GEMA REDAKSI
Memadukan Gerakan Rakyat melalui
Mahasiswa KKN Tematik Posdaya Para pembaca yang budiman,
K
ITA bersyukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa bahwa pada saat majalah ini sampai ke tangan pembaca bangsa Indonesia telah menyelesaikan berbagai kerja berat dalam bidang politik berupa pemilihan umum untuk Presiden dan Wakil Presiden yang pada akhir bulan depan akan dilatik secara resmi. Kepada Presiden dan Wakil Presiden terpilih kita ucapkan selamat mengemban tugas yang baru dengan doa semoga selalu mendapat petunjuk dan ridho dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Kita juga berharap bahwa keduanya akan tetap memperhatikan kebutuhan rakyat kecil dalam pembangunan, sehingga upaya pemberdayaan keluarga dan pengentasan kemiskinan, dapat dilakukan dengan kekuatan mandiri yang mendapat dukungan fasilitasi dari pemerintah, mulai dari tingkat pusat sampai ke tingkat yang paling depan di pedesaan. Kita catat dengan penuh kebanggaan bahwa selama bulan ini, berbagai perguruan tinggi mengantarkan puluhan ribu mahasiswa melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya, terjun ke desa-desa mengembangkan jumlah dan mutu Posdaya. Demikian pula kita saksikan ribuan mahasiswa itu membentuk Posdaya untuk menggantikan atau menambah jumlah Posdaya dengan cakupan yang makin luas. Kita juga kita saksikan dengan penuh kebanggaan adanya beberapa Bupati dan Walikota mengadakan Deklarasi atau pernyataan bahwa di Kabupaten atau di wilayah kotanya akan dibentuk Posdaya sampai ke pelosok desa atau kelurahan. Deklarasi itu diikuti oleh kesediaan para rektor yang makin kompak mendukung kegiatan pengisian Posdaya di desa-desa dengan dukungan pelaltihan ketrampilan yang bisa mengangkat dan memungkinkan keluarga desa yang miskin masuk dalam pasar kerja atau membuat usaha mikro. Kita juga gembira dan bangga bahwa upaya memberi dukungan kepada keluarga pra sejahtera melalui kesempatan menabung dan mengambil pinjaman kredit Tabur Puja, suatu skim Tabungan Keluarga untuk belajar menabung dan mengambil kredit lunak, dengan batas maksimum sebesar Rp 2 juta, tanpa agunan, makin dibuka oleh Bank, BPR dan Koperasi di berbagai tempat dan ternyata disambut baik oleh masyarakat luas. Para pensiunan pegawai negeri dan pegawai BUMN, yang tergabung dalam PWRI, makin
memantapkan diri dengan komitmennya membantu menjadi pengayom, dan sekaligus penggerak, upaya meningkatkan persatuan dan kesatuan, disertai kepedulian yang tinggi pada keluarga yang berasal dari tiga generasi. Para lansia, yang selama ini rata-rata telah berjuang sebagai pegawai negeri yang baik selama lebih dari 30 tahun, tidak menganggap dirinya sebagai laskar tidak berguna. Para anggota PWRI bertekat tetap ikut berjuang membela negara kesatuan yang dicintainya melalui kerja sukarela yang ikhlas di pedesaan. Tidak jarang yang memberikan fasilitasi yang luar bisasa kepada masyarakat di desanya. Karena itu kita mohon doa restu, khususnya dari para pembaca, agar pertemuan para anggota PWRI di Jakarta, yang bersamaan waktunya dengan pengiriman ribuan mahasiswa ke desa dalam rangka KKN Tematik Posdaya dari berbagai perguruan tinggi, serta menyongsong dimulainya pemerintahan baru pada akhir bulan depan, mendapat limpahan rahmat dan hidayah dari Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa juga selalu melindungi bangsa Indonesia membangun masa depan yang lebih jaya dan sejahtera. Pembangunan di Indonesia dinikmati oleh seluruh anak bangsa dan mengantarkan kita menjadi bangsa yang sejahtera, lahir dan batin. Haryono Suyono Pemimpin Umum
Puluhan ribu mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi melakukan KKN Tematik Posdaya, terjun ke desa-desa mengembangkan jumlah dan mutu Posdaya. [FOTO: DEDE H]
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
3
DAFTAR ISI
Pemimpin Umum: Prof. Dr. H. Haryono Suyono Wakil Pemimpin Umum: Dr. Subiakto Tjakrawerdaja dr. Loet Affandi, SpOG Penasehat: Sudwikatmono Bambang Trihatmodjo Pemimpin Perusahaan: Drs. TP Suparta, MBA Pemimpin Redaksi/Penanggungjawab: Drs. Dadi Parmadi, MA Redaktur Pelaksana: Dede Haeruddin Redaktur Senior/Koordinator Liputan Daerah: H Harun Nurochadi Staf Redaksi: Rahmawati Hari Setyowanto Haris Fadillah Irwan Riduan Fotografer: Tirto Andayanto, POV Kontributor Foto: Drs. Fajar Wiryono Naziruddin (Rudi) Lubis Designer: S Herman Ade Sudrajat H. M. Nizar
LAPORAN UTAMA
46
Posdaya Masjid Sukseskan MDGs, Entaskan Kemiskinan dan Makmurkan Umat Masjid selain sebagai pusat menjalankan ibadah keagamaan juga menjadi sentral pemberdayaan umat. Masjid juga berperan dalam mendorong peningkatan IPM dan menyukseskan pencapaian target MDGs. Masjid ditingkatkan dan diluaskan fungsinya sebagai pusat pemberdayaan umat.
Sekretaris Redaksi: Ari Yusnita, SE Gemari On-Line: Donni A Hanafie Abdurrahman Fadil Binnur, S. Kom Konsultan Ahli: Dr. Moch. Soedarmadi Dr. Mazwar Noerdin Dr. Sugito Suwito, MA Dr. Rohadi Haryanto, MSc Drs. Made Are Subrata Manajer Iklan dan Promosi: Dr. Mulyono D Prawiro Staf Tata Usaha dan Umum: Hendro B Setiadi, SE, Ak Irwan Febriansyah, SE Sandra Amelia, SE Produksi: Sidik Nurhidayat Sirkulasi dan Distribusi: Drs. FX Riswadi, Johari, Sulaeman. Alamat Redaksi: Jl. Pengadegan Barat No. 4 Jakarta Selatan 12770 Telp. (021) 794 3120 Fax. (021) 794 2802 E-Mail:
[email protected], http:// www.gemari.or.id. Penerbit: Yayasan Dana Sejahtera Mandiri Pelaksana Penerbitan: Yayasan Anugerah Kencana Buana Percetakan: PT. Citra Kharisma Bunda Isi di luar tanggung jawab percetakan
4
CERITA SAMPUL
49
H Mustafa Kamal Pasa, SE Posdaya Memajukan Masyarakat Mojokerto Dalam kehidupan ini teori terkadang tidak selalu jadi acuan. Namun semangat dan hati dalam diri seseorang diiringi kepasrahannya kepada Sang Pencipta tidak sedikit menjadi penentu kesuksesan. Motto inilah yang selalu dipegang Bupati Mojokerto, Jawa Timur, H Mustafa Kamal Pasa, SE dalam memimpin masyarakatnya. Sosok muda yang sederhana, bersahaja, dan tampil apa adanya ini juga selalu berprinsip kalau orang lain bisa mengapa dirinya tidak bisa. Tak pelak, berbagai program pembangunan yang diusungnya pun kerap menuai hasil positif. Lalu bagaimana dengan Program Posdaya yang dideklarasikannya? Menurutnya, Posdaya yang digagas Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono merupakan ide yang luar biasa. “Gagasan ini harus kita galakan,” ujarnya semangat.
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
LAPORAN DAERAH
62
Lomba Gempita Regional II Klaten Siapkan Gebyar Posdaya dan Perikanan PENDIDIKAN
56
Mahasiswa KKN Universitas Trilogi Dirikan Posdaya Seruni Rektor Universitas Trilogi Jakarta Prof Dr Ir Asep Saepudin, MSc menyambut baik pembentukan Posdaya yang dibentuk mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Untri di RW 04 Pondok Bambu, Jakarta Timur, yang juga diinisiator oleh pramuka. Pembentukan Posdaya yang bermarkas di PAUD Seruni ini juga mendapat sambutan positif dari Dewan Pembina Untri Prof Dr Haryono Suyono, Lurah Pondok Bambu Budhy Novian dan Ketua RW 04 Muslih yang hadir pada saat peresmian Posdaya Seruni.
POSDAYA MASYARAKAT
7
Posdaya Randu Sanga Luar Biasa Perjuangan gigih H Tabrani dan sejumlah kerabat dekatnya, menjadi pemacu warga desa untuk yakin beralih usaha dari budidaya ikan bandeng dan udang ke komunitas rumput laut yang secara ekonomis, nyaris tanpa risiko. Siapa sangka di tengah matahari siang yang begitu terik, petinggi Kabupaten Brebes dengan senang hati mengunjungi warganya yang tengah berkarya mengangkat derajat kesejahteraannya dengan mengolah rumput laut dan budidaya bandeng serta udang di Posdaya Randu Sanga menjadi kredit poin tersendiri.
Redaksi menerima artikel via Pos, Faximile atau E-mail:
[email protected] yang sesuai dengan misi Majalah Gemari. Artikel diketik 2 (dua) spasi di atas kertas folio, antara 1,5 - 3 halaman. Redaksi berhak merubah tulisan tanpa merubah isi artikel. Karya yang dimuat diberikan imbalan.
Penyuluh perikanan menjadi personal yang ahli penyuluhan dan spesialis di bidang perikanan dan mampu menjadi pendamping dan mitra kerja pelaku utama dan pelaku usaha. Upaya ini dilakukan pada Lomba Gempita (Gerakan Nasional Masyarakat Peduli Industrialisasi Kelautan dan Perikanan) Regional II dan Temu Wicara di Kawasan Mina Politan Kampung Nila, Desa Nganjat, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, pada 22 Agustus 2014.
Gema Redaksi
3
Surat Pembaca
6
Posdaya Perguruan Tinggi
15
Posdaya Pemerintah
29
Posdaya Lembaga Keuangan
43
Kolom Khusus
52
Forum Kita
60
Tasyakuran
66
www.gemari.or.id F o t o S a m p u l : Imaji Indonesia
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
5
SURAT PEMBACA Setiap surat yang dikirim harus disertai identitas diri antara lain KTP/SIM atau lainnya.
PRAMUKA PEDULI KARYA BAKTI LEBARAN
L
EBARAN atau Hari Raya Idul Fitri 1435 H baru saja dirayakan seluruh umat muslim di dunia. Namun di Indonesia ada yang menarik, setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri selalu melakukan tradisi tahunan yaitu mudik ke kampung halaman. Bahkan mudik lebaran tahun ini sangat spesial, karena bersamaan dengan usainya pelaksanaan pemilihan serta penetapan presiden dan wakil presiden Republik Indonesia periode 2014-2019. Kemerosotan persaudaraan yang terjadi selama masa kampanye, tradisi mudik lebaran dan Idul Fitri 1435 H menjadi momen berharga mengembalikan persaudaran, persatuan dan kebersamaan. Kondisi inilah yang menarik perhatian para anggota Gerakan Pramuka dengan menggelar acara Pencanangan Aksi Pramuka Peduli Karya Bakti Lebaran 1435 H pada 24 Juli 2014 lalu. Mereka pun menyerukan “Mudik Lebaran Cinta Indonesia”. Acara yang mengangkat tema “Pramuka Peduli terhadap Permasalahan Masyarakat” ini menarik perhatian berbagai kalangan. Ketua Kwarnas Dr H Adhyaksa Dault, SH, MSi, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono serta sejumlah pejabat penting dan tokoh nasional lainnya menghadiri langsung acara ini.
Pada kesempatan itu, Ketua Umum DNIKS Prof Dr Haryono Suyono mengungkapkan rasa kagum dan terkesan atas terlaksanakanya kegiatan ini. Katanya, Deklarasi Pencanangan Aksi Pramuka Peduli Karya Bakti Lebaran 1435 H yang dicetuskan bersama Kwarnas Gerakan Pramuka, RRI, Dompet Dhuafa, IRSI, DNIKS, Hipprada, Yayasan Damandiri dan Yayasan Budha Tzu Chi serta lembaga sosial lainnya ini sebagai bentuk kepedulian kami terhadap masyarakat Indonesia terutama para pemudik lebaran 2014. Kegiatan mudik lebaran tahun ini memang lain dari biasanya. Hal ini bersamaan dengan usainya pelaksanaan pemilihan dan penetapan presiden dan wakil presiden Republik Indonesia 2014-2019. Perpecahan, kemerosotan persaudaraan dan retaknya persatuan antara sesama anak bangsa selama masa kampanye terasa sangat kentara. Karena itu, kegiatan mudik lebaran dan Hari Raya Idul Fitri 1435 H menjadi momen berharga untuk mengembalikan persaudaraan, persatuan, kekeluargaan dan kebersamaan antar sesama anak bangsa. “Oleh karena itu, kami mencetuskan slogan Mudik Lebaran Cinta Indonesia untuk kegiatan mudik lebaran 2014 ini,” ucap Prof Haryono seraya berharap rakyat Indonesia
kembali bersatu dalam nuansa kekeluargaan dan persaudaraan. “Sungguh luar biasa pengabdian Pramuka Penegak dan Pandega di tengah rekan seusianya sedang sibuksibuk mempersiapkan diri menyambut hari kemenangan, yaitu Hari Raya Idul Fitri 1435,” kata Ka Kwarnas Dr H Adhyaksa Dault, SH, MSi, saat membuka acara pencanangan kegiatan yang bertajuk Karya Bakti Lebaran 2014 di Stasiun KA Gambir, Jakarta. Menurutnya, perayaan Idul Fitri yang melahirkan tradisi mudik sarat dengan makna simbolis. Apa pun akan diupayakan agar dapat pulang ke kampung untuk berlebaran, termasuk menjalani derita perjalanan mudik. Di sinilah anggota Gerakan Pramuka bisa masuk mengambil peran penting untuk meringankan derita perjalanan pemudik baik saat di terminal, stasiun, pelabuhan, dan bandara hingga dalam perjalanannya. Saya haturkan selamat dan sukses kepada Gerakan Pramuka dengan menggelar acara Pencanangan Aksi Pramuka Peduli Karya Bakti Lebaran 1435 H pada 24 Juli 2014 lalu, yang menyerukan “Mudik Lebaran Cinta Indonesia”. Semoga saja ini seperti dikatakan Prof Haryono bahwa rakyat Indonesia kembali bersatu dalam nuansa kekeluargaan dan persaudaraan. Aamiin. Ny Mulyati Ampat Angkat Candung Bukittinggi, Sumatera Barat.
Formulir Berlangganan
N a m a : ........................................................................................................ Alamat Lengkap : .............................................................................................................................................................. ............................................................ Kode Pos: ........................... Telp.: ....................................... Sebagai pelanggan tetap mulai nomor: ......... s/d. ........... Sebanyak: .............. eksemplar. Pembayaran dimuka melalui Yayasan Anugerah Kencana Buana Rekening Bank Central Asia (BCA) Irwan Febriansyah No. Rek.: 375 135 6941 Kantor Cabang Pembantu (KCP) Graha Inti Fauzi Pelanggan, (.....................…………….) 6
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
POSDAYA MASYARAKAT
Posdaya Randu Sanga Luar Biasa Perjuangan gigih H Tabrani dan sejumlah kerabat dekatnya, menjadi pemacu warga desa untuk yakin beralih usaha dari budidaya ikan bandeng dan udang ke komunitas rumput laut yang secara ekonomis, nyaris tanpa risiko.
Bupati Brebes Hj Idza Priyanti, SE, Prof Dr Haryono Suyono serta Dr Moch Soedarmadi saat mengunjungi SMK Agribisnis yang berada di wilayah pemberdayaan Posdaya Randu Sanga. [FOTO-FOTO: HARI]
S
IAPA sangka di tengah matahari siang yang begitu terik, petinggi Kabupaten Brebes dengan senang hati mengunjungi warganya yang tengah berkarya mengangkat derajat kesejahteraannya dengan mengolah rumput laut dan budidaya bandeng serta udang di Posdaya Randu Sanga menjadi kredit poin tersendiri. Kunjungan Bupati Hj Idza Priyanti, SE bersama penggagas pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) Prof Dr Haryono Suyono bersama rombongan ke Posdaya yang terletak di desa pesisir pantai, Randu Sanga Wetan, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah juga menjadi motivasi luar biasa bagi generasi muda yang tengah menuntut ilmu belajar di SMK Agribisnis. Meski baunya cukup amis, selain di kanan-kiri bahu jalan terlihat warga tengah menjemur rumput laut di atas waring hamparan sejenis plastik, tetapi juga udara yang berembus dari pantai maupun tambak-tambak air payau, justru menjadi penyemangat tersendiri bagi seorang pejabat pemerintah yang bukan saja harus piawai mengimplementasikan pembangunan tetapi juga bisa mengayomi seluruh masyarakat
tanpa terkecuali, masyarakat desa pesisir. Posdaya Randu Sanga memang sangat spesifik sebagai Posdaya di wilayah pesisir. Selain diwarnai bau amis menusuk hidung, terik matahari menyengat, namun tak menghalangi masyarakat untuk giat beraktifitas. Di sana-sini terlihat warga membalik rumput laut berwarna hijau tua agar cepat kering, sehingga bisa cepat dijual. “Saat ini, harga jual rumput laut sedang bagus-bagusnya. Satu kilogram rumput laut kering kualitas terabaik dibeli oleh pengepul di desa itu seharga Rp 7.500 hingga Rp 8.000,” kata H Tabrani yang juga dosen Fakultas Ekonomi Universitas Panca Sakti Tegal. Tabrani menyebut, musim panen adalah masa membahagiakan yang ditunggu-tunggu warga desa ini. Sebab, uang hasil panennya, sangat membantu untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Satu warga, kata Tabrani lagi, yang memiliki lahan lebih kurang satu hektare tambak saja, minimal dapat menjual rumput laut kering seberat 400kg-500 kg, sehingga mereka dapat membawa pulang uang Rp 4 juta. Lebih lanjut Tabrani menuturkan, para Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
7
Kader Posdaya Randu Sanga bersama mahasiswa KKN Universitas Pancasakti Tegal sedang menggoreng krupuk udang dan bandeng hasil produksi kader dan budidaya bandeng tambak.
Rumput laut tengah dijemur kader Posdaya Randu Sanga.
8
petani budidaya rumput laut dapat panen per tiga bulan sekali. “Turun temurun warga di sini profesinya budidaya ikan bandeng dan udang. Pada tahun 2003, datang suatu masa yang tidak diinginkan warga, harga udang jatuh. Masyarakat mengalami masa sulit, karena rugi besar, tak dapat dihindari banyak warga yang terjerat hutang kepada rentenir. Mulai 23 Agustus 2004, saya mengajak semua warga desa untuk beralih ke budidaya rumput laut. Tidak mudah, pada awalnya banyak yang mencibir, tidak percaya, tetapi saya terus berbuat sesuatu, dan hasilnya nyata, sehingga warga dengan sendirinya ikut serta,” ujarnya. H Tabrani dan sejumlah kerabat dekatnya berhasil menjadi pemacu warga desa untuk
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
yakin beralih usaha dari budidaya ikan bandeng dan udang ke komunitas rumput laut yang secara ekonomis, nyaris tanpa risiko. Tidak ada hama dan penyakit pada rumput laut. Sejak di tebar di tambak, dibiarkan begitu saja, tiga bulan berikutnya sudah bisa dipanen. Kini, H Tabrani, tidak hanya menjadi pembina Posdaya, tetapi juga menjadi pengepul rumput laut yang dapat menampung hasil panen masyarakat di desanya. “Kita kewalahan memenuhi permintaan pabrik. Dua pabrik makanan ringan di Pasar Kemis, Tangerang, Banten dan pabrik makanan ringan di Malang, Jawa Timur siap menampung berapa jumlahnya rumput laut yang kita kirim,” kata Tabrani. Berkat keberanian warga berpinadah pilihan dari budidaya ikan bandeng dan udang ke komuditas baru rumput laut, kehidupan ekonomi mereka meningkat sangat drastis. Sebab,warga yang tidak punya tambak saja, bekerja memborong mengambil rumput laut dari tambak per harinya bisa mengantongi upah Rp 200.000 hingga 250.000. “Penghasilan pekerja di sini bisa mencapai Rp 5 juta hingga Rp 6 juta per bulan. Kan tidak kalah dari penghasilan orang yang merantau ke Jakarta, sehingga masyarakat di Desa Randu Sanga Wetan dan Randu Sanga Kulon, tidak ada yang merantau ke kota. Untuk apa merantau penghasilan di kampung sendiri bisa lebih besar,” ucap H Tabrani. Warga desaRandu Sanga bersyukur mempunyai orang kaya tetapi peduli pada warganya yang miskin. Bahkan, orang kaya tersebut mengajak warga desa yang masih miskin un-
tuk sejahtera. “Perjuangan gigih Bapak H Tabrani bersama para kerabatnya telah membangkitkan kami, warga Desa Randu Sanga menjadi seperti sekarang ini menjadi pelaku usaha budidaya ikan bandeng dan udang serta rumput laut,” ujar Didik Nahroji. Kemakmuran warga di desa ini terlihat dari banyaknya rumah gedung yang megah di kanan kiri sepanjang jalan di dua desa itu. “Warga yang rumahnya megah itu juragan ikan dan juragan rumput laut,” kata Didik yang juga Ketua Kolompok Posdaya Randu Sanga Wetan Siji (Satu). Memang, Haji Tabrabi bukan tipe orang yang ingin sukses dan kaya sendiri, ia telah bekerjasama dengan Yayasan Damandiri yang dipimpin Prof Dr Haryono Suyono, menawarkan 1.000 ton bibit rumput untuk dibudidayakan di daerah lain. “Dalam berbagai kesempatan, saya tantang masyarakat untuk mau mengikuti jejak kami budidaya rumput laut,” kata Tabrani lagi. Saat ini sudah ribuan warga di Kabupaten Banyuwangi, Pacitan, Sidoarjo, Tuban, Rembang, Jepara, Semarang, Pekalongan hingga Tegal telah memanfaatkan bantuan cumacuma bibit rumput laut dari H Tabrani. Sebagai tokoh masyarakat yang juga peduli terhadap kesejahteraan warga desanya, sukses budidaya dan bisnis pengepul rumput laut tak ia nikmati sendiri. H Tabrani mempelopori berdirinya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Agribisnis, yang dibangun di wilayah Desa Randu Sanga Kulon.
“Dari keuntungan budidaya dan bisnis pengepul rumput laut ini, kami dirikan SMK Agribisnis, memenuhi permintaan masyarakat di sini. Alhamdulillah lumayan siswanya terus bertambah. Tahun pertama 20 siswa, tahun kedua 25 orang, dan tahun ini 33 siswa yang mendaftar. Rata-rata siswa dari keluarga tidak mampu,” kata Tabrani. Salah satu dari 14 guru SMK Agribisnis, Inawati mengatakan para siswa sudah berhasil mengolah rumput laut menjadi bahan makanan dan minuman, antara lain kerupuk rasa ikan bahan baku rumput laut, dodol rumput laut, urapan berbahan baku rumput laut, jelly drink, manisan, permen, dan sirup. Meski belum punya peralatan pengolahan yang modern, dan masih mengolah secara sederhana, tetapi siswa-siswi SMK ini sudah bisa mengolah rumput laut menjadi bahan makanan dan minuman yang sehat, tidak menggunakan bahan pengawet, sehingga jajanan untuk anak-anak tidak membahayakan kesehatan. HARI
H Tabrani (kanan depan) bersama kader Posdaya Randu Sanga memperlihatkan rumput laut hasil budidaya.
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
9
POSDAYA MASYARAKAT
Anggota Posdaya Alamanda
Magang pada Usaha-usaha Kecil di Lingkungannya Keberadaan Posdaya Alamanda di RW 04, Kelurahan Sirnagalih, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar, terutama ibu-ibu yang tidak punya pekerjaan. Sebagai wadah musyawarah Posdaya yang bersinergi dengan RW Siaga, PNPM, PKK dan Posyandu merupakan tempat bersilaturahmi para warga. Lebih dari itu juga mengakrabkan warga, hingga memudahkan menyelesaikan setiap masalah yang timbul di sekitar lingkungan RW 04, bahkan di RW-RW lain yang telah tersentuh gema Posdaya.
