Laporan National Sharing Workshop INISIATIF PERENCANAAN DAN ASSESSMENT: KOTA PEKALONGAN
Jakarta, Indonesia 2 Desember 2010
Pemerintah Kota Pekalongan
P5 - UNDIP
Laporan Nasional Sharing Workshop - Inisiatif Perencanaan dan Assessment Kota Pekalongan
Cover depan : Acara kegiatan National Sharing Workshop yang diadakan pada tanggal 2 Desember 2010 di Hotel Crown, Jakarta Photo by : P5 UNDIP, 2010 Cover dalam : Wanita pembatik yang sedang menjemur kain batik di atas genangan rob. Photo by : P5 UNDIP, 2010
Assesment Team (P5— UNDIP) Center for Participatory Planning Service—SEMARANG): Artiningsih, Moh.Mukti Alie, Claudia Tyas Nugraheni, Rukuh Setiadi, Denny N. Sugianto, Ratri Werdiningtyas, Holi Bina Wijaya
For futher contact information:
Rukuh Setiadi (Assesment Coordinator)
[email protected] Www.p5undip.org Laporan ini disponsori oleh
UN HABITAT- Regional Office for Asia and The Pacific. Fukuoka 2010
Laporan Nasional Sharing Workshop - Inisiatif Perencanaan dan Assessment Kota Pekalongan
LAPORAN NATIONAL SHARING WORKSHOP JAKARTA, INDONESIA
INISIATIF PERENCANAAN DAN ASSESSMENT: KOTA PEKALONGAN 2 DESEMBER 2010
Pemerintah Kota Pekalongan
P5 - UNDIP
Laporan Nasional Sharing Workshop - Inisiatif Perencanaan dan Assessment Kota Pekalongan
DAFTAR ISI
1. PENGANTAR
1
A. CCCI Pekalongan
1
B. TUJUAN
4
C. AGENDA KEGIATAN
5
D. KEHADIRAN
6
2. BAGIAN 1 SESI 1 : KAJIAN KERENTANAN PERUBAHAN IKLIM KOTA PEKALONGAN
7
A. PENGANTAR
7
B. TUJUAN UMUM DAN FOKUS KEGIATAN
7
C. PAPARAN DARI MASING-MASING PEMBICARA
7
C.1 Kota Pekalongan : Di tengah Tantangan Perubahan Iklim
8
C.2 Kerangka dan Proses Penilaian Cepat Dalam Skala Kota
9
C.3 Strategi Adaptasi Perubahan Iklim
11
C.4 Tanya Jawab Kajian Kerentanan Perubahan Iklim
14
3. BAGIAN 2 Sesi 2 : DISKUSI PANEL NASIONAL
17
A. PENGANTAR
17
B. TUJUAN UMUM DAN FOKUS KEGIATAN
17
C. DISKUSI PANEL
17
D. DISKUSI DAN TANGGAPAN DARI PARTISIPAN
19
4. PENUTUP
21
5. LAMPIRAN
22
Kota Pekalongan: Di Tengah Tantangan Perubahan Iklim
Kerangka Kerja CCCI Pekalongan
Hasil Kajian Kerentanan Perubahan Iklim Kota Pekalongan
Dampak Perubahan Iklim terhadap Pesisir Pekalongan
Daftar Hadir Undangan
Laporan Nasional Sharing Workshop - Inisiatif Perencanaan dan Assessment Kota Pekalongan
1. PENGANTAR NATIONAL SHARING WORKSHOP
National Sharing Workshop dari CCCI Kota Pekalongan diharapkan dapat menjadi wahana pembelajaran satu sama lain dan saling memperkuat jejaring untuk berkerjasama dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Workshop diharapkan dapat menjadi gerbang pertemuan dari pihak-pihak yang terkait dan berkepentingan dalam usaha mengatasi damapk perubahan iklim, baik dari sisi pemerintah di tingkat lokal, propinsi dan pusat sertal lembaga-lembaga non pemerintah.
A. CCCI PEKALONGAN Perubahaan iklim memiliki dampak global yang saling terkait dan kompleks ke kota-kota di dunia. Pemanasan global sebagai akibat berlebihnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer telah m e n y e b a b k a n perubahan yang signifikan dan ketidakpastian iklim. Beberapa fitur utama yang berubah adalah meningkatnya suhu ratarata global, kenaikan permukaan laut, perubahan curah hujan, dan cuaca ekstrim. Hal ini akan membawa konsekuensi serius terutama ke kota-kota di negara-negara berkembang, yang kurang antisipasinya dan paling tidak siap untuk menghadapi perubahan iklim. Pengaruh perubahan iklim memberikan
dampak yang signifikan dan penting terutama bagi kota-kota karena hampir semua kota berpenduduk padat. Penduduk pada daerah rendah sering m e n g a l a mi banjir adapun penduduk pada daerah dataran tinggi rentan terhadap terjadinya longsor karena peningkatan dari frekuensi dan curah hujan. Beberapa daerah di wilayah pesisir pantai rentan terhadap terjadinya rob yang disebabkan oleh kenaikan permukaan air laut. Situasi ini memberikan dampak buruk bagi aset-aset masyarakat seperti rumah dan tambak yang merupakan asset penting dalam kehidupan masyarakat. Aset-aset tersebut menjadi rusak atau bahkan hilang dimana ini
merupakan bencana bagi kehidupan mereka mengingat keterbatasan mereka dalam mencari penggantinya. Kadang dampak tersebut dapat pula menimbulkan bencana-bencana lain seperti cyclone ataupun kekeringan yang menimbulkan kerugian baik material maupun jiwa. Dampak multi dimensi dari perubahan iklim terhadap aktivitas kehidupan soci al ekonomi dapat menghancurkan perkembangan pembangunan kota maupun pencapaianpencapaian yang telah didapat dicapai. Jadi adalah mungkin bila perubahan iklim merupakan ancaman bagi pembangunan kota berkelanjutan. Isu ini menjadi komplek ketika korban situasi ini adalah
mereka yang dikategorikan sebagai masyarakat miskin dan terpinggirkan. Kapasitas kota untuk merespon perubahan iklim tidak sama di seluruh negara. Kapasitas fisik dan lingkungan kota berbeda antar maupun di dalam kota itu sendiri tergantung dari kemampuan social ekonominya. Komponen penting yang berpengaruh dalam kapasitas kota adalah kapasitas dari i n s t i t u s i pemerintahan yang ada. Termasuk di dalamnya adalah kesadaran dari pemerintah lokal dan stakeholder yang ada serta ketersediaan informasi tentang perubahan iklim. Untuk itu pemetaan kerentanan di tingkat
Laporan Nasional Sharing Workshop - Inisiatif Perencanaan dan Assessment Kota Pekalongan 1
lokal maupun kota menjadi penting. Pada umumnya kesenjangan antara kemampuan untuk merespon dan dampak dari perubahan iklim menjadi suatu permasalahan serius terutama pada negaranegara berkembang dimana isu perubahan iklim adalah sesuatu yang baru. Tanpa pendampingan, adaptasi maupun mitigasi yang sesuai dan mendasar, masalah perubahan iklim menjadi sulit untuk dicapai. "Inisiasi Kota dan Perubahan Iklim (CCCI)" adalah salah satu program di mana UN-Habitat mendukung otoritas lokal dan nasional dalam upaya mereka untuk mengatasi dampak perubahan iklim. CCCI adalah komponen pertama dari SUD-Net. Tahap pertama dirancang untuk mempromosikan dialog kebijakan, mengembangkan alat dan melaksanakan kegiatan percontohan di kota-kota yang dipilih dari Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Tujuan utama CCCI adalah: (1) Untuk mempromosikan perubahan iklim kolaborasi aktif dari pemerintah daerah dan asosiasi di global, regional dan jaringan nasional; (2) Untuk meningkatkan dialog kebijakan sehingga perubahan iklim tegas didirikan pada agenda, dan (3) Untuk mendorong pelaksanaan kesadaran, pendidikan, dan kapasitas
membangun strategi mendukung pelaksanaan strategi perubahan iklim. CCCI bertujuan member masukan dan mendukung kota-kota yang rawan terhadap dampak perubahan iklim dengan menawarkan pendekatan inovatif dan solusi untuk perencanaan pembangunan nasional dan lokal. Di Indonesia, CCCI akan difokuskan di tiga kota di Indonesia yang dipilih dan salah satunya adalah Pekalongan. Terletak di pantai utara Jawa, Pekalongan adalah sekitar 120 kilometer di sebelah barat Semarang, ibukota Jawa Tengah. Kota Pekalongan memiliki kepadatan penduduk sekitar 6.011 jiwa per kilometer persegi. Permukiman pesisir rendah di Pekalongan saat ini mengalami resiko tinggi genangan akibat banjir dan kenaikan permukaan laut. Beberapa masalah yang diangkat oleh proyek CCCI di Pekalongan sebagai berikut: Pertama, bagaimana meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim di tingkat lokal dan pada saat yang sama juga mengurangi dampak perubahan iklim terhadap masyarakat miskin perkotaan. Kedua, bagaimana memaksimalkan keterlibatan masyarakat lokal dan stakeholder untuk merancang dan mengusulkan tindakan untuk meningkatkan ketahanan dan
mengurangi bencana saat ini dan di masa depan. Ketiga, bagaimana berkomunikasi inisiatif ini di tingkat lokal untuk mendapatkan dukungan yang lebih luas bagi para aktor nasional. Dalam menanggapi isu-isu di atas dan mengingat fakta perubahan iklim di Pekalongan, sangat penting untuk melakukan penelitian awal dan kerentanan ketahanan dan pemetaan baik di tingkat daerah dan kota sebagai dasar untuk penyusunan rencana aksi dan strategi ketahanan kota. Kemudian meneruskan hasil dari rencana tindakan dan strategi lingkungan kota ketahanan dalam dialog skala nasional juga merupakan bagian penting untuk mempercepat komitmen dan rekomendasi lebih lanjut untuk pelaksanaan adaptasi perubahan iklim dan pengurangan kerentanan rencana aksi di Kota Pekalongan. Pelaksanaan National Sharing Workshop adalah kegiatan yang mengemas hasil Kajian Kerentanan Perubahan Iklim di Kota
Laporan Nasional Sharing Workshop - Inisiatif Perencanaan dan Assessment Kota Pekalongan 2
Pekalongan untuk disampaikan di level nasional. Dengan mengambil fokus Kota Pekalongan sebagai ‘entry point’ diharapkan dapat menjadi wahana pembelajaran satu sama lain dan saling memperkuat jejaring untuk berkerjasama dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Workshop ini diharapkan
dapat menjadi gerbang pertemuan dari pihakpihak yang terkait dan berkepentingan dalam usaha mengatasi damapk perubahan iklim, baik dari sisi pemerintah di tingkat lokal, propinsi dan pusat sertal lembaga-lembaga non pemerintah.
