DAFTAR ISI
DARI REDAKSI
PENASEHAT: Dr. Rokhmatuloh, M.Eng
Salam hangat para pembaca Geospasial, Tidak terasa sudah memasuki tahun 2011 Geospasial memberikan berbagai macam informasi. Namun demikian kesedihan adanya bencana akibat tsunami di Jepang membuat para penduduk di pesisir tetap wasada karena bencana selalu datang tibatiba. Khusus Tsunami menjadi pukulan telak bagi bangsa Jepang, dimana nama tersebut dahulu kala merenggut banyak nyawa dan sekarang kembali terjadi. Belajar dari kejadian yang terulang maka pendataan dan dokumentasi kejadian perlu menjadi bagian dari pengetahuan umum. Departemen Geografi terus berkolaborasi membangun Networking dengan Universitas luar negeri, setelah Twente (Belanda) dan Salburg Univ (Austria), pada tahun 20102011 bekerja sama dengan Univ. of Malaya (Malaysia) dan Univ. of Sydney (Autralia). Kerjasama dengan Malaysia bentuknya adalah pertukaran pelajar, Tahun 2010 Mahasiswa Malaysia kuliah di UI dan tahun 2011 Mahasiswa UI kuliah di Malaysia. Pada Januari 2011 Mahasiswa Geo Univ Sydney dan Geo UI mengadakan kuliah lapang bersama. Berbagai informasi lain berkenaan dengan teknologi juga disajikan seprti openstreetma dan Google earth builder. Demikian pengantar dari redaksi dan selamat membaca.
Salam Redaksi
REDAKSI: Adi Wibowo, Iqbal Putut, Laju Gandharum, Ratri Candra, Weling Suseno, Rendy P. STAF AHLI: Astrid Damayanti, Sugeng Wicahyadi, Supriatna, Triarko Nurlambang ADMINISTRASI: Ashadi Nobo ALAMAT REDAKSI: Gd. Departemen Geografi, FMIPA Universitas Indonesia KAMPUS UI DEPOK Telp. (021) 7721 0658, 702 4405 Fax. (021) 7721 0659
Diterbitkan oleh: Forum Komunikasi Geografi Universitas Indonesia Redaksi menerima artikel / opini / pendapat dan saran dari pembaca, utamanya yang berkaitan dengan masalah keruangan. Kirimkan tulisan ke alamat redaksi atau email dengan disertakan nama, alamat lengkap, nomor telepon serta Biografi.
Tsunami: Nama yang Menguncang Dunia Kuliah Kerja Lapang III Bersama
4
6
Kuliah Kerja Lapang 3 (11 April – 14 April 2011) Kota Palembang – Sumatera Selatan Departemen Geografi 8 FMIPA UI Oleh-Oleh Dari Geospatial Technology Update Seminar (GTUS) 11 Pentingnya Pembakuan Nama-Nama Rupabumi Perkembangan Data Spatial
13
14
Immanuel Kant Dan Konsep Space
15
Kesepadanan Skala Peta Dan Resolusi Spasial Citra 18 Dosen Geografi UI Mendapatkan Hibah Pengabdian 20 Masyarakat Hibah Mahasiswa
22
Rapat Penyusunan Dokumen Akreditasi Departemen Geografi UI 2011 23 P ertemuan Alumnni Geografi UI: Pembahasan UU Geospasial Ruang Seminar Lantai 1 Gedung Geografi, Depok 11 Mei 2011 24
Diskusi Panel: “Strategi Kebudayaan Untuk 26 Kepemimpinan Masa Depan Bangsa Indonesia“ Openstreetmap Workshop 28 Google Earth Builder : Geoprocessing Dan Penyimpanan Data Geospasial Berbasis Cloud Computing 30
KAMPUSIANA
Dr. Eng Wanglin YAN
Professor, Faculty of environmental and information studies, Keio university Fujisawa, Japan Research fields: Environmental Sciences - Global Environmental Change GIS and Remote Sensing, urban/ regional planning, sustainable development, social innovation and entrepreneurship for environment
Kuliah umum dari Prof. Wangli Yan dengan tema Urban Heat Island (UHI). Beliau menjelaskan bagaimana kenampakan penggunaan tanah bisa mempengaruhi pola UHI misalnya di perkotaan akan terlihat lebih merah (panas) didalam peta dibandingkan dengan daerah sub-urban dan pedesaan yang cenderung berwarna hijau (Gambar 1). Dengan contoh wilayah penelitian di Kota Tokyo yang terlihat di pusat kota berwarna merah dan makin menjauh dari pusat kota berwarna kehijauan. (Gambar 2)
Gambar 1. Skema UHI
Gambar 2. UHI di Tokyo
Prof Wangling Yan menelaah penggunaan tanah mulai dari pusat Kota Tokyo dan makin menjauh dengan jarak radius 10 km, 20 km dan 30 km dengan pengumpulan data 10m x 10m. Hasil terlihat pada grafik UHI makin medekati kota maka nilai UHI makin meningkat. (Gambar 3)
Gambar 3. Perbedaan Landuse memperlihatkan makin jauh dari pusat kota maka semakin hijau. Selain kuliah umum, Prof Wanglin Yan juga memberikan gambaran studi di tempatnya bekerja yakni di Environmental Bussiness, Social Enterpreneuralism, Enviromental Design, and Enviromental Planning and Policy. (Gambar 4),
4
Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s
2 0 11
Gambar 4. Program dan kurikulum di Keio University Pada bagian penutup Prof Wanglin Yan menyatakan bahwa: 1. Geographic information technologies are essential tools for understanding urban warming and global warming. (GIS adalah alat penting untuk memahami pemanasan kota dan dunia) 2. Urban heat island is a critical issue of urban environment, a good test bed for climate change mitigation and adaptation. (UHI adalah isu kritis dari lingkungan perkotaan, juga sekalgus menjadi alat ukur mitigasi dan adaptasi dari perubahan iklim) 3. Japan is a leading country in the transition to low-carbon society. Tens of Green City Programs for reducing GHG emissions have been implementing. (Jepang menjadi negara terdepan dalam transisi masyarakat penurun emisi carbon. Puluhan program utuk menurunkan emisi GHG telah dijalakan) 4. Fostering environmental leaders in Asia and Africa is another national strategy of Japan to the world. Tens of Programs are ongoing. (Mengembangkan pemimpin lingkungan di Asia da Afrika adalah strategi lain dari Japan utuk dunia. Puluhan program sudah berjalan.) 5. The Environmental Innovators Program at Keio University presents a unique framework for the design and practice of mitigation and adaptation to climate change. (Program Inovator Lingkungan Keio University disediakan dengan desain yang unik dan praktek dalam mitigasi dan adaptasi perubaha iklim) Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 11
5
KAMPUSIANA
Student Exchange Program 2011 Departemen Geografi FMIPA UI – Universiti Malaya Departemen Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) mengadakan kerjasama dengan Departemen Geografi Universiti Malaya dalam bentuk program Student exchange, dimana Departemen Geografi FMIPA UI mengirimkan 16 mahasiswanya untuk belajar di Departemen Geografi Universiti Malaya, Kuala Lumpur yang dilakukan pada tanggal 14 Juni- 12 Juli 2011.
di ruang kuliah di lingkungan kampus Fakultas Sastera&Sains Sosial UM. Diakhir kegiatan belajar-mengajar mata kuliah ini, mahasiswa diharuskan membuat poster dengan terlebih dahulu melakukan survey yang tergabung dalam kelompok (3-4 orang) dengan tema “ Climate Change Threat on Urban Economies – a study of importance of energy and water amongst the low income urban commerce”.
Program pertukaran mahasiswa ini diikuti oleh 5 mahasiswa angkatan 2008 (Alvian Safrizal, Nurlatipah, Riangga Sujatmiko, Wika Ristya & Wenang Irmansyah) serta 11 mahasiswa angkatan 2009 (Ibnu Budiman, Wido Cepaka, Aisyah Bidara, Risky Kurniawan, Randhi Atiqi, Febriana Lestari, Aulia Baroroh, Danny Fitri, Annisa Hafidah, Ika Yuliawati&Silfia Oktaviani). Dalam program pertukaran mahasiswa ini, mahasiswa Departemen Geografi FMIPA UI melakukan kegiatan belajar mengajar di lingkungan kampus Departemen Geografi Universiti Malaya serta melakukan field work (kuliah lapang) di Batu Cave serta Shah Alam, Selangor. Selama mengikuti kegiatan belajar mengajar, ke-16 mahasiswa tersebut bertempat tinggal di Tun Ahmad Zaidi, 10th Residential College.
Jenis kuliah yang ke-2, yaitu mahasiswa mendapatkan kuliah di kelas internal,dimana hanya 16 mahasiswa Departemen Geografi FMIPA UI yang menjadi peserta kuliah. Pada kuliah di kelas ini, mahasiswa mendapatkan kuliah dan pembekalan materi untuk melakukan field work (kuliah lapang) di Batu Cave dan kota Shah Alam, Selangor. Tema dari kuliah lapang yang dilakukan oleh ke-16 mahasiswa Departemen Geografi yaitu Urban Geography ( Kota Shah Alam, Selangor) & Tourism Geography (Batu Cave). Dalam melakukan kuliah lapang, mahasiswa mendapatkan bimbingan serta pembekalan materi dari pihak dosen Geografi UM yang berkompeten & sesuai dengan tema-tema pada kuliah lapang tersebut. Kuliah Lapang di Batu Cave yang bertemakan Tourism Geography dilakukan di bawah bimbingan Dr.Goh Hong Ching serta kuliah lapang dengan tema Urban Geography dibawah bimbingan Dr. Mariney. Selain dua tema kuliah internal tersebut, ke-16 mahasiswa Geografi UI mendapatkan materi kuliah Agricultural Geography yang diberikan oleh Dr.Firuza. Batu Cave merupakan objek wisata alam sekaligus religi bagi umat agama Hindu di Malaysia. Batu Cave merupakan gua yang terbentuk dari batuan kapur. Sedangkan kota Shah Alam merupakan ibukota dari Negara Bagian Selangor, kota ini memiliki keunikan tersendiri dikarenakan sering dilanda flash flood atau banjir kilat.
Dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, ke16 mahasiwa mendapatkan 2 jenis model kuliah. Jenis kuliah pertama yaitu ke-16 mahasiswa mendapatkan kuliah dengan digabungkan pada kelas eksternal semester pendek yang diadakan oleh Departemen Geografi Universiti Malaya, yaitu mata kuliah “Climate & Society”. Pada kelas mata kuliah ini, ke-16 mahasiwa Geografi UI tidak hanya bergabung dengan mahasiswa Geografi UM, tetapi juga dengan mahasiswa dari jurusan hukum maupun teknik dari UM dikarenakan banyak dari mahasiswa ke-2 jurusan tersebut yang mengambil mata kuliah kelas eksternal tersebut. Kelas Eksternal tersebut dilaksanakan
6
Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s
2 0 11
Batu Cave Kegiatan lainnya yang diikuti oleh ke-16 mahasiswa tersebut selama berada di Kuala Lumpur yaitu mengikuti undangan dari pihak KBRI di Kuala Lumpur untuk menghadiri seminar dengan tema Leadership Talk dan Deklarasi Kesatuan Mahasiswa Indonesia-Malaysia “Role of Student Toward Nation Glory in The Same Area Serumpun ” yang dihadiri juga oleh perwakilan mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Malaysia serta mahasiwa Malaysia itu sendiri.
Disela-sela aktivitas kuliah yang cukup padat, mahasiswa juga dibolehkan untuk melakukan “jalan-jalan” di tempat-tempat menarik di Tanah Melayu tersebut. Tempat-tempat menarik yang didatangi oleh ke-16 mahasiwa yaitu KLCC (Petronas Twin Tower), Putrajaya, Genting Highland, Sepang International Circuit, serta 10 dari 16 mahasiswa melakukan “jalan-jalan” ke negara Singapura via jalur darat dengan menggunakan bis, dimana perjalanan ini membutuhkan waktu 5-6 jam.
Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 11
7
KEGIATAN
Kegiatan BMKG: Pengamatan Parameter Meteorologi dan Kualitas Udara
Di Departemen Geografi FMIPA UI
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) punya kegaiatna rutin, salah satuanya adalah melakukan pengamatan kualitas udara di wilayah Indonesia. Selain Jakarta, sebagai data kontrol dipilih Depok yakni tepatnya di Lingkungan Universitas Indonesia. Untuk tempat sebagai bagian dari hubungan baik UI dan alumninya, maka dipilih lokasi tepat di Departemen Geografi FMIPA UI. Para peneliti (pegawai) di BMKG memang banyak mengambil S1, S2 da S3 di FMIPA UI, seperti Dept. Fisika dan Geografi, tetapi lebih banyak alumi S1 dan S2 di Dept. Geografi, sehingga Departemen Geografi lebih dipilih oleh BMKG sebagai lokasi pengamatan kualitas Udara (Gambar 1).
KLCC/Petronas Twin Tower Pada tanggal 20 Juni, rombongan dosen Departemen Geografi UI mengunjungi kampus Geografi UM untuk bersilaturahmi dengan dosen-dosen di Departemen Geografi UM, sekaligus juga memiliki agenda “jalan-jalan” di Malaysia. Rombongan dosen tersebut terdiri dari Pak Eko Kusratmoko, Ibu Widyawati beserta anaknya, Pak Tjiok Giok Pin, Pak Rudi Tambunan beserta istri & anaknya, Ibu Tuty Handayani beserta anaknya (Elgo), Ibu Astrid Damayanti, Ibu Dewi Susiloningtyas (Tyas), Ibu Dewi Susilowati, Pak Tarsoen Waryono berserta istri, Pak Cholifah Bahaudin, Pak Djamang Ludiro, dan Pak Sobirin. Rombongan dosen ini diterima oleh Dekan Fakultas Sastera & Sosial Sains, Prof. Othman serta Ketua Departemen Geografi UM, Prof.Khairulmaini.
UI menghadiri “International Conference on Population Dynamism of Asia Issues and Challenges Ahead” di lingkungan kampus Departemen Geografi Universiti Malaya yang juga dihadiri oleh salah satu dosen Departemen Geografi FMIPA UI, Dra.Widyawati, M.SP serta di malam hari pada acara seminar tersebut,ke-16 mahasiswa menampilkan atraksi kebudayaan dengan melakukan tarian tradisional tari “tak ton tong” (Minangkabau), tari “gambyong” (Jawa) & tari “sajojo” (Papua).
Student Exchange Program tahun 2011 ini merupakan lanjutan dari student exchange program tahun lalu (2010) yang dilakukan oleh Departemen Geografi FMIPA UI dengan Departemen Geografi Universiti Malaya,dimana pada saat itu Departemen Geografi Universiti Diakhir masa student exchange program tersebut, Malaya mengirimkan 20 mahasiswanya untuk ke-16 mahasiswa Departemen Geografi FMIPA belajar di Departemen Geografi FMIPA UI.
8
Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s
2 0 11
Gambar 1. Lokasi Pengamatan di Depan Gedung Dept. Geografi FMIPA UI Team ini untuk memenuhi kebutuhan mobilitas yang tinggi, berpindah dari satu lokasi ke lokasi yang lain, dilengkapi dengan sebuah laboratorium bergerak yang disebut sebagai “Mobile Air Quality Laboratory”. (Gambar 2)
Gambar 2. Mobil Laboratorium di Lokasi Parkir Dept. Geografi FMIPA UI Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 11
9
Pada Gambar 3, terlihat suasana pengamatan kualitas udara dari berbagai aspek, sesuai dengan masing-masing laptop untuk memonitoring sebuah alat pemantau kualitas udara. Mulai dari arah angin hingga debu. (Gambar 3 dan 4).
KAMPUSIANA
Kelompok Studi Geografi UI (KSG UI) On Program
Pelatihan Internal : “Pemanfaatan Data Radar (Alos Palsar) untuk identifikasi hutan”
Gambar 3. Berbagai peralatan pengamatan kualias Udara.
Kelompok Studi Geografi Universitas Indonesia (KSG UI) melalui Biro Pendalaman & Penelitian Geoteknologi melaksanakan salah satu program kerjanya dengan mengadakan pelatihan internal pada hari senin tanggal 24 Juli 2011 di laboratorium SIG Departemen Geografi. Tema pelatihan kali ini yaitu “Pemanfaatan Data Radar (Alos Palsar) untuk identifikasi hutan” yang dipandu oleh Ardiansyah, S.si, mahasiswa geografi angkatan 2007 yang baru saja menyelesaikan jenjang pendidikan sarjananya. Pelatihan ini bertujuan untuk menambah wawasan dan ketrampilan dalam mengenal dan mengolah data citra digital bagi anggota aktif KSG UI maupun pihak eksternal dari KSG UI.
analisis interferometry untuk mendapatkan informasi pergeseran tanah, dan sebagainya. Alos Palsar sendiri dibandingkan citra Landsat ETM yang biasa digunakan serta berkaitan dengan citra identifikasi sumber daya alam, memiliki beberapa kelebihan, antara lain adalah, dapat tembus awan dalam proses perekamanan data, mampu dioperasionalkan pada malam hari, dan tidak bergantung pada sumber energi. Citra Alos Palsar cocok digunakan di Indonesia, karena sebagai negara tropis,Indonesia sering tertutupi awan di lapisan atmosfernya.
Kedepannya, pelatihan dari Biro Pendalaman dan Penelitian Geoteknologi yang diharapkan Alos merupakan satelit dari Jepang yang pelaksanaannya setiap bulan akan diadakan, diluncurkan pada tahun 2006, dan Palsar lebih bermanfaat untuk anggota aktif KSG merupakan salah satu sensornya (Radar). Selain UI sendiri maupun masyarakat luas dengan untuk monitoring kehutanan, Citra Alos Palsar menerbitkan publikasi berupa modul di setiap juga dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi tema pelatihan dan juga melibatkan masyarakat hal yang berkaitan dengan pertanian, tumpahan diluar anggota aktif KSG UI untuk ikut dalam minyak (oil spill), mineral, kandungan biomassa, programpelatihannya.
Gambar 4. Pemantau kualiats udara diatas permukaan tanah
10
Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s
2 0 11
Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 11
11
BERITA Selayang Pandang Tentang Hubungan Inter-regional Ekonomi: Kerjasama Ekonomi Sub Regional (KESR) IMT-GT DAN BIMP EAGA (Lanjutan-Bagian 2)
Raldi Hendro Koestoer , Edward Sibarani dan Kahfi Heriyanto Brunei-Indonesia-Malaysia-Philippines-East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA). BIMPEAGA dibentuk di Davao, Filipina pada tanggal 26 Maret 1994 oleh para kepala negara Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Keanggotaan BIMP-EAGA terdiri atas provinsi-provinsi dan negara bagian, yang meliputi: 1. Seluruh wilayah Brunei Darussalam; 2. Seluruh provinsi di Sulawesi, Kalimantan, Maluku dan Irian Jaya, Indonesia; 3. Wilayah negara bagian Sabah, Sarawak dan Labuan, Malaysia; 4. Wilayah Mindanao dan Palawan, Filipina.
