSc saat bincangbincang.
LKKS yang bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan dan membina kegiatan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang akan dilaksanakan oleh masyarakat. Akan lebih terhormat dan akan lebih berterima kasih dan merasa perlu memberikan penghargaan kepada semua pemangku kepentingan yang selama ini telah menunjukkan komitmen, kepedulian dan mengambil peran bersama dengan LKKS dalam kegiatan penyelenggaran kesejahteraan sosial maupun penanggulangan kemiskinan,” ujar Hj Nevi. Dalam kesempatan itu Hj Nevi menjelaskan, ketika Pak Irwan Prayitno menjadi gubernur tahun 2010, masalah kemiskinan turun sepuluh persen (10%). Lalu setelah selesai menjabat gubernur Provinsi Sumatera Barat tahun 2015 kemiskinan turun menjadi 8%. “Mudah-mudah yang 2 persen ini ada kerja sama kita dari berbagai kegiatan Posdaya yang sudah kita galakkan di Sumatera Barat. Bahkan Pak Irwan Prayitno disebut Gubernur Posdaya oleh Bapak Prof Haryono Suyono karena telah banyak kesuksesan yang kita dapatkan,” ujarnya yang langsung mendapat aplaus hadirin. Disebutkan, tahun depan ada program baru antara lain “jambanisasi”, dimana LKKS akan kerja sama dengan BASNAS dan Semen Padang. Sehigga, harap Hj Nevi perilaku hidup bersih dan sehat di Sumatera Barat bisa terentaskan sedikit demi sedikit dengan adanya program-program yang ada di LKKS ini. Sebagai Ketua LKKS, ia bertekad menjadikan Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga), sebagai lembaga kesejahteran sosial bagi keluarga di tingkat akar rumput dan sudah dapat dimanfaatkan dengan baik. “Seperti yang sudah kami dapatkan sentra perkulakan Posdaya di Masjid Raya, sekarang
telah memiliki anggota 250 orang, yang sebelumnya beranggotakan 70 orang. Warungwarung Posdaya ada di sekitar Masjid Raya dan Insya Allah akan kita buka juga Senkudaya. Sentra Perkulakan Posdaya yang membantu masyarakat untuk mengentaskan kemiskinan ini akan segera kita buka di daerah lain. Yang paling berminat dalam waktu dekat ini adalah Kabupaten Solok. Karena Solok juga sudah ada Taburpuja. “Untuk itu kami harapkan dukungan yang penuh dari DNIKS terutama dan LKKS di kabupaten/kota agar membantu masyarakat miskin ini dengan program-program ekonomi yang ke kinian, sehinga ke depan kita bisa menghasilkan masyarakat yang tidak hanya sukses secara ekonomi, tetapi mereka juga memiliki mental-mental yang kuat,” harapnya. Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan sosial diharapkan Posdaya-Posdaya menjadi pelopor-pelopor kegiatan kesejahteran sosial masyarakat yang ada di desa-desa atau di kampung-kampung. “Karena dari program program Posdaya yang selama ini sudah kita jalankan, mereka menjadikan Posdaya menjadi satu tubuh, sehingga ketika ada salah satu anggotanya sakit, maka anggota yang lain akan ikut merasa sakit,” ujar Hj Nevi. Karenanya, tambah dia, akan saling gotong royong untuk saling membantu anggota yang sakit tersebut. “Dengan demikian melalui HKSN ini kita canangkan bahwa Posdaya yang ada di Sumatera Barat ini akan menjadi pelopor-pelopor kesejahteraan sosial yang ada di seluruh Sumatera Barat,” dalihnya. Tak lupa ia pun kepada para penerima Social award mengucapkan selamat. “Mari kita lanjutkan kerja sama yang telah kita jalankan selama ini,” ujarnya dan sebagai Ketua LKKS ia memberikan Penghargaan kepada Ketua LKKS Kota dan Penggerak Posdaya di Sumatera Barat yang telah berhasil melewati pemilihan gubernur dengan penuh bijaksana, menurutnya melewati pemilihan gubernur tanpa kerusuhan. Contoh internasional Pada kesempatan itu Prof Haryono mengatakan, LKKS Sumatera Barat merupakan satu satunya pelopor dari cara gerak pelayanan kesejahteraan sosial yang diturunkan ke desa dan nagari ke jorong-jorong. “Di
44
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
daerah lain masih bergulat, dan Sumatera Barat tidak saja menjadi contoh Indonesia, sekarang mulai dilirik sebagai contoh internasional,” ujarnya seraya menambahkan untuk memberi tepuk tangan yang meriah kepada para hadirin. Contoh internasional tersebut, menurut Prof Haryono, karena pelayanan kesejahteraan sosial yang dilayani adalah keluarga miskin dan keluarga disabilitas. Keluarga yang kurang dan bukan keluarga yang berlebihan. “Kadang-kadang ada anggapan bahwa yang kurang ini akan disisihkan. Akan digusur. Kalau punya rumah jelek mendadak tanahnya dijadikan taman atau dijadikan gedung bertingkat. Dan yang punya rumah seperti itu dipinggirkan ke pinggiran kota. Bukan ke tengah kota diberi pekerjaan. Tetapi justru di pinggiran kota yang tidak ada aktivitas ekonomninya. Sengsara tambah sengsara. Akhirnya sakit dan meninggal dunia. Lenyap dari peredaran. Banyak kasus seperti itu,” ungkapnya. “Sekarang kita sudah mulai dengan kegiatan kegiatan yang masuk ke desa. Ibu Nevy dan saudara-saudara sekalian menjadi pelopor yang sangat berani. Banyak ditentang, banyak mengalami kesulitan. Saya tahu persis,” ujarnya. “Biarpun saya pernah menjadi Menko Kesra, tetapi tidak menggugah untuk merubah mindset para pejabat. Tidak mudah untuk merubah sikap dan tingkah laku. Selama lima belas tahun ini dari kementerian sosial ada usaha untuk memusatkan pelayanan sosial di bawah satu atap.” Prof Haryono menyebut jika ia jadi presiden mestinya ibu Nevi di beri penghargaan secara
Ketua Umum LKKS Provinsi Sumbar Hj Nevi Irwan Prayitno menyematkan tanda penghargaan kepada salah seorang penerimanya saat Penganugerahan Tanda Penghargaan Social Welfare Awards (SWA).
khusus. Sebagai tokoh yang berani mengadakan perubahan sosial. “Sehingga saya harapkan dalam lima tahun yang akan datang Presiden baru dan pemerintah baru akan bisa melihat karena dari tingkat DNIKS, saya, Pak Sekjen dan teman-teman yang hadir malam ini menyaksikan bahwa Ibu Nevi biarpun Pilkadanya belum disahkan sudah berani memberikan penghargaan kepada saudara-saudara sekalian,” ucapnya seraya tersenyum. “Mudah mudahan ini mendapatkan feedback dari saudara-saudara sekalian untuk apa yang terpampang di sini sehari berbagi satu orang satu. Karena apa? Karena Hari Kesetiakawnan Sosial, tanggal 20 Desember sebenarnya merupakan hari yang sangat sakral. Tidak dirayakan di suatu peristiwa yang terjadi di ibukota. Tetapi suatu peristiwa yang diawali dengan gempuran Belanda pada tanggal 18 Desember tahun 1948,” ujarnya panjang lebar dengan semangat. Prof Haryono lalu menjelaskan perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan hingga berhasil selamat dalam perjuangan tersebut. HNUR/DH
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
45
KONVENSI POSDAYA
Damandiri Award 2015
Penghargaan untuk Pahlawan Posdaya Terpilihnya lima Posdaya terbaik, mendulang banyak acungan jempol. Karena tidak mudah memilih Posdaya terbaik dari ribuan Posdaya terbaik di seluruh penjuru Nusantara. Dari 20 Posdaya Rujukan Nasional, Posdaya Plamboyan, Posdaya Nasio, Posdaya Puspa Lestari, Posdaya Mingudani dan Posdaya Kusuma Jaya akhirnya terpilih menjadi Posdaya terbaik.
