MEMBACA BASMALLAH Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Ilmu Fiqih Dosen Pengampu : Dr. KH. Fadlolan Musyafa‟, Lc. MA
Disusun Oleh : Shafira Caesar Savitri (1501016001) Riana Vebrianti
(1501016008)
Hijriyyah
(1501016020)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2016
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pelaksanaan ibadah, seringkali didapati banyak perbedaan, baik dari segi tata caranya maupun penentuan rukun dan syaratnya. Contohnya saja seperti pelaksanaan sholat subuh, ada golongan yang mewajibkan qunut, ada pula yang tidak membolehkannya. Atau tentang batas mengusap tangan dalam tayamum juga tentang batasan mengusap kepala ketika berwudhu dan masih banyak lagi perbedaan yang sering kita lihat, sehingga tidak jarang menyebabkan perpecahan di kalangan umat islam. Umat islam sepakat bahwa ketika shalat haruslah membaca basmallah. Ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan dari „Ubadah bin Shamit.r.a yang artinya : Rasulullah bersabda bahwa tidak sah sholat bagi orang yang tidak membaca Ummul Qur‟an (Muttafaqun „Alaihi). Namun umat islam berbeda dalam prakteknya ketika sholat. Ketika kita melaksanakan shalat berjamaah misalnya, terkadang kita mendengar ada imam yang membaca dan mengeraskan bacaan basmallah diawal surat Al-Fatihah dan surat Qur‟an sesudahnya, namun terkadang kita tidak mendengar ada imam yang lain. Sebenarnya apa yang menyebabkan perbedaan ini? Apa yang mendasari atau yang menjadi hujjah bagi masing-masing pendapat? Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas beberapa perbedaan pendapat di kalangan ualama tentang masalah ini yang kemudian dijadikan rujukan dalam pelaksanaan shalat. Pendapat siapa saja yang mengharuskan pelafalan basmallah dalam shalat, dan pendapat siapa saja yang tidak membolehkan, disertai dengan dalil-dalil yang dijadikan hujjah bagi masing-masing kelompok.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana hukum membaca basmallah madzhab menurut empat madzhab? 2. Bagaimana hukum membaca basmallah di awal surah? 3. Bagaimana hukum membaca basmallah di tengah surah? 4. Bagaimana hukum membaca basmallah dengan jahar/sir?
BAB II PEMBAHASAN 1. Hukum membaca basmllah menurut empat madzhab a. Madzhab Syafi‟iyah Menurut pendapat beliau Basmallah termasuk surat Fatihah. Oleh sebab itu, hukum membacanya ialah fardlu dan bukan sunnah. Hukumnya sama dengan membaca Fatihah, baik dalam sir atau shalat jahar. Ia harus dibaca jahar dalam shalat jahar, sebagaimana fatihah dijaharkan. Siapa yang tidak membaca basmallah, maka shalatnya batal. Hadits Ummu Salamah : َُِ ماُ رسىه هللا طيٍ هللا عيُه وسيٌ َقرء ةسٌ هللا رىر نَِ رىر نٌُ رىدَذ ر ه را رى ا ى: قاىخ “Bahwasannya Rasulullah SAW membaca bismillahirrohmanirrahiim, alhamdulillahirobbil-„aalamin” b. Madzhab Malikiyah Hukum membaca basmallah ialah makruh, dalam shalat fardlu baik sir atau jahar. Lain halnya bila orang meniatkan keluar dari khilafiyah pada waktu itu, maka dia hendaklah membacanya pada permulaan surat Fatihah secara sir dan hukumnya mandub. Menjaharkannya, ialah makruh. Haditsnya sebagai berikut : رىدَذ ر ه: قسَخ رىظالث ةٍُْ و ةُِ عتذي ّظفُِ وى تذي ٍا ساْه فادر فاه رى تذ: ًقاه هللا د اى : ٍجذًّ عتذي ( و فاه ٍرث: ٍاىل َىً رىذَِ قاه: رثٍْ عيٍ عتذي و ردر قاه: ً قاه هللا د اى,َُِرا رى اى فادر. هذر ةًُْ و ةُِ عتذي وى تذي ٍا ساْه: قاه, ُِ رَاك ّ تذ و رَاك ّسذ: فىع رىٍ عتذي ) فادر قاه هذر: رهذّا رىظررؽ ر ىَسذقٌُ طررؽ رىذَِ رّ َخ عيُهٌ غُر رىَغؼىا عيُهٌ و ال رىؼاىُِ قاه: قاه )ٌى تذي و ى تذي ٍاساْىس (رورث ٍسي Allah Ta‟ala berfirman : “ Aku membagi Ash-Shalah (Al-Fatihah) antaraKu dan antara hambaku menjadi dua bagian, dan untuk hambaku akan mendapatkan apa-apa yang dia minta. Maka apabila hamba mengucapkan Alhamdulillahirabbil‟alamiin, Allah Ta‟ala menjawab : hambaku telah memujiku. Apabila ia mengucapkan Arrahman Nirrahim Allah Ta‟ala menjawab : hambaku telah menyanjungku. Apabila ia mengcapkan maalikiyaumiddiin Allah menjawab
: hambaku telah mengAgungkanku dan juga berfirman : hambaku berserah diri kepadaku. Apabila ia mengucapkan iyyakan‟buduwaiyyakanasta‟iin Allah menjaswab : ini adalah antara aku dan antara hambaku dan utuk hambaku akan mendapatkan apa-apa
yang ia
minta.
