METODE PENELITIAN
Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian yang bersifat deskriptif-korelasional dengan menggunakan metode survei. Penelitian deskriptif-korelasional dirancang untuk mengumpulkan dan mendeskripsikan informasi tentang keadaankeadaan nyata yang sedang berlangsung serta menentukan atau mencari tingkat hubungan antara masing-masing peubah dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian, dan hipotesis yang diajukan (Sevilla et.al, 1993). Dalam penelitian ini ada tiga peubah yang menjadi fokus penelitian, yaitu karakteristik, perilaku dan pemenuhan kebutuhan rumahtangga Penelitian ini, di samping dimaksudkan untuk mendeskripsikan keadaan-keadaan nyata mengenai masing-masing peubah tersebut, juga dimasudkan untuk menentukan dan menganalisis hubungan antar masing-masing peubah tersebut serta melakukan uji hipotesis.
Lokasi dan Waktu Peneltian Lokasi penelitian ini adalah di Provinsi Bengkulu.. Provinsi Bengkulu terdiri atas
sembilan Daerah Tingkat II, yaitu: (1) Kota Bengkulu, (2) Kabupaten
Seluma, (3) Kabupaten Bengkulu Selatan, (4) Kabupaten Kaur, (5) Kabupaten Bengkulu Utara, (6) Kabupaten Mukomuko, (7) Kabupaten Rejang Lebong, (8) Kabupaten Lebong dan (9) Kabupaten Kepahiang. Berdasarkan Peraturan Daerah No. 65 tahun 2006 tentang tata ruang, Provinsi Bengkulu membagi daerah dalam tiga zona berdasarkan peta Tanah Explorasi Sumatera Selatan tahun 1964 dan kajian cluster ekonomi tahun 2006, yaitu: (1) Zona 1 adalah zona di sepanjang tepian pantai yang ditarik dari Kabupaten Kaur, Seluma, Kota Bengkulu, Bengkulu Utara dan Mukomuko, luas zona tersebut mengikuti ring dari tepi pantai 5 km pada masing kabupaten. (2) Zona 2 adalah zona dataran dan padat pemukiman yang ditarik dalam satu garis dari Manna , Bengkulu, Manna dan Argamakmur.
(3) Zona 3 adalah zona dataran tinggi yaitu daerah yang berada pada dataran kemiringan 15 % yang berjarak 25 km dari tepi pantai Samudra Hindia. Menganalisis pembagian tiga zona tersebut maka terjadi tumpang tindih antara zona satu dan zona dua. Oleh karena itu, untuk kepentingan penelitian ini maka zona satu dan zona dua digabungkan, sehingga wilayah Provinsi Bengkulu hanya dibagi atas dua zona atau wilayah, yaitu: (1) Zona 1 adalah zona dataran rendah yang membentang di sepanjang pantai dari Kabupaten Kaur sampai Kabupaten Mukomuko yang meliputi : Kabupaten Kaur, Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Seluma, Kota Bengkulu, Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Mukomuko. (2) Zona 2 adalah zona dataran tinggi dengan kemiringan diatas 15 % yang meliputi wilayah: Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Lebong. Penentuan lokasi penelitian dilakukan berdasarkan pembagian zona wilayah seperti disebutkan di atas. Pemilihan lokasi pada masing-masing zona dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling). Pada Zona 1 dari enam kabupaten/kota terlebih dahulu dikeluarkan Kota Bengkulu dengan pertimbangan bahwa penduduk miskinnya sebagian besar bukan bermata pencaharian petani. Dengan demikian pada Zona 1 terdiri atas lima kabupaten yakni : Kabupaten Kaur, Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Seluma, Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Mukomuko. Dari masing-masing Zona dipilih satu kabupaten secara acak sebagai lokasi penelitian. Penentuan kabupaten tersebut dilakukan
dengan beberapa pertimbangan: (1) wilayahnya sangat luas; (2)
keterbatasan dana, waktu dan tenaga; dan (3) jumlah dua kabupaten tersebut diyakini sudah cukup representatif mengingat kabupaten pada masing-masing zona mempunyai karak-teristik yang relatif sama Berdasarkan pemilihan secara acak dengan cara undian, pada Zona 1 terpilih Kabupaten Seluma, sedangkan pada Zona 2
terpilih Kabupaten Kepahiang
sebagai lokasi pelaksanaan penelitian. Selanjutnya pada masing-masing kabupaten dipilih secara acak dua kecamatan dan pada masing-masing kecamatan dipilih dua desa sebagai sampel. Dengan demikian pada masing-masing kabupaten ada
empat desa sampel, secara rinci lokasi penelitian ini dapat digambarkan seperti pada Gambar 3. Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus sampai Desember 2007