Sebanyak 20 Posdaya dari berbagai wilayah di tanah air tengah menantikan detik-detik pengumuman Posdaya terbaik rujukan nasional yang disampaikan Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin. [FOTO-FOTO: ADE S]
46
P
EMILIHAN 20 Posdaya yang menjadi rujukan nasional, bukanlah hal mudah. Tetapi harus melalui proses panjang. Mulai dari pemilihan di tingkat Lembaga Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) perguruan tinggi, pemerintah kabupaten/kota, pembina Posdaya di tingkat LPPM ke tingkat koordinator wilayah. Hingga kemudian dipilih lagi 100 Posdaya berdasar kota masing-masing koordinator wilayah untuk dikirimkan ke tingkat nasional. “Oleh tim juri tingkat nasional memberikan penilaian atas dasar laporan dari masing-masing Posdaya, kemudian daftar isian dari masing-masing Posdaya terhadap 100 Posdaya yang telag dikirimkan oleh korwil tadi,” jelas Dr Mazwar Nurdin, MSc, Deputi Program Yayasan Damandiri. Selanjutnya, kata Mazwar Nurdin, dewan juri tingkat nasional dari 100 Posdaya memilih 30 Posdaya terbaik, kemudian mengunjungi ke-30 Posdaya unggulan tersebut untuk memutuskan 20 Posdaya unggulan terbaik yang akan menjadi Posdaya Rujukan Nasional. “Mengapa harus 20? Karena 20 itu melam-
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
bangkan ulang tahun Damandiri. Tahun lalu juga dipilih 19 Posdaya unggulan. Terhadap 20 Posdaya Rujukan Nasional ini, oleh tim juri lainnya telah dilakukan penilaian terhadap penyajian mereka sebagai panelis di dalam lima rangkaian diskusi panel, tanya jawab dan akhirnya diputuskanlah bahwa 20 Posdaya Rujukan Nasional itu semuanya terbaik dan akan mendapat hadiah,” tutur Mazwar. Sepuluh Posdaya Rujukan Nasional yang telah dipilih oleh Tim Dewan Juri, berdasar laporan data dan pengamatan lapangan adalah; Posdaya Nasio Kota Bekasi, Posdaya Permata Bunda Kota Padang, Posdaya Barokatul Qur’an Sumber Pucung, Kabupaten Malang, Posdaya Manunggal Jaya Kabupaten Bantul, Posdaya Barokah Kabupaten Boyolali, Posdaya Kusumajaya Kota Semarang, Posdaya Mersi Sejahtera Husada, Kabupaten Banyumas, Posdaya Miftahul Hidayah Kabupaten Pamekasan Madura, Posdaya Soka Kota Jakarta Selatan dan Posdaya Bersolek Kota Malang. Sepuluh Posdaya Rujukan Nasional lainnya adalah, Posdaya Puspa Lestari Kota Bogor, Posdaya Nurul Huda Kabupaten Kuningan,
Posdaya Mawar Kabupaten Pacitan, Posdaya Binangun Sejahtera Kabupaten Kulonprogo, Posdaya Takwa Kabupaten Semarang, Posdaya Plamboyan Kabupaten Bandung Barat, Posdaya Migunani, Kab Sleman, Posdaya Kartini Utama Kabupaten Tegal, Posdaya Dadi Redjo Kabupaten Pacitan dan Posdaya Nurul Iman Kota Metro Lampung. Dari 20 Posdaya Rujukan Nasional ini, akhirnya terpilih lima Posdaya Rujukan Nasional unggulan. Juara 1 diraih Posdaya Plamboyan, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Juara 2 diraih Posdaya Puspa Lestari Kota Bogor, Jawa Barat. Juara 3 diraih Posdaya Nasio Kota Bekasi, Jawa Barat. Harapan 1 diraih Posdaya Migunani Kabupaten Sleman, DIY. Dan Juara Harapan 2 diraih Posdaya Kusuma Jaya, Kota Semarang, Jawa Tengah. Masing-masing penerima penghargaan ini menerima tropi, piagam penghargaan dan uang pembinaan senilai Rp 30 juta untuk juara 1, Rp 27 juta untuk juara 2, Rp 24 juta untuk juara 3, Rp 21 juta untuk juara harapan 1 dan Rp 18 juta untuk juara harapan 2. Demikian juga untuk 15 Posdaya lainnya menerima tropi, piagam penghargaan dan uang pembinaan senilai Rp 15 juta. Untuk keseluruhan Posdaya yang jumlah 20 itu juga mendapat laptop guna mendukung kinerja mereka. Penyerahan hadiah tersebut diberikan Ketua Yayasan Damandiri Prof Haryono Suyono, Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto dan Rektor Unnes Prof Dr Fathur Rokhman, MHum, kepada Posdaya Rujukan Nasional unggulan. Posdaya bisa berkembang di seluruh Indonesia, tak lepas dari kebijakan pemimpin dan pola kepemimpinan di suatu daerah. Menghargai andil para pemimpin daerah dalam mengambil kebijakan, Yayasan Damandiri pun memberikan penghargaan kepada 19 bupati/walikota terbaik. Sepuluh walikota/bupati yang mendapat anuge-
rah Damandiri Award 2016 itu adalah Walikota Bogor, Walikota Semarang, Walikota Bekasi, Walikota Malang, Walikota Jakarta Selatan, Walikota Padang, Walikota Metro Lampung, Bupati Kuningan, Bupati Kulonprogo dan Bupati Semarang. Sembilan bupati/walikota lainnya adalah Bupati Bandung Barat, Bupati Sleman, Bupati Malang, Bupati Pacitan, Bupati Banyumas, Bupati Tegal, Bupati Bantul, Bupati Boyolali dan Bupati Pamekasan. Mengutip dari perkataan Bapak Perintis Posdaya Prof Haryono Suyono, mereka semua adalah Pahlawan Posdaya, karena memiliki kepedulian tinggai terhadap pengentasan kemiskinan melalui Posdaya di wilayahnya masing-masing. Selamat! RW
Lima Posdaya terbaik rujukan nasional bergambar bersama Prof Dr Haryono Suyono, Dr Subiakto Tjakrawerdaja (kiri) dan Prof Dr Fathur Rokhman, MHum (kanan).
Suasana meriah dan berkesan acara malam syukuran HUT ke-20 Yayasan Damandiri.
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
47
KONVENSI POSDAYA
Dari Syukuran HUT Damandiri ke-20
Persiapkan 15 Tahun Ke Depan, Angka Kemiskinan Nol Persen Memasuki era pembangunan berkelanjutan, Yayasan Damandiri tetap akan terus maju, memberi kepercayaan lebih tinggi kepada seluruh masyarakat Indonesia. Bukti kepercayaan ini ditunjukkan Yayasan Damandiri dengan pemberian Damandiri Award 2015 kepada para pejuang Posdaya pada malam syukuran HUT ke-20 Yayasan Damandiri di auditorium Universitas Negeri Semarang (Unnes), Semarang, Jawa Tengah, 15 Januari 2016 lalu.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono didampangi Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja, Bupati Kuningan Hj Utje Choeriah Hamid Suganda, SSos dan Rektor Unnes Prof Dr Fathur Rokhman, MHum, usai memotong tumpeng syukuran HUT ke-20 Yayasan Damandiri. 48
M
ALAM syukuran HUT ke-20 Damandiri banyak dihadiri kalangan dunia pendidikan, para penggerak dan pengurus Posdaya, lembaga swadaya masyarakat, mitra perbankan dan mitra kerja lainnya. Di antaranya hadir sejumlah rektor dari Universitas Muhammadiyah Metro Lampung, Universitas Taman Siswa Palembang, Universitas Muhammadiyah Gorontalo, Universitas Taman Siswa Yogyakarta, Univesitas Taman Siswa Padang, Universitas Trilogi Jakarta, Universitas Negeri Sebelasmaret Surakarta dan perwakilan dari 450 perguruan tinggi lainnya yang menjadi mitra Yayasan Damandiri. Malam puncak ini juga menjadi malam penentuan bagi 20 Posdaya yang sejak tanggal
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
13 Januari digodok habis evaluasi kinerjanya selama mengelola Posdaya. “ Posdaya dari 20 kabupaten/kota dari seluruh Indonesia ini menjadi jauh lebih baik daripada gurugurunya. Wakil-wakil dari Posdaya ini didampingi para bupati yang saatnya nanti kita beri penghargaan telah dengan penuh kasih sayang ikut membina Posdaya di desadesanya,” ungkap Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat memberikan kata sambutan di hadapan ribuan tamu undangan dari seluruh Indonesia ini dengan bangga. Dalam sambutannya, Prof Haryono Suyono mengungkapkan kebanggaannya atas prestasi yang ditorehkan sejumlah bupati yang ia beri gelar, Bupati Posdaya. “Bupati Kulonprogo, Walikota Gorontalo beliau berjanji dalam waktu singkat di seluruh kota akan didirikan Posdaya sebagi ujung tombak pembangunan keluarga. Ada juga Bupati Kuningan membentuk Posdaya di seluruh desa sejak bupati sebelumnya yang dijabat suaminya,” ungkapnya. Bahkan, kata Prof Haryono Suyono, Bupati Pacitan Indartato, sejak terpilih jadi bupati diajak bentuk Posdaya kemudian terbentuk 2050 Posdaya. Tingkat kemiskinan turun dari 20 persen menjadi di bawah 15 persen saat ini. “Mereka semua adalah pahlawan Posdaya, termasuk LPPM perguruan tinggi, perbankan, lembaga sosial. Pada kesempatan ini, perkenan kita menundukkan kepala memberikan doa Pak Harto, Sudwikatmono, Liem Sioe Liong. Mereka adalah pendiri Damandiri yang telah mendahului kita semua. Semoga mereka diberi tempat sebaik-baiknya disisi nya,” ungkapnya penuh keheningan. Menyadari usianya yang sudah mulai se-
puh dan tokoh-tokoh pendiri Yayasan Damandiri sudah berpulang satu per satu, di sela keheningan suasana itu Prof Haryono Suyono juga meminta doa kepada seluruh tamu undangan untuk mendoakan dirinya agar diberi umur panjang, karena masih banyak program ke depan yang ingin digarap bersama seluruh mitra kerjanya. “Pendirinya tinggal satu, saya. Semoga saya diberi umur panjang. Kesempatan ini juga saya ingin mengucapkan terima kasih kepada kawan-kawan semua yang telah ikut mengembangkan Posdaya,” tuturnya seraya mengajak seluruh tamu undangan berdoa menundukkan kepala. Berjuang untuk 15 tahun ke depan Dua puluh Posdaya yang hadir pada malam itu sebenarnya memiliki maksud tentang keberadaan Yayasan Damandiri yang kini genap berusia 20 tahun. “20 Posdaya yang malam ini diberi penghargaan sebagai Posdaya Rujukan Nasional ini diperas dari sekitar 2000 Posdaya, yang disebut Posdaya rujukan ring ke dua. Dan pada ring ke tiga, 2000 Posdaya diperas dari sekitar 55.000 Posdaya yang disebut Posdaya Rujukan ring ke tiga.” Menurut Prof Haryono Suyono, pengentasan kemiskinan di Indonesia melalui Posdaya hanya bisa dilakukan kalau ring 1, 2, 3 dan seterusnya makin lama makin menjangkau 80.000 di desa-desa seluruh Indonesia. “Malam ini sekaligus mengakhiri tahapan pertama dari program yang dilakukan Posdaya. Program itu adalah program berbasis Millennium Developmen Goals (MDGs).” Delapan sasaran program MDGs ini secara resmi telah ditutup oleh PBB pada 26 September 2015. Sejak itu dunia memasuki program pembangunan berkelanjutan yang memiliki 17 sasaran. Pertama, dalam masa 15 tahun ada tiga sasaran: kemiskinan harus nol persen, kelaparan nol persen dan kesenjangan makin diperdekat. “15 tahun telah lewat tapi 15 tahun akan datang lebih rumit dari tahun terakhir. Kelaparan, kesenjangan makin mendekat dan akan ditopang dengan dua komponen yang
