Studi Buku Panduan Guru Sekolah Minggu Sinode HKBP Tahun 2014 Dari Model Pengajaran Bruce Joyce, Marsha Weil, Emily Calhoun
Oleh Tuti Hardina Lumbantoruan NIM: 712011041
TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sains Teologi
Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2015
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menganalisa permasalahan model pengajaran yang diberikan sinode HKBP melalui Buku Panduan Sekolah Minggu. Penelitian ini menerapkan pendekatan metode deskriptif dalam rangka mengkritisi Buku Panduan Guru Sekolah Minggu HKBP. Data diperoleh dari wawancara dengan tim pembuatan Buku Panduan Guru Sekolah Minggu Sinode HKBP bertempat di Pearaja Tarutung Tapanuli Utara, dokumen, buku panduan Sinode HKBP. Temuan yang diperoleh dalam penelitian ini mengembangkan Buku Panduan Sekolah Minggu HKBP tersebut sesuai dengan model pengajaran Bruce Joyce. Kata kunci : Model Pengajaran Bruce Joyce, Buku Panduan Sekolah Minggu HKBP.
BAGIAN I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Gereja adalah persekutuan yang beribadah dan persekutuan orang-orang percaya.1 Gereja
juga merupakan persekutuan yang bekerja sama dengan kelompok lain, dengan kerja sama ini dapat dilakukan dengan sesama orang Kristen demi pendidikan, untuk tujuan hak asasi manusia, keadilan sosial, perdamaian di tengah-tengah masyarakat. Salah satu aspek penting peran gereja adalah melaksanakan Pendidikan Agama Kristen untuk pengembangan iman. Gereja juga dipanggil, untuk menyampaikan Firman Tuhan dan melaksanakan perkunjungan pastoral, serta harus memperhatikan tugasnya di lapangan pengajaran dan pendidikan.2 Dalam realita yang dijumpai, masing-masing gereja memiliki ciri dan untuk aturan tersendiri dengan bagian-bagian pelayanan kategorial. Gereja memiliki program pelayanan terhadap anak-anak, remaja, pemuda maupun dewasa. Masing-masing dalam kategori pelayanan ini harus mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan kedudukan tiap kategori. Karena setiap orang mampu untuk belajar sesuai dengan kategori usia. Dalam tulisan ini penulis akan memfokuskan pada pelayanan pendidikan kategori anak yang dikenal dengan istilah Sekolah Minggu.3 Sekolah minggu merupakan bentuk pelayanan gereja bagi anak-anak. Mulai dari usia 0-12 tahun. Pengajaran agama di gereja dalam program Sekolah Minggu, umumnya sudah mempunyai kurikulum setidaknya pedoman buku untuk mengajar.4 Dengan pengajaran yang diberikan kepada anak-anak sekolah minggu, anak-anak dibina untuk mengetahui tentang Allah dan juga mengetahui ajaran-ajaran Alkitab tentang manusia, asal, tujuan, dan tanggung jawab serta tentang alam semesta. Hal ini menunjukkan bahwa gereja perlu memperhatikan pentingnya kurikulum PAK yang disusun gereja untuk proses pembinaan kepribadian anak. Kurikulum PAK dibuat dalam rangka menyusun pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan serta tingkat perkembangan psikologi anak, sehingga perlu adanya model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas anak serta kecerdasan anak. PAK yang diberikan oleh gereja 1
Dien Sumayatiningsih, Mengajar dengan Kreatif dan Menarik, (Yogyakarta ANDI OFFSET, 2012), 28. Dr.E.G Homrighausen dan Dr.I.H.Enklaar, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta,1985), 32. 3 Paulus daun, Pengantar ke dalam Sekolah Minggu, (Medio.1989), 5. 4 Samuel Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen, (Yogyakarta, ANDI, 1994), 94. 2
1
seharusnya dengan model pengajaran yang diterapkan. Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia pengajaran berarti proses, pembuatan, cara mengajar atau mengajarkan; atau segala sesuatu yang mengenai mengajar.5 Sedangkan model pengajaran berarti pola, contoh, acuan, ragam. dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan dalam sebuah buku.6 Dari definisi tersebut bahwa bentuk buku dan isinya dalam gereja bertujuan untuk menghasilkan pola buku yang sesuai dengan Pendidikan Agama Kristen. Dalam hal ini ada beberapa ahli-ahli yang menyumbangkan model-model dalam pengajaran dan bentuk yang digunakan dalam proses pengajaran dalam lingkungan sekolah minggu. Model ini yang dipilih karena relevan untuk mendukung pencapaian pengajaran. Ada empat rumpun-rumpun model pengajaran yakni:7 a. Rumpun Model Pemrosesan Informasi (Personal Information) Fokus perhatian rumpun ini adalah aktivitas pengembangan keterampilan (skill) dan isi (content) pengajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. b. Rumpun Model Pribadi (Personal Development) Model
ini
mengutamakan
penggembangan
kepribadian
dan
hubungan
antarpribadi yang dihasilkan melalui aktivitas mengajar. c. Rumpun Model Interaksi ( Personal Interactive) Titik berat model ini adalah penggunaan energi kelompok dan proses interaksi yang terjadi dalam kelompok. d. Rumpun Model Perilaku (Personal Behavioral) Model ini mengutamakan perubahan perilaku yang spesifik. Model-model pengajaran di atas membantu kita untuk memahami dan menerapkan cara pengajaran yang relevan yang diperlukan anak dalam pengembangan kreativitas, kepribadian, interaksi dan perilaku. PAK anak di gereja yang dikenal dengan istilah Sekolah Minggu pastinya membutuhkan proses pengajaran yang baik dan relevan untuk menunjang tujuan tersebut Gereja perlu merumuskan kurikulum PAK di Gereja yang sekaligus di dalamnya terdapat model-model pengajaran. 5
Tim Penyusun Kamus Besar Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan & Penerbit Balai Pustaka,1990), 113. 6 Tim Penyusun Kamus Besar Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan & Penerbit Balai Pustaka,1990), 589. 7 Bruce Joyce Dkk, Models ofTteaching, (Pustaka Belajar, 2009), 31-38.
2
Sinode HKBP mencoba merumuskan kurikulum PAK Gereja yang dikemas dalam buku panduan yang akan diajarkan yang disesuaikan dengan faktor usia. Dalam kenyataannya, buku Panduan Guru Sekolah Minggu HKBP yang diterbitkan oleh sinode sedikit sulit untuk diterapkan dalam lingkungan sekolah minggu HBKP. Fenomena yang terjadi dalam pencapaian buku panduan tersebut kurang maksimal, dilihat dari struktur pencapaiannya. Kontent dari buku yang diterbitkan kurang dapat diterapkan dalam pembelajaran yang real. Dengan demikian buku panduan Sinode HKBP ini perlu dikaji kembali secara lebih mendalam dengan menggunakan teori model pengajaran. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka penulis memilih judul:
Studi terhadap Buku Panduan Guru Sekolah Minggu Sinode HKBP tahun 2014 Ditinjau dari Model Pengajaran Bruce Joyce, Marsha Weil, Emily Calhoun
1.2
Rumusan Masalah 1. Apa permasalahan kurikulum buku panduan Sekolah Minggu Sinode HKBP? 2. Bagaimana tinjauan model pengajaran Bruce Joyce, Marsha Weil, Emily Calhoun terhadap permasalahan tersebut?
1.3
Tujuan Penelitian 1.
Mendeskripsikan permasalahan buku panduan Guru Sekolah Minggu HKBP yang dari sinode.
2. Menganalisis buku panduan Sekolah Minggu HKBP dengan menggunakan teori model pengajaran Bruce Joyce, Marsha Weil, Emily Calhoun.
a.
Manfaat Penulisan Dengan melihat rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka manfaat dari penelitian ini
adalah:
3
1. Manfaat Teoritis: Memberi sumbangsih dan melengkapi pengetahuan Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana dalam model-model pengajaran PAK di gereja. 2. Manfaat Praktis: Memberi sumbangsih pemikiran terhadap badan Koinonia sinode HKBP mengenai Buku Panduan Guru Sekolah Minggu ditinjau dari model pengajaran PAK agar di waktu berikutnya lebih memberi perhatian terhadap model pengajaran PAK dalam Buku Panduan Guru Sekolah Minggu. . b.