KEGIATAN CCCI KOTA PEKALONGAN Kegiatan CCCI Kota Pekalongan dilakukan selama 6 bulan yaitu sejak Bulan Juli—Desember 2010 oleh Tim P5 UNDIP. Kegiatan pengkajian kondisi ini dilakukan melalui pemetaan dan observasi langsung di lapangan, wawancara, pelaksanaan Focused Group Discussion baik di tingkat lokal (Kelurahan). Hasil kajian menunjukkan bahwa perubahan iklim memberikan dampak perubahan iklim mulai dari tingkat lokal masyarakat, tingkat kota sampai dengan tingkat nasional. Untuk kajian selengkapnya dapat dilihat pada www.p5undip.org
Pemetaan Kerentanan Lokal (Tk. Kelurahan)
Identifikasi Kerentanan dan Ketahanan Kota Pekalongan
Rencana Aksi Pengurangan Kerentanan Tk. Kelurahan
Strategi Ketahanan Kota Pekalongan
National Sharing Workshop
Laporan Nasional Sharing Workshop - Inisiatif Perencanaan dan Assessment Kota Pekalongan 3
B. TUJUAN NATIONAL SHARING WORKSHOP Inisiatif Perencanaan dan Assessment Kota Pekalongan Beberapa agenda yang ingin dicapai dari pelaksanaan National Sharing Workshop : 1. Penyampaian Hasil Kajian Kerentanan Perubahan Iklim Kota Pekalongan 2. Pembelajaran (dialog sharing) antara stakeholder (pemerintah tingkat kabupaten kota, propinsi dan pusat serta lembaga-lembaga non pemerintah) terkait dengan dampak perubahan iklim 3. Membangun komitmen untuk bekerjasama dalam mengatasi dampak perubahan iklim 4. Membangun jejaring ketahanan iklim
MEDIA PENYAMPAIAN Beberapa media disiapkan dalam National sharing Workshop untuk mencapai agenda yang telah ditetapkan tersebut di atas. 1. Presentasi Pemaparan dilakukan melalui presentasi yang dilakukan oleh Walikota Pekalongan, Team Leader dari Kegiatan CCCI di Kota Pekalongan dan Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kota Pekalongan yang mewakili dari SKPD yang ada pemerintah Kota Pekalongan. (lihat lampiran) 2. Video Video 1 ditayangkan untuk membawa audience melihat kondisi secara nyata kondisi Kota Pekalongan terkait potensi kota dan dampak perubahan iklim yang terjadi. Adapun Video 2 ditayangkan untuk menggambarkan tentang apa yang telah dilakukan dan pencapian yang telah oleh pemerintah Kota Pekalongan. (lihat www.p5undip.org) 3. Pameran Poster Melengkapi pemaparan dan video yang ditayangkan, untuk menyampaikan tentang kondisi Kota Pekalongan terkait dampak perubahan iklim., dilakukan pemaparan melalui pameran poster. Dengan media poster, audience dapat menambah secara detail informasi yang telah baik yang didapatkan melalui pemaparan maupun video. 4. DVD dan Buku Saku ‘Executive Summary” Kajian Kerentanan Perubahan Iklim di Kota Pekalongan DVD dan buku saku diberikan untuk menjamin bahwa walaupun acara telah selesai, daftar undangan yang hadir tetap masih bisa mengingat apa yang telah disampaikan dalam National Sharing Workshop. Selain dalam DVD diberikan laporan lengkap dari Kegiatan CCCI di Kota Pekalongan. Laporan Nasional Sharing Workshop - Inisiatif Perencanaan dan Assessment Kota Pekalongan 4
C. AGENDA KEGIATAN :
National Sharing Workshop Inisiatif Perencanaan dan Assessment Kota Pekalongan Crowne Plaza hotel, 2 Desember 2010 Dalam National sharing workshop dengan agenda : Inisiasi Perencanaan dan Assessment Kota Solo dan Pekalongan terdapat 2 substansi acara, yaitu: 1. Inisiatif Pengembangan Informasi Perkotaan Dalam Mendukung Perencanaan, Penganggran Partisipatif dan Advokasi Masyrakat 2. Kajian Kerentanan Perubahan Iklim di Kota Pekalongan Kajian Kerentanan Perubahan Iklim di Kota Pekalongan yang disampikan oleh Tim dari P5 UNDIP bekerjasama dengan pemerintah Kota Pekalongan adalah acara sesi dua yang dimulai pukul 13.10 WIB.
Dialog searah dan dialog interaktif dirancang dalam bentuk presentasi, video, poster serta diskusi untuk bisa mencapai agenda kegiatan
SUSUNAN ACARA Kajian Kerentanan Perubahan Iklim Kota Pekalongan
13.10—13.20 Pembukaan dan Pengantar dari UN Habitat 13.20—13.40 Penayangan Video tentang Kerentanan Kota Pekalongan terhadap perubahan iklim 13.40—13.55 Sambutan dari Walikota Pekalongan 13.55—14.20 Penjelasan dari P5 UNDIP tentang Proses CCCI Pekalongan (Frameworks dan Tools) 14.20—15.00 Penjelasan dari Pemerintah Kota Pekalongan tentang strategi dan adaptasi terhadap perubahan ikli yang telah dilakukan di Kota 15.00—15.15 Pameran Poster “Wajah Kota Pekalongan’ 15.15—16.30 Coffee Break 16.30—17.00 Diskusi Terarah (National Panel); Kesimulan
Laporan Nasional Sharing Workshop - Inisiatif Perencanaan dan Assessment Kota Pekalongan 5
D. KEHADIRAN Daftar undangan dari peserta National Sharing Workshop ‘Inisiatif Perencanaan dan Assessment Kota Solo dan Kota Pekalongan terdiri dari pihak pemerintah mulai dari tingkat kabupaten, propinsi sampai dengan nasional. Pihak pemerintah daerah yang menjadi undangan meliputi pemerintah Kota Pekalongan, Solo dan Banjarmasin yang terkait langsung dengan kegiatan CCCI Indonesia. Adapun terdapat pemerintah daerah lain yang ikut diundang, yaitu pemerintah Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang serta Pemerintah Kota Jakarta. Selain pemerintah daerah, yang menjadi daftar undangan dari pihak pemerintah adalah perwakilan dari pemerintahan tingkat propinsi dan nasional, yaitu dari SKPD-SKPD dan Departmen-departmen yang terkait dengan isu perubahan iklim. Selain dari pihak pemerintah, daftar undangan disebarakan pada beberapa perwakilan universitas yang ada di Indonesia, LSM, Lembaga-lembaga Donor, Sektor Privat dan media massa serta beberapa peserta independen. Semua undangan dari masing-masing pihak tersebut di atas didasarkan pada tujuan dari National Sharing Workshop, yaitu untuk wahana dialog pembelajaran dan juga membuat jejaring bagi kerjasama untuk mengatasi dampak perubahan iklim.