Provinsi Bengkulu
Kabupaten
Seluma
Kepahiang
Kecamatan
Kecamatan
Air Periukan
Seluma Selatan
Desa
Desa
Ujan Mas
Merigi
Desa
Desa
Bukit Barisan
Durian Depun
Bumi Sari
Meranti Jaya
Tj. Seluai
Tangga Batu
Sukasari
Tl. Benuang
Gambar 3. Bagan lokasi penelitian
Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah keseluruhan rumahtangga petani miskin yang berada di Kabupaten Seluma dan Kabupaten Kepahiang yang berjumlah 35423 rumahtangga miskin (RT). Rincian populasi tersebut pada masing-masing kabupaten seperti pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah rumahtangga miskin sebagai populasi penelitian No
Kabupaten
Jumlah Rmt Miskin
01
Seluma
23927
02
Kepahiang
11496
03
Jumlah
35423
Sumber: Kantor Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Bengkulu 2007 Penentuan rumahtangga miskin dilakukan berdasarkan data yang dipakai oleh Pemerintah Daerah dalam pembagian bantuan beras miskin (Raskin) dan bantuan langsung tunai (BLT) dengan melakukan seleksi guna menghindari kemungkinan terjadi kesalahan pengambilan data. Berdasarkan jumlah populasi pada Tabel 5, kemudian ditentukan besarnya sampel dengan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut. n=
N 1 + Ne2
Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi e = batas eror (dalam penelitian ini ditetapkan sebesar 6,5 %) Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin tersebut dari populasi sebanyak 35423 diperoleh sampel sebanyak 235 Rumahtangga dan kemudian digenapkan menjadi 240 Rumahtangga. Besarnya sampel pada masingmasing kabupaten ditentukan dengan mempertimbangkan proporsi jumlah penduduk miskin serta kepentingan untuk pengolahan data, maka jumlah sampel di Kabupaten Kepahiang ditentukan sebanyak 100 rumahtangga petani miskin dan Kabupaten Seluma sebanyak 140 rumahtangga petani miskin. Mengingat wilayah ke-dua kabupaten tersebut masih sangat luas,
letaknya tersebar dengan
jarak yang cukup jauh serta adanya keterbatasan-keterbatasan baik dana, waktu maupun tenaga, maka untuk penarikan sampel responden dilakukan secara bertahap. Tahap pertama dilakukan penarikan sampel wilayah; masing-masing kabupaten diambil sampel dua kecamatan dan masing-masing kecamatan terpilih diambil dua desa sebagai sampel. Berdasarkan desa-desa yang terpilih sebagai lokasi, kemudian dilakukan pendataan jumlah rumahtangga miskin yang bekerja sebagai petani, setelah itu baru dilakukan penarikan sampel responden. Di
Kabupaten Seluma dari empat desa, masing-masing desa diambil sebanyak 35 responden kepala rumahtangga petani miskin dan di Kepahiang dari empat desa, masing-masing desa diambil sebanyak 25 responden kepala rumahtangga petani miskin. Pengambilan sampel responden di tiap-tiap desa dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling). Rincian jumlah sampel pada masing-masing wilayah penelitian disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Lokasi dan jumlah sampel penelitian Kabupaten
Kecamatan 1. Air Periukan
Seluma 2. Seluma Selatan 1. Ujan Mas Kepahiang 2. Merigi
Desa 1. Talang Benuang
Jumlah Sampel 35
2. Sukasari
35
1. Tangga Batu
35
2. Tanjung Seluai
35
1. Bumi Sari
25
2. Meranti Jaya
25
1. Bukit Barisan
25
2. Durian Depun
25
Jumlah Sampel Penelitian
240
Data dan Instrumentasi
Data Data yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau subyek penelitian. Sedangkan data sekunder adalah data yang sudah tersedia, baik dalam bentuk angka, gambar maupun dokumentasi yang sudah siap digunakan atau data yang diperoleh dari luar responden sebagai pelengkap, termasuk data tentang kondisi wilayah, keadaan penduduk dan sebagainya. Data primer yang dikumpulkan dan diolah meliputi data tentang: karakteristik sosiodemografi, perilaku rumahtangga miskin dalam bekerja dan berusaha (berproduksi), perilaku dalam mengelola hasil usaha untuk memenuhi
