MAKALAH ASTRONOMI
KALENDER BULAN Dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Astronomi Dosen Pengampu: Arif Widiyatmoko, M.Pd.
Disusun oleh: Mugi Rahayu 4001411007 Anies Rahmayati 4001411033
Program Studi Pendidikan IPA Jurusan IPA Terpadu Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang 2014
1
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Astronomi adalah cabang ilmu alam yang melibatkan pengamatan bendabenda langit seperti halnya bintang, planet, komet, nebula, galaksi serta fenomenafenomena alam yang terjadi di luar atmosfer bumi. Sebagai salah satu ilmu pengetahuan tertua dalam peradaban manusia. Astronomi kerap dijuluki sebagai „‟ratu sains‟‟. Astronomi memang menempati posisi yang terbilang istimewa dalam kehidupan manusia. Sejak dulu manusia begitu terkagum-kagum ketika memandang kerlip bintang dan pesona benda-benda langit yang begitu luar biasa. Awalnya manusia menganggap fenomena langit sebagai sesuatu yang magis. Seiring berputarnya waktu dan zaman manusia pun memanfaatkan keteraturan benda-benda yang mereka amati di angkasa untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti penanggalan. Dengan mengamati langit, manusia pun bisa menentukan waktu untuk pesta, upaca keagamaan, waktu untuk mulai menabur benih dan panen. Sejak ribuan tahun yang lalu, kalender telah diciptakan oleh manusia, karena memang memerlukannya. Seperti bangsa Mesir telah membuat kalender matahari sekitar tahun 4221 SM. Ada juga bangsa yang membuat kalender bulan, yang tujuannya untuk mengetahui kapan terjadinya pasang surut dan untuk kepentingan ibadah mereka, karena bulan merupakan benda langit yang mudah untuk diamati sehingga sangat cocok untuk penentuan suatu ibadah. Dan pada masa sekarang ini dimana teknologi semakin canggih, ternyata kalender masih juga digunakan, karena tidak bisa dikesampingkan dengan kegiatankegiatan manusia itu sendiri, baik melaksanakan pekerjaannya maupun dalam melaksanakan kewajibannya sebagai umat beragama seperti berpuasa, haji dll. Oleh karena itu kita memerlukan kalender untuk merencanakan segala kegiatan yang akan dilaksanakan agar lebih mudah dalam perencanaan dan pengaturannya. Disini kami akan menjelaskan makalah kami yang berjudul “Kalender Bulan”, yang mana kalender ini merupakan kalender yang digunakan untuk mengetahui kapan terjadinya pasang surut dan untuk kepentingan ibadah. Seperti yang akan kami jelaskan berikut.
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
2
1. Bagaimana sejarah tahun islam/hijriah ? 2. Apa saja nama-nama bulan dan hari dalam kalender hijriah ? 3. Bagaimana cara menentukan hilal ? 4. Bagaimana penetapan tanggal dalam kalender hijriah ?