Suasana pada saat pelatihan berlangsung
Kerjasama BIMP-EAGA memiliki karakteristikkarakteristik market driven, penekanan kepada peran sektor swasta, struktur organisasi desentralistik, tanpa sekretariat pusat, dan tidak diperlukan konsensus empat pihak. BIMP-EAGA tidak membatasi keputusan atau kesepakatan kepada hanya yang dicapai oleh keempat pihak, namun juga mengenali dan mengakui pengaturan kerjasama bilateral dan trilateral termasuk kerjasama dengan negara atau organisasi di luar BIMP-EAGA. Kesepakatan kerjasama tersebut akan dipertimbangkan menjadi program BIMPEAGA. Cakupan kerjasama BIMP-EAGA dikelompokkan dalam empat cluster dan satu Task Force, yaitu: Natural Resources Development (Cluster NRD, diketuai oleh Indonesia, membawahi kerjasama di bidang agro-industri, perikanan, kehutanan, lingkungan hidup, energi dan sumber daya mineral). Working Group yang berada di bawah Cluster ini adalah: • WG on Forestry and Environment • WG on Agro Industry • WG on Energy and Mineral Resources • WG on Fishery
Penyerahan Sertifikat
12
Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s
2 0 11
Transport, Infrastructures and Information/ Communication Technology Development (Cluster TIICTD, diketuai oleh Brunei Darussalam, membawahi kerjasama telekomunikasi, perhubungan udara, laut, dan udara serta konstruksi). Working Group yang berada di bawah Cluster ini adalah: • WG on Construction and Construction Materials; • WG on Air Linkage • WG on Sea Linkage • WG on Information and Communication Technology • Interim WG on Land Transport Joint Tourism Development (Cluster JTD, diketuai oleh Malaysia, membawahi kerjasama bidang pariwisata, termasuk keterkaitan sektor pariwisata dengan angkutan wisata, pergerakan wisatawan antar perbatasan serta keamanan perjalanan wisatawan). Small & Medium Enterprises Development (Cluster SMED diketuai oleh Filipina, membawahi kerjasama pengembangan UKM, termasuk keterkaitan sektor UKM dengan pergerakan pebisnis dan barang dagang antar perbatasan serta keamanan aktifitas bisnis). Task Force on Custom, Imiigration, Quarnatine and Secutiry (CIQS TF, diketuai oleh Filipina dan berkoordinasi dengan seluruh Cluster dan Working yang ada dalam rangka fasilitasi pergerakan orang dan barang) Bersamaan dengan Senior Official Meeting dan Ministerial Meetings (SOM/MM) ke 14 di Kota Kinabalu, Malaysia tahun 2006, juga telah dibentuk forum pemerintah daerah BIMP EAGA dengan nama BIMP EAGA Governors’, Chief Ministers and Local Government Forum yang
Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 11
13
pada tahun 2008 ini juga telah menyelenggarakan pertemuannya yang ke-3 bersamaan dengan SOM/MM ke 17 di Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Pada pertemuan Forum Gubernur BIMP EAGA yang ke-2, Indonesia telah menyampaikan usulan tentang peranan pemerintah daerah dalam mekanisme kerjasama BIMP EAGA sekaligus pentingnya keterlibatan seluruh daerah dalam kegiatan Cluster dan Working secara teknis. Hal ini dikhususkan dalam mendorong dan menfasilitasi kegiatan dan kerjasama sektor swasta yang pada prakteknya dilakukan antar daerah-daerah yang masuk dalam kawasan EAGA dan juga untuk mendorong peran aktif pelaku swasta daerah. Sementara pada Forum Gubernur terakhir BIMP EAGA ke-3, selain paparan potensi dan tawaran produk dan kerjasama antara daerah/provinsi/ Negara bagian di BIMP EAGA, juga telah diadakan dialog bilateral antara daerah/provinsi/ Negara bagian di keempat Negara anggota untuk secara intensif menginisiatifkan kegiatan dan aktifitas sebagai bentuk tindak lanjut di periode tahun 2009.
DS) sebagai berikut: • Indonesia (Manado & Tarakan) • Malaysia (Labuan & Miri) • Philippines (Puerto Princesa & General Santos) Pada tanggal 2 November 2007 ditandatangani 2 Memorandum of Understanding (MoU) antar negara BIMP EAGA, bersamaan dengan pertemuan Menteri Transport ASEAN ke-13 di Singapore. Kedua Mou tersebut adalah: (i) MoU on Establishing an Efficient and Integrated Sea Linkages in BIMP-EAGA; dan (ii) MoU on Cross-Border Movement of Commercial Buses and Coaches.
Saat ini implementasi dari MoU on Cross-Border Movement of Commercial Buses and Coaches telah memasuki tahap implementasi dengan uji coba pertama pada tanggal 26 September 2008 operasional inter-state bus antara Pontianak ke Bandar Seri Begawan melalui Kuching dan Miri di Sarawak, Malaysia. Untuk Indonesia, ijin operasional bis komersial telah diberikan kepada DAMRI. Bis antara Negara tersebut akan dioperasionalkan secara komersial dengan harga Perkembangan BIMP EAGA : Capaian Rp 500.000 dan di Brunei dengan nominal yang dan Tantangan Untuk Working Group on sama dalam mata uang Dollar Brunei Darussalam. Construction and Constructions Materials (CCM), Project platform dari partisipasi sektor Review dari Action Plan berkaitan dengan BIMPswasta EAGA, yaitu : EAGA Roadmap dan telah menyetujui beberapa • Proyek perumahan di Rambungan, Kuching, hal sebagai berikut: Sarawak dan Miri, Sarawak; • Mengaktifkan kembali Shipping Association • Bitung International Hub Port bersamaan (SA) dan menggunakannya sebagai forum dengan strategi pengembangan economic bagi shipping operators untuk mendukung corridor (Greater Sulu-Sulawesi Triangle) inisiatif perhubungan laut dari Rencana pengembangan ADB Transport • Mempercepat pengembangan infrastruktur • Davao Food Exchange Complex dan seperti fasilitas penanganan kontainer di dukungan bagi pengembangan komponen pelabuhan Kariangau di Balikpapan dan perumahan pembuatan serta pengembangan dermaga di pelabuhan Jayapura, Indonesia dan Pada tahun 2008 telah ditandatangani Pelabuhan Terminal Kontainer Sepanggar, kesepakatan dalam bentuk MoU on Expansion Sabah, Malaysia. on Air Linkage BIMP EAGA yang secara khusus • Revitalisasi rute General Santos – Bitung. menyepakati pemberian hak penerbangan • Menghapus pelabuhan Tahuna dari kelima dengan rekomendasi dari kesepakatan daftar pelabuhan yang ditunjuk karena ASEAN tentang Open Sky Policy. Sesuai dengan pelabuhan belum dibuka untuk perdagangan kesepakatan tersebut akan ditambahkan entry internasional point untuk Fifth Freedom Traffic Rights di beberapa pelabuhan udara EAGA (kecual Brunei Flagship project yang masihberjalan di BIMP
14
Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s
2 0 11
EAGA adalah Palm Oil, VCO, Hahal Poultry. Selain itu dalam tahun 2008, Indonesia menginisiatifkan pengembangan produk (yang selanjutnya untuk diperdagangkan) yaitu Temu Lawal/Wild Ginger. Dalam program pelestarian lingkungan dan sumber daya alam, Coral triangle merupakan proyek lanjutan dari SSME, dimana inisiatif proyek ini akan melibatkan wilayah perairan bagian timur BIMP EAGA. Semua Negara juga telah menyetujui untuk mempelajari terlebih dahulu program ini sebelum diadopsi menjadi program BIMP EAGA. Atas pertimbangan hasil Summit ke 3 BIMP EAGA tahun 2006, deklarasi Heart of Borneo HOB) telah ditandatangani pada tanggal 12 Februari 2007 yang lalu di Bali, Indonesia oleh masingmasing Menteri Kehutanan Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam. Program ini menjadi terkait dengan BIMP EAGA karena berada di wilayah kerjasama BIMP EAGA. Program ini dalam proses finalisasi dokumen nasional, yaitu dokumen rencana tindak masing-masing negara dalam rangka implementasi inisiatif HOB. BIMP EAGA telah menyetujui studi ADB tentang sektor energi dan telah disusun “Strategic Action Plan of BIMP EAGA Energy Sector”. Untuk kerjasama di bidang migas, pada umumnya kemajuan proyek-proyek kilang minyak swasta masih pada tahap studi kelayakan, penyusunan AMDAL, penjajakan pendanaan dan penyediaan minyak mentah.
Dalam kaitan dengan Cooperation on Bio Fuel Development and Production, program bio fuel di Indonesia khusunya pada 4 komoditas utama yaitu minyak kelapa sawit, Jathropha, Cassava dan Tebu. Indonesia akan mengembangkan Nipa sebagai bentuk lain dari Bio Fuel. CIQS (Custom, Immigration, Quarantine and Security) BIMP EAGA akan membuat suatu pengukuran yang jelas untuk meningkatkan intensitas kerjasama regional dalam memberikan fasilitas bagi perdagangan lintas batas, pariwisata dan investasi dengan mendirikan one-stop CIQS facilities pada point yang telah ditentukan. Pada bulan November 2008, keempat negara sedang menyusun dokumen kesepakatan harmonisasi dan simplifikasi peraturan CIQS di beberapa point partner di BIMP EAGA yaitu: • Brunei Darussalam: Muara/Labuan • Indonesia: Entikong-Tebedu; Bitung-General Santos • Malaysia: Sandakan-Zamboanga; TebeduEntikong • Philippines: Zamboanga-Sandakan; General Santos-Bitung
Development partner BIMP EAGA saat ini adalah Pemerintah Northern Territory (Australia) dan dua negara lain yang sedang dalam proses penjajakan untuk menjadi Development Partner BIMP EAGA adalah Cina dan Jepang. Framework of Economic Cooperation antara BIMP EAGA dengan China masih dalam finalisasi dan direncanakan untuk ditandatangani pada tanggal Perkembangan electricity interconnection project 14 Desember 2008 di Chiang Mai, Thailand atau 1 yaitu masih dalam tahap akan dilakukannya hari sebelum Summit agar dapat dilaporkan pada finalisasi kesepakatan antara PLN dengan SESCO pertemuan 5th BIMP EAGA Summit di Chiang Sabah tentang transmisi listrik di Kalimantan dan Mai, Thailand. listrik pedesaan di daerah perbatasan. Berkaitan dengan kerjasama pembangunan transmisi Di samping itu, tantangan-tantangan lain yang kelistrikan di Kalimantan, pembicaraan dengan harus dihadapi oleh BIMP EAGA terutama SESCO masih dalam konteks komersialisasi dalam melaksanakan proyek kerjasamanya, yang sangat ditentukan oleh kebutuhan listrik. antara lain: (i) Kendala umum dalam proyek Sementara itu untuk pemenuhan kebutuhan oil and gas yang dihadapi sejumlah perusahaan listrik di Kalimantan barat, direncanakan yang telah mendapatkan izin usaha sementara pembangunan PLTU sebesar 2 x 25 MW di umumnya adalah masalah kesulitan membuat Singkawang. Perubahan-perubahan kebutuhan kesepakatan dengan investor, mendapatkan konsumsi ini sangat berpengaruh di dalam lokasi/lahan yang sesuai dan mengharapkan negosiasi bisnis antara PLN dan SESCO. insentif/dukungan dari pemerintah seperti tax holiday, pembebasan bea masuk impor Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 11
15
barang proyek, fasilitas KAPET/Bonded Zone, dll., dan (ii) Keterbatasan infrastruktur dan sarana dasar pelabuhan lainnya baik, termasuk fasilitasi perdagangan di pelabuhan seperti bea dan cukai yang sering dianggap menjadi kendala bagi lalu lintas barang antar perbatasan.
