HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN TINDAKAN PHBS DI SD SWASTA LUTHER KECAMATAN SIATAS BARITA TAPANULI UTARA TAHUN 2013 Mido Ester J. Sitorus, SKM, M. Kes Dosen Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Sari Mutiara Indonesia ABSTRAK Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan pengetahuan dan sikap siswa tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan Tindakan PHBS di SD Swasta Luther Kecamatan Siata s Barita Tapanuli Utara Tahun 2013. Tujuan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan dan sikap siswa tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan Tindakan PHBS di SD Swasta Luther Kecamatan Siatas Barita Tapanuli Utara Tahun 2013. Jenis rancangan penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan desain cross sectional, dimana pengukuran dan pengamatan terhadap subjek penelitian dilakukan sekali pengamatan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD Swasta Luther Kelas V dan kelas VI sebanyak 51 orang. Sampel adalah sebagian atau mewakili populasi yang akan diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi (total population) sebanyak 51 orang. Berdasarkan hasil penelitian ada hubungan pengetahuan siswa tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan tindakan PHBS dimana nilai p value sebesar 0,000. Ada hubungan sikap siswa tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan tindakan PHBS dimana nilai p value sebesar 0,000 . Diharapkan kepada orang tua dan guru disekolah agar dapat mendidik dan mengajari anak tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Kepada tenaga kesahatan juga agar dapat melakukan kunjungan di sekolah dan memberikan penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa/i di Sekolah Dasar. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap Siswa, Tindakan PHBS PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia adalah tercapainya bangsa yang maju dan mandiri, sejahtera lahir dan batin. Salah satu ciri bangsa yang maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Hanya dengan sumber daya yang sehat akan lebih produktif dan meningkatkan daya saing bangsa (DepKes, 2005). Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala aktivitas hidup sehari-hari. Untuk bisa hidup sehat, kita harus mempunyai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya (DepKes,
1
2006). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekan PHBS. Dalam PHBS ada 5 program prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan lingkungan, Gaya hidup dan Dana sehat/Asuransi Kesehatan/JPKM. Penyakit yang timbul akibat rendahnya PHBS dapat mengakibatkan rendahnya derajat kesehatan Indonesia dan rendahnya kualitas hidup sumber daya manusia (DepKes, 2005). Upaya pengembangan program promosi kesehatan dan PHBS yang lebih terarah, terencana, terpadu dan berkesinambungan, dikembangkan melalui Kabupaten/Kota percontohan integrasi promosi kesehatan dengan sasaran utama adalah PHBS Tatanan Rumah Tangga (individu, keluarga, masyarakat) dan Institusi Pendidikan terutama tingkat sekolah dasar (SD). Adanya kebijakan dan dukungan dari pengambil keputusan seperti Bupati, Kepala Dinas pendidikan, Kepala Dinas Kesehatan, DPRD, lintas sektor sangat penting untuk pembinaan PHBS di sekolah demi terwujudnya sekolah sehat. Disamping itu, peran dari berbagai pihak terkait (Tim
Pembina dan pelaksana UKS) juga penting, sedangkan masyarakat sekolah hanya berpartisipasi dalam perilaku hidup bersih dan sehat baik di sekolah maupun di masyarakat. Penerapan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6 – 12 tahun) seperti kecacingan, diare, sakit gigi, sakit kulit, gizi buruk dan lain sebagainya yang ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. PHBS di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Penerapan PHBS ini dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dengan menitikberatkan kepada upaya sanitasi atau pengawasan berbagai faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan manusia (Azwar, 1999). Kesehatan lingkungan adalah usaha pengendalian semua faktor yang ada pada lingkungan fisik manusia yang diperkirakan akan menimbulkan hal-hal yang merugikan perkembangan fisiknya, kesehatannya ataupun kelangsungan hidupnya, oleh karena itu diperlukan sanitasi lingkungan yang merupakan suatu usaha