C. Tujuan 1. Untuk mengetahui sejarah tahun islam/hijriah 2. Untuk mengetahui nama-nama bulan dan hari dalam kalender hijriah 3. Untuk mengetahui cara menentukan hilal 4. Untuk mengetahui penetapan tanggal dalam kalender hijriah
3
BAB II Isi A. Sejarah Tahun Islam/Hijriah Pada tahun 682 Masehi, „Umar bin Al Khaththab yang saat itu menjadi khalifah melihat sebuah masalah. Negeri Islam yang semakin besar wilayah kekuasaannya menimbulkan berbagai persoalan administrasi. Surat menyurat antar gubernur atau penguasa daerah dengan pusat ternyata belum rapi karena tidak adanya acuan penanggalan. Masing-masing daerah menandai urusan muamalah mereka dengan sistem kalender lokal yang seringkali berbeda antara satu tempat dengan lainnya. Maka, Khalifah „Umar memanggil para sahabat dan dewan penasehat untuk menentukan satu sistem penanggalan yang akan diberlakukan secara menyeluruh di semua wilayah kekuasaan Islam. Sistem penanggalan yang dipakai sudah memiliki tuntunan jelas di dalam Al Qur‟an, yaitu sistem kalender bulan (qamariyah). Nama-nama bulan yang dipakai adalah nama-nama bulan yang memang berlaku di kalangan kaum Quraisy di masa kenabian. Namun ketetapan Allah menghapus adanya praktek interkalasi (Nasi‟). Praktek Nasi‟ memungkinkan kaum Quraisy menambahkan bulan ke-13 atau lebih tepatnya memperpanjang satu bulan tertentu selama 2 bulan pada setiap sekitar 3 tahun agar bulan-bulan qamariyah tersebut selaras dengan perputaran musim atau matahari. Karena itu pula, arti nama-nama bulan di dalam kalender qomariyah tersebut beberapa diantaranya menunjukkan kondisi musim. Misalnya, Rabi‟ul Awwal artinya musim semi yang pertama. Ramadhan artinya musim panas. Praktek Nasi‟ ini juga dilakukan atau disalahgunakan oleh kaum Quraisy agar memperoleh keuntungan dengan datangnya jamaah haji pada musim yang sama di tiap tahun di mana mereka bisa mengambil keuntungan perniagaan yang lebih besar. Praktek ini juga berdampak pada ketidakjelasan masa bulan-bulan Haram. Pada tahun ke-10 setelah peristiwa hijrah, Allah menurunkan ayat yang melarang praktek Nasi‟ ini: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram…” [At Taubah (9): 38] “Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah menambah kekafiran. Disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar
4
mereka dapat mempersesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya, maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah… ” [At Taubah (9): 39] Dalam satu tahun ada 12 bulan yaitu: 1. Muharram 2. Shafar 3. Rabi‟ul Awal 4. Rabi‟ul Akhir 5. Jumadil Awal 6. Jumadil Akhir 7. Rajab 8. Sya‟ban 9. Ramadhan 10. Syawal 11. Dzulqa‟idah 12. Dzulhijjah Sedangkan 4 bulan Haram, di mana peperangan atau pertumpahan darah dilarang, adalah: Dzulqa‟idah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Masalah selanjutnya adalah menentukan awal penghitungan Kalender Islam ini. Apakah akan memakai tahun kelahiran Nabi Muhammad seperti orang Nasrani? Apakah saat kematian beliau? Ataukah saat Nabi diangkat menjadi Rasul atau turunnya Al Qur‟an? Ataukah saat kemenangan kaum Muslimin dalam peperangan? Ternyata pilihan majelis Khalifah „Umar tersebut adalah tahun di mana terjadi peristiwa Hijrah. Karena itulah, kalender Islam ini biasa dikenal juga sebagai kalender Hijriyah. Kalender tersebut dimulai pada 1 Muharram tahun peristiwa Hijrah atau bertepatan dengan 16 Juli 662 M. Peristiwa hijrah Nabi sendiri berlangsung pada bulan Rabi‟ul Awal 1 H atau September 622 M. Pemilihan peristiwa Hijrah ini sebagai tonggak awal penanggalan Islam memiliki makna yang amat dalam. Seolah-olah para sahabat yang menentukan pembentukan kalender Islam tersebut memperoleh petunjuk langsung dari Allah. Seperti Nadwi yang berkomentar: “Ia (kalender Islam) dimulai dengan Hijrah, atau pengorbanan demi kebenaran dan keberlangsungan Risalah. Ia adalah ilham ilahiyah. Allah ingin mengajarkan manusia bahwa peperangan antara kebenaran dan kebatilan akan berlangsung terus. Kalender
