METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai suatu penelitian deskriptif korelasional. Singarimbun dan Effendi (2006) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu dan fenomena yang terjadi adalah komunikasi yang terjadi dalam pelaksanaan Prima Tani dengan dibentuknya Klinik Agribisnis yang menyediakan berbagai fasilitas demi menyediakan informasi yang dibutuhkan petani yang berupa jasa pelayanan. Penelitian bertujuan untuk melihat efektivitas komunikasi Klinik Agribisnis pada Prima Tani di Kecamatan Leuwi Sadeng Bogor dengan cara menghimpun data, menyusun secara sistematis, faktual dan cermat serta mencoba meneliti hubungan di antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis penelitian yang telah dirumuskan, yakni sebanyak empat hipotesis kerja. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Desa Babakan Sadeng, Kecamatan Leuwi Sadeng Bogor yaitu desa yang menjadi target Prima Tani di Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi penelitian ditetapkan berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu: (1) terkait dengan isu utama dalam pembangunan pertanian yaitu perbaikan pengelolaan lahan kering (produktivitas rendah) dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, (2) Kecamatan Leuwi Sadeng adalah lokasi yang dipilih di Kabupaten Bogor untuk pelaksanaan Prima Tani berdasarkan hasil identifikasi antara BPTP, Dinas terkait, Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, petani dan pelaku agribisnis lainnya dan ditetapkan lokasi Klinik Agribisnis di Desa Babakan Sadeng, (3) tersedianya variabel-variabel penelitian yang perlu diteliti, (4) secara geografis cukup strategis karena lokasi mudah dijangkau dan dilalui oleh jalur angkutan umum (5) secara teknis memudahkan akses untuk mencari informasi yang terkait dengan penelitian karena kedekatan dengan sumber informasi yaitu perguruan tinggi (IPB) dan pusat-pusat penelitian yang bergerak dalam bidang pertanian, (6) Kabupaten Bogor adalah lokasi Prima Tani di Jawa Barat yang dianggap dapat menjadi barometer pertanian Indonesia mengingat lokasinya berdekatan dengan perguruan tinggi pertanian yang terkemuka (IPB)
dan pusat-pusat penelitian yang bergerak dalam bidang pertanian. Pengumpulan data dilakukan selama kurang lebih dua bulan yaitu mulai bulan Oktober sampai dengan November 2008. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian adalah petani yang terlibat langsung dan aktif dalam Prima Tani Kabupaten Bogor berjumlah 70 orang, terdiri atas 20 orang dari Kelompok Tani Harapan Maju, 23 orang dari Kelompok Tani Panca Karya dan 27 orang dari Kelompok Tani Tunas Karya. Sejalan dengan apa yang dikemukakan Gaspertz (1991) apabila penelitian diketahui tentang besarnya populasi, lalu keseluruhannya dijadikan subjek penelitian dikatakan bahwa penelitian tersebut menggunakan metode sensus. Data dan Instrumentasi Data Data dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian di lapangan yang diperoleh melalui wawancara untuk menggali data mengenai karakteristik individu dan persepsi petani tentang PPL, jasa pelayanan Klinik Agribisnis dan efektivitas komunikasi Klinik Agribisnis. Data sekunder adalah data yang diperoleh
dari
catatan-catatan
dan
dokumentasi
yang
dapat
berupa
laporan-laporan yang ada pada instansi terkait seperti BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Jawa Barat, Pemerintah Daerah tingkat II Kabupaten Bogor, Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, Monografi Kecamatan Leuwi Sadeng dan Programa Penyuluhan untuk UPTD Wilayah Kecamatan Leuwi Sadeng. Instrumentasi Instrumen diperlukan untuk keperluan pengumpulan data dalam bentuk kuesioner yang berisi daftar pertanyaan yang telah disusun dan dipersiapkan sebelumnya dan telah diuji reliabilitasnya untuk dijawab oleh petani sebagai target untuk penggalian informasi. Kuesioner dibagi menjadi empat bagian untuk mempermudah pelaksanaan secara teknis. Bagian pertama untuk penggalian data mengenai karakteristik individu, bagian kedua untuk penggalian data mengenai persepsi petani tentang PPL, bagian ketiga untuk penggalian mengenai jasa