Anggota Posdaya Alamanda kerja bakti membersihkan lingkungan. [FOTO-FOTO: S HERMAN]
10
K
ULIAH Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya yang digelar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung Juli 2013 lalu, telah melahirkan beberapa Posdaya di kecamatan-kecamatan Kota Tasikmalaya. Ini merupakan angin segar bagi kegotongroyongan yang hampir layu. Masyarakat melalui sosialisasi para mahasiswa kepada ibu-ibu dan bapak-bapak melalui pengajian, akhirnya tahu dan memahami tentang Posdaya. ”Jelas henteu ngabingungkeun, (tidak membingungkan),” ucap Ketua Posdaya Alamanda Atik Rustandi SPd sumringah menirukan ucapan ibu-ibu dan bapak-bapak pengajian ini kepada S Herman, wartawan Majalah Gemari yang mewawancarai di rumahnya di Kelurahan Sirnagalih, Tasikmalaya, Jawa Barat. Atik Rusrtandi, SPd yang Guru Sekolah Dasar terpilih sebagai Ketua Posdaya Alamanda. Lelaki yang murah senyum ini sebelumnya adalah Ketua RW Siaga yang telah menunjukkan prestasinya sampai tingkat Pemerintah Kota. Karena itu baginya program Pos-
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
daya tidak jauh berbeda dengan program RW Siaga tentang pendidikan, kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Bahkan, gairah kebersamaan masyarakat dalam melaksanakan programprogram pemberdayaan yang didasari kegotongroyongan hampir secara rutin dilaksanakan, seperti kerja bakti ibu-ibu dan bapakbapak. Membersihkan lingkungan dan mempersiapkan menuju usaha untuk memanfaatkan sampah organik dan an-organik. Terobosan dalam memberdayakan masyarakat untuk mencapai sasaran yang diharapkan yaitu menyiapkan keterampilan masyarakat warga RW 04, Atik Rustandi mengaku telah merekrut anggotaanggota Posdaya Alamanda untuk magang pada perusahaan-perusahaan kecil seperti tahu bulat dan gipsun di lingkungannya, yang sebelumnya telah dilakukan pendekatan. Langkah ini merupakan modal awal yang diharapkan kelak bisa mandiri. Rencana semula untuk mendirikan koperasi terhenti karena perintisnya meninggal dunia, di sisi lain menurut Atik Rustandi, beberapa waktu lalu telah berdiri koperasi yang dibentuk sebuah LSM di mana anggotanya ada yang bergabung dengan Posdaya Alamanda dan sebaliknya, anggota Posdaya pun ada yang menjadi anggota koperasi ini. Kebun bergizi sebagai program Posdaya, menurut ketua Posdaya Alamanda yang sebelumnya sebagai ketua Desa Siaga RW 04, Kelurahan Sirnagalih ini, tidak ada kesulitan. Ibarat tanaman yang telah mulai layu, kemu-
dian mendapat pupuk dan siraman yang teratur, sehingga tumbuh subur dan berkembang. ”Warung hidup dan apotek hidup telah menghiasi halaman-halaman warga masyarakat RW 04 sejak adanya RW Siaga. Dan sekarang tanaman obatobatan itu tumbuh subur bersama sayur-sayuran bergizi yang ditanam sejak Posdaya berdiri di sini,” paparnya. Dalam pemeliharaan tanaman obatobatan dan warung hidup, ibu-ibu PKK dan Posyandu bahu membahu dengan anggota Posdaya melaksanakan program terpadu mewujudkan kebun bergizi, warung hidup dan apotik hidup yang telah dinikmati hasilnya oleh warga. Demikian juga pemeliharaan kebersihan dan kesehatan lingkungan, ibu-ibu dan bapak-bapak turun bergotong royong membersihkan halaman dan lahan-lahan kosong dari sampah yang dirasakan mengganggu baik kesehatan maupun keasrian. “Alhamdulillah dengan dibentuknya Posdaya, kelurahan juga kecamatan dan RT, RW menyambut baik program pemberdayaan masyarakat yang diselenggarakan RW 04,” ungkap Atik, kemudian, “memanfaatkan barang-barang bekas dengan pelaksanaan 3 R (Reduce, Reuse, Recycle) seperti bekas bungkus roti dan plastik-plastik bekas dibuat barang kerajinan menjadi tempat tisu, tikar dan lainnya telah dijalani. Tetapi sayang kerap tersendat karena bahan baku. Kami juga telah merencanakan Bank Sampah yang kemudian akan dikonversikan ke tabungan,” tambahnya. Dengan diawali senyum, Atik Rustandi, SPd yang telah dianugrahi dua anak dari hasil pernikahannya dengan Yeyen Damayanti, yaitu Satya Santika, MPd, asisten dosen di Universitas Siliwangi (Unsil) dan Vivi Siti Nur’afifah, masih kuliah, merasa yakin langkahnya membina ketrampilan anggotanya dengan magang pada usaha-usaha kecil. Termasuk juga menjalin hubungan dengan koperasi yang telah berdiri di lingkungannya, pemberdayaan kesejahteraan masyarakat akan dapat diwujudkan seperti di daerah-daerah
Ketua Posdaya Alamanda Atik Rustandi, SPd.
lain di Indonesia yang telah maju dan berkembang. Sosialisasi program Posdaya Alamanda dan keberadaannya di RW 04, Kelurahan Sirnagalih terus dilakukan kepada temanteman LSM dan kepada instansi-instansi pemerintah hingga terjalin hubungan kerja sama dengan organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan dengan baik. Kunjungan Kerja Walikota dan Wakil Walikota serta Kepala Dinas Kesehatan dan Kepala Dinas Sosial Kota Tasikmalaya telah menyambut keberadaan Posdaya ini dengan baik. Ditanya harapannya, Atik Rustandi tersenyum. ”Kami dan para pengurus lainnya berharap mendapat pelatihan Posdaya dari lembaga yang berwenang. Dan bagi pengurus Posdaya yang telah mendapat pelatihan sebaiknya menularkan pengetahuan dan pengalamannya kepada Pengurus Posdaya lainnya,” pungkasnya mantap. SHER/DH
Warung hidup dan apotik hidup tumbuh bersama sayur-sayuran bergizi pada kebun bergizi yang menghiasi halaman rumah.
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
11
POSDAYA MASYARAKAT
Dari Pelatihan Posdaya dan OST Angkatan ke-73
Kota Ternate Tertarik Kembangkan Posdaya Pelatihan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) dan Observation Study Tour (OST) terus mendapat perhatian berbagai kalangan dari pelosok tanah air. Pada Minggu pagi, 24 Agustus 2014 lalu giliran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kota Ternate yang langsung dipimpin Walikota Ternate Dr H Burhan Abdurahman, SH, MM, dan Tidore Kepulauan dari Provinsi Maluku Utara, yang menjadi angkatan ke-73 peserta kegiatan ini.
Ketua Yayasan Damandiri saat memberikan paparan seputar Pilosofi Posdaya di hadapan peserta OST angkata ke-73. [FOTO-FOTO: ADE S]
12
K
EGIATAN itu juga diikuti SKPD Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan, SKPD Sumedang, Jawa Barat, SKPD Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, jajaran Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Jabar, Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Jateng, Universitas Khairu Ternate, Universitas Matlaul Anwar Pandeglang, Banten, Yayasan Raudlatul Mubtadiin dan Lions Club. Acara yang digelar Haryono Suyono Center (HSC) bekerja sama dengan Yayasan Damandiri dan Siti Padmirah Silver College ini mengundang decak kagum berbagai peserta yang datang dari berbagai pelosok tanah air ini. Sebanyak 143 peserta disambut langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan istri Hj Astuti Hasinah Haryono selaku tuan rumah. Tak pelak, acara yang berlangsung di Gedung Siti Padmirah Silver College Jl Pengadegan Barat 4, Jakarta Selatan ini pun berjalan meriah, hangat dan berkesan. Pada kesempatan itu, Hj Asuti Hasinah Haryono yang mengawali acara mengucapkan
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
selamat atas kehadiran peserta gabungan dari berbagai daerah di Indonesia itu sekaligus gambaran acara yang akan berlangsung. Tak ketinggalan, Hj Astuti pun menjelaskan keadaan seputar Gedung Siti Padmirah Silver College yang bukan hanya tempat berlangsungnya acara dan juga kediamannya juga menjadi rumah percontohan kebun bergizi. Karena hampir di sekiling rumah dan bagian atasnya dipenuhi dengan berbagai macam tanaman mulai dari aneka sayuran, buah-buahan sampai budi daya ikan lele dan ikan mas. Hajjah Astuti berharap, peserta yang mengikuti acara ini apabila nanti kembali ke wilayahnya agar bisa mempraktekan hasil yang diperoleh dari pelatihan ini. “Mudah-mudahan ibu-ibu, bapak-bapak sekembalinya ke kampung halaman bisa langsung mencoba ilmu dari hasil pelatihan ini dan disebarkan ke masyarakat sekitarnya,” ujar wanita Betawi kelahiran Jakarta, 3 September 1943 ini. Sedangkan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono menegaskan tentang pentingnya untuk terus berjuang dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui Program Posdaya. “Karena di dalam Posdaya tidak boleh ada warga miskin yang menjadi penonton dalam pembangunan. Inilah yang menjadi prinsip dalam Posdaya,” ujar pria kelahiran Pacitan, Jawa Timur, 6 Mei 1938 ini di hadapan ratusan peserta pelatihan. Dijelaskannya, hal penting yang harus dikerjakan di setiap Posdaya. Pertama, membangun menyegarkan budaya gotong royong dan peduli kepada sesama anak bangsa. Kedua, setiap orang dalam Posdaya utamanya keluarga miskin harus mau berlatih. “Jadi, semua keluarga miskin harus dilatih keterampilan. Oleh karena itu, pengurus Posdaya harus
menjemput keluarga miskin untuk ikut dalam kegiatan,” tegas Prof Haryono. Selanjutnya Prof Dr Haryono Suyono yang juga Ketua Umum PWRI ini memaparkan seputar Filosofi Program Posdaya di hadapan peserta OST dan Pelatihan Posdaya angkatan ke-73 ini. Hadir pada acara ini Walikota Ternate Dr H Burhan Abdurahman, SH, MM, Asisten I Pemkot Tidore Kepulauan , mantan Kepala BKKBN Sumatera Barat Drs H Muhammad Yamin Waisale, Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi, Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin, Faozan Alfikri, SH, MKM dari Yayasan Damandiri, ratusan peserta pelatihan dan undangan lainnya. Sedangkan Walikota Ternate Dr H Burhan Abdurahman, SH, MM, mengungkapkan ketertarikannya menggali lebih jauh tentang program Posdaya yang ternyata bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Di daerah saya program-program seperti ini sebenarnya sudah jalan. Kelompok-kelompok di masyarakat melakukan gotong royong membangun rumah orang susah,” tutur pria kelahiran Ternate, Maluku, 1 Desember 1956 ini usai menyimak paparan Prof Dr Haryono Suyono tentang Filosopi Posdaya yang ternyata sejalan dengan visi misinya. Namun kelompok-kelompok itu, lanjutnya, tidak bisa berkembang dengan baik. “Satu atau dua tahun bisa jalan namun selanjutnya macet. Nah, salah satu kendalanya ternyata kurang pendampingan dari aparat setempat untuk memberi motivasi dan wawasan. Dan saya berharap melalui Posdaya ini ada semangat baru untuk memotivasi kelompok-kelompok yang sudah ada itu bisa lebih berkembang dan berkelanjutan,” ungkap ayah dua putri (Indri Dian Sukmawati – 17 tahun, dan Nurul Ainul Marliah – 15 tahun) ini buah pernikahannya dengan Nursiah Abdul Haris, SE, MS. Diakui Burhan Abdurahman, berbagai kegiatan masyarakat melalui Posdaya ini telah memberi dampak yang menggembirakan. “Saya men-
Prof Dr Haryono Suyono dan Ibu Hj Astuti Hasinah Haryono saat menerima pemimpin rombongan peserta OST dan Pelatihan Posdaya angkatan ke-73 Walikota Ternate Dr H Burhan Abdurahman, SH, MM, Asisten II (kedua dari kanan) dan Staf Pemkot Tidore Kepulauan.
dengar dari kelompok-kelompok Posdaya ini mempunyai semangat yang tinggi dan sukses mengembangkan program kebun bergizi dengan pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami berbagai tanaman sayur, kolam-kolam lele dan yang lainnya. Bahkan ada cerita, anggota Posdaya yang tidak mempunyai pekarangan, minta izin untuk menanam di pekarang rumah orang lain. Ini sungguh semangat yang luar biasa,” ungkapnya kagum. Sebenarnya, lanjut Dr Burhan, di wilayahnya sudah mengembangkan program semacam ini. “Saya di sana sudah melakukan itu, dengan program Getari atau Gerakan Tanam Rica (cabe, red). Nah, dengan semangat Posdaya ini saya akan mendorong semua keluarga di Kota Ternate untuk melakukan hal serupa. Dan saya yakin akan mendapat respon dari masyarakat. Sehinga diharapkan nantinya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Ternate,” ungkapnya seraya menambahkan ia akan mengintruksikan seluruh jajarannya yang ikut dalam pelatihan ini agar menerapkannya langsung di Kota Ternate. ADE S
Peserta OST dan Pelatihan Posdaya dari SKPD Kota Ternate bergambar bersama pengurus Yayasan Damandiri dan Siti Padmirah Silver College.
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
13
POSDAYA MASYARAKAT
Ketua RW 05 Kelurahan Pengasinan, Kec. Rawalumbu, Kota Bekasi, Bapak Slamet Subagyo beserta pengurus RW, para anggota dan pengurus Posdaya Garuda terlihat ceria saat foto bersama setelah melakukan Gerak Jalan santai, yang merupakan salah satu kegiatan warga dalam memperingati HUT Kemerdekaan RI. [FOTO-FOTO: MULYONO]
Posdaya Garuda Meriahkan HUT RI ke-69 Segenap bangsa Indonesia patut bersyukur. Keberadaan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) kini makin dirasakan manfaatnya bagi kemajuan dan kejayaan bangsa ini. Tak pelak, ungkapan syukur diiringi berbagai kegiatan pun kerap dilakukan para anggotanya dalam memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan negeri ini yang ke-69 pada 17 Agustus 2014 lalu. Seperti yang dilakukan ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok Posdaya Garuda di RW 05 Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Rawalumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat, belum lama ini. Ibu-ibu Posdaya Garuda berpartisipasi dalam menyiapkan konsumsi dalam rangka peringatan perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-69 di Perum Bumi Bekasi Baru, Kota Bekasi (foto kanan bawah).
K
ELOMPOK Posdaya Garuda antusias memeriahkan HUT RI ke-69. Aneka kegiatan pun digelar sebagai wujud kebersamaan dan gotong royong para anggotanya sekaligus ungkapan syukur atas kemerdekaan bangsa Indonesia. Lomba gerak jalan, aneka permainan dan hiburan menghiasi semaraknya acara perayaan. Penyerahan hadiah bagi pemenang pun digelar
Seorang tokoh masyarakat dan penggerak Posdaya, Bapak H A Lufti Sabrie, SKM, MPA, saat memberikan hadiah lomba gerak jalan santai di lingkungan RW 05 Kelurahan Pengasinan Kecamatan Rawalumbu, Kota Bekasi, Jabar (foto kiri bawah).
14
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
dalam acara puncak pada Sabtu malam 30 Agustus 2014 lalu. Acara ini pun mendapat dukungan para pengurus RW dan RT serta sejumlah tokoh masyarakat. Di antaranya, penggerak Posdaya H A Lufti Sabrie, SKM, MPA, mantan Pejabat Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat dan Ketua RW 05 Kelurahan Pengasinan Slamet Subagyo. ADE S
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
3956 Mahasiswa Unesa KKN Posdaya di 5 Kabupaten Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Jawa Timur, pada 9 Agustus 2014 lalu mengadakan acara pelepasan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Pos Pemberdayan Keluarga (Posdaya) di kampus Unesa. Acara yang dihadiri Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Pembantu Rektor (Purek) III Prof Dr Warsono, MS itu tercatat 3956 orang mahasiswa yang KKN disebar ke lima kabupaten.
K
ULIAH Kerja Nyata (KKN) di Unesa sifatnya wajib bagi para mahasiswa mulai angkatan 2011 dan seterusnya. Tak heran bila jumlah mahasiswa yang KKN meningkat drastis dari tahun sebelumnya. Untuk tahun 2014 ini, menurut Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unesa Prof Dr I Wayan Susila, MT, jumlah mahasiswa KKN 3956 orang yang disebar ke lokasi KKN. Lokasi KKN berada di lima kabupaten yaitu Sidoarjo, Mojokerto, Gresik, Jombang dan Kediri. “Khusus untuk kabupaten Kediri dipilih karena daerah berdampak bencana gunung Kelud sehingga para mahasiswa diharapkan dapat mendharmabaktikan dirinya pada masyarakat yang terkena bencana,” harap Prof Wayan seraya menambahkan, KKN adalah sebagai salah satu dari kegiatan pengabdian kepada mayarakat. Tema KKN 2014 Unesa adalah KKN Tematik Posdaya, lanjutnya, merupakan share program bekerja sama dengan Yayasan Damandiri Jakarta serta BKKBN Provinsi Jatim. “Ada lima pilar yang akan dijangkau dalam kegiatan KKN, yaitu pendididkan, ekonomi, kesehatan, limgkungan, agama dan budaya. Kelima pilar ini sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam sasaran MDGs tahun 2015 terutama dalam pengentasan kemiskinan,” urai Prof Wayan. “Untuk itu kami sampaikan terima kasih kepada Yayasan Damandiri dan BKKBN yang telah berkenan bekerja sama dengan Unesa. Semoga kerja sama ini dapat lebih ditingkatkan pada tahun yang akan datang,” harapnya di hadapan ribuan mahasiswa yang ber-KKN Posdaya. Guru masyarakat Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dalam kesempatan itu mengatakan, lebih 4000 mahasiswa pada umumnya siap akan menjadi sarjana Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini akan terjun ke lapangan,
akan menguji dirinya sendiri. “Apakah mampu menjadi guru bangsa? Apakah mampu menjadi guru masyarakat? Apakah mampu didengarkan oleh masyarakat? Marilah kita sambut dengan tepuk tangan yang meriah,” ucapnya yang disambut tepuk tangan meriah para mahasiswa, dosen pembimbing, rektor dan seluruh civitas akademika Unesa. “Bapak rektor, para dekan, para dosen dan
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Purek III Unesa Prof Dr Warsono, MS saat melepas 3956 mahasiswa KKN Tematik Posdaya. [FOTO-FOTO: DEDE H]
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
15
Purek III Unesa Prof Dr Warsono, MS memimpin upacara pelepasan mahasiswa KKN Tematik Posdaya di kampus Unesa.
Ribuan mahasiswa Unesa siap melaksanakan KKN Tematik Posdaya di sejumlah tempat di Jatim.
16
seluruh civitas akademika Unesa telah memberikan kepercayaan kepada saudarasaudara. Tadi disampaikan oleh pimpinan LPPM Unesa, bahwa saudara-saudara akan di tempatkan di desa, sebagai mahasisawa yang mulai berdiri sendiri, dari jarak jauh saudara dikawal oleh para dosen pembimbing. Tapi pada akhirnya saudara-saudara akan
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
berhadapan dengan masyarakat luas,” papar Prof Haryono. “Kalau di tempat kuliah saudara-saudara diberikan kurikulum, saudara diberikan mata kuliah, dan saudara diuji oleh para dosen berdasarkan mata kuliah yang diberikan. Di masyarakat nanti, untuk pertama kalinya saudara akan dianggap sebagai calon sarjana yang bermutu. Tetapi tidak ada kurikulumnya, tidak ada mata kuliah yang saudara berikan karena saudara mendadak datang tidak memberikan kuliah. Bahkan saudara akan diuji oleh para mahasiswa yang terdiri dari keluarga-keluarga yang ada di pedesaan,” tambahnya Di hadapan ribuan mahasiswa yang ber-KKN Posdaya itu Prof Haryono menandaskan, semua akan diuji apakah saudara bisa berdiri di hadapan mereka dengan penuh kepercayaan diri? Saudara akan diuji apakah saudara bersahabat dengan teman-temannya? apakah saudara membawa aspirasi dan nama baik dari Unesa? Apakah saudara tidak memalukan para dosen Unesa? “Betuuul?” tanya Prof Haryono. “Siaaap?” tanyanya lagi. “Siaaap,” jawab para mahasiswa Unesa. “Saudara-saudara harus ingat bahwa dengan pakaian kebesaran yang saudara pakai pada pagi hari ini, saudara membawakan tidak saja nama baik dari para dosennya, tetapi saudara akan membawa nama baik dari Unesa. Ia akan bertanya, rakyat akan bertanya, apa ini mahasiwa Unesa? Saudara harus menjawab: ‘Ya, ini mahasiwa Unesa, siap untuk mengabdi ke-
pada rakyat’,” tandas Prof Haryono. “Siap?” tanya Prof Haryono. “Siaaap,” jawab para mahasiswa. “Siaap?” tanya Prof Haryono lagi tegas. “Siaaap,” jawab para mahasiswa serempak. “Are you ready?” tanya Prof Haryono “Ready,” jawab mahasiswa tak kalah seru. Meskipun panas pagi semakin menyengat, para mahasiswa berdiri berbaris dengan tegap mendengarkan pidato Prof Haryono. “Saudara-saudara, Pak Wayan profesor kita yang terhormat tadi menyampaikan bahwa saudara-saudara akan mengajak masyarakat di desa untuk membentuk Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Posdaya akan berisi lima fungsi keluarga. Saudarasaudara akan mengajak masyarakat dalam satu bulan mendatang untuk mengerti dan melaksanakan,” ucap Menko Kesra dan Taskin di era Presiden BJ Habibie ini. Yang pertama, kata Prof Haryono, keimanan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Penguasaan kepada budaya bangsa. Mereka sangat cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa, mereka akan cinta kepada budaya bangsa, mereka akan melihat bukan lima sila yang dihafalkan akan tetapi menjadi kebanggaan, akan menjadi perekat kehidupan bangsa, terutama kehidupan rakyat di desa. “Setuju?” tanya Prof Haryono. “Setuju,” jawab para mahasiswa. “Are you ready? tanya Prof Haryono lagi. “Ready,” jawab para mahasiswa. Yang kedua, URAI Prof Haryono, “Saudara-saudara akan melihat bahwa di desa tidak boleh ada yang anaknya sakit, atau ada keluarga yang sakit. Oleh karena itu saudara harus belajar dan memberikan ilmu-ilmu kepada mereka dan mempertahankan diri agar tetap sehat wal afiat. Siap?” “Siaap,” jawab para mahasiswa. “Are you ready? tanya Prof Haryono lagi. “Ready,” jawab para mahasiswa. Nomor ketiga, tambah Prof Haryono, “Saudara sebagai calon pendiri bangsa harus melihat tidak ada satu pun anak sekolah yang tidak sekolah. Bukan melihat sekolahnya,
tetapi melihat apakah ada anak keluarga miskin tidak sekolah. Kalau perlu saudara sebagai mahasiswa membopomg anak itu ke sekolah. Mengajak orangtuanya membawa anak itu ke sekolah. Meyakinkan gurugurunya agar gurunya mau mendidik anak yang belum sekolah itu. Siap?” “Siaap,” jawab para mahasiswa. “Are you ready? tanya Prof Haryono lagi. “Ready,” jawab para mahasiswa. “Saudara harus melihat bahwa tidak boleh ada keluarga yang tidak bekerja. Tidak boleh ada keluarga yang tidak punya usaha. Agar supaya keluarganya bertambah sejahtera saudara harus melatih ketrampilan, saudara harus melatih kepandaian. Agar saudarasaudara dapat melatih keluarga-keluarga di desa dapat bekerja, dapat memanfaatkan kesempatan yang ada di desa. Are you ready?” “Ready,” jawab para mahasiswa. Yang terakhir, kata Prof Haryono, “Saudara harus melihat bahwa keluarga di desa hidup dalam suasana damai, dalam lingkungan yang hijau, halaman rumahnya berubah menjadi kebun bergizi. Halaman rumahnya menjadi tempat menuai ikan, menuai ayam ternak dan sebagainya. Sehingga keluarga-keluarga itu hidupnya sehat, bergizi dan sejahtera. Setuju?” “Setuju,” jawab mahasiswa Unesa ini serempak. “Itulah tugas saudara-saudara. Rektor sudah memberikan kepercayaan kepada saudara-saudara, Selamat berjuang. Are you ready?” tanya Prof Haryono. “Ready,” para mahasiwa Unesa kembali menjawab tegas. DH
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat memberi pembekalan kepada ribuan mahasiswa Unesa pada acara pelepasan KKN Tematik Posdaya.
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
17
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
KKN Kebangsaan Universitas Tanjungpura Pontianak
Pengembangan Posdaya di Daerah Perbatasan Bagi masyarakat dan pemerintah, KKN bermanfaat sebagai sarana yang efektif dalam sosialisasi dan pelaksanaan berbagai progam pembangunan. Sementara bagi perguruan tinggi, KKN dapat menjadi sarana untuk memperoleh feed back serta untuk menjalin kerja sama dengan instansi pemerintah dan masyarakat setempat. Hal inilah yang menjadi pemikiran dilaksanakannya kegiatan KKN Kebangsaan yang dilaksanakan oleh Universitas Tanjungpura, Provinsi Kalimantan Barat, sebagai tuan rumah yang diikuti oleh peserta mahasiswa dari 35 Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta se-Indonesia.
Ketua Yayasan Damandiri memberikan pembekalan dihadapan peserta KKN Kebangsaan 2014 di Aula Brajamusti Batalyon Komando 465 Paskhas TNI AU Lanud Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
18
L
EMBAGA Pengabdian Kepada Masyarakat (LPKM) Universitas Tanjungpura dalam kesempatan KKN Kebangsaan tersebut melaksanakan pembekalan kepada 545 peserta dengan menghadirkan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono. Acara tersebut berlangsung di Aula Brajamusti Batalyon Komando 465 Paskhas TNI AU Lanud Supadio, Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat pada 8 Agustus 2014. Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengatakan, KKN Kebangsaan adalah bagaimana membangun kebangsaan dari garis depan, garis pinggir dan garis perbatasan. “Saya dulu juga mahasiswa seperti saudara. Saya mahasiswa dari akademi ilmu statistik. Lulus dengan bachelor statistic dalam waktu tiga tahun. Saya ingin memberi semangat kepada saudara-saudara,” ucapnya. Mantan Menko Kesra dan Taskin era Presiden BJ Habibie ini juga mengungkapkan, para mahasiswa peserta KKN nantinya akan masuk ke daerah perbatasan. “Carilah keluarga-keluarga perbatasan untuk nantinya
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
menjadi pemimpin bangsa, untuk nantinya dengan penuh kebanggaan menyatakan bahwa saya adalah bangsa Indonesia.” Lebih lanjut Prof Haryono Suyono menjelaskan, oleh karena saudara akan ditugasi ke daerah perbatasan, saudara mungkin akan menemukan keluarga-keluarga yang dianggap seperti ulat bulu. “Saya ingin memberikan kepada saudara-saudara lima bekal sebelum saudara-saudara masuk dan menghadapi ulat bulu di daerah perbatasan. Bekal yang pertama, saudara-saudara harus percaya diri. Percaya bahwa saudara adalah mahasiswa dari satu perguruan tinggi yang ilmunya tidak ada tandingannya. Saudara menyimpan ilmu sekitar 5, 6, 7 atau 8 semester. Kalau saudara lulus dari daerah perbatasan saudara akan menjadi sarjana dan dengan kebanggaan. Are you ready...?” ucap Prof Haryono Suyono dan langsung dijawab dengan tegas oleh mahasiswa, “Yes Sir...!” Itu sarjana yang lengkap, lanjut Prof Haryono, mempunyai kepercayaan diri yang luar biasa. Karena saudara telah dilatih ilmu
pengetahuan selama delapan semester, saudara telah dilatih mental dan kini saudara diterjunkan ke daerah perbatasan menghadapi ulat bulu-ulat bulu yang sangat banyak jumlahnya. Ulat bulu ini seakanakan sebagai simbolis. Ada orang yang tidak senang terhadap negara Republik Indonesia, ada orang yang tidak senang kepada menterinya, ada yang tidak senang kepada bupatinya dan sebagainya. Yang kedua, tambahnya, saudara-saudara datang dari berbagai perguruan tinggi, oleh karena itu saudara harus percaya kepada temannya, karena biarpun datang dari berbagai perguruan tinggi saudara-saudara adalah sesama saudara, sesama bangsa Indonesia. Kepercayaan harus penuh karena saudara bekerja di dalam kelompok. Saudara bukan superman, saudara bukan super woman, tetapi saudara adalah super tim yang bekerja secara gotong royong, tolong menolong dan peduli terhadap sesamanya. Yang ketiga, saudara harus percaya kepada institusi. Dari mana saudara berasal, ada yang berasal dari universitas di Jawa, ada yang berasal dari universitas di Sumatera, ada di Kalimantan. Saudara membawa nama baik universitas. Ada yang jaket hijau, ada yang jaket kuning, ada yang jaket biru, itu cuma warna, tetapi saudara tetap satu Indonesia. Yang keempat, saudara jangan sekali-kali merasa bahwa saudara superman, bahwa saudara bisa semua, tetapi saudara menaruh kepercayaan kepada masyarakat yang saudara datangi. Jangan dianggap sebagai masyarakat yang bodoh, karena sebenarnya mereka tidak bodoh. Jangan dianggap sebagai masyarakat yang malas karena mereka tidak malas, hanya mereka belum diketemukan, mereka belum digosok seakan mereka seperti batu, tapi nanti setelah saudara asah akan berubah menjadi berlian yang berkilau indah dan menarik. Saudara nanti harus memberi kepercayaan kepada masyarakat. Yang kelima, saudara
Ketua Yayasan Damandiri menyematkan topi Posdaya kepada perwakilan peserta KKN Kebangsaan 2014.
harus laku jual, percaya kepada pasar. Nanti akan kelihatan indah sekali kalau saudara berhasil bahwa saudara akan meninggalkan daerah perbatasan dengan iringan lambaian tangan. Beberapa akan menitikkan air mata, beberapa akan merangkul saudara-saudara seakan-akan anaknya yang akan kembali keharibaannya nun jauh di sana. Itu artinya saudara laku jual. Tetapi kalau saudara pamitan tidak ada yang mengantar penduduk kampung daerah perbatasan, tidak ada yang merasa kehilangan, itu namanya saudara tidak laku jual, saudara gagal. Dalam paparannya pria kelahiran Pacitan, 6 Mei 1938 ini juga menjelaskan, “Selama satu bulan atau mungkin lebih saudara di daerah perbatasan saudara akan menemukan orangorang yang dianggap sebagai ulat bulu. Tugas saudara-saudara sekalian adalah merubah keluarga dan masyarakat yang oleh masyarakat luas dianggap sebagai manusia dan keluarga dari daerah perbatasan, dari daerah terpencil ini diubah anggapan ulat bulu itu menjadi kupu-kupu.” SUL/DH
Komandan Batalyon 465 Paskhas TNI AU Lanud Supadio bersama Pimpinan Yayasan Damandiri dan Universitas Tanjungpura berkomitmen membangun pemberdayaan keluarga di daerah perbatasan.
