1 Mencari Sekolah yang Baik Oleh Hj. Siti Robi ah, S.Pd. Dan hendaklah takut kepada Allah orang orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka ...
Mencari Sekolah yang Baik Oleh Hj. Siti Robi’ah, S.Pd. Dan hendaklah takut kepada Allah orang‐orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak‐anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (Terjemahan Surat An Nisa’ ayat 9) Setelah dibuat deg‐degan dengan ujian nasional, yang mulai tahun ini diberlakukan bagi murid Sekolah Dasar (SD), maka pada bulan Juni ini adalah saat‐saat yang merepotkan orang tua karena akan memilihkan sekolah yang baik bagi anaknya. Jika si anak tamat Taman Kanak‐kanak (TK) maka mereka harus mencarikan SD yang baik. Jika si anak lulus SD maka orang tua harus mencarikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang baik. Begitulah seterusnya. Yang lebih merepotkan adalah jika orang tua mempunyai tiga atau empat orang anak yang harus masuk sekolah dari berbagai tingkatan. Repot dari segi biaya yang tentu saja akan menguras kantong dan juga repot mencarikan jurusan (bidang studi) yang ideal yang sesuai dengan keinginan, kecenderungan dan talenta si anak.
Sekolah Unggulan Bagi orang tua yang berkantong tebal kerepotan biaya tentulah tidak akan menjadi masalah. Bahkan mereka dengan leluasa dapat memilihkan sekolah terbaik yang biayanya cukup mahal. Sekarang banyak bermunculan sekolah‐sekolah unggulan yang menawarkan berbagai keistimewaan, mulai dari jam belajar (full day school) sampai fasilitas dan kurikulum yang dirancang dengan perencanaan yang sangat baik dan unggul. Untuk semua fasilitas istimewa tersebut orang tua harus membayar mahal. Sebuah sekolah dasar unggulan di Jakarta, misalnya mematok uang pangkal sebesar 15 juta rupiah dan SPP bulanan Rp 2,5 juta. Yang sering menjadi masalah adalah bagi orang tua berkantong tipis atau miskin. Mereka sangat kerepotan. Jangankan membayangkan sekolah unggulan, untuk bisa menyekolahkan anaknya di sekolah negeri saja sudah cukup beruntung.
1 | M e n c a r i S e k o l a h y a n g B a i k
Bukan Satu‐satunya Mencarikan sekolah yang baik bagi anak memang suatu keharusan. Sejak zaman Nabi Muhammad SAW pun hal itu sudah diamanatkan. Karena Rasulullah meyakini pendidikan itu sangat penting. Perintah pertama dalam Al‐Quran adalah membaca. Itu artinya pendidikan. Sebuah hadits Rasululllah menyatakan bahwa anak‐anak dilahirkan untuk mengatasi tantangan zamannya. Dan tantangan zaman itu jauh lebih berat dari zaman sekarang. Artinya tantangan hari esok jauh lebih rumit dari hari ini, namun Nabi mengamanatkan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Untuk dapat mencapainya tentulah dengan ilmu dan ilmu diperoleh dari belajar. Adalah tidak salah bagi orang‐orang tua yang berkantong tebal mencarikan sekolah unggulan bagi anak‐anaknya agar mereka dapat mengatasi tantangan zamannya. Biaya bagi pendidikan adalah investasi yang kelak akan dapat dipetik hasilnya. Bagi orang yang berkantong tipis hendaklah jangan kecewa jikalau hanya dapat menyekolahkan anaknya pada sekolah yang berkualitas standar. Yang perlu dipahami dengan baik adalah sekolah unggulan, non unggulan, negeri atau swasta adalah sarana atau jalan menuju tujuan. Jadi sekolah unggulan bukanlah tujuan! Sekolah mahal dan unggulan bukanlah jaminan si anak memperoleh ilmu tinggi dan sukses. Yang paling menentukan adalah kemampuan si anak dan support orang tua. Banyak sekolah‐sekolah yang tidak diunggulkan dan tidak difavoritkan namun menghasilkan lulusan‐lulusan berkualitas. Intinya adalah keseriusan si anak dalam belajar dan dorongan orang tua.
Salah Persepsi
Yang perlu diwaspadai adalah tentang sekolah gratis. Banyak orang terjebak dengan isu sekolah gratis sehingga mereka tidak lagi merasa bertanggung jawab atas pendidikan anaknya. Orang‐orang miskin merasa berhak atas seklah gratis yang dibiayai negara dan orang‐orang yang ekonominya sedang‐sedang saja juga merasa berhak. Bahkan orang kaya pun berharap gratis. Itu tidak benar. Imej sekolah gratis sangat tidak mendidik. Pendidikan tidak ada yang gratis. Kalau mencari ilmu harus membayar. Membayar dalam mencari ilmu adalah jihah. Bahkan di zaman Rasulullah, setiap orang yang meminta fatwa beliau, orang tiu bersedekah dahulu sebelum masuk masjid. Artinya mereka membayar atas kesadarannya sendiri. Imej sekolah gratis selalu menjadi isu utama pada saat‐saat penerimaan siswa baru. Baik untuk tujuan bisnis, politis maupun tujuan lain.
2 | M e n c a r i S e k o l a h y a n g B a i k
Memang negeara berkewajiban memberikan pendidikan bagi warga, tetapi bukan gratis. Negara menyediakan fasilitas dan seluruh pendukungnya. Tetapi siswa tetap harus mengeluarkan biaya. Minimal biaya untuk keperluan diri sendiri agar bisa berangkat ke sekolah. Pemahaman yang benar dari pendidikan gratis adalah setiap warga berhak dan wajib mendapatkan pendidikan dengan biaya yang proporsional. Orang kaya biarlah membayar mahal karena dia mampu dan itu wajar. Sementara orang miskin atau ekonomi lemah bayarlah dengan semampunya. Yang perlu ditumbuhkembangkan dalam dunia pendidikan adalah pemahaman bahwa membayar uang sekolah dan fasilitas pendukungan adalah ibadah. Jika ia membayar lebih banyak maka ia telah mensubsidi yang lain. Sementara yang membayar sedikit maka padanya kelak ada hak orang lain yang harus dibayarkan. Jadi bukan meninabobokan masyarakat miskin dengan iming‐iming gratis, apalagi pada saat‐saat berkampanye. Hal ini sangat tidak mendidik, bahkan merupakan pembodohan. *Mahasiswa S2 UHAMKA, Guru SDN 11 Petang Cilandak Barat. Sumber: Tabloid Eyang Agung, tahun VI, edisi 158 Juni 2008, hal.11 Diunduh (download) dari http://dripa.blog.unair.ac.id