48
pelayanan Klinik Agribisnis dan yang keempat adalah kuesioner untuk penggalian data mengenai efektivitas komunikasi Klinik Agribisnis pada Prima Tani di Kecamatan Leuwi Sadeng Kabupaten Bogor. Operasionalisasi Variabel Penelitian Beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian dibatasi dengan menggunakan definisi istilah serta operasionalisasi variabel untuk mempermudah pengukuran. Variabel-variabel tersebut diukur dengan cara meminta pendapat dan respons dari para petani tentang beberapa hal yang berhubungan dengan variabel-variabel tersebut. Variabel-variabel yang diukur terdiri atas variabel bebas yang terdiri dari karakteristik individu dan persepsi petani tentang PPL, variabel antara yaitu jasa pelayanan Klinik Agribisnis dan variabel terikat yaitu efektivitas komunikasi Klinik Agribisnis yang dapat diuraikan sebagai berikut: Karakteristik Individu Karakteristik individu yaitu ciri-ciri yang melekat pada seseorang (diri petani) dan untuk kepentingan penelitian maka ditetapkan sebanyak tujuh karakteristik yang meliputi: umur, pendidikan formal, pendidikan nonformal, luas lahan, pendapatan rata-rata per bulan, pengalaman berusahatani dan tingkat kekosmopolitan. X1. Umur yaitu lamanya waktu hidup responden dihitung sejak tahun kelahirannya sampai waktu penelitian dilakukan, pembulatan dilakukan untuk enam bulan ke atas dihitung satu tahun dan apabila kurang dari enam bulan ditiadakan. Pengukuran menggunakan skala rasio dalam satuan tahun. X2. Pendidikan formal yaitu jenjang pendidikan sekolah tertinggi yang dapat diselesaikan oleh responden. Pengukuran menggunakan skala rasio dalam satuan tahun. X3. Pendidikan nonformal yaitu banyaknya kegiatan yang dilakukan responden untuk menambah wawasan dan pengetahuan di luar pendidikan formal seperti kursus/ latihan/ pelatihan/ magang/ studi banding. Pengukuran menggunakan skala rasio untuk frekuensi keikutsertaan dan skala nominal untuk macam atau jenis pendidikan nonformal yang pernah diikuti.
49
X4. Luas lahan yaitu ukuran hamparan lahan yang diusahakan responden untuk berusahatani. Pengukuran menggunakan skala rasio dalam satuan hektar. X5. Pendapatan rata-rata per bulan yaitu pendapatan rata-rata per bulan responden yang diperoleh dari berusahatani dan nonusahatani dalam satu tahun terakhir dengan rata-rata setiap bulannya. Pengukuran menggunakan skala rasio dalam satuan rupiah. X6. Pengalaman berusahatani yaitu menunjukkan lamanya responden mulai menjalankan
usahatani
sampai
penelitian
dilakukan.
Pengukuran
menggunakan skala rasio dalam satuan tahun. X7. Tingkat kekosmopolitan yaitu menunjukkan aktivitas responden dalam mencari informasi teknologi pertanian yang terkait dengan pelaksanaan Prima Tani ke luar sistem sosialnya seperti petani lain desa tetangga, pameran pertanian/gelar teknologi, instansi yang bergerak pada sektor pertanian (dinas atau balai penyuluhan) maupun pasar terdekat atau kota terkait dengan usahataninya selama satu tahun terakhir saat penelitian dilakukan. Pengukuran menggunakan skala rasio untuk frekuensi aktivitas responden dalam mencari informasi yang terkait dengan pelaksanaan Prima Tani. Persepsi petani tentang PPL (X8) Persepsi petani tentang PPL adalah pandangan, pemahaman dan penilaian yang diberikan oleh petani kepada PPL meliputi: keterampilan berkomunikasi lisan atau tulisan, kemampuan penguasaan materi, kemampuan penyampaian informasi, ketepatan waktu penyampaian pesan, ketepatan penggunaan media komunikasi dan frekuensi kunjungan ke petani. Hal ini akan berpengaruh terhadap penerimaan suatu informasi yang disampaikan oleh PPL. Persepsi petani tentang PPL ini diukur dengan skala ordinal yang terdiri dari enam indikator, yaitu: 1 Keterampilan berkomunikasi lisan atau tulisan adalah persepsi petani terhadap kemampuan berbicara PPL dalam menyosialisasikan Prima Tani, penggunaan bahasa atau menyampaikan informasi yang berupa tulisan dikategorikan menjadi empat kategori yaitu (1) tidak setuju, (2) kurang setuju, (3) cukup setuju dan (4) setuju.
