LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN
SEKRETARIAT KPA NASIONAL Edisi November 2009 PENDAHULUAN
M
empersiapkan tenaga yang handal dalam mengelola program penanggulangan HIV dan AIDS merupakah salah satu hal yang sangat penting guna menjaga kesinambungan program. Untuk itu, KPA Nasional bekerja sama dengan KIT Amterdam pada bulan ini mempersiapkan 20 orang master trainer untuk dilatih di Belanda. Pada bulan ini juga ditandai dengan beberapa kegiatan dalam rangka menyongsong Hari AIDS Sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Desember. Salah satu bentuk kegiatannya adalah penyelenggaraan pekan kondom dan pelatihan kondom. Kedua kegiatan ini sangat potensial untuk mencegah penularan HIV melalui transmisi seksual. Apalagi epidemi sekarang ini sudah berubah, dari sebelumnya didominasi oleh pertukaran alat suntik yang tidak steril ke arah hubungan seks berisiko. Selain itu pada bulan November ini juga diisi dengan sejumlah kegiatan supervisi yang dilakukan antara staf KPA Nasional, Sektor Pemerintahan, dan Jaringan Populasi Kunci. Kegiatan yang rutin setiap tahunnya dilakukan ini, diharapkan dapat meningkatkan kinerja KPA di daerah. Dengan adanya supervisi ini dimungkinkan bagi pengelola Program di daerah dapat berkomunikasi langsung dengan Sektor Pusat dan Jaringan Populasi Kunci guna dapat meningkatkan upaya-upaya pencegahan secara efektif.
Sekretariat KPA Nasional
Menara Eksekutif Lt. 9 Jl. M.H. Thamrin Kav.9, Jakarta Pusat Telp.(021) 3901758 Fax.(021) 3902665 www.aidsindonesia.or.id
Salah Satu Acara HAS 2009, long march oleh Komunitas Rumah Philia dan Diterima oleh Bu Naf di depan Gedung Menara Eksekutif tempat Sekretariat KPA Nasional Berada
A. LANGKAH STRATEGIS PERTEMUAN POKJA PAPUA
T
anggal 16 November di Sekretariat KPA Nasional diselenggarakan Pertemuan Pokja Papua. Pertemuan dibuka oleh Dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH selaku Ketua Pokja Papua. Pertemuan dihadiri oleh perwakilan Kemenkokesra, Depdagri, DPD, KPA Papua Barat, AusAID, HCPI, FHI, CHAI, JOTHI, dan KPA Nasional. Tujuan kegiatan adalah memonitor kebutuhan-kebutuhan di Papua, memberikan dukungan atas kebutuhan upaya penanggulangan, menjadi jembatan antara pemangku kepentingan di Tanah Papua dengan sektor pemerintah maupun non-pemerintah tingkat nasional, dan memobilisasi sumber dana serta sumber daya manusia guna mendukung sepenuhnya upaya penanggulangan AIDS di tanah Papua. Pak Constant Karma, selaku Ketua Pelaksana Harian KPA Provinsi Papua memaparkan tentang situasi HIV dan AIDS, program penanggulangan AIDS dengan berbagai dukungan yang sedang berlangsung, serta memberikan penjelasan mengenai sirkumsisi serta justifikasi sirkumsisi
menurut iman Kristen. Paparan dari KPA Provinsi Papua Barat disampaikan oleh Wakil Sekretaris, Dr. Arnold. Menurutnya masih ada lebih dari 5000 kasus yang belum terdeteksi. Di Kota Sorong sudah banyak sarana pemeriksaan sehingga angkanya terlihat paling tinggi. Angka sifilis saat ini mencapai 9% dan termasuk salah satu tertinggi di dunia. Oleh karena itu diharapkan adanya dukungan peningkatan layanan dari Kota Sorong, Fafak dan Kab. Sorong, terutama di Raja Ampat, Teluk Bintuni, Teluk Wondama, dan Kab. Kaimana karena di tempat lokasi tersebut belum ada tempat layanan. Presentasi lainnya disampaikan oleh DPD Provinsi Papua yang berpendapat bahwa perlu ada perhatian khusus pada persoalan minuman keras (MIRAS), hubungan seks berisiko, dan efek samping dari minuman. Menurutnya, perlu dilakukan pembatasan minuman keras dan upaya untuk menciptakan keterbukaan bagi mereka yang berstatus positif HIV agar tidak malu untuk mengakses program layanan.