5
islam mengingatkan kaum muslimin setiap tahun bukan kepada kejayaan dan kebesaran islam namun kepada pengorbanan (Nabi dan sahabatnya) dan mengingatkan mereka agar melakukan hal yang sama.” B. Nama Bulan dan Hari Kalender Qomariah sampai saat ini dipakai untuk menentukan kalender Hijriyah bagi umat islam. Di dalam kalender qomariah terdapat 12 bulan yaitu : 1. Bulan Muharram artinya yang diharamkan. Maka dari itu dibulan tersebut kita dilarang/ sewajibnya tidak melakukan hal-hal buruk. Seperti berperang dsb. 2. Bulan Safar artinya kosong. Dinamakan demikian karena pada bulan ini banyak pemuda Arab dahulu pergi meninggalkan rumah sehingga pemukiman kosong dari para pria. 3. Bulan Rabi'ul Awal artinya Rabi' (menetap) dan Awal (pertama). Maksudnya masa kembalinya para pria yang meninggalkan rumah / merantau. Jadi menurut saya, Malin Kundang harusnya berangkat merantau di Bulan Safar dan kembali di Bulan Rabi'ul Awal. 4. Bulan Rabi'ul Akhir artinya masa dimana kaum pria terakhir kali menetap di kampungnya. 5. Bulan Jumadil Awal artinya Jumadi (kering) dan Awal (pertama). Maknanya adalah dibulan ini mulai terjadi banyak kekeringan dan awal dimulainya musibah kemarau. 6. Bulan Jumadil Akhir artinya bulan dimana musim kemarau akan berakhir. 7. Bulan Rajab artinya bulan yang mulia. Karena bangsa Arab pada bulan ini begitu memuliakannya dengan cara melarang siapapun untuk berperang. 8. Bulan Sya'ban artinya berkelompok. Karena dibulan ini bangsa Arab berkelompok untuk mencari nafkah. 9. Bulan Ramadhan artinya sangat panas. Mungkin karena di bulan ini banyak sekali dengan cobaan, sehingga kita harus terus bersabar. Harus sahabat ketahui, Bulan Ramadahn adalah satu-satunya bulan yang disebut dalam Al-Qur'an. Ramadhan juga dinamakan bulan yang suci karena pada bulan ini umat islam melaksanakan ibadah puasa yang berkahnya begitu besar bagi umat islam diseluruh dunia. 10. Bulan Syawal artinya kebahagiaan. Bulan Syawal ini merupakan kembalinya manusia kembali ke fitrahnya (kesucian) karena usia menunaikan ibadah puasa dan
6
membayar zakat serta bermaaf-maafan, sehingga membuat kebahagiaan diberbagai tempat. 11. Bulan Dzulqa'dah berasal dari kata Dzul (pemlik) dan qa'dah (duduk). Dulu dibulan ini para pria bangsa Arab memanfaatkannya sebagai waktu untuk beristirahat. 12. Bulan Dzulhijjah artinya menunaikan haji. Dinamakan demikian karena dibulan ini umat islam melaksanakan ibadah haji. Di dalam kalender Qomariah pun terdapat 7 hari yang melengkapi setiap minggunya. Hanya berbeda dengan kalender Masehi (Syamsiah). Inilah nama-nama hari menurut kalender qomariah : 1. Al-Ahad jika di bulan masehi disebut minggu. 2. Al-Itsnayn jika di bulan masehi disebut senin. 3. At-Tsalaatsa jika dibulan masehi disebut selasa. 4. Al-Arba'aa / Ar-Raabi' jika dibulan masehi disebut rabu. 5. Al-Khamsatun jika dibulan masehi disebut kamis. 6. Al-Jumu'ah jika dibulan masehi disebut jumat. 7. As-Sabat jika dibulan masehi disebut sabtu. Jumlah hari dalam setiap bulan berbeda-beda. Datanya sebagai berikut : 1. Bulan Muharram berjumlah 30 hari. 2. Bulan Safar berjumlah 29 hari. 3. Bulan Rabi'ul Awal berjumlah 30 hari. 4. Bulan Rabi'ul Akhir berjumlah 29 hari. 5. Bulan Jumadil Awal berjumlah 30 hari. 6. Bulan Jumadil Akhir berjumlah 29 hari. 7. Bulan Rajab berjumlah 30 hari. 8. Bulan Sya'ban berjumlah 29 hari. 9. Bulan Ramadhan berjumlah 30 hari. 10. Bulan Syawal berjumlah 29 hari 11. Bulan Dzulqa'dah berjumlah 30 hari. 12. Bulan Dzulhijjah berjumlah 29/30 hari.