Perwakilan Pemerintah Pusat
21
22,4%
Perwakilan Pemerintah Daerah
24
24,5%
Lembaga Donor
21
21,4%
Perguruan Tinggi & Lembaga Penelitian
16
16,3%
LSM dan Perwakilan Independen
14
14,3%
Media Masa
1
1%
Total Kehadiran : 97 orang
Laporan Nasional Sharing Workshop - Inisiatif Perencanaan dan Assessment Kota Pekalongan 6
2. BAGIAN I NATIONAL SHARING WORKSHOP
KOTA PEKALONGAN
Sesi 1 : KAJIAN KERENTANAN PERUBAHAN IKLIM KOTA PEKALONGAN A. Pengantar
B. Tujuan Umum dan Fokus Kegiatan Presentasi pemaparan hasil kajian kerentanan perubahan iklim Kota Pekalongan memiliki tujuan untuk memberikan gambaran kepada partisipan tingkat nasional mengenai penilaian cepat dampak perubahan iklim yang telah terjadi di Kota Pekalongan saat ini. Selain itu, sharing kerangka kerja dan metodologi yang digunakan dalam penilaian cepat juga dilakukan sebagai bentuk sharing aplikasi metode kepada kota-kota lain di Indonesia.
Presentasi ini dilaksanakan di sesi ke-1 dengan mengundang 3 orang pembicara. Sebagai keynote speaker adalah Walikota Pekalongan. Tiga bagian dari sesi I ini adalah : 1). paparan dari masing-masing pembicara; 2). C. Paparan dari masing-masing pembicara tanya jawab dari partisipan; 3). kesimpulan Paparan dari masing-masing pembicara dipimpin oleh moderator. Sesi ini dilakukan dengan oleh moderator Holi Bina Wijaya dan diakhiri moderator dan pembicara sebagai berikut : dengan tanya jawab dari partisipan serta kesimpulan dari moderator. Moderator : Holi Bina Wijaya, P5 UNDIP Pembicara : Keynote speaker : Dr. H. Mohamad Baasyir Ahmad, Walikota Kota Pekalongan; Rukuh Setiadi, Coordinator CCCI Kota Pekalongan, Tenaga Pengajar UNDIP; Sri Rusminingsih, Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kota Pekalongan.
1) Profile dari Dr. H. Mohamad Basyir Ahmad WalikotaPekalongan terpilih periode 2010-2015 Prestasi selama menjabat sebagai walikota Pekalongan antara lain :
Masuk nominasi 10 besar se-Indonesia Program Dubes MDGs dengan Metro TV Tahun 2008 diusulkan untuk menjadi nominasi “Dubai Internasional Award for Best Practices to Improve The Living Enviroment” Juara I Penataan Permukiman Kumuh Tahun 2007 Bidang PU Tingkat Nasional Manggala karya Kencana bagi Walikota Pekalongan Tahun 2006/2007 Bidang KB Tingkat Nasional Kota Sehat Tingkat Nasional dimulai Tahun 2004 Pemenang Pembangunan Perumahan Swadaya dengan Pola Pengembangan Sistem Pembiayaan Dalam Rangka Lomba Hari Habitat Laporan Nasional Sharing Workshop - Inisiatif Perencanaan dan Assessment Kota Pekalongan 7
C. 1 KOTA PEKALONGAN:
di Tengah Tantangan Perubahan Iklim
“Perubahan iklim termasuk bencana luar biasa untuk Kota Pekalongan, memang tidak mematikan namun dapat memperpendek umur Kota Pekolongan namun kami tidak akan menyerah begitu saja dan berusaha semampunya dengan dukungan dari pemerintah pusat dan donor.” (Dr. H. Mohamad Basyir Ahmad, 2010)
Overview Kota Pekalongan 1)
Bp. Baasyir memulai presentasi dengan memaparkan sekilas mengenai Kota Pekalongan yang berpenduduk sebesar 282.000 terdiri 4 kecamatan dan 47 kelurahan dengan 10 kelurahan di daerah pesisir dan 5 kelurahan yang langsung berbatasan dengan pantai. Luas 45 km2, garis pantai 7 km dan terletak di daerah hilir sungai. Keberadaan sungai yang berada di kanan kiri wilayah Kota Pekalongan turut pula memperparah kenaikan muka air laut yang terjadi. Saat ini kenaikan muka air laut telah terjadi hingga mencapai 2 km dari tepi laut.
Penduduk, Ekonomi, dan Ekologi Kota Ia juga menyebutkan bahwa APBD sebesar 400
milyar dengan pertumbuhan 4,7% dengan dua sector ekonomi yang dominan yaitu perikanan dan batik. Namun kondisi perikanan menurun karena wilayah tangkapan ikan yang semakin jauh ke wilayah lain. Disamping itu sector batik yang telah diakui sebagai warisan budaya dan museum batik Pekalongan dijadikan sebagai best practices dalam pelestarian budaya batik sehingga meningkatkan perekoniman kota dari sector batik.
Visi Kota Pekalongan “Terwujudnya Kota Jasa yang Berwawasan Lingkungan menuju Masyarakat Madani Berbasis Nilai-nilai Religiusitas”
Bp. Baasyir menyebutkan pula bahwa dari salah satu capaian Kota Pekalongan adalah menjadi Green Cities dengan standar ruang hijau adalah sebesar 30% namun masih terdapat 20%. Target 10 % telah dicapai sebesar 7,5 %. Justru RTH harusnya 20%, Pekalongan masih 12,5 %.
Berdasarkan studi banding kota Probolinggo dan Bali, ia mengatakan bahwa Pekalongan akan menutup 7,5% dengan menghijaukan pantai dan pengendalian RTRW serta perda untuk zonasi serta pengelolaan pantai. Ia menyebutkan bahwa perubahan iklim yang menjadi tantangan dalam pencapaian visi kota Pekalongan: Banjir kiriman Sea level rise dan rob Ancaman sector batik Pertambakan dan Perikanan Air bersih Capaian-capaian Kota Pekalongan yang telah dilakukan dalam kurun waktu 5 tahun adalah: Perbaikan rumah dan lingkungan kumuh Pembuatan polder, canal, DE Kebijakan dana akselerasi Sistem IT sebagai inovasi kebijakan pembangunan dimana akan terdapat efisiensi di kelurahan dan sekolah-sekolah di seluruh kota Pekalongan.
Peran Kajian Cepat Perubahan Iklim bagi Kota Pekalongan Kajian cepat perubahan iklim yang difasilitasi oleh UN Habitat dirasakan memberikan peran kepada Kota Pekalongan antara lain : 1). Membantu berikan bukti tentang perubahan iklim secara lokal, 2). Memberikan deskripsi atas dampak dan sektor -sektor yang terkena dampak perubahan iklim, 3). Membantu berikan orientasi spasial dampak dan potensinya kedepan, 4).Hasilkan strategi ketahanan kota sebagai strategi komplementer dalam mendukung pembangunan dan pencapaian visi kota, 5). Kajian dampak dan usulan strategi dapat menguatkan dan mempermudah pengambilan dan penjabaran kebijakan pemerintah
Laporan Nasional Sharing Workshop - Inisiatif Perencanaan dan Assessment Kota Pekalongan 8
daerah, 6). Mendorong munculnya kebijakan pembangunan kota yang inovatif (jika ditambah dengan komitmen).
Kerangka studi Kerangka studi kerentanan sebagai point kedua dalam presentasinya digambarkan sebagai berikut:
Perencanaan yang diperlukan oleh Kota Pekalongan saat ini menurutnya adalah perencanaan dalam menanggulangi rob yang langsung di daerah pesisir dan sistem drainase kota. Point penting lainnya yang disampaikan Bp. Baasyir adalah : Perubahan iklim merupakan bencana dan dampak bencana harus kita atasi. Kebijakan inovatif yang dilakukan pemerintah dalam mengedepankan pembangunan berbasis masyarakat. Komitmen dari pemerintah Kota Pekalongan untuk mengatasi permasalahan ekonomi sosial dan budaya yang merupakan hak asasi manusia dan bukan politik saja. Sebagai contohnya perbaikan lingkungan kumuh di daerah pesisir yang terkena rob.
C. 2
Kerangka dan Proses Penilaian Cepat Dalam Skala Kota
Terhadap Perubahan Iklim Rukuh Setiadi selaku coordinator assesment CCCI di Kota Pekalongan menjelaskan mengenai kerangka dan proses penilaian cepat dalam skala kota dalam perubahan iklim. Empat point dalam paparannya antara lain tujuan penilaian, kerangka studi kerentanan kota, proses dan metodologi yang digunakan, tantangan dan pembelajaran. Point pertama yang disebutkan adalah tujuan dari CCCI di Kota Pekalongan yang berupa : untuk mengkaji pengaruh perubahan iklim terhadap kondisi fisik, ekonomi, sosial ekonomi masyarakat, menggali kerentanan perubahan iklim berbasis pada pengetahuan masyarakat dan stakeholders kota, memberikan informasi kerentanan secara cepat pada pengambil keputusan di tingkat kota, membangun strategi ketahanan perubahan iklim pada tingkat kota.