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode deskriptif. Metode
deskriptif adalah cara untuk mendeskripsikan atau menjelaskan sebuah proses mengajar atau situasi sebagaimana adanya.8 Jenis penelitian yang digunakan bersifat kualitatif.9 Data kualitatif akan diperoleh melalui wawancara dengan tim pembuatan Buku Panduan Sekolah Minggu Sinode HKBP diperoleh dengan dokumen, buku panduan, arsip akan diperoleh data dari Sinode HKBP bertempat di Pearaja, Tarutung. Tapanuli Utara. Penulis menggunakan metode kualitatif karena melalui metode ini penulis secara langsung dapat memberikan sebuah gambaran yang jelas tentang masalah yang diteliti. Teknik pengumpulan data, dan sumber data : a.
Wawancara Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan komunikasi langsung dan pendekatan interaksi yang intensif. Wawancara dilakukan dengan pedoman wawancara yaitu berupa pokok-pokok pertanyaan dari penulis yang akan disiapkan sebelumnya, tetapi relevan dengan masalah penelitian yang akan dicapai.10 Dalam hal ini, yang menjadi sumber data adalah para bagian biro kategorial sekolah minggu sinode HKBP.
Memiliki 1 tim pembuatan buku
panduan Guru Sekolah Minggu sinode HKBP dengan mewancarai sekitar 5-7 orang. b.
Studi Pustaka Penulis akan mengumpulkan data melalui kepustakaan dari berbagai buku, jurnal, artikel maupun dokumen-dokumen lainnya yang dapat mendukung penelitian ini.
8
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta:CV.Rajawali, 1983), 19. Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004), 113. 10 Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1989), 20. 9
4
Kepustakaan ini bermanfaat dalam penyusunan landasan teoritis yang akan menjadi acuan dalam menganalisa data penelitian lapangan guna untuk menjawab persoalan pada rumusan masalah.
c.
Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari atas empat bagian. Bagian pertama berisi tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penulisan, metode penelitian, sistematika penulisan. Bagian kedua yang meliputi tentang teori yang di dalamnya ada Gereja dan Panggilannya, Pendidikan Agama Kristen, Model-model pengajaran Models of Teaching Bruce Joyce, Marsha Weil, Emily Calhoun. Bagian ketiga tentang hasil penelitian dan pembahasan diskripsi dan analisis. Bagian keempat tentang penutup yang meliputi kesimpulan berupa temuan-temuan yang diperoleh dari hasil penelitian pembahasan dan analisis serta saran-saran berupa kontribusi dan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut.
5
BAGIAN II GEREJA DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN 2.1 Gereja dan Panggilannya Dalam Perjanjian Baru gereja memiliki kedudukan yang penting. Gereja digambarkan sebagai tubuh Kristus. Gereja adalah suatu kesatuan yang para anggotanya saling kait mengkaitkan. Selain itu, definisi Gereja berasal dari bahasa Yunani “Ekklesia” yang artinya orang-orang yang dipanggil. Orang-orang yang pertama dipanggil oleh Kristus adalah para murid yaitu Petrus dan lain-lain. Setelah Tuhan naik ke surga dan pencurahan Roh Kudus pada hari pentakosta, para murid-murid itu menjadi Rasul artinya bahwa mereka telah diutus. Para rasul diutus ke dalam dunia untuk mengabarkan berita kesukaan sehingga lahirlah Gereja Kristen.11 Wujud dari panggilan Gereja Kristen belum menunjuk kepada hanya persekutuan saja, selain itu juga perlu melaksanakan tugas dan panggilan Gereja. Yesus telah memerintahkan para muridNya, dalam Matius 28:29 “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,” Pada titah inilah berlaku pula untuk segala pengikutNya di kemudian hari selama bumi masih ada. Oleh karena itu gereja bukan saja lahir dari amanat Kristus, tetapi amanat ini pula yang menjadi Gereja yang sewajarnya untuk melakukan panggilannya. Gereja melaksanakan amanatNya, Gereja dan pekabaran Injil adalah sama karena merupakan dwitunggal yang tak terpisahkan.12 Gereja harus memelihara iman anggota-anggotanya dengan mengajarkan mereka untuk taat pada perintah Tuhan, Gereja juga harus menjalankan tugas dan tanggungjawab untuk mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Kristus. Ada tiga utama panggilan Gereja yaitu bersekutu (Koinonia), melayani (Diakonia), dan bersaksi (Marturia). Tiga tugas ini sering disebut sebagai tri tugas panggilan gereja. Tugas dan Panggillan Gereja antara lain: 1. Persekutuan (Koinonia) Koinonia adalah tugas menyatakan persekutuan atau persatuan sebagai umat di dalam Yesus Kristus. Gereja terlibat dalam persekutuan saling melayani dan membantu, dan
11 12
Dr. Th. Van den End., Harta Dalam Bejana, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 7. Enklaar. Dr. L.H & Berkhof. Dr. H., Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985), 12.
6
tolong menolong satu dengan lainnya supaya dunia tahu bahwa kita adalah murid-murid Yesus. Koinonia, mempunyai banyak anggota namun satu, yaitu satu di dalam Kristus. 2. Pelayanan (Diakonia) Bagian Diakonia artinya adalah gereja harus melayani semua umat bangsa dan memperhatikan orang-orang yang tertindas. Diakonia berbuat dan melaksanakan tugastugasnya di tengah-tengah kehinaan, dan juga memperhatikan orang-orang yang sakit, janda, anak yatim piatu. Pelayanan diakonia ini membantu untuk mereformasikan pewujudan karya keselamatan Kristus. 3. Kesaksian (Marturia) Gereja terpanggil untuk bersaksi kepada semua manusia, dan berkomitmen untuk memberitakan keselamatan. Namun tugas ini sebenarnya bukanlah hanya tugas Gereja, namun juga sebagai tugas manusia supaya dapat bersaksi melalui tindakan, dan perbuatan.13 Ketiga dalam tugas Gereja ini yang jadi hakekat dan tanggungjawab Gereja, dan juga sebagai alat Tuhan guna mendatangkan kerajaanNya. Tidak dapat juga disangkal bahwa Gereja mempunyai tugas dan tanggung jawab diantaranya: Kebaktian anak sekolah minggu, remaja, pemuda, dewasa. Dengan demikian dalam pelayanan ini harus dibutuhkan pendidikan. Khususnya pelayanan untuk Pendidikan Agama Kristen secara khusus anak.
2.2 Pendidikan Agama Kristen Istilah pendidikan tentunya mempunyai berbagai macam pendidikan. Salah satu pokok penting dalam pendidikan adalah Pendidikan Agama Kristen. Pendidikan Agama Kristen adalah salah satu dari tugas-tugas Gereja yang banyak, namun bukan satu-satunya tugas Gereja melainkan satu diantara yang lain. PAK merupakan pendidikan yang ditanggung oleh Gereja sendiri.14 Harus dipahami bahwa arti pendidikan merupakan suatu tujuan dan bersahaja untuk membimbing dan memperlengkapi menuju ke arah kedewasaan, khususunya dalam cara berfikir,
13 14
Buku Aturan dan Peraturan HKBP Sinode, (Pearaja Tarutung, 2011), 09. Dr. E. G Homrighausen dan Dr. I. H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta:1985), 32.