selama 15 tahun sudah kita kerjakan. Yaitu, peningkatan pembangunan manusia, kesehatan, pendidikan, kewirahausahaan yang sangat komperehensif. Di samping itu, kita semua dibebani untuk memelihara kekayaan alam, laut, darat, langit dan lingkungan yang damai. Sehingga seluruh pemerintah dunia diminta untuk berangkulan dengan negara lain, lembaga lain mengembangkan ekonomi keakraban dan membawa pesan kepada rakyat bahwa pembangunan harus dilakukan dengan kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas penuh kegotongroyongan, kebersamaan, tidak boleh ada keluarga yang nganggur, tidak bekerja dan tidak punya usaha untuk mencintai tanah air,” paparnya. Mencontoh Bupati Kulon progo yang memiliki slogan “kalau cinta Kulonprogo beli Kulonprogo”, Prof Haryono menegaskan, mencintai tanah air berarti mengolah apa yang ada di bumi tapi jangan dihabiskan, sisakan untuk generasi mendatang. “Tahun 2016 Damandiri tidak akan mundur, tapi akan memberi kepercayaan lebih tinggi kepada bapak ibu sekalian. Pembangunan akan kita lakukan gegap gempita. Mudah-mudahan mendapat kemudahan dan restu.Dirgahayu Damandiri, dirgahayu Posdaya di seluruh Indonesia,” ucapnya berapiapi. Menandai peringatan HUT Damandiri ke20, dilakukan pemotongan tumpeng oleh Prof Haryono Suyono didamping sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaya disaksikan seluruh mitra kerja dan tamu undangan. Malam yang memberikan banyak penghargaan untuk para pahlawan Posdaya ini ditutup dengan anugerah Damandiri Award kepada 5 Posdaya Rujukan Nasional terbaik dan 20 bupati dan walikota Posdaya terbaik. Selamat! RW
Sebanyak 20 kepala pemerintah daerah dari berbagai wilayah di tanah air bergambar bersama pimpinan Yayasan Damandiri usai menerima penghargaan Damandiri Award 2015. [FOTO-FOTO: ADE S]
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
49
LAPORAN UTAMA
Posdaya Kuatkan Pencapaian Target SDGs Posdaya bisa menjadi pilar bagi pencapaian target SDGs kemiskinan nol persen. Kini ada 55.000 Posdaya. Jika setiap tahun ditarget tumbuh 10.000 Posdaya baru, maka pada 15 tahun mendatang jumlahnya menjadi 150 ribu Posdaya. Dengan total 200.000 yang tersebar disekitar 150.000-200.000 desa/kelurahan.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat menyampaikan paparan seputar perkembangan Posdaya di hadapan para kader Posdaya dan pembina Posdaya dari sejumlah perguruan tinggi di acara Konvensi Posdaya 20 Posdaya Rujukan Nasional di Hotel Grand Candi Semarang, Jateng. [FOTO-FOTO: HARI]
50
P
ADA tahun 2016 pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) akan dibagi dalam tiga tahap. Pertama, Posdaya yang maju sekali dan bisa menjadi tuntutan, yaitu 20 Posdaya Unggulan Rujukan Nasional. Sedangkan tahap kedua Posdaya yang akan maju tetapi perlu pembinaan. Dan tahap ketiga, Posdaya yang baru dan harus dikembangkan seluas luasnya. Karena tanpa pengembangan yang baik dampaknya tidak kelihatan. Kedua, Posdaya yang telah maju sekali itu sebagai tuntunan sebagai pusat percontohan pelatihan sehingga akan bertambah terus dan maju. Kemudian dari jumlah 20 Posdaya Unggulan Rujukan Nasional akan dilink-kan (disambung) dengan 2000 Posdaya disetiap tingkatan sehingga jika Kementerian Desa ikut ambil alih mengembanhkan akan menjadi besar dan berkiprah hingga ke 80.000 desa yang ada di Indonesia. Bahkan ditahun 2016 ini, akan dibentuk manajemen daerah yang akan membantu managemen Yayasan Damandiri pusat, di samping koordinator daerah yang sudah ada akan menciptakan advokator baru untuk advokasi guna meyakinkan bupati/walikota serta pemerintah daerah. Para advokator itu
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
akan memberikan advokasi meyakinkan bupati/walikota serta pemerintahan daerah lainnya bahwa program nasional Posdaya yang mengacu kepada SDGs. Di samping itu, pada 2016 akan membentuk Tim Pelatih di daerah, sehingga pelatihan di daerah akan banyak dan akan lebih banyak menciptakan kader-kader Posdaya. Sehingga akan mempercepat peningkatan kapabilitas dari masing-masing Posdaya yang ada. Termasuk dukungan dari berbagai kalangan, seperti lansia, lembaga sosial dan silver college, perbankan, politikus sehingga di bulan Januari ini bisa menyamakan irama dan strategi. Kebangkitan keluarga-keluarga pedesaan melalui Posdaya sungguh sangat menakjubkan dengan rasa kesetiakawanan sosial dan gotong royong, sejak dilaunching pada Januari 2007 dengan nama Gerakan Seribu Posdaya dan kini di Januari 2015 telah terbangun 55.000 Posdaya yang tersebar disekitar 80.000 desa/kelurahan di seluruh Indonesia. Adalah Yayasan Dana Sejahtera Mandiri atau Yayasan Damandiri yang baru saja genap berusia 20 tahun. Sejak didirikan 15 Januari 1996 kiprahnya terus mendapat simpatik dari berbagai lapisan masyarakat baik kota maupun pedesaan.
Bahkan Posdaya telah bekerja sama dengan 45 Bank Pembangunan Daerah, 260 pemerintah daerah kabupaten/kota dan 470 perguruan tinggi yang melaksanakan KKN Tematik dengan memberdayakan mahasiswa dan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di berbagai daerah. Selama ini kiprahnya telah banyak membantu keluarga Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat khususnya keluarga yang kurang mampu. Mereka terangkat kehidupan dari keluarga pra-sejahtera menjadi sejahtera bahkan menjadi keluarga sejahtera plus.Bahkan kini kiprah Posdaya telah berhasil mengurangi tingkat kemiskinan di sejumlah provinsi dan kabupaten di Indonesia. Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono menyampaikan pada sambutannya di Rapat Koordinasi Yayasan Damandiri dengan mitra kerjanya, dalam rangka HUT ke-20 yayasan yang dipimpinnya mengungkapkan, program global berkelanjutan tentang Sustainable Development Goals (SDGs) yang diputuskan PBB dijadikan bahan utama dan diterjemahkan dalam kegiatan untuk dibawakan oleh setiap Posdaya di tingkat pedesaan. “Posdaya dijadikan ujung tombak bagi suatu pembangnan yang menempatkan keluarga prasejahtera, keluarga miskin, menjadi sasaran yang utama. Sebab Indonesia akan dipermalukan oleh bangsa-bangsa di dunia jika gagal dalam mencapai program SDGs yang ditetapkan PBB,” paparnya, di Ballroom Hotel Grand Candi, Semarang, Jawa Tengah belum lama ini. Lebih lanjut Menko Kesra era Kabinet Pembangunan ini menegaskan, keluarga prasejahtera dijadikan target pemberdayaan dan diberdayakan menjadi pelaksana pembangunan. Tidak sampai limabelas tahun keluarga prasejahtera harus menjadi pemain pembangunan yang terampil dan terarah sehingga pengentasan kemiskinan dan kebebasan dari kelaparan dapat diselesaikan secara mandiri oleh keluarga desa sendiri. Prof Haryono Suyono menyebut, tantangan bagi bangsa ini karena pelaksana MDGs (Millennium Development Goals) telah gagal dilaksanakan Indonesia dan kini harus mengejar semua target yang ada di SDGs yang telah disepakati 193 negara pada Sidang Persatuan Bangsa-Bangsa pada 26 September 2015 lalu
dengan 17 sasaran, di antaranya ada tiga sasaran pokok yakni menghapus kemiskinan, kebodohan dan kesenjangan. “Bangsa ini akan dipermalukan sekali jika SDGS gagal dan masuk kepada rangking tertinggal sangat terperosok. Apalagi IPM rangking kita belum pernah naik ke angka 100. Kita akan dipermalukan apalagi kalau merusak lingkungan dan sumber daya alam dan akan dihujat anak cucu jika tidak meninggalkan warisan kepada mereka,” kata Prof Haryono. Di hadapan Dirjen PAUDI dan Pemberdayaan Masyarakat Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, kepala daerah bupati/walikota, rektor dan ketua LPPM/LPM perguruan tinggi, direktur utama maupun jajaran direksi Bank mitra, serta 20 Kelompok Posdaya Unggulan Rujukan Nasional 2015, serta undangan lainnya yang memenuhi ruangan besar berkapasitas 300 orang itu, Prof Haryono lebih jauh menekankan, tujuhbelas target dunia di mana keluarga prasejahtera atau keluarga yang dianggap miskin dan belum bebas dari kelaparan ditetapkan sebagai sasaran yang utama. “Posdaya di semua desa yang sudah ada atau akan harus dibentuk diarahkan untuk memetakan seluruh keluarga anggotanya sehingga dengan mudah keluarga sasaran dapat dikenal dan dijadikan target pemberdayaan di setiap Posdaya,” ujarnya. Seluruh kekuatan pembangunan yang dalam agenda pembangunan berkelanjutan harus menjadi penyangga upaya meningkatkan tahapan keluarga miskin dan keluarga prasejahtera tersebut menjadi keluarga dengan tahapan yang lebih baik. “Keluarga miskin di Indonesia yang menurut Bank Dunia masih berkisar antara 40 persen harus diturunkan menjadi nol persen pada tahun 2030, suatu usaha pemberdayaan
Ketua Posdaya barokatul Qur’an Sumber Pucung, Kabupaten Malang tengah memaparakan berbagi program yang telah dikembangkan, dan rencana kerja pemberdayaan 2016.
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
51
Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja melihat langsung karya nyata Posdaya dari hasil pelatihan dan pendampingan yang dilakukan Yayasan Damandiri bersama mitra kerjanya. [FOTO: HARI]
52
yang memerlukan upaya terpadu yang tidak ringan,” kata penggagas program Posdaya ini penuh semangat diperjalanan usianya yang melangkah ke 78 tahun ini. Mudah-mudahan, harap Prof Haryono, dengan pendekatan dari bawah dan atas kesenjangan akan menjadi menyempit. Oleh sebab itu moto kita “Kalau cinta Indonesia Peduli Indonesia, dan Kalau cinta bangsa bantu dan peduli keluarga prasejahtera,” kata Prof Haryono seraya mengajak seluruh mitra yang saat Rakor tidak semuanya bisa hadir, namun demikian yang mewakili mencatat untuk dilaporkan. Karena ini waktunya tidak lama selama 15 tahun, maka harus dimulai dari sekarang yang terarah. Jika tidak, kata pakar sosiologi dan kependudukan ini, maka Indonesia akan mengalami kegagalan seperti di dalam program MDGs. Dikatakan, upaya pengentasan kemiskinan dan bebas dari kelaparan targetnya pada akhir tahun 2030 diukur dari keadaan penduduk setiap negara memiliki nilai nol persen, tidak boleh ada penduduk miskin dan tidak ada penduduk yang kelaparan. Menurutnya, kedua target utama itu harus didukung oleh bidang kesehatan dan pendidikan dengan dihantar kepada keluarga miskin agar setiap penduduk makin sehat dan cerdas guna mengakses kesempatan yang tersedia. “Ada beberapa laporan mengatakan di daerah di mana konsentrasi Posdayanya lebih merata telah terjadi penurunan angka kemiskinan. Seperti laporan Gubernur Sumatera Barat angka kemiskinan menurun 4 persen point dan di Kabupaten Pacitan turun 5 persen point. Penurunan angka tersebut tidak kecil dalam mengurangi kemiskinan karena konsentrasi Posdaya lebih banyak dan bagus di daerah tersebut,” tutur Ketua Yayasan Damandiri ini.
