MAKALAH INTEGRASI KEILMUAN MODEL ISLAMISASI ILMU Di sususn guna memenuhi tugas Mata kuliah : Falsafah Kesatuan Ilmu Dosen pengampu : Komarudin.M.Ag
Disusun oleh : Riyana Vebriyanti
(1501016008)
Hanis Berlianawati (1501016015) Nurul Mufida
(1501016027)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2016
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemikiran tentang integrasi atau islamisasi ilmu pengetahuan dewasa ini yang dilakukan oleh kalangan intelektual muslim, tidak lepas dari kesadaran beragama. Ditengah ramainya dunia yang syarat kemajuan IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi).dengan konsep bahwa ummat islam akan maju dan akan menyamai orang barat bahkan melebihi orang baratapabila mampu mentransformasikan dan menyerap secara actual dan totalitas ilmu pengetahuan dan teknologi dalam memahami wahyu dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Kajian dan pemikiran integrasi keilmuan juga dilakukan oleh kalangan muslim yaitu Naquib al-Attas dan Ismail Raji’ al-Faruqy, mereka berpendapat sama yaitu ummat islam akan maju. integrasi keilmuan sejatinya telah dimulai sejak abad ke 9, meski mengalami pasang surut. Pada masa al-Farabi (lahir tahun 257 H) gagasan tentang kesatuan dan hirarki ilmu yang muncul sebagai hasil penyelidikan tradisional terhadap epistemologi serta merupakan basis bagi penyelidikan hidup subur dan mendapat tempatnya. Jika dipandang dari sisi aksiologis ilmu dan teknologi harus member manfaat yang sebesarnya bagi kehidupan manusia. Dalam arti ilmu dan teknologi menjadi instrument terpenting dalam setiap proses pembangunan sebagai usaha untuk mewujudkan problematika kehidupan manusia. Dengan demikian ilmu dan teknologi harus mmberikan manfaat bagi kehidupan manusia dan bukan sebaliknya.
Untuk mencapai tersebut perlu dilakukan suatu upaya mengintegrasikan ilmu-ilmu umum dengan ilmu-ilmu keislaman, sehingga ilmu-ilmu umum tersebut tidak bebas nilai atau sekuler. Pendekatan interdisciplinary dan interkoneksitas antara disiplin ilmu agama dan umum perlu dibangun dan dikembangkan terus-menerus tanpa kenal henti.
B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan islamisasi dan integrasi ilmu ? 2. Bagaimana paradigma islamisasi ? 3. Bagaimana paradigma integrasi ? 4. Apa penyebab perlunya integrasi ilmu ? 5. Bagaimana integrasi ilmu agama dan ilmu ?
BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Islamisasi dan Integrasi Ilmu Menurut KBBI, integrasi adalah pembaruan hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat.1 Salah satu istilah yang paling popular dipakai dalam konteks integrasi ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum adalah kata Islamisasi. Menurut Echols dan Hasan Sadiliy, kata islamisasi berasal dari bahasa Inggris “Islamization” yang berarti pengislaman. Dalam kamus Webster, Islamisasi bermakna to bring within Islam. Makna yang lebih luas adalahmenunjuk pada proses pengislaman, dimana objeknya adalah orang atau manusia, bukan ilmu pengetahuan atau objek lainnya.2 Konsep integrasi ilmu, dalam islam disandarkan pada prinsip tauhid. Kalimat tauhid secara konvensional diartikan sebagai tiada Tuhan selain Allah. Kalimat ini adalah dasar keislaman seseorang. 3 Islamisasi ilmu pengetahuan menurut Faruqy, menghendaki adanya hubungan timbale balik anataraa realitas dan aspek kewahyuan. Dalam konteks ini, untuk memahami kewahyuan umat islam harus memanfaatkan ilmu pengetahuan. Tanpa memafaatkan ilmu pengetahuan dalam upaya memahami wahyu, umat islam akan tertinggal oleh umat lainnya. Karena realitasnya saat ini ilmu pengetahuanlah yang amat berperan dalam menentukan tingkat kemajuan umat manusia.4 2. Paradigma Islamisasi Pembahasan tentang epistimologi islam secara garis besar dapat dibagi menjadi dua macam. Pertama, berkaitan dengan epistemology islam dalam versi filosof muslim. Dalam kaitan ini penting untuk melihat perkembangan filsafat di dunia islam demi mencari asal muasal dan orisinalitas berpikir mereka. Kedua, mencari epistimologi islam yang secara spesifik berasal dari pandangan alQur’an, dimana harus dibiarkan al-Qur’an bicara sendiri. Pada pembahasan bagian pertama, yaitu epistemology islam dalam pandangan kaum filosof muslim, terlebih dahulu harus benar-benar dipahami 1 Pusat Bahasa Kemendiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi 3, 2011 2 Abudin Nata, dkk, Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2003), cet 1, hlm 171 3 Mulyadi Kartanegara, Integrasi Ilmu Sebuah Rekonstruksi Holistik, Bandung: Mizan, 2005, hlm 32 4 Ibid hlm 171