Dan apabila ia
mengucapkan
ihdinashiraatal mustaqiim shiratalladzi naan‟am ta‟alaihim ghairil maghdhu bi‟alaihim waladhalin, Allah menjawab : ini adalah untuk hambaku dan untuk hambaku akan mendapatkan apa-apa yang mereka minta. (H.R. Muslim) c. Madzhab Hanabilah Hukum membacanya adalah sunnah. Orang membacanya tiap rakaat dengan sir. Ia bukanlah termasuk ayat surat fatihah. Ia dibaca sebelum ta‟awudz, maka gugurlah hukum membaca ta‟awudz dan tidak usah diulang kembali. Begitu pula bila meninggalkan membaca basmallah dan terus saja membaca fatihah, maka hukumnya gugur dan tidak usah diulang kembali. Sama halnya dengan hanafiyah.1
d. Madzhab Hanafiyah Basmallah bukanlah termasuk ayat dari surat Fatihah, dan juga bukan termasuk dari ayat
dalam surah manapun, kecuali dalam surah An-Naml di
bagian tengah, ini diketahui dari hadits Anas bin Malik, ia berkata, “Aku pernah shalat bersama Rasulullah saw., Abu Bakar,Umar, dan Utsman. Namun, tidak pernah aku mendengar mereka membaca basmalah. Akan tetapi, bagi seseorang yang shalat sendirian diwajibkan untuk membaca basmallah pada tiap rakaat dengan suara pelan, sebagaimana ia juga membaca amin dengan pelan. Adpaun untuk seorang imam maka tidak membaca basmallah, dan tidak juga membacanya dengan pelan. Tujuannya agar tidak terdapat bacaan pelan di antara dua bacaan keras Ibnu Mas‟ud berkata, “Empat hal yang disembunyikan oleh seorang imam, yaitu bacaan ta‟awudz, basmallah, bacaan amin, dan tahmid. 1
Drs. H. Kahar mansyur, Salat Wajib Menurut Madzhab Yang Empat,jakarta:PT RINEKA PUTRA,2004, hal. 277
Dalil-Dalil yang mereka gunakan:
Firman Allah SWT yang berbunyi,”... karena itu bacalah apa yang
mudah (bagimu) dari Al-Qur‟an....”(al-Muzamil:20) Ayat ini berisi perintahuntuk membacasurah secara mutlak tanpa batasan. Jadi, bisa dilaksanakan dengan membaca ayat sependek apapun selama masih termasuk ayat Al-Qur‟an. Selain itu, ayat di atas juga menjelaskan, bahkan diakui secara ijma‟ bahwa membaca AlQur‟an itu bukan fardu diluar shalat, melainkan fardlu di dalam shalat.
Tidak boleh menambah bacaan lain yang dalilnya diambil dari
hadits Ahad yang bersifat zhanni (perkiraan) pada suatu yang sudah pasti dengan dalil qath‟i dari Al-Qur‟an. Akan tetapi, hadits Ahad itu wajib diamalkan, namun tidak fardlu. Dengan teori ini mereka mengatakan, bahwa yang wajib hanyalah membaca surah Al-fatihah saja. Maksudnya jika seseorang tidak membaca surh fatihah, shalatnya tetap sah, namun hukumnya makruh tahrim.