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
19
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
KKN Kebangsaan Universitas Tanjungpura, Kalimantan Barat
Wujudkan Misi 2 M Mengapit 3 W Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono juga menyampaikan, kupu-kupu adalah makhluk yang indah. Kupu-kupu biarpun kecil warnanya luar biasa. Oleh karena itu para peserta KKN ditugasi selama satu bulan mengisi kepompong-kepompong yang sebenarnya adalah keluarga Indonesia di daerah perbatasan. Kegiatan KKN Kebangsaan yang dilaksanakan oleh Universitas Tanjungpura, Provinsi Kalimantan Barat, sebagai tuan rumah yang diikuti oleh peserta mahasiswa dari 35 Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta se-Indonesia. “Ini saya ringkaskan menjadi 2 M yang mengapit 3 W,” katanya.
Perwakilan peserta KKN Kebangsaan 2014 berfoto bersama dengan Pimpinan Yayasan Damandiri dan Pimpinan Universitas Tanjungpura. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
20
S
ECARA singkat dan gamblang Ketua Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial ini menguraikan, “M yang pertama, saya namakan Maton. Maton beragama, maton berbudaya. Jadi kita ajarkan, kita tunjukkan, kita praktekkan pada masyarakat di daerah perbatasan itu adalah masyarakat yang maton. Kepompong yang berubah dari ulat bulu diisi dengan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Saudara isi dengan pelajaran-pelajaran keagamaan, saudara isi dengan kuliah-kuliah, ajakan-ajakan untuk mendalami budaya Indonesia, budaya Pancasila, bukan pidato menghapalkan Pancasila.” Tetapi dengan langkah nyata bahwa saudara bersama-sama dengan masyarakat, bersama-sama dengan teman mahasiswa menyatakan bahwa keluarga di daerah perbatasan adalah keluarga yang gotong royong, keluarga yang iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Keluarga yang menerjemahkan
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
pelajaran agama dalam praktek, cinta kasih kepada sesamanya. “Kita ajarkan delapan fungsi keluarga,” ucapnya seraya mengurai, fungsi yang pertama adalah fungsi keagamaan, fungsi yang kedua adalah fungsi budaya, fungsi yang ketiga adalah cinta kasih, fungsi yang keempat fungsi saling melindungi, yang kelima fungsi kesehatan dan KB, yang keenam fungsi pendidikan, yang ketujuh fungsi kewirausahaan dan yang kedelapan fungsi lingkungan. W yang pertama yaitu Waras. Ajaklah keluarga di desa untuk berbudaya hidup sehat mulai dari rumahnya. Anjurkan keluarga di desa rumahnya berjendela dan berlantai keras bukan tanah dan bukan itu saja, begitu melihat halamannya, halamannya penuh dengan kebun sayuran, kebun cabe, kebun bayam. Jadi kesehatan itu bukan harus pergi ke dokter, bukan harus pergi ke bidan tetapi hidupnya ditata begitu rupa sehingga dia waras. W kedua yaitu Wasis, artinya pintar. Semua
anak dari keluarga di perbatasan harus didorong untuk bersekolah, harus di dorong mulai usia di bawah lima tahun masuk PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Kalau belum ada semasa KKN dirikanlah PAUD di desa-desa daerah perbatasan. Ajak anak-anak SMA, anak-anak mahasiswa yang ada di daerah perbatasan untuk menjadi guru PAUD. Karena kalau anak-anak balita masuk PAUD maka ibunya bisa berlatih keterampilan dan bisa membangun ekonomi daerah perbatasan. W ketiga adalah Wareg. Wareg itu kenyang, untuk kenyang harus bekerja, untuk kenyang harus punya waralaba, untuk kenyang harus punya usaha. Oleh karena itu para mahasiswa saya anjurkan dalam setiap anggota keluarga yang ada di wilayah daerah perbatasan menguasai kepintaran-kepintaran tertentu, keterampilanketerampilan tertentu sehingga bisa bekerja, sehingga bisa membuka wirausaha dari apa saja. Seakan-akan ubahlah sampah menjadi berkah. Ubahlah apa yang tidak berharga jadi berharga. Jangan sekedar ambil singkong tetapi singkong satu hari rusak, busuk. Singkong dijadikan keripik bisa umur seminggu, bisa umur sebulan dan seterusnya. M yang kedua yaitu Mapan, lingkungannya sejuk, lingkungannya memberikan kesempatan kepada keluarga itu untuk berkembang. Oleh karena itu bikinlah lingkungan daerah perbatasan begitu menariknya sehingga program-program apapun yang masuk daerah perbatasan bisa berlangsung dengan baik. Dalam acara pembekalan KKN Kebangsaan yang mengangkat tema Pemberdayaan Masyarakat Perbatasan untuk Menumbuhkan Semangat Persatuan dan Kesatuan dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Mahasiswa peserta KKN Kebangsaan 2014 sangat senang dapat bertatap muka dan bersalaman dengan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono.
pesan Prof Haryono Suyono, “Kalau bisa kelompok-kelompok keluarga yang ada desa itu bentuklah dalam kelompok-kelompok desa yang dinamakan Pos-pos pemberdayaan keluarga atau Posdaya. Kelompok-kelompok desa itu membentuk Posdaya-Posdaya sebagai wadah yang dalam kepompong itu dinamakan bungkus kepompong,” harapnya. Tujuan pelaksanaan KKN Kegiatan KKN Kebangsaan yang dilaksanakan oleh Universitas Tanjungpura, Provinsi Kalimantan Barat, sebagai tuan rumah diikuti oleh peserta mahasiswa dari 35 Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta se-Indonesia. Pada kesempatan itu, Ketua Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPKM) Universitas
Para mahasiswa peserta KKN Kebangsaan 2014 antusias mendengarkan orasi yang disampaikan Prof Dr Haryono Suyono.
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
21
Peserta KKN Kebangsaan 2014 menegaskan kesiapannya dalam membangun Posdaya di daerah perbatasan.
22
Tanjungpura Prof Dr Ir Hidayat, MP menjelaskan tujuan dan manfaat dari pelaksanaan kegiatan ini menjadi meningkat, yaitu di samping membentuk dan meningkatkan jiwa pengabdian dalam diri mahasiswa, KKN bersama ini dapat menciptakan dan mempererat persaudaraan antar mahasiswa yang pada akhirnya akan meningkatkan persatuan nasional. Tujuan pelaksanaan KKN, secara umum
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
adalah untuk membentuk dan meningkatkan jiwa pengabdian dalam diri mahasiswa serta melatih mahasiswa dalam menghadapi, menghayati, dan mencoba memecahkan permasalahan dan kebutuhan masyarakat. Tujuan ini sangat baik, karena akan mengantarkan mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa menjadi pribadi yang memiliki empati dan kepedulian terhadap permasalahan dan kepentingan masyarakat. Prof Dr Ir Hidayat, MP juga mengungkapkan, ”KKN Kebangsaan ini diikuti 35 perguruan tinggi negeri dan swasta se Indonesia. Ada perguruan tinggi di bawah Depdikbud dan di bawah Departemen Agama. Pembekalan KKN Kebangsaan ini dilaksanakan mulai tanggal 6 - 10 Agustus 2014. Peserta akan dilepas pada 10 Agustus 2014 di tiga kabupaten perbatasan. Di Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang dan Kabupaten Sanggau. Mereka selama satu bulan di sana sampai 14 September 2014.” Menurutnya, kegiatan-kegiatan peserta KKN Kebangsaan didukung oleh pemda termasuk SKPD setempat. Ada 545 orang peserta dengan jumlah DPL 10 orang. Karena ini perbatasan, ada semangat generasi muda untuk menghadapi milenium ketiga dan sebagainya termasuk Indonesia Emas tahun 2045 mereka diharapkan bisa membuka cakrawala berpikir mereka, apa yang akan dibangun di wilayah perbatasan itu. KKN Kebangsaan yang dikoordinir oleh Universitas Tanjungpura juga bekerja sama dengan Yayasan Damandiri dengan program pembentukan Posdaya di wilayah perbatasan. Hadir pada acara tersebut Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Konsultan Pelatihan Yayasan Damandiri Faozan Al Fikri, SH, MKM, Ketua Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPKM) Universitas Tanjungpura Prof Dr Ir Hidayat, MP, Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN Dr Wendy Hartanto, MA. SUL/DH
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Uniku Kembali Gelar KKN Tematik Posdaya
KKN Posdaya Tingkatkan Derajat Kesehatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) kini menjadi agenda rutin berbagai perguruan tinggi di tanah air. Pelaksanaannya pun kian menuai pujian dan sambutan positif dari berbagai kalangan. Tak pelak, setiap kegiatan itu digelar kerap disambut antusias baik kalangan civitas akademika maupun masyarakat luas yang menjadi lokasi KKN Tematik Posdaya. Hasilnya, mampu memberi sumbangan berharga dalam upaya mengentaskan kemiskinan sekaligus meningkatkan derajat kesehatan, kesejahteraan dan kemandirian masyarakat.
K
KN Tematik Posdaya memang kerap disambut antusias berbagai kalangan. Pelaksanaannya pun dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan baik kualitas maupun kuantitas mahasiswanya. Tak pelak, kegiatan ini selalu ditunggu kalangan civitas akademika maupun masyarakat luas yang menjadi lokasi KKN Tematik Posdaya. Seperti yang dirasakan ratusan mahasiswa Universitas Kuningan (Uniku), Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, saat menggelar KKN Tematik Posdaya untuk yang ketiga kalinya ini pada Senin pagi 4 Agustus 2014 lalu. Acara yang terselenggara atas kerja sama Uniku, Yayasan Damandiri dan Pemerintah Daerah (Pemda) Kuningan, Jabar, ini mendapat sambutan meriah dari ratusan mahasiswa peserta KKN Posdaya dan seluruh civitas akademika. Tercatat sebanyak 807 mahasiswa Uniku semangat mengikuti acara pelepasan KKN Tematik Posdaya yang digelar mulai 4 Agustus 2014 hingga 6 September 2014. Tak heran, bila acara yang berlangsung di Kampus I Uniku Jl Cut Nyak Dhien No 36 A Kuningan, Jabar, ini sangat meriah dan berkesan. Pelaksanaan KKN Posdaya yang meng-
angkat tema “Mengangkat Kemiskinan melalui Peningkatan Derajat Kesehatan Keluarga dengan Kegiatan Pembentukan Bank Darah” ini antusias dikuti para mahasiswa Uniku. Mereka terdiri dari 378 mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FIKP), 219 mahasiswa Fakultas Ekonomi (FE), 187 mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer (FKOM) dan 23 mahasiswa Fakultas Kehutanan (FHUT). Para mahasiswa akan disebar di empat kecamatan di Kabupaten Kuningan, yaitu Kecamatan Hantara, Ciniru, Kadugede dan Kecamatan Nusaherang. Ratusan mahasiswa KKN akan mendapat bimbingan dari 37 Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), yang akan disebar di 37 desa. Dari pelaksanaan KKN Tematik Posdaya kali ini mentargetkan minimal akan terbentuk 37 Posdaya baru. Sehingga total Posdaya yang mampu dibentuk para mahasiswa KKN sebanyak 89 Posdaya setelah pelaksanaan KKN Tematik Posdaya tahun 2013 lalu berhasil membentuk 52 Posdaya.
Ratusan mahasiswa Uniku bersemangat menyimak paparan Rektor Uniku Dr Iskandar, MM, saat acara pelepasan mahasiswa KKN Posdaya. [FOTO: DOK UNIKU]
Rektor lepas mahasiswa KKN Ratusan mahasiswa Uniku yang akan Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
23
Rektor Uniku Dr Iskandar, MM, saat memberikan sambutan di acara pelepasan mahasiswa KKN Tematik Posdaya.
Sekretaris LPPM yang juga Ketua Pelaksana KKN Tematik Posdaya Uniku HM Sudirman, SH, MSi (kedua dari kanan) bersama staf menunjukkan plang nama Posdsaya yang siap dipasang ditempat plaksanaan KKN. [FOTO: ADE S]
24
melaksanakan KKN Tematik Posdaya Uniku dilepas secara resmi oleh Rektor Uniku Dr Iskandar, MM di lapangan kampus I Uniku. Ratusan mahasiswa KKN bersama seluruh jajaran civitas akademika Uniku antusias menghadiri acara ini. Tak ketinggalan para camat yang menjadi lokasi pelaksanaan KKN pun turut mengikuti acara pelepasan ini. Pada kesempatan itu, Rektor Uniku Dr Iskandar, MM mengungkapkan dukungannya pada pelaksanaan KKN Tematik Posdaya. “Saya sangat mendukung KKN Tematik Posdaya yang digagas Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono sebagai salah satu bentuk keterpaduan kegiatan Tri Dharma perguruan tinggi dalam mendukung pengembangan SDM, pemberdayaan keluarga dan pencapaian tujuan pembangunan milenium. Hal itu perlu digalakan oleh perguruan tinggi dan pemerintah daerah,” tegas Iskandar. Ia berharap, pelaksanaan KKN Tematik Posdaya agar selalu mendahulukan prinsip-prin-
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
sip keberpihakan kepada golongan keluarga kurang mampu serta adanya partisipasi keswadayaan dan keterpaduan pengelolaan maupun pemanfaatan hasil oleh keluarga. “Untuk mencapai hasil yang optimal saya mengharapkan pilihlah kegiatan yang ditentukan secara musyawarah, tentu mengarah kepada tema dari KKN ini,” ujar Rektor Dr Iskandar, MM di hadapan ratusan mahasiswa KKN dan para DPL. “Saya minta untuk mahasiswa Uniku harus memiliki paradigma idealisme. KKN jangan hanya dijadikan kewajiban formal untuk memenuhi SKS. Tapi mahasiswa harus memiliki paradigma baru yaitu memberi sesuatu yang dipunyai kepada masyarakat,” imbuhnya. Kegiatan KKN ini, lanjut Dr Iskandar, MM, bukan hanya dari Uniku saja. Melainkan dari mahasiswa dan kampus lain pun sudah sering melaksanakan KKN di masyarakat. “Jangan sampai kami dengar ada celetukan negatif dari masyarakat tentang kegiatan KKN dari mahasiswa Uniku. Tapi harus mendapatkan penilaian positif dari masyarakat,” pintanya yang langsung disanggupi ratusan mahasiswa KKN. Terbentuk Posdaya di seluruh Kuningan Sebelumnya, Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) yang juga Ketua Pelaksana KKN Tematik Posdaya Uniku HM Sudirman, SH, MSi, menjelaskan, peserta KKN Posdaya tahun 2014 digelar mulai 4 Agustus 2014 hingnga 6 September 2014. Mereka disebar di empat kecamatan di Kabupaten Kuningan, yaitu Kecamatan Hantara, Ciniru, Kadugede dan Nusaherang. Dari keempat kecamatan ini mahasiswa Uniku peserta KKN Posdaya akan disebar di 37 desa. “Target dari KKN Posdaya ini minimal bisa membentuk 37 Posdaya baru. Untuk mendukung itu, plang nama Posdaya sudah kami siapkan. Jadi begitu terbentuk dan diresmikan langsung dipasang plang nama Posdayanya,” tutur HM Sudirman, SH, MSi kepada Ade Sudrajat, wartawan Majalah Gemari saat diwawancarai di ruang LPPM Kampus I Uniku Jl Cut Nyak Dhien No 36 A Kuningan, Jabar, pada Sabtu siang 2 Agustus 2014 lalu. “Alhamdulillah, pelaksanaan KKN tahun lalu berhasil membentuk 52 Posdaya. Sehingga kita, nanti di bulan September 2014 sudah mempunyai 89 Posdaya. Kita akan terus membentuk Posdaya hingga bisa merata ke seluruh wilayah Kabupaten Kuningan yang memiliki 376 desa,” ujarnya seraya menyampaikan te-
Haryono Show Sebuah acara khas yang mengupas, mengulas dan mengkritisi berbagai persoalan, mulai dari masalah sosial, kesehatan, UKM, kependudukan, pendidikan, bersama Prof Dr H Haryono Suyono, dipandu Riri Wijaya Lewat kemasan yang sangat dialogis Anda dan Keluarga Indonesia dapat mengetahui pemikiran-pemikiran kreatif dan inovatif dari
Prof Dr H Haryono Suyono. Simak acaranya
Setiap Rabu Jam 08.00 – 09.00 WIB. Hanya di rima kasih kepada pengurus Yayasan Damandiri yang selalu mendukung setiap pelaksanaan KKN di Uniku. “Diharapkan mahasiswa KKN dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bidang ilmunya dengan ikut berpartisipasi dalam program pembangunan di tingkat desa bersama masyarakat,” ujarnya. KKN diminta masyarakat Menurut HM Sudirman, SH, MSi, para mahasiswa KKN kali ini selain meneruskan kegiatan KKN Posdaya tahun lalu yaitu pembentukan Posdaya juga difokuskan pada upaya pengentasan kemiskinan melalui peningkatan derajat kesehatan keluarga dengan kegiatan pembentukan bank darah. “Jadi, kita ingin meningkatkan kesehatan keluarga. Lalu kenapa diperlukan bank darah, karena di Kuningan ini angka kematian ibu melahirkan sangat tinggi. Kondisi itulah yang menjadi perhatian kami pada pelaksanaan KKN kali ini,” ucap ayah tiga anak (Lia Erliani, MSi, Indra Andriyana, SH dan Andri Indrayana, SSos) ini buah pernikahannya dengan Hj Rostiati, SPd. Dijelaskannya, kegiatan KKN Tematik Posdaya ini telah mampu memotivasi mahasiswa untuk lebih fokus dalam membantu masyarakat meningkatkan ekonominya. “Pelaksanaan KKN Tematik Posdaya tahun lalu yang difokuskan pada pemberdayaan ekonomi keluarga melalui pemanfaatan lahan pekarangan mendapat respon yang luar biasa dari masyarakat. Mereka sangat merasakan manfaatnya,” ungkap Sudirman seraya mengungkapkan kekaguman masyarakat terhadap kegiatan KKN Posdaya.
“Kenapa KKN mahasiswa ini tidak dari dulu. Dulu, setiap mahasiswa yang KKN tidak seperti sekarang. Tapi mahasiswa Uniku bisa seperti ini. Kapan-kapan ke sini lagi,” ucap Sudirman menirukan kegembiraan masyarakat yang mendapat pelatihan dari mahasiswa KKN Posdaya Uniku. Sudirman berharap, walaupun sekarang kadang pihaknya yang meminta masyarakat untuk mau menjadi tempat pelaksanaan KKN, namun ke depan akan berubah masyarakat yang akan meminta. “Melalui kegiatan KKN Posdaya yang terus memberi manfaat kepada masyarakat. Maka ke depan bukan pihak universitas yang meminta masyarakat agar mau menjadi tempat pelaksanaan KKN, tetapi justru akan sebaliknya, masyarakat yang akan berbondong-bondong meminta untuk menjadikan wilayahnya tempat pelaksanaan KKN,” pungkasnya. ADE S
Rektor Uniku Dr Iskandar, MM, secara simbolis mengenakan jaket kepada mahasiswa KKN Posdaya Uniku menandakan para mahasiswa Uniku resmi mulai melaksanakan KKN.
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
25
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Drs Rusmusi, IMP, MP, MSi, DPL KKN Posdaya Unsoed Purwokerto
Dampak Positif KKN Mahasiswa Unsoed ke Desa Agar bisa memberikan karya nyata bagi penduduk desa, mahasiswa peserta kuliah kerja nyata Unsoed selalu berlomba lebih kreatif dan inovatif. Sehingga, karya bakti dan pengabdiannya mendapat simpati masyarakat serta berdampak pada semakin meningkatnya antusias anak-anak desa kuliah di Unsoed Purwokerto.
Dua mahasiswa KKN Tematik Posdaya Unsoed sedang memberikan praktek cara menggosok gigi yang benar dan sesuai kesehatan. [FOTO-FOTO: HARI]
U
NIVERSITAS Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto dalam setahun melepas mahasiswa kuliah kerja nyata (KKN) tematik ke desa-desa di kabupaten-kabupaten sekitarnya. Pada angkatan semester gasal 2014-2015, misalnya, mahasiswa dilepas ke 187 desa dan 29 kecamatan yang tersebar di Kabupaten Banyumas, Banjarnegara, Cilacap, Kebumen, Brebes, dan Kabupaten Purbalingga. Sebanyak 1.936 mahasiswa peserta mengikuti kegiatan KKN ini, sebagian besar di antaranya mengikuti KKN Tematik Posdaya. Sedangkan tematik lainnya, tematik kependudukan, KB, dan pembangunan keluarga, Fokasi, PPM, mitigasi bencana, dan DIPA dari Kemendikbud. Mengabdikan diri kepada masyarakat lewat kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) Tematik Posdaya kini semakin menjadi keinginan banyak mahasiswa. Melalui KKN Tematik Posdaya, mahasiswa terjun ke kelurahan maupun desa-desa. Kegiatan ini menjadi
26
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
upaya nyata Unsoed Purwokerto sebagai lembaga pendidikan dalam menyatukan kampus dengan masyarakat. Selain telah banyak melahirkan intetektual berkualitas, Unsoed juga sudah berhasil mendirikan ribuan Posdaya. Hasil karya mahasiswa KKN Posdaya tersebut tersebar di wilayah Kabupaten Banyumas, Banjarnegara, Cilacap, Kebumen, Brebes, dan Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. “Unsoed sudah sejak lama menunjukkan eksistensinya sebagai lembaga pendidikan yang bukan saja berupaya mencerdaskan kehidupan bangsa sekaligus ikut serta mengentaskan kemiskinan, tetapi juga membantu menyiapkan mahasiswa kreatif, inovatif, kaya gagasan, mandiri, berpikir simple tetapi memberi karya yang mengensankan bagi masyarakat, seperti KKN Tematik Posdaya ini,” kata Drs Rusmusi, IMP, MP, MSi, salah satu Dosen Pendamping Lapangan (DPL) KKN Posdaya Unsoed Purwokerto. Melalui KKN Tematik Posdaya, lanjut
Rusmusi, mahasiswa membuktikan diri peduli terhadap masyarakat dalam membantu meningkatkan derajat kesejahteraan, derajat kesehatan, keimanan dan kepedulian terhadap lingkungan. Menjadi dosen sudah memasuki tahun usia pengabdian sebagai dosen ke 30 di Unsoed ini selalu menjadi DPL setiap ada kegiatan KKN mahasiswa, menambahkan yang penting diperhatikan dan dilakukan sebagai DPL kepada mahsiswa KKN, yang pertama menjadi teman mereka. Kemudian mende0ngarkan mereka, dan mencoba membantu mereka apa yang dibutuhkan di desa. “Kegiatan-kegiatan yang perlu dibantu para DPL, karena kegiatannya itu sangat banyak, terutama yang berkaitan dengan ekonomi sesuai bidang saya,” ujar dosen Falutas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan ini. Rusmusi yang sudah banyak makan asam garam mendampingi mahasiswa KKN ini mengungkapkan, untuk mendorong mahasiswa menggali kreativitas mereka sehingga mampu membangkitkan masyarakat menjadi berdaya, utamanya masyarakat di sekitar wilayah mereka ber-KKN. “Yang jelas saya tidak akan membuat mereka lebih kreatif, tetapi mendorong mereka lebih kreatif,” tuturnya seraya menambahkan, jadi apa yang sudah bisa mereka kerjakan agar coba dikemas lebih baik. Rusmusi menuturkan satu pengalamannya, ada di desa banyak masyarakat membuat tempe kripik, tetapi dalam pengemasannya masih sangat sederhana. Kemudian mendorong masiswa agar bisa membuat kemasan itu menjadi lebih baik, lebih menarik dan mempunyai nilai jual. Begitu pula dengan rasa. “Mahasiswa saya dorong untuk meningkatkan rasanya agar menjadi lebih enak,” katanya. Pernah pula ada masyarakat yang membuat rempeyek, wah kerasnya bukan main dan rasanya asin. “Kemudian, mahasiswa saya minta untuk meningkatkan rasa dan kerenyahannya,” imbuh Rusmusi.
dan programnya hampir serabutan seadanya dan dilaksanakan selama 3,5 bulan. Ada program tetapi tidak sebaik ini. Sekarang bidangnya ada lima, yakni pendidikan, kesehatan, kewirausahaan, lingkungan dan keagamaan. “Sekarang jauh lebih baik, lebih fikus dan terarah, karena programnya terencana dan hasilnya lebih bagus. Serta lingkup tugasnya hanya satu Posdaya. sehingga bisa jadi dalam satu desa ada beberapa Posdaya,” kata Rusmusi. Rusmusi menilai, dengan adanya Posdaya, maka pengorganisasiannya jauh lebih mudah. Karena Posdaya ini merupakan pengembangan dari Posyandu, tetapi bukan berarti Posdaya
Sebelum berangkat melaksanakan KKN terlebih dahulu mahasiswa Unsoed berdiskusi dengan timnya. Mahasiswa KKN Tematik Posdaya Unsoed memberikan bantuan pelajaran dan pendampingan pada siswa sekolah.