untuk mencapai lingkungan sehat melalui pengendalian faktor lingkungan fisik, khusususnya hal-hal yang memiliki dampak merusak perkembangan fisik kesehatan dan kelangsungan hidup manusia (Kusnoputranto, 2007). Saat ini di Indonesia terdapat lebih dari 250.000 sekolah negeri, swasta maupun sekolah agama dari berbagai tindakan. Jika tiap sekolah memiliki 10 kader kesehatan saja maka ada 3 juta kader kesehatan yang dapat membantu terlaksananya dua strategi utama Departemen Kesehatan yaitu menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat serta surveilans, monitoring dan informasi kesehatan (DepKes, 2006). Berdasarkan hasil survey awal yang telah dilakukan oleh peneliti, dari 10 orang yang telah diwawancarai oleh peneliti terdapat 8 orang siswa yang tidak mengerti tentang bagaimana perilaku hidup bersih dan sehat, sehingga dengan pengetahuan mereka yang kurang ini maka masih banyak siswa dengan tindakan PHBS yang kurang seperti bagaimana mencuci tangan yang bersih dengan mamakai sabun, bagaimana sebaiknya mandi pakai sabun. Oleh karena itu berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengetahui Hubungan pengetahuan dan sikap siswa tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan Tindakan PHBS di SD Swasta Luther Kecamatan Siatas Barita Tapanuli Utara Tahun 2013.
1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Hubungan pengetahuan dan sikap siswa tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan Tindakan PHBS di SD Swasta Luther Kecamatan Siatas Barita Tapanuli Utara Tahun 2013. 1.3. 1.3.1.
Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mengetahui Hubungan pengetahuan dan sikap siswa tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan Tindakan PHBS di SD Swasta Luther Kecamatan Siatas Barita Tapanuli Utara Tahun 2013. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk Mengetahui Hubungan pengetahuan siswa tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan tindakan PHBS di SD Swasta Luther Kecamatan Siatas Barita Tapanuli Utara Tahun 2013. 2. Untuk mengetahui hubungan sikap siswa tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan tindakan PHBS di SD Swasta Luther Kecamatan Siatas Barita Tapanuli Utara Tahun 2013. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi pimpinan sekolah dasar Swasta Luther Kecamatan Siatas Barita Tapanuli Utara untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dan menyediakan sarana sanitasi dasar untuk menunjang PHBS agar terhindar dari penyakit yang berhubungan dengan rendahnya PHBS. 2. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Pembantu Kecamatan Siatas Barita untuk melakukan pembinaan dokter kecil di sekolah dan menciptakan Kader Kesehatan sebagai perwakilan di sekolahnya. 3. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang PHBS. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bentuk-Bentuk Perilaku 2.1.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007) 2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. b. c. d. e. f.
Pendidikan Pekerjaan Umur Minat Pengalaman Informasi
2.2. Sikap 1. Definisi Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka. 2. Tingkatan Sikap Sikap terdiri dari berbagai tingkatan : a. Menerima Menerima di artikan bahwa orang (subjek) mau dan meperhatikan stimulus yang di berikan (objek). Misalkan sikap orang terhadap gizi dapat di lihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi. b. Merespon Memberikan jawaban apabila di Tanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang di berikan, terleps dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. c. Menghargai Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. d. Bertanggung jawab. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi (Notoadmotjo, 2007). 2.3 Tindakan Tindakan mempunyai beberapa tingkatan yaitu : a. Persepsi Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan di ambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. b. Respons terpimpin
Dapat di lakukan sesuatu sesuai denga urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indicator praktek tingkat dua. c.
d.
Mekanisme Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapaai praktek tingkat tiga. Adaptasi Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah di modifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoadmotjo, 2007).