kebutuhan rumahtangga (konsumsi), perilaku dalam melakukan hubungan sosial dan tingkat pemenuhan kebutuhan dasar rumahtangga: (1) Data tentang karakteristik sosiodemografi petani miskin meliputi data tentang: ¾ Umur ¾ Pendidikan formal ¾ Pendidikan non formal ¾ Motivasi berprestasi ¾ Orientasi nilai budaya ¾ Harapan atau aspirasi ¾ Luas pemilikan dan penguasaan lahan ¾ Pendapatan keluarga ¾ Jumlah dan komposisi anggota keluarga. ¾ Kepedulian pemimpin formal dan informal ¾ Akses sumber informasi ¾ Sarana layanan publik lokal ¾ Akses terhadap kelompok/organisasi sosial kemasyarakatan ¾ Akses pasar dan sumber modal ¾ Kebijakan penanggulangan kemiskinan ( 2) Data tentang perilaku rumahtangga miskin meliputi data tentang: ¾ Perilaku bekerja dan berusaha (perilaku berproduksi) ¾ Perilaku mengelola hasil usaha untuk memenuhi kebutuhan Rmt (Konsumsi). ¾ Perilaku interaksi sosial (3) Data tentang tingkat pemenuhan kebutuhan dasar rumahtangga petani miskin, meliputi: ¾ Pemenuhan kebutuhan pangan ¾ Pemenuhan kebutuhan air bersih ¾ Pemenuhan kebutuhan perumahan ¾ Kemampuan mengakses layanan pendidikan ¾ Kemampuan mengakses layanan kesehatan. ¾ Pemenuhan kebutuhan atas pekerjaan dan kesempatan berusaha ¾ Pemenuhan kebutuhan rasa aman
Data sekunder yang diambil antara lain: data penduduk dan data rumahtangga miskin pada tingkat kabupaten, kecamatan dan desa, kebijakan dan program-program yang ditujukan kepada petani miskin, keadaan sarana dan prasarana di pedesaan, harga produk hasil pertanian serta harga berbagai kebutuhan pokok di pedesaan. Instrumentasi Data penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara terstruktur berdasarkan kuesioner yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya.
Kuesioner digunakan sebagai
instrumen
pengumpul data utama. Selain menggunakan kuesioner, pengumpulan data juga dilengkapi dengan menggunakan teknik pengukuran non rekatif dan wawancara mendalam (indepth interview). Bentuk pertanyaan dalam kuesioner adalah pertanyaan tertutup dan dan terbuka.
Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang telah disiapkan pilihan
(option) jawabannya, sehingga tidak memberi peluang jawaban di luar pilihan yang sudah disediakan. Pertanyaan kombinasi tertutup dan terbuka adalah pertanyaan yang sudah disediakan alternatif jawaban
namun juga diberi peluang
untuk memberikan jawaban di luar jawaban yang sudah ada. Teknik pengukuran non reaktif ditujukan untuk melengkapi pengumpulan data melalui wawancara semi terstruktur. Dengan metode non reaktif diharapkan disamping bersifat melengkapi juga dapat merupakan kroscek terhadap data yang dikumpulkan melalui wawancara. Pengukuran non reaktif terutama ditujukan untuk mengamati kondisi rumah, perabotan dan peralatan rumahtangga yang dimiliki rumahtangga miskin, lingkungan tempat tinggal, kondisi lahan sawah atau kebun yang dimiliki, kebiasaan kerja dan konsumsi rumahtangga. Di samping menggunakan kuesioner dan pengukuran non reaktif juga dilakukan wawancara mendalam dengan melibatkan berbagai pihak, baik kepala rumahtangga petani miskin maupun pemimpin formal dan informal lokal. Wawancara mendalam ini digunakan untuk melengkapi data yang dikumpulkan melalui wawancara terstruktur dan teknik non reaktif. .
Validitas Instrumen Validitas suatu alat ukur menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Suatu instrumen (alat pengukur) dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang ingin diukur secara tepat. Untuk memperoleh validitas yang tinggi terhadap instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini dilakukan melalui uji validitas konstruk, validitas isi dan validitas
kriteria. Hal ini didasarkan pada Kerlinger (2003) yang
mengemukakan tiga tipe validitas dalam penelitian-penelitian perilaku, yaitu validitas isi (content validity), validitas criteria (criterion validity) dan validitas konstruk (construct validity). Validitas konstruk Konstruk (construct) adalah kerangka dari suatu konsep. Validitas konstruk suatu instrumen menunjuk kepada kerepresentatifan konstruks yang dijadikan dasar dalam penyusunan suatu instrumen pengukuran. Untuk itu, maka yang pertama-tama harus dilakukan oleh peneliti adalah mencari apa saja yang merupakan kerangka dari konsep-konsep yang terkait dengan variabel-variabel yang akan ditelitinya. Kerangka yang dimaksud adalah kerangka teoritis yang mendasari konsep atau konstruk yang akan diukur. Dengan diketahuinya kerangka konsep yang akan diteliti, seorang peneliti dapat merumuskan konsep, kemudian indikator dan paramter
masing-masing peubah.