KKN Posdaya Menarik Pengalaman Rusmusi memiliki penilaian tersendiri dalam mendampingi mahasiswa KKN selama hampir 30 tahun, dan kini KKN Posdaya menjadi semakin menarik. Jika dulu KKN nya dalam satu desa Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
27
meniadakan Posyandu. Posdaya justru semakin meluaskan fungsi dan manfaat Posyandu. “Jika dulu hanya terbatas pada urusan ibu dan anak balitanya saja tetapi Posyandu di Posdaya semakin luas karena ada pelatihan untuk ibu balita, ada PAUD, ada Poslansia, ada kegiatan remaja dan masih banyak lainnya”. Dulu, kata DPL yang satu ini, kegiatan di Posyandu hanya kesehatan, sekarang ada kegiatan ekonomi kewirausahaan, pendidikan PAUD, pelatihan ketramDrs Rusmusi, IMP, MP, MSi pilan, pengembangnan kebun bergizi yang berguna untuk membantu asupan gizi ibu hamil maupun bayi serta anak balita, dan seterusnya. Rusmusi mengatakan, setiap desa mempunyai kondisi masing-masing, sehingga tantangan bagi mahasiswa melaksanakan KKN itu menjadi semakin beragam. Misalnya, ada satu desa yang bernama Desa Nusawangkal, menurut mahasiswa yang sudah datang ke sana penduduknya kaya-kaya yang mayoritas berprofesi sebagai pelaku usaha, sehingga penduduk merasa berbagai kegiatan KKN mahasiswa tidak penting. “Namun saya memotivasi mahasiswa agar membuat karya nyata saja dulu, tidak usah memikirkan apakah itu tidak penting bagi penduduk-penduduk yang kaya itu. Karena saya yakin, di antara penduduk yang
kaya itu pasti masih cukup banyak penduduk lainnya yang miskin. Nah pendudukyang miskin ini yang akan membutuhkan dan memanfaatkan hasil karya mahasiswa KKN”. Ditambahkan Rusmusi, dengan memberikan sesuatu karya yang berguna dan dibutuhkan masyarakat desa yang kurag mampu bisa mendorong dan menginspirasi anak-anak dari keluarga mereka kelak untuk sekolah lebih baik lagi bahkan menginginkan bisa seperti mahasiswa yang datang ke desa mereka. Dampaknya memang jangka panjang, tetapi gerakan mahasiswa ke desa menjadi sangat penting untuk mendorong masyarakat desa berpikir lebih maju dan mempunyai harapan ke depan agar anak-anaknya bisa sekolah lebih tinggi itu menjadi harapan kita semua. Mahasiswa di Unsoed sendiri setiap tahun mahasiswa terus bertambah banyak. “ Ini membuktikan dampak dari kegiatan KKN ke desa. Pada tahun lalu saja mahasiswa barunya hampir mencapai 5 ribu, dan tahun ini sudah melampaui 5 ribu bahkan hampir mencapai 6 ribu mahasiswa baru. Datangnya mahasiswa KKN ke desa menjadi perangsang dan mendorong mayarakat desa menguliahkan anak-anaknya ke perguruan tinggi yang telah memberikan kesan baik di desanya, dan Unsoed telah membuktikanya,” kata Rusmusi. HARI
Peluncuran Senkudaya Sumbar Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Prof Dr H Irwan Prayitno, Psi, MSc didampingi Lembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial (LKKS) Provinsi Sumbar Hj Nevi Irwan Prayitno yang juga istrinya membuka selubung sebagai tanda peresmian Peluncuran Sentra Kulakan Posdaya (Senkudaya) Provinsi Sumatera Barat, pada Selasa, 2 September 2014 lalu di Masjid Raya Sumbar, Jl Khatib Sulaiman, Padang, Sumbar, disaksikan Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja, Kepala Dinas Sosial Provinsi Sumbar, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sumbar serta pejabat lainnya. DH 28
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
POSDAYA PEMERINTAH
Pemda dan Ulama Dukung Posdaya Berbasis Masjid Keberhasilan program KB masa lalu sangat dipengaruhi oleh komitmen dan dukungan para alim ulama. Demikian pula dengan Posdaya berbasis masjid yang gerakannya makin merebak dan dirasakan manfaatnya.
D
EMIKIAN diungkapkan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono pada saat memberikan paparannya di hadapan peserta kegiatan Observation Study Tour (OST) Posdaya Berbasis Masjid di Malang. Di hadapan para Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Perguruan Tinggi Agama Islam seluruh Indonesia dalam pembukaan kegiatan tersebut, Prof Dr Haryono Suyono mengatakan, pengembangan Posdaya Berbasis Masjid itu sesungguhnya merupakan perwujudan dari pelaksanaan Inpres No 3 Tahun 2010 yang menekankan pada pembangunan yang berkeadilan. “Intinya adalah pembangun pro rakyat dengan program utama pengentasan kemiskinan berbasis keluarga, pemberdayaan masyarakat dan ekonomi mikro dan kecil,” katanya. Menko Kesra era Kabinet Pembangunan ini menegaskan, begitu juga dengan pembangunan berkeadilan dengan prioritas pada anak, perempuan serta keluarga miskin akan diukur keberhasilannya melalui suksesnya pelaksanaan MDGs. Pada tahun 2014 ini, ujar Prof Haryono, program Posdaya didukung melalui pengembangan KKN oleh banyak sekali perguruan tinggi, antara UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, UIN
Alauddin Makasar, IAIN Sjech Nurjati Cirebon, serta perguruan tinggi agama Islam di beberapa daerah. “Untuk itu saya berharap dengan makin banyak bergabungnya perguruan tinggi agama Islam, program Posdaya Masjid ini menjadi sarana pembangunan keluarga sejahtera melalui upaya pengentasan kemiskinan dan terbentuknya keluarga sejahtera,” paparnya. Kegiatan OST ini merupakan kerja sama UIN Malang, Kementrian Agama dan Yayasan Damandiri. Hadir dalam pembukaan kegiatan ini, antara lain, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Dr Mazwar Noerdin, Dr Mulyono D Prawiro, Perwakilan Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Kasubdit P3M Drs Khaeroni, MSi, Rektor IAIN Bengkulu Prof Dr H Sirajuddin, Ketua LPPM UIN Alauddin Makasar Prof Dr Sattu Alang, Ketua LPPM UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Dr Hj Mufidah selaku panitia, perwakilan Bank Jatim serta pengurus dan anggota Dewan Masjid Indonesia (DMI) Cabang Malang dan sekitarnya. Peserta OST Posdaya Berbasis Masjid di Malang yang berlangsung tiga hari selain mengikuti paparan juga akan meninjau langsung salah satu obyek kunjungan ke Posdaya Fatahilah di Desa Donomulyo yang sukses mengembangkan budidaya jamur hingga dikenal
Seluruh peserta OST mendengarkan dengan sekasama paparan Prof Dr Haryono Suyono, terlebih dijanjikan bantuan kambing dan bibit pisang Cavendish. [FOTO-FOTO: HARI]
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
29
Ketua Panitia Kegiatan OST Dr Hj Mufidah Ch, MAg, saat memberikan sambutannya.
Tampak Rektor IAIN Bengkulu Prof Dr H Siradjuddin MAg, MH dan Ketua LPPM UIN Alauddin Makassar Prof Dr Sattu Allang hadir dalam kegiatan OST Posdaya Berbasis Masjid di Malang, Jawa Timur.
30
sebagai kampung jamur. Penggagas Posdaya ini menambahkan, merebaknya Posdaya Masjid di beberapa daerah utamanya, di Jawa imur, Jawa Tengh, Jawa Barat berkat kepedulian semua pihak termasuk para ulama. “Keberhasilan program KB masa lalu sangat dipengaruhi oleh komitmen dan dukungan para Alim Ulama, demikian pula dengan Posdaya berbasis masjid yang gerakannya makin merebak dan dirasakan manfaatnya,” katanya. Dihadapan peserta OST, Prof Haryono mengungkapkan, setelah diselidiki fungsi keluarga bukan satu, tetapi 8 fungsi keluarga. Yaitu, fungsi keagamaan, fungsi budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
kesehatan dan reproduksi, fungsi pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi lingkungan. Dalam perkembangannya Dewan Masjid Indonesia (DMI) yang diketuai, mantan Wakil Presiden, Yusuf Kala juga sepakat menandatangani kerja sama untuk mengembangkan Posdaya Berbasis Masjid di Indonesia. Kalau kerjasama ini hanya dengan DMI dianggap masih kurang maka pihaknya melapor kepada Menteri Agama dan beliau sepakat yang akhirnya Yayasan Damandiri berdiri dibelakang,” ujar Prof Haryono menjelaskan. Prof Haryono juga mengungkapkan, bedanya Posdaya berbasis Masjid dan UIN adalah kalau UIN itu memberikan ilmu. Sementara Posdaya berbasis Masjid tidak saja memberikan ilmu tetapi melihat praktek dari keluarga itu. Ilmunya tidak tambah tidak apa-apa asalkan praktek dalam keagamaan, asal dia praktek pendidikan, asal dia praktek wirausaha. Posdaya Masjid itu membuat sasarannya keluarga yang strukturnya bertambah tua penduduk usia tua yang tahun 1970 jumlahnya hanya 2 juta sekarang ini hampir 25 juta. Bahkan nanti akan mencapai 50 juta. Kita ingin masjid itu menjadi pusat dari pengembangan gerakan yang masuk ke desa. “Jadi pengembangan Posdaya berbasis majid itu menjadikan masjid contoh dari pengembangan pada tingkat pedesaan,” tuturnya. Selain itu masjid juga ada PAUD nya sehingga bisa dijadikan contoh bila ada masjid disebuah desa ingin mebuat PAUD. Jadi proses di masjid itu menjadi pusat pemberdayaan, tetapi ukurannya bukan ukuran bupati tetapi ukuran PBB, ukuran Milennium Development Goals (MDGs) sehingga basis kita adalah internasional. “Bila lima tahun terakhir ini semuanya sudah jadi maka kita akan mengundang ulama-ulama dari berbagai negara
datang ke Indonesia untuk melihat, ini ukurannya. Secara nasional adalah berdasarkan Instruksi Presiden No 3 tahun 2010 yang menentukan prioritasnya, yaitu pengentasan kemiskinan. Tetapi pengentasan kemiskinan itu tidak bersifat carity, tetapi kerja keras dari rakyat,” paparnya. Prof Haryono menegaskan bahwa yang harus diberdayakan adalah, pertama, anak, perempuan dan mengajak orang bekerja yang pekerjaannya untuk keluarga miskin atau termarginalkan. Proses Posdaya itu ibarat seperti mengubah ulat bulu menjadi kupu-kupu melaui kepompong. “Di dalam kepompong itulah penguatan delapan fungsi keluarga dikerjakan. Program yang harus diselesaikan di Posdaya adalah tidak mencari-cari program tetapi anggota Posdaya bekerjasama dengan Pemda mencari apa yang menjadi programnya Pemda dan diturunkan secara terpadu,” imbuhnya. Posdaya itu seperti lingkaran besar dan ini ada lagunya. “Lingkaran kecil, Lingkaran kecil, Lingkaran kecil, Lingkaran kecil, Lingkaran kecil, Lingkaran Besar, Ada Posyandu, ada BKB, ada Paudnya, Ada Koperasi, ada BKL, Kebun Bergizi, Posdaya, Posdaya, Posdaya Milik Kita, Posdaya, Posdaya, Keluarga Sejahtera”. Pelajaran dan kesamaan agama itu kita singkat dengan Maton. Hidup kita itu 3W diapit oleh 2M. M, pertama maton, artinya keluarga di harapkan mempnyai keimanan, ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menguasai budaya Pancasila. Sedangkan, W, yang pertama, waras, waras itu sehat. W, yang kedua itu Wareg, artinya untuk wareg maka masyarakat harus diberi ketrapilan dengan kerja keras dan kerja cerdas. Dianjurkan agar Posdaya yang ada di pinggir laut diberi kesempatan untuk mengembangkan budidaya rumput laut yang bibitnya disediakan Yayasan Damandiri secara gratis. Seperti di Probolinggo, Situbondo dan Sidoarjo sudah mempraktekkan. Setiap kabupaten disumbang antara 10-15 ton bibit rumput laut. Dalam waktu 2 bulan sudah bisa dipanen dan hasilnya bisa dua kali lipat. “Dalam proses itu pengembangan wirausaha kita fasilitasi dengan legalisasi pelatihan, percobaan dan inisiasi. Mereka kita berikan kredit melalui
Bank UMKM atau Bank BPD,” katanya. M, yang terakhir adalah mapan, artinya lingkungan kita segar penuh kebun bergizi walaupun halaman rumahnya sempit tetapi bisa menanam di pot-pot. Seperti apa yang dilakukan di Kabupaten Boalemo, Gorontalo mereka menanam cabe, terong dan sayuran lainnya. Ketika panen cabe melimpah bisa dijual kepasar dan menguntungkan. Pada peserta juga ditawarkan program ternak kambing dan penanaman pisang Cavendish bagi Posdaya. Sementara itu Ketua Panitia OST Posdaya Berbasis Masjid, Dr Hj Mufidah mengatakan, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang telah bekerja sama dengan Yayasan Damandiri selama empat tahun dalam pengembangan Posdaya Berbasis Masjid. “Kami tidak sendirian tetapi bersama 22 perguruan tinggi Islam lainnya di Jawa Timur, Alhamdulillah sudah menghasilkan 1.200 lebih Posdaya Berbasis Masjid. Kami juga melaksanakan amanah dari Forum Penelitian Publikasi Ilmiah dan Pengabdian kepada Masayarakat (P3M) se Indonesia di Jakarta untuk melakukan OST di Malang,” bebernya. Mufidah menambahkan, UIN Malang sengaja memilih Posdaya Berbasis Masjid karena masjid menjadi pusat pengembangan umat Islam yang belum banyak mendapat perhatian. Posdaya Berbasis Masjid ini mendapat perhatian luar biasa baik dari pemerintah daerah, Kementerian Agama dan seluruh komponen masyarakat di Malang Raya. Untuk binaan di Malang sudah mencapai 280 Posdaya. Tahun ini, pihaknya akan menurunkan tidak kurang dari 2.382 mahasiswa untuk melakukan KKN Tematik Posdaya Berbasis Masjid di 19 kecamatan. HARI
Dari kiri ke kanan, Dr Mazwar Noerdin, Tim Ibu Mufidah, Dr Hj Mufidah Ch, MAg, Prof Dr Haryono Suyono, Drs H Khaeroni, MSi serta Prof Dr H Siradjuddin MAg, MH bergambar bersama usia menerima kenangkenangan dari Pantia Kegiatan OST Posdaya Berbasis Masjid 2014, di Malang, Jatim.
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
31
POSDAYA PEMERINTAH
Mojokerto Deklarasikan Posdaya
Pergerakan Posdaya Dinanti Masyarakat Mojokerto Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) terus menarik perhatian berbagai kepala pemerintah daerah di tanah air. Keberadaannya semakin memberi dampak positif dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat. Tak pelak, satu persatu kepala pemerintahan di negeri ini pun berturut-turut mendeklarasikan pengembangan Posdaya di masing-masing wilayahnya. Seperti yang dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto, Jawa Timur, pada Selasa siang 19 Agustus 2014 lalu yang secara khusus menggelar acara Gebyar Posdaya sekaligus Pencanangan dan Sosialisasi serta Deklarasi Posdaya di seluruh Kabupaten Mojokerto. Mereka pun siap mengembangkan Posdaya, program pemberdayaan yang selama ini dinantikannya.
Acara Gebyar Posdaya antusia diikuti seluruh pejabat dan pimpinan SKPD Kabupaten Mojokerto, Jatim. [FOTO-FOTO: ADE S]
32
A
CARA yang terselenggara atas kerja sama Pemkab Mojokerto dan Yayasan Damandiri ini menarik perhatian berbagai kalangan. Apalagi ditampilkan melalui sajian talkshow Program Semanggi Show yang disiarkan TVRI Surabaya, Jawa Timur. Ratusan mahasiswa KKN Posdaya dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) serta ratusan pimpinan Pemkab Mojokerto berikut para tokohnya turut serta menghadiri. Tercatat sebanyak 900 peserta antusias mengikuti kegiatan ini. Bahkan yang menarik, acara dipandu langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Hayono Suyono dan presenter TVRI Surabaya Shinta Nusa. Tak heran, bila acara yang berlangsung di Pendopo Graha Maja Tama Kabupaten Mojokerto, Jl Jend A Yani No
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
16, Mojokerto, Jatim, ini tampak semarak dan berkesan. Acara kian bermakna, pasalnya saat itu juga Bupati Mojokerto H Mustafa Kamal Pasa, SE langsung mendeklarasikan pengembangan Posdaya di seluruh Kabupaten Mojokerto. Bahkan bukan hanya itu, masyarakat Mojokerto kian mendapat anugerah berharga, saat itu juga Yayasan Damandiri menyerahkan bantuan 1500 bibit pohon pisang Cavendish untuk ditanam para kader Posdaya di Mojokerto. Selain itu, para peternak Mojokerto juga mendapat bantuan sejumlah hewan ternak kambing melalui kerja sama bagihasil dari Dompet Dhuafa Jakarta. Hadir pada acara ini Bupati Mojokerto, H Mustafa Kamal Pasa, SE, Wakil Bupati Mojokerto Dra Hj Choirun Nisa, MPd, yang juga
Ketua Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kabupaten Mojokerto, Ketua TP PKK Kabupaten Mojokerto dr Hj Ikfina Mustofa Kamal Pasa, Rektor Umsida Prof Achmad Jainuri, MA, PhD, Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unesa Prof Dr Ir I Wayan Susila, MT, Ketua KKN Posdaya Umsida Isna Fitria Agustina, MSi dan Kepala Bidang Sosial Budaya Mojokerto Winarti, SE, MM, pimpinan Universitas Islam Mojokerto dan para pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Mojokerto. Tampak pula Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Asisten Deputi Direkrur Informasi dan Advokasi Yayasan Damandiri Drs Dadi Parmadi, MA, para Muspida Pemkab Mojokerto, para pengurus Yayasan Damandiri, para dosen pembimbing dari Unesa dan Umsida, ratusan mahasiswa KKN Posdaya Unesa dan Umsida, para kader Posdaya seKabupaten Mojokerto, para tokoh masyarakat dan undangan lainnya. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri mengungkapkan rasa bangga dan kagumnya kepada Bupati Kabupaten Mojokerto H Mustafa Kamal Pasa yang telah mendeklarasikan Posdaya sebagai ujung tombak pembangunan dalam upaya mengentaskan kemiskinan di Kabupaten Mojokerto. Dirinya berharap setelah deklarasi ini pimpinan Pemkab Mojokerto bisa bekerja sama dengan seluruh elemen masyarakat. “Jadi deklarasi Bapak tadi selama satu bulan akan diikuti para mahasiswa KKN. Untuk itu, mohon nantinya bisa bekerja sama dengan para camat, para kepala desa dan bisa menerima para mahasiswa KKN ini dengan baik. Karena mereka datang ke Mojokerto ini ingin turut membantu membangun Mojokerto,” ujarnya yang langsung mendapat sambutan hangat dari ratusan peserta
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono bersama Bupati Mojokerto H Mustafa Kamal Pasa, SE, saat berdialog dengan salah seorang mahasiswa KKN Tematik Posdaya dari Unesa seputar kegiatannya di Kabupaten Mojokerto.
yang mayoritas para mahasiswa KKN ini. Menurut Prof Haryono, deklarasi Posdaya yang dicetuskan Bupati Mojokerto merupakan gerakan yang luar biasa. Untuk itu, dirinya pun langsung menyerahkan 1500 bibit pohon pisang Cavendish bagi masyarakat Mojokerto yang tergabung dalam Posdaya yang diserahkan secara simbolis kepada Bupati Mojokerto H Mustafa Kamal Pasa, SE. “Apakah Pak Bupati nanti dalam waktu tiga bulan bisa kembali menerima Pak Rektor Unesa maupun Pak Rektor Umsida berikut para Kepala LPPM dari Unesa maupun Umsida, untuk sowan Pak Bupati meninjau desa,” tukas Prof Haryono. “Lalu bagaimana hasil perkembangan Posdaya setelah tiga bulan dideklarasikan Pak Bupati. Melalui binaan para camat, para kepala desa dan para mahasiswa KKN Posdaya dari Unesa dan Umsida, masyarakat Mojokerto mudah-mudah sudah pandai menanam dan
Dialog antara Prof Dr Haryono Suyono bersama H Mustafa Kamal Pasa, SE, yang diampingi host TVRI Jawa Timur Shinta Nusa mendapat apresiasi ratusan peserta Gebyar Posdaya.
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
33
meyakinkan. “Bahkan bukan hanya jam kerja saja, kalau perlu sampai subuh saya tunggu kedatangan Profesor,” tambahnya.
Ratusan mahasiswa KKN Posdaya dari Unesa dan Umsida antusias mengikuti berlangsungnya acara.
membudidayakan pisang Cavendish. Selain itu, masyarakat sudah mengembangkan kebun bergizi di setiap halaman rumahnya, bisa membuat kolam yang ditananami ikan lele. Setelah itu, lelenya kita jadikan abon, kripik, naget dan lainnya. Kita buat berbagai pelatihan hingga ke desa-desa. Nanti kita akan datang lagi melihat hasil kegiatan itu,” tutur Prof Haryono. “Bapak berkenan untuk membuka pelatihan itu hingga ke desa-desa,” ujar Prof Haryono kepada Bupati Mojokerto H Mustafa Kamal Pasa, SE. “Saya akan selalu siap Pak. Saya akan selalu siap menunggu kedatangan Profesor kapan pun, bahkan 24 jam saya akan selalu siap menunggu kedatangan Profesor,” jawab Bupati Mojokerto H Mustafa Kamal Pasa, SE
POSDAYA KITA Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran kecil. Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran besar. Ada Posyandu, ada BKB, ada PAUD-nya Ade Koperasi, ada BKL, Kebun Bergizi Posdaya, Posdaya, Posdaya milik kita Posdaya, Posdaya, Keluarga Sejahtera. 34
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
Posdaya sangat bermanfaat Sedangkan Bupati Mojokerto H Mustafa Kamal Pasa, SE, menyatakan keberadaan Posdaya merupakan program pemberdayaan yang sangat bagus sekali dan sangat bermanfaat bagi masyarakat Mojokerto. “Program Posdaya ternyata sangat berbeda dengan program-program yang selama ini datang dari pusat. Banyak bantuanbantuan itu sifatnya tidak membangun kemandirian bahkan cenderung merupakan pembodohan. Tetapi dengan adanya Posdaya ini ternyata mampu memberi ilmu dan kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat. Sehingga apabila mereka diberikan bantuan ataupun permodalan, mereka mampu mengembangkan dan ini akan terus berkelanjutan,” tegasnya. Melalui berbagai kegiatan dalam Posdaya ini, lanjut Mustafa Kamal Pasa, masyarakat dari waktu ke waktu akan terus lebih maju. “Jadi dengan Posdaya yang digagas Bapak Profesor Haryono Suyono ini, apa yang masyarakat peroleh baik berupa bantuan maupun permodalan akan terus mampu dikembangkan secara terus menerus. Tidak habis dan tanpa bekas. Inilah kegiatan yang sangat bagus sekali, Dan inilah pergerakan-pergerakan pemberdayaan yang sangat dinanti masyarakat Mojokerto,” ungkapnya bersyukur dan bangga. Hal senada juga disampaikan Wakil Bupati Mojokerto Dra Hj Choirun Nisa, MPd. Menurutnya, keberadaan Posdaya mampu memberikan solusi terselenggaranya pemberdayaan masyarakat untuk membantu keluarga agar bisa melaksanakan fungsi keluarga dalam mewujudkan keluarga mandiri. “Tujuannya agar terpeliharanya modal sosial masyarakat yaitu budaya gotong royong, terbentuknya wadah partisipasi masyarakat, peduli sesama dan terciptanya dukungan pada dan antar keluarga dalam suasana rukun dan tertanamnya sikap mandiri,” ujar Ketua TKPK Kabupaten Mojokerto seraya mengajak seluruh elemen masyarakat Kabupaten Mojokerto untuk bersama-sama mengembangkan Posdaya. ADE S
POSDAYA PEMERINTAH
Prof Ir Agus Suprapto, PhD, Ketua Koordinator Posdaya Wilayah Jawa Timur II
Pemkot dan Swasta Dukung Posdaya di Malang Perguruan tinggi mempunyai posisi strategis sebagai mitra pemerintah dalam pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kesejahteraan. Sebanyak 32 perguruan tinggi negeri dan swasta se-Malang Raya mitra Pemkot Malang komitmen menjalankan MoU dengan mengembangkan Posdaya.
Ketua LPM Unmer Prof Ir Agus Suprapto, PhD bersama Komisariat IV Aptisi Malang Raya dan Pasuruan dr Muljo Hadi, SPOG, saat mensosialisasikan Lomba Posdaya di Ruang Rapat Unmer, Malang, Jatim. [FOTO-FOTO: HARI]
P
ENGEMBANGAN sasaran Pos Pemberdayan Keluarga Posdaya) di Malang, Jawa Timur dilakukan melalui kerja sama dengan walikota dan 32 perguruan tinggi yang diwujudkan dengan mengadakan MoU. Tanda tangan mudah tetapi pelaksanaannya banyak hambatan baik dari perguruan tinggi maupun pemerintah daerah. Di Kelurahan maupun di RW ada yang belum siap. Dalam menghadapi hambatan itu Koordinator kita koordinasikan dengan pemerintah Kota Malang. Respon Walikota Malang sangat bagus dan langsung mengeluarkan Surat Keputusan (SK) bahwa perkembangan Posdaya menjadi tanggungjawab camat dan lurah. “Diharapkan dengan adanya SK tersebut bisa berjalan lancar,” kata Ketua Koordinator Posdaya Wilayah Jawa Timur II, Prof Agus Suprapto, PhD. Menurut Prof Agus Suprapto, perguruan tinggi mempunyai posisi strategis sebagai mitra pemerintah daerah dalam peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia.