perdagangan, investasi, pariwisata antar negara EAGA dan negara lain, khususnya dalam sektorsektor terpilih yang meliputi: agroindustri, sumber daya alam, pariwisata, perhubungan, infrastruktur dan teknologi informasi dan komunikasi, dengan penekanan khusus kepada pengembangan UKM pada tiap-tiap sektor; (vi) BIMP-EAGA Roadmap for Development 2006 mengkoordinasikan pengaturan sumber daya - 2010 alam bagi pembangunan berkelanjutan di kawasan BIMP-EAGA Roadmap for Development 2006 – EAGA; (vii) mengkoordinasikan perencanaan 2010 ditetapkan pada saat KTT ke-2 BIMP-EAGA dan pelaksanaan pembangunan infrastruktur di Kuala Lumpur, 11 Desember 2005. Tujuan untuk mendukung integrasi ekonomi dengan dari penetapan roadmap tersebut adalah untuk peran aktif sektor swasta. memberikan arah kerjasama BIMP-EAGA untuk periode lima tahun guna mewujudkan tujuan Dari seluruh kelompok tersebut, terdapat beragam pembangunannya, khususnya dalam peningkatan program implementasi untuk mendorong tujuan perdagangan, investasi dan pariwisata baik pertumbuhan ekonomi kawasan EAGA. Sesuai antar Negara BIMP maupun dengan negara- dengan arahan para kepala negara BIMP EAGA negara lainnya. Implementasi Roadmap tersebut pada pertemuannya yang ke 4 di Singapura memerlukan komitmen dari seluruh pemangku tahun 2007, Mid Term Review Roadmap kepentingan, pemerintah, pihak swasta maupun telah dilakukan yang memberikan beberapa seluruh komunitas di seluruh sub-kawasan. rekomendasi untuk tujuan memprioritaskan dan menfokuskan kembali berbagai program dan Dalam hal ini, peran pemerintah memiliki proyek pembanguna di kawasan kerjasama BIMP peran yang paling penting untuk mendukung EAGA. dan mengkoordinasikan mekanisme kerjasama, memastikan adanya kerjasama yang saling Langkah ke depan ‘Wilayah Tampalan’ menguntungkan, dan dapat menyelesaikan Pada dasarnya, kerjasama ekonomi subperbedaan yang ada sekaligus memfasilitasi hal- regional ini memberi kesempatan kepada hal yang diperlukan untuk mendorong kerjasama daerah untuk mengembangkan perdagangan, tersebut. investasi dan turisme. Hal ini sejalan dengan program pengembangan pemerintah di mana Roadmap BIMP-EAGA juga memuat berbagai kegiatan ekonomi dengan metoda desentralisasi program dan rencana kegiatan untuk mendorong diharapkan akan meningkatkan penciptaan pertumbuhan ekonomi di kawasan EAGA. Secara lapangan kerja, pertumbuhan dan pembangunan spesifik, Roadmap BIMP-EAGA mencantumkan berkelanjutan. Sebagaimana program pemerintah bahwa tujuan pembangunan BIMP-EAGA adalah melanjutkan strategi pro-growth, pro poor and untuk mempersempit celah pembangunan pro-environment antar negara-negara EAGA dan dengan negara ASEAN lainnya. Sasaran jangka pendek BIMP- Beberapa rekomendasi menuju perkembangan ke EAGA adalah untuk meningkatkan perdagangan, depan antara lain: investasi dan pariwisata di dalam EAGA. Secara 1. Mempercepat implementasi kesepakatan di khusus, Roadmap BIMP-EAGA ditujukan untuk bidang perhubungan dan berbagai ukuran (i) meningkatkan perdagangan antar dan inter untuk fasilitasi perdagangan. EAGA sebesar 10% sampai dengan tahun 2010; 2. Menformulasikan kesepakatan untuk (ii) meningkatkan investasi di kawasan EAGA implementasi Facilitation of Goods in Transit sebesar 10% sampai dengan tahun 2010; (iii) (AFAGIT) dengan basis test-bed meningkatkan investasi pariwisata di kawasan 3. Menginisiatifkan langkah kerja untuk EAGA sebesar 20% sampai dengan tahun 2020; mengembangkan EAGA sebagai sumber (iv) mewujudkan Roadmap, (v) meningkatkan penghasil makanan dengan istilah “Food
16
Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s
2 0 11
Basket” untuk wilayah ASEAN dan wilayah Asia lainnya 4. Mengimplementasikan langkah kerja untuk meningkatkan daya saing EAGA sebagai suatu tujuan wisata 5. Mengintensifkan aktifitas Business Matching 6. Memperkuat pengaturan implementasi proyek dan mekanisme monitor. Dalam menindak-lanjuti kepentingan percepatan dan implementasi kegiatan IMT GT dan BIMP EAGA, maka acara pertemuan tingkat puncak (Summit) diadakan sejalan dengan kegiatan Summit ASEAN. Pada tahun 2011 dimana Indonesia sebagai tuan-rumah penyelenggaraan Summit ASEAN (bulan Mei dan November 2011), Summit BIMP EAGA secara pertemuan ‘backto-back’ diselenggarakan bersamaan dengan Summit ASEAN bulan Mei 2011, sementara untuk IMT GT diselenggarakan pada bulan November 2011; sekuensial ini diselenggarakan dengan pertimbangan kesiapan dan pencapaian kegiatan yang perlu diperhatikan oleh masingmasing negara anggota KESR. Tidak lepas dari kesibukan masing-masing dalam ‘working groups’ dan ‘clusters’, kegiatan ekonomi daerah cenderung menggeliat dan pada gilirannya
kapasitas sumberdaya manusia perlu mendapat perhatian. Menyikapi posisi regionalisasi kedua ‘wilayah ekonomi’, terjadi suatu ‘wilayah tampalan’ yang sangat menjanjikan bagi wilayah Indonesia dan Malaysia. Pertama, IMT GT dan BIMP EAGA memiliki wilayah ‘over-lap’ di Indonesia dan Malaysia. Kedua, posisi Indonesia lebih menguntungkan, dimana keseluruhan propinsi di Sumatra tercakup dalam IMT GT dan 14 propinsi di Kawasan Timur Indonesia atau propinsi di empat wilayah makro (Kalimantan, Sulawesi, Irian dan Maluku tengah dan Utara) diliputi dalam BIMP-EAGA; sejalan dengan itu, Indonesia telah memulai strategi pengembangan desentralisasi. Ketiga, posisi Malaysia relatif terbatas, karena penyelenggaraan desentralisasi belum demikian jelas; kondisi Malaysia Barat dicakup dalam IMT GT dan Malaysia Timur (Sabah, Serawak dan Kota Kinabalu) ke kawasan BIMP EAGA, dimana antara barat dan timur secara pengelolaan relatif memiliki keterbatasan mendasar, yaitu sistem negara bagian. Dalam kaitan tersebut, Indonesia memiliki peluang yang sangat sinergis bagi pengembangan wilayah baik di Kawasan Barat maupun Timur.
Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 11
17
KAMPUSIANA
Kelompok Studi Geografi UI (KSG UI) On Program “Learning of Urban Trip & KSG’ers Gathering” Sabtu 23 Juli 2011, Kelompok Studi Geografi (KSG) 2011 melalui kerjasama antara Biro Pengembangan Sumberdaya Manusia (PSDM) dan Biro Pendalaman dan Penelitian Geografi Teoritis (Geoteori) melakukan jalan-jalan internal pengurus KSG. Kegiatan ini paling tidak mewakili dua tujuan utama, pertama sebagai wujud konsolidasi internal pengurus dan kedua sebagai pengenalan ilmu geografi yang pada kesempatan kali ini dispesifikan pada transportasi di perkotaan. Kegiatan ini dikoordinatori oleh Putri Mardina (mahasiswi geografi angkatan 2010) dari Biro PSDM.
Biro PSDM mengakomodasi hal-hal yang bekaitan dengan konsolidasi pengurus untuk mempererat kekeluargaan sesama pengurus KSG dan memupuk kembali semangat dan niat untuk tetap berkontribusi pada keilmuan geografi melalui KSG. Bentuk konsolidasi yang dilakukan melalui jalan-jalan bersama pengurus ini juga disisipi konsep keilmuan geografi oleh Biro Geoteori yang mengkaji esensi-esensi kegiatan dari sudut pandang keilmuan geografi yang mempelajari suatu fenomena secara holistik.