Tantangan dan pembelajaran Point keempat dalam paparannya adalah tantangan dan pembalajaran yang didapatkan. Terdapat dua buah tantangan dari proses kegiatan ini yaitu tantantangan dalam penerapan metodologi dan perumusan strategi ketahanan. Tantangan yang pertama berupa penerapan metodologi dapat dirumuskan sebagai berikut: 1). Penyusunan kuesioner yang sederhana sehingga mudah dimengerti oleh awam, 2). Keterlibatan fasilitator lokal; Mobilisasi personel secara masal untuk hasil yang cepat, 3).Kreatif: mengkombinasikan berbagai pendekatan untuk menganalisis kondisi di tingkat lingkungan dan kota terkait perubahan iklim, 4).Pengembangan pertanyaan kunci pada saat CAP dan participatory stakeholder workshop sangat kritis, 5).Perlu dukungan dan koordinasi yang intensif dengan pemerintah kota serta dukungan pimpinan daerah. Sedangkan tantangan kedua mencakup : Menemukan strategi yang sesuai dengan kriteria ketahanan Bisa menyelesaikan beragam kerentanan (multiple vulnerabilities) secara simultan Peluang kolaborasi stakeholder pembangunan Secara cepat dapat dirasakan manfaatnya (maksimal 5 tahun) Dapat menyelesaikan masalah dlm jangka panjang.
Laporan Nasional Sharing Workshop - Inisiatif Perencanaan dan Assessment Kota Pekalongan 9
1)
2)
3)
Gambar 1). Rangkaian proses, 2). Output Workshop Strategi Ketahanan Kota I, 3). Output Workshop Strategi Ketahanan Kota II
Metodologi penilaian kerentanan yang digunakan dapat dilihat dalam tabel 1. metodologi berikut ini. Tabel 1: Metodologi Penilaian Kerentanan Kota Pekalongan Terhadap Perubahan Iklim Tingkat
Metodologi
Lingkungan
Survey kuesioner RT, observasi kelurahan, in-depth interview, pertemuan warga dan tomas
pengolahan
Kuantitatif: rangking, rasio, persentase, dan SIG Kualitatif : catatan lapangan
Kota
Survey sekunder: kompilasi riset perubahan iklim yang telah ada dan data statistic; Participatory based hazard mapping; Stakeholder workshop (FGD); Observasi aspek prioritas; Indepth interview
pengolahan
Trend analysis
1).
2).
Pembelajaran dari proses CCCI di Kota Pekalongan: Tidak semua stakeholder awalnya menyadari tentang perubahan iklim Dampak perubahan iklim diperparah dengan kurang memadahinya manajemen terhadap proses urbanisasi yang cepat di tingkat kota Kenyataan sosial dan ekonomi di tingkat lingkungan (grass root) – misalnya rendahnya kesadaran masyarakat dalam memelihara drainase, pengelolaan sampah, dsb - memperumit dampak perubahan iklim Adaptasi yang ada sebenarnya sudah banyak hanya implementasinya perlu dioptimalkan lagi Banyak adaptasi yang telah dilakukan sebelumnya, namun masih berorientasi jangka pendek dan ciptakan eksternalitas bagi kelompok masyarakat lain Perlunya mengembangkan kriteria ketahanan yang lebih berorientasi jangka panjang namun bisa dicapai dalam waktu yang tidak terlalu lama
3).
Gambar 1). Pemetaan Kerentanan Lingkungan, 2) dan 3). Rencana Aksi Ketahanan Lingkungan (CAP).
Laporan Nasional Sharing Workshop - Inisiatif Perencanaan dan Assessment Kota Pekalongan 10
C. 3 Strategi Adaptasi Perubahan Iklim
“Banjir, rob, musim tidak menentu dan abrasi adalah fitur-fitur perubahan iklim yang terjadi Kota Pekalongan. Fitur ini memberikan dampak negative di berbagai sector kehidupan merubah dan mengganggu aktivitas yang ada pelan tapi pasti. Kebijakan program telah banyak dilakukan tetapi hampir tidak terasa perubahannya mengingat dampak yang diberikan meluas secara cepat dan sangat suling untuk mengimbanginya. “(Sri Rusminingsih, 2010)
Fitur Perubahan Iklim Di awal pemaparannya , Ibu Sri Ruminingsih yang menjabat sebagai Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kota Pekalongan menyatakan bahwa fitur-fitur perubahan iklim yang tampak di Kota Pekalongan 4 yang paling nampak yaitu : perubahan temperatur, peningkatan debit curah hujan, kenaika air laut dan perubahan pola angin. Setidaknya tercatat peningkatan temepratur secara general sebesar o,62 °C atau sebesar 0,02°C per tahun. Musim kemarau dan musim tidak berubah tetapi dengan pola yang berbeda-beda yang tidak diprediksikan. Musim kemarau bisa sangat panjang dan musim hujan bisa sangat singkat tetapi dengan intensitas debit curah hujan yang lebih besar. Jika pada 30 tahun yang lalu, debit curah hujan tidak melebihi dari angka 300 mm saat ini debit curah hujan telah hampir mencapai angka 600 mm. Jumlah ini telah menyebabkan terjadinya banjir di Kota Pekalongan. Selain banjir, Kota Pekalongan dihadapkan pada dampak dari fitur perubahan iklim yang lain yaitu, kenaikan muka air laut. Peningkatan tinggi muka air laut menyebabkan daerah rawan genangan rob di Kota Pekalongan semakin meningkat dari tahun terutama pada 5 tahun terakhir. Setidaknya antara 1,5 km—2 km selatan dari garis pantai Kota Pekalongan telah tergenang rob saat ini. Fitur perubahan iklim lain yang tampak adalah perubahan kekuatan angin.
Kerentanan Empat fitur tersebut tidaklah tidak berhenti hanya sebagai fitur yang tidak menyebabkan dampak bagi Kota Pekalongan. Rob dan banjir adalah dampak paling nyata sebagai dampak dari fitur-fitur perubahan iklim yang terjadi di Kota pekalongan
selain abrasi dan musim yang menjadi tidak menentu. Rob dan banjir menggenangi perwahan, pertambakan, infrastruktur dan bangunan yang ada yang menyebabkan penurunan keseluruhan dari kualitas hidup masyarakat yang terkena, mengganggu proses aktivitas yang ada dan memberikan kerugian baik material maupun imamterial lambat tetapi pasti. Kota Pekalongan dapat dikatakn sangat rentan dan terancam keberlangsungannya akibat rob dan banjir. Belum lagi abrasi yang mengikis sedikit demi sedikit tapi pasti daratan utara Kota Pekalongan. Ketidakmampuan dari infrastruktur yang ada mengimbangi dari perubahan yang terjadi nampak seperti kegagalan dari infrastruktur-infrastruktur yang telah diusahakan atau dibangun sampai dengan saat ini. Dampak perubahan iklim memberikan damapak pada banyak sektor secara cepat dan sangat sulit untuk mengatasinya. Setidaknya terdapat 11 sektor kerentanan akibat dampak perubahan iklim di Kota Pekalongan, yaitu: 1. Kerentanan Sektor Pertanian 2. Kerentanan Sektor Perikanan 3. Kerentanan Sektor Air Bersih 4. Kerentanan Permukiman 5. Kerentanan Sektor Batik dan Industri 6. Kerentanan Fasilitas Pendidikan 7. Kerentanan Fasilitas Kesehatan 8. Kerentanan terhadap Angin Puting Beliung 9. Kerentanan Wilayah Nelayan 10. Kerentanan Sektor Persampahan dan TPA 11. Kerentanan Sektor pariwisata
Laporan Nasional Sharing Workshop - Inisiatif Perencanaan dan Assessment Kota Pekalongan 11
Adaptasi Masyarakat Banjir, rob abrasi maupun musim yang tidak menentu telah dirasakan oleh Kota Pekalongan walaupun tidak sepenuhnya semua mengerti bahwa semua itu terjadi akibat dari perubahan iiklim. Mengingat dampak negatif dan kerugian baik material maupun immaterial yang ditimbulkan, sadar atau tidak sadar, direncanakan atau tidak direncanakan berbagai adaptasi telah dilakukan baik secara individual, kelompok baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat atau lembaga-lembaga non pemerintah.
sector budidaya perikanan yang ada. Selain kegaiatn fisik dalam penanganan dampak perubahan iklim juga dilakukan dengan kegiatankegiatan non fisik yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan bagi kelompok-kelompok rentan melalui pengembangan ekonomi local termasuk di dalmnya adalah kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan daya saingnya. Semua strategi dak
VISI KOTA PEKALONGAN 2010—2015
Strategi Ketahanan Kota Pekalongan Melihat permasalahan yang ada pemerintah Kota Pekalongan tidak pernah berhenti membuat dan mengimplemerntasikan berbagai kebijakan dan program yang tidak lain agar dampak negatif perubahan iklim sedikitnya berkurang. Mulai pembuatan pintu air untuk mencegah air masuk ke daratan dan program-program fisik lainnya sampai dengan program-program bina lingkungan dan bina manusia. Namun secara garis besar, strategi yang akan diterapkan oleh Pemerintah Kota terkait dengan penanganan perubahan iklim akan ditekankan pada tiga kegiatan utama yaitu (1) penataan drainase perkotaan yang termasuk di dalamnya perbaikan pintu air, peninggian fasilitas pendidikan dan kesehatan,perbaikan saluran, normalisasi sungai, peninggian lokasi home-industry, pembuatan IPAL, pemurnian sumber air bersih, pemeliharaan jaringan air bersih. (2) Pemulihan Ekosistem Mangrove dan (3) Pengembangan Ekonomi Lokal termasuk di dalamnya adalah bagaimana masyarakat dapat mudah mengakses pinjaman usaha, pendampingan usaha pada industri batik, pengurangan pemakaian bahan kimia.