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
Selain itu sejumlah penelitian secara ilmiah menurut Prof Haryono sedang berlangsung oleh sejumlah mahasiswa di berbagai perguruan tinggi melalui skripsi dan tesis dan ada yang mempersiapkan sample Posdaya untuk meraih gelar doktor. “Posdaya terus berkiprah memerangi kemiskinan di Indonesia, sebab itu di daerah yang konsentrasi posdaya lebih merata terjadi penurunan kemiskinan,” ucapnya. Dalam sambutannya Ketua Yayasan Damandiri menegaskan, masyarakat Indonesia masih bisa disegarkan rasa gotong royongnya. Karena itu di mana Posdaya dibuat sambutan masyarakat cukup tinggi, walaupun baru tingkat diterima masyarakat. “Posdaya menggerakkan pembangunan di segala bidang yakni pendidikan,kesehatan, pendayagunaan lingkungan dan dibeberapa tempat muncul ekonomi mikro,” ungkapnya. Bahkan menurutnya, ada sepuluh wilayah sudah membentuk sistem kredit Tabur Puja yang memberikan kredit kepada keluarga miskin. Termasuk kredit komersial yang dinamakan Pundi, di Jawa Timur telah berkembang Pesat dengan nama Pundi Kencana. Gerakan Posdaya yang berlangsung di Sumatera Barat itu, ujar Prof Haryono, juga merupakan gagasan bahwa usaha gotong royong tidak harus terbatas pada masa paceklik atau ada musibah. Gerakan itu menjadi gerakan sehari-hari yang dilandasi rasa solidaritas seperti halnya nenek moyang kita yang berjuang tanpa pamrih. Dimana-mana dalam lingkungan Posdaya diadakan berbagai macam pelatihan. LKKS bekerja sama dengan kalangan perguruan tinggi mengadakan dan menggelar KKN ke pelosok negeri. Mereka melatih dan mengajak keluarga muda untuk ikut dalam kegiatan usaha ekonomi produktif. Di Padang dan di Solok dikembangkan pelayanan modal usaha Tabur Puja sebagai awal dari ajakan menabung dan meminjam dana untuk usaha. Pelayanan Tabur Puja oleh koperasi dimaksud agar kalangan perbankan juga mengikuti jejak dan memberikan pelayanan kepada nasabah keluarga prasejahtera yang baru mulai buka usaha. Dijelaskannya, di sepuluh daerah tersebut telah berhasil dibangun pusat-pusat warung di desa guna menunjang produksi mereka. “Bahkan melalui kerja sama dengan sejumlah kementerian, seperti Kementerian Desa Tertinggal, Kemeterian Kelautan dan Perikanan telah dibangun supaya rakyat di desa bisa mengadopsi dan bersinergi dengan pembangunan yang ada,” ungkap Prof Haryono. HARI
CERITA SAMPUL
Bupati Kuningan, Jawa Barat Hj Utje Ch Hamid Suganda, SSos, MAP
Damandiri Award, Spirit Berdayakan Masyarakat Wajah Bupati Kuningan Hj Utje Choeriah Hamid Suganda, SSos terlihat begitu sumringah saat dirinya menerima apresiasi Damandiri Award 2016. “Ini menjadi spirit bagi saya untuk memberdayakan masyarakat, bagaimana mengembangkan peran-peran potensi masyarakat, khususnya mengenai Posdaya,” ungkap wanita kelahiran Bogor, Jawa Barat, 17 April 1952 silam ini penuh rasa syukur.
H
J Utje Choeriah Hamid Suganda merupakan Bupati Kabupaten Kuningan periode 2013 - 2018. Istri mantan Bupati Kabupaten Kuningan, Aang Hamid Suganda, yang dalam Pilkada 2013 yang lalu, menggandeng H Acep Purnama sebagai pasangannya. Adapun jenjang pendidikan yang diraihnya antara lain, lulus S1 STIA Bagasasi Bandung, tahun 2008 dan Magister Administrasi Publik UNPAD Bandung, lulus 2013. Sejak dilantik dan diambil sumpahnya sebagai pasangan Bupati dan Wakil Bupati Kuningan periode 2013-2018 oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan atas nama Presiden RI, di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kuningan, Rabu sore, 4 Desember 2013, Utje Choeriah Hamid Suganda dengan Acep Purnama bukan lagi milik kelompok atau golongan tertentu atau partai politik pengusung semata. Namun, sudah milik seluruh masyarakat Kabupaten Kuningan. Berbekal pengalaman mendampingi suaminya, H Aang Hamid Suganda, SSos saat menjadi Bupati Kuningan periode 2003-2013, dalam upaya untuk mengoptimalkan pembangunan di daerahnya Hj Utje perlu adanya data yang valid. “Data keluarga identik dengan kependu dukan, KB dan ketahanan keluarga, sekaligus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan secara keseluruhan,” ujarnya. Berbicara pembangunan, kata Hj Utje, maka salah satu aspek yang penting adalah data sebagai awal dan akhir suatu kegiatan pembangunan. “Hal ini terkandung maksud bahwa apabila datanya benar, maka perencanaanya pun Insya Allah akan benar, begitu prosesnya akan benar dan sampai menghasilkanoutput, outcomes dan dampaknya akan benar pula atau positif,” katanya.
majukan daerahnya adalah dengan memperbanyak jejaring kemitraan dengan berbagai pihak, termasuk Universitas Kuningan (Uniku) yang merupakan mitra Yayasan Damandiri dalam pen g e m bangan p r o -
Hj Utje Ch Hamid Suganda, SSos, MAP [FOTO: DOKPRI]
Perbanyak jejaring kemitraan Hebatnya Kabupaten Kuningan dalam meGemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
53
Hj Utje Ch Hamid Suganda SSos, MAP, menerima penghargaan Damandiri Award 2015 yang diserahkan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono.
Hj Utje Ch Hamid Suganda SSos, MAP, bergambar bersama Rektor Universitas Kuningan Dr Iskandar, MM (ketiga dari kanan), Sekretaris LPPM Uniku HM Sudirman, SH, MSi (kedua dari kiri), dan para kader Posdaya Nuurul Huda Kuningan usai menerima penghargaan Damandiri Award 2015. [FOTO: ADE S]
54
gram Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya. Kegiatan mahasiswa KKN Tematik Posdaya Uniku telah melahirkan embrionya Posdaya yang di Kuningan. Bahkan, salah satu Posdaya binaan LPM Uniku mendapat apresiasi Yayasan Damandiri. Pada awal 2016, Posdaya Nurul Huda yang beralamat di Desa Bayuning, Kecamatan Kadugede, Kabupaten Kuningan, menjadi salah satu dari 20 Posdaya Rujukan Nasional. Pada tahun sebelumnya (2015). Posdaya ini juga masuk dalam 19 Posdaya Unggulan Nasional. Mengetahui Posdaya binaan perguruan tinggi kebanggaan masyarakat Kuningan itu menjadi salah satu Posdaya Rujukan Nasional,
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
Bupati Kuningan Hj Utje Ch Hamid Suganda, SSos, MAP mengaku speechless (kehilangan kata-kata). Karena begitu gembiranya. “Saya nggak bisa ngomong. Mungkin dari lubuk hati saya yang paling dalam, ini support dan spirit. Dengan apresiasi dari Yayasan Damandiri, kemudian disampaikan secara spontan dari Prof Haryono Suyono,” ucapnya penuh haru dan kegembiraan, di aula utama Kampus Unnes Sekaran Gunung Pati, Semarang. Apresiasi Damandiri Award yang diterima Bupati Kuningan, bagi istri H Aang Hamid Suganda, SSos (Bupati Kuningan periode 2003-2013) ini, menjadi spirit baginya untuk memberdayakan seluruh masyarakat Kuningan. “Ini menjadi spirit bagi saya untuk memberdayakan masyarakat, bagaimana mengembangkan peran-peran potensi masyarakat, khususnya mengenai Posdaya,” ujarnya. Ke depan, lanjut Bupati Kuningan yang memiliki pengalaman panjang menjadi Ketua TP PKK Kabupaten Kuningan ini, akan melibatkan semua masyarakat, baik tatatan peran mahasiswa, pemuda, siswa SMK (sekolah Menengah Kejuruan) maupun kaum perempuan. “Apalagi masyarakat kami punya basic kehidupan masyarakatnya yang penuh kebersamaan dan gotong royong dan toleransinya sangat kuat. Sehingga nantinya akan memudahkan kami dalam mengoptimalkan berbagai peran yang ada di masyarakat untuk secara bersama-sama berpartisipasi menggiatkan pemberdayaan membangun kesejahteraan,” tuturnya. Dengan menggerakan partisipasi segenap potensi masyarakat, Bupati Kuningan yakin jika di masa mendatang kemiskinan terentaskan dan masalah pengangguran teratasi. “Dengan memberdayakan potensi masyarakat, khususnya perempuan, bukan saja di Kuningan tetapi juga Indonesia akan bisa maju, karena banyak kaum perempuan yang sudah berpen-
didikan tinggi juga semakin maju kehidupan dan pola pikirnya,” imbuh Hj Utje. Lebih lanjut, Bupati Kuningan menegaskan, Posdaya mempunyai peran strategis dalam pembangunan masyarakat di pedesaan. Pasalnya, komponen kegiatan Posdaya itu adalah masyarakat. gerakan masyarakat itulah yang menjadi yang utama dalam setiap kegiatan pembangunan, termasuk kegiatan pemberdayaan dalam Posdaya. ”Program-program kegiatan di Posdaya sangat menyentuh, dipercaya dan memang benarbenar dibutuhkan masyarakat, sehingga Posdaya diterima masyarakat dengan baik, termasuk perguruan tinggi dan pemerintah daerah,” tuturnya. Ia pun mengapresiasi Posdaya Nurul Huda menjadi pusat percontohan pemberdayaan masyarakat desa, juga menjadi pelopor pengembangan Posdaya di Kabupaten Kuningan. Buktinya, bukan saja kesejahteraan dan kemandirian keluarga-keluarga di wilayahnya semakin meningkat namun melalui kiprahnya, Posdaya di berbagai desa di Kabupaten Kuningan terus berkembang pesat. Bupati yang merakyat Ibu dari drg Rini Anggraeni, Erik Irawan Suganda, MA, Lea Meirina Oktaviana, SE, Msi, Nike Sonia Puspasari, SS, MA, dan Moch Ridho Suganda, SH ini juga mengakui, kondisi keluarga di Kabupaten Kuningan belum semuanya memiliki kualitas yang memadai untuk memenuhi hak dan memberikan perlindungan kepada anak. “Masih banyak keluarga yang belum memenuhi peran, tugas dan kewajiban sebagai orang tua untuk memenuhi hak-hak anaknya. Bahkan fenomena anak yang menjadi korban kekerasan, eksploitasi, dan diskrimininasi yang dilakukan oleh orang dewasa bahkan oleh orang tuanya sendiri makin meningkat,” ujarnya. Salah satu cita-cita yang ingin diwujudkanya adalah menjadikan Kabupaten Kuningan sebagai salah satu Kota Pelajar di Jawa Barat. Itu sebabnya, Hj Utje sangat mengapresiasi kegiatan semacam Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). PKBM merupakan satuan pendidikan nonformal yang menyelenggarakan berbagai kegiatan pendi-
dikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat atas dasar prakarsa masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Di antaranya, menyelenggarakan pendidikan anak usia dini, pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan kecakapan hidup, pendidikan kepemudaan, pendidikan keterampilan kerja dan pengembangan budaya baca. Tidak hanya itu saja, Hj Utje juga sangat memperhatikan kelayakan rumah hunian rakyatnya. Belum lama ini ia menyerahkan secara simbolis bantuan stimulan rumah tidak layak huni bagi keluarga pra sejahtera sebanyak 250 rumah untuk direhabilitasi. Dana stimulan ini didapat dari APBD Kabupaten Kuningan, dimana setiap rumah mendapat dana sebesar Rp 4 juta. Sebagai Bupati Kuningan, Hj Utje juga giat menggerakkan masyarakatnya untuk menanam pohon. Salah satunya melalui aksi Gerakan Kuningan Menanam di Kebun Raya Kuningan dalam rangkaian kegiatan menyambut Hari Jadi Kuningan ke-517 beberapa waktu lalu. Berkat kepedulian sosialnya ini pula, pada 20 Desember 2015 lalu Hj Utje menerima Penghargaan Satyalencana Kebhaktian Sosial dari Presiden RI Joko Widodo, pada peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Bupati Kuningan dianggap sukses melaksanakan beberapa kegiatan di antaranya penggagas Isbat Nikah, Perhatian terhadap kaum disabilitas (pendiri SLB Taruna Mandiri dan SLB perbatasan), gigih dalam penanganan PGOT, sebagai Ketua PMI sukses dalam program bank darah pedesaan. Selamat! HARI/RW
Hj Utje Ch Hamid Suganda SSos, MAP, kerap melakukan kunjungan langsung ke pasar sejumlah pasar untuk mengetahui langsung kondisi masyarakat Kuningan.