7
C. Cara Menentukan Hilal
Gambar hilal Hilal adalah penampakan bulan yang paling awal terlihat menghadap bumi setelah bulan mengalami konjungsi/ijtimak. Bulan awal ini (bulan sabit tentunya) akan tampak di ufuk barat (maghrib) saat matahari terbenam. Ijtimak/konjungsi adalah peristiwa yang terjadi saat jarak sudut (elongasi) suatu benda dengan benda lainnya sama dengan nol derajat. Dalam pendekatan astronomi, konjungsi merupakan peristiwa saat matahari dan bulan berada segaris di bidang ekliptika yang sama. Pada saat tertentu, konjungsi ini dapat menyebabkan terjadinya gerhana matahari. Hilal merupakan kriteria suatu awal bulan. Seperti kita ketahui, dalam Kalender Hijriyah, sebuah hari diawali sejak terbenamnya matahari waktu setempat, dan penentuan awal bulan (kalender) tergantung pada penampakan hilal/bulan. Karena itu, satu bulan kalender Hijriyah dapat berumur 29 hari atau 30 hari. “Mereka bertanya kepadamu tentang hilal. Katakanlah: “Hilal itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji…” [Al Baqoroh(2):189] Metode Penentuan Hilal Hisab Secara harfiyah bermakna „perhitungan‟. Di dunia Islam istilah „hisab‟ sering digunakan sebagai metode perhitungan matematik astronomi untuk memperkirakan posisi matahari dan bulan terhadap bumi. Penentuan posisi matahari menjadi penting karena umat Islam untuk ibadah shalatnya menggunakan posisi matahari sebagai patokan waktu sholat. Sedangkan penentuan posisi bulan untuk mengetahui terjadinya
8
hilal sebagai penanda masuknya periode bulan baru dalam Kalender Hijriyah. Ini penting terutama untuk menentukan awal Ramadhan saat orang mulai berpuasa, awal Syawal saat orang mangakhiri puasa dan merayakan Idul Fitri, serta awal Dzulhijjah saat orang akan wukuf haji di Arafah (9 Dzulhijjah) dan hari raya Idul Adha (10 Dzulhijjah) “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” [Yunus(10):5] “Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.” [ArRahmaan(55):5] Rukyat Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan bulan sabit yang pertama kali tampak setelah terjadinya ijtimak. Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang, atau dengan alat bantu optik seperti teleskop. Aktivitas rukyat dilakukan pada saat menjelang terbenamnya matahari pertama kali setelah ijtimak (pada waktu ini, posisi Bulan berada di ufuk barat, dan Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari). Apabila hilal terlihat, maka pada petang waktu setempat telah memasuki tanggal 1. Perihal penentuan bulan baru, Rasulullah SAW memberi perhatian khusus pada Sya‟ban dan Ramadhan. Hadits dari Abi Hurairah radhiallahu „anhu, ia berkata : Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam bersabda : “Berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal) dan berbukalah karena melihatnya (hilal bulan Syawal). Jika kalian terhalang awan, maka sempurnakanlah Sya’ban tiga puluh hari.” (HSR. Bukhari 4/106, dan Muslim 1081). D. Penetapan Tanggal dalam Kalender Hijriah
Cara Penentuan Awal Bulan Kalender Hijriyah
Penentuan awal bulan (new moon) ditandai dengan munculnya penampakan (visibilitas) Bulan Sabit pertama kali (hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau ijtimak). Pada fase ini, Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari, sehingga posisi hilal berada di ufuk barat. Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, maka jumlah hari pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari. Tidak ada aturan khusus
9