2.4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan (Notoadmodjo, 2007). 2.4.1 Defenisi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 1. Perilaku Sehat Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) PHBS adalah wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Dalam hal ini ada 5 program prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, Dana Sehat / Asuransi Kesehatan / JPKM. 3. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Program PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan, binasuasana dan pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian, masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri dan dapat menerapkan caracara hidup sehat dengan menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatannya. PHBS pada tatanan rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan PHBS untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS tatanan institusi pendidikan adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di tatanan institusi pendidikan. PHBS tatanan tempat umum adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di tatanan tempat umum. PHBS tatanan pelayanan kesehatan adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di tatanan pelayanan kesehatan. PHBS tatanan tempat kerja adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di tatanan tempat kerja. 2.4.2 Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat a. Anggota keluarga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit b. Anak tumbuh sehat dan cerdas c. Produktivitas anggota keluarga meningkat 2.4.3. Faktor Yang Mempengaruhi PHBS Hal-hal yang mempengaruhi PHBS sebagian terletak di dalam diri individu itu sendiri, yang disebut faktor intern, dan sebagian terletak di luar dirinya yang disebut factor ekstern (faktor lingkungan). 1.
2.
Faktor Internal a. Keturunan Seseorang berperilaku tertentu karena memang sudah demikianlah diturunkan dari orangtuanya. Sifat-sifat yang dimilikinya adalah sifat-sifat yang diperoleh dari orang tua atau neneknya dan lain sebagainya. b. Motif Manusia berbuat sesuatu karena adanya dorongan atau motif tertentu. Motif atau dorongan ini timbul karena dilandasi oleh adanya kebutuhan, yang oleh Maslow dikelompokkan menjadi kebutuhan biologis, kebutuhan sosial, dan kebutuhan rohani. Faktor Eksternal
Yaitu faktor-faktor yang ada di luar diri individu bersangkutan. Faktor-faktor ini mempengaruhi individu sehingga di dalam diri individu timbul unsur-unsur dan dorongan untuk berbuat sesuatu. 2.4.4. Indikator PHBS di setiap tatanan Indikator tatanan sehat terdiri dari indicator perilaku dan indicator lingkungan di 5 tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan sekolah, tatanan tempat umum dan tatanan tempat kerja. 1) PHBS di Rumah Tangga PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan hidup bersih dan sehat, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Syarat rumah tangga sehat yaitu : a) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan) b) Memberi bayi ASI eksklusif c) Menimbang bayi dan balita setiap bulan d) Menggunakan air bersih e) Mencuci tangan dgn air bersih, mengalir, dan sabun f) Menggunakan jamban g) Memberantas jentik di rumah h) Makan sayur dan buah setiap hari i) Melakukan aktivitas fisik setiap hari j) Tidak merokok di dalam rumah 2) PHBS di Sekolah Penerepan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6 – 12 tahun), yang ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. PHBS di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Penerapan PHBS ini dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Manfaat PHBS di sekolah di antaranya : 1. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit. 2. Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak pada prestasi belajar peserta didik. 3. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu menarik minat orang tua (masyarakat).
4.
Meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan. 5. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain Syarat-Syarat PHBS di Sekolah yaitu : 1. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun. 2. Jajan di kantin sekolah yang sehat. 3. Membuang sampah pada tempatnya. 4. Mengikuti kegiatan olah raga di sekolah. 5. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan. 6. Tidak merokok di sekolah. 7. Memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin. 8. Buang air besar dan buang air kecil di jamban sekolah 9. menggosok gigi 2 kali sehari 10. memotong kuku seminggu sekali 11. membersihkan kelas sebelum belajar Langkah-Langkah Pembinaan PHBS di Sekolah 1. Analisis Situasi 2. Pembentukan kelompok kerja 3. Pembuatan Kebijakan PHBS di sekolah 4. Penyiapan Infrastruktur 5. Sosialisasi Penerapan PHBS di sekolah 6. Penerapan PHBS di Sekolah 7. Pemantauan dan evaluasi Dukungan dan Peran untuk membina PHBS di Sekolah Adanya kebijakan dan dukungan dari pengambil keputusan seperti Bupati, Kepala Dinas pendidikan, Kepala Dinas Kesehatan, DPRD, lintas sektor sangat penting untuk pembinaan PHBS disekolah demi terwujudnya sekolah sehat. Disamping itu, peran dari berbagai pihak terkait (Tim Pembina dan pelaksana UKS) juga penting, sedangkan masyarakat sekolah hanya berpartisipasi dalam perilaku hidup bersih dan sehat baik di sekolah maupun di masyarakat. 3). PHBS di Tempat-Tempat Umum Tempat-tempat umum merupakan sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta, atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan masyarakat, seperti sarana pariwisata, transportasi umum, sarana ibadah, sarana olahraga, sarana perdagangan. PHBS di tempat-tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum yang ber-PHBS (Suparlan, 2004). Syarat- Syarat PHBS di Tempat Umum yaitu : a. Menggunakan air bersih.