“Terwujudnya Kota Jasa yang Berwawasan Lingkungan menuju Masyarakat “Madani
Masing-masing kegiatan di atas dipilih karena mempunyai dampak multiplier effect yang besar dala mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul akibat perubahan iklim. Penataan drainase kota mengatasi dampak SLR, banjir dan rob yang menggenangi areal persawahan, pertambakan infrastruktur dan bangunan serta menyebbakan terkontaminasinya air sumur dangkal Kota Pekalongan. Adapun pemulihan ekosistem mangrove ditujukan untuk dapat mengatasi abrasi yang terjadai sepanjang pesisir utara Kota Pekalongan (areal pertambakan, kawasan wisata, TPA dan permukiman nelayan) serta dapat mengatasi penurunan produktifitas dari Laporan Nasional Sharing Workshop - Inisiatif Perencanaan dan Assessment Kota Pekalongan 12
Tantangan Penangganan Perubahan Iklim di
PERTANYAAN DAN TANTANGAN YANG HARUS
Tingkat Kota
DI JAWAB
Dampak perubahan iklim menyebar ecara pelan dan pasti memberi dampak pada sendi-sendi kehidupan Kota Pekalongan. Meluasnya dampak berarti semakin besarnya kelompok yang rentan terkait dengan perubahan iklim. Usaha harus dilakukan agar masyarakat dapat menjalani kehidupannya secara baik. Mengingat dampak perubahan iklim tidak hanya berhenti menimbulkan dampak negatif pada sektor fisik tetapi juga memberikan dampak lanjutan yang mencakup berbagai sendi atau sektor kehidupan maka tidaklah mudah untuk mengatasinya. Keterbatasan sumber daya menyebabkan kita tidak bisa secara bebas menjalankan program-program yang memang dapat dilakukan untuk mengatasinya. Banyak sektor terkait semua membutuhkan penanganan dan harus diprioritaskan karena semuanya adalah penting dan menyangkut hajat hidup dan kesejahteraan masyarakat untuk dapat hidup secara layak.
Bagaimana menentukan prioritaskanpenanganan pada beberapa sector strategis yang terkait dengan perubahan iklim?
Perlu sinergiskan sumber-sumber pendanaan ditingkat bagi implementasi.
Komitmen dan keberlanjutan program penanganan
Keterbatasan dan perbedaan pandangan dari berbagai sektor mengenai isu besar perubahan iklim dan penyebab serta dampak yang timbulkan juga merupakan salah satu tantangan yang dihadapi dalam menangani dampak perubahan iklim yang terjadi .
Laporan Nasional Sharing Workshop - Inisiatif Perencanaan dan Assessment Kota Pekalongan 13
C. 4 Tanya Jawab
Kajian Kerentanan Perubahan Iklim Kota Pekalongan
Holi Bina Wijaya sebagai moderator mengajak partisipan untuk memberikan tanggapan atas presentasi dari pembicara. Gunawan Wicaksono - Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang Pertanyaan : Apakah bentuk lokal wisdom dalam menanggapi isu perubahan iklim di Kota Pekalongan telah terekam dengan baik? Sebagai contohnya, apakah terdapat bentuk perorganisasian masyarakat dalam proses penanggulangan banjir? Mohamad Basyir Ahmad: Belum ada antisipasi, namun sekarang telah dilakukan instruksi pembangunan sekolah dibangun 2 lantai karena terkait dengan penduduk yang sulit untuk direlokasi. Gunawan Wicaksono - Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang Pertanyaan : Apakah isu kekeringan telah terjadi di Kota Pekalongan dan apa saja bentuk adaptasinya? Mohamad Basyir Ahmad: Sesuai dengan permintaan gubernur pada bulan April untuk mengakomodir masalah kekeringan panjang telah dipersiapkan tangki. Isu tersebut tidak terjadi di Kota Pekalongan karena hujan terus terjadi. Isu air telah diakomodir dengan PAMSIMAS dengan peran serta masyarakat ditingkatkan dengan sumber air dari sumur dalam dan pemeliharaannya.
bupaten dengan memperluas cakupan pelayanan 80% dalam 5 tahun ini. Gunawan Wicaksono - Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang Pertanyaan : Pentingnya membentuk jejaring informasi kota-kota yang menghadapi perubahan iklim sebagai bentuk lesson learned yang dapat diadaptasi oleh kota-kota lainnya? Mohamad Basyir Ahmad: Pertemuan ini diharapkan menghasilkan rekomendasi membentuk asosiasi kota yang menghadapi perubahan iklim dan pentingnya membangun jejaring kota perubahan iklim. Forum ini bertujuan untuk menyalurkan pengalaman antar kota yang terkena dampak perubahan iklim. Karena untuk Kota Pekalongan telah masuk dalam asosiasi Sanitasi, lebih baik pula apabila dibentuk asosiasi kota perubahan iklim. Sri Ruminingsih : Di Indonesia, sebenarnya terdapat pula program advokasi perubahan iklim dari GTZ PAKLIM di 8 kota di 3 Jawa Tengah dan 4 Jawa Timur yang dapat dijadikan sebagai embrio awal dibentuknya jejaring. Rukuh Setiadi: Kota Pekalongan siap menjadi laboratorium. Apabila ACCCRN memberikan dukungan kepada kota Pekalongan mendatang semakin baik dalam agenda kedepan replikasi ACCCRN. APEKSI sebagai wadah untuk melakukan replikasinya.
Untuk pengembangan PDAM, penambahan volume kebutuhan air melalui kerjasama dengan kaLaporan Nasional Sharing Workshop - Inisiatif Perencanaan dan Assessment Kota Pekalongan 14
Agus – Probolinggo
kan batik yang ramah limbah dengan nol limbah.
Pertanyaan: Bagaimana sistem penganggaran DAK dan DAU dalam program akselerasi ?
66% yang terkait tidak semuanya pembatik yaitu contohnya tekstil yang dibuat batik, penjual batik. Namun untuk pembatik 40.000 dari 280.000 penduduk Kota Pekalongan.
Mohamad Basyir Ahmad: Pada terdahulu, agenda program kita berikan kepada tingkat kelurahan dengan pertanggungjawaban oleh kelurahan. Kadang-kadang menjadi masalah, misal untuk persoalan sampah namun permasalahan tersebut bukan permasalahan menurut masyarakat.
Sri Rusminingsih: Usaha-usaha yang telah dilakukan pemerintah Kota Pekalongan untuk menjaga batik Pekalongan antara lain: 1).Pendampingan paguyuban-paguyuban industri batik; 2). Pelestarian terhadap intagible heritage dilakukan melalui mulok batik ke kurikulum sekolah-sekolah melalui pendampingan dari UNESCO. Selain itu film documenter dijadikan sebagai media promosi Peraturan Walikota digunakan sebagai panduan. mengenai batik pekalongan yang akan Untuk model DAU tergantung kearifan masingdisebarluaskan ke 129 negara. masing kelurahan. Sedangkan untuk DAK, kita arahkan melalui pengoptimalan dana sesuai dengan Arista -BPPI program. Sehingga saat ini mencoba menangguPertanyaan : Bagaimana menciptakan proses memlangi masalah rob untuk dilakukan inovasi mencipbatik yang ramah lingkungan? takan program hemat namun tepat. Sri Rusminingsih: Kerentanan lingkungan seAgus – Probolinggo benarnya adalah printing. Untuk Pertanyaan : Apakah penanggulangan awal dari printing skala menengah keatas pemerintah Kota Pekalongan menggunakan dana ditanggulangi dengan 1). pengeltaktis? olaan IPAL Komunal (wajib dilakukan oleh para pengusaha). Mohammad Basyir Ahmad: Dana bencana adalah Untuk batik, telah difasilitasi cadangan dana darurat dan inwal yang pengelolaan IPAL Komunal namendapatkan persetujuan dari DPRD. mun belum di seluruh wilayah, Sri Rusminingsih: Pemakaian dana darurat harus 2). Terdapat pelatihan-pelatihan terdapat pernyataan terjadi bencana. Maka dis- eco-efisien produksi pemakaian air efisien batik dan cover dari dana inwal bukan dana taktis yang diang- limbah batik diuapkan seluruhnya. Limbah batik garkan secara resmi dalam APBD. tidak sepekat limbah printing. Arista - BPPI
Walikota Probolinggo Pertanyaan : Bagaimana intagible heritage yaitu proses seni membatik yang seharusnya mendapatkan perhatian untuk kerentanan di Kota Pekalongan terhadap perubahan iklim karena Kota Pekalongan sebagai salah satu Kota batik di Indonesia?