Seperti dilakukan Pemkot Malang yang melakukan penandatanganan MoU dengan 32 perguruan tinggi negeri dan swasta se-Malang Raya, Jawa Timur. Sangat spektakuler. Itulah komentar yang pas bagi peristiwa penandatangan kerja sama kesepahaman (MoU) yang dilakukan Walikota Malang dengan 32 perguruan tinggi negeri dan swasta se Malang Raya serta disupport Yayasan Damandiri, di Ruang Sidang Balaikota Malang, Jawa Timur beberapa waktu lalu. “Penandatanganan kesepahaman yang berkait dengan pengentasan kemiskinan sebagai upaya mendukung pencapaian pada target Millennium Development Goals (MDGs) dan Peningkatan Kualitas SDM melalui pemberdayaan masyarakat Kota Malang yang dilakukan lewat Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Lebih lanjut kata Ketua LPM Unmer Malang, penandatanganan MoU dengan 32 perguruan tinggi negeri dan swasta tersebut juga untuk membantu melakukan sosialisasi pembangunan berbasis MDGs, pembangunan berbasis keluarga. Kegiatan ini disambut baik Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
35
Perwakilan 32 perguruan tinggi ikut dalam sosialisasi Lomba Posdaya di Unmer sekaligus bukti kekompkaannya dalam pengembangan Posdaya di Malang Raya.
36
oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra). “Dengan dilandasi MoU itu pula, banyak SDM perguruan tinggi, baik dosen maupun mahasiswa yang diterjunkan ke masyarakat dan bisa mensejahterakan masyarakat, khususnya bagi keluarga yang tidak mampu,” ujarnya. Langkah cepat dan nyata perguruan tinggi disambut baik Pemkot Kota Malang dengan merespon dan semua program di Pemkot diintergrasikan dengan programnya di perguruan tinggi terkait program Posdaya. Gerakan Dosen Pembimbing dan Mahasiswa KKN berbaur dengan masyarakat membangun melalui Posdaya itu menggetarkan kalangan luas. Walikota Malang melakukan “gerakan blusukan” keliling kampung setiap minggu bertemu langsung dengan rakyat. Dosen Pembimbing dan Mahasiswa dari 32 perguruan tinggi secara bergilir mengikuti gerakan “saba kampung” (berkunjung ke kampung) itu memperhatikan kebutuhan masyarakat. Manakala kebutuhan itu dianggap merangsang kenaikan indikator pemberdayaan masyarakat yang vital, bersama Walikota kegiatan itu difasilitasi dan didukung kegiatan SKPD dan mahasiswa KKN sebagai pendorong kemajuan yang lebih mandiri. Selain itu, program yang ditawarkan Dikti juga diintegrasikan dan kerjasamakan dengan pemerintah kota. Misalnya iptek berbasis masyarakat diintegrasikan dengan potensi yang ada di Posdaya lalu diusulkan ke Dikti. “Ada pula Iptek yang berbasis wilayah terkait dengan sentra kulakan, biopri dan bank sampah diintegrasikan dengan program pemerintah,” ujarnya.
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
Dikti mensyaratkan kalau Iptek berbasis wilayah itu dana dari Dikti Rp 100 juta. Pemkot juga harus menyandingkan dana sebesar Rp 100 juta untuk di masyarakat. Kita sudah ada kemajuan dalam kesatuan pandangan untuk mengintegrasikan program. Soal program penggemukan kambing dan penanaman pisang cavendish yang ditawarkan Prof Haryono, Koordinator Wilayah Posdaya Jatim II ini juga siap melakukan mediasi bagi keluarga yang tidak mampu dan program ini termasuk program jangka panjang serta berkelanjutan. Posdaya, menurut pandangan Prof Agus Suprapto sangat luar bisa, bukan hanya untuk keluarga tidak mampu tetapi juga untuk para mahasiswa. Karena disitu mahasiswa KKN bisa belajar mengidentifikasi persoalan di masyarakat, belajar komunikasi, meyakinkan keluarga tidak mampu untuk mengatasi masalah dan meningkatkan percaya diri. Selain itu para mahasiswa juga bisa mengubah mainset keluarga tidak mampu berpikir positif. Sementara bagi dosen Posdaya itu adalah tantangan sebagai lahan untuk diolah tinggal siap atau tidak. Dari pada kita kemanamana padahal sudah siap didepan mata. Apakah itu untuk bahan penelitian maupun untuk pengabdian. Sementara, lanjut Prof Agus Suprapto, bagi perguruan tinggi juga ada dampaknya pada lembaga Universitas itu sendiri. Kalau dosen dan mahasiswa terlibat di masyarakat maka ikatan emosional antara masyarakat dengan institusi akan terjalin. “Walaupun sasarannya keluarga tidak mampu tetapi masyarakat akan melihat, oh.. perguruan tinggi ini ternyata peduli kepada masyarakat,” ujarnya. Terkait dengan lomba Posdaya, jelas Prof Agus, perguruan tinggi akan mempersiapkan lomba untuk memilih juara 1, 2 dan 3 kemudian dibawa kekordinator wilayah Universitas Negeri Malang (Unmer). Selanjutnya didiskusikan sejauh mana praktek dilapangan baik organisasi, kelembagaan serta administrasinya. Setelah kordinator melihat performen dari masing-masing calon dari perguruan tinggi dipilih tiga dan diusulkan untuk menjadi juara nasional di Surabaya. HARI
POSDAYA PEMERINTAH
Gebyar Posdaya Kabupaten Brebes
Dari Brebes Posdaya Merembes ke Seluruh Indonesia Bupati dengan seluruh aparatnya telah siap memakmurkan rakyatnya yang pra sejahtera di seluruh Brebes. Tekad tersebut diwujudkan dideklarasikan pada Gebyar Posdaya yang dilangsungkan dengan Peringatan Hari Keluarga Nasional dan Hari Anak 2014.
P
ENDOPO Kabupaten Brebes, pada 25 Agustus lalu nampak ramai. Pendopo dipenuhi hadirin dari berbagai kalangan, termasuk lembaga dan instansi. Nampak kegembiraan terbias di wajah Bupati Hj Idza Priyanti, SE, serta Sekretaris Daerah Mastoni Ezam, SH, MH, Ketua DPRD Dr H Illia Amin, MM.Pd, Asisten Setda, Kepala BKBPP Drs Khambali, Rektor Universitas Panca Sakti (UPS) Tegal Prof Dr Wahyono, Dr Moch Soedarmadi selaku Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri dan Dr Mulyono D Prawiro, Deputi Direktur Bidang Umum Yayasan Damandiri, serta seluruh jajaran Forkompinda Kabupaten Brebes serta kader Posdaya se Kabupaten Brebes dan mahasiswa KKN Tematik Posdaya UPS Tegal dan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto. Keramaian yang terjadi di pendopo merupakan bentuk ucapan rasa syukur sekaligus kebanggaan bersama atas prestasi pembangunan, utamanya terkait dengan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat yang berhasil di raih, termasuk pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) di dalamnya. Dan Gebyar Posdaya yang dikemas dalam kegiatan Peringatan Hari Keluarga dan Hari Anak Indonesia tingkat Kabupaten Brebes menjadi satu acara yang benar-benar gebyar. Gebyar dengan para pelaku pemberdayaan, mulai dari anak-anak PAUD, TK, SD, SMP, SMK hingga perguruan tinggi, serta kader-kader pembangunan terampil tingkat desa yang tergabung dalam Posdaya. Peringatan Hari Keluarga dan Hari Anak Nasional tingkat Kabupaten Brebes semakin gebyar dan meriah karena dipandu host luar biasa spesial, Prof Dr Haryono Suyono, Menko
Kesra dan Kepala BKKBN Pusat didampingi co host Iin dari TVRI Jawa Tengah. “Prof Haryono, saya akan mengembangkan Posdaya sebagai ujung tombak pembangunan yang berkeadilan serta guna menampung partisipasi masyarakat dalam memperlancar upaya pembangunan dan pengentasan kemiskinan dengan prioritas pada peningkatan kesehatan, pendidikan, kewirausahaan dan pelestarian lingkungan untuk membantu pemberdayaan keluarga, pertumbuhan dan pendidikan anak serta peningkatan kemampuan dan peran perempuan dalam pembangunan,” kata Bupati Brebes Idza Priyanti saat menjawab pertanyaan host Prof Haryono pada awal dimulainya. Dalam kesempatan tersebut Bupati Brebes
Disaksikan Prof Dr Haryono Suyono, Bupati Brebes dengan bangga mempertunjukkan bantuan bibit pisang Cavendish. [FOTO-FOTO: HARI]
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
37
Bupati Brebes Hj Idza Priyanti, SE saat mendeklarasikan Posdaya, di pendopo kabupaten.
Bupati Brebes dan Prof Haryono Suyono foto bersama dengan penerima bantuan Kredit Tabur Puja, bibit pisang Cavendish dan penerima pengharagaan.
38
atas nama Pemerintah Kabupaten Brebes secara langsung mendeklarasikan diri untuk mengembangkan Posdaya di seluruh desa dan kelurahan di Kabupaten Brebes. “Prof Haryono dan seluruh hadirin, pada kesempatan yang berbahagia ini saya atas nama Pemda Pemerintah Kabupaten Brebes perkenankan untuk mendeklarasikan Posdaya di Kabupaten Brebes,” ucapnya. Dengan deklarasi Posdaya ini, lanjut Bupati Idza Priyanti, agar lebih bisa memberdayakan keluarga pra sejahtera karena mereka perlu dukungan dan perhatian dari kita di mana untuk meningkatkan ekonomi keluarga akan memberikan kesejahteraan buat mereka.
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
Sontak, deklarasi dan penegasan tekad yang dilontarkan Bupati Brebes dengan penuh semangat tersebut disambut meriah oleh seluruh tamu undangan yang hadir dalam acara tersebut, tak terkecuali Ketua Yayasan Damandiri yang secara langsung mengapresiasi langkah yang dilakukan Bupati Brebes. “Luar biasa, saya menyambut baik dan berterima kasih serta mengapresiasi langkah luar yang dilakukan Bupati Brebes Ibu Idza Priyanti yang mendeklarasikan Brebes sebagai Wilayah Pengembangan Posdaya, mudah-mudahan Brebes bisa lebih maju dan masyarakatnya lebih sejahtera nantinya” ujar penggagas Program Posdaya itu. Dalam acara yang juga disemarakan kegiatan Bazar yang dilakukan oleh mahasiswa peserta kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) 2014 Universitas Panca Sakti Tegal yang melakukan KKN Posdaya di wilayah Kabupaten Brebes dengan menampilkan berbagai potensi wilayah yang ada di masing-masing daerah tempat KKN Posdaya. Seperti, filet ikan dan nugget aneka rasa, krupuk ikan yang disuguhkan kader Posdaya peserta pelatihan ketrampilan mengolah hasil budidaya ikan, makanan olahan dari bahan dasar ikan, telor asin aneka rasa, cendol buah mangrove, garam krosok, tempat minuman gelas maupun kaligrafi dan sanggul dari hasil pemanfaatan limbah, dan lainnya. Deklasi Posdaya oleh Bupati Brebes juga mendapat sambutan baik dari perwakilan BPPP (Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan) Kabupaten Tegal yang secara langsung menyatakan siap untuk membantu pemerintah Kabupaten brebes dalam memberikan pelatihan kepada kelompok Posdaya Brebes dibidang perikanan sekaligus juga akan memberikan bantuan alat produksi yang dibutuhkan. Sedangkan Drs
Tabrani, MM, pengusaha rumput laut sekaligus pelaku pendidikan yang juga dosen Fakultas Ekonomi UPS Tegal, menjanjikan bantuan 1000 ton bibit rumput laut untuk dibudidayakan di wilayah Brebes utara yang wilayahnya memiliki daerah pertemuan antara air sungai dan air laut. “Saya akan merumputisasikan rumput laut di seluruh wilayah Brebes Utara,” janji Drs Tabrani, MM, sembari menambahkan, “ Tidak usah bingung bibit dan pemasaranya, saya akan memberikan 1000 ton bibit rumput laut dan juga siap menampung hasilnya nanti.” Gebyar Posdaya semakin semarak dengan penampilan penari anak dan penyandang disabilitas, serta vocal grup dari pelajar SMP dan penampilan Iqbal, siswa kelas II SMP N Jatibarang peraih juara III Lomba Seriosa tingkat Provinsi Jawa Tengah. Panggung Gebyar Posdaya juga diwarnai testimoni pengrajin konde atau sanggul pemanfaat sisa-sisa limbah rambut untuk didaur ulang menjadi konde aneka bentuk dengan pangsa pasar yang menjanjikan. Demikian pula dengan pengrajin garam krosok yang tampil dengan penuh percaya diri sebagai pemanfaat air laut yang diolahnya menjadi garam penuh manfaat. Pada kesempatan itu, Prof Haryono juga menginformasikan keberadaan Koperasi Windu Kencana Brebes yang telah berhasil menggulirkan Kredit Tabur Puja bagi kelompok-kelompok Posdaya. “Kredit Tabur Puja diberikan kepada keluarga pra sejahtera yang tergabung dalam Posdaya. Selain itu juga ada bibit pisang Cavendish yang bisa dikembangbiakkan di pekarangan atau kebun-kebun di sekitar rumah,” ujarnya. Dalam kegiatan ini diserahkan pula bibit pisang Cavendish oleh Prof Haryono kepada Bupati Brebes yang dilanjutkan diserahkan pada kader Posdaya, kader PKK, dan lainnya untuk dikembangkan. Demikian pula untuk Kredit Tabur Puja juga diserahkan secara simbolis. Selain itu, Bupati Brebes juga menyerahkan penghargaan-penghargaan kepada mereka yang berprestasi. Tak ketinggalan pula, Anak-anak Brebes yang tergabung dalam Solidaritas Anak Brebes meminta kepada Pemda Brebes agar mewujudkan Brebes layak anak melalui pemenuhan hak-hak anak. Dalam hal anak, Brebes telah dinobatkan sebagai salah satu kabupaten layak
anak dengan mendapat penghargaan sebagai Kota Layak Anak. Menanggapi hal ini, Prof Dr Haryono Suyono yang juga Ketua Umum Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) mengharapkan dukungan dan partisipasi pada seluruh masyarakat bahwa anak Brebes dan Indonesia siap bekerja keras, mencintai kedua orang tuanya, mencintai masyarakatnya dan siap membangun cita anak bangsa. “Saya sebagai bekas anak mengharapkan pada seluruh masyarakat bahwa anak Brebes dan Indonesia siap bekerja keras, mencintai kedua orang tuanya, mencintai masyarakatnya dan siap membangun cita anak bangsa. Saya mengucapkan selamat Hari Anak Indonesia dan Hari Keluarga,” kata Prof Haryono. Usai kegiatan Gebyar Posdaya di pendopo, Bupati Brebes bersama Ketua Yayasan Damandiri beserta seluruh rombongan secara langsung mengunjungi Kantor Koperasi Windu Kencana, dilanjutkan ke Posdaya Mandiri melihat langsung pembuatan telor asin dan konde di Kelurahan Limbangan, serta sentra budidaya rumput laut di SMK Agribisnis di Kelurahan Rangdusanga. “Mulai dari Brebes bersama Posdaya kita merembes ke seluruh tanah air,” ujar Prof Haryono yang disambut tepuk tangan Bupati Brebes Hj Idza Priyanti, SE. HARI
Bupati Brebes bersama Prof Haryono dan Iin (host TVRI Jawa Tengah) saat mewawancarai Rektor UPS Tegal Prof Dr Wahyono.
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
39
POSDAYA PEMERINTAH
Baturetno Bersemangat ≈Jawab TantanganΔ Prof Dr Haryono Suyono Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang terus memberi manfaat bagi kesejahteraan masyarakat kian menarik perhatian berbagai kalangan. Keberadaannya makin memotivasi kebersamaan antara aparat pemerintahan dan masyarakat. Tak pelak, berbagai upaya dilakukan mereka untuk membumikan Posdaya di wilayahnya. Wujudnya, pada 17 Desember 2013 lalu Pemerintah Kecamatan Baturetno, Kabupaten, Wonogiri, Jawa Tengah, bersama seluruh kader dan masyarakat mendeklarasikan penumbuhan Posdaya sebagai ujung tombak pembangunan di seluruh Kecamatan Baturetno. Hasilnya, melalui berbagai kegiatan Posdaya kini mereka bersemangat menjawab tantangan Prof Dr Haryono Suyono untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Camat Baturetno Drs Teguh Setiyono didampingi dua staf ahli Bupati Wonogiri (Hernowo Narmodo, SH, MM dan Drs Prihadi Hartoyo) dan Kepala KBKPP Kabupten Wonogiri Reni Ratnasari, SH, MM, di acara Launching Penumbuhan Posdaya Kecamatan Batureno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. [FOTO-FOTO: DOK BATURETNO]
G
ERAKAN bersemangat kebersamaan tersebut dihadiri dua Staf Ahli Kabupaten Wonogiri Hernowo Narmodo SH, MM, dan Drs Prihadi Martoyo, serta Kepala Badan KBKSPP Kabupaten Wonogiri Reni Ratnasari, SH, MM, para ulama, pemuka masyarakat Baturetno, pengurus dan anggota PKK serta anak-anak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Camat Baturetno Drs Teguh Setiyono, MM menjawab pertanyaan Gemari di acara Pertemuan Posdaya Dusun Setren, Desa Kedungombo, pada Rabu siang 13 Agustus 2014 lalu lebih rinci menjelaskan bahwa Lounching Posdaya se-Kecamatan Baturetno tersebut merupakan jawaban tantangan Ketua Yayasan 40
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
Damandiri Bapak Prof Dr Haryono Suyono. “Setelah Lounching Posdaya Tingkat Kabupaten Wonogiri, di alun-alun Kabupaten Wonogiri pada Mei 2013 lalu. Kami, 25 camat se-Kabupaten Wonogiri ditantang oleh Bapak Prof Dr Haryono Suyono, siap tidak menyiapkan Posdaya sampai tingkat desa. Untuk itu Kecamatan Baturetno langsung action launching Posdaya di Kecamatan Baturetno,” urai Drs Teguh Setiyono, MM. Lebih rinci Drs Teguh Setiyono, MM, ayah tiga anak (1. Tesya Nofandau Ghaisani semester akhir-F Biologi-UNS, 2. Septiano Mulia Muhammad-semester III FH-UMS, dan 3. Hanutio Rinakit Muhammad kelas 4 SD) buah hati pernikahannya dengan Sari Hanurawati SH,
menjelaskan bahwa “Deklarasi Penumbuhan Posdaya Kecamatan Baturetno”, ditindak lanjuti dengan pembentukan Posdaya di 13 desa di Baturetno (Desa: Baturetno, Gambiranom,. Belikurip, Boto,Watuagung, Saradan, Setrorejo, Temon, Glesungrejo, Balepanjang, Sendangrejo, Kedungombo, Talunombo). Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Kepala Desa, masing-masing desa membentuk Posdaya disemua dusun (82 dusun). Untuk Tingkat Kecamatan, dengan SK Camat Baturetno membentuk Tim Pembina Posdaya Tingkat Kecamatan. Tugas Tim Pembina antara lain Melaksanakan koordinasi dengan instansi di Tingkat Kecamatan, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda serta Tim Pembina PKK Kecamatan. Untuk mendorong tumbuhnya prakarsa dalam membentuk Posdaya di wilayah masing-masing. Mengadakan koordinasi dengan instansi terkait Tingkat kecamatan dan unsur-unsur masyarakat yg dipandang perlu untuk secara bersama-sama memfasilitasi terbentuknya Pos Pemberdayaan Keluarga di masing masing desa. Dan melaporkan kepada Tim Pembina Tingkat Kabupaten terkait berbagai kegiatan Posdaya di lapangan. “Alhamdulillah tanggapan ibu-ibu kepada Posdaya sangat bagus, sangat antusias, karena gerak Posdaya sangat sinergis dengan kegiatan PKK. Baik PKK Tingkat Kecamatan, Tingkat Desa, Tingkat Dusun, sampai Tingkat Dasawisma. Gerak Posdaya merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat, yang diharapkan dapat menumbuh kembangkan pemberdayaan perempuan di pedesaan untuk ikut membantu pemerintah dalam menyejahterakan warganya,” ungkap Ketua PKK Baturetno Sari
Hanurawati SH, penuh syukur. Darsini Widodo, penggiat Posdaya Dusun Setren, Desa Kedungombo didampingi Kadus Setren Sugiman, menjelaskan bahwa Posdaya di Dusun Setren dilaksanaan bersama PKK berjalan dengan baik meski pelan-pelan. “Pemberdayan bidang lingkungan, warga desa menanam berbagai tanaman bermanfaat di pekarangan rumahnya. Diharapkan warga desa tidak perlu ke pasar untuk kebutuhan masak sehari hari,” tutur Darsini Widodo sembari menunjukkan berbagai jenis tanaman yang dikembangkan seperti terong, kacang panjang, bayam dan tanaman sayuran lainnya.
Masyarakat mensyukuri produk Posdaya yang terus makin diminati.
Camat Batureno meresmikan Tim Pembina Posdaya Kecamatan Baturetno.
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
41
Camat Baturetno bergambar bersama perangkat desa dan penggerak Posdaya di Dusun Setren, Desa Kedungombo, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jateng.
42
Warga desa juga, tambahnya, mengembangkan tanaman obat seperti kapulaga, tanaman andong untuk obat ambeien, bayam kerdil untuk obat ginjal, daun dewa untuk obat kalau luka, lidah buaya, tanaman untuk membuat cincau, daun dadap srep dan lainnya. Sedang kolam ikan ditanam ikan lele, gurame, ikan betutu, mujaer dan yang lainnya. Kepala Desa Kedungombo Marsiati SPd ibu dua anak (SMP Klas 1 dan anak kedua 9 bulan) buah hati pernikahannya dengan Agus Triatno, menjawab Gemari menyatakan mendukung gerakan Posdaya. “Kami sangat setuju Posdaya. Baik sekali, karena Posdaya mempunyai program yang sangat bagus, khususnya untuk peningkatan kesejahteran keluarga di pedesaan. Di Desa Kedungombo gerakan Posdaya banyak dilakukan melalui gerak ibuibu PKK dan Posyandu. Untuk penanggung jawab tetap perangkat desa,” ungkap Marsiati SPd. Camat Baturetno Drs Teguh Setiyono, MM menjawab Gemari dengan lugas menjelaskan bahwa kiprah TP PKK di kecamatan, desa, maupun dusun, perlu ditingkatkan baik dari
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
segi administrasi, kegiatan dan yang tidak kalah penting kekompakan. “Untuk Desa, hal ini menjadi sangat penting terutama dalam menjemput Undang-undang Desa No 6 tahun 2014. Dalam undang-undang tersebut, desa akan mendapatkan alokasi dana 800 juta sampai 1,2 milyard, tergantung jumlah penduduk, luas wilayah, jumlah KK miskin dan permasalahan desanya. Kalau pemerintah desa, kemudian ibu-ibunya, remajanya, pemudanya, tokoh masyarakat dan tokoh agama-nya tidak siap, dana 800 juta s/d 1,2 milyard tidak bisa dimanfaatkan,” papar Drs Teguh Setiyono, MM semangat. Untuk itu, lanjutnya, PKK Desa harus mempersiapkan berbagai kegiatan melalui Pos Pemberdayaan Keluarga atau Posdaya. Posdaya yang kegiatannya beragam, sektor pendidikan ada, sektor kesehatan ada, sektor ekonomi keluarga ada, pemberdayan lingkungan ada dan lain-lain merupakan kegiatan yang bisa didesain di dalam organisasi PKK. Kalau sebelumnya bingung dana, dengan adanya Undang-Undang Desa, ketua PKK tidak perlu bingung. Desa bisa mengadakan pelatihan sendiri bisa mengundang ahli membuat kue dari Wonogiri. Jadi tidak susah karena anggarannya sudah ada. “Jadi wanti-wanti saya pesan Tim Penggerak PKK Desa bisa lebih eksis lagi, merencanakan betul kegiatan, disusun betul kebutuhan aggarannya dan diusulkan ke pemerintah Desa,” pesan Camat Baturetno Drs Teguh Setiyono MM. HNUR
POSDAYA LEMBAGA KEUANGAN
Ternak Kambing, Budidaya Pisang Cavendish dan Kredit Tabur Puja untuk Posdaya Ketua Yayasan Damandiri menawarkan program ternak kambing dan penanaman pisang Cavendish bagi Posdaya di seluruh Malang. Untuk pengembangan program ternak kambing ini merupakan kerja sama dengan Dompet Dhuafa.
K
ALAU Malang siap akan dikirim sepasang bibit unggul kambing diberikan bagi keluarga miskin angota Posdaya untuk dipelihara kemudian dibagi hasil. Selain itu juga bibit pisang Cavendish yang dapat ditanam di halaman-halaman rumah atau tanah kosong. Hasilnya dapat dibagi untuk keluarga miskin. “Saya siap mengirim 700 ekor kambing ke Malang, kalau memang diperlukan,” kata Prof Dr Haryono Suyono, Ketua Yayasan Damandiri di hadapan peserta Rapat Kordinator LPPM 32 Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta se Malang Raya di Universitas Merdeka Malang, saat memberikan sambutannya pada Sosialiasi Lomba Posdaya Koordinator Posdaya Wilayah II Jawa Timur, kampus Universitas Merdeka Malang. Program pemeliharaan ternak kambing, kata Prof Haryono, bersama Dompet Dhuafa sudah berjalan di berbagai wilayah. Keluarga miskin yang tergabung dalam Posdaya akan dilatih keterampilan cara-cara memelihara kambing-kambing terbaik. “Nantinya ternak kambing-kambing tersebut akan dibeli kembali oleh Dompet Dhuafa untuk kepentingan kurban Idul Adha,” tuturnya. Sedangkan Pisang Cavendish, imbuh Prof Haryono, merupakan hasil dari pengembangbiakan menggunakan metode kultur jaringan. Dengan metode tersebut Pisang Cavendish bisa dipanen dalam waktu 8 bulan. Daging pisang jenis ini berwarna putih kekuningan, rasanya manis agak asam dan lunak. Kulit buahnya agak tebal berwarna hijau kekuningan sampai kuning dengan permukaan halus. Pisang ini sangat laku dipasaran. Sedangkan penanaman pi-
sang ini sudah sukses dikembangkan di Pacitan, Jawa Timur dan Bandung Barat, Jawa Barat. Selain menawarkan ternak kambing dan bibit pisang Cavendish, Prof Haryono juga mengungkapkan perkembangan dari dana Tabur Puja sebesar Rp 7 milyar yang telah terserap dengan baik. “Bedasarkan laporan, Posdaya yang mengambil Kredit Tabur Puja, NPL (Non Performing Loan) nya atau kredit macetnya nol persen,” ujarnya. Dalam kesempatan tersebut, Prof Haryono juga mengatakan, selain mengucapkan terima kasih pada perguruan tinggi yang tergabung dalam Korwil II Jatim yang telah berpartisipasi mengembangkan KKN Posdaya dan membentuk Posdaya. Pada pertemuan dengan LPM dari 32 perguruan tinggi tersebut, Menko Kesra era Pemerintahan Kabinet Pembangunan ini mengungkapkan, tidak kurang dari 220 bupati dan walikota ikut serta dalam gerakan Posdaya, tetapi masih ada juga bupati yang menanyakan dasar hukumnya Posdaya itu apa? “Dasar hukum yang paling dekat adalah Inpres Nomor 3 tahun 2010 yang ternyata tidak semua bupati maupun walikota membacanya. Inpres ini mengarahkan tujuan pada sasaran Millenium Development Goals (MDGs),” kata Prof Haryono seraya menambahkan, sementara kalau bupati maupun walikota sasarannya beda-beda. Ada yang sasaranya citra kabupaten yang bersangkutan. Padahal sasaran bupati dan walikota itu
Prof Dr Haryono Suyono, Purek I Unmer Prof Ir H Respati Wikantiyoso, MSA, PhD, dan Komisariat IV Aptisi Malang Raya dan Pasuruan dr Muljo Hadi, SPOG pada acara sosialisasi Lomba Posdaya di Unmer Malang, Jatim. [FOTO-FOTO: HARI]
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
43
Bibit Pisang Cavendish diteruskan kepala daerah penerima kepada jajaran SKPD untuk disampaikan ke Posdayaposdaya di wilayahnya guna dikembangkan.
