MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA CEPAT DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI KELAS IV SDN SUDALARANG III SUKAWENING KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011-2012
MAKALAH
Oleh : Hj. BANAH SAPTARIAH 10.21.0430
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012
MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA CEPAT DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI KELAS IV SDN SUDALARANG III SUKAWENING KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011-2012 Oleh : Hj. BANAH SAPTARIAH 10.21.0430 Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung 2012 ABSTRAK Berdasarkan hasil penelitian dan observasi yang penulis laksanakan, terdapat rumusan-rumusan masalah sebagai berikut : 1) Apakah pembelajaran membaca cepat melalui pendekatan kontekstual cukup efektif ? 2) Apakah pembelajaran membaca cepat melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa? 3) Apakah pembelajaran membaca cepat melaui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kreatifitas siswa ? Pembelajaran membaca cepat melalui pendekatan kontekstual banyak ditemui keunggulan-keunggulan sebagai berikut : 1) Pembelajaran membaca cepat melaui pendekatan kontekstual cukup efektif. 2) Pembelajaran membaca cepat melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 3). Pembelajaran membaca cepat melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kreatifitas siswa. Tujuan penelitian yang ingin dicapai dari pembelajaran membaca cepat melalui pendekatan kontekstual adalah untuk mengetahui kemampuan membaca siswa, memahami isi bacaan dan memjawab pertanyaan-pertanyaan dari bacaan tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dan deskriptif karena dengan metode ini diaharapkan siswa dapat menjelaskan peristiwa atau kejadian yang dialaminya. Teknik yang digunakan adalah teknik pengumpulan data dengan memberikan pretest dan postest berupa mencari kosa kata dan menjawab pertanyaan dari bacaan dengan benar. Data yang diperoleh dari observasi terhadap aspek-aspek yang diamati pada pembelajaran membaca cepat melalui pendekatan kontekstual memmjukan kegiatan belajar mengajar yang cukup baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran membaca cepat melalui pendekatan kontekstual di kelas IV SDN Sudalarang 3 Kecamatan Sukawening Kabupaten Garut cukup efektif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kata Kunci : Membaca Cepat/Pendekatan Kontekstual
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya masyarakat yang gemar belajar. Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan melalui membaca. Masyarakat yang gemar membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya, sehingga lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa mendatang. Membaca semakin penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Dapat dikatakan setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Kemampuan membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-hari manusia,
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan media informasi yang semakin maju. Untuk membaca harus mengetahui persyaratan yang harus dipenuhi oleh para pembaca sebelum melakukan kegiatan membacanya. Beberapa kejadian yang melatar belakangi akan pentingnya teknik membaca diantaranya, membaca merupakan kegiatan yang membosankan, menyita waktu dan membutuhkan ketenangan. Kasus-kasus seperti ini banyak dialami oleh para pembaca yang tidak memiliki tujuan membaca, tidak memiliki sasaran yang ingin dicapai. Membaca pada hakekatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktifitas visual, berfikir, psikolinguistik dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca
merupakan proses penerjemahan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata tulisan. Sebagai suatu proses berfikir. Membaca mencakup aktifitas pengenalan kata. Pengenalan kata bisa berupa aktifitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus (Crawley dan Mountain: 1995). Dalam membaca dapat terkandung di dalamnya pemahaman dan makna untuk mengetahui isi bacaan yang telah dibacanya. Untuk itu penulis menggunakan pendekatan kontekstual dalam membaca dikelas IV Sekolah Dasar. Dengan pendekatan ini dapat membimbing siswa untuk membaca dengan benar dan menemukan informasi yang diinginkan dari bahan bacaan. Kerena sudah menjadi suatu kenyataan dalam menerima informasi membutuhkan keterampilan berbahasa, baik bahasa tulisan maupun bahasa lisan. Menyadari betapa penting keterampilan membaca, maka penulis merasa terpanggil untuk berpartisipasi dalam meningkatkan kemampuan membaca dan memahami maknanya. Agar para siswa menjadi generasi yang dapat menangkap ilmu pengetehuan yang tersimpan didalam buku. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat masalah pembelajaran membaca cepat dengan menggunakan pendekatan kontekstual (CTL) ini menjadi judul skripsi. Harapan penulisan, skripsi ini dapat menambah wawasan siswa dalam menuangkan pendapat dan perasaannya. KAJIAN TEORI DAN METODE Pembelajaran Membaca Pembelajaran adalah suatu proses membelajarkan siswa dengan memanfaatkan tempat belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai (Santoso, KTSP:5.15). Makna pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikatakan bahwa pembelajaran menunjukkan pada usaha siswa mempelajari bahan pelajaran sebagai akibat perlakuan guru (Sanjaya, 2005:81). Kemampuan membaca merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan untuk mengetahui dan memahami segala bidang ilmu pengetahuan. Membaca pada hakekatnya adalah suatu hal yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik dan meta kognitif. Pengertian membaca Pada bagian ini penulis akan mengemukakan definisi membaca menurut para ahli, yaitu: a. Membaca adalah suatu aktifitas yang rumit atau kompleks karena bergantung pada keterampilan membaca siswa dan tingkat pembelajarannya.