7
sikap, iman dan perilaku.15 PAK berpangkal pada suatu pembelajaran bagi dunia pendidikan. PAK adalah salah satu dari tugas-tugas gereja.16 PAK harus dipahami mempunyai kedudukan yang amat penting dalam gereja termasuk memberikan pendidikan kepada anak-anak sekolah minggu terutama untuk pengembangan iman Kristen. Pendidikan adalah suatu tindakan untuk membimbing keluar.17 Salah satu tugas PAK dalam gereja yaitu memperhatikan anak-anak sekolah minggu karena anak-anak merupakan pondasi untuk bertumbuhnya satu jemaat menuju ke masa depan. Suksesnya pertumbuhan jemaat dalam gereja dimulai dari anak-anak sekolah yang berlandaskan Pendidikan Agama Kristen. Di dalam Gereja anak-anak sekolah minggu diajar dan dilatih untuk menghayati dan mempraktekkan kebenaran Alkitab dalam kehidupan sehari-hari dan mendorong mereka menjadi saksi-saksi Kristus. Fungsi dari PAK ini adalah untuk mengumpulkan anak-anak jemaat, supaya belajar bersama-sama tentang pengetahuan mengenai Alkitab dan iman Kristen.18 Berhasil tidaknya suatu pendidikan, mampu tidaknya seorang anak untuk menerima PAK dengan relevan sesuai dengan porsi dan umur anak. Salah satu yang amat sangat penting berkaitan dengan peran PAK dalam gereja adalah menitikberatkan pada pendidikan yang seharusnya ditanggung dan dilaksanakan oleh gereja. PAK adalah suatu pemberian dan amanat Tuhan sendiri kepada jemaatnya. Dalam Efesus 4:11 bahwa Tuhan memanggil dan mengangkat dari antara anggotaanggota Gereja, baik rasul maupun nabi-nabi baik pemberita-pemberita Injil maupun gembalagembala dan pengajar-pengajar. Berbagai tugas diletakkan Tuhan untuk pelayanan kepada Gereja di seluruh bumi ini dengan termasuk mengajar dan mendidik orang untuk mengenal kekristenan. PAK itu dibuat berfungsi untuk menyatakan kebenaran dari Firman Tuhan. 2.3 Model-model Pengajaran Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun PAK harus dilihat sebagai kumpulan orang-orang percaya yang berinteraksi dengan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki Allah dari jemaatNya.19 Untuk itulah PAK sangat berperan dalam pendidikan yang berdasarkan jati landasan iman Kristen. Tidak dapat dipungkiri dalam PAK itu sendiri harus mempunyai cara, atau metode dalam mengajarkan 15
Samuel Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen, (Yogyakarta, ANDI, 1994) 58. Dr.E.G Homrighausen dan Dr.I.H.Enklaar, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta,1985), 32. 17 Dien Sumiyatiningsih, “Mengajar dengan kreatif dan Menarik” (Yogyakarta:ANDI,2006) 4. 18 Dien Sumiyatiningsih, “Mengajar dengan kreatif dan Menarik” (Yogyakarta:ANDI,2006),35 19 Daniel Nuhamara “Pembimbing PAK” (Ikapi Jabar: 2007), 67. 16
8
nilai-nilai iman Kristen khususnya kepada anak-anak sekolah minggu. Selain PAK berfungsi untuk mengarahkan pendidikan formal, namun PAK dalam pelayanan gereja untuk anak-anak, adalah salah satu model untuk membantu dan mengajar anak-anak memahami Alkitab. Alkitab memberi pengajaran bahwa pelayanan spritual bagi anak sangat penting. Karena anak-anak sangat memerlukan perhatian dan pembinaan yang serius dari orang tua, dan juga guru sekolah minggu. Peran dalam PAK dalam sekolah minggu memberikan pemahaman tentang Allah dan percaya kepada-Nya.20 Gereja harus mau memimpin dan mengajar anak-anak dengan sungguhsungguh dan setia supaya mereka mendapatkan sesuatu ketika pulang dari gereja dan tidak menjadi sesat. Untuk itulah peran PAK dalam gereja membina dan mengembangkan iman anakanak yang memang masih sederhana itu. Kurikulum yang diberikan oleh Gereja haruslah mempunyai kurikulum yang mengembangkan anak. Kurikulum atau buku yang dipersiapkan sinode disusun secara maksimal. Gereja seharusnya mempersiapkan bahan kurikulum yang bermutu yang sesuai dengan cara berpikir, imajinasi, bahasa dan kemampuan mendengar anakanak dari setiap golongan umur. Gereja juga harus memanfaatkan Sekolah Minggu sebagai wadah utama untuk mendidik mulai dari anak-anak sampai remaja.21 Sehingga kurikulum yang dari Gereja itulah yang menjadi bahan pokok ajar untuk sekolah minggu, yang menunjang berlangsungnya proses mendidik di dalam Sekolah Minggu, yang harus diperhatikan dalam Gereja juga kurikulum itu sesuai dengan PAK. Ada beberapa model yang menunjang kurikulum supaya lebih efektif dan berkembang untuk dapat dipahami oleh guru-guru yang mengajar serta anak-anak sekolah minggu mudah menerima pembelajaran yang diberikan oleh guru-guru sekolah minggu. Model tersebut diambil dari model pembelajaran teori oleh Bruce Joyce, Marsha Weil dan Emily Calhoun yang 1. Pertama, rumpun Personal Information (Model Pemrosesan Informasi). Fokus perhatian rumpun ini adalah aktivitas pengembangan keterampilan (skill) dan isi (content) pengajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Model Pemrosesan Informasi ini lebih kepada peserta didik lebih banyak mendengarkan melalui ketrampilan mereka, bahan yang sudah disampaikan berupa penjelasan. Model 20
Daniel Nuhamara “Pembimbing PAK” (Ikapi Jabar: 2007), 93. Robert R.Boehlke “Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen”(Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2005), 806 21
9
Rumpun Informasi ini, dengan menggunakan metode pemahaman melalui cara berfikir. Rumpun ini dapat dijabarkan dalam semua jenis aktivitas yang berkaitan dengan pemikiran, dengan membuat pengelompokan, memberikan nama-nama tertentu, menganalisa, dan menafsirkan atau bermeditasi. Semua ini dengan menggunakan cara model rumpun informasi. Tujuan model ini melatih keterampilan, memaksimalkan cara berfikir, anak-anak sekolah minggu diajak untuk memperoleh pengetahuan secara mandiri, anak-anak diajak perlu menemukan di mana, bagaimana Tuhan, sifat-sifat dan kehendak-Nya. Misalnya, model ini mengarahkan kepada anakanak dapat memberikan karya dengan novel, cerpen dan yang membentuk memproses informasi. 2. Rumpun yang Kedua, rumpun Personal Development (Model Pribadi); model ini mengutamakan penggembangan kepribadian dan hubungan antarpribadi yang dihasilkan melalui aktivitas mengajar. Fokus pada rumpun ini adalah membangun pengetahuan dan tanggungjawab sosial melalui partisipasi dalam interaksi dengan orang lain, juga memecahkan masalah-masalah sosial. Penjelasan dalam bidang ini membutuhkan interaksi kelompok dapat mengklarifikasi dan menafsirkan ide-ide, menguji berdasarkan persepsi orang lain dan pemahaman menurut tradisi. Kelompok mencari jawab terhadap permasalahan yang timbul, melakukan penelitian maupun laporan dan mendiskusikan permasalahan. Model dalam rumpun pribadi dengan menggunakan model bermain peran. Misalnya dengan suatu rangkaian perasaan, ucapan, dan tindakan. Tujuan model ini memecahkan masalah dengan tindakan, proses
dilakukan
dengan
mendindentifikasi
masalah,
memerankan
dan
mendiskusikan. Dalam rumpun ini guru-guru sekolah minggu diajak sebagai penggerak
atau
motivator.
Membantu
mendesain
dan
menentukan
aspek
permasalahan. 3. Ketiga, rumpun Personal Interactive (Model Interaksi); titik berat model ini adalah penggunaan energi kelompok dan proses interaksi yang terjadi dalam kelompok. Fokus model ini menguji diri dan berjumpa kebenaran atau dengan Sang Kebenaran (TUHAN). Model ini menggunakan cara meditasi. Model ini menggunakan seperti musik, lilin, cerita, dan keterbukaan terhadap perasaan. Misalnya, anak-anak sekolah minggu diminta untuk diam dan posisi anak-anak duduk tegak, mata ditutup, dan 10
konsentasi sehingga pencapaian terhadap Sang Kebenaran (TUHAN) dapat tercapai, anak-anak sekolah minggu diajak untuk bermain peran seperti drama., masing-masing anak memainkan perannya misalnya seperti pertobatan, perceraian, keadilan masalah kehidupan seperti narkoba, dan lain sebagainya.22 Model ini sangat membantu anakanak Sekolah Minggu untuk mencapai integrasi pribadi dengan nilai atau pribadi yang lebih besar. Dari model ini anak-anak dibantu untuk pembentukan iman dan kepercayaan. 4. Keempat, rumpun Personal Behavioral (Model Perilaku); model ini mengutamakan perubahan perilaku yang spesifik. Fokus model ini pengembangan diri melalui proses penyadaran dan ekspresi. Model ini memiliki rasional seseorang diri dan lingkungannya merasa diterima, dan pengembangan keterampilan interpersonal. Model ini membantu untuk menyumbangkan pembentukan iman dan kepercayaan. Tujuan model ini menggunakan kegiatan sehari-hari dan berlangsung seumur hidup, proses menjadi pribadi yang kreatif, kreativitas dapat diterapkan dalam semua bidang serta pengembangan-pengembangan diri. Misalnya anak-anak sekolah minggu membuat analogi langsung berdasarkan gambaran keadaan seperti melukis perjalanan hidup Abraham, Yusuf, Daud dll. Model ini membantu anak-anak sekolah minggu untuk mengembangkan penyadaran dan ekpresi dari diri sendiri.23
22 23
Dien Sumiyatiningsih, “Mengajar dengan kreatif dan Menarik” (Yogyakarta:ANDI,2006), 91. Dien Sumiyatiningsih, “Mengajar dengan kreatif dan Menarik” (Yogyakarta:ANDI,2006), 100.