44
tidak menyelesaikan delapan sasaran MDGs dan pengetasan kemiskinan. Pengentasan kemiskinan menurut Presiden SBY berhasil menurunkan prosentasi kemiskinan dari 15 persen menjadi 11 persen. Angka 15 persen itu dulu dari penduduk jumlahnya 200 juta tetapi sekarang 11 persen dari penduduk 250 juta sehingga secara fisik jumlah penduduk miskin bukan berkurang tetapi malah bertambah. Namun, kata Kepala BKKBN yang sukses dalam program KB, Presiden SBY merasa sedih karena pada tahun 2015 nanti sudah kelihatan delapan sasaran MDGs itu tidak tercapai. Indikasi itu terlihat dari tingkat kematian ibu hamil dan tingkat kematian pada umumya naik, kematian bayi naik, tingkat kelahiran naik, tingkat kemiskinan naik dan prosentasenya turun. Jumlah orang miskin dari dulu hanya 29 juta, tetapi kalau bertanya kepada distributor beras miskin (raskin) jumlah orang miskin 80 juta. Kalau tanya kepada BPJS (Badan Pelaksana Jaminan Sosial) Kesehatan orang miskin juga 80 juta. Prof Haryono menegaskan, gerakan Posdaya ini basisnya keluarga dan pemberdayaan masyarakat yang usaha ekonominya bukan besar-besaran tetapi mikro dan kecil. Tidak saja basisnya tetapi prioritasnya adalah anak perempuan dan ketenagakerjaan dan kelompok miskin dan termarginal. Untuk itu, lanjut Prof Haryono, meminta untuk membuat Posdaya sebanyak-banyaknya. Seperti di Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang telah menurunkan KKN tidak kurang dari 5000 mahasiswa. Setiap lima mahasiswa membentuk satu Posdaya sehingga diharapkan terbentuk 500 Posdaya. Posdaya ini harus menjadi jaringan yang
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
diketahui oleh camat, kepala desa dan ketua Posdaya. Oleh karena itu tiap kali ada KKN dianjurkan menarik bupati, wakil bupati, camat dan lurah maupun kepala desa untuk menerima Posdaya. Sebagai lansia dan para pensiunan diharapkan bisa menjadi pembina Posdaya di pedesaan. Kalau dulu Lansia itu sisa-sisa dari yang tidak meninggal dunia, tetapi sekarang lansianya ada yang profesor, pensiunan menteri, pensiunan kepala dinas mereka bisa menjadi pembina Posdaya. “Saya telah membantu beberapa bupati untuk mendeklarasikan Posdaya sebagai titik sentral pembangunan pada tingkat kelurahan,” ujar Prof Haryono. Perlu ditekankan kepada bupati, wakil bupati, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) bahwa komitmen yang dibangun Posdaya bukan komitmen sembarangan tetapi komitmen MDGs. Yang dinilai bukan indikator bupati tetapi indikator internasional. Kalau indikator bupati bisa berhasil tetapi kalau diukur MDGs belum tentu berhasil. Prof Haryono juga mengingatkan, hasil dari KKN itu bukan dilihat dari ilmunya si rakyat saja tetapi lebih pada tingkah lakunya keluarga yang didatangi di desa. Dosen dan mahasiswa memadukan ilmu itu yang bisa diterjemahkan oleh rakyat lebih mudah. Menyangkut masalah Lomba Posdaya, Prof Haryono menjelaskan bahwa prinsip dari lomba Posdaya ini harus diukur dari partisipasi keluarga kurang mampu dan mampu untuk saling gotong royong. “Semua Posdaya yang ada diberi kesempatan bukan memilih Posdaya yang baik, tetapi melihat perkembangan posdaya-posdaya yang ada,” ujarnya. Menurutnya, lomba Posdaya ini seperti sensus, kita itu sebetulnya punya berapa Posdaya dan seperti apa? Tahun ini lomba Posdaya untuk pertama kali dilakukan oleh koordinator. Diakhir tahun nanti akan diketahui perkembangannya. Di Malang berapa Posdaya, di Surabaya ada berapa dan di tempat-tempat lain berapa Posdaya. Ditiap-tiap koordinator pemenang Posdaya disediakan hadiah sederhana. Kemudian pada bulan Januari nanti dilakukan penilaian secara nasional. “Gambaran ini tujuannya adalah kita mau menjual Posdaya ini keberbagai SKPD dan instansi. Salah satunya telah dijual ke Pendidikan Tinggi (Dikti) menghasilkan Rp 50 juta, ada juga yang di
jual ke perusahan Antam, Indofood, Holcim dan perusahaan lainnya. Perusahaan atau instansi itu banyak sekali dana-dana dalam bentuk CSR yang perlu disalurkan,” ungkap Prof Haryono. Kita ingin, lanjut Prof Haryono, disetiap daerah ada registrasi untuk ditawarkan kepada perusahaan yang ada. Diakuinya dalam waktu dekat Prof Haryono akan mengadakan perundingan dengan Kepala BPN (Badan Pertanahan Nasional). “Rakyat kita sebenarnya tidak miskin karena dari nenek moyangnya mendapat warisan tanah tetapi masih menggunakan nama nenek moyangnya, sehingga tidak bisa dijadikan agunan untuk pinjam ke bank dan kalau mau balik nama biayanya mahal,” katanya. Di bagian lain, Prof Haryono mengatakan, dalam gerakan kegiatan KKN mahasiswa mengadakan inventarisasi setiap keluarga itu punya jamban atau tidak. Karena masih banyak penduduk desa di Indonesia ini belum punya jamban. Alasannya karena mudah ke sungai, kebunnya luas bisa pindah-pindah buang kotoran sebagai pupuk tanaman. Padahal yang namanya kotoran manusia itu pasti mengandung penyakit yang berbahaya. Kalau di Malang masih banyak warga yang belum punya jamban maka bisa diadakan program jambanisasi. Program berikutnya yang harus diwaspadai ungkap Prof Haryono adalah membuat anak Indonesia pandai. Di Surabaya atau di Malang SMP maupun SMA banyak diisi tidak berasal dari Surabaya maupun Malang tetapi diisi murid berasal dari kota-kota lain sekitar karena SMP dan SMA di Kota Surabaya maupun Malang lebih bagus. Sementara anak-anak di Surabaya atau Malang tidak kebagian sekolah. Untuk itu perlu dicek, apakah ada anak usia sekolah yang tidak sekolah. Diutamakan anak Balita, dan ibu dari anak Balita itu diajak datang ke PAUD Sementara anaknya belajar di PAUD ibunya diberi kursus keterampilan. Keluarga harus ada jaminan pekerjaan. Oleh karena itu harus dilatih ketrampilan dalam rangka pengentasan kemiskinan. Pengentasan kemiskinan melakukan wirausaha mikro bukan usaha besar-besaran. Di Malang wirausaha ini sudah diberi kredit dari Bank UMKM dan Bank BPD. Pemberian kredit untuk selanjutnya akan bergerak di Mojokerto dan Blitar. Proses seperti ini biasanya diadakan aneka pelatihan produksi atau disingkat Pelaju (Petik, Olah, Jual dan Untung). Kalau bidang ekonomi disingkat Pemaju ( proses, kemas dan jual). Dalam kesempatan tersebut Prof Haryono menawarkan agar di Malang bisa dikembang-
kan penggemukan kambing korban. Yayasan Damandiri telah bekerjasama dengan Dompet Duafa akan memberikan kambing untuk digemukkan. Bila tiba wahtunya maka kambing akan dibeli kembali untuk dijadikan hewan korban pada Idul Adha. Syaratnya harus anggota Posdaya dan keluarga miskin. Dan disanggupi akan dikeluarkan dana hampir Rp 600 juta atau sekitar 700 ekor kambing. Menyangkut masalah lingkungan yang mapan, Prof Haryono menjelaskan, basisnya adalah keluarga, di mana setiap rumahnya ada kebun bergizi, anaknya bisa sekolah, jalan di sekitar rumah bagus, tidak banjir, mau masak tinggal ambil sayuran di kebun, mau membuang kotoran ada jamban. Selain itu kalau ada yang berminat menanam pisang cavendish hasil rekayasa kultur jaringan maka Yayasan Damandiri akan menyediakan bibitnya. Pisang cavendis berumur pendek hanya 8 bulan, pisang biasa 14 bulan. Turut memberikan sambutan Komisariat IV Aptisi Malang Raya dan Pasuruan dr Muljo Hadi, SPOG, Purek I Unmer Prof Ir H Respati Wikantiyoso, MSA, PhD, Ketua LPM Unmer Prof Agus Suprapto, PhD, dan Dr Mazwar Noerdin. Nampak hadir selain LPM dari 32 perguruan tinggi, Kabag Perekonomian dan Usaha Kota Malang Muhammad Kharis, Dr Mulyono D Prawiro, Deputi Direktur Bidang Umum Yayasan Damandiri. Mengenai teknis penilaiannya Lomba Posdaya tersebut dipaparkan oleh Dr Mazwar Noerdin yang disertai dialog dengan perwakilan dari berbagai LPM tersebut. HARI
Prof Dr Haryono Suyono siap memberi bantuan sepasang kambing unggul untuk keluarga msikin yang tergabung dalam Posdayua sebagai implementasi MoU dengan Dompet Dhuafa.
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
45
LAPORAN UTAMA
Posdaya Masjid Sukseskan MDGs, Entaskan Kemiskinan dan Makmurkan Umat Masjid selain sebagai pusat menjalankan ibadah keagamaan juga menjadi sentral pemberdayaan umat. Masjid juga berperan dalam mendorong peningkatan IPM dan menyukseskan pencapaian target MDGs. Masjid ditingkatkan dan diluaskan fungsinya sebagai pusat pemberdayaan umat.
Saatnya kembali masjid sebagai pusat peribadatan dan peradaban yang mencerdaskan dan mensejahterakan umat manusia. [FOTO-FOTO: HARI]
46
M
ASJID adalah institusi pertama yang dibangun oleh Rasulullah SAW saat beliau hijrah ke kota Madinah, yakni masjid Quba’. Rasulullah SAW tidak menjadikan masjid hanya tempat shalat semata, namun dijadikan juga sebagai sarana melakukan pemberdayaan umat, seperti tempat pembinaan dan penyebaran dakwah Islam, sebagai tempat untuk mengobati orang sakit, sebagai tempat untuk mendamaikan orang yang sedang bertikai. Masjid saat itu juga sebagai tempat untuk konsultasi dan komunikasi masalah ekonomi, sosial dan budaya, demikian pula digunakan untuk menerima duta-duta asing, sebagai tempat pertemuan pemimpin-pemimpin Islam, sebagai tempat bersidang, tempat mengurus baitul maal, menyusun taktik dan strategi perang, serta mengurus prajurit yang terluka. Demikian pula masjid sebagai sarana tempat pendidikan, dan Rasulullah SAW mengajar langsung dan memberi berkhutbah, dalam bentuk halaqah, di mana para sahabat
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
duduk mengelilingi beliau untuk mendengar dan melakukan tanya jawab berkaitan urusan agama dan kehidupan sehari-hari. Sangat jelas, masjid di zaman Rasulullah SAW mempunyai banyak fungsi. Itulah sebabnya Rasulullah SAW membangun masjid sebagai pusat peribadatan dan peradaban yang mencerdaskan dan mensejahterakan umat manusia. Lewat masjid Rasulullah SAW membangun kultur masyarakat baru yang lebih dinamis dan progressif. Masjid selain sebagai rumah Allah, masjid dibangun untuk memberikan ketenangan, ketenteraman, kedamaian, kesejahteraan, rasa aman kepada para jamaah dan lingkungannya. Di era pembangunan bernuansa global saat ini, sejauhmana masjid memberi kontribusi, utamanya dalam keikutsertaan patisipasinya menyukseskan pencapaian target pembangunan millennium development goals (MDGs) dan peningkatan Indek Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia? Dalam Laporan Pembangunan Manusia atau Human Development Report (HDR) yang dikeluarkan oleh Lembaga PBB untuk Pembangunan atau United Nations Development Programme (UNDP)Pada tahun 2013, Indonesia berada di posisi ke-108. Hal itu diukur dengan peringkat Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index (HDI) dari 187 negara dan kawasan yang dikenal oleh PBB. Nilai HDI Indonesia untuk tahun 2013 adalah 0.684, sehingga menempatkannya pada urutan 108 dan termasuk dalam kelompok pembangunan manusia yang sedang.
Menurut laporan itu, pembangunan manusia yang diukur dengan indeks pembangunan manusia (IPM) memperlihatkan kecendrungan global, termasuk Indonesia, yaitu perlambatan pertumbuhan. Laporan IPM 2014 memasukan IPM yang dihitung ulang dari tahun 1980 hingga 2013. Nilai IPM Indonesia tahun 2012 adalah 0,681. Secara umum, perlambatan itu disebabkan berbagai hal, seperti bencana alam, bencana yang ditimbulkan manusia, konflik, krisis, ataupun perubahan iklim. Karena itu, fokus untuk menghadapi kerentanan, terutama untuk kelompok miskin dan minoritas, perlu mendapat perhatian. Hal penting lain dari laporan ini juga diukur IPM yang disesuaikan dengan kesenjangan pemerataan pembangunan. Hasilnya, IPM Indonesia dari 0,684 menjadi 0, 553 atau berkurang 19,1 persen. Kesenjangan di Indonesia di ukur dengan rasio gini sebesar 0,41, naik dari 0,31 dalam 10 tahun terakhir. Meskipun urusan IPM ini menjadi tanggung jawab pemerintah melalui program pembangunan yang dijalankannya, tetapi masjid sebagai bagian dari komponen masyarakat mempunyai andil untuk memberikan partisipasinya. Dengan memanfaatkan fungsinya, masjid selain menjadi tempat ibadah tetapi juga sebagai pusat kegiatan pemberdayaan umat. Maka berangkat dari situlah masjid itu mengembangkan pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) berbasis masjid yang anggotanya berasal dari kalangan jamaah, tokoh agama, tokoh masyarakat dan komponen lainnya. Seperti Posdaya-posdaya berbasis masjid yang dimotori dan diawali dari kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) Tematik Posdaya Berbasis Masjid Perguruan Tinggi Agama Islam, seperti UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Pengembangan Posdaya Masjid telah menjadi daya tarik bagi pemerintah daerah maupun perguruan tinggi serta tokoh agama. Kesuksesan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang dalam mengembangkan konsep masjid sebagai pusat pengembangan pemberdayaan berbasis masjid ini menjadi pemicunya. Keberadaan semaraknya Posdaya Masjid di berbagai daerah merupakan pengembangan dari program Posdaya yang digerakan secara kebersamaan oleh perguruan tinggi melalui program kegiatan kuliah kerja nyata dan disupport Yayasan Damandiri yang sejak 18
tahun silam komitmen membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan. “Setelah menyelidiki fungsi keluarga itu ternyata bukan satu, tetapi ada delapan fungsi keluarga. Yaitu, fungsi keagamaan, fungsi budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi kesehatan dan reproduksi, fungsi pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi lingkungan. Oleh karena itu kita sekarang serta merta mulai membangun Posdaya juga mendekati Posdaya Berbasis Masjid. Dan itu sudah dilakukan di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat,” kata Prof Dr Haryono Suyono, selaku penggagas model program pemberdayaan Posdaya. Ketua Yayasan Damandiri ini menambahkan, Posdaya Masjid itu membuat sasarannya keluarga yang str ukturnya bertambah tua penduduk usia tua yang tahun 1970 jumlahnya hanya 2 juta sekarang ini hampir 25 juta. Bahkan nanti akan mencapai 50 juta. “Kita ingin Masjid itu menjadi pusat dari pengembangan gerakan yang masuk ke desa. Jadi pengembangan Posdaya Berbasis Masjid itu menjadikan masjid contoh dari pengembangan pada tingkat pedesaan. Masjid menjadi contoh sekaligus ada kegiatannya di situ,” tuturnya. Dicontohkan, Masjid Kayen yang ada di Pacitan yang biasanya kosong sekarang sudah berisi bibit sayuran. Setiap orang yang ikut sholat berjemaah boleh mengambil bibit itu untuk ditanam di perkarangan rumahnya masing-masing. Selain itu, kata Prof Haryono, masjid juga ada PAUD nya sehingga bisa dijadikan contoh bila ada masjid disebuah desa ingin mebuat PAUD. “Jadi pr oses di masjid itu menjadi pusat pemberdayaan, tetapi ukurannya bukan ukuran bupati tetapi ukuran PBB, ukuran Mi-
Pembangun pro rakyat dengan program utama pengentasan kemiskinan berbasis keluarga, pemberdayaan masyarakat serta ekonomi mikro dan kecil merupakan amanat yang harus realisasikan.
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
47
llennium Development Goals (MDGs) sehingga basis kita adalah internasional,” katanya. Sesungguhnya, ujar Prof Haryono, pengembangan Posdaya Berbasis Masjid itu merupakan perwujudan dari pelaksanaan Inpres No 3 Tahun 2010 yang menekankan pada pembangunan yang berkeadilan. Intinya adalah pembangun pro rakyat dengan program utama pengentasan kemiskinan berbasis keluarga, pemberdayaan masyarakat dan ekonomi mikro Dr Hj Mufidah Ch, MAg dan kecil. “Begitu juga dengan pembangunan berkeadilan dengan prioritas pada anak, perempuan serta keluarga miskin,” tambahnya. Selama hampir 40 tahun, aku Prof Haryono, dirinya telah mengembangkan salah satu dari fungsi keluarga, yaitu kesehatan, keluaga berencana (KB) dan kemauan keluarga untuk membatasi anaknya. “Saya masih ingat ketika awal pencanangan program KB di Jawa T imur bersama Almarhum KH Bisri Syamsuri, di Jawa Tengah KH Sahal Mahfudz di Jawa Barat dengan KH Mutaqin membuat pr ogram Keluarga Berencana ber hasil dengan gegap gempita.” Prof Haryono menambahkan, dirinya juga mendatangkan para ulama dari seluruh dunia ke Banten untuk mengambil oper pr ogram KB di Indonesia ke kancah dunia. Sehingga pada tahun 1989 program KB Indonesia dinyatakan oleh dunia berh asil. Pre siden Indonesia, Soeharto mendapat penghargaan dari PBB sekaligus saya mendapat kehormatan ke Kairo untuk bersilaturahmi dengan para ulama di Mesir dengan para sesepuhAl Azhar. “Saya diberi gelar kehormatan dan diterima Presiden Mesir, Husni Mubarok menjadikan KB di Indonesia bagian dari kebanggaan dunia,” ujarnya seraya menambahkan, dalam forum diskusi dengan para Ulama Al Azhar, lanjut Prof Haryono, kata Kyai Sahal Mahfudz sebagai juru bicara, “Indonesia lebih baik dari apa yang dikatakan oleh guru dan ulama AlAzhar”, katanya. Menurutnya, keberhasilan program KB masa lalu sangat dipengaruhi oleh komitmen dan dukungan para Alim Ulama. Dan baru satu fungsi keluarga yang kita perkenalkan, yaitu fungsi kesehatan dan KB. Oleh karena itu setelah tahun 1994 Presiden Soeharto dan saya bertekad untuk membangun keluar ga. “Untuk mengembangkan Posdaya berbasis Masjid ini, awalnya saya bersama rektor IPB bersama Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UIN Maulana 48
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
Malik Ibrahim Maliki Malang, Dr Mufidah Ch, MAg untuk memberikan ceramah tentang program Posdaya Berbasis Masjid di kampus UIN tersebut. Setelah mendengar ceramah tentang program Posdaya, Rektor UIN Malang yang ketika itu, Prof Dr Imam Suprayogo menyatakan UIN Malang siap untuk membangun Posdaya berbasis Masjid,” katanya. Dalam perkembangannya Dewan Masjid Indonesia (DMI) yang diketuai, mantan Wakil Presiden, Yusuf Kala juga sepakat menandatangani kerjasama untuk mengembangkan Posdaya Berbasis Masjid di Indonesia. Kalau kerjasama ini hanya dengan DMI dianggap masih kurang maka pihaknya melapor kepada Menteri Agama dan beliau sepakat yang akhirnya Yayasan Damandiri berdiri dibelakang,” ujar Prof Haryono menjelaskan. Bedanya Posdaya berbasis Masjid dan UIN adalah kalau UIN itu memberikan ilmu. Sementara Posdaya berbasis Masjid tidak saja memberikan ilmu tetapi melihat praktek dari keluarga itu. Ilmunya tidak tambah tidak apa-apa asalkan praktek dalam keagamaan, asal dia praktek pendidikan, asal dia praktek wirausaha. Gerakan menyegarkan modal sosial Posdaya Berbasis Masjid merupakan gerakan masyarakat dengan menyegarkan modal sosial, memperkuat komitmen dan jejaring berbasis kearifan dan potensi lokal yang dilakukan dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. Demikian pendapat diungkapkan Dr Hj Mufidah Ch, MAg, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UIN Maulana Malik Ibrahim Maliki Malang. Mufidah berpendapat, Posdaya berbasis masjid merupakan forum yang berfungsi sebagai medan budaya untuk belajar bersama antara masyarakat, mahasiswa dan dosen, ketiga unsur ini mer upakan sinergi dan soliditas yang kuat untuk eksistensi keberadaan posdayaposdaya yang telah dibangun. “Kenapa Masjid perlu dijadikan sebagai pusat pemberdayaan ummat? Beribadah itu bukan melulu pada kewajiban menjalankan sholat wajib 5 waktu tetapi bagaimana ummat Islam dapat bangkit dari kemiskinan, disinilah konsep pembangunan menjadi integratif antara dunia akhirat,” paparnya. Konsep pengentasan kemiskinan, ujar Mufidah, bukan semata-mata menjadi urusan pemerintah tetapi telah menjadi tanggung jawab jama’ah. Dan perang melawan kemiskin HARI an merupakan jihad di jalan Allah.
CERITA SAMPUL
Bupati Mojokerto H Mustafa Kamal Pasa, SE
Posdaya Memajukan Masyarakat Mojokerto Dalam kehidupan ini teori terkadang tidak selalu jadi acuan. Namun semangat dan hati dalam diri seseorang diiringi kepasrahannya kepada Sang Pencipta tidak sedikit menjadi penentu kesuksesan. Motto inilah yang selalu dipegang Bupati Mojokerto, Jawa Timur, H Mustafa Kamal Pasa, SE dalam memimpin masyarakatnya. Sosok muda yang sederhana, bersahaja, dan tampil apa adanya ini juga selalu berprinsip kalau orang lain bisa mengapa dirinya tidak bisa. Tak pelak, berbagai program pembangunan yang diusungnya pun kerap menuai hasil positif. Lalu bagaimana dengan Program Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang dideklarasikannya?