Mohamad Basyir Ahmad: Pekalongan Barat dan Selatan adalah wilayah penghasil batik terbesar di Kota Pekalongan. Pekalongan Utara tidak semua yang terkena rob, namun untuk bangunan tua heritage telah kita jaga. Printing atau sablon bukan merupakan batik. Limbah batik yang dimaksud adalah limbah printing bukan batik. Untuk batik sebenarnya Pekalongan telah memiliki cara dari salah satu pelaku batik (Faturohman) dengan mencipta-
Kami sepakat untuk dibentuk jejaring maka harus dikonkritkan. Penanganan mitigasi dan adaptasi telah dilakukan dengan gerakan peduli sadar lingkungan dengan penanaman 43.000 pohon oleh relawan. Tanpa anggaran APBD termasuk nasi dan minum. Pelibatan masyarakat dalam penanganan termasuk pelibatan abang becak, tukar sampah. Abang becak menukarkan sampah dengan sembako. Generasi muda sadar lingkungan. Terkait dengan sanitasi dengan duta sanitaso di sekolah-sekolah, momen mitigasi dan adaptasi dapat dilakukan sesederhana mungkin dan di area sedekat mungkin dan tidak dengan program yang tinggi. Adaptasi dan mitigasi
Laporan Nasional Sharing Workshop - Inisiatif Perencanaan dan Assessment Kota Pekalongan 15
Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) adalah dewan yang diketuai oleh Presiden Republik Indonesia dengan Wakil ketua Mentri Koordinator Bidang kesejahteraan Rakyat dan Mentri Koordinator Bidang Perekonomian dengan anggota para mentri. Tugas dari DNPI adalah : 1. Merumuskan kebijakan nasional, strategi, program dan kegiatan pengendalian perubahan iklim. 2. Mengkoordinasikan kegiatan dalam pelaksanaan tugas pengendalian perubahan iklim meliputi kegiatan adaptasi, mitigasi, alih teknologi, dan pendanaan. 3. Merumuskan kebijakan pengaturan mekanisme dan tata cara perdagangan karbon. 4. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi implementasi kebijakan tentang pengendalian perubahan iklim. 5. Memperkuat posisi Indonesia untuk mendorong Negara-Negara mau untuk lebih bertanggung jawab dalam pengendalian perubahan iklim. (untuk informasi lebih lanjut dapat diakses di http://adaptasi.dnpi.go.id/index.php/main_ind/home)
merupakan kebijakan yang concern dilakukan, sebagai contohnya adalah kebijakan ayo bersepeda (5 km) dan bersihkan sampah. Mohammad Basyir Ahmad: Jejaring akan dibentuk tidak hanya oleh kota-kota dengan lingkungan yang terkena dampak namun juga dengan kota-kota dengan lingkungan yang baik. Point penting dari tanya jawab kajian kerentanan Kota Pekalongan dengan partisipan antara lain: Bahwa dari workshop sosialiasi ini, Kota Pekalongan, Semarang dan Probolinggo ini setuju dan berharap akan dibentuk jejaring kota yang terkena dampak perubahan iklim di Indonesia. Dan sebagai informasi sebenarnya kita bersama tidak harus pesimis mengenai permasalahan perubahan iklim. Sebenarnya program CCCI ini merupakan program UN habitat yang diselenggarakan di kota Semarang, Solo dan Banjarmasin. Serta adanya program ACCCRN terdapat di Kota lampung dan Semarang. Untuk kegiatan CCCI di Indonesia tergabung dalam kota-kota Asia lainnya dan masih dalam program inisiasi dan akan terus berlanjut.
Laporan Nasional Sharing Workshop - Inisiatif Perencanaan dan Assessment Kota Pekalongan 16
3. BAGIAN 2 NATIONAL SHARING WORKSHOP
KOTA PEKALONGAN
Sesi 2: DISKUSI PANEL NASIONAL “Dalam 20 tahun mendatang jalan di Kota Pekalongan akan tergenang sebesar 1,5 km, sawah 20 tahun lagi akan tergenang 100 Ha, dan sebanyak 1.500 rumah akan tergenang sehingga harus dilakukan adaptasi secara komprehensif.”(Dr. Ir. Subandono Diposaptono, MEng, 2010)
A. Pengantar Diskusi Panel Nasional ini dilaksanakan pada sesi ke-dua dengan mengundang 3 orang national panelis. Diskusi panel dibagi dalam dua bagian: a). paparan dari masing-masing panelis yang kemudian dilakukan b). dialog bersama dengan partisipan dan diakhiri dengan c). kesimpulan oleh moderator. Moderator Holi Bina Wijaya, Ketua P5 UNDIP, Pengajar di Universitas Diponegoro, Pelaku Pengembangan Ekonomi Lokal Provinsi Jawa Tengah National Panelis Dr. Ir. Subandano Diposaptono, MEng Direktur Pesisir dan Lautan, Kementrian Kelautan dan Perikanan Dr. Ir. Donny Setiawan Kerjasama Seksi Lintas Wilayah Dirjen Pekerjaan Umum Fathcurohman Pelaku usaha Batik dan penasehat paguyuban Batik Kota Pekalongan.
B. Tujuan umum dan fokus kegiatan Diskusi ini memberikan gambaran dan tanggapan nasional akan perubahan iklim yang memberikan dampak pada berbagai sector kehidupan di Kota Pekalongan. Selain itu, diskusi ini untuk mengeksplor lebih jauh isu perubahan iklim terkait dengan perencanaan, pengambilan kebijakan, serta sector ekonomi sebagai mesin pertumbuhan suatu kota. Panelis menjelaskan apa yang dibutuhkan suatu kota baik penduduk, pemerintah pusat, daerah, sector industri dalam menghadapi perubahan iklim sebagai isu global saat ini. Pentingnya partisipasi dalam pembangunan sangat diharapkan sehingga dapat dirumuskan kebijakan yang le-
bih seimbang secara ekonomi, lingkungan dan tata ruang.
C. Diskusi Panel Panelis pertama, Dr. Ir. Subandono Diposaptono, MEng—Direktur Pesisir dan Lautan, Kementrian Kelautan dan Perikanan Ia mengemukakan bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukannya bersama dengan Kementrian Kelautan dan Perikanan Indonesia menunjukkan dampak perubahan iklim di Kota Pekalongan dan kota-kota daerah pesisir Utara Jawa sangat luar biasa. Pemanasan global terkait dengan 4 hal : perubahan suhu udara, sea level rise, pola angin, morfologi. o Suhu udara terjadi kenaikan 1,38 C/tahun di Kota Semarang. Air laut di Kota Pekalongan juga naik terkait dengan kenaikan air laut di Kota Semarang dan Jepara karena air laut tergabung dan bukan menjadi bagian yang terpisah. Untuk air laut terjadi kenaikan 5-10 ml/tahun di Indonesia, di Semarang kenaikan sekitar 7,74 ml/tahun. Melalui kajian dengan metode ISDF New Zealand maka Pekalongan termasuk dengan resiko tinggi dengan nilai 2-3. 0-1 rendah, 1-2 sedang, 2-3 tinggi. Jangkauan SLR Kota Pekalongan dalam 20 -100 tahun mendatang hingga 2,8 km. Jalan dalam 20 tahun mendatang akan tergenang sebesar 1,5 km. Sawah 20 tahun lagi akan tergenang 100 Ha (lihat lampiran presentasi Subandono Diposapto). Empat metode yang dapat dilakukan oleh kota sebagai strategi ketahanan terkait dengan perubahan iklim antara lain : 1). Akomodasi : ditinggikan; 2). Proteksi : membangun tembok
Laporan Nasional Sharing Workshop - Inisiatif Perencanaan dan Assessment Kota Pekalongan 17
Empat point penting yang harus disadari oleh suatu kota adalah : 1. Apabila kita bertindak dan ada bencana maka kita mengurangi dampak yang terjadi. 2. Apabila bila kita bertindak dan tidak ada bencana maka kita memperoleh keuntungan. 3. Apabila kita tidak bertindak dan ada bencana maka terjadi musibah. 4. Kita tidak bertindak dan tidak ada bencana maka tergantung pada keberuntungan. Oleh karena itu diperlukan upaya dari kita semua supaya generasi penerus tidak mengalami permasalahan. (Dr. Ir. Subandono Diposaptono, MEng ,2010)
Panelis kedua Dr. Ir. Dony J Widiantoro MSc - Dirjen Dr. Ir. Dony J Widiantoro MSc memulai diskusi dengan pertanyaan : “Bagaimana sebetulnya ancaman perubahan iklim yang telah nyata terjadi dan telah kita rasakan?” Dari 70% kota kita ada di pesisir secara historis hunian permukiman ada di daerah pesisir terkait dengan aksesibilitas dan ini menjadi persoalan kita ke depan. Tiga point penting yang digarisbawahi Dr. Ir. Dony J Widiantoro MSc dalam penjelasannya adalah : 1. Pentingnya strategic planning Paradigma perencanaan Indonesia sudah seharusnya berubah dari perencanaan komprehensif ke strategic planning. Secara global, Indonesia harus menangani hal-hal yang benar-benar strategic dalam 10-20 tahun mendatang. Salah satunya pendekatan yang menggabung SWOT dan SPASIAL ANALYSIS atau SWOT SPASIAL. Kekuatan suatu daerah harus ditingkatkan. Contohnya, strategi yang dibutuhkan Kota Pekalongan sebagai kota Batik adalah mencari diversifikasi dengan perubahan mata pencaharian sebagai salah satu upaya adaptasi. Itu juga menjadi perlu kita pikirkan dalam 20 tahun kedepan untuk kota-kota Pantura. 2. Eco region Pendekatan eco region dijadikan sebagai salah strategi pendekatan dengan tidak melihat secara terpisah satu sama lain. Dalam konteks eco region ini perlu adanya matrik rencana, dampak yang terjadi tidak hanya di hilir dan hulu dengan melihat karakteristik wilayah hulu dan hilir. Pendekatan secara sistematis tidak hanya yang bersifat fisik tetapi juga intangible. Harus ada penanganan software, brainware/ organware dan hardware di tiga tataran tadi.