11
BAGIAN III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian yang berkaitan dengan proses pembuatan Buku Panduan Guru Sekolah Minggu HKBP 2014 bertempat di Pearaja, Tarutung Tapanuli Utara. Pada bagian ini akan memaparkan tentang : 1. Gambaran Umum Pearaja dan Sejarah Buku Panduan Sekolah Minggu HKBP (Huria Kristen Batak Protestan). 2. Permasalahan dalam Buku Panduan Sekolah Minggu HKBP (Huria Kristen Batak Protestan). 3. Buku Panduan Sekolah Minggu HKBP dari Perspektif Bruce Joyce, Marsha Weil, Emily Calhoun.
3.1 Gambaran Umum Pearaja dan Sejarah Buku Panduan Sekolah Minggu HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) Gereja HKBP secara geografis terletak di Pearaja, Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. HKBP berkantor pusat di Pearaja (Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara). Pearaja merupakan sebuah desa yang terletak di sepanjang jalan menuju kota Sibolga (ibu kota Kabupaten Tapanuli Tengah). Di kompleks ini juga Ephorus (sama dengan uskup dalam agama khatolik) sebagai pimpinan tertinggi HKBP berkantor. Penetapan hari jadi HKBP tanggal 7 Oktober 1861 memiliki makna sejarah dan teologis yang mendalam. Tanggal 7 Oktober 1861 menjadi titik balik sejarah penginjilan dan sejarah gereja HKBP. Sejarah berdiri HKBP dimulai pada tahun 1861 sebagai buah pemberitaan Injil yang disampaikan oleh misionaris Rheinische Missionsgessellschaft (RMG). Dalam perjalanan sejarah, HKBP telah berkembang ke seluruh Tanah Batak, di Indonesia, dan dunia.24 Tanggal
24
Tanah Batak, Http. Diakses dari repository.usu.ac.id/bitstream, pada tanggal 26 mei 2015, Pukul 13.35
WIB.
12
tersebut sejak 1936 dimaknai oleh HKBP sebagai hari jadi HKBP sebagaimana termaktub dalam buku Jubileum 75 tahun HKBP: 1861-1936. Buku jubileum tersebut adalah hasil karya tulis majelis pusat HKBP 1936. 43 Lembaga pengiilan RMG terpaksa mengakhiri pelayananya di Tanah Batak 1940 akibat perang dunia II. Pada tahun 1949 lembaga penginjilan RMG menyerahkan secara resmi seluruh assetnya di Tanah Batak kepada HKBP sebagai lembaga kegerejaan hasil penginjilan lembaga Pekabaran Injil RMG.25 Dalam era keterbukaan visi dan misi HKBP mempunyai tujuan untuk melayani. Sebagai visi HKBP adalah untuk HKBP berkembang menjadi gereja yang inklusif, dialogis, dan terbuka, yang mampu dan bertenaga mengembangkan kehidupan yang bermutu di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus, bersama-sama dengan semua orang di dalam masyarakat global, terutama masyarakat Kristen, demi kemuliaan Allah Bapa Yang Maha Kuasa. Dan yang menjadi misinya adalah HKBP berusaha meningkatkan mutu segenap warga masyarakat, terutama warga HKBP, melalui pelayanan-pelayanan gereja yang bermutu agar mampu melaksanakan amanat Tuhan Yesus dalam segenap perilaku kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, maupun kehidupan bersama segenap masyarakat manusia di tingkat lokal dan nasional, di tingkat regional dan global dalam menghadapi tantangan Abad-21.26 Visi dan Misi ini yang menjadi dasar dari pelayanan HKBP yang akan dikembangkan dalam setiap proses pelayanannya. Gereja HKBP pada tahun 1861-1936 belum mempunyai buku panduan yang khusus adanya sebagian anggota-anggota dalam sekretaris bersama yaitu Sekber United Evangelical Mission (UEM).27 Pada tahun 1996 mulai ada kerja sama antara United Evangelical Mission (UEM) dan gereja-gereja suku batak pada umumnya yaitu Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI), Huria Kristen Indonesia (HKI), Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS), Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), Gereja Kristen Protestan Angkola (GKPA), Banua Niha Keriso Protestan (BNKP), Gereja Kristen Protestan Pakpak Dairi (GKPPD), Gereja Kristen Protestan Mentawi (GKPM), Gereja Kristen Punguan Batak (GKPB). Kerjasama tersebut dikenal dengan nama Sekretaris Bersama (Sekber). 28 Tugas 25
J. Warneck, Sechzing Jahre Batakmission in Sumatera ( 60 tahun Mission – batak di Sumatera), Berlin, 1925. Tentang rapat 7 Oktober 1861, 22. 26 J. Warneck, Sechzing Jahre Batakmission in Sumatera ( 60 tahun Mission – batak di Sumatera), Berlin, 1925. Tentang rapat 7 Oktober 1861, 20. 27 Buku Aturan dan Peraturan HKBP Sinode, (Pearaja Tarutung, 2011), 30. 28 Buku “Khotbah Sekber UEM”, (Pematang Siantar, 2015), 05.
13
sekber antara lain membuat Buku Panduan Sekolah Minggu, nas-nas khotbah disusun selama satu tahun. Hal ini tentu saja membantu pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen terutama untuk anak-anak di HKBP. Meskipun demikian ternyata model-model pengajaran atau cara mengajar anak-anak tidak dikembangkan secara memadai. Disamping itu HKBP mempunyai kendala karena tidak dapat mengubah buku panduan dikarenakan ada satu komitmen untuk memakai buku panduan sekolah minggu anggota sekber United Evangelical Mission (UEM) yang sudah tanggung jawab masing-masing dalam setiap gereja untuk membuat nas-nas dalam setiap kategori.29 Tentunya tidak lepas dari berbagai pelayanan kategorial, ada macam-macam kategori di HKBP yaitu, Kategorial Bapak, Ibu, Pemuda, Remaja dan Sekolah Minggu. Dalam pembahasan Kategori Sekolah Minggu merupakan bagian dari Departemen Koinonia. Fungsi dan peran dalam bidang-bidang departemen mempunyai tugas-tugas setiap departemen. Dalam bidang-bidang departemen HKBP Sinode, ada bagian-bagian dari Departemen yaitu Departemen Koinonia, Diakonia, dan Marturia. Salah satu pencapaian suksesnya Pendidikan agama kristen adalah dari perkembangan jemaat. Hal ini merupakan salah satu kunci peran koinonia. Diakonia gereja merupakan tugas gereja dalam memberi tanggapan atas persoalan masyarakat sebagai bukti dari iman dan ibadahnya kepada Tuhan. Melalui diakonia karya dan kasih Tuhan dinyatakan (Marturia). Diakonia dikerjakan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia (dan lingkungan) sebagai tempat pemeliharaan Tuhan Allah berlangsung. Sasaran yang di bangun adalah kehidupan rohani dan jasmani (manusia seutuhnya) sebagai dasar untuk kehidupan sekarang yang mendesak.30 Masing-masing bidang ini mempunyai tugas peran dan tanggung jawab yang khusus. Bidang Departemen Koinonia adalah organ umum yang melayani segala kegiatan yang berkenaan dengan persekutuan di segenap HKBP yang dipimpin oleh Kepala Departemen Koinonia. Departemen Marturia memiliki tanggungjawab, melayani segala kegiatan yang berkenaan dengan kesaksian yang dipimpin oleh Kepala Departemen Marturia. Kepala Diakonia
29 30
Hasil wawancara dengan Pdt. S.L.T M.A, Pada tanggal 18 Desember 2014, Pukul 15.01 WIB. Koinonia, Marturia, Diakonia. https://midiankhsirait.wordpress.com, Tanggal 04 Juni 2015, 23.03 WIB.
