METODE Metode yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis data adalah kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode survei kepada responden. Survei mengambil contoh dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok (Effendi dan Singarimbun 2008). Analisis kuantitatif menggunakan uji korelasi Rank Spearman menggunakan SPSS for Windows v.17.0 untuk menganalisis hubungan antar variabel. Sementara pendekatan kualitatif dilakukan melalui melalui wawancara kepada informan dan observasi di lapangan. Satuan unit analisis responden untuk data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah indvidu, yaitu pengunjung Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Populasi penelitian ini adalah seluruh pengunjung di Wana Wisata Curug Tujuh Cilember pada periode bulan Agustus 2011 sampai Agustus 2012, yaitu sebanyak 232.974 pengunjung.
Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Wana Wisata Curug Tujuh Cilember, Desa Jogjogan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. yang dikelola oleh Distrik I, Kesatuan Bisnis Mandiri Jasa Lingkungan dan Produk Lain (KBM JLPL), Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Penelitian dilakukan dari bulan Agustus 2012 sampai bulan Desember 2012. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Wana Wisata Curug Tujuh Cilember merupakan obyek ekowisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan. Selain itu, kemudahan akses untuk masuk ke lokasi dan peluang besar dimiliki untuk memperoleh sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk dijadikan bahan sesuai topik penelitian.
Teknik Sampling Metode yang digunakan dalam penelitian dengan pendekatan kuantitatif adalah penelitian survei. Penelitian survei mengambil contoh dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok (Effendi dan Singarimbun 2008). Pengambilan sampel responden dalam penelitian ini digunakan teknik nonprobability sampling. Teknik nonprobability sampling digunakan karena kurangnya kelengkapan data populasi objek penelitian yang tersedia, sehingga tidak dapat ditentukan kerangka sampling (sampling frame). Penggunaan teknik ini menyebabkan setiap unsur dalam populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Sugiyono 2010). Prosedur pencarian responden dilakukan dengan teknik sampling purposive, artinya sampel ditarik dengan pertimbangan tertentu. Teknik ini dilakukan dengan terlebih dahulu merumuskan kriteria-kriteria yang digunakan sebagai acuan penarikan sampel. Kriteria pengunjung yang dijadikan responden adalah sebagai berikut:
26 a. Pengunjung sedang mengunjungi Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. b. Pengunjung berusia mulai dari 15 tahun ke atas dan dianggap memiliki pendapat mandiri untuk dapat diwawancarai dan mengisi kuesioner. c. Pengunjung bersedia diwawancarai dan mengisi kuesioner yang disediakan. Penentuan kriteria tersebut ditujukan agar responden dapat benar-benar memberikan penilaian secara obyektif terhadap Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Penentuan jumlah contoh atau responden ditentukan berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus Slovin (Umar 2004), yaitu: n= N 1+Ne2 Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi e = nilai kritis (batas ketelitian) yang digunakan (persen kelonggaran penelitian karena kesalahan pengambilan contoh populasi yang masih dapat ditolerir atau diinginkan), yaitu 10%. Data dari Wana Wisata Curug Tujuh Cilember menunjukkan jumlah wisatawan pada bulan Agustus tahun 2011 sampai bulan Agustus 2012 baik wisatawan dalam negeri maupun mancanegara sebesar 232.974 pengunjung. Berdasarkan rumus Slovin, maka diperoleh jumlah responden dengan perhitungan sebagai berikut: N = 232.974 n= 232.974 = 99.9570952 ~ 100 orang 1 + 232.974 (0.1)2 Jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang didapat dari perhitungan rumus Slovin (Umar 2004), yaitu responden yang ditemui di Wana Wisata Curug Cilember dengan kriteria yang telah ditetapkan. Daftar responden penelitian dapat dilihat pada lampiran 5. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan observasi langsung dan wawancara mendalam kepada informan. Teknik wawancara mendalam juga dilakukan untuk mendapatkan data primer dan deskriptif yang dilakukan terhadap informan. Pemilihan informan dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu Bapak IP, selaku Duty Manager Wana Wisata Curug 7 Cilember (WWCC), Bapak Deni selaku marketing WWCC, Sekretaris Desa Jogjogan, bapak UF selaku ketua IRMAS Desa Jogjogan, dan pemilik kios wisata di Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Beberapa responden yang telah mengisi kuesioner juga dijadikan informan.
Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dan data primer. Data sekunder adalah data yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain, misalnya dalam bentuk tabel maupun diagram (Umar 2004). Dalam penelitian ini, data sekunder (kuantitatif dan kualitatif) diperoleh dari data pengelola wisata, seperti struktur organisasi pengelola wana wisata, jumlah pengunjung, literatur dan semua data saluran promosi yang telah diterapkan pengelola wisata. Data juga diperoleh dari
27 literatur lainnya seperti perpusatakaan Institut Pertanian Bogor, website KBM perhutani, website dinas kebudayaan dan pariwisata Jawa Barat, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, Tourism Information Center Kabupaten Bogor, artikel, maupun internet. Data sekunder ini digunakan untuk membantu dan mendukung data primer yang didapatkan. Data primer menurut Umar (2004) adalah data yang didapatkan dari sumber pertama, baik secara individu atau perseorangan melalui wawancara, kuesioner, atau pengamatan langsung di lokasi penelitian. Dalam penelitian ini, data primer kuantitatif dikumpulkan melalui wawancara terstruktur kepada 100 responden dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuesioner. Sedangkan data primer kualitatif dikumpulkan melalui wawancara kepada sejumlah informan yang diarahkan dengan panduan pertanyaan wawancara. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara kemudian “direkam” dalam suatu manuskrip catatan harian. Pengumpulan data primer kualitatif dilakukan lebih dahulu untuk mengenal lokasi Wana Wisata Curug Tujuh Cilember, pengunjung, dan masyarakat. Hal ini juga mempermudah dalam menyusun pertanyaan yang sesuai dalam kuesioner. Pengumpulan data primer kualitatif juga dilakukan saat mengumpulkan data primer kuantitatif.
Prosedur Analisis Data Data primer dan sekunder yang telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengelolaan data. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS for Windows v.17.0, dianalisis dengan metode yang sesuai dalam mengukur tingkat frekuensi penyampaian pesan, kekuatan rancangan pesan, ragam media penyampaian pesan dan efektivitas komunikasi pemasaran. Uji korelasi menggunakan metode Rank Spearman untuk melihat korelasi antara data-data yang berbentuk ordinal (Sugiyono 2010). Penyajian data dilakukan dengan tabulasi frekuensi, tabulasi silang, grafik dan diagram yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian dan ketersediaan data. Data-data kualitatif yang didapatkan saat wawancara menjadi informasi tambahan dan diintegrasikan dengan jawaban yang ada pada kuesioner untuk mendukung dan memperkuat data kuantitatif yang diperoleh. Setelah efektivitas komunikasi pemasaran berhasil dianalisis, langkah selanjutnya adalah menggunakan analisis SWOT untuk mendapatkan formulasi strategi promosi untuk dapat digunakan oleh pengelola Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Matriks IFE dan EFE David (2009) mengemukakan bahwa Matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation – IFE Matrix) merupakan alat perumusan strategi yang meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam arenaarena fungsional bisnis, dan juga menjadi landasan untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi hubungan antara area tersebut. Matriks Evaluasi faktor Eksternal (External Factor Evaluation – EFE Matrix) memungkinkan para penyusun strategi untuk meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial budaya, demografis, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan kompetitif. Data eksternal pengelola wisata dikumpulkan seperti daftar jaringan biro perjalanan wisata, hotel dan restoran, daftar instansi profit dan nonprofit yang
28 pernah bekerja sama dengan pengelola wisata, teknologi, data Desa Jogjogan, lingkungan sekitar wisata, dinas kebudayaan pariwisata Kabupaten Bogor dan Jawa Barat yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Data dan informasi aspek internal pengelola berupa kegiatan promosi yang pernah dilakukan, media promosi yang dimiliki pengelola wisata, dan Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola wisata. Tahaptahap yang dilakukan dalam membuat matriks IFE dan EFE (David 2009) adalah: 1. Daftar faktor-faktor internal dan eksternal utama yang mempunyai dampak penting untuk aspek internal dan eksternal perusahaan dibuat, kemudian menempatkannya pada kolom pertama. 2. Setiap faktor-faktor tersebut diberi bobot yang berkisar dari 0.0 (tidak penting) sampai 1.0 (sangat penting). Bobot itu mengindikasikan signifikansi relatif dari suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan, dalam hal ini pengelola Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Penentuan bobot dilakukan dengan cara mengajukan faktor-faktor strategi eksternal dan internal tersebut kepada pihak pengelola wana wisata dan ahli (dosen pembimbing) dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan (paired comparison). Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor tersebut. Untuk menentukan bobot setiap faktor digunakan skala 1, 2, 3, 4, dan 5. Skala yang digunakan untuk pengisian bobot adalah: Nilai 1 : jika faktor horizontal kurang penting daripada faktor vertikal Nilai 2 : jika faktor horizontal sedikit kurang penting daripada faktor vertikal Nilai 3 : jika faktor horizontal sama pentingnya dengan faktor vertikal Nilai 4 : jika faktor horizontal sedikit lebih penting daripada faktor vertikal Nilai 5 : jika faktor horizontal lebih penting daripada faktor vertikal Tabel 4 Penilaian bobot faktor strategi internal/eksternal pengelola wisata Faktor Strategi Eksternal/Internal A B C D ... n Total
A
B
C
D
...
n
Total ∑XA ∑XB ∑XC ∑XD ... ∑Xn ∑Xtotal
Bobot ∑XA/∑Xtotal ∑Xb/∑Xtotal ∑XC/∑Xtotal ∑XD/∑Xtotal ... ∑Xn/∑Xtotal 1.00
Sumber: David FR. (2009). Manajemen strategi konsep. Buku 1. Edisi 12. Jakarta (ID): Salemba Empat.
