MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BERCERITA BERPASANGAN TERHADAP SISWA KELAS X SMA YPI SUKAWENING KABUPATEN GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012
MAKALAH Oleh KARYATI 10.21.0443
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012
MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BERCERITA BERPASANGAN TERHADAP SISWA KELAS X SMA YPI SUKAWENING KABUPATEN GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh KARYATI 10.21.0443 Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung 2012 ABSTRAK Penulis memberi judul dalam penelitian ini adalah “Model Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Dengan Menggunakan Teknik Bercerita Berpasangan Terhadap Siswa Kelas X SMA YPI Sukawening Kabupaten Garut Tahun Pelajaran 2011/2012”. Karena dilatarbelakangi dengan kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa keterampian menulis ternyata masih rendah. Hal ini karena adanya masalah dalam pengajaran menulis. Sampai saat ini di negeri kita siswa SMA belum mahir menulis dengan baik. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan-metode eksperimen. Metode ini merupakan metode penelitian yang menguji hipotesis berbentuk hubungan sebab-akibat melalui manipulasi variabel independen (misalnya treatment, stimulus, kondisi) dan menguji perubahan yang diakibatkan oleh manipulasi tersebut (Subana dan Sudrajat, 2001:95 dalam Nurjanah, 2006:28). Kemampuan menulis karangan narasi siswa sebelum diberi perlakuan dapat diketahui berdasarkan data penelitian prates siswa yang tergolong rendah dengan rata-rata nilai 54,50 . Jika dibandingkan dengan skor maksimal yaitu 100, skor prates para siswa ini tertinggal cukup jauh. Kemampuan menulis karangan narasi siswa setelah diberi perlakuan dapat pula diketahui berdasarkan data hasil pascates siswa yang nilainya jauh meningkat. Dari perhitungan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa rata-rata nilai pascates yang diraih siswa adalah 71,77. Artinya, rata-rata nilai mengalami peningkatan sebesar 17,27. Peningkatan nilai yang cukup jauh ini tentunya disertai dengan peningkatan pemahaman siswa tentang penulisan karangan narasi baik dari segi kenarasian maupun ejaan yang digunakan. Hal ini diperkuat oleh hasil perhitungan statistik yang menunjukkan bahwa diperoleh thhung sebesar 9,72. Dengan menggunakan derajat kebebasan 34 dapat diketahui bahwa ttabei dengan taraf kepercayaan 95% adalah 2,75. Artinya, thitung lebih besar daripada t,abei dan terdapat perbedaan yang signifikan antara prates dan pascates. Kata Kunci : Menulis/Cerita Berpasangan
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan yang paling akhir dikuasai setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca. Ketetampilan menulis ini merupakan salah satu faktor penentu wawasan keilmuan seseorang. Hal ini dapat diamati dari perbendaharaan kata, penguasaan teks, kohesi dan koherensi dalam karangan. Menulis dipandang sebagai suatu ilmu dan seni karena disamping memiliki aturan-aturan yang mengandung tuntutan bakat yang mengakibatkan suatu tulisan tidak semata-mata sebagai batang tubuh sistem yang
membawakan makna atau maksud, tetapi juga membuat penyampaian tersebut menjadi unik, menarik, dan menyenangkan bagi pembacanya (Latifah, 2005:3). Mengingat betapa pentingnya arti kemampuan menulis bagi masyarakat terutama siswa, sudah sewajarnya pengajaran menulis dibina sebaikbaiknya. Hal tersebut dapat dicapai dengan bimbingan yang sistematis dan latihan yang intensif sehingga tidak mengherankan bila keterampilan menulis itu tidak mungkin dikuasai siswa hanya melalui teori saja, seperti diungkapkan Tarigan (1994:4) bahwa keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang diperoleh