Adapun hadits yang diriwayatkan enam imam dari Ubadah ibnush
Shamit yang berbunyi, “Tidak ada shalat seseorang yang tidak membaca surah alFatihah,” maka dimungkinkan yang dimaksud adalah penafian atau peniadaaan fadhilah, bukan peniadaan kebasahan shalat, sebagaimana juga hadits yang berbunyi, “Tidak ada shalat bagi yang tumahnya dekat dengan masid kecuali di masjid”.2
Hadits Malik dari Anas r.a
قَث ؤررء ؤرةٍ ةنر ؤعَر ؤعثَاُ رػٍ هللا عْهٌ فنيهٌ ماُ ال َقرء ةسٌ هللا رِدر رفذذدىر رىظالث Artinya: “aku berdiri di belakang Abu Bakar (sebagai ma,mum), Umar dan Utsman. Maka, mereka itu tidak membaca basmallah jika mengawali shalat.” 2. Membaca basmallah di awal surah Ketika kita membaca Al-Qur‟an diawal surah, baik dalam shalat atau bukan (selain surah Al-Baqarah/At-Taubah), maka kita harus membaca
2
Prof. Dr. Wahbah az-zuhaili, Fiqih islam wa adillatuhu jilid 2,jakarta: Gema isnaini,2011, hal. 3839
basmallah/ bismillahirrahmanirrahim, dan tentu saja bacaan basmallah ini sunntanya dibaca jahar dalam shalat jahriyah. Berdasarkan hadits dibawah ini: ًْميحرلا نمحرلا هللا قتو ر
طيُخ خيف رةً هرَرث فقررْ بسم: عِ ّ ٌُ ةِ عتذ هللا رىَجَر قاه
(دفسُر رَاح. رّا رشتهنٌ ةظالث رسىه هللا ملسو هيلع هللا ىلص: رىقررُْ و قتو رىسىرث ومتر فً رىخفغ ورىرفع و قاه ) ج ر ص, ىيشُخ دمحم عيً رىسا َس, ًرالننا Dari Nu‟aim bin Abdullah AlMujammir ia berkata : saya pernah shalat dibelakang sahabat Abu Hurairah ra (bermakmum kepadanya) kemudian beliau membaca basmallah sebelum membaca fatihah dan sebelum membaca surah dan beliau bertakbir ketika turun dan bangkit dan (setelah salam) beliau berkata : shalat saya ini, serupa betul dengan shalatnya Rasulullah SAW.” (dikutip dari kitab “Tafsiru Ayatil Ahkam, juz 1 halaman 7 karangan Syaikh Nuhammad Ali As Sayis) 3. Membaca basmallah dipertengahan surah Imam Syafi‟i Rahimahullah telah berkata : Jika seseorang membaca AlQur‟an dipertengahan surah diluar shalat, maka hukumnya sunnta membaca Basmallah. Hal ini telah diungkapkan oleh Imam Badruddin Az Zarkasyi dalam kitabnya “AL-BURHAN FI ULUMUL QUR‟AN” berikut ini: فاُ قررْ ٍِ رثْا ىْها رسذدب... ٍ وال ةذ ٍِ قررءث رىتسَيج روه مو سىرث ددرزر ٍِ ٍذهب رىشاف ) ج ر ص,ُْ ّض عيُه رىشاف ٍ رنَه هللا فَُا ّقيه رى تادٌ ( رىترهاُ فً عيىً رىقرر, ىه رىتسَيج رَؼا Dan basmallah itu harus dibaca dipermulaan setiap surah agar tidak menyimpang dari madzhab syafi‟i... maka jika ia membacanya dipertengahan surah sunnat juga hukumnya ia membaca basmallah. Hal ini sudah ditegaskan oleh Imam Syafi”i Rahimahullah sebagaimana keterangannya telah dinukil oleh Imam AlUbadi. (Al Burhan fi Ulumil Qur”an, juz 1 halaman 460) Sekarang, jika seseorang membaca Al-Qur‟an dipertengahan surah di dalam shalat, maka tidak sunnat baginya membaca basmallah. Hal ini telh ditegaskan oleh seorang Ulama terkenal dalam madzhab syafi‟i yakni Syaikh Muhammad Nawawi dalam kitabnya “AT TAFSIRUL MUNIR”. Beliau dalam kitabnya Tafsirnya tersebut, ketika menafsirkan surah Al-Muzammil ayat 8 yang berbunyi: وردمررسٌ رةلsetelah menfasirkannay secara singkat, kemudian beliau
