MODEL PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN TEKNIK CAMPURAN DISKUSI DAN PELATIHAN DI KELAS XI MADRASAH ALIYAH AL-IKHLAS CISURUPAN KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012
MAKALAH
Oleh
MIA KUSMIATI NPM : 1021.0553
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012
MODEL PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN TEKNIK CAMPURAN DISKUSI DAN PELATIHAN DI KELAS XI MADRASAH ALIYAH AL-IKHLAS CISURUPAN KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012
MIA KUSMIATI NPM : 1021.0553
ABSTRAK Penelitian yang berjudul “Model Pembelajaran Menulis Cerita Pendek dengan Teknik Campuran Diskusi dan Pelatihan di Kelas XI Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Cisurupan Kabupaten Garut Tahun Ajaran 2011/2012" ini dilatar belakangi oleh asumsi bahwa dunia kebahasaan khususnya pengajaran sastra, merupakan bidang yang menarik untuk dikaji terutama dalam proses belajar mengajar di dalam kelas diterapkan suatu metode perabelajaran yang merangsang keaktifan siswa dan guru sebagai fasilitator. Asumsi tersebut menarik perharian penulis untuk membuktikannya melalui sebuah panelitian yang meinfokuskan pada telaah hasil karangan cerita pendek siswa kelas XI Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Cisurupan Kabupaten Garut tahun ajaran 2011/2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan pertanyaan sebagai berikut: 1) Apakah pengajaran menulis cerita pendek dengan menggunakan teknik campuran diskusi dan pelatihan di Kelas XI Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Cisurupan Kabupaten Garut sudah tepat. 2) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa menulis cerita pendek sebelum menggunakan teknik campuran diskusi dan latihan dengan sesudah menggunakan menggunakan teknik campuran diskusi dan latihan. Untuk melaksanakan penelitian ini penulis mempergunakan metode kuasi eksperimen, yaitu dengan menggunakan pola pretes-postes kelompok tunggal. Hal ini penulis lakukan untuk menghindari faktor-faktor ekstern yang berpengaruh. Ada dua rnacam populasi yang dijadikan objek dalam penelitian ini, yaitu populasi individu dan populasi bahan. Populasi individu adalah siswa Kelas XI Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Cisurupan Kabupaten Garut tahun ajaran 2011/2012, sedangkan populasi bahan adalah cerita pendek karangan, sedangkan sampel penelitian adalah Sampel yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah cerita pendek karangan siswa Kelas XI Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Cisurupan Kabupaten Garut yang sudah mendapat pengajaran menulis cerita pendek dengan teknik campuran diskusi dan latihan dari penulis. Siswa yang dilibatkan dalam penelitian ini sebanyak 45 orang. Berdasarkan analisis data hasil tes, diperoleh hasil yang menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa khususnya pada keterampilan menulis cerita pendek. Hal ini dilihat pada peningkatan nilai rata-rata tes awal sebesar 5,2 meningkat menjadi nilai rata-rata tes akhir sebesar 7,352. Diharapkan guru bahasa dan sastra Indonesia hendaknya memahami teknik campuran diskusi dan pelatihan. Penulis berkeyakinan bahwa teknik pengajaran tersebut mampu memberikan hasil pengajaran yang baik. Oleh karena itu, para guru hendaknya banyak mencoba menerapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Kata Kunci : Menulia Cerita Pendek/Campur Diskusi
PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari bahasa mempunyai peranan yang sangat penting. kepentingan bahasa itu hampir mencakup segala bidang, karena segala sesuatu yang dihayati, dialami dan dirasakan oleh seseorang hanya dapat diketahui orang lain jika telah diungkapkan oleh bahasa. Kita dapat menggunakan bahasa sebagai alat untuk berbicara, menyampaikan ide atau pendapat dan untuk mencurahkan perasaan. Selain itu, bahasa dapat digunakan sebagai alat berpikir dan