bulan-bulan mana saja yang memiliki 29 hari, dan mana yang memiliki 30 hari. Semuanya tergantung pada penampakan hilal. Di Indonesia, terdapat beberapa kriteria yang digunakan baik oleh pemerintah maupun organisasi Islam untuk menentukan awal bulan pada Kalender Hijriyah: 1. Rukyatul Hilal Rukyatul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah dengan merukyat (mengamati) hilal secara langsung. Apabila hilal (bulan sabit) tidak terlihat (atau gagal terlihat), maka bulan (kalender) berjalan digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari. 2. Wujudul Hilal (juga disebut ijtimak qoblal qurub) Kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah dengan prinsip: Jika pada setelah terjadi ijtimak (konjungsi), Bulan terbenam setelah terbenamnya matahari, maka pada petang hari tersebut dinyatakan sebagai awal bulan (kalender) Hijriyah, tanpa melihat berapapun sudut ketinggian (altitude) Bulan saat Matahari terbenam. 3. Imkanur Rukyat MABIMS Imkanur Rukyat adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah yang ditetapkan berdasarkan Musyawarah Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), dan dipakai secara resmi untuk penentuan awal bulan Hijriyah pada Kalender Resmi Pemerintah. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut: o
Pada saat matahari terbenam, ketinggian (altitude) Bulan di atas cakrawala minimum 2°, dan sudut elongasi (jarak lengkung) Bulan-Matahari minimum 3°
o
Pada saat bulan terbenam, usia Bulan minimum 8 jam, dihitung sejak ijtimak. Di Indonesia, secara tradisi pada petang hari pertama sejak terjadinya ijtimak (yakni setiap tanggal 29 pada bulan berjalan), Pemerintah Republik Indonesia melalui Badan Hisab Rukyat (BHR) melakukan kegiatan rukyat (pengamatan visibilitas hilal), dan dilanjutkan dengan Sidang Itsbat, yang memutuskan apakah pada malam tersebut telah memasuki bulan (kalender) baru, atau menggenapkan bulan berjalan menjadi 30 hari. Di samping metode Imkanur Rukyat di atas, juga terdapat kriteria lainnya yang serupa, dengan besaran sudut/angka minimum yang berbeda.
4. Rukyat Global
10
Kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah yang menganut prinsip bahwa: jika satu penduduk negeri melihat hilal, maka penduduk seluruh negeri berpuasa (dalam arti luas telah memasuki bulan Hijriyah yang baru) meski yang lain mungkin belum melihatnya.
Sistem Penghitungan Tanggal pada Kalender Hijriyah Pada Kalender Hijriyah, penentuan dimulainya sebuah hari/tanggal berbeda
dengan pada Kalender Masehi. Pada sistem Kalender Masehi, sebuah hari/tanggal dimulai pada pukul 00.00 waktu setempat. Namun pada sistem Kalender Hijriah, sebuah hari/tanggal dimulai ketika terbenamnya Matahari di tempat tersebut. Kalender Hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata siklus sinodik bulan kalender lunar (qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus sinodik bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708 hari). Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun Kalender Hijriah lebih pendek sekitar 11 hari dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi. Faktanya, siklus sinodik bulan bervariasi. Jumlah hari dalam satu bulan dalam Kalender Hijriah bergantung pada posisi bulan, bumi dan Matahari. Usia bulan yang mencapai 30 hari bersesuaian dengan terjadinya bulan baru (new moon) di titik apooge, yaitu jarak terjauh antara bulan dan bumi, dan pada saat yang bersamaan, bumi berada pada jarak terdekatnya dengan Matahari (perihelion). Sementara itu, satu bulan yang berlangsung 29 hari bertepatan dengan saat terjadinya bulan baru di perige (jarak terdekat bulan dengan bumi) dengan bumi berada di titik terjauhnya dari Matahari (aphelion). Dari sini terlihat bahwa usia bulan tidak tetap melainkan berubah-ubah (29 - 30 hari) sesuai dengan kedudukan ketiga benda langit tersebut (Bulan, Bumi dan Matahari).