Sesuai tema kajian, trip kali ini mempraktekan salah satu konsepsi dari geografi transportasi yaitu berkaitan dengan Modal Split (pemilihan moda). Secara teoritis modal split ini merupakan salah satu dari variabel-variabel yang dipakai dalam perencanaan transportasi yang merupakan strategi untuk melakukan kajian, analisis, dan perencanaan sistem transportasi perkotaan dengan tujuan memproyeksikan permintaan (demand) perjalanan pada masa yang akan datang dan mendesain perubahan dan permintaan (demand) tambahan. Selain Modal Split, variabel lain yang digunakan diantaranya adalah Trip Generation (bangkitan perjalanan), Trip Distribution (distribusi perjalanan), dan Route Assignment (penentuan jalur). Dalam kajian ini, peserta dibagi kedalam tiga kelompok yang akan melakukan simulasi perjalanan dari tempat asal (origin) ke tempat tujuan (destination) yang sama namun menggunakan rute dan moda transportasi yang berbeda. Origin dan destination (O-D) telah ditentukan yaitu tempat asal Margonda menuju Kota Tua. Ketiga kelompok melakukan perjalanan sebagai berikut: • Kelompok pertama: melakukan perjalanan dari Depok-Kota Tua dengan menggunakan KRl Ekonomi (st. Pondok Cina-st. Jakarta Kota, jalan kaki) • Kelompok kedua: melakukan perjalanan dari Depok-Kota Tua dengan menggunakan moda Trans Jakarta (Angkot Depok-Ps. Rebo, Trans Jakarta (transit dibeberapa tempat),
jalan kaki) • Kelompok ketiga: melakukan perjalanan dari Depok-Kota Tua dengan menggunakan moda Patas AC (Depok-Ps.Senen, angkot Ps. Senen-Kota, jalan kaki) Setiap kelompok diharuskan untuk mencatat waktu pejalanan, biaya dan fenomena-fenomena yang dijumpai selama perjalanan seperti titik-titik kemacetan, titik titik dimana banyak penumpang naik, titik-titik dimana banyak penumpang turun, karakteristik penumpang, kenyamanan dan lainlain yang dianggap relevan dengan tema. Setelah semua kelompok berkumpul di tempat tujuan (Kota Tua), peserta diarahkan untuk berdiskusi mengenai temuan-temuan selama perjalanan dan menyampaikannya kepada seluruh peserta sebagai perbandingan antar kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Perbandingan antara tiga kelompok menunjukkan bahwa perjalanan yang mengalami pergantian moda transportasi memerlukan waktu tempuh dan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan perjalanan tidak mengalami pergantian moda. Data-data dari simulasi diatas merupakan salah satu dari sekian banyak data yang dipakai dalam perencanaan transportasi sesuai dengan tujuannya, yaitu untuk memproyeksikan permintaan (demand) perjalanan pada masa yang akan datang dan mendesain perubahan dan permintaan (demand) tambahan.
Kepala Biro Pendalaman & Penelitian Geografi Teoritis, Sesa Wiguna, sedang memberikan penjelasan teori mengenai “urban trip” kepada peserta kegiatan.
18
Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s
2 0 11
Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 11
19
BERITA
INDONESIA-MALAYSIA-THAILAND GROWTH-TRIANGLE: SEVERAL NOTES ON THE IMT-GT SPECIAL SENIOR OFFICIALS’ MEETING (SOM) 2011 RALDI HENDRO KOESTOER SENIOR OFFICIAL INDONESIA 11JULY 2011, BANDUNG, INDONESIA
INTRODUCTION The Special Senior Officials’ Meeting (SSOM) 2011 of the Indonesia-Malaysia-Thailand GrowthTriangle (IMT-GT) was convened in Asmila Boutique Hotel in Bandung, Indonesia on 11 July 2011. The Indonesian Delegation was led by Raldi Hendro Koestoer, Senior Official Indonesia. The Malaysian Delegation was led by Mr. Razali Che Mat, Director for Regional Development, Economic Planning Unit (EPU), Prime Minister’s Department. The Thailand Delegation was led by Mr. Pairote Potivong, Senior Advisor on Policy and Planning, the National Economic and Social Development Board (NESDB). The Meeting was also attended by delegates from the Joint Business Council (JBC), the Centre for IMTGT Subregional Cooperation (CIMT), and from Asian Development Bank (ADB). The Senior Official of Indonesia, Dr. Raldi Hendro Koestoer, welcomed all delegates to Bandung, Indonesia as this is the first time IMT-GT having their meeting here. He also informed that the selection of Bandung is to introduce Bandung to most delegates from Malaysia and Thailand, as they have never been to this city before, and to bring back nostalgia to the Director of CIMT who studied in Bandung Institute of Technology for five-and-a-half years in the early 1970’s. He mentioned that the Meeting was necessary to follow-up with a number of important agenda that transpired during the 5thLeaders’ Summit in Hanoi, Vietnam in October 2010, the 17th Senior
20
Officials Meeting in Krabi, Thailand in August 2010, and the 4th Post-Summit Planning Meeting in Koh Samui, Thailand in January 2011. Mr. Pairote Potivong, Senior Advisor on Policy and Planning, Office of National Economic and Social Development Plan (NESDB), Thailand, delivered his Opening Remarks. In his Opening Remark, the Chairman stated that the first Special SOM in 2011 is timely to discuss the status on the follow-up to the directives of the Leaders from the previous Summit. The directives have been recognised and discussed in the 4th Post-Summit Planning Meeting in Koh Samui, Thailand early this year and since then a lot of work and progress have been made. Nonetheless, a lot more work still need to be undertaken before a meaningful deliverable could be presented at the forthcoming Summit to be convened in less than 4 months. The Chairman expressed his hope for a productive discussion for SOM to agree on the necessary steps in ensuring deliverables to the Summit. SENIOR OFFICIAL GUIDANCE FOR THE 6TH SUMMIT The Director of CIMT, Dr. Hassan Ibrahim, presented the preparation of the 6th IMT-GT Summit for the Senior Officials’ guidance and direction. The Meeting considered and discussed the pros and cons to realign the IMT-GT Summit schedule with the internal ASEAN Leaders Summits, which are usually held in mid-year, around April or May. Taking into account the
Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s
2 0 11
around April or May. Taking into account the views by all Member States, the Meeting agreed to recommend to the IMT-GT Ministers to convene the next IMT-GT Summit back-to-back with the 20th ASEAN Summit, in mid-2012, in Cambodia. With this decision, the Meeting agreed that the bullets and points for inclusion in the 6thLeaders’ Summit Joint Statement prepared by Dr. Hassan being to early to discuss.
that it is undertaking measures to strengthen the JBC’s institution, and it would be premature for JBC to undertake such significant role as the secretariat for IMT-GT. Malaysia highlighted that in line with the decision of 2nd IMT-GT Summit in 2007 in Cebu, Philippines, Malaysia agreed to shoulder the operational cost for the first five years of CIMT with the condition that the CIMT will have its permanent seat in Malaysia. The internal approval process for the budget allocation was therefore submitted based on the said decision. Malaysia further indicated that if the IMT-GT revisit the said decision it would be difficult for them to obtain positive response from their capital to continue supporting CIMT beyond 31stJuly 2012, even with equal contribution from all IMTGT Member Countries. As such, Malaysia urged all Member Countries to hold the earlier decision for CIMT to have permanent seat in Malaysia.
Malaysia highlighted that Malaysia had agreed to support the operation cost for CIMT from 1st August 2007 to 31stJuly 2012. Malaysia further highlighted that without the completion of ratification on the legal status of CIMT by 31st July 2012, it would be difficult for Malaysia to justify the extension of its support to CIMT beyond the said date. Malaysia also reminded the Meeting that starting on 1stAugust 2012, the three IMT-GT countries should cover the CIMT’s The Meeting noted the intended resignation of operational budget by equal contribution. Dr. Hassan Ibrahim, Director of CIMT, which will Thailand informed the Meeting that it is still be effective on 30thSeptember 2011. The Meeting difficult to determine the specific date for the expressed its appreciation to Dr. Hassan for all completion of ratification of CIMT legalisation his hard work and dedication to make IMT-GT at this point of time, as Thailand had just formed be more effective and successful in achieving its its new Government after a General Election in vision and mission. early July 2011.Nonetheless, Thailand assured the Meeting that they are undertaking their best The Meeting also noted that with the resignation effort to expedite the ratification of the legal status of Dr. Hassan, the tenure of Directorship of CIMT of CIMT to be finalised before the next IMT-GT would only have 10 months remaining, and that it would be difficult to find replacement for such Summit. short tenure period. During the said 10-month Indonesia viewed that once the CIMT is legalised gap, the following possible arrangements in the and that equal contribution for its operational role and function of the CIMT were discussed, budget is implemented, the opportunity to host namely: CIMT should be opened to other IMT countries. Option1:ADB to take the role and function of the They also viewed that there may be a need to IMT-GT Secretariat in the absence of a CIMT’s undertake a review on the performance of CIMT Director. Responding to this, ADB indicated that in undertaking its intended role, such as its role in it is willing to positively consider as and when the facilitating IMT-GT engagement with its potential request is made.ADB further indicated that while Development Partners. Such review could lead it is willing to assist, this arrangement would to determination on the best arrangement for not be an optimum option for the long run, as CIMT to maximize its role and function. They IMT-GT is moving toward legalising the CIMT. also viewed that given the important role of the As such, ADB would only be assisting up to 31st private sector as the driving force of the IMT- July 2012, and the IMT-GT Member Countries GT cooperation, it maybe worth considering to would need to agree on a permanent arrangement assign JBC to take the role and function as CIMT. beyond the said date. Option 2:The NS of the Technical Host Country Responding to the view of Indonesia, JBC indicated of the IMT-GT meetings would serve as Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 11
21
the Secretariat of the specific meeting being convened.