berkomunikasi. Pendek kata, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi, baik komunikasi dengan keluarga, kelompok sekolah, maupun masyarakat. Hal tersebut memperlihatkan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa, manusia tidak dapat berkomunikasi dengan manusia lain, seiring dengan fungsinya sebagai alat komunikasi, maka bahasa mengalami perkembangan yang sangat cepat. Begitu
pula dengan bahasa Indonesia yang dipelajari berkembang sesuai dengan tuntutan jaman. Pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar para siswa memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan berbahasa. Titik berat pelajaran bahasa ditekankan pada unsur keterampilan. Hal ini sejalan dengan pendapat Yazir Burhan yang mengatakan. Walaupun ada perbedaan-perbedaan tekanan pada tujuan pelajaran bahasa berdasarkan jenis dan tingkatan sekolah, namun tujuan utama pelajaran terdorong untuk berkarya sendiri, mengekspresikan buah pikiran sesuai dengan minat dan kemampuan yang dimilikinya. Pengajaran sastra pada saat ini tampaknya sangat kurang diperhatikan, sejak dulu siswa hanya diberi pengetahuan yang itu-itu saja. Hal tersebut menimbulkan kejenuhan dan kebosanan siswa terhadap pengajaran sastra dan mungkin akan menimbulkan kurangnya minat siswa terhadap pengajaran sastra. Tidak mengenal dan memahami serta kurangnya berpengalaman bersastra, ini memungkinkan siswa mendapat kesulitan dalam menciptakan karya sastra, khususnya membuat atau menulis karangan cerita pendek.
KAJIAN TEORI DAN METODE Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan bentuk kegiatan pembelajaran yang dikembangkan atas kelengkapan dan dipilih karakteristik strategi pembelajaran (Abdulhak, 2000 : 85). Model-model pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu : a. Model pembelajaran penyampaian informasi Model ini banyak menekankan kepada komunikasi antara guru dan murid baik secara individu, kelompok maupun dalam kelas. Model penyampaian informasi disusun berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan. Kedudukan guru sangat dominan dalam kegiatan proses belajar mengajar, sehingga interaksi dalam proses belajar mengajar biasanya lebih banyak bersifat satu arah. Apabila model ini akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, harus memperhatikan kondisi sebagai berikut: 1) Bahan kajian yang dipelajari menyangkut konsep dasar; 2) Peserta terdiri dari pemula, dan memiliki karakteristik beragam; 3) Jumlah tutor yang terbatas; 4) Kebanyakan dilakukan pada kegiatan klasikal; 5) Sarana belajar serta waktu terbatas. Berdasarkan fakta yang ada di lapangan serta hasil observasi awal maka yang dapat lebih
mempertegas sekaligus menjadi acuan dalam kerangka berpikir penelitian ini adalah model pembelajaran penyampaian informasi. b. Model partisipasitif Kegiatan pembelajaran partisipatif dapat diartikan sebagai upaya pendidik untuk mengikut sertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran (Sudjana, 1993 : 155). Model partisipatif mengharapkan bahwa peserta adalah pihak yang belajar, sehingga guru perlu memberikan kesempatan dan melengkapi fasilitas untuk terjadinya kegiatan belajar pada diri peserta. Knowles (1976) mengungkapkan langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam penerapan model, partisipatif, yaitu: 1) Menciptakan suasana belajar yang mendorong peserta untuk siap mengikuti kegiatan belajar; 2) Membantu peserta untuk menyusun kelompok; 3) Membantu peserta untuk dapat