50
2 Kemampuan penguasaan materi adalah persepsi petani tentang PPL menyangkut wawasan pengetahuan PPL tentang materi yang disampaikan, bagaimana penyampaian
materi kepada petani dikategorikan menjadi
empat kategori yaitu (1) tidak setuju, (2) kurang setuju, (3) cukup setuju dan (4) setuju. 3 Kemampuan penyampaian informasi adalah persepsi petani tentang PPL menyangkut penyampaian materi kepada petani dikategorikan menjadi empat kategori yaitu (1) tidak setuju, (2) kurang setuju, (3) cukup setuju dan (4) setuju. 4 Ketepatan waktu penyampaian pesan adalah persepsi petani tentang PPL menyangkut waktu PPL menyampaikan informasi agar petani antusias, menerima dengan senang, mendengarkan dengan baik materi yang disampaikan dikategorikan menjadi empat kategori yaitu (1) tidak setuju, (2) kurang setuju, (3) cukup setuju dan (4) setuju. 5 Ketepatan penggunaan media komunikasi adalah persepsi petani tentang PPL menyangkut media komunikasi yang digunakan PPL untuk menggugah petani agar memberikan perhatian terhadap apa yang disampaikan dikategorikan menjadi empat kategori yaitu (1) tidak setuju, (2) kurang setuju, (3) cukup setuju dan (4) setuju. 6 Frekuensi kunjungan ke kelompok tani adalah persepsi petani tentang PPL menyangkut kunjungan yang dilakukan oleh PPL ke kelompok tani dikategorikan menjadi empat kategori yaitu (1) tidak setuju, (2) kurang setuju, (3) cukup setuju dan (4) setuju. Jasa pelayanan Klinik Agribisnis (Y1/X9) Jasa pelayanan Klinik Agribisnis adalah berbagai aktivitas komunikasi yang ada di Klinik Agribisnis untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh petani. Pengukuran dilakukan berdasarkan persepsi petani dengan menggunakan skala ordinal yang terdiri dari lima indikator yaitu: 1 Konsultasi atau pelayanan adalah salah satu jasa yang disediakan atau yang ada di Klinik Agribisnis untuk petani dengan menghadirkan nara sumber atau ahli pada waktu tertentu yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang
51
dapat dipercaya terkait dengan inovasi teknologi yang ada dalam Prima Tani. Konsultasi atau pelayanan ini menunjukkan aktivitas terjadinya interaksi langsung antara petani dengan nara sumber atau ahli dikategorikan menjadi empat kategori yaitu (1) tidak setuju, (2) kurang setuju, (3) cukup setuju dan (4) setuju. 2 Diskusi adalah salah satu aktivitas komunikasi yang dilakukan petani di Klinik Agiribisnis pengukuran berdasarkan aktivitas terjadinya interaksi langsung antara petani dengan petani dan antara petani dengan PPL di Klinik Agribisnis untuk saling bertukar informasi mengenai usahatani yang dilaksanakannya dikategorikan menjadi empat kategori yaitu (1) tidak setuju, (2) kurang setuju, (3) cukup setuju dan (4) setuju. 3 Pembinaan teknis adalah bimbingan atau pembinaan secara teknis kepada petani yang dilakukan oleh petugas (PPL) bersama-sama dengan petani di lapangan untuk melaksanakan teknologi yang dianjurkan. Pembinaan teknis ini meliputi aktivitas pembinaan yang dilakukan oleh petugas kepada petani. dikategorikan menjadi empat kategori yaitu (1) tidak setuju, (2) kurang setuju, (3) cukup setuju dan (4) setuju. 4 Media tercetak adalah media cetak yang disediakan pada Klinik Agribisnis dan dapat digunakan oleh petani untuk mendapatkan informasi teknologi pertanian yang dibutuhkan guna mendukung aktivitasnya dalam mendukung usahatani yang sedang dijalankannya. Media tercetak ini meliputi: leaflet/brosur, buku panduan/juknis, poster, Sinar Tani ataupun Warta dikategorikan menjadi empat kategori yaitu (1) tidak setuju, (2) kurang setuju, (3) cukup setuju dan (4) setuju. 5 Lokasi adalah menyangkut keberadaan Klinik Agribisnis apakah mempunyai kelengkapan posisi yang strategis (mudah dijangkau), mempunyai ruang yang bisa digunakan untuk menyimpan alat dan memamerkan inovasi teknologi dan mempunyai ruangan untuk konsultasi atau diskusi dikategorikan menjadi empat kategori yaitu (1) tidak setuju, (2) kurang setuju, (3) cukup setuju dan (4) setuju.