melalui proses praktik dan latihan secara teratur. Dengan alasan itulah, guru sebagai pengajar di sekolah harus mempunyai metode, teknik, media/model pembelajaran yang tepat untuk menarik dan mengarahkan minat dan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi. Salah satu hal yang menandai profesionalisme guru adalah komimennya untuk selalu memperbarui dan meningkatkan kemampuannya dalam suatu proses bertindak dan berefleksi. Artinya guru perlu mempunyai persediaan strategi dan teknik-teknik pembelajaran yang pasti akan selalu bermanfaat dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehari-hari. Salah satu upaya guru untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi yaitu dengan menggunakan teknik pengajaran dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan pada anak untuk bekerja sama dengan tugas-tugas terstruktur (Lie, 1999:12). Melalui pembelajaran ini siswa bersama kelompok secara gotong royong maksudnya setiap anggota kelompok saling membantu antara teman yang satu dengan teman yang lain dalam kelompok tersebut, sehingga di dalam kerja sama tersebut yang cepat harus membantu yang lemah, oleh karena itu setiap anggota kelompok penilaian akhir ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Kegagalan individu adalah kegagalan kelompok dan sebaliknya keberhasilan siswa individual adalah keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif antara lain dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa, menumbuhkan sikap saling menghormati dan bekerja sama, menumbuhkan sikap tanggung jawab, meningkatkan rasa percaya diri, dapat belajar memecahkan masalah dengan cara yang lebih baik. Salah satu teknik cooperative learning yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis karangan narasi yaitu teknik bercerita berpasangan. Teknik ini dapat merangsang ketertarikan siswa untuk mengikuti pembelajaran terutama pembelajaran menulis yang cenderung menjenuhkan bagi siswa. Pemilihan teknik ini didasarkan karena teknik tersebut memiliki kelebihan yakni dapat merangsang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi, tetapi dengan suasana yang lebih santai dan menyenangkan sehingga materi pelajaran akan lebih mudah dipahami. Selain itu, penggunaan teknik bercerita berpasangan juga dapat melatih kerja sama antarsiswa karena dilakukan secara berpasangan sehingga menghasilkan tulisan atau karangan yang lebih kreatif. Adapun beberapa teknik pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran
adalah Mencari Pasangan, Bertukar Pasangan, Berkirim Salam dan Soal, Kepala Bernomor (Numbered Heads) Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Guests), Tari Bambu, Jigsaw, Bercerita Berpasangan, dan beberapa teknik lain yang dapat dikreasikan oleh pengajar. Semua teknik tersebut dapat menarik minat siswa untuk mengikuti pembelajaran. Maka dari itu, peneliti akan mencoba melakukan penelitian yang belum dilakukan penelitipeneliti sebelumnya dengan menggunakan teknik bercerita berpasangan dalam pembelajaran menulis narasi pada siswa kelas X di SMA YPI Sukawening Kabupaten Garut. Peneliti berharap penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa terutama menulis karangan narasi. Selain itu, dengan menggunakan teknik-teknik pembelajaran yang menarik akan lebih memacu kreativitas siswa dalam mengikuti semua mata pelajaran. KAJIAN TEORI DAN METODE Menulis Pengertian menulis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena, melahirkan pikiran dan perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan, mengarang cerita (KBBI, 2003:1219). Tarigan (1994:21) mendefinisikan menulis, yaitu melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Lebih lanjut Tarigan memaparkan bahwa menulis merupakan suatu representasi bagian.dari kesatuan ekspresi bahasa (Tarigan, 1994:21). Menulis adalah penjabaran gagasan resmi dan teratur tentang suatu topik atau bahasa karangan dan berkaitan dengan kegiatan mengarang. Mengarang merupakan pekerjaan merangkai atau menyusun kata, frase, kalimat, alinea yang dipadukan dengan topik dan tema tertentu untuk memperoleh hasil akhir berupa karangan (Megasari, 2007:2). Berdasarkan pengertian penulis di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis yaitu mengungkapkan perasaaa, imajinasi pikiran atau gagasan seseorang yang disajikan berdasarkan rangkaian yang sistematis dan terorganisir dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau mediannya sehingga orang lain dapat membaca dan memahami makna yang terkandung di dalamnya. Pengertian Karangan Narasi Karangan narasi adalah karangan yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian. Dalam karangan narasi terdapat alur cerita, tokoh, setting,