b. c. d. e. f. g.
Menggunakan jamban. Membuang sampah pada tempatnya. Tidak merokok. Tidak meludah sembarangan. Memberantas jentik nyamuk. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih.
4). PHBS di Tempat Kerja PHBS di tempat kerja merupakan upaya memberdayakan para pekerja agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat. Penerapan PHBS di tempat kerja diperlukan untuk menjaga, memelihara dan mempertahankan kesehatan pekerja agar tetap sehat dan produktif. Manfaat PHBS di tempat kerja diantaranya masyarakat di sekitar tempat kerja menjadi lebih sehat dan tidak mudah sakit, serta lingkungan di sekitar tempat kerja menjadi lebih bersih, indah, dan sehat. Syarat Tempat Kerja yang Sehat yaitu : a. Mengkonsumsi makanan bergizi. b. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. c. Tidak merokok di tempat kerja. d. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. e. Menggunakan air bersih. f. Memberantas jentik di tempat kerja. g. Menggunakan jamban. h. Membuang sampah pada tempatnya. 5). PHBS di Institusi Kesehatan Institusi kesehatan adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, seperti rumah sakit, puskesmas, dan klinik swasta. PHBS di institusi kesehatan merupakan upaya untuk memberdayakan pasien, masyarakat pengunjung, dan petugas agar tahu, mampu, dan mampu mempraktikkan hidup perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan intitusi kesehatan ber-PHBS. PHBS di Institusi Kesehatan sangat diperlukan sebagai salah satu upaya untuk mencegah penularan penyakit, infeksi nosokomial dan mewujudkan Institusi Kesehatan yang sehat. Syarat Institusi Sehat yaitu : a. Menggunakan air bersih. b. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun. c. Menggunakan jamban. d. Membuang sampah pada tempatnya. e. Tidak merokok di Institusi Kesehatan. f. Tidak meludah sembarangan. 2.4.5. Sasaran Melakukan PHBS Menurut Tarigan (2004), sasaran PHBS pada anak-anak yang kurang baik akan menimbulkan
berbagai penyakit seperti diare, sakit gigi, sakit kulit dan cacingan. dengan demikian untuk mengurangi prevelensi dampak buruk tersebut maka perlu diterapkan sasaran PHBS dengan memperhatikan halhal sebagai berikut : 1. Kebersihan Kulit Memelihara kebersihan kulit, harus memperhatikan kebiasaan berikut ini : a. Mandi dua kali sehari b. Mandi pakai sabun c. Menjaga kebersihan pakaian d. Menjaga kebersihan lingkungan 2. Kebersihan Rambut Untuk selalu memelihara rambut dan kulit kepala dan kesan cantik serta tidak berbau apek, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang kurangnya dua kali seminggu. b. Mencuci rambut dengan shampo atau bahan pencuci rambuit lain c. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri (Irianto K, 2007) 3. Kebersihan Gigi Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kebersihan gigi adalah sebagai berikut : a. Menggosok gigi secara benar dan teratur dan dianjurkan setiap habis makan b. Memakai sikat gigi sendiri c. Menghindari makanan yang merusak gigi d. Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi e. Memeriksakan gigi secara rutin (Irianto K, 2007) 4. Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku Kebersihan tangan berhubungan dengan penggunaan sabun dan cuci tangan dengan menggunakan sabun. Pencucian tangan dengan sabun yang benar dan disaat yang tepat memainkan peranan penting dalam mengurangi kemungkinan adanya bakteri penyebab diare melekat pada tangan, tapi praktik cuci tangan harus dilakukan dengan benar dan pada saat yang tepat.Waktu yang tepat untuk mencuci tangan dengan sabun adalah ketika sebelum makan, setelah buang air besar dan kecil (BAPPENAS, 2008). 5. Kebiasaan Berolahraga Olahraga yang teratur mencakup kualitas gerakan dan kuantitas dalam arti dan frekuensi yang digunakan untuk berolah raga. Dengan demikian akan menetukan status kesehatan seseorang khususnya anak-anak pada masa pertumbuhan (Notoatmojo, 2007). 6. Kebiasaan Tidur yang Cukup Tidur yang cukup diperlukan oleh tubuh kita untuk memulihkan tenaga. Dengan tidur yang cukup, kemampuan
7.
dan keterampilan akan meningkat, sebab susunan syaraf serta tubuh terpelihara agar tetap segar dan sehat.Tidur yang sehat merupakan kebutuhan penting yang dibutuhkan setiap hari. Tidur yang sehat apabila lingkungan tempat tidur udaranya bersih, suasana tenang dan cahaya lampu remang-remang (tidak silau) serta kondisi tubuh yang nyaman (Irianto K, 2007). Gizi dan Menu Seimbang Keadaan gizi setiap individu merupakan faktor yang amat penting karena zat gizi zat kehidupan yang esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia sepanjang hayatnya. Gizi seimbang adalah makanan yang beraneka ragam yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan serat sesuai dengan proporsi yang memakan sayur-sayuran dan buahbuahan serta pola makan yang teratur yaitu tiga kali sehari pada pagi, siang dan malam hari (Tarigan M, 2004).
2.5. Usaha Kesehatan Sekolah 2.5.1 Defenisi Usaha Kesehatan Sekolah Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah Usaha Kesehatan Masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat sekolah, yaitu : anak didik, guru, dan karyawan sekolah lainnya (Indan. 2000). 2.5.2 Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah 1. Mempertinggi nilai kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta rehabilitasi anak-anak sekolah dan lingkungannya sehingga didapatkan anak-anak yang sehat jasmani, rohani, dan sosialnya. 2. Mencapai keadaan sehat anak-anak sekolah dan lingkungannya sehingga dapat memberikan kesempatan tumbuh dan berkembang secara harmonis serta belajar secara efisien dan optimal. 2.5.3 Kegiatan-kegiatan Usaha kesehatan sekolah 1. Lingkungan kehidupan sekolah yang sehat a. Bangunan dan perlengkapan sekolah yang sehat. b. Kebersihan ruangan dan halaman sekolah. c. Tersedianya kakus dan air yang memenuhi syarat kesehatan. d. Hubungan yang baik antara guru, murid dan masyarakat/orang tua murid. 2. Pendidikan Kesehatan a. Pendidikan tentang kesehatan perorangan dan lingkungan. b. Pendidikan tentang pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. c. Pendidikan tentang makanan sehat dan hidup yang teratur
d.