Pencarian kerangka konsep
tersebut dilakukan melalui studi kepustakaan baik berupa referensi maupun hasilhasil penelitian yang berhubungan.
Validitas Isi Validitas isi (muatan) menunjuk pada kerepresentatifan muatan atau isi yang terdapat dalam suatu instrumen pengukur untuk mengukur sesuatu yang ingin diukur. Muatan atau isi menyiratkan pengertian substansi, bahan,atau topik. Validitas isi suatu alat pengukur ditentukan oleh sejauhmana kerepresentatifan isi atau substansi alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep yang diukur. Dalam penentuan validasi muatan atau isi pada dasarnya merupakan kerja menilai dan memutuskan. Butir-butir
dalam suatu instrumen dikaji, dinilai dan masing-masing dipertimbangkan sehubungan dengan kerepresentatifannya terhadap aspek yang akan diukur. Dengan demikian secara singkat dapat dikemukakan bahwa validitas muatan atau isi suatu instrumen ditentukan oleh tingkat kerefresentatifan butirbutir dalam instrumen tersebut terhadap aspek-aspek yang diukur dalam suatu konsep atau konstruk. Untuk itu terlebih dahulu disusun kisi-kisi dan berdasarkan kisis-kisi tersebut disusun item-item pertanyaan dalam kuesioner. Dengan cara demikian diharapkan butir-butir pertanyaan dalam kuesioner betul-betul dapat mewakili konsep yang akan diukur. Validitas Relasi-Kriteria (Criterion Validity) Setelah instrumen disusun secara cermat dengan memperhatikan validitas konstruk dan validitas isi, selanjutnya dilakukan uji validitas kriteria. Uji validitas relasi-kriteria dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor masing-masing item dengan skor total item dengan menggunakan teknik korelasi Produk Moment. Jika r – hitung lebih besar dari r-tabel pada taraf kepercayaan 95 % , maka berarti item tersebut memenuhi syarat validitas. Secara umum langkah-langkah yang ditempuh dalam uji validitas adalah sebagai berikut: (1) Menentukan peubah atau konstruk yang akan diukur (2) Melakukan kajian pustaka untuk menemukan landasan teoritis terhadap konstruks atau konsep yang akan diukur. (3) Merumuskan definisi operasional konsep yang akan diukur (4) Merumuskan indikator dan parameter terhadap konsep yang akan diukur. (5) Menyusun butir-butir instrumen pengukur berdasarkan indikator dan parameter yang sudah ditetapkan. (6) Melakukan uji coba terhadap instrumen yang sudah dibuat terhadap 30 orang responden. (7) Melakukan tabulasi data/jawaban hasil uji coba (8) Menghitung korelasi antara skor masing-masing pernyataan (item) dengan skor total dengan menggunakan rumus korelasi product moment:
rxy = keterangan :
{n∑ x
n∑ xy − (∑ x)(∑ y ) 2
}{
− (∑ x ) 2 n∑ y 2 − ( ∑ y ) 2
}
r = koefisien korelasi N = banyaknya kasus X = Peubah bebas y = Peubah terikat
Hasil uji validitas relasi terhadap 30 orang responden rumahtangga miskin disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Koefisien validitas instrument penelitian No
Peubah
Koefisien Validitas
01
X 1.1 Umur
0.602**
02
X 1.2 Pendidikan formal
0.420*
03
X 1. 3 Pendidikan non formal
0.458*
04
X 1. 4 Motivasi berprestasi
0.563**
05
X 1.5 Orientasi nilai budaya
0.409*
06
X 1.6 Harapan atau aspirasi
0.808**
07
X 1.7 Pendapatan Rumahtangga
0.458*
08
X 1.8 Jumlah dan komposisi anggota RT
0.429*
09
X 2.1 Kepedulian pemimpin formal
0.403*
10
X 2.2 Kepedulian pemimpin informal
0.524**
11
X 2.3 Akses informasi
0.582**
12
X 2.4 Sarana layanan pendidikan
0.382*
13
X 2.5 Sarana layanan kesehatan
0.425*
14
X 2.6 Sarana layanan listrik
0.794**
15
X 2.7 Akses kelompok/organisasi
0.483**
16
X 2.8 Akses pasar
0.643**
17
X 2.9 Akses sumber modal
0.516**
18
X 2.10 Kebijakan penanggulangan kemiskinan
0.696**
19
Y1 Perilaku rumahtangga miskin
0.663**
20
Y2 Pemenuhan kebutuhan RT
0.663**
Reliabilitas Instrumen Azwar (2001) mengemukakan bahwa reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang artinya keterpercayaan, keterandalan dan konsistensi. Sevilla dkk (1993: 175) mengemukakan definisi yang lebih lengkap bahwa reliabilitas adalah derajat ketepatan dan ketelitian atau akurasi yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran. Keterandalan (reliabilitas) suatu instrumen menunjuk kepada sejauhmana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan dalam mengukur suatu objek atau kejadian. Keterandalan suatu alat ukur dapat dilihat dari konsistensi dan tingkat kesalahan pengukuran. Dengan demikian suatu instrumen memiliki reliabilitas yang tinggi apabila dapat mengukur secara tepat variabel yang akan diukur. Guna menjamin tingkat keterandalan suatu instrumen perlu dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas terhadap instrumen
penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan rumus Alpha (α) Cronbach dengan rumus sebagai berikut.