mengungkapkan kebutuhan belajar; 4) Membantu peserta untuk menetapkan tujuan belajar; 5) Membantu peserta untuk menetapkan pola pembelajaran yang akan diikuti; 6) Membantu peserta untuk ikut terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran; 7) Membantu peserta untuk mau menilai diri mengenai proses dan hasil belajar yang telah dicapai. c. Model tutorial Model tutorial dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran secara langsung kegiatan pembelajaran yang diikuti seorang warga belajar. Pola pembelajaran yang dapat digunakan dalam model tutorial ini adalah: 1) Pembelajaran secara independen; 2) Pembelajaran pengarahan diri; 3) Program pembelajaran terpusat pada warga belajar d. Model belajar kelompok Model kelompok belajar diselenggarakan dengan jumlah peserta lebih dari satu orang. Ketepatan penggunaan model kelompok belajar dalam kegiatan pembelajaran, yaitu: 1) Adanya kesamaan karakteristik dari sejumlah calon warga belajar; 2) Guru sebagai tutor memiliki kemampuan untuk mengelola kegiatan pembelajaran secara berkelompok; 3) Bahan belajar diminati oleh sejumlah calon peserta; 4) Terdapat sarana belajar yang memungkinkan untuk menunjang kegiatan pembelajaran. e. Model paket belajar
Model ini ditujukan kepada kegialan pembelajaran yang menggunakan sejumlah buku paket. Warga belajar dapat belajar secara langsung dri buku paket yang sudah disediakan. Kegiatan pembelajaran melalui buku paket tidak mengikat peserta untuk terus menerus berada dalam ruangan bersama-sama dengan peserta lain, tetapi dapat dilakukan melalui kegiatan mandiri ataupun kelompok belajar. f. Model kegiatan belajar melalui media Kegiatan belajar melalui media ditujukan kepada pembelajaran yang memanfaatkan media sebagai sumber belajar. Kegiatan belajar melalui media didasarkan keadaan kondisi-kondisi sebagai berikut: 1) Sulitnya peserta untuk mempelajari bahan belajar dalam kondisi objek yang sebenarnya; 2) Terbatasnya tutor dalam menyampaikan bahan belajar; 3) Tersedianya media yang dapat menjadi sumber belajar Pengertian Menulis Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan keterampilan menyimak, berbicara, dan menulis. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian menulis. Batasan atau definisi yang dikemukakan para ahli bahasa itu kadang-kadang berbeda, begitu pula dalam pemberian istilah. Ada yang menyebut istilah menulis, ada pula yang menyebut istilah mengarang. Tapi apabila kita teliti, keduanya memiliki makna dan tujuan yang hampir sama. Ada beberapa pengertian menulis yang di kemukakan dalam tulisan ini, yaitu sebagai berikut: 1. Menulis adalah membuat huruf (angka, dan sebagainya) dengan Pena, melahirkan pikiran dan perasaan (seperti mengarang, membuat surat) (KBBl, 1986:98). 2. Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambanglambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambar itu. (Tarigan, 1991:21). Mengarang adalah suatu proses kegiatan pikiran manusia yang hendak mengungkapkan kandungan jiwanya kepada orang lain atau kepada diri sendiri dalam tulisan (Widyamarta, 1991:9). Pengertian Cerita Pendek Mencari pengertian cerita pendek dari seorang ahli sastra untuk dijadikan pegangan atau patokan pengertian cerita pendek bukanlah tindakan yang tepat. Hal ini disebabkan banyaknya pengertian cerita pendek yang dikemukakan para ahli sastra