Mengajarkan membaca dengan suara keras untuk menunjang keterampilan melafal. Banyak guru bahasa berpendapat bahwa perlu diberikan latihan menyimak dan menirukan terlebih dahulu sebelum siswa membaca secara diam. Membaca dengan suara keras dapat menunjang pemahaman teks (Alien dan vallette, op.cip: 194-195) b. Menurut W.J.S. Poerwodaminto (1976:77) mengatakan bahwa membaca yaitu melihat sambil melisankan suatu tulisan dengan tujuan ingin mengetahui isinya. b. Menurut Dr. Henery Guntur Tarigan (1983:2) mengungkapkan membaca yaitu proses pemerolehan pesan yang disampaikan oleh seorang penulis melalui tulisan. Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis berkesimpulan bahwa membaca merupakan suatu kegiatan yang menpunyai tujuan untuk menemukan gagasan atau pesan yang terkandung dalam suatu bacaan (wacana) serta dapat menemukan informasi yang terdapat dalam bacaan tersebut. Pendekatan kontekstual Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan siswa sehingga dapat mendorongnya untuk menerapkan pengetahuan baru tersebut dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2005: 109). Pengajaran menggunakan pendekatan kontekstual (CTL) merupakan sebuah konsep pembelajaran yang membantu guru untuk menyusun strategi belajar yang melibatkan siswa secara penuh agar dapat menemukan sendiri materi yang dipelajari dengan harapan dapat lebih berkesan dalam kehidupannya. Adapun dalam terapannya menurut Wina Sanjaya dalam buku Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan harus memperhatikan hal-hal berikut ini: a. Pembelajaran merupakan pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (actifing knowledge), artinya apa yang pipelajari tidak lepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh. b. Pemerolehan pengetahuan merupakan penambahan pengetahuan baru (acquiring knowledge) bagi siswa yang diperoleh secara deduktif, yaitu pelajaran yang diberikan secara keseluruhan lebih dahulu untuk kemudian diperhatikan lagi detailnya. c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) artinya siswa harus memahami materi bukan menghafal materi. Adapun proses pemahamannya disusun melalui konsep
sementara, sharing dengan teman, memberi tanggapan, mengembangkan konsep baru. d. Mempraktekan pengetahuan yang baru dipahaminya (applying knowledge) sebagai aplikasi dalam kehidupannya hingga terjadi perubahan tingkah laku siswa. e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan yang baru diperolehnya sebagai umpan balik untuk penyempurnaan. (Sanjaya, 2005: 110). Dalam buku ringkas karya Dr. Nurhadi, M.Pd dijelaskan pula hal yang sama tentang praktek pembelajaran kontekstual yang disebut 5 elemen belajar yang kontruktifistik, yaitu: a. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (actifating knowledge). b. Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge). c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge). d. Mempraktekan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge) e. Melakukan refleksi (reflecting konledge). (Zahorik, dalam Nurhadi, 2002: 6). Berdasarkan pendapat para ahli di atas penulis menyimpulkan bahwa pendekatan kontekstual adalah suatu cara atau strategi pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dan berkesinambungan. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yaitu metode penelitian yang dilakukan terhadap sekelompok individu yang ingin diketahui efektifitasnya. Dengan metode ini peneliti mengadakan dua kali tes yang diadakan di awal pembelajaran sebagai prates dan di akhir pembelajaran sebagai postes. Tes-tes ini berfungsi sebagai alat yang tepat untuk menguji hipotesa ynag telah ditetapkan. Hasil kedua tes tersebut menjadi data peneliti yang berupa nilai, kemudian diteliti apakah ada perbedaan yang cukup signifikan antara nilai prites dengan posttes. Dengan demikian akan diketahui tingkat keefektifan pembelajaran membaca cepat dengan mengguanakan pendekatan kontekstual ini. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Hasil Penelitian Analisis nilai pretes tampak siswa yang mendapat nilai rendah cukup banyak, bahkan yang memiliki nilai 6 ke atas hanya 23 orang. Hal itu menunjukan pada saat pretes dilakukan belum terjadi kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan kontekstuaJ. Dengan demikian hasil yang dicapai belum memuaskan bahkan nilai rata-ratanya hanya mendapat 5,95.