α
cronbach
⎤⎡ ⎡ k = ⎢ ⎥ ⎢1 − ⎢⎣ k + 1 ⎥⎦ ⎢⎣
∑
σ
σ 2 t
2 b
⎤ ⎥ ⎥⎦
keterangan : α cronbach = angka reliabilitas α Cronbach k = banyaknya item pertanyaan
σ b 2 = jumlah varians item pertanyaan σ t 2 = varians total Reliabilitas alat ukur (pedoman pertanyaan) diketahui dengan melihat nilai alpha (α) Cronbach yang ditentukan besarnya nilai ≥0.60 . Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha (α) Cronbach diperoleh koefisien Apha sebesar 0.7475. Dengan demikian berarti instrumen tersebut memiliki syarat reliabilitas
Pengukuran Variabel Penelitian Menurut Cangelosi (1991), pengukuran adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris. Pengertian yang lebih luas
dikemukakan oleh
Wiersma dan Jurs (1990) bahwa pengukuran adalah penilaian numerik terhadap fakta-fakta dari obyek yang hendak diukur menurut kriteria atau satuan-satuan tertentu. Secara konseptual, menurut Djaali dan Muljono (2004), angka-angka hasil pengukuran pada dasarnya adalah kontinum yang bergerak dari suatu kutub ke kutub yang lain, misalnya dari rendah ke tinggi yang diberi angka dari 0 sampai 100, dari negatif ke positif yang juga diberi angka dari 0 sampai 100 dan seterusnya, tetapi dapat pula
menggunakan rentangan lain
misalnya dari 0
sampai 10 dan sebagainya, yang penting ukuran dari fakta-fakta yang hendak diukur dari suatu obyek ukur harus merupakan rentang kontinum yang bergerak dari suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan. Tujuan pengukuran peubah pada intinya adalah untuk mengetahui dan menjelaskan hubungan antara konsep dan realitas. Suatu instrumen pengukur dipandang baik apabila hasilnya dapat merefleksikan secara tepat realitas dari fenomena yang hendak diukur. Pengukuran dalam suatu penelitian mencakup semua variabel atau peubah penelitian. Dalam penelitian ini ada tiga peubah utama yang akan diukur, yaitu karakteristik sosiodemografi, perilaku rumahtangga petani miskin dalam bekerja dan berusaha (berproduksi), perilaku dalam mengelola hasil usaha untuk memenuhi kebutuhan (konsumsi), perilaku dalam interaksi sosial dan tingkat pemenuhan kebutuhan dasar. Karakteristik sosiodemografi merupakan peubah bebas (independence variable) dan perilaku dan pemenuhan kebutuhan dasar merupakan peubah terikat (peubah tak bebas). Pengukuran terhadap masing-masing variabel atau peubah dapat disusun seperti pada Tabel 8.