information, as agreed to in their respective meetings. 2. As for the difference of views on the hosting of the three WGs (WGT, WGAAE and After a long deliberation, the Meeting agreed WGHRD) that were yet to conduct their for Option 2, with ADB assisting as suggested meetings, CIMT explained that the WGs in Option 1. The staff of the CIMT would still be should not regard the previous hosting of all supporting the role of the Secretariat in all tasks. six parallel WG meetings during the Special Consultation Meeting in June/July 2010, PREPARATION OF IMPLEMENTATION Penang, Malaysia, as Malaysia’s turn as it was BLUEPRINT 2012-2016 then a special event. The WGs should continue the rotation basis that they left off from 2009. ADB presented a progress report on the The three WGs that had already conducted preparation of Implementation Blueprint 2012their meetings (WGHAPAS, WGIT and 2016 (IB). The report indicated that a moderate WGTI) had in fact continued the rotation progress has been made in identifying projects for basis that they left off from 2009. That means inclusion in the IB as only three Working Groups WGHRD and WGT should be hosted in (WGs) have met, and only two of these three Indonesia, and WGAAE in Malaysia. During have started the process of identifying projects the WGT Parallel Session at the 4th Postfor the IB. Only a few project profiles have been Summit Planning Meeting in January 2011 in submitted and most of them have limited or Koh Samui, however, the WGT Chairperson incomplete information. had agreed to host the WGT Meeting in 2011 in Thailand. The Meeting agreed to CIMT’s Taking into account the exchange of views among explanation and requested CIMT to remind the SOM, the Meeting agreed on the following the three WGs to conduct their meetings well course of actions, as recommended in the progress in time for the next SOM and MM. report: 3. Request the WG Chairs to identify the person(s) responsible for completing and 1. Call on the WGs that have not met, i.e. WG submitting the Project Concept and other on Tourism, WG on Agriculture and Agrorequirements for each candidate project and based Industry and Environment, and WG on their names and contact details should be Human Resources Development, to convene submitted to CIMT so that targeted followtheir respective meetings not later than midup can be initiated by CIMT. The WG August 2011 with the specific objective of Chair should also ascertain the timelinesfor identifying candidate projects for the IB. completing the requirements; The Meeting also called on the WGHAPAS, 4. Request the WG Chairs to review the Project although it has already met, to do the same. Concept for completeness and accuracy; they For these meetings to generate concrete may request the assistance of the relevant results, the Meeting requested CIMT to National Secretariate (NS) and the CIMT circulate the guidelines, criteria and templates in undertaking the review. In the course of as provided in Appendix F of the progress developing the Project Concept, direct the report by the ADB, to be circulated in NS, in coordination with the concerned line advance especially to project proponents and agency or project sponsor to: the Chairs, with the request that completed • coordinate with the planning and finance project concepts be prepared for discussion ministries to validate the link between at the meetings. The Meeting also encouraged the project and the national plans/ the NS to proactively offer to assist the project programmes and the budget (in the case proponents in preparing the project concepts. of public-sector funded projects); and The Meeting reminded the WGTI and ITWG • assist in coordinating the consultation to submit the project concepts, with complete process with the relevant stakeholders,
22
Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s
2 0 11
including local governments, as needed. 5. Provide WG Chairs and members with a note explaining the results monitoring framework, together with examples, such those provided for in appendix F of the progress report by ADB. 6. Direct the CIMT, in collaboration with the NS, and with ADB assistance, to organize a workshop with the specific objectives of: (i) assisting project proponents (both from the public and private sectors) in developing and completing the project concepts; and (ii) providing a venue for clarifying the guidelines, criteria and templates. The Meeting agreed to convene the workshop by mid-September 2011 in Melaka, Malaysia. The specific date for the workshop would be informed in due course by Malaysia as host country. To ensure optimum results, the Meeting stressed that national consultations should be convened prior to the regional workshop to provide a venue for identifying candidate IB projects, and addressing relevant issues among the agencies concerned, including with agencies responsible for planning and finance/ budget.
level of preparedness of the PCP projects for them to be included in the IB, including identifying the focal point for each project, securing the funds, and determining their linkage with the national development plan. Thailand informed the Meeting that she is also considering to substitute the Southern Ports Development Project with a new project for an Inland Container Depot (ICD) at Tung Song in the IB and that consultations between the NS and Ministry of Transport and Communication as the proponent are ongoing.
On the priority connectivity projects, (PCPs) the Meeting agreed that all PCPs should, in principle, be included in the IB, subject to their possible realization within the timeframe of the IB (20122016). The Meeting noted that all countries would undertake internal consultations to ensure the
PREPARATION FOR BIMP-EAGA AND IMT-GT HIGH VALUE AGRICULTURE BUSSINESS CONFERENCE AND EXPO IN MELAKA, MALAYSIA
The JBC indicated its interest on three PCP projects namely, the ICD at Tung Song in Thailand, the Bukit KayuHitam CIQ Facility in Malaysia, and the Banda Aceh-Kuala Simpang Road in Indonesia. The project in BukitKayuHitam involves the construction of two additional lanes in the duty free area to be dedicated specifically for tourist and tourists vehicles. The specific proposal from JBC would be submitted at the forthcoming SOM/MM in October 2011. The JBC sought confirmation from Indonesia on whether the project is included in the Blue Book as part of the national program. If the project is not part of With regard to the need to include IMT-GT’s the national program, the JBC would explore the operational mechanism as part of the IB, the possibility of participating in the Medan-Kuala Meeting recalled its earlier decision at the Post Namu New Airport Project instead. Summit Strategic Planning Meeting held in January 2011 in KohSamui, for each country Responding to JBC’s query, Indonesia clarified to conduct an internal consultation on the that the Banda Aceh-Kuala Simpang Toll Road was operational mechanism, focusing on the functions proposed by the Provincial Government of Banda and structure of the WGs, guided by the Business Aceh. Indonesia will revert as soon as possible Process Review (BPR) recommendations. The to confirm whether the project is included in Meeting tasked the NS to proceed with the the Blue Book (publicly-funded projects) or the internal consultations, with assistance of ADB, Green Book (potential public-private partnership and to come up with proposed options for projects). Indonesia further clarified that if the improving the operational mechanism to ensure JBC is interested to have a 100% private sector proper management and operations of all stages of investment for the Banda Aceh- Kuala Simpang the project cycle. The proposed new mechanism Toll Road, the JBC could submit its proposal for should be ready for discussion at the 18th SOM/ government approval regardless of its inclusion in MM in October 2011. the Blue or Green Book of Indonesia.
Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 11
23
Malaysia briefed the Meeting on the preparations for the BIMP-EAGA and IMT-GT High- Value Agriculture Business Conference and Expo to be held in Melaka, Malaysia on 1 – 4 December 2011. In his presentation, Malaysia requested Member Countries to:
that HVA was more a Malaysia’s initiative, and should not be considered yet as an IMT-GT and BIMP-EAGA programme, but could be related in some way or other to IMT-GT and BIMP-EAGA. Indonesia also suggested that the various support as requested above should be directed to the Ministry of Agriculture and Ministry for Marine • identify prominent agro-based companies and Fishery. to be the speaker for the topic on successful cases of HVA businesses; The Meeting noted that Malaysia would be • identify prominent agro based companies/ circulating more detailed information on the SMEs to participate in business matching event and issuing the invitation accordingly as session; soon as possible. • identify traders to participate in the trade expo/food fair; and • identify dance group for cultural show. FRAMEWORK OF COOPERATION ON CIQ OPERATIONS DRAFTED BY THE CIQ TASK Malaysia mentioned that a special letter from the FORCE Malaysia’s IMT-GT Minister would be sent to his counterpart Ministers in Indonesia and Thailand The Meeting noted and commended the CIQ around the end of July 2011 requesting the above Task Force on the progress in developing a support. framework of cooperation on CIQ operations. The Meeting viewed that the CIQ cooperation in The Meeting congratulated Malaysia for the IMT-GT should at this stage focus on facilitation initiatives to organise the event, and noted the measures rather than harmonisation of rules and following suggestions by Member Countries: regulations. The Meeting tasked the CIQ Task • the need to have a detailed arrangement of the Force to focus on practical issues that would event, such as the rate of rental of the booths address immediate need of the private sector in in the expo; doing business in IMT-GT sub-region. As such, • invitation for the event be directly addressed the Meeting tasked the CIQ task force to convene to the concerned line Ministries in IMT regular consultation with JBC to identify the countries with a copy to the SOM and NS; issues. The Meeting also viewed that the IMT• the event to be used to promote champion GT could also serve as a test site for ASEAN level products of IMT-GT and BIMP-EAGA sub- initiatives in trade facilitation, which are currently region; facing obstacles in implementation given the • to invite experts from outside the two sub- bigger number of Member Countries involved. regions to share their experience and also academics to share their latest technology The Meeting deliberated the issue raised by the and findings in their relevant Research and CIQ Task Force on the possibility of not having the Development; and framework signed by the Leaders and endorsed • to have ASEAN Secretariat instead of ERIA as by SOM/MM. The Meeting viewed that the one of the organisers supporters. issue could be only considered once the content of the Framework is clear and finalised. In this Indonesia particularly remarked that Indonesia regard, the Meeting tasked the CIQ Task Force would support the HVA Conference and Expo to deliberate further the content of the document as it a directive of the IMT-GT and BIMP-EAGA and to finalise the draft as soon as possible. Leaders during the respective Summits in October 2010 and May 2011, respectively. However, on the issue of HVA as a flagship programme in IMT-GT and BIMP-EAGA, Indonesia viewed
24
Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s
2 0 11
SOM’S GUIDANCE ON A STUDY ON THE IMPACT OF IMT-GT COOPERATION UTILIZING THE IMT-GT TRADE INVESTMENT AND TOURISM DATABASE (ITITD) The Meeting noted the progress made in the development of the IMT-GT Trade, Investment and tourism database, which covers the compilation of data in two phases. Phase 1 covers key economic indicators at the national level and Phase 2 covers key trade, investment and tourism indicators at sub-regional level. At the 5th Working Group on Trade and Investment (WGTI) Meeting held in Bangkok on 30 May 2011, ADB was requested to draft the Terms of Reference (TOR) of a study that would utilize the database to assess development trends in the subregion as well as the impact of IMT-GT cooperation at the subregional level. In discussing the draft TOR, the Meeting raised the following issues: (i) whether the conduct of the study might be premature and should be conducted only after a more comprehensive set of data has been collected; and (ii) whether the WGTI had already endorsed the draft TOR. ADB explained that the WGTI and the IMT-GT Trade, Investment, and Tourism Database Task Force (ITITD TF) have recognized that a study could help validate the usefulness, as well as the limitations of, the existing data and identify other datasets that could inform a more meaningful analysis at a later stage. For this reason, ITITD and WGTI agreed to recommend to SOM to conduct a study to analyze the trade, investment and tourism patterns in IMT-GT utilizing the compiled dataset, and requested ADB to develop the TOR and consider providing technical assistance for such study. The Meeting endorsed in principle the recommendation of the ITITD TF and WGTI to conduct a study on the impact of IMT-GT Cooperation and noted the draft TOR for the study that has been prepared by ADB in response to the request of the two committees. The Meeting requested the ITITD Task Force to deliberate on and finalize the draft TOR for consideration of the SOM through the WGTI.