52
Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis (Y2) Efektivitas komunikasi Klinik Agribisnis pada Prima Tani Kabupaten Bogor adalah menunjukkan tingkat keefektivan komunikasi yang terjadi di Klinik Agribisnis dibatasi pada aspek pesan dan penerima. Pengukuran dilakukan berdasarkan persepsi petani dengan menggunakan skala ordinal dengan dua indikator yaitu: 1 Derajat relevansi (kesesuaian) informasi yang ditransmisikan menunjukkan sejauh mana informasi yang disediakan pada Klinik Agribisnis sesuai dengan kebutuhan petani dan dapat membantu memecahkan masalah teknis yang dihadapi oleh petani dalam menjalankan usahataninya dikategorikan menjadi empat kategori yaitu (1) tidak tersedia, (2) kurang tersedia, (3) cukup tersedia dan (4) tersedia. 2 Derajat kepuasan anggota menunjukkan sejauh mana informasi yang tersedia pada Klinik Agribisnis memenuhi persyaratan permintaan pengguna dalam mencari informasi seperti: pesan yang disampaikan mudah dipahami, dapat menimbulkan kesenangan, dapat mempengaruhi sikap, menumbuhkan hubungan yang makin baik yang pada akhirnya menimbulkan tindakan dikategorikan menjadi empat kategori yaitu (1) tidak tersedia, (2) kurang tersedia, (3) cukup tersedia dan (4) tersedia. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Sebelum dilakukan pengumpulan data terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap instrumen (kuesioner) kepada responden yang memiliki ciri-ciri relatif sama dengan ciri-ciri objek pada penelitian. Uji coba dilakukan terhadap 20 orang petani di Desa Sadeng Kolot Kecamatan Leuwi Sadeng Kabupaten Bogor yang posisinya berbatasan langsung dengan Desa Babakan Sadeng (lokasi Prima Tani). Berdasarkan
pewilayahan,
Desa
Sadeng
Kolot
memiliki
karakteristik
agroekosistem dan penduduk (petani) yang hampir sama. Validitas Instrumen Validitas instrumen menunjukkan sejauh mana kuesioner yang digunakan pada penelitian telah mengukur apa yang akan diukur, jika peneliti menggunakan
53
kuesioner di dalam pengumpulan data penelitiannya maka kuesioner tersebut harus mengukur apa yang diukur. Fokus dari uji coba validitas instrumen adalah pada validitas isi. Singarimbun dan Effendi (2006) mengemukakan bahwa validitas isi suatu alat pengukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep. Penelitian menggunakan kuesioner sebagai alat bantu yang terlebih dahulu diuji agar pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner memiliki nilai keabsahan yang tinggi maka perlu dilakukan: (a) menyeleksi setiap pertanyaan atau pernyataan yang paling dekat hubungannya dengan variabel-variabel yang digunakan, (b) mempertimbangkan hasil penelitian terdahulu, teori-teori serta kenyataan empirik sebagai bahan rujukan dan (c) melaksanakan saran, pendapat dan petunjuk dari para dosen pembimbing penelitian. Kerlinger (2004) mengungkapkan bahwa validitas instrumen dapat dilihat dari: (1) apakah instrumen tersebut telah mampu mengukur apa yang akan diukur? dan (2) apakah informasi yang dikumpulkan telah sesuai dengan konsep yang digunakan? Beberapa langkah yang digunakan untuk menyusun instrumen agar diperoleh validitas yang diinginkan adalah sebagai berikut: 1 Membuat daftar pertanyaan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi petani melalui observasi pendahuluan. 2 Menyusun instrumen dengan berdasarkan pada konsep-konsep dan teori-teori yang diperoleh dari berbagai literatur. 3 Memperhatikan berbagai masukan dari para ahli terutama dosen pembimbing. 4 Menyesuaikan instrumen dengan peubah-peubah yang akan diteliti serta memperhatikan instrumen dari hasil penelitian terdahulu. Menguji validitas alat pengukur dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini: Langkah 1 Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur. Suatu konsep memiliki konstruk yang harus dicari dengan cara-cara berikut: (a)
Mencari definisi dan rumusan tentang konsep yang akan diukur yang telah ditulis oleh para ahli dalam literatur jika rumusan cukup operasional maka
54
rumusan tersebut dapat langsung dipakai. Peneliti harus merumuskan seoperasional mungkin bila rumusan belum operasional. (b)
Peneliti membuat definisi dan rumusan konsep dengan mendiskusikan dengan para ahli lain jika di dalam literatur tidak diperoleh rumusan konsep.