Tabel 8. Peubah, sub peubah, indikator dan parameter penelitian
Peubah/ Sub Peubah Karakteristik Sosiodemografi:
1. Umur
2. Pendidkan formal
3. Pendidikan non formal
4. Motivasi berprestasi
5. Orientasi nilai budaya
Indikator
• Umur yang dihitung berdasarkan tahun kelahiran sampai saat penelitian dilakukan • Jenjang pendidikan yang diselesaikan yang dibuk-tikan dengan surat tanda tamat belajar atau ting-kat/ kelas tertinggi yang pernah/sedang dijalani • Frekuensi mengikuti pelatihan, kursus, penataran atau penyuluhan • Jenis pelatihan, penataran , kursus atau penyuluhan yang pernah diikuti. • Dorongan untuk bekerja keras • Dorongan untuk selalu memperbaiki usaha untuk meningkatkan hasil • Dorongan untuk memperbaiki nasib • Rasa percaya diri dapat mencapai hidup yang lebih baik • Hakekat hidup • Hakekat karya atau kerja • Persepsi tentang waktu • Pandangan terhadap alam • Pandangan terhadap hakekat hubungan sesama manusia
Parameter
Skala
¾ Menghitung jumlah tahun umur responden berdasarkan kalender masehi dengan cara pembulatan ke bawah ¾ Jumlah tahun aktif mengikuti proses belajar mengajar di lembaga pendidikan formal (sekolah) sampai saat penelitian dilakukan
Rasio
¾ Jumlah/frekuensi mengikuti pelatihan, penataran./ kursus dan penyuluhan ¾ Lamanya pelatihan, penataran atau penyuluhan yang diikuti yang diukur dalam satuan angka, hari atau jam. ¾ Manfaat dan relevansinya dengan peningkatan kemampuan bekerja/berusaha ¾ Tingkat kekuatan dorongan yang dirasakan sebagai suatu kebutuhan atau keharuasan untuk bekerja keras, memperbaiki usaha, untuk memperbaiki nasib
Rasio
Rasio/ interval
Ordinal
Ordinal
¾ Tingkat kekuatan rasa percaya diri dalam memperjuangkan sesuatu ¾ Cara pandang terhadap hakekat hidup ¾ Cara pandang terhadap hakekat karya/kerja ¾ Cara pandang dan orientasi dalam memanfaatkan waktu ¾ Cara pandang terhadap alam (tunduk atau berusaha menguasai alam) ¾ Individualisme, mandiri atau ketrgantungan
Ordinal
Tabel 8 (lanjutan)
Peubah/ Sub Peubah
Indikator
Parameter
Skala
6. Harapan/ aspirasi
• Harapan-harapan yang diinginkan atau dicitacitakan
¾ Jenis yang diharapkan ¾ Target minimal yang ingin dicapai ¾ Usaha yang telah dilakukan
Ordinal
7. Jumlah & komposisi anggota keluarga
• Anggota rumahtangga • Tenaga kerja pencari nafkah • Angka ketergantungan
8. Kepedulian pemimpin formal dan informal
• Kepedulian pemimpin formal lokal (Kades, Sekdes, Kadun,Ketua RT) • Kepedulian pemimpin informal (Tokoh agama, Ketua Adat) • Keterdedahan terhadap sumber informasi baik berupa media cetak, elektronik maupun personal
¾ Jumlah anggota rumahtangga Rasio yang menjadi tanggungan ¾ Jumlah orang yang mencari nafkah ¾ Jumlah orang yang tidak bekerja yang menjadi tanggungan ¾ Tingkat perhatian yang Ordinal dirasakan oleh RT miskin ¾ Bantuan atau dukungan (moral atau material) yang diberikan
9. Akses sumber informasi
10. Sarana layanan
• Sarana layanan pendidikan
publik lokal • Sarana layanan kesehatan
• Sarana layanan air bersih
¾ Jumlah sumber informasi yang diakses ¾ Frekuensi mengakses sumber informasi (hari, minggu, bulan) ¾ Kesesuaian informasi untuk meningkatkan pengetahuan berusaha ¾ Jarak jangkauan sekolah ¾ Kondisi gedung sekolah ¾ Kemudahan memasukkan anak ke sekolah ¾ Keterjangkauan biaya ¾ Ketersediaan sarana layanan kesehatan ¾ Jarak jangkauan ke puskesmas, klinik ¾ Kondisi gedung ¾ Jumlah jam layanan ¾ Pemberian layanan ¾ Keterjangkauan biaya ¾ Ketersediaan layanan air bersih ¾ Kemudahan mengakses ¾ Keterjangkauan biaya ¾ Kualitas layanan
Rasio Interval Ordinal
Rasio Ordinal Rasio Rasio Ordinal Rasio
Rasio Ordinal
Tabel 8 (lanjutan)
Peubah/ Sub Peubah
Indikator
Parameter
• Sarana layanan listrik/ ¾ Ketersediaan layanan listrik penerangan
11. Akses terhadap kelompok/ organisasi sosial 12. Akses pasar dan sumber modal
• Hubungan/keterlibatan dengan kelompok/ organisasi sosial kemasyarakatan lokal
Rasio Ordinal
¾ Intensitas keterlibatan dalam kegiatan ¾ Keterlibatan dalam struktur organisasi ¾ Manfaat yang diperoleh ¾ Kemampuan berhubungan dengan pasar dalam menjual produk ¾ Kemampuan berhubungan dengan pasar untuk membeli berbagai kebutuhan RT ¾ Intensitas berhubungan dengan sumber modal ¾ Jenis sumber modal yang diakses Frekuensi memperoleh pinjaman