3. Berikan peringkat (rating) 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor pada matriks IFE untuk mengidentifikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan kelemahan utama-sangat lemah (peringkat = 1), atau kelemahan minorlemah (peringkat = 2), kekuatan minor-kuat (peringkat = 3), atau kekuatan utama-sangat kuat (peringkat = 4). Kekuatan harus mendapatkan peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus mendapatkan peringkat 1 atau 2. Sedangkan untuk matriks EFE, peluang mendapatkan nilai di mana 4 = respon sangat
29 bagus, 3 = respon di atas rata-rata, 2 = responnya rata-rata, dan 1 = responnya di bawah rata-rata. Ancaman diberi nilai 1 jika ancaman lemah, 2 jika ancaman rata-rata, 3 jika ancaman di atas rata-rata, dan 4 jika ancaman kuat. 4. Bobot setiap faktor dikalikan dengan peringkatnya untuk menentukan skor bobot untuk masing-masing variabel. 5. Skor bobot masing-masing variabel dijumlahkan untuk memperoleh skor bobot total untuk pengelola wisata. Tabel 5 Matriks faktor strategi internal Faktor-faktor Internal Utama Kekuatan 1. 2. Kelemahan 1. 2. Total
Bobot
Peringkat
Skor Bobot
1.00
Sumber: David FR. (2009). Manajemen strategi konsep. Buku 1. Edisi 12. Jakarta (ID): Salemba Empat.
Skor bobot total pada matriks EFE berkisar antara yang terendah 1.0 dan tertinggi 4.0. Skor bobot total sebesar 4.0 mengindikasikan bahwa pengelola wisata merespon sangat baik peluang dan ancaman yang ada. Skor bobot total sebesar 1.0 menandakan bahwa strategi pengelola wisata tidak mampu memanfaatkan peluang yang ada atau menghindari ancaman yang muncul. Tabel 6 Matriks faktor strategi eksternal Faktor-faktor Eksternal Utama Peluang 1. 2. Ancaman 1. 2. Total
Bobot
Peringkat
Skor Bobot
1.00
Sumber: David FR. (2009). Manajemen strategi konsep. Buku 1. Edisi 12. Jakarta (ID): Salemba Empat.
Langkah selanjutnya adalah memasukkan hasil perhitungan di atas ke dalam matriks SWOT dengan cara mengurangi poin opportunities dengan threats guna menghasilkan titik Y dan mengurangi poin strengths dengan weaknesses guna menghasilkan titik X. Kemudian titik (X,Y) dimasukkan ke dalam matriks SWOT, sehingga diperoleh posisi perusahaan dalam hal ini pengelola wisata berada di kuadran tertentu (Rangkuti 2009). Kuadran 1 : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Kawasan ekowisata tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga
30 dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus ditetapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy). Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, kawasan ekowisata ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar). Kuadran 3 : Pengelola kawasan ekowisata menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi pengelola kawasan ini adalah meminimalkan masalahmasalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Alternatif Strategi Matriks SWOT Matriks SWOT merupakan alat pencocokan yang dapat membantu pengelola wisata dalam mengembangkan empat strategi, yaitu strategi SO, strategi WO, strategi ST, dan strategi WT. langkah-langkah dalam membentuk matriks SWOT (David 2009), yaitu: 1. Membuat daftar peluang-peluang eksternal utama pengelola wisata 2. Membuat daftar ancaman-ancaman eksternal utama pengelola wisata 3. Membuat daftar kekuatan-kekuatan internal utama pengelola wisata 4. Membuat daftar kelemahan-kelemahan internal pengelola wisata 5. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catat hasilya pada sel strategi SO 6. Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan catat hasilnya pada sel strategi WO 7. Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catat hasilnya pada sel strategi ST 8. Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan catat hasilnya pada sel strategi WT. Tabel 7 Contoh matriks SWOT Faktor Internal
Faktor Eksternal Peluang Ancaman
Kekuatan
Kelemahan
Strategi SO Strategi ST
Strategi WO Strategi WT
Sumber: David FR. (2009). Manajemen strategi konsep. Buku 1. Edisi 12. Jakarta (ID): Salemba Empat.