14
adalah organ umum yang melayani segala kegiatan yang berkenaan dengan pelayanan diakonia di HKBP yang dipimpin oleh Kepala Departemen Diakonia.31
3.2 Permasalahan dalam Buku Panduan Sekolah Minggu HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) Buku panduan yang diterbitkan oleh sinode tentunya membutuhkan waktu yang lama dalam proses menyusun kurikulum terutama pembuatan Buku Panduan Sekolah Minggu HKBP. Gereja merupakan sebuah fondasi atau alat sebagai sarana gereja untuk melanjutkan perkembangan iman, pertumbuhan spiritualitas, sikap, iman, dan perilaku dan termasuk Pendidikan Agama Kristen. Pendidikan Agama Kristen di HKBP merupakan tugas yang besar karena gereja HKBP gereja yang termasuk besar dan tertua, dan di dalamnya terdapat pelayanan kategorial yakni, pelayanan Sekolah Minggu, Remaja, Pemuda, Ama (Kaum Bapak), Ina (Kaum Ibu) dan Lansia. Pendidikan Agama Kristen telah diajarkan sejak dini kepada kelompok kategorial.32 Buku panduan sekolah minggu HKBP yang diteliti dari edisi cetakan kedua bulan JuliDesember. Pada pokok minggu ini terdiri dari 26 minggu dengan tema dan model: 1. Minggu III Dung Trinitas, dengan tema “Tiga Sekawan Yang Setia Kepada Tuhan” Dengan nas terambil Daniel 3: 14-15. Model ini menggunakan information model. 2. Minggu IV Dung Trinitas, dengan tema “Sang Raja Yang Berhikma”. Dengan nas terambil dari 1 Raja-raja 3:16-28. Model ini menggunakan information model. 3. Minggu V Dung Trinitas, dengan tema “Yesus Cinta Semua Anak” Dengan .nas terambil dari Markus 10: 13-16. Model ini menggunakan information model. 4. Minggu VI Dung Trinitas, dengan tema “Belajar Takut Akan Tuhan Seumur Hidup”. Dengan nas terambil dari Ulangan 17: 18-20. Model ini menggunakan information model. 5. Minggu VII Dung Trinitas, dengan tema “Allah Sang Pengampun”. Dengan nas terambil dari 2 Samuel 12:9-17. Model ini menggunakan information model. 31 32
Buku Aturan dan Peraturan HKBP Sinode, (Pearaja Tarutung, 2011), 32. Hasil wawancara dengan Pdt. L. T. S.Th pada 17 Desember 2014.
15
6. Minggu Kejadian IX Sesudah Trinitas, dengan tema “Perdamaian : Pembagian Tanah Abram dan Lot”. Dengan nas terambil dari Kejadian 13:1-12. Model ini menggunakan information model. 7. Minggu XI Dung Trinitas, dengan tema “Ora Et Labora”. Dengan nas terambil dari 2 Yeremia 29:7. Model ini menggunakan information model. 8. Minggu X Dung Trinitas, dengan tema “Menyukakan Hati Orang Tua”. Dengan nas terambil dari Amsal 23:22-24. Model ini menggunakan information model. 9. Minggu XI Dung Trinitas, dengan tema “Tuhan Menyertai Engkau Bersoraklah Baginya”. Dengan nas terambil dari Yosua 6:1-5 (6: 1-9 & 15-20). Model ini menggunakan information model. 10. Minggu XII Dung Trinitas, dengan tema “Hidup Saling Mendengar dan Menolong”. Dengan nas terambil dari Keluaran 18: 12-24. Model ini menggunakan information model. 11. Minggu XIII Setelah Trinitas, dengan tema “Hidup Berpengharapan Kepada Kuasa Yesus”. Dengan nas terambil dari Matius 9: 20-21. Model ini menggunakan information model. 12. Minggu XIV Setelah Trinitas, dengan tema “Hidup Rukun Dengan Sesama Saudara”. Dengan nas terambil dari Mazmur 133: 1-3. Model ini menggunakan information model. 13. Minggu XV Setelah Trinitas, dengan tema “Bersahabat Kepada Semua Orang Untuk Menyaksikan Iman Kepada Yesus Kristus”. Dengan nas terambil dari Kis 8: 26-40. 14. Minggu XVI Setelah Trinitas, dengan tema “Rahab dan Dua Orang Pengintai”. Dengan nas terambil dari Yosua 2: 8-14. Model ini menggunakan information model. 15. Minggu XVII Setelah Trinitas, dengan tema “Yesus Dikuburkan”. Dengan nas terambil dari Markus 15: 42-47. Model ini menggunakan interaksi model. 16. Minggu XVIII Setelah Trinitas, dengan tema “Membahagiakan Orang Tua”. Dengan nas terambil dari Amsal 23: 25-26. Model ini menggunakan model pribadi. 17. Minggu XIX Setelah Trinitas, dengan tema “Yakob Berbaikan Dengan Esau”. Dengan nas terambil dari Kejadian 33: 1-11. Model ini menggunakan information model. 18. Minggu XXI Sesudah Trinitas, dengan tema “Daud dan Mefiboset”. Dengan nas terambil dari 2 Samuel 9: 1-10. Model ini menggunakan information model.
16
19. Minggu XXII Sesudah Trinitas, dengan tema “Bekerja Keraslah dan Janganlah Mencuri”. Dengan nas terambil dari Efesus 4: 28. Model ini menggunakan information model. 20. Minggu XXIII Sesudah Trinitas, dengan tema “Jadilah Anak-anak Yang Baik Hati”. Dengan nas terambil Filipi 4: 1-13. Model ini menggunakan information model. 21. Ujung tahun jemaat, dengan tema “Tuhanlah Yang Memberi Keberhasilan Bagimu”. Dengan nas terambil dari 1 Samuel 17: 40-50. Model ini menggunakan Personal Model. 22. Minggu Advent I dengan tema “Yesus Satu-satunya Juru Selamat Manusia”. Dengan nas terambil dari Yohanes 8: 2-11. Model ini menggunakan information model. 23. Minggu Advent II dengan tema “Jadilah Seorang Prajurit Kristus Yang Kuat”. Dengan nas terambil dari Efesus 6: 10-12. Model ini menggunakan information model. 24. Minggu Advent III dengan tema “Berilah Yang Baik Untuk Tuhan Yesus”. Dengan nas terambil dari Pengkotbah 12: 9-14 Model ini menggunakan model perilaku. 25. Minggu Advent IV dengan tema “Jangan Malu dan Takut Mengakui Yesus”. Dengan nas terambil dari Daniel 6: 11-14. Model ini menggunakan information model. 26. Minggu Natal I dengan tema “Yesus adalah Juru Selamat Dan Gembalaku”. Dengan nas terambil dari Mikha 5: 1-4. Model ini menggunakan information model. Di dalam buku panduan sekolah minggu HKBP dalam edisi Juli-Desember lebih banyak menggunakan satu model, kreativitas yang kurang memadai. Dari hasil wawancara dengan Pdt. M.M sebagai tim penulis buku panduan, beliau mengatakan bahwa memang untuk realisasi pelatihan Guru Sekolah Minggu dan model yang dipakai dalam buku panduan sekolah minggu sangat minim atau jarang sekali dilaksanakan baik dari Kantor Pusat Sinode, Ressort maupun jemaat-jemaat.33 Dari kantor Sinode HKBP memang hal itu kurang diperhatikan, meskipun demikian memang pernah dilakukan, tetapi hanya di beberapa daerah saja. Biasanya daerahdaerah perkotaan yang menerima sosialisasi atau pelatihan, sedangkan untuk pendesaan hampir tidak pernah dilakukan. Demikian juga untuk aras Ressort, baik pelatihan maupun sosialisasi jarang dilakukan. Akibatnya Guru-Guru Sekolah Minggu di jemaat-jemaat atau per huria mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya sebagai Guru Sekolah Minggu. Tidak ada
33
Hasil wawancara dengan Pdt. M. M. S.Th pada tanggal 19 Desember 2014, Pukul 12.00 WIB.