Pendidikan tentang sikap yang baik dan kebiasaan –kebiasaan yang rapi. e. Pendidikan tentang pencegahan kecelakaan. 3. Usaha Pemeliharaan kesehatan disekolah a. Pemeriksaan kesehatan perorangan dan lingkungan secara berkala. b. Usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit menular (vaksinasi dan sebagainya). c. Usaha kesehatan gigi sekolah. d. Mengirimkan anak-anak yang memerlukan perawatan khusus ke pihak yang lebih ahli. e. PPPK dan pengobatan sederhana (Indan. 2008). 2.6. Kerangka Konsep
Pengetahuan Tentang PHBS Tindakan PHBS Sikap Tentang PHBS
2.7. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah : 3. Ada Hubungan Pengetahuan Siswa Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Dengan Tindakan PHBS di SD Swasta Luther Kecamatan Siatas Barita Tapanuli Utara Tahun 2013. 4. Ada Hubungan Sikap Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dengan Tindakan PHBS di SD Swasta Luther Kecamatan Siatas Barita Tapanuli Utara Tahun 2013. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis rancangan penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan desain cross sectional, dimana pengukuran dan pengamatan terhadap subjek penelitian dilakukan sekali pengamatan. 3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.3.1. Lokasi Penelitian ini dilakukan di SD Swasta Luther Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013. 3.3.2. Waktu Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November 2012–Juni 2013
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD Swasta Luther Kelas V dan kelas VI sebanyak 51 orang. 3.3.2. Sampel Sampel adalah sebagian atau mewakili populasi yang akan diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi (total population) sebanyak 51 orang. 3.4. Metode Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini adalah primer, dan pengumplan data pada penelitian ini adalah dilakukan dengan metode wawancara, yang dilakukan langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioer, dan observasi dengan cara check list. 3.5. Defenisi Operasional
1. Tindakan adalah PHBS Upaya yang dilakukan oleh siswa SD tentang hidup bersih dan sehat dengan cara memelihara dan meningkatkan kesehatan seperti mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan menggunakan sabun, buang air besar dan air kecil dijamban sekolah, membersihkan kelas, memotong kuku seminggu sekali, membuang sampah pada tempatnya, jajan dikantin sekolah yang sehat, memberantas jentik nyamuk disekolah secara rutin. 2. Pengetahuan adalah Hal-hal yang diketahui oleh siswa SD tentang perilaku hidup bersih dan sehat 3. Sikap adalah Respon atau tanggapan siswa SD tentang perilaku hidup bersih dan sehat. 3.6. Aspek Pengukuran 1. Pengetahuan Untuk mengukur pengetahuan di beri 7 pertanyaan, dengan alternatif jawaban ya dan tidak. Setiap jawaban ya di beri skor 2 dan jawaban yang tidak di beri skor 0. Sehingga nilai tertinggi 14 dan nilai terendah 0 (Sudjana, 2005).
p
Re n tan g Banyak Kelas
3.7.2 Analisa Data 1. Analisis Univariat 2. Analisis Bivariat
14 0 p 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
p = 4,66 (dibulatkan 5) Maka kategorinya adalah : Pengetahuan di katakan baik jika skor : 10 - 14 Pengetahuan di katakan cukup jika skor :5-9 Pengetahuan di katakan kurang jika skor :0–4 2. Sikap Untuk mengukur sikap di beri 7 pertanyaan, dengan alternatif jawaban ya dan tidak. Setiap jawaban ya di beri skor 2 dan jawaban yang tidak di beri skor 0. Sehingga nilai tertinggi 14 dan nilai terendah 0 (Sudjana, 2005).
p
Re n tan g Banyak Kelas
14 0 p 3 P = 4,66 (dibulatkan 4) Maka kategorinya adalah : Sikap di katakan baik jika skor : 10 - 14 Sikap di katakan cukup jika skor : 5 - 9 Sikap di katakan kurang jika skor : 0 – 4 3. Tindakan PHBS Untuk mengukur Tindakan PHBS di beri 7 pertanyaan, dengan alternatif jawaban ya dan tidak. Setiap jawaban ya di beri skor 2 dan jawaban yang tidak di beri skor 0. Sehingga nilai tertinggi 14 dan nilai terendah 0.