dengan sudut pandang yang berbeda. Beberapa sudut pandang yang digunakan para ahli dalam memberikan batasan cerita pendek itu di antaranya panjang pendeknya cerita, sifat cerita, isi cerita, dan lain sebagainya. Untuk lebih mengenal dan memahami beragamnya para ahli sastra dalam mengemukakan batasan sebuah cerita pendek. berikut ini penulis menyajikan beberapa pendapat mereka . Sumardjo 1980 :I3 ; 1986 :36) berpendapat bahwa cerita pendek adalah cerita atau narasi yang fiktif serta relatif pendek. Sementara itu Natawijaya (1979 : 33) cerita pendek adalah narasi dan suatu periode atau sekelumit lakon kehidupan sehari-hari tanpa awal dan akhir. Sebanding pendapat tersebut adalah pendapat H.G Tarigan (1984:I38) yang menyatakan bahwa cerita pendek adalah cerita rekaan yang masalahnya jelas, singkat, padat, dan terkonsentrasi pada suatu peristiwa. Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan cerita pendek adalah cerita rekaan yang bersifat naratif, berisi tentang sekelumit kehidupan dan di sajikan dalam suatu peristiwa yang singkat, padat serta ide cerita terpusat pada tokoh cerita. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan hal yang harus diperhitungkan dengan tepat. Karena dengan metode penelitian suatu kcrja akan teratur dan terarah. Karena di dalam penelitian ini penulis rnengadakan uji coba model pembelajaran menulis cerita pendek dalam proses belajar mengajar, maka metode penelitian yang tepat ialah metode penelitian eksperimen semu, yaitu dengan sengaja mengusahakan timbulnya variabel-variabel dan selanjutnya dikontrol untuk dilihat pengaruhnya terhadap prestasi belajar (Arikunto, 1988 :89). Pengukuran dalam penelitian ini dilakukan sebeium dan sesudah suatu kelompok diberi perlakuan (pretes dan postes). Desain yang digunakan dalam Penelitian ini adalah desain dua pretes dan postes (Pretes and Postes Group design) dengan pola sebagai berikut: X O2 O1 Gb. Pengukuran Pretest dan Postest Adapun langkah-langkah yang penulis tempuh dalam penelitian ini adalah 1) mempersiapkan teks cerita pendek berjuduk Matahari ; 2) mempersiapkan satuan pelajaran sebagai acuan pengajaran ; 3) melakukan ujicoba di kelas yang telah ditentukan ; 4) menghitung hasil tes uji coba.
Setelah menghitung hasil ujicoba barulah didapat hasil untuk pembuktian hipotesis. Dalam penelitian ini ada beberapa variabel yang muncul yaitu : 1) teknik diskusi dan pelatihan sebagai variabel bebas ; dan 2) keterampilan menulis cerita pendek siswa sebagai varibel terikat. Di dalam setiap penelitian kadangkala muncul variabel-variabel ekstra yang keberadaannya harus dikontrol agar tidak menimbulkan bias hasil penelitian. Teknik Penelitian Dalam pcnelilian ini penulis menggunakan dua teknik, teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan data. Teknik-teknik tersebut adalah sebagai berikut Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang dibutuhkan maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: A. Observasi B. Ujicoba Model Pembelajaran Menulis Cerita Pendek. C. Tes berupa pemberian soal dan tugas menulis cerita pendek. Teknik Pengolahan Data Dalam penelitian ini dilakukan pengolahan data secara statistik dengan kegiatan sebagai berikut. 1) Menghitung tes awal dan tes akhir. 2) Menghitung perbedaan mean hasil tes awal dan tes akhir dengan menggunakan rumus penghitungan tes-t
T=
Mx − My SDBM
mx = nilai rata-rata tes akhir My = nilai rata-rata tes awal SDbM = standar kesalahan perbedaan mean 3) Menghitung taraf signifikasi dengan tingkat kepercayaan 95% dengan ketentuan sebagai berikut. 1) Hipotesis nol (H(l) diterima bila harga t > 2,000 2) Hipotesis nol (H0) ditolak bila harga t < 2,000 (harga t tabel untuk taraf signifikasi 5% sebesar 2,000, lihat label dalam lampiran). HASIL DAN PEMBAHASAN Tes pengetahuan ini terdiri atas tes awal dan tes akhir. Tes awal dilaksanakan sebelum proses belajar mengajar berlangsung, sedangkan tes akhir dilaksanakan sesudah proses belajar mengajar. Jenis tes pengetahuan menggunakan tes objektif sebanyak 10 soal dengan 5 option. Untuk mengetahui hasil tes awal dan tes akhir pengetahuan ini, penulis sajikan