17
pembekalan memadai terhadap kurikulum apalagi untuk menerapkan cara mengajar atau model pembelajaran yang memadai. Demikian juga dalam wawancara dengan Pdt. P. M sebagai Pendeta Jemaat di Batam, beliau mengungkapkan bahwa Guru-guru sekolah minggu jarang diadakan Pelatihan sehingga guru-guru sekolah Minggu berinisiatif sendiri untuk mengembangkan diri dengan mencari informasi dari internet.34 Demikian juga pada waktu wawancara dengan seorang Ibu Guru Sekolah Minggu HKBP Salatiga beliau mengatakan bahwa buku panduan guru sekolah minggu kurang memadai bila dibandingkan dengan buku panduan GKI, karena Buku Panduan GKI lebih tertata untuk tiap kelas.35 Dari hasil wawancara melalui berbagai orang baik informan kunci dari Sinode, Ressort maupun Huria ternyata mereka mempunyai pendapat yang sama yaitu sosialisasi yang berkaitan dengan buku panduan guru Sekolah Minggu jarang dilakukan, cara penyampaian buku panduan tersebut kurang mendukung dan kreativitas yang tidak memadai. Meskipun demikian mereka menyadari bahwa pelatihan Guru-Guru Sekolah Minggu dan sosialisasi buku panduan di jemaatjemaat dan untuk sekolah minggu sangatlah penting. Sosialisasi buku panduan sebetulnya tidak menutup kemungkinan agar guru-guru sekolah minggu menjadi kreatif dalam mengajar. Sosialisasi dan pelatihan para guru sekolah minggu sangat perlu dilakukan baik dari Sinode, Ressort dan Huria. Hal itu tidak saja untuk memahami dan melatih guru-guru sekolah minggu tetapi juga melatih para guru sekolah minggu untuk terbuka kepada tritugas gereja yang saling berkaitan yaitu tugas dan panggilan untuk persekutuan (Koinonia), pelayanan (Diakonia), dan Kesaksian (Marturia). Hal itu sangat berkaitan meskipun sekolah minggu sebetulnya berada di bidang Persekutuan (Koinonia).36 Pendidikan Agama Kristen adalah bagian terpenting dalam Gereja. Kantor pusat Sinode HKBP khususnya bagian Kategori Sekolah Minggu sudah menerbitkan Buku Panduan Sekolah Minggu untuk seluruh Huria (Jemaat) di HKBP. Pendidikan Agama Kristen di HKBP sebagai wujud dari kepedulian gereja untuk mendidik warganya terutama untuk anak-anak. Ketika buku panduan dirancang artinya gereja mempunyai tugas untuk mengerjakan dan mensosialisasikan 34
Hasil wawancara dengan Pdt. P. M. S.Th pada tanggal 19 Desember 2014, Pukul 15.00 WIB. Hasil wawancara dengan Pdt. M.S. S.Th pada tanggal 19 Desember 2014, Pukul 15.08 WIB. 36 Buku Aturan dan Peraturan HKBP Sinode, (Pearaja Tarutung, 2011), 09. 35
18
bukunya dengan baik. Oleh karena itu pelatihan harus dilakukan dan sosialisasi buku panduan dari aras Sinode, Distrik, Ressort dan Huria sampai ke para guru-guru sekolah minggu di seluruh HKBP seharusnya dilakukan secara periode. Sehingga kebutuhan dari Guru-Guru Sekolah Minggu untuk mengembangkan kurikulum dan pengajaran dapat dipenuhi. Gereja harus bersikap terbuka dan leluasa mengembangkan kreativitas guru-guru sekolah minggu HKBP. Pertanggungjawaban
perlu
dilakukan
baik
dalam
merancang
buku
maupun
dalam
mensosialisasikan dan melatih isi buku kepada guru-guru sekolah minggu di gereja. Gereja harus lebih memperhatikan kebutuhan gereja-gereja aras distrik sampai ke huria, dari kota sampai ke desa. Dengan demikian konsep bahwa pondasi pertumbuhan iman dimulai dari anak-anak dapat terwujud. Memang dalam pelaksanaan di jemaat menurut para penyusun buku panduan sekolah minggu, jemaat banyak yang kurang mampu melaksanakan sesuai buku panduan. Dari apa yang di jelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan PAK anak di HKBP sebetulnya sudah ada buku panduan yang jelas. Namun dari model rumpun yang diberikan oleh Bruce Jocye, tidak memadai dan hanya menggunakan satu model saja dalam buku panduan sekolah minggu HKBP. Dari hasil penelitian dan teori analisa membuktikan dalam realita dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Kristen HKBP sudah berusaha menerapkan teori untuk mengembangkan spiritualitas anak-anak sekolah minggu HKBP. Gereja sebagai pondasi untuk mengembangkan Pendidikan Agama Kristen melalui anak-anak sekolah minggu dari buku panduan sekolah minggu yang diterbitkan. HKBP sesuai dengan keberadaanya semampu mungkin telah melaksanakan kewajibannya “sejak dini anak-anak Sekolah Minggu sudah bisa mengenal Firman Tuhan menerima injil dalam hidupnya”.37 Dengan demikian HKBP harus lebih memperhatikan anak-anak sekolah minggu supaya prinsip untuk melayani seluruh masyarakat dapat terwujud dengan baik sesuai denga visi misi HKBP. Sejauh ini pelayanan pada anak-anak sekolah minggu telah mendapat tempat khusus di HKBP.
37
Hasil wawancara dengan Pdt. L. T. S.Th, Pada tanggal 20 Desember 2014, Pukul 10.30 WIB.
19
3.3 Buku Panduan Sekolah Minggu HKBP dari Perspektif Bruce Joyce, Marsha Weil, Emily Calhoun. Buku Panduan yang diberikan oleh gereja merupakan dasar untuk dipakai di Gereja dalam bidang Pendidikan Agama Kristen. Tidak lepas dari kurikulum yang diberikan gereja dalam buku panduan yang akan diajarkan oleh guru-guru sekolah minggu kepada anak-anak sekolah minggu. Dalam buku panduan sekolah minggu HKBP edisi Juli - Desember 2014 terdiri dari 26 minggu buku panduan yang akan digunakan oleh 3 horong (Kelas). Horong (Kelas) I usia 0 – 6 tahun, horong (Kelas) II usia 6 – 11 tahun, horong (Kelas) III usia 11 – 14 tahun. Untuk pengajaran masing-masing horong mempunyai sistematik kurikulum yang sama yaitu adanya : 1. Tujuan Umum pembelajaran, bagian ini lebih kepada menjelaskan nas kepada anak sekolah minggu untuk mampu dan menyakini akan Firman Tuhan. 2. Penjelasan nas dan nilai Kristiani, penjelasan ini berupa khotbah. Dalam bagian ini dijelaskan dan di cantumkan nas yang akan diberikan kepada anak-anak. 3. Tujuan Khusus, bagian ini menjelaskan kepada Anak Sekolah Minggu untuk mampu memahami akan Firman Tuhan berupa gambar dan tulisan. Bagian ini ditunjukkan kepada anak-anak melalui gambar dan tulisan penjelasan dari Gur Sekolah Minggu. 4. Persiapan mengajar, bagian ini mengarahkan kepada Guru Sekolah Minggu mempersiapkan Games untuk memacu kreativitas Anak Sekolah Minggu. Bagian ini Guru Sekolah Minggu sebelum mengajar melakukan Sermon (Persiapan). 5. Ayat hafalan, dari bagian ini buku panduan menyediakan ayat hafalan yang sudah disediakan untuk anak-anak Sekolah Minggu. Ayat hafalan misalnya di ambil dari Wahyu 2: 10b. 6. Aktivitas, bagian aktivitas ini banyak menggunakan dengan metode mewarnai gambar. Anak-anak di ajak untuk lebih berkreativitas. 7. Doa penutup, pada bagian ini anak-anak mengucapkan “Doa Bapa Kami” menjadin doa penutup setelah selesai ibadah.