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
55
KOLOM KHUSUS
Prof Dr Haryono Suyono*)
Kampung KB Diperkenalkan kepada Dunia Bulan lalu selama satu minggu Indonesia telah ketempatan suatu gelar Konperensi Internasional tentang Keluarga Berencana di Bali. Konperensi yang mendatangkan sekitar 3.000 peserta itu dibuka oleh Presiden Joko Widodo dengan pidato singkat yang menegaskan tekad bangsa Indonesia untuk melanjutkan kerja keras yang telah dimulai sejak tahun 1970. Secara tegas Presiden berjanji bahwa pemerintah akan merevitaliasi program KB melalui Kampung KB di seluruh Indonesia, bukan hanya di ibu kota kabupaten saja.
P
Keluarga harus segera berdaya, sehingga di Kampung KB setiap keluarga dianjurkan atau disediakan fasilitas mengikuti pelayanan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau oleh lembaga lain yang membantu pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah. [FOTO: ADE S]
56
ENEGASAN Presiden Jokowi itu sangat tepat karena peserta KB di Indonesia pada akhir tahun 2012 mencapai lebih dari 60 persen pasangan usia subur tersebar di seluruh desa di Indonesia. Menurut Survey terakhir BPS, peserta KB di Indonesia dewasa ini merosot menjadi sekitar 57 persen dari seluruh pasangan usia subur yang ada. Biarpun menurun, pada psosisi itu tidak ada satu desapun yang tidak memiliki peserta KB, baik yang masih aktif maupun yang sudah berhenti karena sesuatu hal, sudah sepuh atau tidak lagi memerlukan kontrasepsi. Menyangkut pengembangan Kampung KB itu, melalui suratnya tertanggal 2 Februari 2016, Kepala BKKBN memberikan Instruksi kepada seluruh Kepala BKKBN Provinsi di seluruh Indonesia dan Kepala BPMPKB Provinsi Jakarta agar tidak mengubah nama Kampung KB dengan nama lain karena nama itu diberikan oleh Presiden Jokowi. Diintruksikan agar semua penerima Instruksti melaksanakan berbagai kegiatan program KKBPK dan pem-
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
bangunan sektor terkait di Kampung KB sesuai dengan Petunjuk Tehnis Kampung KB. Harapan kita adalah bahwa Kampung KB di Indonesia, sesuai dengan UU nomor 10 tahun 1992 dan diperbaharui menjadi UU nomor 52 tahun 2009, akan dilengkapi dengan dukungan untuk keluarga prasejahtera dengan berbagai program dalam bidang kesehatan, pendidikan, kewirausahaan serta perhatian yang tinggi terhadap lingkungan hidup seperti dipesankan dalam program dunia Sustainable Development yang memberi perhatian tidak saja pada peningkatan IPM tetapi juga pemeliharaan lingkungan dan kekayaan alam yang diukur dengan ecological footprint. Target utamanya adalah bahwa pada tahun 2030 mendatang tingkat kemiskinan dan tingkat kelaparan menjadi nol serta kesenjangan makin menyempit. Sungguh sangat menggembirakan bahwa dalam Pidato Pembukaan Konperensi KB Dunia di Bali, Presiden Jokowi menyatakan bahwa Kampung KB akan dibangun di seluruh Indonesia. Ini berarti bahwa upaya pembangunan keluarga yang sudah mempergunakan kontrasepsi, tetapi masih prasejahtera atau miskin, segera akan dibantu melalui proses pemberdayaan komprehensif dalam bidang kesehatan agar makin sehat, kesempatan menyekolahkan anak-anaknya minimum sampai tingkat SMA/ SMK, serta mengikuti pelatihan keterampilan untuk menjadi pengusaha mikro, pengusaha kecil dan menengah serta menjadi anggota koperasi dalam suatu masyarakat gotong royong menuju ke arah masyarakat yang bahagia dan
sejahtera seperti di cita-citakan sejak program KB diperkenalkan. Dengan cara demikian, revitalitalisasi program KB yang dijanjikan Presiden Jokowi, tidak lain adalah memadukan program pembangunan pada tingkat desa bagi sasaran yang tepat, termasuk pelayanan kontrasepsi yang makin mudah dan ada dimana-mana. Peserta KB yang sedang mengikuti proses pemberdayaan bisa mengajak saudara atau tetangganya yang belum mempergunakan kontrasepsi segera mengikuti jejaknya. Yang sudah memakai kontrasepsi segera bisa mengikuti berbagai upaya pemberdayaan pembangunan paripurna yang akan dibawa oleh berbagai Kementerian, Pemda, Instansi Pemerintah lainnya serta berbagai lembaga masyarakat yang bergerak membantu pemberdayaan keluarga dan masyarakat menuju menjadi keluarga sejahtera. Dengan demikian dalam setiap Kampung KB di seluruh Indonesia pelayanan kontrasepsi bisa lebih mudah dilakukan di kampungkampung. Para dokter dan bidan ada di desa dan kampung-kampung sehingga pasangan muda yang belum pernah menjadi peserta KB dapat diperiksa kesehatan dan kecocokannya cukup di kampung dan tidak perlu meninggalkan rumahnya antri terlalu lama di Puskesmas atau di klinik KB. Pelayanan diantar ke rumah-rumah sekaligus membangun masyarakat menjadi cinta kebersihan dan kesehatan sehingga seluruh keluarga Indonesia menjadi keluarga yang sehat dan sejahtera. Setelah itu keluarga harus segera berdaya, sehingga di Kampung KB setiap keluarga dianjurkan atau disediakan fasilitas mengikuti pelayanan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau oleh lembaga lain yang membantu pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah. Instruksi Kepala BKKBN menggariskan agar tidak ada yang bersifat dominan, termasuk tidak memposisikan Posdaya sebagai ujung tombak pembangunan Kampung KB, tetapi dilaksanakan bersama-sama dilandaskan revolusi mental yaitu integritas, etos kerja dan gotong royong sehingga tidak ada satu pihak atau kelompok yang mendominasi kegiatan di Kampung KB. Ini artinya setiap keluarga di Kampung KB memiliki banyak pilihan untuk meningkatkan pemberdayaan keluarganya agar sesegera mungkin menjadi keluarga sejahtera dan bebas dari kemiskinan dan kelaparan. Lebih dari itu keluarga yang masuk dalam posisi keluarga sejahtera III atau keluarga sejahtera III plus, atas dasar semangat revolusi mental gotong royong, dihimbau membantu keluarga
yang masih tertinggal, keluarga prasejahtera dan keSungguh sangat luarga sejahtera I. menggembirakan bahwa Prinsip gotong royong yang menjadi pijakan Kamdalam Pidato Pembukaan pung KB akan memberi keKonperensi KB Dunia di sempatan kerja sama antar instansi dan lembaga terkait Bali, Presiden Jokowi yang sangat penting agar bermenyatakan bahwa bagai instansi terkait bisa segera dikoordinasikan dan Kampung KB akan bekerja sama gotong royong dibangun di seluruh saling hormat menghormati pada tingkat akar rumput Indonesia. Ini berarti untuk menempatkan keluarbahwa upaya pembaga tertinggal, keluarga prasejahtera, sebagai sasaran utangunan keluarga yang ma agar berbagai program sudah mempergunakan tidak saja diundang untuk bersama-sama bekerja pada kontrasepsi, tetapi masih tingkat provinsi, tetapi seseprasejahtera atau miskin, gera mungkin mengarahkan perhatian, kepedulian dan segera akan dibantu dukungannya secara tepat melalui proses kepada keluarga yang tertinggal pada tingkat desa dan pemberdayaan dukuh. Kalau dukungan itu komprehensif. tidak diarahkan secara tepat, dan setiap keluarga boleh memilih pelayanan menurut selera masingmasing, hampir pasti keluarga yang maju akan lebih dahulu mempergunakan dukungan yang secara teoritis ditujukan kepada keluarga tertinggal. Peran Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI sebagai koordinator langsung akan memudahkan keikut sertaan berbagai Kementerian, Instansi Pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di kabupaten dan pedesaan. Berdasarkan pengalaman selama ini, instansi pemerintah tanpa partisipasi masyarakat dan organisasi sosial lainnya, tidak akan mampu melayani seluruh keluarga yang tertinggal di tingkat desa yang jumlahnya masih sangat tinggi. Pengalaman selama limabelas tahun terakhir untuk menurunkan tingkat kemiskinan menjadi separonya tidak berhasil dan masih tetap pada posisi yang hampir sama seperti pada limabelas tahun yang lalu. Kerjasama gotong royong dan partisipasi semua pihak adalah pilihan yang paling baik. *) Penulis adalah Ketua Yayasan Damandiri, Ketua Umum DNIKS, Ketua Umum PB PWRI, mantan Menko Kesra dan Taskin, Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN, sangat mencintai anak bangsanya – www.haryono.com. Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
57
PENDIDIKAN
Pensiunan Kementerian Transmigrasi
Bergabung dengan PWRI Siap Bangun Posdaya Lebih dari 170 pejabat Kementerian Transmigrasi yang dulunya bertugas di seluruh Indonesia, Aceh, Sumatera Utara, Lampung, DKI Jakarta, Papua, Riau, setelah pensiun kembali dan menetap di Yogyakarta. Para pensiunan ini memiliki keinginan untuk disapa, bahwa mereka masih ada dan setiap bulan masih mendapat gaji dari pemerintah. Hal ini menjadi pemicu mereka untuk bergabung dalam wadah organisasi bernama Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) unit Transmigrasi.