S
EJAK dilantik menjadi orang nomor satu di Kabupaten Mojokerto bersama Wakil Bupati Mojokerto Dra Hj Choirun Nisa, MPd untuk masa bhakti 2010-2015 pada 27 Agustus 2010 lalu. Laju pembangunan di Kabupaten Mojokerto, terus berkembang pesat. Sarana transportasi, kesehatan, pendidikan, ekonomi dan berbagai macam program pembangunan lainnya giat dilakukan bupati visioner ini. Semuanya itu semata-mata untuk kepentingan masyarakat agar lebih maju dan sejahtera. Kehadiran Posdaya yang kini bergulir di wilayahnya pun langsung disambut positif. Menurutnya, Posdaya yang digagas Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono merupakan ide yang luar biasa. “Gagasan ini harus kita galakan,” cetusnya seraya mengungkapkan kekagumannya kepada sosok tokoh nasional ini, karena diusianya yang kini memasuki 76 tahun namun tetap eksis mendarmabhaktikan ilmu dan sisa hidupnya untuk kesejahteraan masyarakat Mojokerto khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Diakui H Mustafa Kamal Pasa, SE, Posdaya yang dicetuskan Prof Haryono ini mendidik seluruh rakyat Indonesia agar tidak menjadi bangsa pengemis. “Apa yang dicetuskan Prof Haryono dengan Posdaya bahwa kita ini jangan mendidik bangsa menjadi seorang pengemis, jangan mendidik kader-kader bangsa ini yang hanya bisa meminta. Tetapi kita berikan ilmu pengetahuan kepada mereka sehingga bermanfaat sampai kapan pun. Karena kalau ilmu ini diberi kesempatan untuk lebih baik maka ia pasti akan bergerak lebih maju. Inilah yang kini dilakukan Profesor Haryono,” ungkap MKP panggilan akrab di Bupati Mojokerto H Mustafa Kamal Pasa, SE, ini kagum. Selama ini, lanjutnya, yang dilakukan negara selalu memberikan hibah, bantuan,
namun sebenarnya secara tidak langsung apa yang dilakukan itu kurang memberikan manfaat kepada masyarakat untuk waktu jangka panjang. “Sering masyarakat kami menerima bantuan baik dari pusat maupun provinsi berupa sapi. kambing, ayam dan lain sebagainya. Namun sangat disayangkan, bantuan itu seringkali
H Mustafa Kamal Pasa, SE [FOTO: IMAJI INDONESIA]
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
49
H Mustafa Kamal Pasa, SE (kanan), mendampingi Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat berdialog dengan Rektor Umsida Prof Achmad Jainuri, MA, PhD (kedua dari kiri), Ketua LPPM Unesa Prof Dr Ir I Wayan Susila, MT (kiri) dan Hari Tohar dari Bank UMKM Jatim. [FOTO: ADE S]
50
tidak tepat sasaran. Tidak heran, kalau dalam kurun waktu dua atau tiga bulan bukannya sapi, kambing atau ayam itu beranak pinak, namun yang tersisa hanya talinya saja,” ujar H Mustafa Kamal Pasa, SE, prihatin. Namun apa yang dilakukan Prof Haryono melalui Posdaya, tuturnya, ternyata lain. “Kegiatan yang dilakukan melalui Posdaya intinya adalah bukan semata-mata memberi bantuan tetapi lebih memberikan ilmu. Seperti masyarkat di kampung-kampung yang suka ternak sapi, ternak kambing, mereka bukan hanya diberikan bantuan sapi atau kambingnya saja, namun sekaligus diberikan ilmu pengetahuan tentang budidaya ternak sapi atau kambing yang langsung disampaikan para pakar berpengalaman,” ujar pria kelahiran Mojokerto, 27 Maret 1973 ini sangat pasih setelah mendapat penjelasan langsung dari Prof Haryono. Sehingga masyarakat peternak ini, tambahnya, bukan saja bisa memberi nilai tambah, namun juga mampu mengembangbiakkan sapi atau kambing itu, bisa terus beranak dan bergulir. Sehingga nantinya bermanfaat bagi keluarganya. “Paham inilah yang dilakukan Profesor Haryono melalui Posdaya. Saya sebagai Bupati Mojokerto sangat mendukung gerakan beliau,” tegas H Mustafa Kamal Pasa, SE, meyakinkan. “Perlu saya contohkan. Saya lahir dari seorang kepala desa di Desa Tampungrejo. Saya waktu kecil bukan seorang anak yang cerdas, rajin, disiplin, di sekolah nilai-nilainya bagus, tidak seperti itu. Tetapi saya termasuk anak yang sabar, sampai di SMA saja saya masih ada yang dapat nilai lima. Saya jujur apa adanya ini. Tetapi ternyata, kenapa sejak sekolah saya
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
nilainya gak bagus, tetapi saya bisa menjadi bupati,” ucap Bupati Mojokerto periode 20102015 ini mengenang masa-masa sekolahnya seolah-olah tidak percaya apa yang diraihnya saat ini. Namun demikian, lanjut suami dari dr Hj Ikfinah Fahmawati ini, dirinya hanya mendapatkan beberapa ilmu. “Ternyata dalam kehidupan ini teori tidak semata-mata selalu jadi acuan, tetapi semangat dalam diri ini. Saya hanya berprinsip, kalau orang lain bisa mengapa saya tidak bisa. Toh kita sama-sama makan nasinya dan sama-sama minum airnya. Jadi, kalau orang lain mempunyai ilmu lebih bagus, saya juga akan bisa lebih bagus lagi,” tegas pria 41 tahun ini optimis. “Namun kunci dari itu semua adalah sangat tergantung dari semangat kita dan hati kita. Jadi, kalau kita ingin menggapai sesuatu yang lebih bagus, tancapkan semangat dan hati kita dibarengi dengan doa kepada Allah SWT. Isnya Allah, Allah SWT akan memberi ridlo dan manfaat kepada kita semua,” ucap pengusaha penggilingan pasir-batu (sirtu) ini membeberkan rahasia kesuksesannya saat memberi sambutan pada acara Gebyar Posdaya yang berlangsung di Pendopo Graha Maja Tama Kabupaten Mojokerto, Jl Jend A Yani No 16, Mojokerto, Jatim, pada Selasa siang 19 Agustus 2014 lalu. Posdaya sangat bermanfaat Keberadaan Posdaya terus mendapat sambutan positif dari berbagai kepala pemerintah daerah. Bupati Mojokerto H Mustafa Kamal Pasa, SE, menyatakan, Posdaya merupakan program pemberdayaan yang sangat bagus sekali dan sangat bermanfaat bagi masyarakat Mojokerto. “Program Posdaya ternyata sangat berbeda dengan program-program yang selama ini datang dari pusat. Banyak bantuan-bantuan itu sifatnya tidak membangun kemandirian bahkan cenderung merupakan pembodohan. Tetapi dengan adanya Posdaya ini ternyata mampu memberi ilmu dan kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat. Sehingga apabila mereka diberikan bantuan ataupun permodalan, mereka mampu mengembangkan dan ini akan terus berkelanjutan,”
tegasnya optimis. Melalui berbagai kegiatan dalam Posdaya ini, lanjut Mustafa Kamal Pasa, masyarakat dari waktu ke waktu akan terus lebih maju. “Jadi dengan Posdaya yang digagas Bapak Profesor Haryono Suyono ini, apa yang masyarakat peroleh baik berupa bantuan maupun permodalan akan terus mampu dikembangkan secara terus menerus. Tidak habis dan tanpa bekas. Inilah kegiatan yang sangat bagus sekali, Dan pergerakan-pergerakan pemberdayaan seperti inilah yang sangat dinanti masyarakat Mojokerto,” ujar Mustofa Kamal Pasa saat diwawancara Ade Sudrajat, wartawan Majalah Gemari seraya bersyukur dan bangga. Dirinya pun dengan optimis langsung mendeklarasikan Posdaya sebagai ujung tombak pembangunan di seluruh Kabupaten Mojokerto. Aksi sujud dan tampar muka Sebelum maju sebagai calon Bupati Mojokerto, Jawa Timur, H Mustofa Kamal Pasa sudah dikenal di dalam dan luar Kabupaten Mojokerto sebagai pengusaha penggilingan pasir-batu (sirtu). Ketika maju menjadi calon Bupati pun, banyak orang yang meragukannya karena tak memiliki latar birokrasi. Di sisi lain, dua rivalnya, yakni pasangan incumbent Suwandi–Wahyudi Iswanto serta Khoirul Badik–Yasid Qohhar merupakan birokrat. Namun Mustofa tak hilang akal, menggandeng pasangan yang mengerti sistem kerja birokrasi Dra Hj Choirun Nisa, MPd. Wanita berjilbab ini adalah pengawas SMP dan SMA di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Mojokerto. Dalam masa kampanye terbuka yang setiap pasangan mendapat 4 kali kesempatan, pasangan yang berinisial Manis ini hanya sekali menggelar panggung terbuka, yakni saat penutupan kampanye di Lapangan Tambakagung. Sisanya, Mustofa memilih cara kampanye dialog tertutup dari desa ke desa untuk memaparkan visi dan misi ke masyarakat. Dalam tempo lima tahun sejak batal maju di Pilbup 2005, Mustofa juga sering memberikan bantuan ke masyarakat, baik sembako atau uang untuk meringankan beban pen-
H Mustafa Kamal Pasa, SE, bersama istri tercinta dr Hj Ikfinah Fahmawati. [FOTO: IMAJI INDONESIA]
deritaan orang lain. Ia juga mengunjungi tempat-tempat ibadah. Hal itu sesuai dengan motto yang dipakai pasangan Manis, yakni Tulung Marang Liyan (saling menolong, red). Tak sebatas itu saja bentuk bantuan yang diberikan Mustofa, ada pula yang berupa pemasangan paving untuk perbaikan lingkungan dusun atau desa. Mustofa memang orang yang memedomani falsafah Jawa. Bahkan, aksinya sempat memicu kontroversi, yakni ketika Mustofa bersujud di kaki warga serta menyerahkan wajahnya untuk dipukul warga di Desa Menanggal, Kecamatan Mojosari, Mojokerto, Senin, 14 Desember 2009 lalu. Di dua desa lainnya, yakni Desa Banjarsari, Kecamatan Jetis, dan Desa Lengkong, Kecamatan Mojoanyar, Mustofa melakukan aksi sujud di hadapan warga. ”Ini resmi gerakan rakyat dari bawah,” ujar Mustofa saat itu. Usai bersujud pada acara di Desa Lengkong, Mustofa memerintahkan lelaki yang disujudi itu untuk menamparnya. Mulanya lelaki itu tidak berani, tetapi akhirnya tamparan melayang juga setelah didesak. Kemudian muncul teriakan ’’kurang keras” dari Mustofa, yang meminta dipukul lagi. Pukulan berikutnya pun lebih keras. Pada acara rapat akbar di Desa Banjarsari beberapa jam kemudian, aksi serupa juga ditunjukkan oleh Mustofa. Hasilnya, H Mustofa Kamal Pasa, SE yang berpasangan Dra Hj Choirun Nisa, MPd, berhasil memenangi pilkada Mojokerto 2010 dengan perolehan suara sebanyak 67,34 persen. Pasangan ini mengalahkan dua pasangan lainnya yaitu, Suwandi – Wahyudi Iswanto (30,85 persen) dan Khorul Badik – Yazid Kohar (1,73 persen). Selamat! ADE S Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
51
KOLOM KHUSUS
Prof Dr Haryono Suyono*)
Petik Olah Jual dan Untung Suatu pengembangan Ekonomi Kerakyatan, dalam praktek biasanya dilakukan melalui peningkatan dari pengolahan kebun dan sawah tradisional menjadi kebun dan sawah modern dengan sistem yang serba modern. Pengolahan hasilnya juga dilakukan dengan tehnologi super modern sehingga diperlukan investasi dengan dana yang tidak kecil. Akibatnya para petani mundur teratur dan “menjual” asset tanah itu seakan seperti “memberikannya” kepada pemodal besar yang bisa dengan mudah menguasai asset yang menjadi satu-satunya penopang hidup petani yang bersangkutan untuk seumur hidupnya.
C Istilah Pelaju yang artinya petik, olah, jual dan menguntungkan ini diwujudkan dari usaha industi rumahan para anggota Posdaya yang mampu membuktikan bahwa setelah dipanen, atau dipetik, diolah baru dijual dengan harga yang lebih baik dan menguntungkan. [FOTO: SULAEMAN]
52
ARA lain untuk mengembangkan Ekonomi Kerakyatan sedang dilakukan di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Rakyatnya bekerja keras melalui Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya), menyegarkan pola hidup gotong royong untuk mengukuhkan kerja sama dalam mendampingi dan mengembangkan keluarga sejahtera. Menurut pelaporan Ibu Dra Rini Pujiastuti, mantan PLKB yang sekarang sekaligus menjadi pengurus Koperasi Windu Kencana, Posdaya yang dibinanya bersama Pak Komar, Ketua Koperasimya, sanggup menyegarkan hidup gotong royong, memberikan modal untuk usaha mikro dan kecil kepada keluarga yang mau bekerja cerdas dan keras mengolah berbagai produk dari bahan baku lokal tanpa meninggalkan limbah. Bagi penduduk yang sempat berkunjung
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
ke atau singgah di Brebes, Rini menyatakan bahwa rasanya kurang lengkap jika tidak membeli telur asin. Sebab, selain menjadi ikon oleh-oleh khas, telur asin Brebes juga memiliki sejumlah keunikan, dibanding telur asin dari daerah lain. Industri telur asin di Brebes tidak saja mengubah telur bebek untuk sekadar dimasak atau digoreng, sekarang diolah dan bisa tahan lebih lama. Usaha industi rumahan ini seakan-akan membuktikan bahwa telur seakan dipanen, atau dipetik, diolah baru dijual dengan harga yang lebih baik dan menguntungkan. Pelaju, artinya petik, olah, jual dan menguntungkan. Usaha Pelaju dengan mengolah telur itu sejak lama telah sangat meluas hingga tersedia berbagai pilihan jenis dan kualitas telur asin. Masing-masing produsen memiliki kebanggaan sendiri-sendiri yang biasanya dapat dilihat pada kulit telur. Walaupun selera setiap orang berbeda-beda, telur asin yang dinilai berkualitas tinggi memiliki ciri-ciri bagian kuning telur berwarna jingga terang hingga kemerahan, “kering” (dan jika digigit tidak mengeluarkan cairan), tidak menimbulkan bau, amis, dan rasa asin tidak menyengat. Sunarto (42 tahun), salah seorang pelaku usaha telur asin yang beralamat di Kelurahan Limbangan Wetan,
mempunyai usaha yang telah dirintis sejak tahun 2010. Usahanya sampai sekarang bisa mencukupi kebutuhan keluarganya, bisa menabung dan merintis pembangunan rumah yang dihuninya. Dinyatakannya, bahwa “Telur Asin yang saya produksi, baru sekitar 1.200 butir telur asin sehari sehingga saya hanya menjual secara eceran untuk para pelanggan di daerah Songgom, Ketanggungan, Tanjung dan Klampok. Daerah-daerah lain belum bisa saya layani karena terbatasnya modal usaha.” Mengenai kualitas telur asinnya, Sunarto memberi komentar, “Banyak pelanggan yang saya kirim bilang, telur asin buatan saya rasanya enak, gurih, majir dan tidak amis, serta harganya juga terjangkau. Bahan telur asin yang saya beli memang dari pengepul telur mentah, namun ada resep yang membedakan rasa dan gurihnya setelah diolah dan siap untuk di jual”. Sunarto tanpa was-was memberikan resep jitu dalam memilih telur yang bagus dan berkualitas tinggi. Selain itu kelezatan rasa telur asin Brebes dipengaruhi pula oleh kandungan pakan bebek, yang mengutamakan ransum pilihan, protein tinggi dan alami. Pengolahannya tanpa pengawet, sehingga diperoleh rasa tradisional yang khas. Hal inilah yang membedakan telur asin Brebes dengan telur asin daerah lain. Menurut Sunarto “proses pembuatan telur asin pada prinsipnya sama, yaitu telur bebek dibungkus adonan pengasin yang terbuat dari garam, abu gosok, dan tanah liat. Setelah disimpan 14 hari, telur dicuci dan direbus, lalu di pasarkan. Harga telur asin yang diproduksi Sunarto adalah sekitar Rp 2.700 per butir. Dengan harga tersebut ia memperoleh margin keuntungan sebesar Rp 600. Khusus pada hari Lebaran, Sunarto mampu mengolah hingga 2 ribu butir dalam sekali produksi sehari. Lebaran lalu, harga telur asin naik menjadi Rp 2.700 sampai Rp 3.000 per butir. Setelah Lebaran, permintaan pasar akan normal kembali dengan harga Rp 2.500 sampai Rp. 2.700. Telur asin Brebes memiliki beberapa varian yakni Telor Asin Udang, Telor Asin Rebus, Telor Asin Pangon, Telor Asin Panggang, dan Telor Asin Bakar/Asap. Namun untuk Sunarto hanya memproduksi telur asin jenis asin rebus dan asin asap. Sekarang, modal usaha yang dipergunakannya guna memperlancar usahanya berasal dari Pinjaman Tabur Puja Posdaya yang diketuai oleh Ibu Rohayati, sebesar Rp. 2.000.000. Dana yang bisa diakses oleh anggota Posdaya itu disediakan oleh Yayasan Daman-
diri tanpa agunan. Dengan modal itu Sunarto bisa menaikkan pasokan permintaan pelanggan. Keberhasilan itu dijelaskan oleh Ibu Rohayati selaku Ketua Posdaya Limbangan Wetan, “Kredit Tabur Puja digulirkan untuk mendorong dan memotivasi keluarga-keluarga miskin yang tergabung dalam Posdaya untuk bekerja keras memaksimalkan usahanya. Karena usaha mengolah telur itu melibatkan banyak keluarga pra sejahtera, maka keluarga-keluarga itu bekerja bersama memanfaatkan Skim Tabur Puja. Untuk mendapatkan Kredit, keluarga yang bersangkutan harus mau menabung. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran masa depan dan sekaligus meningkatkan taraf kehidupannya agar menjadi sejahtera dengan kemandirian. Dengan demikian, Skim Tabur Puja, mendukung anggota Posdaya mengembangkan usaha bersama dan menjadi salah satu sumbangsih dalam mendorong upaya percepatan pencapaian target MDGs dan upaya menghidupkan budaya gotong royong. Biarpun Skim pinjaman rendah, hanya sebesar Rp 2.000.000,-, tetapi diberikan tanpa agunan dan tanggung renteng antar anggota Posdaya. Jasa yang diberikan sebesar 18% per tahun, dan di samping menabung, setiap keluarga harus mengetrapkan kegiatan kelompok Posdaya seperti memelihara kesehatan lingkungan, menyekolahkan semua anak usia sekolah, menolong keluarga pra sejahtera ikut aktif dalam usaha yang dikerjakannya. *) Penulis adalah Ketua Umum DNIKS, Ketua Umum PB PWRI, mantan Menko Kesra dan Taskin, Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN, sangat mencintai anak bangsanya – www.haryono.com.
Biarpun Skim pinjaman rendah, hanya sebesar Rp 2.000.000, tetapi diberikan tanpa agunan dan tanggung renteng antar anggota Posdaya. Setiap keluarga disamping menabung juga harus mengetrapkan kegiatan kelompok Posdaya seperti memelihara kesehatan lingkungan, menyekolahkan semua anak usia sekolah, menolong keluarga pra sejahtera ikut aktif dalam usaha yang dikerjakannya.
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
53
PENDIDIKAN
Kaum Perempuan Jadi Motivator
Jakarta Menuju Kota Layak Anak Guna ikut menyukseskan program pemerintah yang mencanangkan Jakarta Menuju Kota Layak Anak, Tim Penggerak PKK Provinsi DKI Jakarta mengerahkan seluruh kadernya yang terdiri dari kaum perempuan untuk turun ke masyarakat menyosialisasikan program tersebut. Tak ketinggalan, para kader Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) juga ikut bersinergi menyosialisasikan program bagus ini.
Peserta pelatihan santai sejenak mengikuti permainan.
W
AKIL Ketua I TP PKK Provinsi DKI Jakarta Ny Veronica Basuki Tjahaya Purnama di hadapan ibu-ibu lurah se-DKI Jakarta mengungkapkan hal itu dalam acara Peningkatan Potensi Diri Perempuan, yang diselenggarakan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPKB) Provinsi DKI Jakarta pada 24 Juli 2014 lalu di Hotel Kawanua Jakarta. Dalam kesempatan ini, para ibu lurah mendapat pembekalan materi bagaimana menggali potensi diri. Di antaranya dengan menghadirkan psikolog kondang Dr Niniek L Karim. Peserta juga nantinya akan mendapat pelatihan publik speaking yaitu pelatihan berbicara di hadapan publik. Melalui pelatihan ini, peserta diharapkan mampu meningkatkan potensi diri agar dapat lebih maju dan berkembang. “Peserta terdiri dari ibu lurah dan yang mewakili, agar mereka tahu bagaimana bergerak 54
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
memperhatikan apa yang terjadi di setiap kelurahan. Kami ingin PKK peduli ke masyarakat,” ungkap Veronica. Dia juga berharap, para perempuan di DKI Jakarta terus mengasah potensi yang ada pada dirinya agar dioptimalkan dan diterapkan di lingkungan masing-masing. Ada tiga hal yang harus diterapkan kaum perempuan di lingkungannya. Pertama, bagaimana para perempuan dapat meningkatkan perannya yang lebih konstruktif kepada sesama perempuan dan keluarganya masing-masing. Kedua, bagaimana para perempuan dapat berkontribusi dalam melindungi, memberdayakan dan memajukan kaum perempuan di wilayah masing-masing. Ketiga, Tim Penggerak PKK sebagai leader pengembangan Kota Layak Anak dapat menggali potensi yang ada di sekitarnya, mulai dari mencari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada sehingga implementasi kelurahan layak anak segera terwujud.
“Konteks pembangunan bagi kaum perempuan masa mendatang harus dilakukan secara tepat, wajar dan proporsional. Artinya, upaya untuk memberdayakan kaum perempuan bukan hanya dilakukan untuk laki-laki, tetapi harus berangkat dari tekad dan upaya nyata yang dilakukan oleh kaum perempuan itu sendiri,” jelasnya. Reformasi yang berlangsung sebagai proses transisi menuju demokrasi merupakan kesempatan bagi perempuan untuk mengaktualisasikan diri. Kaum perempuan juga harus menyadari, pembangunan sangat ditentukan oleh kualitas generasi akan datang. Kualitas generasi penerus adalah menjadi tanggung jawab utama kaum perempuan. Menuju Kota layak Anak Sebagai Wakil Ketua TP PKK Provinsi DKI Jakarta, Veronica menegaskan bahwa peran ibuibu PKK di masyarakat sifatnya hanya membantu menggerakkan masyarakat. Sementara untuk masalah-masalah teknis, tetap suku dinas terkait lah yang akan melakukannya. “PKK hanya kaum ibu yang membantu melihat situasi apa yang terjadi dan kita laporkan ke dinas-dinas terkait. Suku dinas ini lah yang akan bergerak untuk membantu semua. Jadi ada sinergi, sinkron dan sama-sama bergerak.” Dalam rangka menuju Kota Layak Anak, kata Veronica, kaum ibu harus menambah wawasan menggali potensi diri. Karena akan ada banyak peraturan-peraturan kebijakan yang nantinya perlu diketahui oleh kaum ibu. “Kota Layak Anak ini bekerja sama dengan PKK bagaimana memonitoring kegiatan anak. Sekarang ini mulai ditetapkan jam belajar 1 jam TV dimatikan. Misalnya dari jam 7 sampai jam 8 malam. Inilah tugas ibu-ibu untuk mengadakan kontrol dan sudah diterapkan di seluruh Jakarta,” jelasnya. Menurut Kepala BPMPKB DKI Jakarta, Dr HR Deded Sukendar, SH, MH, Kota Layak Anak di DKI Jakarta saat
Psikolog Niniek L Karim berdilog dengan peserta pelatihan. [FOTO-FOTO: RAHMA]
ini projectnya ada di 34 wilayah kabupaten/ kota. Kaum ibu diharapkan sangat berperan dalam menyukseskan program ini. “Kaum ibu lebih peduli dan aktif, sehingga bisa menjadi tangan kanan kita membuat kebijakan di provinsi,” jelasnya. Deded juga akan menggerakkan seluruh Pos-pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) maupun Forum Komunikasi Pemberdaya Keluarga yang ada di DKI Jakarta untuk turut ambil bagian menyukseskan program Kota Layak Anak ini. “Dengan adanya kegiatan ini mudah-mudahan mampu menguatkan komitmen bersama tentang pemberdayaan perempuan di Provinsi DKI Jakarta, terutama antara pemerintah, masyarakat dan lembagalembaga sosial. Karena, kualitas perempuan merupakan salah satu indikator kemajuan bangsa,” tandasnya. RW
Wakil Ketua TP PKK Provinsi DKI Jakarta Ny Veronica Basuki Tjahaya Purnama dan Kepala BPMPKB DKI Jakarta Dr HR Deded Sukendar, SH, MH (dua dari kana) saat memberikan arahan pada peserta pelatihan peningkatan potensi.
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
55
PENDIDIKAN
Mahasiswa KKN Universitas Trilogi
Dirikan Posdaya Seruni Rektor Universitas Trilogi Jakarta Prof Dr Ir Asep Saepudin, MSc menyambut baik pembentukan Posdaya yang dibentuk mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Untri di RW 04 Pondok Bambu, Jakarta Timur, yang juga diinisiator oleh pramuka. Pembentukan Posdaya yang bermarkas di PAUD Seruni ini juga mendapat sambutan positif dari Dewan Pembina Untri Prof Dr Haryono Suyono, Lurah Pondok Bambu Budhy Novian dan Ketua RW 04 Muslih yang hadir pada saat peresmian Posdaya Seruni.
Pemotongan pita oleh Lurah Pondok Bambu menandai peresmian Posdaya Seruni. [FOTO-FOTO: RAHMA]
56
D
ALAM sambutannya, Rektor Untri mengatakan, pembentukan Posdaya oleh mahasiswa Untri akan memberi pengalaman kepada mahasiswa KKN. Sebagaimana pengalamannya dahulu sewaktu menjadi mahasiswa KKN tahun 1979, saat itu belum ada Posdaya. Tetapi ada pula kegiatan yang terinisiasi oleh BKKBN, puskesmas dan berkembang menjadi Posyandu. “Sekarang ada kegiatan yang lebih besar
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
lagi, agar kegiatan kemahasiswaan itu menyatu dengan masyarakat, yaitu melalui Posdaya. Mahasiswa bisa belajar banyak mengenai kegiatan kehidupan di masyarakat. Ada kreatifitas yang tidak dipelajari secara text book,” ujar Prof Asep. Menurutnya, kegiatan ini menjadi sangat komperehensif karena melibatkan pramuka yang tergabung dalam Himpunan Pandu Pramuka Wredha (Hipprada). Bahkan para pemuda juga bisa menjadi pramuka berbasis komunitas. “Untri bertujuan memperkuat teknopreneur, kolaborasi dan kemandirian. Selesai KKN, kalian harus tularkan ke adik-adik. Jadilah keluarga pejuang kebenaran,” ujar Prof Asep kepada mahasiswa KKN yang ada. Tiwi, Unik, Lala, Reza dan Taufik, lima mahasiswa Untri yang melakukan KKN di RW 04 Pondok Bambu seraya mengangguk mendengar arahan rektor yang sekaligus pembimbing mereka. Sejak peresmian di Kantor Walikota Jakarta Timur pada 11 Juni lalu, mereka langsung turun membina masyarakat. Mulai dari membuat mie sehat, kebun bergizi dan menanam toga (tanaman obat keluarga). Mie sehat yang bahan adonannya merupakan campuran terigu, telur, bayam ini, kata Tiwi, sangat disukai para ibu. “Mereka sepertinya tertarik, karena ternyata membuatnya gampang, menjualnya pun mudah. Terutama untuk para ibu yang mempunyai anak kecil.
Pembuatan mie sehat ini cocok diterapkan untuk pemberian makanan tambahan anak-anak PAUD,” jelas Tiwi. Meski harus pulang pergi selama puasa, ke lima mahasiswa yang terdiri dari Fakultas Akutansi, Fakultas Ekonomi dan Fakultas Manajemen semester enam Untri ini tampak selalu ceria menyemangati warga untuk berpartisipasi dalam pembentukan forum Posdaya. “Awalnya kita ngobrol dengan Ketua RW yang sebelumnya, lalu mengizinkan kami untuk sosialisasi Posdaya ke masyarakat. Pak Lurah juga antusias, bahkan menyuruh segera dibikin struktur bersama dengan PKK, agar setelah lebaran bisa cepat berjalan,” tutur Unik. Menyaksikan peran mahasiswa KKN yang begitu antusias mengajak masyarakat membentuk Posdaya di RW 04, Pondok Bambu, Pembina Untri yang juga Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono jadi terkagum-kagum. Dia juga menyatakan kegembiraannya atas kedatangan Lurah Pondok Bambu dan Ketua RW 04 yang mendapat undangan mendadak, ternyata berkenan hadir dan berjanji akan ikut mendanai program ini. “Pak lurah saya bisiki untuk mem-Posdayakan seluruh RW yang ada di Pondok Bambu dengan markas di RW 04. Para mahasiswa dan dosennya kita jadikan sebagai relawan,” ujarnya seraya menambahkan, “begitu Pak Asep menugasi mahasiswanya sebagai sukarelawan di kelurahan ini, langsung akan membuat 12 RW menjadi Posdaya di kelurahan ini.” Dijelaskannya, kehadiran Posdaya tidak menggantikan
Bersama mahasiswa, lurah dan tokoh masyarakat canangkan Posdaya di tiap-tiap RW di Kelurahan Pondok Bambu.
kegiatan yang sudah ada, seperti PKK, koperasi, Posyandu. “Posdaya kita ciptakan sebagai forum masyarakat meneruskan pesan untuk membangun sumber daya manusia di kelurahan ini sebagai lingkaran besar menyatukan program yang sudah ada menjadi semacam motivator untuk Pak Lurah agar rakyat ini menyatu.” Usai menjelaskan ini, Prof Haryono Suyono mengajak ibu-ibu yang hadir memenuhi kantor RW 04 ini bersama-sama menyanyikan lagu Posdaya dengan penuh keceriaan. Semangat baru pun kemudian dimunculkan
Lurah Pondok Bambu Budhy Novian saat menggerakkan warganya untuk membangun Posdaya.