Analisis soal postest siswa kelas IV SDN Sudalarang 3 Pembelajaran membaca cepat melalui pendekatan kontekstual yaitu: 1. Soal nomor 1 Pertanyaan: Apakah sebab sepeda genjot populer Lagi? Jawaban yang benar adalah ketika mobil mulai membengkak dan bentuk sepeda lama berganti dengan model sepeda sport. Soal nomor satu dapat dijawab dengan benar oleh 36 siswa dengan nomor subjek 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 37, 38 dan 40. Masing-masing mendapat nilai 2. Sisanya sejumlah 4 orang menjawab salah dengan nomor subjek 18, 25, 36 dan 39. Masingmasing mendapat nilai 0. 2. Soal nomor 2 Pertanyaan: Mengapakah naik sepeda sport dikatakan sebagai gaya hidup baru? Jawaban yang benar adalah karena dapat melangsingkan tubuh dan membuat tubuh senantiasa segar. Soal nomor 2 dapat dijawab dengan benar oleh 31 orang siswa dengan nomor subjek 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,12, 13, 15, 16, 18, 21, 22, 23, 24, 27, 28, 29, 30, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38,dan 40. Masing-masing mendapat nilai 2. Sisanya sejumlah 9-orang siswa menjawab salah dengan nomor subjek 11, 14, 17, 19, 20, 25, 26, 31 dsn 39. Masing-masing mendapat nilai 0. 3. Soal nomor 3 Pertanyaan: Apakah yang dimaksud dengan sepeda santai? Jawaban yang benar adalah sepeda yang digunakan untuk bersantai yang dapat mengendurkan urat saraf. Soal nomor 3 dapat dijawab dengan benar oleh 29 orang siswa dengan nomor subjek 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 15, 16, 18, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 33, 35 dan 38. Masingmasing mendapat nilai 2. Sisanya sejumlah 11orang siswa menjawab salah dengan nomor subjek 1, 4, 12, 14, 17, 19, 21, 32, 34, 36, 37 dan 38. Masing-masing mendapat nilai 0. 4. Soal nomor 4 Pertanyaan: Apakah yang dimaksud sepeda gembira ? Jawaban yang benar adalah sepeda yang berguna untuk mengendurkan saraf yang tegang dan dapat menenangkan fikiran yang kacau. Soal nomor 4 dapat dijawab dengan benar oleh 27 orang siswa dengan nomor subjekl, 6, 7, 9, 10, 11, 15. 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 33, 34, 35, 37, 39. dan 40. Masing-masing mendapat
nilai 2. Sisanya sejumlah 13 orang siswa menjawab salah dengan nomor subjek 2, 3, 4, 5, 8, 12, 13, 14, 21, 25, 32, 36, dan 38 Masingmasing mendapat nilai 0. 5. Soal nomor 5 Pertanyaan: Mengapa para peserta sepeda gembira harus membayar? Jawaban yang benar adalah karena ada sponsor-sponsor yang menyediakan hadiah. Soal nomor 5 dapat dijawab dengan benar oleh 39 orang siswa dengan nomor subjek 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38 dan 39. Masingmasing mendapat nilai 2. Sisanya sejumlah 1 orang siswa menjawab salah dengan nomor subjek 40 mendapat nilai 0. Setelah melihat hasil analisis butir soal postest, ternyata soal nomor 5 dianggap mudah. Adapun soal nomor 4, 3, 2, 1 dianggap sedang. Berdasarkan hasil analisis di atas dapat diketahui frekuensi jumlah jawaban siswa yang benar dan yang salah serta dapat diketahui juga skor nilai untuk setiap siswa. Nilai postest memiliki hasil yang baik karena mayoritas siswa memperoleh nilai diatas 6. Hal ini menunjukan pembelajaran membaca cepat melalui pendekatan kontekstual cukup berhasil hingga mencapai nilai rata-rata 8.08. Jika dilihat dari ratarata nilai pretes nilai rata-rata pos test mengalami kenaikan yang cukup besar, yaitu dari rata-rata pretes 5,95 menjadi 8,08. Jadi mengalami kenaikan sebanyak 2,13 poin. Dari data yang diperoleh secara keseluruhan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Nilai rata-rata pretes adalah 5,95 dengan rekapitulasi perhitungan jumlah nilai satu kelas dibagi dengan jumlah siswa yang mengikuti test yaitu : jumlah nilai pretest adalah 238 jumlah siswa yang mengikuti pretes 40 orang. Jadi nilai rata-ratanya adalah 238: 40 = 5,95. 2. Nilai rata-rata postest adalah 8,08 dengan rekapitulasi perhitungan jumlah nilai satu kelas dibagi dengan jumlah siswa yang mengikuti test, yaitu 323 : 40 = 8,08. 3. Kenaikan nilai postest dari nilai pretes adalah 8,08 - 5,95 = 2,13. Jadi kenaikan nilai prestasi belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual sebanyak 2, 13. Setelah dilihat perbandingan nilai pretes dan pos test terdapat Perbedaan yang cukup jauh yaitu dengan rata-rata kenaikannya mencapai 2,13. Jadi perbedaan nilai siswa sebelum terjadi pembelajaran dengan setelah terjadi pemebelajaran sangat tinggi, karena pada waktu pretes belum terjadi pembelajaran
hingga hasilnya kurang memuaskan, sedangkan nilai postest sudah terjadi pembelajaran maka hasilnya sangat memuaskan. Analisis Hasil Belajar Siswa Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang berupa lembar jawaban. Kemudian dianalisis, diberi skor dan diobservasi. Pengolahan data yang berupa nilai test dari hasil belajar dengan menggunakan rumus: a. b.