dan konflik. Karangan narasi tidak memiliki kalimat utama. Karangan narasi disusun dengan merangkaikan peristiwa-peristiwa yang berurutan secara kronologis. Karangan narasi bertujuan agar pembaca diharapkan seolah-olah mengalami sendiri peristiwa yang diceritakan. Karangan narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utaraanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu. Atau dapat dirumuskan dengan cara lain bahwa narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi (Keraf, 1981:135). Narasi adalah teks yang di dalamnya menceritakan suatu kejadian secara runtut dalam satu kesatuan waktu (Damayanti, 2007:12). Narasi adalah suatu karangan yang isinya mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian itu sendiri, Peristiwa yang dikisahkan dalam prosa narasi berupa serangkaian tindakan atau perbuatan yang memiliki hubungan kausalitas dan terikat oleh satu kesatuan ruang dan waktu (Suryanto, 2007:36-39). Djuherli dan Suherli (2001:48) menyebutkan bahwa narasi adalah karangan yang mengisahkan suatu peristiwa yang disusun secara kronologis (sistematika waktu) dengan tujuan memperluas pengalaman seseorang. Senada dengan Rusyana (1978:3-4) yang menyebutkan bahwa narasi adalah karangan kisahan yang isinya memaparkan terjadinya peristiwa, baik peristiwa kenyataan maupun peristiwa rekaan. Berdasarkan pengertian tersebut, penulis menyimpulkan bahwa karangan narasi adalah karangan yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dengan tujuan agar pembaca seolah-olah sudah menyaksikan atau mengalami kejadian yang diceritakan. Dalam karangan narasi penulis mengutamakan alur cerita, dengan menyajikan peristiwa secara berurutan atau kronologis sehingga pembaca seolah-olah mengalami kejadian yang diceritakan. Teknik Pembelajaran Menulis Teknik adalah cara konkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung. Guru dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. Artinya, satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran. Teknik pembelajaran bahasa Indonesia adalah cara atau kiat yang digunakan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Teknik ini biasanya dikaitkan dengan kegiatan penyajian bahan di kelas serta segala cara dan upaya guru dalam kegiatan pembelajaran (Subana, 2002:195). Dalam penyampaian materi pembelajaran, tidak ada satu teknik pun yang dianggap paling baik
dibandingkan teknik yang lainnya. Setiap teknik mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Sebuah teknik cocok digunakan untuk sebuah materi, tetapi belum tentu cocok diterapkan untuk materi pembelajaran lain. Teknik pembelajaran sangat bersifat khusus dan setiap guru tentunya mempunyai teknik tersendiri. Kepiawaian guru dalam menggunakan teknik mengajar sangat berkorelasi dengan kreatifitas dan banyaknya pengalaman seseorang dalam mengajar. Teknik Bercerita Berpasangan Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan pada anak untuk bekerja sama dengan tugas-tugas terstruktur (Lie, 1999:12). Melalui pembelajaran ini siswa bersama kelompok secara gotong royong maksudnya setiap anggota kelompok saling membantu antara teman yang satu-dengan teman yang lain dalam kelompok tersebut sehingga di dalam kerja sama tersebut yang cepat harus membantu yang lemah. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok penilaian akhir ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Kegagalan individu adalah kegagalan kelompok dan sebaliknya keberhasilan siswa secara individual adalah keberhasilan kelompok. Sistem pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Metede pembelajaran kooperatif disebut juga metode pembelajaran gotong royong. Ironisnya model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan, walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Kebanyakan pengajar enggan menerapkan sistem kerja sama di dalam kelas karena beberapa alasan. Alasan yang utama adalah kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika mereka ditempatkan dalam grup. Selain itu, banyak orang mempunyai kesan negatif mengenai kegiatan kerja sama atau belajar dalam kelompok. Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk mencapai kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Metode penelitian Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan dalam mencapai suatu tujuan. Metode penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta dan simpulan agar dapat dipahami, menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan
keadaan (Syamsudin dan Damaianti 2006:14). Adapun Sugiyono (2007: 2) menyatakan bahwa metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh pengetahuan atau pemecahan suatu masalah yang dilakukan secara ilmiah, sistematis, dan logis, serta terencana. Metode penelitian yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah metode eksperimen atau eksperimen. Penulis mengambil metode ini karena untuk mengujicobakan suatu teknik pembelajaran, apakah teknik itu dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis atau tidak, untuk dijadikan sebuah alternatif pembelajaran di kelas. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Prates dan Pascates Setelah melakukan pengumpulan data melalui penelitian yang dilakukan di sekolah, penulis akan melakukan pengolahan data. Data yang akan diolah kemudian diuji taraf signifikansinya. Hal tersebut diiakukan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya penelitian yang telah penulis lakukan. Pada saat penelitian terdapat beberapa siswa yang tidak mengikuti prates dan pascates dengan bermacam-macam alasan diantaranya, yaitu alasan izin dan sakit. Siswa yang tidak mengikuti prates dianggap tidak mengikuti pascates, begitupun sebaliknya siswa yang tidak mengikuti pascates dianggap tidak mengikuti prates. Jadi, dari 40 siswa yang dijadikan sampel penelitian, hanya 35 siswa yang mengikuti prates dan pascates. Terdapat nilai rata-rata yang didapat siswa pada saat prates adalah 54,5 dan pada saat pascates adalah 71,77. Nilai ini diperoleh dari perhitungan jumlah nilai rata-rata dibagi jumlah siswa. Berdasarkan perhitungan, diperoleh nilai reabilitas antarpenimbang sebesar 0,98. Bila dilihat dalam tabel Guildfort, koefisien reabilitasnya termasuk pada kualitas sangat tinggi, karena berada di antara range 0,800-1,00. Artinya tingkat kepercayaan terhadap penilai antarpenimbang sangat tinggi dan tidak diragukan keobjektifannya dalam memberi penilaian. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa penilaian yang dilakukan sangat objektif. Diperoleh nilai reabilitas antarpeniinbang sebesar 0,82. Bila dilihat dalam tabel Guildfort, koefisien reabilitasnya tcrmasuk pada kualitas sangat tinggi, karena berada di antara range 0,800-1,00. Artinya tingkat kepercayaan terhadap penilai antarpenimbang sangat tinggi dan tidak diragukan keobjektifannya dalam memberi. penilaian. Oleh
karena itu, dapat diketahui bahwa penilaian yang dilakukan sangat objektif. Melihat kriteria pengujian normalitas di atas, dapat diketahui < yaitu 1,35 < 7, 81. Maka data prates di atas berdistribusi normal. Melihat kriteria pengujian normalitas di atas, dapat diketahui > , yaitu 4,21 > 3,80. Maka data pascates di atas tidak berdistribusi normal. Hipotesis = Rata-rata nilai prates dan pascates adalah sama = Rata-rata nilai prates lebih rendah dari ratarata nilai pascates 1) dasar pengambilan keputusan < maka Ho diterima jika > maka Ho ditolak Pada taraf kepercayaan 95% dan derajat kebebasan 34, diperoleh t 2,75. Hal ini berarti lebih besar dari . Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis kerja diterima dan hipotesis nol ditolak. Artinya, ada perbedaan yang signifikan pada kemampuan menulis karangan narasi siswa antara sebelum dan sesudah menggunakan teknik bercerita berpasangan. Dengan kata lain, penerapan teknik bercerita berpasangan efektif dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa. SIMPULAN Simpulan Pencapaian tujuan pembelajaran dipengaruhi banyak faktor. Salah satunya adalah penggunaan teknik yang diharapkan dapat membantu mempermudah proses belajar mengajar guna mencapai tujuan yang diharapkan. Pada penelitian ini, penulis menggunakan teknik bercerita berpasangan sebagai cara untuk memudahkan siswa menulis karangan narasi. Kemampuan menulis karangan narasi siswa sebelum diberi perlakuan dapat diketahui berdasarkan data penelitian prates siswa yang tergolong rendah dengan rata-rata nilai 54,50 . Jika dibandingkan dengan skor maksimal yaitu 100, skor prates para siswa ini tertinggal cukup jauh. Setelah dianalisis berdasarkan hasil karangan siswa, umumnya mereka mengalami kesulitan saat pengembangan alur, tokoh, sudut pandang, dan dalam pemilihan kata. Sebagian besar siswa masih belum dapat berimajinasi dalam mengembangkan cerita. Mereka masih kebingungan dengan jenis-jenis karangan lain seperti argumentasi, deskripsi, persuasi, dan eksposisi. Selain itu, penggunaan ejaan yang baik dan benar pun belum dikuasai sepenuhnya oleh siswa.