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
57
Mahasiswa Universitas Trilogi bergambar bersama usai meresmikan Posdaya Seruni yang dibentuknya.
lelaki usia 75 tahun ini untuk membuat bank sampah di Kelurahan Pondok Bambu. “Setelah lebaran kita gelar pelatihan membuat bank sampah. Kita bikin tas, bunga,
58
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
tali dan sebagainya sehingga sampahnya menjadi berkah. Kita juga akan suplay dengan kartu kredit, buku tabungan sampah. Karena pendekatan kita keluarga, kita harapkan mahasiwa bersama pengurus Posdaya akan melihat keluarga itu dari rumahnya. Kita segarkan kembali gotong royong, akan kita ajari lebih iman dan takwa. Kita ajarkan orangtuanya mendongeng kepada anak balitanya,” imbaunya penuh semangat. Menanggapi hal ini, Lurah Pondok Bambu Budhy Novian berjanji akan ikut mendanai pembuatan bank sampah dan kegiatan Posdaya lainnya. “Bank sampah dulu pernah ada, namun belum bisa berjalan karena kesadaran masyarakat waktu itu belum berjalan. Nanti akan kita buatkan anggaran khusus untuk ini,” jelasnya. Dia juga berharap, hadirnya mahasiswa Untri di kelurahan Pondok Bambu dapat mempercepat proses pemberdayaan keluarga. “Kami akan garap kebersihan dengan mendirikan bank sampah dan composting, mulai dari tingkat keluarga, dasa wisma, RT, dan RW. Jika keluarga baik, sehat, maka RT dan seterusnya juga menjadi baik,” ujarnya. Kelurahan yang memiliki lahan seluas 500 hektar dengan penduduk 74 juta ini memiliki motto Pondok Bambu berseri yaitu bersih, sehat dan indah. Jadi, siapa yang tak senang bila sampah-sampah yang ada di lingkungan perumahan berubah menjadi berkah. Dalam rangka mengembalikan semangat gotong royong di masyarakat, Posdaya juga merangkul para pemudanya untuk bergabung dalam gerakan pramuka berbasis teritorial, binaan Kwarnas dan Kwarcab yang akan segera dibentuk setelah lebaran. “Jangan takut, baju pramukanya saya yang bayar,” tukasnya. RW
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
59
FORUM KITA
Dr Mulyono D Prawiro *)
Penghargaan Membuat Kebanggaan Banyak orang yang baik di dunia ini dan ingin menolong orang lain dengan berbagai caranya masing-masing. Orang semacam ini disebut sebagai penambah atau orang yang menambah sesuatu kepada orang lain. Orang semacam itu adalah orang yang membuat orang lain hidup lebih menyenangkan dan lebih berarti. Hal ini biasanya sengaja dilakukan, agar orang lain dapat berubah menjadi lebih baik, lebih bernilai dan dalam bahasa Jawa orang disebut “diuwongkan” atau dimanusiakan. Seseorang akan merasa bangga bila dihargai sebagai manusia yang terhormat dan bermartabat. Seperti yang dikatakan oleh Frank Tyger dalam bukunya John C Maxwell berjudul Winning With The People, bahwa persabahatan itu terdiri dari telinga yang bersedia untuk mendengar, hati yang memahami, dan tangan yang menolong.
Penghargaan, pengakuan dan pujian bila disampaikan dengan ketulusan dan keiklasan akan berdampak positif bagi si penerima dan akan dikenang seumur hidupnya serta bisa menjadi kebanggaan bagi anak-cucu dan seluruh keluarganya. [FOTO: HARI]
P
ADA dasarnya setiap orang memiliki sifat baik dan keunggulan masing-masing, dan dengan adanya keunggulan itu maka orang juga menginginkan adanya pengakuan dari orang lain atau lembaga maupun pemerintah. Dengan apa yang menjadi keunggulan tersebut, terutama pada kemampuan seseorang dalam melakukan sentuhan-sentuhan yang membuat orang lain bergerak maju dan menjadi lebih bermakna dalam hidupnya, maka selayaknyalah mereka ini mendapatkan penghargaan. Dengan adanya kemampuan seseorang dalam melakukan perubahan, terutama dalam membantu memberdayakan dan membuat orang lain di sekitarnya bergerak dan hidup lebih baik dari sebelumnya, maka orang tersebut bila mendapatkan pengakuan ataupun penghargaan akan merasa bangga, baik itu datang dari lingkungannya atau oleh lembaga yang secara terus menerus 60
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
mengamati, memperhatikan gerak-gerik dan tingkah-lakunya yang secara sengaja hidupnya diperuntukan untuk membantu sesama. Orang yang baik dan sangat berjasa itu, baik di lingkungan sekitar ataupun di mana saja, kiranya perlu mendapat pengakuan dan penghargaan. Karena menurut Dr George Crane, dunia ini lapar akan penghargaan, dunia ini haus akan pujian, artinya semua orang mendambakan akan adanya penghargaan. Apabila seseorang yang telah berinisiatif untuk melakukan perubahan untuk membuat orang lain lebih berkembang, lebih maju dan lebih sejahtera, dan tentunya telah banyak berbuat perubahan yang menguntungkan rakyat banyak, maka orang semacam ini perlu dan pantas mendapatkan penghargaan. Penghargaan ataupun pujian yang positif, akan membawa dampak yang positif pula terhadap lingkungannya, karena dengan penghargaan,
seseorang akan bersemi dan berkembang menjadi seseorang yang sangat memperhatikan orang lain dan bisa menjadi penerang ruangan ketika yang bersangkutan memasuki ruangan dan bagaikan lilin yang menerangi disaat datang kegelapan. Dengan mengangkat orang lain dan membesarkan hatinya, maka para pengangkat dan pemberi penghargaan akan memiliki komitmen untuk membesarkan hati orang lain dan itu akan menjadikan orang lebih bersemangat untuk terus berjuang dan mengembangkannya. Apabila ini dilakukan, sepertinya terkesan kecil tetapi akan memiliki dampak yang luar biasa kepada si penerima penghargaan dan kadang-kadang di luar dugaan kita. Memberikan kata-kata yang baik, bukan dengan mengkritik dan mengangkat semangat seseorang, bukan dengan menjatuhkan, hal ini akan mengubah muka cemberut menjadi senyuman manis yang menyejukkan hati. Pengakuan, pujian dan penghargaan menuntut seseorang akan lebih kreatif dan tidak segan-segan melayani orang lain yang membutuhkan. John C Maxwell mengatakan bahwa setiap orang mampu menjadi seseorang yang mengangkat orang lain, bukan harus orang kaya, atau orang genius, tetapi semua orang bisa dan mampu. Yang harus dimiliki adalah kemauan dan hati untuk orang lain dan mengambil prakarsa untuk mengangkat orang lain dalam hidupnya. Seperti halnya yang dilakukan oleh Yayasan Damandiri beberapa tahun terakhir ini, dengan bangga berupaya mencari mutiara-mutiara bangsa yang dengan suka rela mendarmabaktikan hidupnya untuk membantu sesama untuk membangun dan mengembangkan Pospos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di tanah air tercinta. Mutiara-mutiara bangsa itu bukan hanya perorangan, tetapi institusi pemerintah dan swasta, termasuk perguruan tinggi dan lembaga keuangan yang secara konsisten dan terus-menerus membantu rakyat di desa untuk melakukan perubahan dan bergerak maju ke arah yang lebih positif kehidupan keluargakeluarga yang dulunya tidak mempunyai apaapa ataupun keluarga miskin, dan merubahnya menjadi keluarga yang maju, bahagia dan sejahtera serta memiliki ketrampilan untuk menunjang kehidupan diri sendiri dan keluarganya. Pencarian mutiara-mutiara bangsa seperti itu perlu dilakukan, karena merekalah sebagai ujung tombak pelaksana di lapangan yang membuat keluarga-keluarga Indonesia bergerak maju dan lebih sejahtera. Menciptakan
enterpreneur-enterpreneur baru di pedesaan, sehingga bangsa ini bisa maju dan semua rakyat bisa mendapat kesempatan untuk berwirausaha dan mendapat kehidupan yang lebih sejahtera. Penciptaan lapangan kerja baru ini sangat diperlukan, karena masih banyak rakyat di desa-desa yang belum memiliki usaha dan belum mendapatkan kehidupan yang layak. Upaya pencarian itu dilakukan melalui kerja-sama dengan berbagai mitra kerja yang selama ini bermitra dengan Yayasan Damandiri. Tujuannya antara Dr Mulyono D Prawiro lain adalah untuk menemukan mutiara-mutiara yang terpendam dan mengangkatnya ke permukaan dan diekspose secara nasional, agar apa yang dilakukan dapat dijadikan teladan dan bisa dicontoh orang lain atau lembaga lain. Mereka itu bila mendapat kesempatan untuk diperhatikan, disapa dan dihargai, maka pengabdiannya yang tulus dan ihklas akan mampu ditularkan kepada yang lain dan membuat yang bersangkutan memiliki dampak positif yang luar biasa terhadap lingkungannya. Cahaya kehidupan akan terpancar dan mampu menyinari sekelilingnya dan menjadi panutan yang baik, yang menguntungkan rakyat banyak. Penghargaan, pengakuan dan pujian bila disampaikan dengan ketulusan dan keiklasan akan berdampak positif bagi si penerima dan akan dikenang seumur hidupnya serta bisa menjadi kebanggaan bagi anak-cucu dan seluruh keluarganya. Apa yang dilakukan selama ini dianggap tidak sia-sia dan ternyata membawa manfaat yang luar biasa bagi keluarga, lingkungan dan bagi masyarakat. Dengan penghargaan, seseorang akan mendapatkan kepuasan hidup, karena karyanya, semangatnya dan perjuangannya mendapat tempat di hati rakyat. Posdaya-posdaya akan mampu menciptakan enterpreneur-entrepreneur baru yang akan mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara, karena Posdaya hadir untuk menerangi jalan yang gelap menjadi jalan yang terang dan menciptakan kesegaran dan kedamaian di lingkungan. Kita berikan penghormatan dan penghargaan yang tinggi kepada rakyat yang berhasil dan dengan tulus ihklas melakukan sentuhan-sentuhan guna menghidupkan budaya gotong-royong dan mendorong terciptanya entepreneurentepreneur baru di pendesaan. *) Penulis adalah Dosen Pascasarjana dan Anggota Senat Universitas Satyagama, Jakarta. Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
61
LAPORAN DAERAH
Lomba Gempita Regional II dan Temu Wicara
Klaten Siapkan Gebyar Posdaya dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan secara bertahap terus meningkatkan kemampuan dan kompetensi para penyuluh perikanan. Diharapkan penyuluh perikanan menjadi personal yang ahli penyuluhan dan spesialis di bidang perikanan dan mampu menjadi pendamping dan mitra kerja pelaku utama dan pelaku usaha. Upaya ini dilakukan pada Lomba Gempita (Gerakan Nasional Masyarakat Peduli Industrialisasi Kelautan dan Perikanan) Regional II dan Temu Wicara di Kawasan Mina Politan Kampung Nila, Desa Nganjat, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, pada 22 Agustus 2014.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono menjadi pembicara pada acara Temu Wicara dan Gempita yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan Perikanan di Desa Nganjat, Kec Polanharjo, Klaten, Jateng. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
62
H
ADIR pada acara tersebut Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan Ir Suseno Sukoyono, MM, Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan Dr Ir Rina MSi, Bupati Klaten H Sunarno, SE, MHum , Kepala Pusat Pelatihan Dr Santoso, Kepala Sekretariat Bakorluh (Badan Koordinasi Penyuluh) Provinsi Jawa Tengah Ir Sugeng Riyanto, MSc, Kepala Desa Nganjat Pandu Sujatmoko, SE. Dalam acara Temu Wicara yang mengangkat tema “Dukungan Pemerintah dan Pemerintah Daerah terhadap Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Mengawal Industrialisasi Kelautan dan Perikanan” Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono memberikan motivasi dan sugesti kepada para penyuluh. Motivasi yang diberikan Prof Dr Haryono
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
Suyono yaitu memfungsikan penyuluhan yang ada di pusat-pusat sebagai tiga fungsi utama. Fungsi yang pertama adalah tempat pelatihan bagi para penyuluh secara praktik bisa hidup dengan ikan mulai dari sangat kecil sampai siap panen dan siap jual. Yang kedua, pusat-pusat seperti ini menjadi pusat bibit yang nanti bisa diberikan kepada siapa saja yang ditunjuk oleh Pak Bupati melalui dinasnya untuk menjadi semacam agen dari pusat-pusat produksi yang akan mensuplai pasar. Oleh karena itu produksi setiap hari tidak bisa hanya disuplai dari satu pusat produksi. Fungsi yang ketiga, para penyuluh ini membuat Pandu-Pandu yang banyak. Di mana Pandu ini mempunyai kolam di rumahnya masing-masing. Tidak harus tergantung pada air yang mengalir tetapi ditipu dengan aliran air yang mungkin diambil dari tanah dan mengalir ke kolam-kolam rumah. Sehingga kolam-kolam rumah itu dengan sedikit intervensi vitamin agar air mengalir itu akan
seperti natural sehingga dengan sendirinya seluruh penduduk kampung menjadi industriawanindustriawan ikan yang bisa panen setiap hari. Mantan Kepala Kependudukan dan BKKBN era Presiden Soeharto ini juga menceritakan pengalamannya di Kabupaten Klaten. “Sekitar 15-20 tahun yang lalu saya dituntut oleh masyarakat Klaten sudah ber KB dengan baik lalu masih miskin, masih kurang sejahtera. Kemudian saya datang ke Klaten ditunjukkan oleh bupati untuk pergi ke Desa Janti. Ternyata Desa Janti itu mendapat aliran air yang sangat menarik, jernih dan sangat kaya dengan nutrisi. Kemudian saya pikir-pikir saya anjurkan untuk membikin kolam ikan.” “Pada waktu itu belum ada Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jadi saya bikin kolam-kolam di rumah-rumah penduduk, tiap hari sabtu saya usulkan kepada Pak Harto supaya diliburkan sehingga penduduk dan pegawai-pegawai Pak Bupati itu SabtuMinggu saya dorong untuk pergi ke Desa Janti. Rumah-rumah penduduk dirubah menjadi restoran ikan lengkap dengan sambalnya. Ini pengalaman yang menarik memelihara ikan satu minggu harus panen, itu tidak mudah. Karena harus membesarkan ikan itu bertahaptahap,” ujarnya seraya menambahkan, para penyuluh harus bisa memberi penyuluhan kepada rakyat bahwa produksi suatu desa, satu kecamatan atau satu pusat perikanan tidak boleh panen bareng tapi harus panen secara bertahap supaya bisa dilempar ke pasar. Lebih lanjut, Prof Dr Haryono Suyono menegaskan, “Kita tidak boleh memandang enteng kepada masyarakat. Masyarakat itu kalau di Klaten mempunyai Pak Pandu sebenarnya lebih dari satu Pandu di Klaten ini. Kita mempunyai sekitar 25.000 Pos-Pos Pemberdayaan Keluarga di desadesa. Kalau nanti ada paketpaket program sumbangan pancingan benih untuk mereka yang membuat kolam-kolam seperti Pak Pandu nanti akan kelihatan apakah yang kita sumbang benih tersebut menjadi Pandu yang
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Kepala BPSDMKP Ir Suseno Sukoyono, MM, Bupati Klaten H Sunarno, SE, M.Hum saat mengunjungi Desa Nila pada acara Temu Wicara dan Lomba Gempita.
baik atau Pandu yang gagal.” Dalam kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat, Ketua Umum DNIKS ini juga berharap daerah-daerah yang ada aliran air akan juga sekaligus menjadi pengusaha-pengusaha perikanan terutama daerah-daerah pertanian akan dikembangkan udang galah. “Daerahdaerah pertanian yang ada aliran air seperti ini ikan nila akan kita kembangkan di kelompokkelompok Posdaya dan keluarga. Sehingga kita mulai dari Jawa Tengah itu seperti Semarang, Klaten bahkan Pak Bupati akan menyiapkan waktu pada bulan September itu Gebyar Posdaya dan Perikanan,” ucapnya. Semangat berkarya Dalam kesempatan tersebut Bupati Klaten
Ketua Yayasan Damandiri, Kepala Badan Pengembangan SDM Kelautan Perikanan, Bupati Klaten dan rombongan saat meninjau kolam ikan nila di Desa Nila, Desa Nganjat, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten.
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
63
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono bersama Kepala Badan Pengembangan SDM Kelautan Perikanan Dr Ir Suseno Sukoyono, MM saat meninjau pameran produk olahan ikan.
64
H Sunarno, SE, Mhum menyambut baik kegiatan Gempita ini dengan harapan dapat memberikan spirit baru dalam rangka pembangunan perikanan yang terintegrasi dengan pemangku kepentingan khususnya masyarakat pelaku utama ataupun pelaku usaha untuk mencapai cita-cita masyarakat Klaten yang toto tentrem kerto raharjo. “Tentu bagi kami masyarakat Kabupaten Klaten merupakan suatu kehormatan, kebanggaan karena kehadiran bapak dan ibu akan memberikan efek yang sangat besar bagi seluruh warga masyarakat khususnya di perikanan ini. Hal ini menambah semangat, dorongan untuk meningkatkan usahanya dan tambah semangat untuk berkarya demi kesejahteraan keluarga dan juga ikut andil besar dalam rangka pembangunan nasional,” cetusnya. Lebih lanjut Bupati Sunarno mengatakan, pengembangan perikanan di Kabupaten Klaten memberi arti yang sangat penting dan juga strategis dalam rangka pembangunan ekonomi. Pemerintah Kabupaten Klaten juga membuat SK Bupati Nomor 6 tahun 2009 tentang penetapan di tiga kecamatan yaitu, Karanganom, Tulung dan juga Polanharjo ini sebagai daerah perikanan nila, untuk peningkatan daerah perikanan agar lebih maksimal untuk meningkatkan produksi dari perikanan. Dari kegiatan ini diharapkan tumbuh pola pengembangan komunitas dan juga produkproduk perikanan khususnya. Dengan strategi itu, kelompok diharapkan dapat memotivasi kelompok masyarakat dalam rangka membentuk gerakan enterpreneur yang berbasis pada perikanan. “Mulai tahun ini kita akan kembangkan juga bahwa Desa Nila ini juga akan jadi Desa Wisata. Kita menganggarkan hampir Rp 1
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
miliar untuk penataan lingkungan biar lebih indah. Siapa pun yang rawuh di Desa Nganjat, Polanharjo ini bisa menyaksikan perikanannya juga keindahan desanya juga dalam rangka dukungan untuk peningkatan pengembangan kunjungan wisata di Desa Nila, Desa Nganjat, Kecamatan Polanharjo ini,” ucap Sunarno. Sementara itu Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDMKP) Dr Ir Suseno Sukoyono, MM menjelaskan, “Bagaimana kita menyiapkan sumber daya manusia menuju yang lebih baik melalui program-program industrialisasi. Industrialisasi itu rohnya adalah membuat sesuatu mempunyai nilai tambah. Bahkan sesuatu yang tadinya tidak mempunyai nilai ekonomis mempunyai nilai ekonomis. Bagaimana tulang ikan yang biasanya dibuang diolah oleh ibuibu di Kabupaten Klaten menjadi kripik crispi kalsium. Ini yang tadinya tidak bernilai ekonomis jadi bernilai ekonomis dan dipasarkan ke retail-retail modern.” Menurut Suseno, untuk menyiapkan itu semua diperlukan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan. “Pendidikan kita coba berikan ilmu-ilmu, kemudian pelatihan, di sini ada program dari Balai Pendidikan Pelatihan Kelautan dan Perikanan di Tegal yang siap mendukung oleh para sahabat untuk mempunyai pengetahuan keterampilan yang lebih di bidang manajerial dan juga produk-produk perikanan unggulan yang bisa diserap oleh pasar. Cara yang ketiga melalui pendampingan di penyuluhan,” jelasnya. “Dengan upaya Ibu Bapak penyuluh dan para pelaku utama P2MKP, kita sungguh bersyukur bahwa kita membantu apa yang disebut ketahanan pangan. Bahwa kita menyiapkan lapangan pekerjaan, bahwa kita secara riil di lapangan meningkatkan taraf hidup. Alhamdulillah berkat dukungan Ibu Rina di sentra-sentra mina politan, sentra-sentra yang ada Gempita ini omzetnya tinggi. Kalau total penyuluhan per bulan Mei 2014 saja omzetnya yang disentuh penyuluh sebesar Rp 19 triliun, itu para penyuluh sangat berjasa, ini luar biasa. Dan kita ingin menyebarluaskan ke seluruh pelosok tanah air,” kata Suseno dengan penuh gembira. SUL/DH
LAPORAN DAERAH
Usaha Mandiri dan Berdaya Saing Lomba Gempita (Gerakan Nasional Masyarakat Peduli Industrialisasi Kelautan dan Perikanan) Regional II dan Temu Wicara di Kawasan Mina Politan Kampung Nila, Desa Nganjat, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, pada 22 Agustus 2014 boleh jadi sangat menarik. Menurut Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan Dr Ir Rina, MSi, kegiatan ini merupakan bagian dari salah satu metode penyuluhan dalam menumbuhkembangkan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha perikanan menjadi pelaku usaha yang mandiri dan berdaya saing.
“K
AMI sangat berterima kasih kepada pemerin tah daerah yang terus mengawal keberadaan jumlah penyuluh perikanan sehingga pada saatnya nanti akan berada dalam jumlah yang proporsional sesuai dengan jumlah kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha. Perkembangan jumlah penyuluh perikanan saat ini terus mengalami peningkatan. Di tahun 2010 ada sebanyak 2.494 penyuluh dan saat ini tahun 2014 sudah berjumlah 12.330 orang penyuluh. Hal ini berbanding lurus juga dengan berkembangnya jumlah pelaku utama dan pelaku usaha yang berada di dalam kelompok dari awalnya 11.954 kelompok pada tahun 2010 saat ini sudah 48.473 kelompok yang terdata di pusat penyuluhan. Perkembangan ini memberikan gambaran bahwa pelaku utama semakin bertambah dan mengalami peningkatan signifikan sehingga pada tahun 2014 jumlah pelaku utama yang mandiri sudah mencapai 2.906,” urainya. Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan mengatakan, penyelenggaran lomba Gempita Regional II ini dilaksanakan sebagai apresiasi kepada kelompok pelaku utama dan pelaku usaha atas peran sertanya dalam mengembangkan kelompok usaha perikanan yang telah menjadi contoh bagi kelompok usaha perikanan lainnya serta ikut menyosialisasikan program prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu pengembangan mina politan dan industrialisasi kelautan dan perikanan.
Pelaksanaan Gempita Regional II diikuti oleh kelompok-kelompok terbaik dari kelompok pembudidaya ikan nila Usaha Mandiri dari Kabupaten Tangerang, Banten, Kelompok pembudidaya Ikan Rukun Jaya dari Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah dan kelompok pembudidaya ikan nila Rumboko dari Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Sedangkan Pandu Sujatmoko, SE, Kepala Desa Nganjat dan Penyuluh Perikanan Swadaya sangat gembira dilaksanakannya kegiatan lomba Gempita dan Temu Wicara oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan di wilayahnya. “Kami selaku penyuluh swadaya Kabupaten Klaten ikut merasakan bagaimana kita memberikan suatu inspirasi kegiatan-kegiatan kepada pembudidaya yang akhirnya nanti akan berdaya guna, akan meningkatkan khususnya nilai produksi di Kabupaten Klaten ke depan,” ucapnya. SUL/DH
Berbagai produk olahan ikan dari daging hingga tulang bisa dimanfaatkan dan dikonsumsi. [FOTO: SULAEMAN]
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
65
TASYAKURAN
Ibu Hj Astuti Hasinah Haryono didampingi suami tercinta Prof Dr H Haryono Suyono dan keluarga besarnya saat tasyakuran ultahnya ke-71. [FOTO-FOTO: DOK HAESA]
Tasyakuran HUT ke-71
Ibu Hj Astuti Hasinah Haryono Menapaki usia 71 tahun, Ibu Hj Astuti Hasinah Haryono pada Rabu, 3 September 2014 lalu melangsungkan tasyakuran di kediamannya Jl Pengadegan Barat No 4, Jakarta Selatan. Tasyakuran hari ulang tahun (HUT) istri dari Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr H Haryono Suyono ini digelar dengan penuh rasa syukur, khidmat dan sederhana.
Doa bersama dari seluruh yang hadir untuk kemuliaan Hj Astuti Hasinah Haryono dan Prof Dr H Haryono Suyono serta keluarga besarnya. [FOTO: SULAEMAN]
Prof Haryono dan Hj Astuti Hasinah bergambar bersama para karyawan.
66
Gemari Edisi 164/Tahun XV/September 2014
W
ANITA cantik asli Betawi kelahiran Jakarta, 3 September 1943 ini menikah dengan pria ganteng asal Pacitan, Jawa Timur, Prof Dr H Haryono Suyono pada 30 Agustus 1963 silam yang dikaruniai empat orang anak (Ria Indrastuti, Dewi Pujiastuti, Fajar Wiryono dan Rina Mardiana). Tak pelak, ungkapan syukur pun diungkapkan pasangan ini yang kini telah memasuki tahun ke-51. Dihadiri seluruh keluarga besar baik anakanak, para mantu dan cucu-cucunya. Tak ketinggalan sejumlah kerabat dekat, para karyawan dan wartawan Majalah Gemari, Radio DFM 103,4 serta lainnya. Segenap pimpinan, staf redaksi dan karyawan Majalah Gemari mengucapkan selamat atas ultah yang ke-71. Semoga Allah SWT melimpahkan curahan rahmat, kesehatan, panjang umur, bimbingan, perlindungan serta keselamatan dunia dan akhirat. Aamiin. ADE S