p
Re n tan g Banyak Kelas
14 0 p 3 P = 4,66 (dibulatkan menjadi 5) Maka kategorinya adalah : Tindakan di katakan baik jika skor Tindakan di katakan cukup jika skor Tindakan di katakan kurang jika skor
: 10 - 14 :5- 9 :0–4
3.7 Pengolahan Data dan Analisa Data 3.7.1 Pengolahan data 1. Editing data 2. Coding data 3. Entry data
4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian mengenai Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dengan Tindakan PHBS di SD Swasta Luther Desa Lumban Siagian Kecamatan Siantar Barita Tapanuli Utara Tahun 2013, maka hasil penelitian sebagai berikut : 4.1.1 Hubungan Pengetahuan Siswa Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dengan Tindakan PHBS Dari 10 orang (19,6%) pengetahuan Siswa yang baik terdapat 7 orang (13,7%) Siswa dengan tindakan PHBS yang baik. Dari 17 orang (33,3%) pengetahuan Siswa yang cukup terdapat 11 orang (21,6%) Siswa dengan tindakan PHBS yang kurang. Dari 24 orang (47,1%) pengetahuan Siswa yang kurang terdapat 18 orang (35,3%) Siswa dengan tindakan PHBS yang kurang. Berdasarkan hasil uji chisquare diperoleh nilai p value sebesar 0,000 yang artinya ada hubungan pengetahuan siswa tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan tindakan PHBS 4.1.2 Hubungan Sikap Siswa Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dengan Tindakan PHBS Dari 9 orang (17,6%) sikap Siswa yang baik terdapat 6 orang (11,8%) respnden dengan tindakan PHBS yang baik. Dari 14 orang (27,5%) sikap Siswa yang cukup terdapat 8 orang (15,7%) Siswa dengan tindakan PHBS yang kurang. Dari 28 orang (54,9%) sikap Siswa yang kurang terdapat 22 orang (41,1%) Siswa dengan PHBS yang kurang. Berdasarkan uji chisquare diperoleh nilai p value sebesar 0,000 yang artinya ada hubungan sikap siswa tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan tindakan PHBS. 4.2. Pembahasan 4.2.1 Pengetahuan Siswa Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dengan Tindakan PHBS Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari 10 orang (19,6%) pengetahuan Siswa yang baik terdapat 7 orang (13,7%) Siswa dengan tindakan PHBS yang baik. Dari 17 orang (33,3%)
pengetahuan Siswa yang cukup terdapat 11 orang (21,6%) Siswa dengan tindakan PHBS yang kurang. Dari 24 orang (47,1%) pengetahuan Siswa yang kurang terdapat 18 orang (35,3%) Siswa dengan tindakan PHBS yang kurang. Berdasarkan hasil jawaban kuesioner respoden, dapat dilihat bahwa masih terdapat Siswa yang kurang mengerti seperti mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun, Jajan di kantin sekolah yang sehat, mengikuti kegiatan olah raga di sekolah. Pengetahuan yang kurang dapat terjadi karena pendidikan mereka yang masih rendah (sedang belajar di SD) sehingga pemahaman mereka tentang perilaku hidup bersih dan sehat itu sendir masih tergolong kurang. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan. Penerepan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6 – 12 tahun), yang ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. PHBS di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Penerapan PHBS ini dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Manfaat PHBS di sekolah adalah terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit, meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak pada prestasi belajar peserta didik. Berdasarkan hasil penelitian juga dapat dlihat bahwa pengetahuan Siswa mayoritas kurang sebanyak 24 orang (47,1%). Menurut asumsi peneliti, bahwa kurangnya pengetahuan Siswa karena mereka masih belum memahami tentang perilaku hidup bersih dan sehat itu sendiri. Bila dilihat dari umur mereka, maka di usia mereka sekarang adalah usia yang masih memerlukan nasehat, bimbingan ataupun arahan dari orang tua, dan guru. Tetapi kenyataannya masih banyak orang tua dan juga guru disekolah yang tidak mengajari anak tentang perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah seperti mencuci tagan dengan air bersih dan sabun, jajan di kantin sekolah yang sehat, Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan, sehingga hal