mensitir penafsiran yang dikemukakan oleh seorang Ulama besar yang bernama Imam sahal, berikut ini:.... رٌ فو ةسٌ هللا رىرنَِ رىدٌُ فً رةذذرء قررءدل: وقاه سهو Yang artinya : “ Dan telah berkata Imam Sahal: maksudnya, ucapkan olehmu lafadz Bismillahirrahmanirrahiem pada permulaan bacaanmu... Jadi, menurut fatwa Syaikh Muhammad Nawawi. Jika seseorang membaca Al-Qur‟an dipertengahan surah, tidak harus membaca Basmallah karena surah surah tersebut setelah dibacanya Al-Fatihah yang sekaligus dibaca Basmallah dipermulaannya, dianggap masih satu bacaan apalagi kalau dalam rakaat kedua hanya meneruskan bacaan rakaat pertama yang dibaca dipermulaan surah. Oleh karena itu, hukumnya hanya sekedar mubha/jawaz, dibaca boleh dan tidak dibacapun tidak apa-apa. 4. Menjaharkan basmallah dalam fatihah Hukum menjaharkan basmallah dalam fatihah adalah sunnat. Ini sudah merupakan pendapat kebanyakan para sahabat, para Tabi‟in dan fuqaha/sarjanasarjana Hukum Islam. Seorang ulama terkemuka dalam madzhab syafi‟i yaitu Imam Nawawi. Bahkan menurut Imam Ja‟far bun Muhammad bahwa hal ini sudah metupakan Ijma‟ (kebetulan pendapat) sahabat-sahabat Rasulullah SAW. Sebagaimana telah diungkapkan oleh Imam Nawawi dalam kitbnya tersebut, berikut ini: ً رجَع رطداا دمحم طيً هللا عيُه و سيٌ عي: وفً مذاا رىخالفُاح ىيتُهقٍ عِ ج فر ةِ دمحم قاه )343-343 ص3 ج, (رىَجَىع شرح رىَهذا. ٌُرىجهر ةتسٌ هللا رىرنَِ رىد Dan terdapat keterangan dalam kitab “Alkhilafiyaat” karangan Imam Baihaqi yang ia terima dari Imam Ja‟far bin Muhammad beliau berkata : Telah ijma‟ para sahabat Nabi SAW atas jaharnya membaca Bismillahirrahmanirrahim (Al Majmu‟ Syarah Al Muhadzab juz 3 hal 341342). 3
3
K.H. Drs. Ahmad Dimiathi Badruzzaman, Al-Hujajul Bayyinah,Surabaya: Mutiara Ilmu, hal. 243245
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Perbedaan pendapat membaca basmallah dalam sholat di kalangan fuqoha dapat disimpulkan bahwa imam Abu Hanifah, Malik, dan Ahmad melarang membaca basmllah. Sedangkan Imam as-Syafi‟i mewajibkan membaca basmaallah pada sholat. Perbedaan pendapat tersebut berpangkal pada keanekaragamannya hadits pada hal ini. Dan menjaharkan Basmallah hukumnya adalah sunnat ini merupakan dari keseopakatan para sahabat, tabi‟in, dan ulama-ulama. B. Penutup Demikian makalah yang dapat kami sampaikan. Semoga dengan sedikit penjelasan ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Kritik dan saran kami tunggu untuk perbaikan makalh yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA Az-Zuhaili, Wahhab. Fikih Islam Wa‟adillatuhu. Jakarta: Gema Isnani. 2011 Masyhur, Kahar. Salat Wajib Menurut Madzhab yang Empat. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. 2004 Badruzzaman, Ahmad Dimiathi. Al-Hujajul Bayyinah. Surabaya: Mutiara Ilmu. 1990