(c) Menanyakan langsung kepada calon petani penelitian mengenai aspek-aspek konsep yang diukur dan dari jawaban yang diperoleh kemudian peneliti menyusun pertanyaan yang operasional. Langkah 2
Melakukan uji coba skala pengukur tersebut pada sejumlah petani.
Langkah 3 Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban: misalnya ada 10 pertanyaan di dalam skala pengukur dan ada 10 petani kemudian membuat matriks antara nomor pertanyaan 1-10 dengan nomor petani 1-10. Masing-masing sel berisi skor jawaban petani mengenai pertanyaanpertanyaan tersebut. Langkah 4
Menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment Pearson seperti berikut ini: N (Σ XY) – (Σ X ΣY) r=
{ N Σ X 2 – (ΣX)2 } { N Σ Y 2 – (ΣY)2 }
Keterangan: r : Koefisien korelasi product moment Pearson X : Skor pertanyaan no.1 (misalnya) Y : Skor total
Jika ada 10 pertanyaan di dalam skala pengukur maka ada 10 korelasi product moment Pearson yang dilakukan. Angka korelasi yang diperoleh dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai - r dan dikatakan valid apabila mencapai nilai 80%. Berdasarkan hasil uji coba kuesioner terhadap 20 orang petani maka diketahui hasil uji validitas dari pertanyaan atau pernyataan persepsi petani tentang PPL menunjukkan angka korelasi terendah yaitu 0,605 dan tertinggi yaitu 0,804 nilai tersebut di atas angka kritik pada taraf lima persen (r = 0,444), untuk pertanyaan jasa pelayanan Klinik Agribisnis menunjukkan angka korelasi terendah yaitu 0,610 dan tertinggi yaitu 0,838 di atas angka kritik pada taraf lima
55
persen (r = 0,444) dan untuk pertanyaan atau pernyataan terkait dengan efektivitas komunikasi Klinik Agribisnis menunjukkan angka korelasi terendah yaitu 0,674 dan tertinggi yaitu 0,822 di atas angka kritik pada taraf lima persen (r = 0,444). Berdasarkan nilai koefisien korelasi product moment Pearson di atas angka kritik pada taraf lima persen maka dapat dikatakan bahwa pertanyaan atau pernyataan yang digunakan dinyatakan valid. Reliabilitas Instrumen Menurut Ancok (1987) dalam Singarimbun dan Effendi (2006) reliabilitas instrumen adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten maka alat pengukur tersebut reliabel. Reliabilitas dapat dikatakan menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur dalam mengukur gejala yang sama. Selanjutnya Nawawi dan Hadari (1995) juga menjelaskan reliabilitas adalah tingkat kemampuan instrumen penelitian untuk mengumpulkan data secara tetap dari sekelompok individu. Instrumen yang memiliki tingkat reliabilitas tinggi cenderung menghasilkan data yang sama tentang suatu variabel atau unsur-unsurnya jika diulangi pada waktu yang berbeda pada sekelompok individu yang sama. Kerlinger (2004) menyebutkan bahwa reliabilitas itu sama dengan keandalan dan definisi keandalan dapat didekati dengan tiga ancangan. Ancangan atau pendekatan pertama terwakili dengan pertanyaan: Jika melakukan pengukuran pada himpunan obyek yang sama berulang kali dengan instrumen yang sama atau mirip akankah mendapatkan hasil yang sama atau serupa pula? Pertanyaan ini menyiratkan suatu definisi keandalan dalam kaitan dengan stabilitas atau kemantapan, keterpercayaan (dependability) dan keteramalan (predictability). Menurut Ancok (Singarimbun dan Effendi 2006) setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten. Alat pengukur fenomena fisik seperti berat dan panjang badan, konsistensi hasil pengukuran bukanlah hal yang sulit dicapai tetapi untuk
56
pengukuran
fenomena
sosial
seperti sikap,
opini
dan
persepsi
untuk
pengukurannya yang konsisten agak sulit untuk dicapai. Berhubung gejala sosial tidak semantap gejala fisik maka dalam pengukuran gejala sosial selalu diperhitungkan unsur kesalahan pengukuran (measurement error). Kesalahan pengukuran ini dalam penelitian sosial cukup besar karena itu untuk mengetahui hasil pengukuran yang sebenarnya kesalahan ukuran ini sangat diperhitungkan. Menurut Arikunto (1998) bahwa reliabilitas instrumen menunjukkan tingkat keterpercayaan suatu alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Suatu instrumen dikatakan baik bila instrumen tersebut tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Cara menghitung
reliabilitas
instrumen
adalah menggunakan
perhitungan korelasi belah dua (Singarimbun dan Effendi 2006). Langkah kerja yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: (a)
Menyajikan alat pengukur kepada sejumlah petani kemudian dihitung validitas itemnya. Item-item yang valid dikumpulkan yang tidak valid dibuang.
