MODEL PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK TWO STAY-TWO STRAY DIKELAS VII SMP NURUL MUTAQIN CISURUPAN KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012
MAKALAH Oleh : Tuti Nurhayati NPM : 1021.1059
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012
MODEL PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK TWO STAY-TWO STRAY DIKELAS VII SMP NURUL MUTAQIN CISURUPAN KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012
Tuti Nurhayati NPM : 1021.1059
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung 2012 ABSTRAK Masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah keefektifan teknik two stay-two stray dalam pembelajaran apresiasi puisi. Metode yang digunakan penulis adalah metode eksperimen semu dengan rancangan pretes-postes one group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII Nurul Mutaqin Cisurupan. Sampel yang digunakan adalah kelas VII-4 sebanyak 39 orang. Penelitian diawali oleh uji awal, yaitu mengapresiasi cerpen tanpa menggunakan teknik two stay-two stray. Setelah kemampuan awal diketahui, penulis melakukan kegiatan pembelajaran apresiasi cerpen dengan menggunakan teknik two stay-two stray. Dalam kegiatan pembelajatan ini, penulis memberikan tiga kali perlakuan berupa uji coba mengapresiasi cerpen dengan menggunakn teknik two stay-two stray. Setelah kegiatan pembelajaran selesai, penulis melaksanakan uji akhir. Berdasarkan data hasil tes, diperoleh rata-rata nilai uji awal sebesar 45.02. dan rata-rata uji akhir sebesar 57,41. Dari data tersebut, penulis dapat mengetahui peningkatan kemampuan apresiasi cerpen siswa setelah proses pembelajaran apresiasi cerpen dengan menggunakan teknik two stay-two stray. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan pada penggunaan teknik two stay-two stray dalam pembelajaran apresiasi cerpen. Berdasarkan penghitungan uji t dengan thitung sebesar 14,04 dan ttabel 1,68 dengan taraf signifikansi 5% atau tingkat kepercayaan 95% dan derajat kebebasan 38. Hal ini berarti bahwa 14,04 > 1,68 atau t hitung > ttabel. Dengan demikian, hipotesis yang penulis ajukan dinyatakan diterima. Penerapan teknik Two Stay-Two Stray meyebabkan siswa dapat mengapresiasi cerpen dengan lebih baik. Oleh karena itu, penulis menyarankan agar teknik two stay-two stray ini dapat digunakan tidak hanya pada penelitian terhadap apresiasi cerpen saja tetapi pada pembelajaran apresiasi dongeng ataupun novel. Kata kunci : Apresiasi Cerpen/ Two Stay-Two Stray PENDAHULUAN Karya sastra adalah materi atau bahan pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang penting, baik untuk keterampilan berbahasa maupun untuk apresiasi sastra seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pengajaran sastra mempunyai peranan dalam mencapai berbagai aspek dan tujuan pendidikan dan pengajaran. Seperti aspek pendidikan, pengajaran, pendidikan susila, perasaan, sikap, penilaian, dan keagamaan. Dalam pengajaran sastra di sekolah yang harus ditekankan adalah memeroleh pengalaman sastra. Adapun pengetahuan tentang sastra dikaitkan dengan pengalaman bersastra. Dengan demikian, pengalaman itu lebih jelas, lebih mendalam, dan
lebih luas. Pemerolehan pengetahuan sastra dapat terjadi sesungguhnya apabila dilandasi oleh pengalaman bersastra (Rusyana, 1982:5). Hal tersebut tidak sejalan dengan kenyataan yang didapat ketika pembelajaran apresiasi khususnya apresiasi cerpen. Dalam proses pembelajaran apresiasi cerpen, siswa dibelajarkan hanya cukup dengan membaca teks cerpen dan mengapresiasinya berdasarkan pemahaman masing-masing tanpa adanya kegiatan tukar pendapat atau diskusi antara sesama siswa sehingga pengalaman mereka terhadap karya sastra khususnya cerpen kurang. Untuk mencapai berbagai tujuan di atas, guru harus membimbing siswa. Hal tersebut sejalan