B. KOORDINASI PELAKSANAAN KEGIATAN PEKAN KONDOM NASIONAL 2009
Menko Kesra, Sekretaris KPA Nasional, Wakil dari DKT, Julia Perez “Duta Kondom”, dan Wimar Witular, dalam Acara Pencanangan Pekan Kondom Nasional 2009
D
alam rangka menyambut Hari AIDS Sedunia yang tanggal 1 Desember 2009, KPA Nasional bersama Departemen Kesehatan, Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN), dan sejumlah produsen kondom menandatangani nota kesepahaman sebagai tanda peresmian Pekan Kondom Nasional (PKN) 2009 yang berlangsung di Auditorium Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Laporan epidemi terakhir menunjukkan bahwa pola
penularan HIV dan AIDS telah mengalami perubahan dari sebelumnya lebih banyak kasus disebabkan penggunaan pertukaran alat suntik narkoba yang tidak steril, kini lebih banyak disebabkan perilaku seks berisiko. KPA mencatat penularan HIV melalui hubungan seks mencapai 60%. Hal ini disebabkan karena rendahnya pengetahuan tentang manfaat penggunaan kondom bagi kesehatan pribadi dan pasangan dalam mencegah HIV dan AIDS. Pada kesempatan yang sama, Menko Kesra Agung Laksono menyatakan bahwa pemerintah optimis pada tahun 2015 dapat mengurangi penularan HIV hingga 1,2 juta orang. “Sebelum 2015, dengan upaya yang dilakukan pemerintah bersama masyarakat, Insya Allah, kita dapat meminimalisasi penyebaran HIV dan AIDS,” ujarnya. Hingga September 2009, kata Agung, Departemen Kesehatan melaporkan bahwa penderita yang terinfeksi HIV dan AIDS di Indonesia mencapai 290.000 kasus dan jumlah itu diperkirakan terus meningkat jika tidak ada upaya pencegahan yang dilakukan.
-2-
PELATIHAN PMTS (PENCEGAHAN PENULARAN HIV MELALUI TRANSMISI SEKSUAL) DAN INTERVENSI STRUKTURAL
S
aat ini telah terjadi perubahan penularan HIV yakni melalui hubungan seks berisiko yang sebelumnya didominasi penggunaan alat suntik tidak steril bergantian. Akibat perilaku ini, terjadi penularan dari laki-laki risiko tinggi kepada istri dan bayinya. Salah satu upaya mencegah penularan adalah dengan pemakaian kondom pada setiap hubungan berisiko. Pemakaian kondom menjadi hal krusial mengingat masih rendahnya angka pemakaian kondom di Indonesia. Tidak hanya itu, intervensi struktural kepada stakholder terkait pun menjadi hal yang penting dilakukan. Inilah yang mendasari kegiatan pelatihan pada 1-4 November 2009 di Hotel Cemara, Jakarta. Pelatihan tersebut bertujuan memberikan pemahaman kepada pemegang program dan tokoh kunci dalam distribusi dan penyediaan kondom. Pelibatan pemegang program, tokoh kunci, dan peran aktif kelompok kunci diperlukan dalam hal pendistribusian kondom guna meningkatkan angka penggunaan kondom dan menurunkan laju penyebaran infeksi menular seksual (IMS) dan HIV. Materi dalam perlatihan terdiri atas program
kondom di Indonesia, pembentukkan pokja kondom 100%, pentingnya media KIE dalam perubahan perilaku, koordinasi layanan IMS, serta monitoring dan evaluasi. Peserta dari 12 provinsi dukungan Global Fund Round 8 dengan masing-masing provinsi mengirimkan lima orang peserta. Tindak lanjut pelatihan adalah peserta melakukan penghitungan kebutuhan di masing-masing provinsi, analisa terhadap tantangan dan penggunaan, dan rencana monitoring dan evaluasi distribusi kondom. Selain itu, peserta akan menjadi tim pelatih di tingkat provinsi yang akan melakukan pelatihan secara bertahap hingga kabupaten dan kota.