Sekjen PDT Transmigrasi Anwar Sanusi saat memberikan arahan kepada pengurus PWRI unit Transmigrasi yang baru dilantik. [FOTO-FOTO: RAHMA]
58
“A
NGGAPAN pensiun tidak ada hubungan pemerintah dengan kementerian itu salah. Karena kami masih memakan gaji dari APBN,” ungkap Joko Sidik Pramono, MM yang terpilih menjadi Ketua Umum Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Unit Transmigrasi priode 2015 - 2018. Pengukuhan seluruh pengurus dilantik Ketua Umum PB PWRI Prof Haryono Suyono pada 12 Desember 2015 lalu di auditorium Kementerian PDT dan Transmigrasi disaksikan Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Anwar Sanusi. Pengukuhan pengurus tersebut dilaksanakan bertepatan Hari Bakti Transmigrasi ke-65, yang ditandai dengan pemotongan tumpeng oleh Prof Haryono Suyono. Menurut Sekjen PDT Transmigrasi Anwar Sanusi, tugas PWRI di lingkungannya bukan
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
hanya unit transmigrasi, tapi mencakup seluruh wredatama yang sudah purna tugas dari Kementerian Desa Tertinggal, Tranmigrasi dan Kementerian Desa. “Saya sangat mendukung hal ini, wredatama harus mendapat posisi terhormat. Saya ingat hadits, ridho Allah itu tergantungt ridho orangtua. Artinya, orangtua bukan hanya orangtua biologis, orangtua yang memang secara pengalaman dan secara usia jauh di atas kita.” Dia juga yakin organisasi PWRI bukan sifatnya tiba-tiba, ada serangkaian proses tahapan yang akan memberi pelajaran bagi generasi berikutnya. Sekjen yang baru bergabung sejak Juli 2015 ini juga menyadari bahwa kementerian lama yaitu Departemen Tranmigrasi merupakan pilar utama bagi tegaknya NKRI. “Saya tidak bisa membayangkan kalau dulu tidak ada transmigrasi, kondisi Jawa seperti apa sekarang. Bertepatan 12 Desember 2015, Hari Bakti Transmigrasi untuk mengingatkan
kembali semangat sekelompok orang (70 orang) yang ingin mengubah kehidupan lebih baik di tanah harapan, ada kecelakaan di Indramayu dari 70 orang hanya 3 orang yang selamat,” cetusnya. Hal senada juga disampaikan Prof Dr Haryono Suyono bahwa tiga kementerian dijadikan satu itu luar biasa. Sebagai Ketua Umum PB PWRI, ia telah melapor Presiden RI Joko Widodo untuk melibatkan para pensiunan untuk ikut dalam proses pemberdayaan di desa tertinggal atau transmigrasi melalui pos-pos pemberdayaan keluarga yang sudah ada sekitar 55.000 Posdaya. Proses yang dihadapi Kementerian Desa Tertinggal jauh lebih berat ketimbang tahun 1970 dengan penduduk 100 juta jiwa. Sementara yang harus dibantu adalah penduduk daerah tertinggal dan transmigrasi dengan usia 15 tahun ke atas ada sekitar 60 juta jiwa. Justru saat ini, dengan adanya bonus demografi, penduduk yang dihadapi adalah pendidik usia 15 tahun ke atas termasuk lansia yang jumlahnya sekitar 200 juta jiwa. “Jadi yang dihadapi sekarang, sasaran desa tertinggal, desa, transmigrasi sudah lebih dari 200 juta jiwa. Ini bukan anak-anak seperti tahun 1970 di bawah usia 15 tahun,” tandasnya. Lebih jauh Prof Haryono Suyono menjelaskan, sebagian provinsi yang mengalami ledakan penduduk di atas usia 15 tahun, adalah daerah yang tingkat kemiskinannya tinggi, sehingga dibentuk Kementerian Desa yang dulunya mengatasi desa-desa tertinggal. Secara khusus, pada akhir Nopember 2015 program PBB, 15 tahun pertama yang disebut MDGs telah berakhir. Kini, dimulai program baru pembangunan berkelanjutan yang mengharuskan dunia menghabiskan keluarga miskin dalam waktu 15 tahun. Keluarga miskin di seluruh dunia, kelaparan, kesenjangan harus dikurangi 15 tahun ke depan. Target ini belum deklarasikan presiden secara nasional gara-gara disibukkan dengan asap dan lain-lain. Program pembangunan berkelanjutan 15 tahun yang akan datang berbeda dengan 15 tahun yang baru saja berakhir. Karena, program ini harus memperhitungkan lingkungan,
Pengukuhan pengurus PWRI Unit Transmigrasi yang bertepatan Hari Bakti Transmigrasi ke-65, ditandai dengan pemotongan tumpeng oleh Ketua Umum PB PWRI Prof Haryono Suyono.
kelanjutan dari kekayaan laut, tanah dan sebagainya. Sehingga harus ada keseimbangan antara peningkatan sumber daya manusia dan sumber daya alam. “Saya ingin mengajak seluruh pensiunan di seluruh Indonesia untuk ikut membantu bagaimana pemberdayaan di desa melalui pos keluarga yang ada di desa.” Kelompok-kelompok Posdaya yang ada di desa ini, kata Prof Haryono Suyono, akan diajak membuat pemetaan dari seluruh keluarga yang menjadi anggotanya. Sehingga bisa mengetahui keluarga miskin yang bisa ditolong oleh keluarga kaya. Pemetaan juga menjadi kekuatan untuk membangun gotong royong dalam lingkungan kelompok. Para pensiunan menjadi penasihat, pembina kelompok dan menghidupkan gotong royong dalam kelompok pemberdayaan. “Kelompok ini harus akrab terhadap lansia, sehingga dikembangkan Silver College yang merupakan kerjasama PWRI bersama PT Taspen dan bank-bank penyalur. Selain di DKI Jakarta, Silver College juga sudah dibangun di Bogor, Maluku Utara dan rencananya 2016 ini akan dibangun di 100 kabupaten/ kota,” jelasnya. Menurut Prof Haryono Suyono, program Silver College sebenarnya hanya untuk menyenangkan lansia dan generasi muda. Sejak 2011 lansia tidak saja peduli lansia tapi peduli tiga generasi yaitu generasi lansia, muda dan anak.”Salah satu yang menarik, Silver College kerja sama dengan pemerintah daerah setempat, baik gubernur, bupati maupun walikota dan lain-lain. Silver College juga menjadi pembina dari pos-pos daya di desa-desa,” cetusnya. RW Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
59
PENDIDIKAN
Ibu sebagai Pejuang Bangsa Acara Gebyar Posdaya, juga Pengukuhan Relawan Posdaya dan Festival PAUD yang dikemas dalam acara Plengkung Gading TVRI, dilaksanakan pada 22 Desember 2015 lalu di Gedung Basiyo, XT Square, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta. Tak lain bila acara ini sekaligus memperintai Hari Ibu.
Prof Dr Haryono Suyono, Walikota Yogyakarta Drs H Haryadi Suyuti, Hj Siti Hediati Soeharto, SE dan Ketua TP PKK Kota Yogyakarta berfoto bersama dengan Relawan Posdaya. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
60
M
ENURUT Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Peringatan Hari Ibu senada dengan hari-hari perjuangan nasional pada tanggal 28 Oktober 1928. “Jadi itu juga ibunya yang pejuang. Karena ibu itu sekarang digerakkan untuk ngurusi PAUD, ngurusi Posdaya dan sebagainya. Jadi bukan sekedar memberi kesempatan ibu-ibu jangan nyuci hari ini karena mau diganti bapaknya, tapi ibu-ibu didorong untuk sama dan sederajat dengan suaminya, dengan bapak-bapak berjuang untuk kebesaran bangsa dan masa depan yang lebih sejahtera.” Ini dikemukakan Prof Haryono pada Acara Gebyar Posdaya, Pengukuhan Relawan Posdaya dan Festival PAUD yang dikemas dalam acara Plengkung Gading TVRI yang dilaksanakan pada tanggal 22 Desember 2015 di Gedung Basiyo, XT Square, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta. Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengatakan, “Kita dapat mengambil hikmah dari dua hari nasional yang sangat penting. Yang pertama adalah Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional yang jatuh pada tanggal 20 Desember. Karena sejarahnya pada tanggal 18 Desember 1949, itu Yogyakarta sebagai ibukota Republik Indonesia di duduki kembali oleh Belanda.” Sehingga, lanjutnya, rakyat Yogya pada 18
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
Desember mulai bergerak dan pada 20 Desember mendeklarasikan suatu kesetiakawanan yang kemudian diikuti oleh rakyat seluruh Indonesia, untuk melawan agresi Belanda yang kedua tersebut dan langsung mengadakan gerilyagerilya. Sampai pada tanggal 1 Maret mengadakan serangan umum yang terkenal. Dan kemudian terus menerus serangan itu dilakukan sehingga pada tanggal 22 Desember Yogyakarta sebagai ibukota diserahkan kembali kepada Republik Indonesia dan keluarga Indonesia berhasil kumpul kembali dengan saudara keluarga-keluarganya pada tanggal 29 Juni 1949. Yang kedua, tambah Prof Haryono, adalah peringatan Hari Ibu yang diperingati pada tanggal 22 Desember. “Hari Ibu adalah perjuangan kaum ibu yang dimulai dengan kongres wanita yang juga diadakan pertama kali di Yogyakarta, kemudian dideklarasikan Hari Ibu Nasional. Jadi Hari Ibu Nasional itu bukan saja Mother Day, bukan sayang-sayang ibu. Tetapi ibu sebagai pejuang bangsa.” Relawan Posdaya ini dikukuhkan supaya rasa solidaritas, rasa persatuan dan kesatuan, rasa gotong royong itu dihidupkan dengan mengacu pada bencana. Jadi bencana itu pada akhirnya nanti akan diperluas tidak saja bencana alam tetapi bencana yang terjadi pada setiap keluarga seperti bencana kebodohan, bencana kemiskinan dan bencana ketidakpedulian terhadap sesamanya. Jadi ini awal dari gerakan-gerakan yang menyatukan kembali puing-puing yang dulu sudah bersatu pada jaman melangsungkan kemerdekaan tetapi kemudian terpecah-pecah karena kepentingan-kepentingan politik yang berbedabeda. Kegotongroyongan yang mulai menipis
dan sebelum habis maka kita ingin hidupkan kembali, dan di situlah Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan maju bersama dengan tujuh yayasan lainnya dan tema gotong royong kita angkat. Hadir pada acara tersebut Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Ketua Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan (YDGRK) Hj Siti Hediati Soeharto, SE, Walikota Yogyakarta Drs H Haryadi Suyuti, Ketua TP PKK Kota Yogyakarta Hj Tri Kirana Muslidatun, S.Psi, Pengurus Yayasan Trikora, Pengurus Yayasan Supersemar, Relawan Posdaya dan undangan lainnya. Empat kabupaten dan satu kota Pada kesempatan itu Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan (YDGRK) Siti Hartinah Soeharto yang didirikan oleh almarhum Bapak HM Soeharto dalam kiprahnya sangat peduli dengan masalah bencana alam. Hal ini dilakukan dengan diselenggarakannya kegiatan pelatihan Relawan Posdaya Peduli Bencana di Kota Yogyakarta pada tanggal 21-22 Desember 2015. Ketua YDGRK Hj Siti Hediati Soeharto, SE mengungkapkan, “Kita sudah mengadakan pelatihan-pelatihan di empat kabupaten dan satu kota. Hari ini kita akan serahkan 200 relawan kepada BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Di Yogyakarta ini rawan terjadi bencana, jadi kita mengadakan pelatihan terus menerus supaya masyarakat bisa menanggulangi apabila ada bencana dan bisa cepat menolong warga yang lainnya yang terkena musibah bencana.” Lebih lanjut, Hajjah Siti Hediati Soeharto yang akrab disapa mbak Titiek menjelaskan, “Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan Ibu Tien Soeharto ini adalah Yayasan yang diprakarsai oleh Ibu Tien tahun 1986 untuk membantu saudara-saudara kita yang tertimpa bencana alam. Sejak berdirinya dan sampai Desember 2015 yayasan sudah menyalurkan dana sebesar Rp 55,161 miliar lebih untuk 1.030 lokasi bencana pada 757 kejadian di seluruh pelosok tanah air ini.” Selama aktivitasnya telah memberikan bantuan berupa materi kepada saudara-saudara kita yang sedang terkena musibah bencana alam di seluruh Indonesia. Selain itu, untuk meningkatkan kegiatan dan pemberdayaan masyarakat daerah yang rentan bencana, YDGRK Siti Hartinah Soeharto juga bekerja sama dengan instansi terkait dalam kegiatan