Kemampuan menulis karangan narasi siswa setelah diberi perlakuan dapat pula diketahui berdasarkan data hasil pascates siswa yang nilainya jauh meningkat. Dari perhitungan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa rata-rata nilai pascates yang diraih siswa adalah 71,77. Artinya, rata-rata nilai mengalami peningkatan sebesar 17,27. Peningkatan nilai yang cukup jauh ini tentunya disertai dengan peningkatan pemahaman siswa tentang penulisan karangan narasi baik dari segi kenarasian maupun ejaan yang digunakan. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa. 1) Kemampuan menulis karangan narasi siswa sebelum diberi perlakuan, yaitu sebelum mengikuti pembelajaran menulis karangan narasi dengan menerapkan teknik bercerita berpasangan belum dapat dikatakan baik. 2) Kemampuan menulis narasi siswa setelah diberi perlakuan, yaitu setelah mengikuti pembelajaran menulis karangan narasi dengan menerapkan teknik-bercerita berpasangan mengalami peningkatan. 3) Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pembelajaran menulis sebelum dan setelah menggunakan teknik bercerita berpasangan. Hal ini terlihat dari perolehan nilai rata-rata prates yang meningkat sebanyak 17,27 setelah diberi perlakuan (pascates). Hal ini diperkuat oleh hasil perhitungan statistik yang menunjukkan bahwa diperoleh thhung sebesar 9,72. Dengan menggunakan derajat kebebasan 34 dapat diketahui bahwa ttabei dengan taraf kepercayaan 95% adalah 2,75. Artinya, thitung lebih besar daripada t,abei dan terdapat perbedaan yang signifikan antara prates dan pascates. Mengacu pada keterangan di atas terbukti bahwa penerapan teknik bercerita berpasangan berperan dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa. Jadi, hipotesis nol ditolak dan hipotesis keija diterima yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis karangan narasi sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran menulis karangan narasi dengan menerapkan teknik bercerita berpasangan. DAFTAR PUSTAKA Aini, Ibunda. (2006). Membaca dan Menulis Seasyik Bermain. Bandung: Mizan. Alwi, Hasan at.all. (2003). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. (2007). Manajemen Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. (1994). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Depdikbud. (2001). Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Depdiknas. (2004). Pedoman Penulisan Karya ilmiah. Bandung: UPI. Herlis, Yuliana. 2008. Penerapan Teknik Pengembangan Observasi Menwrut Spasi dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi di Kelas X SMA Puragabaya Bandung. Bandung: UPI. Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia. Kridalaksana, Harimurti. (2001). Kamus Linguistik Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Lie, Anita. (2007). Cooperative learning “Mempraktikkan Cooperative Learning di ruang kelas “. Jakarta: PT Grasindo. Nurgiyantoro. (2001). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Oktaviani, Fanny. (2008). Pembelajaran Menulis Narasi dengan Menggurakan Metode Sinektik di Kelas X SMAN 1 Sumedang Tahun Pelajarcm 2007/2008. Bandung: UPI. Subana, M dan Sudrajat. (2005). Dasar-dasar Penelitian ttmiah. Bandung: Pustaka Media. Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suhendar, Supinah.(1992). MKDU (Mata Kuliah Dasar Umum) Bahasa Indonesia. Bandung : Pionir Jaya. Syamsuddin, AR dan Damaianti, Vismaia S. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: UPI dan Rosda. Tarigan, Henri Guntur. (1994). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Bahasa. Bandung: Angkasa. Wahyudi. Hendri. 2008. Pembelajaran Menulis Karangan Narasi dengan Menggunakan Teknik Pengembangan Peribahasa Berlatar Belakang Suasana Musikal. Bandung: UPI