dengan penjelasan Sudjiman (1991: 4) bahwa siswa hendaknya diajak mengapresiasi karya sastra, memberikan tanggapan individual terhadap karya sastra yang telah dibacanya. Tanggapan individual ini tidak datang dengan sendirinya, untuk ltu diperlukan bimbingan untuk menemukan kesan utama atau kekhususan sebuah karya. Selain hal tersebut, ketika mengapresiasi sebuah karya sastra, siswa dapat mengaitkan nilainilai yang terkandung di dalamnya dengan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, siswa dapat memetik hikmah dan manfaat dari karya sastra yang dibacanya. Dalam pembelajaran sastra di sekolah, khususya pembelajaran apresiasi cerpen, masih banyak guru yang melaksanakan proses pembelajaran secara struktural, menggunakan model pembelajaran yang konvensional dan belum bervariasi. Metode pembelajaran yang biasa digunakan adalah metode ceramah dan penugasan. Seharusnya peran guru adalah sebagai mediator dan fasilitator sehingga siswalah yang belajar bukan guru, siswalah yang nantinya menemukan konsep-konsep atau kaidahkaidah dari pembelajaran itu sendiri. Akan tetapi, pada kenyataanya dalam proses pembelajaran apresisi cerpen, siswa dibelajarkan cukup dengan membaca teks cerpen dan merigapresiasinya berdasarkan pemahaman masingmasing siswa tanpa adanya kegiatan tukar pendapat atau diskusi antara sesama siswa sehingga hasil apresiasi siswa terhadap cerpen kurang. Hal ini bertolak belakang dengan pengertian apresiasi itu sendiri yakni kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh dengan menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra (Effendi dalam Aminudin, 1995: 35). Tak mengherankan jika siswa merasa jenuh dengan proses yang mereka lalui. Mereka pun beranggapan bahwa pembelajaran apresiasi cerpen sebagai materi hafalan, hal tersebut muncul karena mereka menghafal unsur-unsur intrinsik cerpen. Untuk mewujudkan tujuan pengajaran sastra yang diharapkan, maka pengajaran sastra di sekolah sudah selayaknya mendapat perhatian yang memadai. Kemampuan guru dalam merencanakan proses belajar mengajar sastra dapat dikatakan belum memadai tanpa ditunjang dengan penggunaan teknik pembelajaran yang efektif. Sehubungan dengan hal tersebut, Sudarsosno (1999: 56) menyatakan bahwa pembelajaran karya sastra, khususnya apresiasi karya sastra, mensyaratkan ditetapkannya model dan teknik yang sejauh mungkin memperkaya keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Penggunaan teknik pembelajaran berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar. Hal
tersebut benar adanya jika mengetahui bahwa teknik yang dipakai oleh guru dinilai kurang cocok dan tidak sesuai dengan minat siswa sehingga mereka merasa jenuh dengan pembelajaran apresiasi cerpen. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis mencoba salah satu teknik yang dapat digunakan dalam pembelajaran apresiasi cerpen yakni teknik Two Stay-Two Stray. Teknik ini dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam mengapresias cerpen, karena teknik ini mengharuskan setiap siswa untuk mengeluarkan pendapatnya kepada kelompok lain tentang masalah yang telah dibahas oleh kelompoknya. Berdasaikan hal tersebut, penulis tertarik untuk menggunakan teknik Two Stay-Two Stray dalam pembelajaran apresiasi cerpen. KAJIAN TEORI DAN METODE Pengertian Apresiasi Apresiasi berasal dari bahasa latin, yakni apreciato yang berarti "mengindahkan atau menghargai". Istilah apresiasi sastra menurut Gove (Aminudin, 2004: 34) mengandung makna (1) pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin dan (2) pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan pengarang. Pada sisi lain, Squire dan Taba (Aminudin, 2004: 34) berkesimpulan bahwa sebagai suatu proses, apresiasi melibatkan tiga unsur inti, yakni (1) aspek kognitif, (2) aspek emotif, (3) aspek evaluatif. S. Effendi (Aminudin, 2004: 35) mengatakan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan, pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra. Tingkatan Apresiasi Ada beberapa tingkatan apresiasi menurut beberapa ahli, dapat berdasarkan emosi, pengalaman, dan proses saat berlangsungnya apresiasi, yaitu: 1) Tingkat pertama Mampu memeroleh pengalaman yang terkandung pada objek yang diapresiasi, yaitu mampu melibatkan pikiran, perasaan, dan khayal pada objek yang diapresiasi, 2) Tingkat kedua Mampu memeroleh pengalaman yang lebih mendalam, yaitu mampu melibatkan daya intelektual dengan giat. Dengan menggunakan pengertian teknis pada bidang yang diperoleh adalah nilai-nilai yang terdapat secara intrinsik pada bidang yang diapresiasi, 3) Tingkat ketiga Mampu memeroleh pengalaman yang lebih mendalam dan meluas, yaitu dengan berdasarkan pengalaman apresiasi pada tingkat sebelumnya, mampu melibatkan faktor ekstrinsik yang terkait
dengan bidang yang diapresiasi (Rusyana, 1979: 8-9). Pengertian Cerita Pendek Mencari satu pengertian cerita pendek dari seorang ahli sastra untuk dijadikan pegangan atau patokan bukanlah hal yang tepat. Hal ini disebabkan oleh banyaknya pengertian cerita pendek yang dikemukakan para ahli sastra dengan sudut pandang yang berbeda. Beberapa sudut pandang yang digunakan para ahli dalam memeberikan batasan cerita pendek itu diantaranya panjang pendeknya cerita, sifat cerita, isi cerita, dan sebagainya. Untuk mengetahui dan memahami beragamnya para ahli sastra dalam mengemukakan batasan sebuah cerita pendek, berikut ini penulis menyajikan beberapa pendapat dari mereka. Sumarjo (1980: 13, 1986: 36) berpendapat bahwa cerita pendek adalah cerita atau narasi yang fiktif serta relatif pendek. Sementara itu menurut Natawijaya (1979: 33) cerita pendek adalah narasi dari suatu periode atau sekelumit lakon kehidupan sehari-hari tanpa awal dan akhir. Sebanding dengan pendapat tersebut ialah pendapat H.G. Tarigan (1984:138) yang menyatakan bahwa cerita pendek adalah cerita rekaan yang masalahnya jelas, singkat, padat dan terkonsentrasi pada satu peristiwa. Metode Penelitian Metode penelitian, yaitu suatu cara yang digunakan untuk memperoleh kelengkapan data-data yang diperlukan bagi usaha pemecahan masalah yang diteliti dengan menggunakan teknik dan alat tertentu. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode eksperimen semu karena penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Pemilihan metode ini disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, yaitu menguji penggunaan teknik two stay-two stray dalam pembelajaran apresiasi cerpen di satu kelas atau dengan kata lain untuk melihat akibat dari suatu perlakuan. Adapun desain penelitian yang digunakan adalah the one group, pretes post test. Desain ini bertujuan untuk mengetahui hasil tentang subjek dan mengetahui seberapa baik hasil akhir yang dilakukan setiap subjek. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil tes diperoleh rata-rata skor uji awal sebesar 45,02 dan rata-rata skor uji akhir sebesar 57,41. Dengan membandingkan perolehan nilai rata-rata kedua tes tersebut, maka terlihat adanya kenaikan nilai rata-rata sebesar 12,39. Hal ini menandakan bahwa pembelajaran apresiasi cerpen menggunakan teknik two stay-two stray cukup efektif. Setelah menghitung skor rata-rata tersebut,.