pelatihan Relawan Posdaya Peduli Bencana. “Kami menyadari, kegiatan seperti ini sangat diperlukan bagi para relawan/masyarakat yang peduli membantu sesamanya khususnya ketika terjadi musibah bencana alam di negeri kita,” ujarnya. Selain itu, Mbak Titiek mengatakan, “Dan kami mengadakan pelatihan untuk relawan bencana. Sampai sekarang sudah beberapa kali mengadakan pelatihan di empat kabupaten dan satu kota. Relawan ini adalah orang yang mau memberdayakan dirinya, dan mengabdi untuk bangsa itu banyak jalannya, salah satunya adalah menjadi relawan. Dan hari ini ada 200 orang yang akan kami kukuhkan dan diserahkan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Yogyakarta.” Diharapkan kegiatan pelatihan seperti ini dapat bersinergi dan berkelanjutan serta bermanfaat, khususnya dalam rangka sumbangsih kepedulian membantu BPBD dalam meningkatkan pengetahuan serta keahlian bagi para Relawan Posdaya dan masyarakat pada umumnya. Mudah-mudahan para relawan ini bisa berguna dan bermanfaat bagi masyarakat Yogyakarta, artinya kalau ada bencana. Sementara itu, Walikota Yogyakarta Drs H Haryadi Suyuti mengungkapkan, hari ini tanggal 22 Desember bertepatan dengan peringatan Hari Ibu. Walikota Yogyakarta menyempatkan untuk menyampaikan ucapan selamat datang kepada Ibu Titiek Soeharto dan undangan lainnya di Gedung XT Square Kota Yogyakarta. Dengan harapan semangat Hari Ibu, semangat perjuangan ibu terus akan bergelora dengan kasih sayang dan cinta membangun anak negeri, membangun anak bangsa menuju Indonesia Emas yang akan datang. SULE/DH
Ketua YDGRK Hj Siti Hediati Soeharto dan Prof Dr Haryono Suyono saat menyaksikan simulasi penanganan bencana oleh Relawan Posdaya.
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
61
FORUM KITA
Dr Mulyono D Prawiro *)
Kue Pembangunan Mengalir ke Desa Akhir-akhir ini pemerintah Indonesia telah membuat rencana besar guna untuk meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi warganya. Rencana besar itu antara lain menyediakan dana yang jumlahnya trilyunan rupiah untuk dialirkan ke desa-desa di seluruh Indonesia. Kalau selama ini kue pembangunan dianggap hanya berkutat di kota-kota besar, dalam pemerintahan baru ini dicoba, kue pembangunan itu dialirkan ke desa-desa. Terobosan yang luar biasa ini patut diacungi jempol, karena dengan dana yang mengalir dan masuk ke desa-desa, maka diharapkan penduduk di desa dapat menikmati dan memanfaatkan dana dari pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Wapres RI HM Jusuf Kalla mengharapkan, agar program yang telah berjalan dengan baik dan jelas menguntungkan rakyat serta melibatkan banyak orang dan banyak lembaga ini, disinkronkan dengan program pemerintah yang ada. [FOTO: DOKPRI]
M
EMANG diakui, selama ini belum pernah ada dana yang jumlahnya trilyunan rupiah mengalir ke desa, meskipun pada zaman pemerintahan Orde Baru ada dana mengalir ke desadesa seperti program IDT, namun besarannya tidak sebesar dana desa yang saat ini telah dan sedang digulirkan. Tujuan pemerintahan Orde Baru dan Pemerintahan Jokowi JK sebenarnya tidak jauh berbeda, yaitu pemerintahan yang pro rakyat kecil di desa-desa. Kedua pemerintahan itu berusaha keras untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia dan mengentaskan penduduk dari lembah kemiskinan. Program IDT dan program dana desa sebenarnya hampir sama, yang intinya memberdayakan masyarakat desa agar mereka bisa maju, mandiri dan sejahtera. Banyak orang yang beranggapan, bahwa dana desa memiliki potensi luar biasa dalam upaya mempercepat 62
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
pertumbuhan dan pembangunan desa, khususnya dalam rangka mengatasi berbagai persoalan yang selama ini muncul. Yang menjadi pertanyaan banyak kalangan adalah, bagaimana menjaga supaya pemanfaatan dana desa tersebut tetap pada koridor yang diharapkan. Ini yang menjadi Pekerjaan Rumah bersama seluruh elemen bangsa di Indonesia. Dengan adanya anggaran yang meningkat dan diperuntukkan ke desa-desa, maka diharapkan pimpinan dan aparat desa dapat mengembangkan kualitas dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Yang perlu diingat adalah, bahwa jumlah desa di Indonesia saat ini sekitar 80.000 desa, jadi kalau ada suatu kementerian yang membuat pilot project untuk 500 desa, itu artinya pemerintah atau kementerian tersebut hanya terfokus pada desa pilot projectyang jumlahnya kurang dari 1 persen dari desa yang ada di
Indonesia, selebihnya atau 99 persen desa yang tidak termasuk dalam pilot project harus diapakan ? Apakah desa lain hanya sebagai penonton dan pendengar yang baik karena tidak mendapat sentuhan dan perhatian ? Wakil Presiden Jusuf Kalla saat ditemui beberapa waktu yang lalu mengatakan, bahwa untuk mengangkat masyarakat kalangan bawah atau masyarakat tertinggal, harus juga diperhatikan dan diberi kesempatan kepada masyarakat yang berpenghasilan tinggi atau masyarakat kalangan atas untuk turut serta membangun bangsa. Mereka diberi ruang gerak yang cukup untuk terus berkembang dan lebih mengembangkan usahanya serta mereka diharapkan pula untuk ikut berpartisipasi mendorong masyarakat menengah ke bawah agar gap atau kesenjangan yang selama ini terus meningkat bisa dikurangi. Diakui oleh Wakil Presiden bahwa gap di Indonesia saat ini masih relatif tinggi, atau boleh dikatakan pendapatan kalangan atas dan kalangan bawah sangatlah jomplang. Kesenjangan ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi negera-negara maju seperti Amerika Serikat juga kondisinya sama, hanya saja di Indonesia gap atau kesenjangannya masih sangat tinggi. Adanya gap ini bukan berarti harus dihilangkan, tetapi diusahakan untuk dipersempit. Dalam mengembangkan dan mempercepat proses pemberdayaan keluarga dan masyarakat melalui Posdaya, khususnya Posdaya yang berbasis masjid, Wapres menyarankan agar bank-bank atau lembaga keuangan yang sudah ada untuk didekatkan dengan masjid, bukan berarti harus membentuk lembaga keuangan atau bank baru, melainkan memperluas jaringan dari bank-bank yang ada, agar para jamaah yang melakukan ibadah dan berkumpul di masjid atau mereka yang tinggal di sekitar masjid bisa menikmati atau memanfaatkan dana dari bank yang bersangkutan untuk memulai usaha baru ataupun untuk memperluas usaha dari masyarakat sekitar masjid yang tergabung dalam Posdaya berbasis masjid. Jadi beribadah bukan hanya untuk memikirkan masa depan di akhirat saja, tetapi juga memikirkan dunia dan lingkungan sekitar serta bagaimana membantu sesama dalam proses pemberdayaan. Dengan demikian masjid bisa dijadikan pusat pemberdayaan keluarga dan sekaligus masjid bisa menciptakan entrepreneur-entrepreneur baru dan membangkitkan semangat gotong-royong masyarakat. Yayasan Damandiri yang selama ini menjadi
pelopor pemberdayaan keluarga di Indonesia melalui Posdaya dan bekerja sama dengan berbagai mitranya, yang antara lain dengan lembaga keuangan/ bank, pemerintah kabupaten/kota di seluruh Indonesia, lembaga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, terutama dengan LPPM, berbagai organisasi sosial kemasyarakatan dan mitra kerja lainnya, telah berhasil mengangkat keluarga-keluarga tertinggal atau keluarga prasejahtera di desadesa menjadi keluarga yang lebih sejahtera. Program yang dijalankan meDr Mulyono D Prawiro lalui proses pemberdayaan telah banyak menguntungkan rakyat, terutama rakyat kecil di desa-desa. Mencermati upaya yang telah dilakukan oleh Yayasan Damandiri dan mitra kerjanya tersebut, Wapres mengharapkan, agar program yang telah berjalan dengan baik dan jelas menguntungkan rakyat serta melibatkan banyak orang dan banyak lembaga ini, disinkronkan dengan program pemerintah yang ada. Menurut Wapres akan lebih baik apabila rakyat desa, terutama rakyat miskin diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan keterampilan dengan melibatkan berbagai perguruan tinggi sebagai pelopor pemberdayaan keluarga di desa-desa. Karena penduduk Indonesia sebagian besar tinggal di desadesa, maka usaha untuk membangkitkan budaya bangsa yaitu gotong-royong relatif mudah untuk digerakkan, namun tidak semua orang bisa bergotong-royong, terutama mereka yang berpenghasilan tinggi dan tinggal di daerah perkotaan. Banyak sekali penduduk kota jarang berada di rumah, pergi pagi pulang malam, bahkan hari libur pun tidak berada di rumah. Antar tetangga jarang berkomunikasi apalagi berkumpul dalam lingkungan sekitar, sehingga dengan demikian untuk menciptakan semangat gotong-royong dan membangun kebersamaan di daerah perkotaan agak sulit untuk dikembangkan. Konsep untuk membangun Indonesia dimulai dari desa memang merupakan konsep dan terobosan yang sangat membanggakan, sehingga diharapkan akan mampu membawa Indonesia ke masa depan yang lebih gemilang dan mewujudkan mimpimimpi Indonesia akan bangkit dan berkembang akan menjadi kenyataan. *) Penulis adalah Dosen Pascasarjana dan Anggota Senat Universitas Satyagama dan Universitas Trilogi, Jakarta Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
63
LAPORAN DAERAH
Prof Haryono Ajak Para Lansia
Beramal Sebanyaknya melalui Posdaya Apa itu Posdaya? “Posdaya itu adalah seperti bapak ibu sekalian ini. Yaitu kumpulan orangorang yang peduli sesamanya. Dan orang-orang yang peduli ini dibagi menjadi tiga. Bagian yang pertama para lansia. Para lansia ini tidak hanya berdoa di masjid dan di rumah serta mengharap rido Allah SWT,” kata Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono di Kota Padang, Sumbar, pada 18 Desember 2015 lalu.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono di Kota Padang, Sumbar, seusai meresmikan Posdaya Gerbangmas dan dua buah Silver College. [FOTO-FOTO: DEDE H]
64
“S
UDAH pensiun camat, dan saya sudah pensiun Menko dan menjadi menteri tiga kali, menikmati pensiun. Tidak. Tapi saya masih keliling ke seluruh Indonesia. Karena saya ingin menjadi orangtua yang berguna,” ujarnya. “Karena menurut ajaran kita, makin berguna nanti di pintu akhirat akan ketemu dengan para malaikat,” tambahnya saat berbicara di hadapan ratusan hadirin. Ketika malaikat: “Hai, kamu di dunia jadi apa? Bukan jadi Menko, bukan jadi Menteri, atau jadi camat. Kamu berguna bagi umat atau tidak? Kamu sudah ikut Posdaya atau tidak?