11
BAB III Penutup A. Simpulan Berdasarkan uraian di atas simpulan dari makalah ini yaitu : 1. Karena adanya berbagai masalah, Umar bin Al Khaththab dan sahabatnya menetukan suatu sistem penanggalan yang didasarkan tuntunan Alquran yang disebut kalender bulan. Karena pada waktu itu adalah tahun hijrah sehingga kalender tersebut disebut kalender hijriah. Kalender tersebut dimulai pada 1 Muharram tahun peristiwa Hijrah atau bertepatan dengan 16 Juli 662 M. Peristiwa hijrah Nabi sendiri berlangsung pada bulan Rabi‟ul Awal 1 H atau September 622 M. 2. Nama-nama bulan dalam kalender hijriah adalah : a.
Muharram
b.
Shafar
c.
Rabi‟ul Awal
d.
Rabi‟ul Akhir
e.
Jumadil Awal
f.
Jumadil Akhir
g.
Rajab
h.
Sya‟ban
i.
Ramadhan
j.
Syawal
k.
Dzulqa‟idah
l.
Dzulhijjah Sedangkan nama-nama hari dalam kalender hijriah adalah :
a. Al-Ahad jika di bulan masehi disebut minggu. b. Al-Itsnayn jika di bulan masehi disebut senin. c. At-Tsalaatsa jika dibulan masehi disebut selasa. d. Al-Arba'aa / Ar-Raabi' jika dibulan masehi disebut rabu. e. Al-Khamsatun jika dibulan masehi disebut kamis. f. Al-Jumu'ah jika dibulan masehi disebut jumat. g. As-Sabat jika dibulan masehi disebut sabtu 3. Cara menentukan hilal ada 2 metode yaitu metode hisab dan rukyat. Metode hisab adalah metode perhitungan matematik astronomi untuk memperkirakan
12
posisi matahari dan bulan terhadap bumi. Sedangkan metode rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan bulan sabit yang pertama kali tampak setelah terjadinya ijtimak. 4. Kriteria yang digunakan untuk menentukan awal bulan pada kalender hijriah sehingga didapatkan penetapan untuk tanggalnya yaitu Rukyatul Hilal, Wujudul Hilal, Imkanur Rukyat MABIMS, dan Rukyat Global. B. Saran Kita harus mengetahui bagaimana sejarah atau sistem dari kalender hijriah bisa terbentuk. Karena sebagian dari kita hanya sekedar mengetahui saja nama-nama bulannya tanpa tau asal muasalnya kalender tersebut.
13
Daftar Pustaka Kemal, hadi. 2013. Arti Nama Bulan dalam Kalender Qomariah. Tersedia di http://wacanawebsite.blogspot.com/2013/12/arti-nama-bulan-dalam-kalenderqomariah.html. diakses pada tanggal 31 Maret 2014 pukul 14.14 WIB Wijaya,
rizki.
2011.
Sejarah
Kalender
Hijriah.
Tersedia
di
http://rizkiwijayas.blogspot.com/2011/11/sejarah-kalender-hijriyah.html. Diakses pada tanggal 3 April 2014 pukul 05.00 WIB Lestari,
susi.
2013.
Menentukan
Hilal.
Tersedia
di
http://susilestari.blogspot.com/2013/10/menentukan-hilal.html. diakses pada tanggal 31 Maret 2014 pukul 16.00 WIB Bayurimba.
2010.
Kalender
Bulan.
Tersedia
di
http://bayurimba.wordpress.com/2010/06/17/kalender-bulan.html. diakses pada tanggal 4 April 2014 pukul 20.00 WIB
14