penulis menghitung uji normalitas uji awal dan uji akhir. Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah penyebaran data yang penulis distribusikan normal atau sebaliknya. Hasil penghitungan menunjukkan bahwa data uji awal dan uji akhir berdistribusi normal karena uji normalitas uji awal menunjukkan x2 hitung (2,46) < x2 tabel (7,81) pada taraf kepercayaan 95% dengan derajat kebebasan db = 3. Sedangkan uji normalitas uji akhir menunjukkan x2 hitung (3,16) < X2 tabel (7,81) pada taraf kepercayaan 95% dengan derajat kebebasan db = 3. Dari hasil uji signifikansi diperoleh harga thitung 14,04 dan ttabel dengan taraf signifikansi 5 % atau tingkat kepercayaan 95 % adalah 1.68 dengan derajat kebebasan db = 38. Hal ini berarti bahwa 14,04 > 1,68 atau t hitung > t tabei. Dengan demikian, terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata uji awal dan rata-rata uji akhir kemampuan rrienulis puisi dengan menggunakan teknik Two StayTwo Stray terhadap -siswa kelas VII-4 SMP Nurul Mutaqin Cisurupan Garut Tahun Ajaran 2011/2012. Dengan kata lain, penggunaan teknik Two Stay-Two Stray dalam pembelajaran apresiasi cerpen yang telah diujicobakan terbukti efektif meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi cerpen. Pembahasan Hasil Angket Langkah selanjutnya yaitu menganalisis hasil angket untuk menunjang data tes yang telah penulis lakukan dengan menggunakan rumus statistik. Setelah memperoleh data uji akhir, penulis memberikan lembar angket untuk diisi oleh siswa. Lembar angket ini bertujuan untuk memperoleh data pendukung dalam penelitian. Angket tersebut berisi sejumlah pertanyaan dengan alternatif jawaban Ya atau Tidak. Data dari angket tersebut kemudian ditafsirkan dan dideskripsikan. Dari pemeriksaan data angket tersebut, dapat diketahui hal-hal berikut. 1) Jumlah siswa yang menyatakan mengetahui istilah apresiasi; 2) Jumlah siswa yang merasa senang membaca cerpen; 3) Jumlah siswa yang menyatakan pernan diberi tugas mengapresiasi cerpen; 4) Jumlah siswa yang menyukai pembelajaran apresiasi cerpen; 5) Jumlah siswa yang menyatakan lebih suka mengapresiasi cerpen secara berkelompok dibandingkan sendiri; 6) Jumlah siswa yang menyatakan mengenal teknik two stay-two stray dalam pembelajaran; 7) Jumlah siswa yang menyatakan bahwa guru mereka pernah menerapkan teknik two stay-two stray dalam pembelajaran; 8) Jumlah siswa yang merasa ikut terlibat secara aktif dalam
memahami unsur intrinsik cerpen dengan teknik two stay-two stray; 9) Jumlah siswa yang menyatakan bahwa teknik two stay-two stray membantu dalam pembelajaran apresiasi cerpen; 10) Jumlah siswa yang menganggap bahwa teknik two stay-two stray perlu diterapkan dalam pembelajaran apresiasi cerpen selanjutnya. Persentase yang diperoleh ditafsirkan berdasarkan kriteria berikut: Tabel 4.l1 Kriteria Penafsiran Angket Besar Persentase 0%
Interpretasi Sebagian kecil
26% - 49%
Hampir setengahnya
50%
Setengahnya
51%-75%
Sebagian besar
76% - 99%
Pada umumnya
100%
Seluruhnya
Tabel 4.12 Respon Siswa terhadap Pembelajaran Apresiasi Cerpcn Alternati f Jawaban a.Ya b.Tidak
Persent ase 30 76,9% 9 24,1%
a.Ya b.Tidak
36 92,30% 3 7,70%
Pernahkah kalian diberi tugas mengapresiasi cerpen?
a. Ya
39 100%
b. Tidak
0
Apakah kalian menyukai
a. Ya
32 82,05%
pembelajaran apresiasi
b. Tidak
7
a.Ya b.Tidak
35 89,74% 4 28,26%
a.Ya b.Tidak
29 74,36% 10 25,64%
Pertanyaan Apakah kalian mengetahui istilah apresiasi? Apakah kalian senang membaca cerpen?
cerpen? Apakah kalian lebih suka mengapresiasi cerpen secara berkelompok dibandingkan sendiri? Apakah kalian mengenal teknik Two stayTwo Stray?