Ordinal
• Jenis kebijakan/ program
¾ Jumlah bantuan yang diterima ¾ Penggunaan bantuan ¾ Manfaat bantuan
Rasio
• Pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam bekerja dan berusaha
¾ Tingkat pengetahuan tentang pekerjaan yang dilakukan ¾ Tingkat pengetahuan tentang peluang kerja yang dapat dilakukan ¾ Sumber pengetahuan ¾ Curahan jam kerja per hari/bln ¾ Keinginan belajar untuk selalu memperbaiki hasil kerja ¾ Usaha mencari informasi untuk mendapatkan pekerjaan dengan hasil yang lebih baik ¾ Tingkat kepuasan terhadap kondisi yang dicapai saat ini ¾ Target-target yang ingin dicapai dalam bekerja dan berusaha ¾ Orientasi kerja atau usaha yang dilakukan
Ordinal
• Kemampuan mengakses pasar
• Kemampuan mengakses sumber modal
13. Kebijakan penanggulangan kemiskinan
¾ Kemudahan mengakses ¾ Keterjangkauan biaya ¾ Kualitas layanan
Skala
Ordinal
Ordinal
Perilaku: 1. Perilaku dalam bekerja dan berusaha (Perilaku berproduksi)
Rasio Ordinal
Ordinal
Tabel 8 (lanjutan)
Peubah/
Indikator
Parameter
Skala
2. Perilaku dalam pengelolaan hasil usaha untuk memenuhi kebutuhan Rmt (Konsumsi)
• Pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam mengelola hasil usaha untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga (Konsumsi)
Ordinal
3. Perilaku interaksi sosial.
• Kemampuan melakukan hubungan atau interaksi sosial horizontal dan vertikal
¾ Tingkat pengetahuan tentang prioritas dalam pemenuhan kebutuhan ¾ Sikap hemat dalam menggunakan hasil usaha (pendapatan) ¾ Ketepatan penggunaan ¾ Orientasi penggunaan ¾ Tabungan ¾ Kontak atau hubungan sosial dengan pemimpin formal lokal ¾ Kotak atau hubungan sosial dengan tokoh agama, tokoh adat dsb. ¾ Kontak atau hubungan sosial dengan tetangga atau warga masyarakat lain ¾ Keterlibatan dalam mengikuti berbagai kegiatan sosial dan keagamaan (pengajian, musyawarah desa/RT, gotongroyong dsb.)
Sub Peubah
Kebutuhan Rumahtangga: 1. Pangan
• Kuantitas dan kualitas pemenuhan kebutuhan pangan rumahtangga
Rasio Ordinal
¾ Frekuensi makan makanan Interval pokok dalam sehari secara kontinyu ¾ Frekensi makan daging, ikan Interval atau telor dalam seminggu ¾ Status kepemilikan rumah Ordinal ¾ Kondisi rumah: jenis atap, dinding, lantai terluas dan luas lantai
2. Perumahan
• Status dan kondisi perumahan yang ditempati
3. Air bersih
• Sumber air untuk minum dan mck
¾ Air ledeng, mata air, air hujan, Ordinal air sungai atau dana
4. Pendidikan
• Kemampuan memperoleh layanan pendidikan bagi anggota keluarga
¾ Pendidikan anggota keluarga usia sekolah, ¾ Angka droup out karena ketiadaan biaya
Ordinal
• Kemampuan memperoleh layanan kesehatan bila ada anggota keluarga yang sakit
¾ Tempat berobat: Dokter praktek, rumah sakit, puskesmas, bidan atau perawat, dukun
Ordinal
5. Kesehatan
Rasio
Tabel 8 (lanjutan)
Peubah/
Indikator
Parameter
Skala
6. Lapangan pekerjaan dan kesempatan berusaha
• Ketersediaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha
Ordinal
7. Kebutuhan atas tanah
• Pemilikan dan penguasaan atas tanah (pekarangan, daratan dan sawah)
8. Kebutuhan rasa aman
• Konflik/kekerasan dan pelanggaran hak atas rasa aman di lingkungan tempat tinggal
¾ Kemudahan memperoleh pekerjaan ¾ Tingkat upah ¾ Kemudahan untuk berusaha ¾ Kemudahan memperoleh modal ¾ Kemudahan memasarkan ¾ Luas pekarangan dan status kepemilikan ¾ Luas lahan daratan dan status kepemilikan ¾ Luas lahan sawah dan status kepemilikan ¾ Tingkat kemudahan untuk mendapatkan lahan pekarangan, daratan dan sawah ¾ Legalitas status kepemilikan ¾ Keamanan dari konflik atau tindak kekerasan dan asusila ¾ Keamanan dari ancaman pencurian ¾ Keamanan dari ancaman perampokan dan pemerasan
Sub Peubah
Rasio/ Ordinal
Ordinal
Pengukuran pada masing-masing parameter dilakukan dengan memberikan skor skala likert yang dimodifikasi sesuai dengan parameter dan kondisi setempat secara berjenjang (empat jenjang), yang dimulai dari yang terendah dengan nilai skor 1 dan tertinggi dengan nilai skor 4. Nilai skor tiap item parameter yang masih merupakan skala ordinal, selanjutnya agar dapat memenuhi syarat untuk kepentingan analisis uji statistika dilakukan proses konversi/transformasi, yaitu merubah skala ordinal menjadi skala interval.