inilaah yang menyebabkan pengetahuan Siswa masih kurang. 4.2.2 Sikap Siswa Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dengan Tindakan PHBS Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari 9 orang (17,6%) sikap Siswa yang baik terdapat 6 orang (11,8%) respnden dengan tindakan PHBS yang baik. Dari 14 orang (27,5%) sikap Siswa yang cukup terdapat 8 orang (15,7%) Siswa dengan tindakan PHBS yang kurang. Dari 28 orang (54,9%) sikap Siswa yang kurang terdapat 22 orang (41,1%) Siswa dengan PHBS yang kurang. Berdasarkan hasil jawaban kuesioner Siswa dapat dilihat bahwa masih terdapat reponden yang tidak setuju tentang tidak meludah disembarang tempat, menjaga kebersihan pakaian, dan mandi pakai sabun. Program PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian, masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri dan dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatannya. Salah satu manfaat PHBS disekolah adalah terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit. Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak pada prestasi belajar peserta didik Berdasarkan hasil penelitian juga dapat dilihat bahwa sikap Siswa mayoritas kurang sebanyak 28 orang (54,9%). Kurangnya sikap Siswa ini dapat terjadi karena kurangnya kesadaran dan pemahaman mereka tentang periaku hidup bersih dan sehat itu sendiri sehingga reaksi atau Siswa mereka masih tergolong kurang. Berdasarkan uji chisquare diperoleh nilai p value sebesar 0,000 yang artinya ada hubungan sikap siswa tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan tindakan PHBS. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dengan Tindakan PHBS di SD Swasta Luther Desa Lumban Siagian Kecamatan
Siantar Barita Tapanuli Utara Tahun 2013, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada hubungan pengetahuan siswa tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan tindakan PHBS dimana nilai p value sebesar 0,000 2. Ada hubungan sikap siswa tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan tindakan PHBS dimana nilai p value sebesar 0,000 5.2 Saran 1. Diharapkan kepada orang tua dan guru disekolah agar dapat mendidik dan mengajari anak tentang perilaku hidup bersih dan sehat. 2. Kepada tenaga kesahatan juga agar dapat melakukan kunjungan di sekolah dan memberikan penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa/i di Sekolah Dasar. DAFTAR PUSTAKA Affandi, 2008, Inisiasi Menyusu Dini & ASI Eksklusif, Jurnal Kesehatan. Ambarwati, dkk, 2008, Asuhan Kebidanan Nifas, Mitra Cendekia Offiset, Yogyakarta. Aprillia, 2010, Hipnostetri Rileks, Nyaman, dan Aman, Saat Hamil & Melahirkan, GagasMedia, Jakarta. Dewi, 2009, Menyusui, EDSA Mahkota, Jakarta Dian, 2010, Inisiasi Menyusu Dini, Jurnnal Kesehatan, Jakarta Edmond,dkk, 2006, Efektifitas Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Peningkatan Produksi ASI, Jurnal Kesehatan. Notoatmodjo, 2007, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, 2007, Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Onggo, 2010, Panduan Super Lengkap, Kehamilan Sehat, Diglossia, Yogyakarta Prasetyono, 2009, Buku Pintar ASI Eksklusif, DIVA Press, Jogjakarta Roosli, 2007, Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif, Pustaka Bunda. _____, 2009, Inisiasi Menyusu Dini, Pustaka Bunda, Jakarta Rahadian, 2008, Efektifitas Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Peningkatan Produksi ASI,Jurnal Kesehatan. Saleha, 2009, Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas, Salemba Medika, Jakarta Utami, 2007, Inisiasi Menyusu Dini, Jurnal Kesehatan. Verayanti, 2008, Pentingnya Inisiasi Menyusu Dini, Jurnal Kesehatan.