27 69,23% 12 30,77%
Apakah dengan teknik Two Stay-Two Stray membuat
a.Ya b.Tidak
37 94,87% 2 5, 13%
a.Ya b.Tidak
38 97,43% 1 2, 57%
kalian terlibat secara aktif dalam memahami unsur intrinsik cerpen? Apakah teknik Two StayTwo Stray membantu kalian dalam pembelajaran apresiasi
cerpen? Apakah teknik Two Stay- a.Ya Two Stray perlu diterapkan b.Tidak dalam pembelajaran apresiasi cerpen selanjutnya?
Tak seorang pun
1 % - 25%
Pernahkah a.Ya gurumu menerapkan teknik b.Tidak Two StayTwo Stray dalam pembelajaran?
F
0%
17,95%
35 89,74% 4 28,26%
Dari data hasil angket tersebut dapat disimpulkan bahawa pada umumnya siswa menyukai pembelajaran apresiasi cerpen, hal ini terlihat dari jumlah siswa yang menjawab ya sebanyak 32 orang atau 82,05% sedangkan siswa yang menjabat tidak sebanyak 7 orang atau 17,95%. Sebagian besar siswa yakni sebanyak 35 (89,74%) menjawab bahwa mereka lebih menyukai mengapresiasi cerpen secara berkelompok dibandingkan sendiri, sebagian kecil siswa yakni 4 orang (28,26%) menjawab tidak suka mengapresiasi cerpen secara berklelompok. Dapat diartikan bahwa seluruh siswa menyukai apresiasi cerpen. Untuk pendapat siswa tentang teknik pembelajaran yakni diterapkannya teknik Two-StayTwo Stray, sebanyak 29 (74,36%) siswa mengaku bahwa mereka mengenal teknik Two Stay-Two Stray dan sebanyak 27 (69,23%) mengaku bahwa guru mereka pernah menerapkan teknik Two Stay-Two Stray dalam pembelajaran. Hal ini berarti bahwa siswa mengenal dan pernah menerapkan teknik Two Stay-Two Stray dalam pembelajaran. Menjawab kisi-kisi instrument angket tentang pembelajaran apresiasi cerpen menggunakan teknik Two Stay-Two Stray. Sebagian besar siswa (94, 87%) menjawab bahwa teknik Two Stya-Two Stray membantu mereka terlibat secara aktif dalam memahami unsur intrinsik cerpen. Sebanyak 38 siswa (97,43%) mengaku bahwa teknik Two Stay-Two Stray membantu mereka dalam pembelajaran apresiasi cerpen dan mereka (89,74%) beranggapan
bahwa teknik Two Stay-Two Stray perlu diterapkan dalam pembelajaran apresiasi cerpen selanjutnya. Mereka beranggapan bakwa dengan teknik ini dalam proses pembelajarannya mereka dapat saling bertukar informasi dalam memahami unsur intrinsik cerpen dan dalam mengapresiasi cerpen. DAFTAR PUSTAKA Ambary, Abdullah. 1967. Intisari Sastra Indonesia. Bandung: Djatnika. Aminudin. 2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Bara Algesindo. Anipudin, dkk. 2005. Cermat Berbahasa 3. Solo: Tiga Serangkai. Arief S. Sadiman, dkk. 2005. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arsyad, Azhar. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada. AR. Syamsudin dan Vismaia S. Damaianti. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Rosda. DePorter, B. & Mike H. 2003. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. Bandung: KAIFA. Durachman, Memen. 2003. Kajian Prosa Fiksi Indonesia. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Leonhardt, Mary. 2005. Cara Menjadikan Anak Anda Bergairah Menulis. Bandung: KAIFA. Lie, Anita. 2007. Cooperatif Learning: Mempraktikkan Cooperatif Learning Di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT, Gramedia. Mulyana, Yoyo., dkk. 1997/1998. Sanggar Sastra. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Nurgiayantoro, B. 1995. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Bandung: Angkasa. Sadiman, Arief S., dkk. 2005. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grasindo. Sugiyono. 2003. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta. Tarigan, H.G. 1986. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, H.G. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Petersen, Lindy. 1995. Bagaimana Memotivasi Anak Belajar. Jakarta: PT. Grasindo.