3. Manajemen Resiko Ada ancaman dan vulnerability. Dimana hazard tidak bertemu dengan vulnerability maka terjadi bencana. Apabila perubahan iklim terjadi di perkotaan maka akan terjadi bencana sedangkan bila terjadi di daerah hutan maka dirasa sebagai fenomena alam biasa. Pertanyaan mendasar untuk perencanaan Kota Pekalongan: 1. Apa yang harus kita selamatkan dari Pekalongan? 2. Dimana kita tidak boleh membangun? Kawasan pantai sudah sebaiknya untuk dikembalikan fungsi lindungnya. (Dr. Ir. Dony J Widiantoro MSc, 2010)
Panelis ketiga, Fatchurohman - Penasehat Paguyuban Batik Pekalongan Fatchurohman sebagai panelis ketiga memberikan gambaran bagaimana batik Pekalongan mengalami tantangan perubahan iklim saat ini. Batik adalah kosmopolis product, produk yang sudah international dari zaman dahulu yaitu zaman VOC hingga saat ini yaitu eksisting dengan produk-produk tradisional. Tantangan batik saat ini adalah 1). perubahan iklim, 2). transfer teknologi dari produk tradisional ke produk printing, 3) masuknya produk batik impor baik legal maupun illegal, 4). pengakuan batik dari negara lain. Disadari atau tidak, batik adalah identitas bangsa Indonesia yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dan dinyatakan oleh UNESCO sebagai intangible heritage. Pengakuan ini sangat
Laporan Nasional Sharing Workshop - Inisiatif Perencanaan dan Assessment Kota Pekalongan 18
“Disadari atau tidak, Batik adalah identitas bangsa Indonesia yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dan dinyatakan oleh UNESCO sebagai intangible heritage. Pengakuan ini sangat menghargai eksistensi batik Indonesia tidak hanya menjadi Kota Pekalongan saja. ” (Fatchurohman, 2010)
menghargai eksistensi batik Indonesia tidak hanya dan membuat ‘malu’ Kota Pekalongan dan wajah menjadi Kota Pekalongan saja. Bayangkan tanpa Indonesia. Dengan pembuangan limbah yang tibatik Indonesia barangkali tidak akan sedak dikelola maka akan merubah wajah kota sempurna saat ini untuk menyebut batik adalah Pekalongan dan Indonesia. batik Inonesia. Batik adalah produk yang penuh filosofi, penuh D. Diskusi dan Tanggapan dari Partisipan citarasa, kearifan lokal. Dimana batik ini tidak hanya dilihat dan dapat dirasakan secara ekono- Kemal Taruc– UN Habitat mis oleh masyarakat batik Pekalongan. Kemal Taruc berpendapat Perubahan iklim juga menggangu dan mengurangi bahwa tidak cukup pendekatan produktivitas batik di Pekalongan. Penekanannya eco region namun diperlukan bahwa eksistensi batik di Pekalongan adalah satu perencanaan dari skala rebentuk kekuatan sosial ekonomi Pekalongan yang gional dan nasional karena isu secara tradisional turun menurun seperti seorang ini adalah global isu dengan petani dengan cangkul dan tanahnya yang tidak tidak hanya dibatasi dengan serta-merta mudah direlokasi. batas negara namun diperlukan kerjasama antar negara. Dan terdapat pula “Eksistensi batik di Pekalongan adalah satu bendewan nasional perubahan iklim di skala nasiontuk kekuatan sosial ekonomi Pekalongan yang secara tradisional turun menurun seperti seorang al2) (dewan yang dibentuk dibawah presiden denpetani dengan cangkul dan tanahnya yang tidak gan anggota mentri-mentri). Dengan pengalaman serta-merta mudah direlokasi. “(Fatchurohman, kota-kota Banjarmasin, Pekalongan, kita seharus2010) nya melakukan sesuatu melalui aplikasi langsung. Saat ini terdapat jejaring di 30 kota di Asia Pasifik Batik tradisional adalah the mother of industrial dan seiring dengan pertemuan ADM Job perubabatik printing. Namun permasalahan sekarang han iklim juga masuk dalam agenda pembahasan. adalah tidak adanya inkonsistensi/ ketidakseimDengan gerakan dari UN Habitat, GTZ, Mercy bangan bahwa limbah yang dikeluarkan antara Corps dan kerjasama dengan pihak di lapangan batik printing berbeda dengan batik tradisional. seperti perguruan tinggi, pemerintah pusat, Batik tradisional sangat historis dan tidak pernah daerah mencoba mencari solusi dengan bijakmempengaruhi sungai-sungai di Kota Pekalongan sana, berani secara cerdas dan harus dihadapi. karena proses dan mekanisme produksi sangat Misalnya memang diperlukan strategi relokasi ramah lingkungan dan memenuhi prosedur teknis karena dampak yang begitu dasyat maka harus yang dilakukan. Sedangkan batik printing adalah dilakukan tergantung dengan perhitungan dan satu produk yang limbah akhirnya adalah senilai bagaimana mengkomunikasi dan usulan kepada dan sebangun dengan pewarna yang digunakan masyarakat. pada awal proses produksi. Pembuangan limbah Ia mengungkapkan empatinya kepada pengusaha printing akan mengganggu ekosistem yang ada sector perikanan dan batik di Pekalongan. Bila Laporan Nasional Sharing Workshop - Inisiatif Perencanaan dan Assessment Kota Pekalongan 19
bersifat kronis, pelan namun pasti dan dibutuhkan perencanaan dengan jangka panjang untuk mengatasinya. Dr. Ir. Dony J Widiantoro MSc Dalam konteks local plan dan juga harus memperhatikan eksternal kebijakan. Namun dalam konteks local jangan hanya membuat program rutin. Fatchurohman Perubahan mindset diperlukan untuk sadar lingkungan. Misalnya dengan pembinaan sadar lingkungan dari keluarga sebagai lingkungan terdekat. dilihat dari segi ekonomi usaha, apabila kebijakan harus memindahkan lokasi usaha dan akan memberikan dampak yang lebih baik, maka seharusnya kebijakan dapat direncanakan oleh pemerintah dengan baik. Anang Wahyu Sejati– UNDIP Anang menekankan bahwa pengendalian peman-
faatan ruang di wilayah pesisir juga sangat penting dan jangan terlalu fokus dengan perubahan iklim saja. Seperti contohnya di Kota Semarang, SLR dengan penurunan muka tanah justru lebih besar penurunan muka tanah. Di Jakarta, penurunan muka tanah hingga 20 cm dibandingkan dengan kenaikan muka air laut yang hanya beberapa milimeter. Namun sebenarnya yang diperlukan juga adalah pengendalian pemanfaatan ruang di daerah pesisir. Apabila perubahan iklim dapat ditanggulangi namun penurunan muka tanah terus terjadi maka tetap terjadi rob dan bencana yang harus kita sadari bersama. Jadi kita tidak hanya menyoroti perubahan iklim yang memberikan dampak namun pengendalian penataan ruang juga harus diperhatikan karena akan memberikan dampak yang semakin meluas jika dikaitkan dengan perubahan iklim.