The Meeting noted the daft Framework of Economic Cooperation (FOEC) between IMTGT and Japan as prepared by CIMT. The Meeting viewed that before deliberating the draft FOEC and sent to Japan for consideration, there is a need to better understand Japan’s expectation from the cooperation. In this regard, the Meeting requested CIMT to meet with Japan and seek further clarification from Japan, and revert to SOM on the outcomes of the consultation. PREPARATIONS & 8THCMGF INDONESIA
FOR 18TH MEETINGIN
SOM/MM MEDAN,
Indonesia briefed the Meeting on the preparations for the 18th SOM/MM and 8th CMGF Meetings, which is tentatively scheduled to be held on 6 – 8 October 2011 in Medan, Indonesia. The date and venue of the said meetings would be confirmed by no later than 31st July 2011. The Meeting noted the draft agenda of the SOM/ MM and its related meetings prepared by CIMT. In line with the common practice, the draft agendas will be reviewed by Indonesia as the host country and subsequently circulated to other Member Countries for their comments. ADB would also be given the opportunity to comment on the agenda items under its purview. Recalling its earlier decision to convene the Leaders’ Summit in mid-2012 at the sideline of internal ASEAN Summit, the Meeting viewed that there may be a need to convene a special SOM/MM as preparatory meeting for the Summit, particularly to deliberate and finalise the Implementation Blueprint prior to the endorsement by the Leaders. Recalling further its earlier decision on the interim arrangement in the absence of the CIMT director, the Meeting agreed that the National Secretariat of the Host Country, in this case, Indonesia, would take the role and function of the CIMT for the forthcoming 18th SOM/MM and its related meetings.
Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 11
25
KAMPUSIANA
KAMPUSIANA
Pelatihan Guru Geografi SMA Kota Depok Sesi II Tahun 2011 Setelah sesi pertama pelatihan membaca peta dijital dengan pemahaman dasar yakni membaca peta hardcopy dari Bakosurtanal, maka pada sesi ke 2 lebih fokus kepada penggunaan peta dijital. Peta dijital yag digunakan dibeli dari Bakosurtanal untuk digunakan oleh Dinas Pendidikan Kota Depok, sehingga bisa digunakan oleh SMA di Kota Depok.
Pekan Ilmiah Mahasiswa Tahun 2011, Universitas Hasanuddin, Makassar Riset bisa dimulai sejak mulai duduk di bangku sekolah mulai dari level SD hingga kuliah. Di bangku kuliah ajang tertinggi adalah Pekan Ilmiah Mahasiswa. Tahun 2011 diselenggarakan oleh Dikti di Kota Makassar dan bisa berbangga karena tim mahasiswa dari Geo diminta mewakili UI untuk bertanding di ajang PIMNAS 2011. Sebelumnya tim ini sudah berhasil berkompetisi dan mendapatkan dana hibah penelitian mahasiswa dari Dikti tahun 2011. Tema yang diambil cukup menarik: Identifikasi lokasi potensial panas bumi berupa manifestasi yakni kolam air panas, mata air panas, kolam lumpur, kolam air panas bercampur lumpur, uap panas, batuan dan tanah panas, aliran lumpur. Area fokus penelitian adalah Kawah Anjing dengan pembanding lokasi berdekatan yakni Kawah Citaman dan Kolam Air Panas. Area ini tidak jauh dari Kebun Teh Parakan Salak, Sukabumi.
Gambar 1. Tiap peserta satu orang 1 komputer Perangkat lunak yang digunakan adalah ILWIS. Perangkat lunak ini digunakan karena pertama perangkat lunak ILWIS tidak berbayar atau lisensi milik publik, kedua peragkat lunak ILWIS tidak perlu diinstalasi sehigga bisa langsung digunakan, bahkan memorinya sangat ringan sehingga dari flashdisk sekalipun sudah bisa digunakan.
Penelitian ini adalah penelitian lanjutan dengan teknis tambahan pengolahan dan interpretasi citra. Kelebihan penelitian ini bagi mahasiswa adalah peneletian yang komprehesif sesuai mata kuliah yang ada. Ada penggunaan teknologi terkini (citra satelit), data primer langsung di lapangan (suhu dan pH, serta GPS) serta penggunaan laboratorium kimia (sampel kandungan mineral dalam air). Semua berjalanan dengan baik, paling tidak para mahasiswa menikmati proses bagaimana mulai menemukan ide riset, membuat proposal, medapatkan dana penelitian, pelaksanaan, manajemen dan laporan kegiatan. Hasilnya bisa diapresiasi dalam even nasional yakni PIMNAS, termasuk pengalaman presentasi. Terlepas UI tidak menang dalam PIMNAS (jumlah proposal yang masuk ke PIMNAS hanya 8 dengan hanya 1 PKM Penelitian, bila dibandingkan dengan UGM jumlah proposal yang masuk 39 proposal dan mendapatkan 7/8 emas, sehingga menjadi juara umum), melihat para calon peneliti presentasi dan mengeluarkan produk hasil penelitian yang ajaib-ajaib , hati ini sudah cukup terhibur. Jika mereka jadi orang yang on the track dan penelitian mereka terserap ke industri kreatif maka Indonesia akan lebih maju. 230-juta penduduk menjadi target market yang menggiurkan. Bravo peneliti muda semoga tak lekang dimaka Zaman.....
Gambar 2. Peserta didampigi saat berpraktek. Hasil dari pelatihan ini diharapkan para guru mampu menjelaskan tentang kegunaan peta dengan lebih baik lagi serta dalam penggunaan teknologi SIG.
26
Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s
2 0 11
Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 11
27
KAMPUSIANA
Kegiatan Humanitarian OpenStreetMap Team di Indonesia Oleh Emir H Humanitarian OpenStreetMap Team (HOT) saat ini sedang bekerja dalam sebuah pilot project di Indonesia bersama BNPB, PNPM Support Facility (PSF), Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS), Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Mercy Corps, Australia-Indonesia Facility for Disaster Reduction (AIFDR) dan Global Facility for Disaster Reduction and Recovery (GFDRR Labs) untuk melakukan uji coba penggunaan teknologi OpenStreetMap beserta penerapan dan pelatihannya untuk meningkatkan akurasi dan aksesibilitas dari data pemetaan komunitas. Untuk mendampingi pilot project ini HOT membutuhkan dua intern untuk membantu dengan pengetahuan lokal tentang Indonesia, membantu untuk memandu jalannya workshop, serta penerjemahan informasi ke dalam Bahasa Indonesia. Masa internship terhitung dari tanggal 20 Juni - 29 Juli 2011. Jadi selama sebulan saya & Vasanthi mengunjungi berbagai daerah untuk membantu jalannya workshop sebagai interpreter (penerjemah) maupun membantu hal-hal teknis terkait dengan tools OpenStreetMap. Untuk melihat update perkembangan bagaimana jalannya workshop dapat dilihat di http://hot. openstreetmap.org
untuk kalangan mahasiswa. Kompetisi ini berlangsung di 5 perguruan tinggi di kota besar seperti Universitas Indonesia (Jakarta), Institut Teknologi Bandung (Bandung), Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta), Institut Teknologi Sepuluh November (Surabaya), dan Universitas Andalas (Padang). Sebelum kompetisi dimulai tentu saja peserta akan mendapatkan workshop satu hari mengenai metode pengumpulan data dengan teknologi OpenStreetMap. Tujuan diadakan kompetisi adalah untuk melakukan pemetaan bangunan sebanyak-banyaknya beserta atributnya yaitu: fungsi bangunan, struktur bangunan, jenis dinding, jenis atap, dan jumlah tingkat. Outputnya adalah data tersebut akan dimanfaatkan untuk aplikasi RISIKO (Risk-in-aBox, http://riskinabox.org), yaitu sebuah aplikasi berbasis web dan open source untuk mengetahui dampak suatu bencana. Dengan mengumpulkan data bangunan maka dapat diketahui tingkat kerusakan bangunan di lokasi-lokasi tertentu apabila terjadi bencana seperti gempa bumi dan gunung berapi. Kompetisi berlangsung dari tanggal 26 Juni 2011 hingga 7 Agustus 2011. Pemenang dari setiap perguruan tinggi yang berhasil mengumpulkan poin terbanyak (5 poin untuk bangunan, 1 poin tambahan untuk point of interest) berhak menjadi pemenang dengan hadiah berupa perjalanan ke Denver, Colorado, Perlu diketahui bahwa OpenStreetMap ini USA untuk mengikuti konferensi OpenStreetMap merupakan tools yang sangat bermanfaat untuk tahunan State of the Map dan konferensi Free mengumpulkan data dimana data disimpan OpenSource Software for Geospatial (FOSS4G) dalam platform yang sama dan server yang pada tanggal 9-16 September 2011. Data ini sama serta menggunakan proyeksi yang sama nantinya digunakan untuk pengembangan (WGS'84). Data yang dikumpulkan tersebut software OpenSource Risiko (kerjasama AIFDR, dapat didownload ke dalam bentuk SHP BNBP, BPPT) yaitu software kalkulasi tingkat untuk selanjutnya digunakan dalam analisis kerusakan pada saat terjadi bencana di wilayah menggunakan software GIS lainnya (karena OSM urban. bukan tools untuk analisis) Untuk pemetaan wilayah rural, dilakukan Dalam kegiatan ini, HOT bersama intern workshop selama 2 hari bekerja sama dengan mengadakan workshop di beberapa kota dan ACCESS-AusAID dan PNPM-WorldBank. area rural di Indonesia. Untuk pemetaan Workshop pertama dilakukan di Bima (Pulau wilayah urban, diadakan kompetisi pemetaan Sumbawa), setelah itu tim HOT dibagi
28
Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s
2 0 11
menjadi dua. Vasanthi dengan Kate Chapman mengunjungi Takalar, Bau-Bau, Waingapu, dan Lombok. Sedangkan Emir dengan Jeff Haack mengunjungi Lombok, Waingapu, Bantaeng, Kupang. Workshop yang kami lakukan di lingkungan rural mengalami beberapa kendala yaitu masalah infrastruktur berupa internet. Dan juga kader-kader mereka kebanyakan tidak terlalu paham dengan komputer dan penggunaan internet. Untuk membuka email saja perlu dibantu. Bahkan ironisnya mereka hanya membuat email untuk mendaftar Facebook dan tidak pernah digunakan. Namun, walaupun demikian, mereka sangat tertarik untuk menggunakan OSM dalam mengumpulkan data sosial agar pemerintah dan pengambil keputusan dapat mengontrol dan mengakses langsung data tersebut tanpa perlu jauh-jauh datang ke lokasi. Hal ini tentunya sangat bermanfaat bagi pembangunan di tingkat rural. Satu masalah lagi, karena data OSM bersifat "open" (terbuka), dan mungkin bagi beberapa orang data sosial sangat sensitif, nanti kedepannya akan dibangun server dan domain http://openstreetmap.or.id dimana hanya yang berkepentingan saja yang dapat mengakses data-data sensitif tersebut. Selain itu juga saat ini sedang dilakukan lokalisasi terkait dengan simbol-simbol untuk objek-objek yang hanya ada di Indonesia. Lokalisasi juga dilakukan dengan menerjemahkan segala tools dan dokumentasi
(panduan) ke dalam Bahasa Indonesia. Di pertengahan periode training, tim HOT juga kedatangan seorang desain grafis yaitu Chris Blow yang bertugas mendesain simbol-simbol untuk lokalisasi atribut di Indonesia yang belum ada di OpenStreetMap. Kemudian tim HOT juga kedatangan Rob Baker yang bertugas untuk membangun server dan membuat website http:// openstreetmap.or.id. Website tersebut pada nantinya akan berisi repository OpenStreetMap Indonesia mulai dari peta OpenStreetMap, dokumen seperti panduan (yang saat ini masih dalam tahap akhir penyusunan), data shapefile seluruh Indonesia dari OpenStreetMap yang bisa diunduh dengan bebas, dan dalam pengembangannya kemungkinan dari web tersebut user dapat melayout dan mencetak peta. Selama kurang lebih dua bulan kegiatan pilot project ini, lebih dari 30.000 bangunan telah terpetakan dan juga HOT menerima banyak sekali masukan dari teman-teman peserta workshop. Pada bulan Oktober yang akan datang, tim HOT akan kembali lagi ke Indonesia untuk membicarakan tindak lanjut dari pilot project ini.
Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 11
29
KAMPUSIANA Hasil Penelitian/Skripsi yang dilakukan oleh mahasiswa S1 Geografi UI semester genap 2010/2011: 1
2 3
Pola Keruangan Belanja Penduduk Kampung Pedalaman dan Penduduk Kampung Pesisir di Pulau Rote (Hasil Penelitian). PURNAMA RISMAULI 2007 Perubahan Kegiatan Ekonomi disektar Industri Pariwisata Kab. Samosir. LOKITA M 2007 Perubahan Penggunaan Tanah Gumuk Pasir tahun 1972, 1992, 2002, dan 2006 di Pantai Parang Tritis Kec Kretek, Kab. Bantul, Prov. DIY. IKE YULI 2007 Jangkauan Pelayanan FO berdasarkan karakterisktik FO dan Konsusmen di Kota Bogor.
4 LISAYOESTI 2007 5 Wilayah Rawan Longsor di Unit-Unit Geomorfologi di DAS Luk Ulo Provinsi Jawa Tengah. ADINDA CEMPAKA 2007 6 Pola Curah Hujan di Pulau Jawa Periode Normal, El Nino dan La Nina. RENDY PRATAMA 2007 7 Pola Aglomerasi Industri Manufaktur di Kabupaten Bekasi Tahun 2002 dan 2007. DWITYAS ISNAENI 2007 8 Pola Spasial Pencemaran Udara dari PLTU dan PLTGU Muara Karang. ANITA D P 2007 Kemacetan Pada Pusat-Pusat Keramaian di Kota Jakarta Pusat. HARI P 2007 9 10 Kerentanan Terhadap Gempa Bumi di Tasikmalaya. TIARA RAMADHANTI 2007 11 Keterkaitan Polutan Udara dan Suhu Permukaan serta Distribusinya di DKI Jakarta. NURKHAMILA RISALAH 2007 12 Pergeseran Pola Spasial Migrasi T enaga Kerja dan Konsentrasi Industri di P Jawa. KARINA AJENG 2007 13 Model Spasial Kualitas Penerimaan Layanan Sinyal Komunikasi di Kota Bukit Tinggi. ALHAMDI YOSSEF HERMAN 2007 14 Pemenuhan Kebutuhan Sekunder di Permukiman Kumuh Kec. Penjaringan, Jak-Ut. ALFARIS 2006 Jumlah Penduduk dan Pola Permukiman di Kota Cilegon tahun 1997-2009. 15 ALDI TIANDI 2007 16 Perubahan Penggunaan Tanah dan Pengaruhnya Terhadap perluasan Wlayah Banjir di Kota Banjar. IRMA HANDAYANI 2007 17 Wilayah Beban Tanggungan Di Pulau Jawa. MENTARI D C 2007 Persebaran Industri Kecil Pangan dan Sandang di Kota Bukit Tinggi. METHA FITRINA 18 2007 19 Deforestasi Pulau Kalimantan Tahun 2007-2009. ARDIANSYAH 2007 20 Karakteristik Lokasi Usaha Futsal di Kota Jakarta Selatan. HARIS P 2005 21 Distribusi Penduduk dan Aktifitas Pertanian Menurut Ketinggian di P Jawa. DESTY PRATITA M 2007 Pola Area Tangkapan Park & Ride Stasiun Depok dan Depok Baru. 22 LAILA AMIRAH 2006 Hubungan Wilayah Subur Perairan Laut Dengan Produksi Ikan Tangkap di Selatan Jawa 23 Barat. NOVITA M 2007 24 Wilayah tenaga Kerja Indonesia di Kabupaten Cirebon. FIFIK ZULFIKAR 2007 Tahap Perkembangan Obyek Wisata di Kab Banyumas. NIKI K 2007 25 26 Wilayah Budidaya Rumput Laut di Kec. Sumur, Kab. Pendeglang. HILMAN QISTI 2007 Pola TBD di Kota Semarang. JUPRIYADI 2007 27 28 Pemodelan Wilayah Banjir di Kota Solo. ANINDITO A N 2007 29 Alur Distribusi Batik Tulis di Kota Yogyakarta Tahun 2009. DIAH PRASETYA 2005
30
Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s
2 0 11
30 31 32
33 34 35 36 37
38 39 40
41
42 43 44 45 46 47 48 49 50
51
Kualitas Air Tanah Dangkal Di Sekitar TPA Cipayung, Kota Depok. YULI NURAINI
2007
Unit Geomorfologi dan Tutupan Lahan Taman Nasional Meru Betiri Jawa Timur. YUDO
ASMORO 2006
Deforestasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan Hubungannya dengan Perubahan Bersaran Erosi Tahun 1999 – 2009. ABDULLAH RIZKI 2005 Usia Perkawinan Pertama Wanita Berdasarkan Struktur Wilayah di Kab. Bogor.
DINI RISYA 2006
Pola Jajan Anak Sekolah Dasar di Kec. Duren Sawit, Jakarta Timur.
FAKHRUL WADAD 2006
Faktor Pengaruh Pertumbuhan Kota di Jabodetabek. AVID W 2005 Pola Distribusi Aerosol Di Pulau Jawa Bagian Barat. SINTA LESTARI 2007 Keputusan Pembelian Air Minum Dalam Kemasan Berdasarkan Penggunaan Tanah di Kel. Ancol, Jak-Ut. DANANG ARIBOWO 2006 Biomassa Tegakan Hutan Rakyat di Kec. Cibingbin, Kab. Kuningan. DICKY ARVIANZA
2007
Wilayah Persaiangan Air Minum Dalam Kemasan di Tingkat Retail di Kec. Pademangan. RYALDI ARIES 2006
Hub. Karakteristik Bangunan, Lokasi, Aksesibilitas, dan Pesaing Hypermart Carrefour di Jakarta Selatan dengan Wilayah Konsumennya DANI VINA 2007 Prakiraan Wilayah Terkena Dampak Lingkungan dan Kesesuian Pelaksanaan Corporet So sial Respponsibility PT. Karakatau Steel di Kota Cilegon DEA AMELIA 2007 Cluster Industri Mebel Klender ESTRIASTUTI N A 2007 Pola Persebaran Fasilitas Wisata Non Primer Di Sekitar Baturraden, Kab Banyumas, Jateng. SUNAN JUNDA
2007 Pusat Kota di DKI Jakarta. BANDUNINGSIH 2007 Tingkat Perkembangan Wilayah Kota Serang . TRI WORO 2006
Keterkaitan Penggunaan Tanah terhadap Kualitas Air Sunga di D.A Citanduy.
RADITIA PRATAMA 2007
Tingkat Daya Tarik Wisata Pantai di Kaw. Karst Kab. Gunungkidul. DEVINA 2007 Wilyah Kerentantanan Terhadap Gempa Bumi di Kab. Pandeglang.
DELIYANTI GANESHA
2007
Pola Pergerakan Penduduk dan Hirarki Pusat Perbelanjaan Kota Bogor. FITRIA W 2007 Pola Persebaran Tingkat Erosi Penggunaan Tanah Pertanian Tanah Kering di DA Ci Kapundung. JEFRI F 2007 Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk Berdasarkan Pola Permukiman Linier dan Mengelompok di Sungai Ogan. SHELLA N 2007
Vo l u m e 9 / N o . 2 / A g u s t u s 2 0 11
31