distibusi hasil tes awal dan tes akhir pengetahuan dalam bentuk tabel berikut. Tabel 2 DISTRIBUSI NILAI TES AWAL DAN TES AKHIR PENGETAHUAN Tes Tes Awal Akhir No Nama Murid (X) (Y) 1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Agus Kurniawan (L) Andriani (P) Dedeh (P) Dian (P) Desylia (P) Eli (P) Eman (L) Febby (L) Hary (L) Heri (L) Hendry (L) Imas (P) Inneke (P) Iis(P) Ipan (L) Mila (P) Musyita(P) Mya (P) Neni (P) Cici nuraeni (P) Taupik (L) Maulina (P) Neti (P) Rika (P) Rusnata (L) Syamsudin (L) Sobur (L) Tanti (P) Yeni (P) Reni (P)
3 5 2 3 4 6 5 4 6 5 5 4 6 6 8 3 5 7 5 5 4 5 4 7 3 6 5 7 5 4
9 8 9 8 10 9 7 8 9 9 8 10 10 9 8 9 10 10 9 10 10 6 9 10 10 10 10 7 10 9
147 4,9
270 9
Jumlah Nilai rata-rata
Dari tes awal terlihat bahwa murid-murid masih banyak yang belum menguasai bahan pelajaran menulis cerita pendek. Hal ini terbukti hasil tes awal mereka. Skor terendah hasil tes awal murid sebesar 2. Ini berarti pencapaian tujuan pengajaran oleh murid, baru mencapai 20% (2/10 x 100%), rata-rata hasil tes awal mereka antara 4-5. Nilai rata-rata hasil tes awal mereka secara keseluruhan sebesar 4,9. Ini berarti pencapaian tujuan pengajaran oleh murid sebelum pelajaran itu diberikan sebesar 49%, sedang batas pencapaian tujuan yang penulis tetapkan sebesar 60%, baik untuk setiap murid maupun secara keseluruhan. Berbeda dengan tes awal, pada tes akhir murid-murid terlihat lebih tenang dalam mengerjakan soal tes. Di antara mereka sudah tidak adalagi yang
mengalami kesulitan. Mereka kelihatannya sudah menguasai dan memahami bahan pelajaran. Hasil tes akhir yang mereka capai cukup menggembirakan. Rata-rata hasil tes akhir muridmurid meningkat meskipun ada beberapa murid yang hasil tesnya tetap. Ini berarti tingkat pencapaian tujuan yang mereka capai mengalami peningkatan. Sebagaimana penulis sebutkan sebelumnya, bahwa apabila hasil tes akhir lebih besar dari hasil tes awal, maka pengajaran itu dapat dikatakan berhasil. Keberhasilan itu dapat dihitung dengan keberartian peningkatan hasil tes pengetahuan tersebut.
pendek. Oleh karena itu teknik campuran diskusi dan pelatihan dapat diterapkan (sudah tepat) dalam pembelajaran menulis cerpen. 2) Berdasarkan analisis data hasil tes, diperoleh hasil yang menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa khususnya pada keterampilan menulis cerita pendek. Hal ini dilihat pada peningkatan nilai rata-rata tes awal sebesar 5,2 meningkat menjadi nilai rata-rata tes akhir sebesar 7,352. Teknik campuran diskusi dan pelatihan dapat diterima dan digunakan secara efektif pada pelaksanaan pembelajaran menulis cerita pendek.
SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA Setelah penulis mengadakan ujicoba mengajarkan menulis cerita pendek dengan menggunakan teknik campuran diskusi dan pelatihan Di Kelas XI Madrasah Aliyah Al-Ikhlas Cisurupan Kabupaten Garut, maka penulis berkesimpulan sebagai berikut: 1) Hasil observasi menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran menulis cerita pendek dengan menggunakan teknik campuran disukusi dan pelatihan mengandung tingkat keberhasilan yang baik. Dengan demikian, penulis mampu memperoleh hasil yang baik dalam proses belajar mengajar menulis cerita
Ali, Mohammad. (1983). Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Aminddin. (1987). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Gramedia Atmowiloto, Arswedo. (1983) Mengarang itu Gampang. Jakarta : Gramedia Badudu, J.S. (1975). Sari Kesusastraan Indonesia Jilid 2. Bandung : Pustaka Prima Gorys. (1987). Argumentasi dan Narasi. Jakarta : Gramedia