c.
Jumlahskoryangdiperoleh 10 Nilaisiswa Skormaksimal ST
Penetapan skor minimum penguasaan tuntas dengan menerapkan persentase Batas Minimum Penguasaan (BMP). BMP yang direncanakan 6 dengan rumus sebagai berikut: BMP = 60% x 100 = 60 maka BMP nya 6. Penetapan skor batas minimum toleransi penguasaan tuntas dengan menerapkan persentase Batas Minimum Toleransi (BMT). BMT yang direncanakan 5,5 dengan rumus sebagai berikut : BMT = 55% x 100 = 55 maka BMP nya 5,5.
SIMPULAN Simpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data, maka penulis dapat menyimpulkan secara umum bahwa pembelajaran membaca cepat melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan proses belajar mengajar, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Hal ini dilandasi dengan adanya relevansi antara hipotesis yang telah dirumuskan dengan hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Dengan demikian penggunaan pendekatan konstektual dapat diterapkan pada proses kegiatan belajar mengajar sebagai media pelajaran membaca capat dikelas IV Sekolah Dasar. Dari hasil penelitian yang telah penulis laksanakan, maka penulis dapat menyimpulkan secara khusus bahwa pembelajaran membaca cepat melalui pendekatan kontekstual, sebagai berikut: a. Persiapan mengajar harian yang telah disusun oleh penulis telah mencerminkan suatu persiapan yang baik, sebab telah menunjang keberhasilan belajar mengajar membaca cepat dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada siswa kelas IV SDN Sudalarang 3 Kecamatan Sukawening Kabupaten Garut. b. Penggunaan metode yang tepat dan guru yang terampil akan menunjang keberhasilan belajar mengajar, terutama pada pengajaran membaca
c.
d. e.
f.
cepat dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Bahan pengajaran yang akan disampaikan dalam pelaksanaanya harus disesuaikan dengan kurikulum dan kebutuhan belajar siswa, serat perlu adanya tindak lanjut dari bahan yang telah disajikan, sehingga dapat mempengaruhi keberhasilan pengajaran membaca cepat. Untuk tercapainya tujuan yang diharapkan, khususnya dalam menyajikan pelajaran perlu adanya metode yang bervariasi. Hasil perhitungan prosentase dan perhitungan data keseluruhan menunjukan bahwa proses belajar mengajar membaca cepat pada siswa kelas IV SDN Sudalarang 3 Kecamatan Sukawening Kabupaten Garut menunjukan hasil yang memuaskan, dengan rata-rata nilai pretest 5,95 menjadi nilai akhir atau postest 8,08. Keseluruhan pelaksanaan proses belajar mengajar membaca cepat melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas IV SDN Sudalarang 3 Kecamatan Sukawening Kabupaten Garut, berhasil dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hal ini dapat dibuktikan dari jumlah rata-rata yang telah dicapai oleh setiap siswa, baik dalam pretest maupun dalam postest, dimana nilai rata-rata yang telah dicapai mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Tetapi masih terdapat siswa yang kurang mendapat hasil yang memuaskan dan perlu diperhatikan lebih serius lagi. Serta membutuhkan bimbingan yang lebih mendalam agar para siswa tersebut dapat berkedudukan sejajar dengan siswa yang lain.
DAFTAR PUSTAKA All Lukman dkk, (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Arikunto, S (1991). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Depdiknas, (2006). Kurikulum. Jakarta : CV. Dian Jaya Sanjaya W, (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Prenada Media. Santoso, (1974). Startegi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung : Pustaka Setia Soedarso, (2004). Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Suharsimi, (1983). Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jogyakarta :Rineka Cipta. Surakhmad Winarno, (1990). Pengantar Penelitian Umiak. Bandung :
Tarsito. Surana, (2004). Aku Cinta Bahasa Indonesia. Solo : Tiga Serangkai. Tarigan Djago dan Hedri Guntur, (1986). Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa. Usman. Moh Uzer, (1992). Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosda Karya.