Transformasi dilakukan untuk
setiap indikator dan peubah penelitian yang nilai pengukurannya masih berskala ordinal. Rumus umum transformasi Li (Sumardjo, 1999): (a) Transformasi indek indikator: Indek Indikator = Jumlah skor yang dicapai – jumalh skor minimal x 100% Jumlah skor maksimal – jumlah skor minimal Keterangan: selang nilai indek transformasi indicator berkisar antara 0 – 100.
(b) Transformasi indek peubah: Indek peubah = Jumlah skor yang dicapai – jumlah skor minimal x 100% Jumlah skor maksimal – jumlah skor minimal Keterangan: selang nilai indek transformasi peubah berkisar antara 0 – 100.
Analisis Data Analisis data dilakukan berdasarkan jenis data yang terkumpul dari masingmasing peubah, begitu juga dengan penggunaan uji statistik yang dilakukan. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Guna melengkapi dan memberi makna yang lebih luas terhadap data yang bersifat deskriptif dan kuantitatif tersebut juga dilakukan analisis kualitatif berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan wawancara mendalam. Analisis deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan data yang bersifat deskriptif. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan untuk uji hipotesis (hubungan antar peubah) dengan menggunakan uji statistika. Uji hubungan antar masingmasing peubah tersebut selain untuk menguji hipotesis yang diajukan juga ditujukan untuk merumuskan suatu model pemberdayaan rumahtangga petani miskin. Teknik analisis statistika yang digunakan adalah: uji beda rata-rata, analisis korelasi dan analisis regresi berganda. Secara garis besar penggunaan teknik analisis tersebut adalah sebagai berikut: (1) Teknik analisis deskriptif - kualitatif digunakan untuk: (a) menganalisis dan mendeskripsikan sebaran rumahtangga petani miskin pada sejumlah karakteristik sosiodemografi (umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, motivasi berprestasi, orientasi nilai budaya, harapan atau aspirasi, luas pemilikan dan penguasaan lahan, pendapatan rumahtangga, jumlah dan komposisi anggota rumahtangga, kepedulian pemimpin formal, kepedulian pemimpin informal, akses sumber informasi, ketersediaan sarana layanan publik lokal (sarana layanan pendidikan, sarana layanan kesehatan, sarana layanan listrik), akses terhadap kelompok atau organisasi, akses pasar, akses sumber modal, dan akses terhadap kebijakan penanggulangan kemiskinan; (b) menganalisis dan mendeskripsikan sebaran rumahtangga petani miskin
dilihat dari perilakunya dalam bekerja dan berusaha, mengelola hasil usaha untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga dan perilaku interaksi sosial; (c) menganalisis dan mendeskripsikan sebaran rumahtangga petani miskin dilihat dari tingkat pemenuhan kebutuhan rumahtangga (pangan, air bersih, perumahan, akses layanan pendidikan, akses layanan kesehatan, akses lapangan pekerjaan dan kesempatan berusaha, kebutuhan atas tanah dan kebutuhan akan rasa aman). (2) Analisis uji beda rata-rata ditujukan untuk mengetahui perbedaan karakteristik dan tingkat pemenuhan kebutuhan rumahtangga petani miskin di dua lokasi penelitian. (3) Analisis
korelasi
digunakan
untuk
menganalisis
hubungan
antara
karakteristik internal dan eksternal, hubungan antara karakteristik dengan perilaku dan pemenuhan kebutuhan rumahtangga petani miskin. (4) Teknik analisis regresi berganda digunakan untuk menganalisis besarnya pengaruh karakteristik terhadap perilaku petani miskin dalam bekerja dan berusaha, perilaku dalam mengelola hasil usaha untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga dan perilaku dalam berinteraksi sosial. Rumus model regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut: Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + … + bnXn + e Keterangan : Y = peubah tidak bebas b0 = intersep b1… bn = koefisien regresi X1…Xn = peubah bebas .e
= error (pengganggu)