20
Menurut buku panduan Guru Sekolah Minggu HKBP edisi Juli - Desember 2014 dapat dilihat dari buku panduan untuk 26 minggu, baik untuk Horong (Kelas) I, Horong (Kelas) II, dan Horong (Kelas) III dalam seluruh pembelajaran tersebut sangat di dominasi oleh Rumpun pengajaran pengembangan informasi, khususnya model ceramah atau khotbah (Menurut Bruce Jocye, Marsha Weil dan Emily Calhoun lebih banyak menggunakan penjelasan). Memang dalam format Buku Panduan Guru Sekolah Minggu HKBP, Guru di haruskan mengajar dengan cerita. Apabila di identifikasi dari buku panduan yang ada di dalam model cerita ada beberapa variasi misalnya untuk minggu IV Dung Trinitas (Sesudah Trinitatis) dalam mengungkapkan cerita dilakukan dialog. Minggu ke XIII Setelah Trinitas, juga Guru di minta untuk memakai alat peraga Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan(P3K). Demikian juga XXII Dung Trinitas (Sesudah Trinitatis) pada saat ceritera Guru diminta untuk memakai alat peraga kertas yang melambangkan anak ceria dan anak yang murung. Di dalam mengajar Sekolah Minggu memang cara mengajar atau model pengajaran sangat penting. Untuk mengajar pengetahuan, nilai-nilai Kristiani, sikap, keterampilan dan spirtitualitas ternyata membutuhkan model pengajaran yang tepat. Banyak ahli yang sudah mengembangkan model-model pengajaran yang sebetulnya dapat digunakan di dalam kurikulum Sekolah Minggu. Ada yang menyusun model dengan menekankan kepada prinsip psikologi, sosiologi, dan pendidikan, dll.38 Dari hasil wawancara dengan Pdt. S.L.T seorang penyusun buku panduan sekolah minggu.39 HKBP tahun 2014 mengungkapkan bahwa tim penulis sebanyak 6 orang. Keterlibatan pendeta jemaat dalam penulisan dan pelaksanaan sekolah minggu HKBP ini dikatakan tidak sepenuhnya dapat terlaksana. Disamping itu dari hasil wawancara dengan Pdt. M.S mengemukakan kurikulum ini juga tidak dilaksanakan secara konsisten hal ini karena tim penulis kurikulum menyadari mengambil materi dari gereja-gereja lain untuk penyusunan kurikulum ini diperlukan dengan penulisan yang matang karena pondasi awal dalam pembentukan iman kristen adalah pada kategori sekolah minggu.40
38
Dien Sumayatiningsih,Mengajar dengan Kreatif dan Menarik, (Yogyakarta ANDI OFFSET, 2012), 69. Hasil wawancara dengan Pdt. S.L.T M.A, Pada tanggal 18 Desember 2014, Pukul 15. 20 WIB. 40 Hasil wawancara dengan Pdt. L. T. S.Th, Pada tanggal 18 Desember 2014, Pukul 14.10 WIB. 39
21
Hasil wawancara dengan informan kunci yang lain Pdt. L. T mengungkapkan bahwa banyak Pendeta jemaat HKBP yang tidak melakukan sermon atau melakukan persiapan untuk para Guru Sekolah Minggu di jemaatnya, termasuk menyiapkan cara bagaimana cara mengajar. 41 Hal itu terjadi baik di kota-kota besar dan di desa-desa. Sehingga realisasi buku panduan Sekolah Minggu kurang berkembang dan diterapkan. Meskipun demikian menurut wawancara dengan informan kunci yang lain, yakni Pdt. R. S. Sebetulnya banyak Pendeta di Ressort mengadakan sermon (Persiapan Materi) khusus untuk Guru-guru Sekolah Minggu supaya Buku yang diberikan dari pusat dapat berjalan dengan baik sesuai dengan visi dan misi Sekolah Minggu. Menurut informan kunci yang lain yaitu Pdt. A.A mengatakan bahwa sejauh ini para penyusun buku panduan berusaha untuk membuat Guru-guru Sekolah Minggu dapat mengembangkan kretivitas mereka dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk dapat maju dan mengembangkan daya kreativitasnya.42 Menurut data yang diperoleh melalui hasil wawancara dengan Pdt. M. S. Mengungkapkan bahwa untuk membuat buku panduan khususnya membuat cara model pengajaran dianggap suatu pekerjaan besar yang harus dilakukan supaya bahan yang disusun dapat diterapkan.43 Hal itu untuk menyesuaikan dengan misi Sekolah Minggu HKBP yaitu supaya Firman itu bisa sampai kepada anak-anak mulai dari KejadianWahyu. Dalam format Buku Panduan Sekolah Minggu tersebut ada ketentuan Guru harus memberikan cerita, juga dalam format dalam panduan setiap pertemuan minggu anak-anak diminta untuk membuat kreativitas misalnya mewarnai, memecahkan teka-teki, menyusun katakata hikmah, menanam tanaman untuk lingkungan rumah dan gereja. Dari hasil obvervasi dan informan kunci, maka dapat disimpulkan bahwa memang model pembelajaran untuk mengajar Sekolah Minggu HKBP tidak dikembangkan dengan maksimal. Terbukti dalam format hanya dicantumkan hanya model ceritera. Padahal di dalam sambutan Buku Panduan Guru Sekolah Minggu 2014 dikatakan bahwa para pengajar Guru Sekolah Minggu:
41
Hasil wawancara dengan Pdt. L.T S.Th, Pada tanggal 19 Desember 2014, Pukul 10.30 WIB. Hasil wawancara dengan Pdt. A.A S.Th, Pada tanggal 19 Desember 2014, Pukul 16.00 WIB. 43 Hasil wawancara dengan Pdt. M. M. S.Th pada tanggal 19 Desember 2014, Pukul 12.00 WIB 42
22
“Kami patut bersyukur dan berterimakasih kepada Guru-Guru Sekolah Minggu secara umum, khususnya kepada Guru Sekolah Minggu yang di sebagian besar Gereja HKBP adalah para pemuda/i dan remaja. Tanpa keterlibatan mereka tentu kita akan mengalami kesulitan dalam melayani anak-anak Sekolah Minggu khususnya bagi Gereja yang jumlah anak sekolah minggunya cukup banyak”44 Dengan demikian sebetulnya yang menjadi pengajar Sekolah Minggu adalah anak-anak Remaja mulai tingkat SMP, SMA dan Mahasiswa. Memang di beberapa jemaat juga banyak ibuibu rumah tangga ikut mengajar. Dengan demikian anak-anak usia 14 tahun yang baru saja menyelesaikan Sekolah Minggu yang belum pernah mempunyai pengalaman mengajar anakanak Sekolah Minggu ternyata sudah harus mengajar anak-anak Sekolah Minggu. Demikian juga dalam panduan ceritera Sekolah Minggu, para remaja dan pemuda, banyak diminta mengatakan: “Adik-adik Sekolah Minggu.....” Jadi para remaja dan pemuda yang dalam hidupnya sedang mengembangkan studi dan spiritualitas mereka dan tidak ada pengalaman mengajar atau sebagai Guru, ternyata mereka terpaksa bisa mengajar Sekolah Minggu dan mengembangkan cara atau model pengajaran. Tentu saja mereka kurang mengembangkan cara mengajar apalagi cara atau model pengajaran dengan maksimal dan kreatif. Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil sebetulnya ada beberapa rumpun pengajaran yang berisi 24 model pengajaran. Hal itu sebetulnya dapat diadopsi oleh para penyusun kurikulum dan buku panduan Guru Sekolah Minggu HKBP. Menurut Buku “Models of Teaching” tulisan Bruce Jocye, Marsha Weil dan Emily Calhoun cara pengajaran dapat dibagi dalam 4 rumpun : Pertama, rumpun model pemrosesan informasi ( Personal Information) Fokus perhatian rumpun ini adalah aktivitas pengembangan keterampilan (skill) dan isi (content) pengajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Kedua,
rumpun
model
pribadi
(Personal
Development).
Model
ini
mengutamakan
penggembangan kepribadian dan hubungan antarpribadi yang dihasilkan melalui aktivitas mengajar. Ketiga, rumpun model interaksi (Personal Interactive) Titik berat model ini adalah penggunaan energi kelompok dan proses interaksi yang terjadi dalam kelompok. Dan keempat, rumpun model perilaku (Personal Behavioral). Model ini mengutamakan perubahan perilaku yang spesifik. Dari analisis buku panduan Guru Sekolah Minggu HKBP 2014 sebetulnya rumpunrumpun model maupun berbagai model pengajaran yang dikembangkan oleh Bruce Jocye, 44
Buku Panduan Guru Sekolah Minggu HKBP edisi Juli-Desember 2014, (Kantor Pusat HKBP Pearaja Tarutung, 2014), 5.
23
Marsha Weil dan Emily Calhoun dapat di adopsi dan diterapkan dalam buku panduan, yang akhirnya dapat dipakai oleh para-para Guru-Guru Sekolah minggu pada saat mengajar misalnya: Materi Sekolah Minggu untuk 6 Juli 2014 dengan judul “Tiga Sekawan Yang Setia Kepada Tuhan” Dapat memakai model pengembangan kepribadian. Kemudian minggu ke IV Dung Trinitas dengan judul “Belajar Takut akan Tuhan Seumur Hidup” dapat memakai model perilaku (Behavioral). Minggu XI Dung Trinitas dengan judul “ Tuhan Menyertai Engkau Bersoraklah BagiNya” Dapat memakai personal Models (Model Pribadi). Sedangkan Minggu XI Dung Trinitas dengan judul “Ora et Labora” sangat cocok memakai model Interaksi (Interaction Model).45 Dalam pengalaman sebagai Guru Sekolah Minggu untuk mengembangkan suatu model pengajaran dijumpai banyak kesulitan, terutama apabila guru Sekolah Minggu atau pendidik tidak akrab dan terbiasa dengan model yang diterapkan. Untuk mencoba model baru memang seringkali perlu kemauan, keberanian, serta kesediaan mengubah kebiasaan. Para Guru Sekolah Minggu yang biasa bercerita atau khotbah atau ceramah di depan anak-anak sekolah minggu yang menjadi “Pendengar Setia” mungkin kurang nyaman apabila menerapkan model pengajaran yang lain. Mungkin demikian juga dengan anak-anak Sekolah Minggu. Yang biasa mendengar ceritera mungkin kurang nyaman dengan suasana yang lebih bebas. Atau mungkin anak-anak dianggap main-main. Tetapi apabila mau mencoba model yang baru sebetulnya proses belajar mengajar mungkin akan lebih hidup dan dinamis. Dari hasil penelitian dan teori bahwa Buku Panduan Guru Sekolah Minggu HKBP menggunakan satu model dari empat model yang dipakai oleh Bruce Joyce. Dari keempat model tersebut HKBP hanya memiliki satu model yaitu rumpun model pemrosesan informasi (Personal Information) Fokus perhatian rumpun ini adalah aktivitas pengembangan keterampilan (skill) dan isi (content) pengajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Dengan begitu pertimbangan utama di dalam memilih model untuk menyusun buku panduan Guru Sekolah Minggu maupun para Guru Sekolah Minggu itu sendiri adalah bagaimana tujuan pembelajaran (Tujuan Umum maupun Tujuan Khusus) dalam buku panduan yang dapat dicapai.