PERTEMUAN JARINGAN POPULASI KUNCI TINGKAT NASIONAL
Para Peserta Pertemuan Jaringan Populasi Kunci Tingkat Nasional, 4 November 2009
T
ahun 2008 dan 2009 ditandai dengan meningkatnya keterlibatan Jaringan Populasi tingkat nasional. Jaringan tersebut antara lain Jaringan Orang Terinfeksi HIV Indonesia (JOTHI), Persaudaraan Korban Napza Indonesia (PKNI), Gay Waria dan Lelaki Seks dengan Lelaki Lainnya (GWL-Ina), Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI), dan Organisasi Pekerja Seks Indonesia (OPSI). Tanggal 1-4 November 2009, dilaksanakan pertemuan jaringan Populasi Kunci tingkat nasional di Hotel Ibis Kemayoran dengan melibatkan peserta dari tiap-tiap provinsi dengan total lebih dari 112 orang.
Agenda hari pertama fokus tentang bagaimana pemetaan kekuatan jaringan sebagai sebuah organisasi. Sedangkan hari kedua peserta melakukan self assesment berdasarkan paparan yang disampaikan di hari pertama. Hari ketiga agenda diisi dengan diskusi kelompok berdasarkan paparan isu, paparan hasil diskusi, serta rencana tindak lanjut dan kerja sama antar jaringan. Pertemuan tersebut menghasilkan beberapa isu strategis berkaitan dengan hukum dan HAM, integrasi keluarga, dan masyarakat serta kemandirian organisasi. Pada hari keempat, peserta diberi kesempatan berdiskusi dengan mitra internasional seperti UNAIDS, ILO, UNICEF, USAID, AUSAID, dan lain-lain. Tujuannya agar mitra internasional mengetahui rencana kerja setiap jaringan dan dapat mengambil bagian dalam memperkuat jaringan yang ada untuk program yang lebih efektif. Selain itu, terjadinya dialog yang saling memperkuat pemahaman bersama untuk upaya penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia. Pertemuan Nasional ini ditutup oleh Sekretaris KPA Nasional. Menurutnya pertemuan ini untuk melihat pembelajaran yang terjadi atas kontribusi atau partisipasi jaringan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia. Untuk itu, kegiatan serupa dengan agenda yang lebih tajam perlu dipikirkan dan direncanakan kembali untuk dilaksanakan di tahun 2010.
-3-
C. PENYEBARAN INFORMASI
PANDUAN PELAKSANAAN PERINGATAN HAS 2009
D
alam rangka pelaksanaan HAS 2009 pada tanggal 1 Desember, Panitia Pusat Hari AIDS Sedunia telah menyebarkan buku yang berisi Panduan Pelaksanaan Peringatan HAS 2009 ke seluruh provinsi di Indonesia termasuk di dalamnya Sektor dan KPA Daerah. Diharapkan penyebaran buku ini bisa memberikan gambaran kepada pelaksana kegiatan di tingkat daerah dan Sektor Pemerintah untuk menjadi acuan dalam memperingati HAS 2009. Tema yang diusung pada peringatan HAS tahun ini adalah “Akses Universal dan Hak Asasi Manusia”.