bahwa pengetahuan adalah ilmu yang tidak hanya membahas tentang objek fisik, karena realitas mempunyai objek fisik dan non-fisik seperti Tuhan, malaikat dan jiwa. Inilah yang paling membedakan dengan paradigm sekuler, karena mereka membatasi objek pengetahuan hanya pada objek-objek fisik sejauh bisa diindra. Bagian pembahasan yang kedua, epistemology al-Qur’an, menurut Kuntowijoyo untuk mendapatkan pemahaman tentang pendekatan al-Qur’an maka ia menamakannya dengan pendekatan sintetik analitik.5 3. Paradigma Integgrasi Dalam bahasa Inggris,terdapat tiga jenis yang merujuk pada kata integrasi, yaitu sebagai kata kerja to integrate yang berart mengintegrasikan, menyatu padukan, menggabungkan, mempersatukan(dua hal atau lebih menjadi satu). Sebagai kata benda, integrity berarti ketulusan hati, kejujuran dan keutuhan. Paradima integrasi ilmu berarti cara pandang tertentu atau model pendekatan tertentu terhadap ilmu pengetahuan yang bersifat menyatukan, disebut paradigm integrasi ilmu integrative atau singkatnya paradigm integrasi ilmu. Integralistik yaitu pandangan yang melihat sesuatu ilmu sebagai bagian dari keseluruhan.6 4. Penyebab Perlunya Integrasi Ilmu Maraknya kajian dan ppemikiran integrasi keilmuan (islamisasi ilmu pengetahuan) didengungkan oleh kalangan intelektual muslim antara lain Naquib al-Attas dan Ismail Raji’ al-Faruqy, tidak lepas dari kesadaran beragama islam di tengah pergumulan dunia global yang sarat dengan kemajuan ilmu teknologi. Misalnya ia berpendapat bahwa umat Islam akan maju dan menyusul barat manakala mampu mentransformasikan ilmu pengetahuan dalam memahami wahyu atau sebaliknya mampu memmahami wahyu untuk mengengembangkan ilmu pengetahuan. Usaha untuk menuju integrasi keilmuan sejatinya telah dimulai sejak abad ke 9, meski mengalami pasang surut. Pada masa al-Farabi dimanifestasikan dalam hirarki ilmu yang muncul sebagai hasil penyelidikan tradsional epistemology serta merupakan basis bagi penyelidikan hidup subur dan mendapat tempatnya. Integrasi keilmuan al-Farabi dimanifestasikan dalam hirarki keilmuan yang dibuatnya. Ia menyebut tiga criteria dalam penyusunan hirarki ilmu. 5 Azyumardi Azra, dkk, Integrasi KeiIlmuan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menuju Universitas Riset, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, hlm 42 6 Ibid hlm 47
Pertama, berdasarkan subjek ilmu. Kedua, kedalaman dalam berbagai ilmu yang ditandai oleh perbedaan derajat dan keyakinan. Ketiga, berdasarkan manfaat suatu ilmu. Criteria yang ketiga ini berkaitan langsung masalah hukum etika. Kriteria ilmu al-Farabi, Karena bukan didsarkan pada ilmu-ilmu tetapi berdasarkan ketiga factor diatas, maka yang terdjadi adalah upaya pengintegralan (islamisasi) ilmu pengetahuan. Dalam klasifikasi ini , belum terlihat jelas integrasi antaara agama dan rasional.dalam. Dalam konteks Indonesia, usaha integrasi ilmu-ilmu umum pernah dilakukan M. Natsir sebagaimana tertuangkan dalam buku Capita Selecta. Menurut Natsir, pendidikan islam yang integral tidak mengenal adanya pemisahan antara sains dan agama. Karena penyatuan sistem-sistem pendidikan islam adalah tuntutan akidah islam.7