45
Dien Sumayatiningsih,Mengajar dengan Kreatif dan Menarik, (Yogyakarta ANDI OFFSET, 2012), 76.
24
BAGIAN IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian pembahasan dan analisis diperoleh sebagai berikut : 1. Pendidikan Agama Kristen, merupakan pendidikan yang tidak lepas dari Gereja, Sekolah dan Lembaga. Gereja sangat perlu memperhatikan kurikulum Pendidikan Agama Kristen yang disusun oleh Gereja untuk perkembangan seluruh anggota jemaat terlebih anakanak. Kurikulum Pendidikan Agama Kristen khususnya untuk Sekolah Minggu di HKBP dibuat dalam rangka menyusun pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan serta modelmodel pembelajaran yang sesuai dan yang dapat meningkatkan iman maupun kreativitas anak-anak. 2. Dalam menyusun kurikulum ada model pengajaran yang diterapkan dalam buku panduan dalam setiap sinode untuk disiapkan kepada anak-anak. Model pengajaran ini sangat mendukung proses pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen di Sinode. Salah satu teori model pengajaran yang sangat kreatif dan mendukung kecerdasan untuk mendidik nara didik yang dikemukan oleh Bruce Jocye, Marsha Weil, dan Emily Calhouin. Model pembelajaran yang digunakan adalah Menurut mereka ada empat rumpun yang Pertama, rumpun Personal Information Models (Model Pemrosesan Informasi). Kedua, rumpun Personal Development (Model Pengembangan Pribadi). Ketiga, rumpun Personal Interactive (Model Interaksi); titik berat model ini adalah penggunaan energi kelompok dan proses interaksi yang terjadi dalam kelompok. Keempat, rumpun Personal Behavioral ( Model Perilaku); model ini mengutamakan perubahan perilaku yang spesifik. Model-model pengajaran tersebut menjadi acuan bagi pencapaian penerapan dalam pendidikan agama Kristen terlebih dalam Sekolah Minggu. 3. Menggunakan teori model pengajaran ini, penelitian dilakukan terhadap Buku Panduan Sekolah Minggu HKBP. Penulis mengambil 6 responden tim Penulis Buku Panduan Guru Sekolah Minggu di Sinode HKBP Pearaja, Tarutung. Dari hasil penelitian dan analisa penulis menyimpulkan. Penulis Buku Panduan Guru Sekolah Minggu yang dikeluarkan oleh Sinode, belum mengaplikasikan empat rumpun pengajaran dari Bruce 25
Joyce, Marsha Weil, Emily Calhouin. Sebagian besar buku menggunakan model pemrosesan informasi yang kurang mengembangkan kreativitas kepada Guru-guru Sekolah Minggu baik dalam aras Distrik, Ressort dan Huria. Penelitian menemukan bahwa Guru Sekolah Minggu HKBP di Batam dan Salatiga mengalami kesulitan untuk melaksanakan buku panduan sekolah minggu yang kurang relatif. Meskipun mengalami kesulitan namun guru-guru sekolah minggu tetap mengajar anak-anak Sekolah Minggu untuk mengenal Tuhan melalui hal-hal yang konkret.
4.2 Saran Terhadap Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan)
1. Gereja HKBP yang memiliki jemaat terbesar yang mengjangkau sampai keluar negeri, maka dari itu Gereja harus lebih peka untuk menghadap tantangan yang datang dari luar maupun dalam. Sehingga pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen dapat relevan dalam untuk dilaksanakan dalam Gereja dengan menyusun Buku Panduan Sekolah Minggu yang kreatif dan bermutu. 2. Tim Penyusun Buku Panduan Guru Sekolah Minggu perlu memperlengkapi dengan kompetensi dan tanggungjawab yang sudah diberikan oleh Sinode. Membangun konsep pengajaran. Memperhatikan empat rumpun pengajaran dan menetapkan metode pengajaran. Tim Penyususn sangat perlu menyadari tugas panggilannya yang melayani untuk kemuliaan Tuhan. Sehingga melalui motivasi tersebut setiap tim mampu melakukan peran dengan tanggungjawab masing-masing. 3. Guru Sekolah Minggu, tidak lepas dari buku panduan yang sudah disiapkan oleh Sinode yang akan dipakai guru-guru Sekolah Minggu untuk mengajar dan mendidik anak-anak Sekolah Minggu. Guru Sekolah Minggu juga memiliki kreatif untuk mendidik anak-anak sekolah minggu untuk jauh lebih baik dari sebelumnya. Menjadi guru sekolah minggu memang tidak mudah namun ketika sebuah tugas yang diberikan kepada masing-masing guru sekolah minggu memiliki potensi untuk menerapkan pengajaran yang baik.
26
DAFTAR PUSTAKA Bruce Joyce dan Dkk, 2009. Models of Teaching, Yogyakarta. Boehlke, Robert, 2009. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen, Jakarta : BPK : Gunung Mulia. Budiyana , Hardi, 2011. Dasar-dasar Pendidikan Agama Kristen, Yogyakarta: ANDI OFFSET. Barbara Allman, Sara Freeman, 1709. Menjadi Guru Kreatif agar dicintai murid Sampai Mati,Yogjakarta. Campbell, Linda, dkk, 2002. Multiple Intelligences: Metode Terbaru Melesatkan Kecerdasan, Depok: Inisiasi Press. Dahlan, M.D., 1984. Model-model Mengajar, Bandung: Diponegoro. Den End, Th. Van., 2007. Harta Dalam Bejana, Jakarta: BPK Gunung Mulia. Dr. H., Berkhof, & Dr. I.H Enklaar, 1985. Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia. Groome, M.Rossiter, 1981. Religious Education in Australian Schools. Canberra: Curriculum Delelopment Center. Graendorf, Werner G. Ed. 1981. Biblical Christian Education. Chicago: Moody Press. Homrighausen Dr.E.G dan Dr.I.H.Enklaar, 1985. Pendidikan Agama Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia. Ismail, Andar, 2004. Ajarlah Mereka Melakukan, Jakarta: BPK-Gunung Mulia. J. Warneck, Sechzing Jahre, 1861. Batakmission in Sumatera, ( 60 tahun Mission – batak di Sumatera), Berlin. Lie Paulus, 2003. Mereformasi Sekolah Minggu, Yogyakarta: ANDI. Little, Sara, 1983. To Set Ones Heart: Belief and Teaching in Church, Atlanta: Jhon Knox Press. Napitupulu ,Rika, 2010. Buku itu tentang Kalbu, Jakarta : BPK Gunung Mulia. Nuhamara, Daniel, 2007 Pendidikan Agama Kristen, Bandung: Jurnal Info Media. Osmer, Richard, 1992. Teaching for Faith, Kentucky: Jhon Knox Press. Protestan Batak Kristen Huria, 2011. Aturan dohot Peraturan, Pearaja: Tarutung. Pazmino, Robert W., 2012. Fondasi Pendidikan Kristen, Bandung: BPK Gunung mulia. Paulus daun, 1989. Pengantar ke dalam Sekolah Minggu, Medio. Sumiyatiningsih, Dien, ANDI OFFSET.
2012. Mengajar
dengan Kreatif dan Menarik, 27
Yogyakarta:
Sidjabat, B.S, 2009. Mengajar Secara Profesional : Mewujudkan Visi Guru Profesional. Bandung: Yayasan Kalam Hidup. Sanapiah Faisal, 1989. Format-Format Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Suryabrata, Sumadi, 1983 Metodologi Penelitian, Jakarta: CV.Rajawali. Staton, Thomas 1978. Cara Mengajar Dengan Hasil Yang Baik, Bandung: Diponegoro. Sukandarrumidi, 2004. Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Thomas H. Groome, 2010. Christian Religius Education, Jakarta BPK: Gunung Mulia. Tim Penyusun Kamus Besar Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,1990. Kamus Besar Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan & Penerbit Balai Pustaka.
SUMBER INTERNET Koinonia, Marturia, Diakonia Http.repository.usu.ac.id/bitstream, pada tanggal 26 mei 2015, Pukul 13.20 WIB. Tanah Batak, Http. Diakses dari repository.usu.ac.id/bitstream, pada tanggal 26 mei 2015, Pukul 13.35 WIB.
28