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
Kalau bilang sudah ikut Posdaya, langsung masuk pintu surga.” Suara tawa pun sontak terdengar atas ucapan itu. “Nah, semua pelajaran yang diajarkan, diturunkan menurut Al Quran dan hadis Nabi harus dilaksanakan. Setia kepada Tuhan Yang Maha Kuasa tapi berguna untuk sesama umat manusia,” ucap Menko Kesra dan Taskin era Presiden BJ Habibie ini. “Konon kabarnya, kalau tidak pernah menjadi anggota Posdaya dan tidak peduli kepada sesama, sampai pintu sana ikut yang dinamakan propert test. Propert test di pintu neraka dan surga itu lebih sulit daripada propert test calon bupati maupun calon gubernur. Pertanyaannya macammacam,” papar Prof Haryono, yang ke Kota Padang didampingi Dr Rochadi Harianto, Sekjen DNIKS. “Kalau di sini jadi ketua DPR saja bingung menjawab pertanyaan, akhirnya mundur. Nah kalau di sana mundur itu mundurnya adalah masuk neraka. Jadi sekarang ini kita harus siap-siap beramal sebanyak-banyaknya sesama para lansia,” ujarnya mengajak sejumlah lansia yang hadir untuk ikut bahu membahu membangun Posdaya. Yang kedua, lanjut Prof Haryono, tidak saja sesama para lansia, tetapi kepada anak-anak
dan anak-anak tetangganya, anakanak muda. Jadi para lansia tidak boleh hanya untuk dirinya sendiri. “Karena pengalamannya luar biasa, dari yang bagus atau yang jelek luar biasa. Yang bagus ditularkan kepada anaknya, kepada menantunya, kepada anak tetangganya. Tidak usah disalahkan misalnya apa salahnya mereka, tetapi tunjukkanlah yang baik kepada mereka,” harap Prof Haryono. Yang ketiga, kepada cucu-cucunya. Kalau tidak punya cucu, kepada cucu tetangganya. “Anggap saja sebagai cucunya karena mereka juga adalah amanah kepada orangtuanya, amanah kepada kita yang tua. Sehingga lansia harus peduli keapada tiga generasi. Generasinya sendiri, generasi anaknya, dan generasi cucunya,” harapnya lagi. “Karena itu, nomor satu Posdaya ini harus peduli dan gotong royong. Dan oleh karena itu kalau Posdaya minta bantuan, jangan minta. Tetapi memberi bantuan. Yang mampu memberi bantuan pada yang kurang mampu, yang pintar memberi bantuan pada yng kurang pintar, yang kuat memberi bantuan pada yang lemah atau miskin,” ujarnya Menyentuh masyarakat Acara yang berlangsung di Komplek Kodam Kelurahan Surau Gadang, Kecamatan Nanggalo, Padang, Sumbar, itu Prof Haryono meresmikan Silver College “Bahagia Bersama” dan Silver College “Saiyo Sakato” di RW 5 dan RW 6, juga meresmikian berdirinya Posdaya Gerbang Mas”. Ketua Rw XXII Komplek Kodam Kelurahan Surau Gadang, Kecamatan Nanggalo, Siteba Nanggalo, Padang, Sumbar, Drs H Riza Esfandiary yang ditemui Gemari mengatakan, apa yang dilakukan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono sungguh aplous untuk beliau. “Beliau sungguh menyentuh masyarakat. Apa yang dilakukan beliau sangat kami apresiasi,” katanya. “Posdaya yang ada di sini satu, tapi satu lagi di Gunung Pangilun. Sesuai ketentuan satu RW mendirikan satu Posdaya maka di sini sudah kita
bangun bersama yang hari ini berlangsung acara “Silver College” ini,” ujarnya. Ditanya apakah ada hambatan pada kegiatan Posdaya, ia menjawab, hambatan sampai saat ini tidak ada. Semua masyarakat ikut mendukung. “Cuma kalau bisa kami sarankan, sebaiknya kegiatan ini kita libatkan Pemerintah Daerah. Dalam acara siang tadi datang juga Wakil Lurah dari Kelurahan Gunung Pangilun. Kalau bisa aparat Pemda ikut juga pada kegiatan Posdaya ini,” harapnya yang ditemui di kediamannya usai acara. DH
Ketua Rw XXII Komplek Kodam Kelurahan Surau Gadang, Drs H Riza Esfandiary (kiri) mendampingi Prof Haryono membuka selubung. Prof Haryono melihat kreativitas kaum ibu pada kegiatan Posdaya.
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
65
LAPORAN DAERAH
Kado Ulang Tahun Damandiri ke-20
MURI Anugerahkan Prof Haryono, Bapak Perintis Posdaya Di sela kemeriahan malam syukuran HUT ke- 20 Yayasan Damandiri, Museum Rekor Indonesia (MURI) menganugerahkan Prof Dr Haryono Suyono sebagai Perintis Posdaya dan masuk dalam rekor MURI urutan ke- 7293. Penghargaan MURI ini kian menunjukkan eksistensi Posdaya di mata dunia.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono memperlihatkan piagam penghargaan dari MURI yang diserahkan Sri Widayati dari MURI. [FOTO: ADE S]
66
“I
NI sebenarnya bukan penghargaan saya pribadi, tapi untuk seluruh pejuang yang telah menghasilkan 55.000 Posdaya, 450 perguruan tinggi, 300 pemerintah daerah dan ribuan para relawan yang ada di desa-desa,” ungkap Prof Haryono Suyono usai menerima penghargaan MURI yang menisbatkan Ketua Yayasan Damandiri ini sebagai Perintis Posdaya. Penghargaan MURI ini diberikan oleh Sri Widayati, wakil dari MURI kepada Prof Haryono Suyono mengingat kiprah Yayasan Damandiri melalui Posdaya dengan para mitra kerjanya telah bekerja keras memberi semangat dan mengajak masyarakat pedesaan mewujudkan budaya gotong royong untuk melakukan usaha bersama secara mandiri dan memberdayakan keluarga pra sejahtera. “Untuk Posdaya sudah ada beberapa prestasi yang kita abadikan di MURI. Antara lain, Desember 2010 melalui KKN Posdaya Universitas Negeri Semarang di Desa Bangosari, Pekalongan telah membuat rekor sapu jagat terbesar. Dilanjutkan MoU antara walikota per-
Gemari Edisi 181/Tahun XVII/Februari 2016
guruan tinggi terbanyak serentak pada suatu waktu, yang diikuti 32 perguruan tinggi negeri maupun swasta di Malang pada 20 Mei 2014. Juga telah diselenggarakan di beberapa kota dengan melibatkan beberapa jumlah peserta untuk senam Posdaya, mulai dari senam Posdaya di Pacitan 13 Pebruari 2015, di Bekasi 7 Maret 2015 dan Metro Lampung 17 Mei 2015,” papar Sri Widayati. Museum Rekor Indonesia (MURI) yang didirikan Jaya Suprana pada 23 Januari 1990 ini, memang telah menghimpun data dan memberi penghargaan kepada karya super latih karsa putra putri Indonesia, demi menegakkan pilarpilar kebanggaan nasional dan mengajak masyarakat Indonesia untuk mau dan mampu menghargai prestasi karya putra putri Indonesia. Bertepatan HUT ke-20 Yayasan Damandiri, sebagai bentuk apresiasi karya dan kerja keras Yayasan Damandiri melalui Posdaya, MURI menganugerahkan penghargaan pada perintis program Posdaya yaitu Prof Haryono Suyono dengan piagam penghargaan nomer 7293. “Kami berharap ini bisa membawa manfaat bagi kita semua,” cetus Sri Widayati. Bagi Prof Haryono Suyono, penghargaan ini merupakan kado terbesar, karena perjuangannya selama ini akhirnya masuk dalam rekor dunia. “Penghargaan ini diatasnamakan saya saja tapi sebenarnya untuk kita semua. Mudah-mudahan ini memacu bahwa kita diakui sebagai rekor untuk pemberdayaan keluarga,” ungkapnya haru. Mantan Menko Kesra dan Taskin ini juga berharap, adanya penghargaan ini bisa memberikan semangat pada rakyat Indonesia untuk tetap berjuang demi masa depan generasi muda. “Biarpun diam-diam akhirnya diakui oleh rekor dunia. Alhamdulilah,” ucap Prof Haryono diiringi rasa syukur tiada henti. Bravo Prof…! RW