D. KERJA SAMA REGIONAL DAN INTERNASIONAL PRE-DEPARTURE TRAINING MANAGEMENT OF THE AIDS RESPONSE
D
alam rangka menyediakan pusat pelatihan dan pendidikan yang mampu mengelola respons terhadap HIV dan AIDS, KPA Nasional mengembangkan rencana pengembangan sumber daya manusia yang terdiri dari beberapa kegiatan: 1. Pelatihan master trainer di Belanda. 2. Penetapan rencana tindak lanjut pengembangan kurikulum pendidikan, pelatihan, dan kursus di lingkungan pusat-pusat pelatihan dan pendidikan. 3. Lokakarya pasca pelatihan untuk analisis sistuasional, pengembangan kurikulum rencana pendidikan dan pelatihan, serta rencana monitoring dan evaluasi. 4. Pertemuan pemantauan pengembangan kurikulum manajemen respons penanggulangan AIDS. Merujuk pada butir pertama, telah dilakukan dua kegiatan utama, yaitu pelatihan pra keberangkatan ke Belanda dan pelatihan manajemen respons terhadap HIV dan AIDS di Belanda. Kegiatan pelatihan pra keberangkatan dilaksanakan di Grand Cikarang Hotel, Bekasi selama 5 hari (8 – 12 Nov 2010). Tujuan dilakukan pelatihan pra keberangkatan adalah memberi bekal bagaimana gambaran ketika mengikuti pelatihan di KIT Amsterdam. Peserta dapat mengintegrasikan pemahaman terhadap materi yang diberikan dengan kondisi di Indonesia. Sebelum pelatihan berakhir dilakukan
Para Peserta yang Mendapatkan Pembekalan Sebelum Berangkat ke Belanda
penandatanganan kontrak antara NESO, KPA Nasional, dan peserta master trainer. Acara dimulai dengan penayangan film “Belajar di Belanda”, dilanjutkan dengan laporan Dr. Suriadi mengenai pelaksanaan pelatihan, dan sambutan oleh Mr. Marrik Ballen, Direktur NESO. Pada kesempatan tersebut, Dr. Nafsiah Mboi, Sekretaris KPA Nasional memberikan sambutan dan diikuti dengan pelepasan secara resmi serta penandatanganan kontrak dengan peserta latih. Setelah foto bersama, acara briefing dilakukan oleh ibu Shinta Wulandari dari NESO. Selanjutnya peserta berangkat ke Belanda dengan pesawat Malaysia Airlines pada pukul 19.00 WIB dari Bandara Internasional Soekarno - Hatta.
-4-
E. PEMANTAUAN DAN EVALUASI KUNJUNGAN SUPERVISI KE 15 KPA PROVINSI
Tim Supervisi KPA Nasional Berdiskusi dengan Salah satu Pengurus LSM di Manado dalam Supervisi.
Tampak di atas Meja Tumpukan Alat Jarum Suntik Bekas Pakai.
S
ejak bulan April 2008, KPA Nasional sudah mendukung 32 provinsi dan 171 kabupaten/ kota. Dalam kurun waktu tersebut, kegiatan monitoring dan evaluasi serta pelaporan diselenggarakan sesuai dengan Pedoman Nasional Monitoring dan Evaluasi yang bertujuan agar penanggulangan HIV dan AIDS dapat mencapai efisiensi yang tinggi. Untuk memperkaya monitoring dan evaluasi, dikumpulkan juga data dasar dari setiap provinsi dan kabupaten/kota yang meliputi data rencana kerja, sekretariat KPAD, anggaran, pemetaan kelompok kunci, kegiatan LSM, kegiatan donor, fasilitas kesehatan, dan sebagainya. Semua data tersebut menjadi bahan untuk melakukan pemantauan dan evaluasi berjalannya sekretariat KPA serta program penanggulangan HIV dan AIDS di setiap provinsi. Selanjutnya, selain data dari pemantauan rutin
tersebut di atas, dirasakan perlu juga adanya kunjungan supervisi ke setiap provinsi guna melihat secara langsung pelaksanaan program penanggulangan HIV dan AIDS baik di tingkat provinsi maupun beberapa kabupaten/kota terpilih. Supervisi yang dilakukan lebih bersifat memberi bimbingan dan bantuan kepada para koordinator dan pengelola program penanggulangan HIV dan AIDS di provinsi dan kabupaten/kota untuk mengatasi tantangan yang ditemui. Supervisi ini dilaksanakan oleh KPA Nasional dengan melibatkan unsur-unsur dari sektor terkait serta jaringan populasi kunci dan berlangsung pada bulan November 2009. Kunjungan supervisi ditujukan ke layanan terkait HIV dan AIDS seperti kunjungan ke lokasi atau lokalisasi atau hot spot dan pertemuan dengan jaringan populasi kunci di daerah.
AGENDA KEGIATAN BULAN DESEMBER 2009 • Lokakarya Penelitian Nasional • Pelatihan Penerima Dana Hibah Komponen Tiga Dana Kemitraan Indonesia untuk HIV dan AIDS • Serangkaian Pelaksanaan HAS 2009 • Acara Puncak HAS 2009
-5-