(b)
Membagi item-item yang valid menjadi dua belahan dapat dilakukan dengan cara: 1) membagi item-item dengan cara acak dalam dua bagian, 2) membagi item-item berdasarkan nomor genap ganjil. Item-item dengan nomor ganjil dimasukkan dalam belahan pertama, sedangkan yang bernomor genap dimasukkan dalam belahan kedua.
(c)
Skor untuk masing-masing item pada setiap belahan dijumlahkan. Langkah ini akan menghasilkan dua skor total untuk masing-masing petani.
(d)
Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan skor total belahan kedua dengan menggunakan teknik uji split half.
(e)
Angka korelasi yang diperoleh adalah angka korelasi dari alat pengukur yang dibelah maka angka korelasi yang dihasilkan lebih rendah daripada angka korelasi yang diperoleh jika alat pengukur tersebut tidak dibelah seperti pada teknik pengukuran ulang. Harus dicari angka reliabilitas untuk keseluruhan item tanpa dibelah.
57
Cara mencari reliabilitas instrumen untuk keseluruhan item adalah dengan mengoreksi angka korelasi yang diperoleh dengan memasukkannya ke dalam rumus yang disajikan pada sebelumnya. Berikut adalah rumus reliabilitas untuk keseluruhan item.
r.tot Keterangan: r . tot : Angka reliabilitas keseluruhan item r . tt : Angka korelasi belahan pertama dan belahan ke dua
Reliabilitas instrumen telah diuji pada awal pelaksanaan penelitian. Pertanyaan atau pernyataan mengenai persepsi petani tentang PPL, jasa pelayanan Klinik Agribisnis dan efektivitas komunikasi Klinik Agribisnis menunjukkan nilai reliabilitas di atas nilai kritik pada taraf lima persen dengan db=18. Berdasarkan hasil uji reliabilitas diperoleh nilai koefisien split half reliability test masingmasing untuk persepsi petani tentang PPL sebesar 0,915, untuk jasa pelayanan Klinik Agribisnis sebesar 0,946 dan untuk efektivitas komunikasi Klinik Agribisnis sebesar 0,912. Berdasarkan hal tersebut maka kuesioner yang digunakan dinyatakan reliabel. Hasil uji reliabilitas secara lebih rinci per indikator terdapat pada Lampiran 2. Analisis Data Data yang diambil dianalisis dengan prosedur statistik yang ada. Teknik analisis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut: 1 Analisis statistik deskriptif Analisis statistik deskriptif yang digunakan untuk menjelaskan data secara umum dengan menggunakan frekuensi, persentil, persentase, rataan, rataan skor dan total rataan skor. 2
Analisis statistik inferensial Analisis statistik yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel X dan Y menggunakan analisis statistik inferensial dengan uji rank Spearman (Siegel 1997). Pengujian hipotesis menggunakan tingkat signifikansi pada taraf kepercayaan α = 5% dan α = 1% dan data diolah dengan menggunakan
58
program SPSS versi 13.0. secara lengkapnya rumus korelasi rank Spearman dapat disajikan sebagai berikut: 6 ∑ di2 i=1
rs
=
1 -N N(N2 – 1)
Keterangan : rs = Nilai korelasi = Selisih antara peringkat di 2 = Banyaknya pasangan data N2 N = Jumlah data
59