5. Integrasi ilmu Agama dan ilmu Umum Karakteristik agama dan ilmu tidak harus selalu dililihat dalam konteks yang bersebrangan. Tetapi juga perlu dipikirkan bagaimana keduanya yang bersinergi dalam membantu kehidupan manusia yang lebih layak. Contohnya, ilmu dan teknologi mampu mengantarkan manusia dalam tataran yang global, yang juga sering disebut era informasi, tetapi kehdupan yang global itu pula yang menyelenggarakan sebagian penduduk dimuka bumi ini. Sebagaimana ilmu dan teknologi, agama mendapat tantangan dari rasionalitas dari manusia yang telah membuktikan diri mampu mengubah penampilan dunia fisik. Perwujudan dari kearifan religious yang unspeakable dikalahkan oleh rasionalitas yang senantiasa melihat persoalan secara teknis sebatas alam fisik. Pada tingkat praktis “agama kuno” memiliki apresiasi terhadap kehidupan yang lebih baik dan ini mengacu pada jiwa yang lebih ksatria dan mulia. Sedangkan “agama modern” mewakili sikap egoistis manusia terhadap lingkungannya, jika bukan memamerkan cara mengesahkan keserakahan sekedar untuk tidak dianggap kuno.8 Moh. Natsir Mahmud mengemukakan beberapa proposisi (usulan) tentang kemungkinan kemungkinan ilmu pengetahuan, sebagai berikut : 1. Dalam pandangan islam, alam semesta segagai obyek ilmu pengetahuan tidak netral, melainkan mengandung nilai (value) dan “maksud” yang 7 Abudin nata 172 8 Amsal Bahtiar, Filsafat Ilmu, Jakarta, Rajawali Press, 2010, hlm 230
luhur. Bila alam dikelola dengan “maksud” yang inheren dalam dirinya akan membawa manfaat bagi manusia. “Maksud” alam tersebut adalah suci (baik) akan sesuai misi yang diemban dari Tuhan. 2. Ilmu pengetahuan adalah produk alam pikiran manusia sebagai hasil pemahaman atas fenomena di sekitarnya. Sebagai produk pikiran, maka corak ilmu yang dihasilkan akan diwarnai pula oleh corak pikiran yang digunakan untuk mengkaji fenomena yang diteliti. 3. Dalam pandangan islam, proses pencarian ilmu tidak hanya berputar-putar disekitar rasio dan empiri, tetapi juga melibatkan al-qalb yakni intuisi batin yang suci. Rasio dan empiri mendiskripsikan fakta dan al-qalb memaknai fakta. Sehingga analisis dan konklusi yang diberikan sarat makna-makna atau nilai. 4. Dalam pandangan islam realitas itu tidak hanya realitas fisis tetapi juga ada ralitas non-fisis atau metafisis. Pandangan ini diakui oleh ontology rasionalisme yang mengakui sejumlah kenyataan empiris, yakni empris sensual, rasional, empiris etik dan empiris transeden.9
9 Moh. Natsir Mahmud, Landasan Paradigma Islamisasi Ilmi Pengetahuan, Jakarta, Gramedia, 1986 hlm 129
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Integrasi adalah pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. 2) Islamisasi menunjuk pada pngislaman, dimana objeknya adalah orang atau manusia bukan ilmu pengtahuan maupun objek lainnya. 3) Epistemologi islam dalam pandangan filosof muslim, terlebih dahulu harus benar-benar dipahami bahwa pengetahuan adalah ilmu yang tidak hanya membahas tentang objek fisik, karena realitas memiliki objek fisik dan non fisik. 4) Epistemologi al-Qur’an, menurut Kuntowijoyo untuk mendapatkan pemahaman tentang pendekatan al-Qur’an, maka ia menamakannya dengan pendekatan sintetik analitik. 5) Paradigma integrasi ilmu berarti cara pandang tertentu atau model penekatan tertentu terhadadap ilmu pengatahuan yang bersifat menyatukan, disebut paradima integrasi ilmu integrative atau singkatnya paadigma integrasi ilmu yang integralistik yaitu pandangan yang melihat suatu ilmu sebagai bagian dari keseluruhan. 6) Agama dan ilmu dalam beberapa hal berbeda, namun dalam sisi tertentu memiliki kesamaan. Agama lebih mengedepankan moralitas dan menjaga tradisi yang sudah mapan (ritual). Cenderung ekslusif dan subjektif. Sementara ilmu slalu mencarinyag baru, tidak terlalu terkait dengan etika, progresif, bersifat inklusif, dan objektif. Kendati agama dan ilmu berbeda, kedua memiliki kesamaan, yakni bertujuan member I ketenangan dan kemudahan bagi manusia. B. PENUTUP Kami sebagai pemakalah hanya dapat berusaha memberikan kajian yang terbaik sesuai dengan kemampuan kami semua, maka dari itu kami sngat perlu kritik dan saran pembaca untuk pembelajaran yang lebih baik lagi kedepannya untuk kami, terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA Azra,Azyumardi, dkk, Integrasi KeiIlmuan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menuju Universitas Riset, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
Bahtiar Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta, Rajawali Press, 2010.
Kartanegara,Mulyadi, Integrasi Ilmu Sebuah Rekonstruksi Holistik, Bandung: Mizan, 2005.
Nata,Abudin dkk, Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2003). Mahmud,Moh. Natsir, Landasan Paradigma Islamisasi Ilmi Pengetahuan, Jakarta, Gramedia.