Isu-isu yang muncul : Diperlukan jejaring antar kota-kota di Indonesia baik yang saat ini telah terkena dampak maupun kota-kota dengan prestasi pembangunan lingkungan yang baik. Tujuan pembentukan jejaring ini adalah sebagai wadah pembelajaran bersama antar kota terhadap strategi penanggulan dampak perubahan iklim. Perlu adanya dukungan dari pihak donor seperti UN HABITAT, GTZ, Mercy Corps dan lembaga donor lainnya serta komitmen dari pemerintah pusat dan daerah untuk mengatasi isu perubahan iklim. Perubahan iklim adalah isu global yang tidak hanya menyangkut satu wilayah saja namun seluruh negara tanpa batasan wilayah. Perubahan iklim saat ini memang terjadi dan nyata dirasakan oleh seluruh pihak, dan bersifat pelan namun pasti. Pengendalian pemanfaatan ruang sangat diperlukan guna mengurangi dampak perubahan iklim sehingga tidak meluas. Perubahan konsep perencanaan dari perencanaan kompresif menuju perencanaan strategic yang lebih aplikatif.
Tanggapan dari para panelis: Dr. Ir. Subandono Diposaptono, MEng Ketiga elemen, manusia, iklim dan pembangunan harus diperhatikan secara seimbang dan jangan menyepelekan perubahan iklim. Perubahan iklim Laporan Nasional Sharing Workshop - Inisiatif Perencanaan dan Assessment Kota Pekalongan 20
4. PENUTUP NATIONAL SHARING WORKSHOP
Sebagaimana telah diagendakan Nasional Sharing Workshop yang dilaksanakan sehari penuh telah dapat menjelaskan kepada para partisipan bagaimana Kota Pekalongan, bagaimana perubahan iklim memberikan dampak kepada sendi-sendi kota Pekalongan yang secara khusus disampaikan oleh Walikota Pekalongan dan perwakilan pemerintah daerah Kota Pekalongan. Selain itu para partisipan juga mendapatkan informasi bagaimana proses dan metode yang digunakan dalam melakukan penilaian secara cepat dampak perubahan iklim di Kota pekalongan, dalam hal ini adalah tim P5 UNDIP. Video dan poster juga pameran foto telah dijadikan media pemaparan yang telah cukup efektif bisa memberikan gambaran secara visual tentang kondisi di Kota Pekalongan yang terdampak perubahan iklim. Masalah telah diketahui, tentu saja selanjutnya adalah bagaimana memecahkannya. Beberapa strategi telah disusun oleh Kota Pekalongan untuk mengatasi perubahan iklim ke depan. Mengingat di satu sisi dampak perubahan iklim memberikan ancaman yang besar bagi sebagian besar masyarakat namun disisi lain harus diakui bahwa pemerintah daerah dalam hal ini pemerintah kota Pekalongan memeiliki keterbatasan sumberdaya dalam mengatasinya. Jejaring dan komitmen untuk mengatasi permasalahan secara bersama-sama merupakan langkah yang harus dilakukan diawal untuk bisa mengatasi kekurangan tersebut. Untuk itu kedepan, diperlukan workshop tingkat nasional utnuk membentuk jejaring dan komitmen bersama merencanakan dan menyusun strategi bersama yang melibatkan seluruh pihak mulai dari level lokal maupun pusat, mulai dari sector publik hingga sector pusat serta lembaga-lembaga dan pemerintah utuk dapat berbagi peran dalam mengatasi masalah perubahan iklim. Agar masalah tidak selamanya menjadi masalah.
Laporan Nasional Sharing Workshop - Inisiatif Perencanaan dan Assessment Kota Pekalongan 21
5. LAMPIRAN NATIONAL SHARING WORKSHOP
Kota Pekalongan: Di Tengah Tantangan Perubahan Iklim
Kerangka Kerja CCCI Pekalongan
Hasil Kajian Kerentanan Perubahan Iklim Kota Pekalongan
Dampak Perubahan Iklim terhadap Pesisir Pekalongan
Daftar Hadir Undangan
Laporan Nasional Sharing Workshop - Inisiatif Perencanaan dan Assessment Kota Pekalongan 22
Kota Pekalongan: Di Tengah Tantangan Perubahan Iklim Oleh: Dr. H. Mohamad BasyirAhmad
KOTA PEKALONGAN: di Tengah TantanganPerubahanIklim
Dr. H. MohamadBasyirAhmad WalikotaPekalongan
Keynote Speaker National Sharing Seminar Crowne Plaza Hotel Jakarta 2 Desember 2010 0
1
2
3
4
5
6
7
Overview Kota Pekalongan
109°38’00’ BT
109°40’00’ BT
109°42’00’ BT
L A U T
J A W
A
06°51’00’ LS
PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN DINAS PENATAAN KOTA DAN LINGKUNGAN HIDUP SUP RAT MAN
KOTA PEKALONGAN JL.
WR
KEL. KAN DANG P AN JAN G KEL. BAND EN GAN KEL. P ANJAN G BARU BAN
GSA
ga
KEL. P ANJAN G WET AN
Kant or Camat Pekalong an Utara
n
lan Sibu
MA
Kali
JL
. KUSU
lon ka li Pe Ka
KE L.PANJANG WET AN
Wil. Ka b. Pkl (Desa Jeruksari)
W il. Kab. Pkl ( Desa Jeruk sa ri)
KEL. KRAP YAK LO R
BANG SA
KAB. PEKALONGAN etan
KUSU MA
KEL.KRATON KID UL
Sud
JL.
TENTA RA JL.
KE L. PABEAN
KEL. KRATO N LOR
KEL. D UKUH JL.
GOR ONE DIP
JL. SULTAN AGUNG
R
NCI Jl. KERI
MANSU
HTERATA I
JL.
PATTIMURA JL. KAPTEN
M ASHARI JL. KH HASYI
Kali Banger
DEWANTOR O
COKROA MINOTO JL. HOS
HAJAR
gan
JL. KI
alon i Pek Kal
COKROAM I NOTO JL. HOS
I SKANDARDIN ATA
Ba ng
er
JL. OTTO
JL. PELITA IV
Ka li
Kali Pekalongan
I
DAHLAN
KEL. KURIP AN LOR KE L. SO KO JL. PELITA III
KEL. BANYUUR IP ALIT
JL. GATOT SUBROTO
JL. TEGALREJO -BUMIREJO
JL. AKHMAD
SALIM
JL. MADURA JL. DARMA BAKTI
JO SUMO HAR URIP
SUMO HARJ O JL. JL .
KEL. KRAD ENAN
II
KEL. BAN YUURIP AGE NG
KEL. JEN GG OT
JL. AMPERA
KE L. KURIP AN KID UL
KEL. D UW ET
JL. OTTO
KEL. KERTO HARJ O
ISKANDARDINATA
Ke Kajen
06°55’00’ LS
Kali Pekalongan
7
JL. H. AGUS
Jl.. IRIAN
RJO SUMOHA J L. URIP
JL. PARKIT
URIP
JL. PARKIT
KEL. YO SOR EJO
INOTO OAM COKR
6
Ke Semarang KEL. BAROS
JL. IR. SUTAMI
HOS
5
JL. D R SUTOMO
KEL. S OKO REJO
JL.
4
KEL. KARANGM ALAN G
KE L. LAN DUN GS ARI
JL. PELITA V
3
IV
APTO SUPR
2
ITA
EN LETJ
1
PEL
KAB. BATANG
JL.
0
4 Kecamatandan 47 Kelurahan Luaswilayah: 45,25 Km2 Garispantai 6,15 Km Ketinggianwilayah 1-6m
JL. KH WAHID HASYIM
MAS
J L. SRIWIJAYA
JL. KH
Jl. KALIMANTAN
JL. AKHMAD DAHLAN DAHLAN JL. AKHMAD
ITA
JL. BUDI BAKTI
PEL
Ke Semarang
JL. A YANI
JL.
JL. PELITA
JL.
• • • •
INI
KEL. P RING LAN GU
JL. DR SETIABUDI
KEL. KE BU LE N
JL. KA JL. RYA BHAKTI KARYA BA KTI
II
KE L. GAMER
KEL. N OYON TAAN
SUDIRMA N
KEL. M ED ON O
KEL. BUM IREJO
JL. D R WAHIDIN
KART
JL. BINA GRIYA
KEL. BUARAN
SARKORO
KE L. DEKO RO
J L.
S UROPATI
JL. PELITA
JL. KI MANGUN
gan
JL. JEND.
I
JL. SERUNI
KEL. P ON CO L
Kanto r C am at Pekalong an Timu r
KEL. SAPU RO
KE L. PO DO SUG IH JL. WILIS
KE L. TEGALREJ O
JL. SERUNI
KEL. KEP UTRAN
JL. JAWA
Jl. SUMATE RA
JL. MAJAPAHIT
JL. PELI TA
i
alon
wes
Pek
Sula
JL. TONDANO
Kali
Jl.
JL. MELATI
JL. DR CIPTO
KEL.KAU MAN
KEL. KERG ON
JL. CEMPAKA
JOL
JL. BANDUNG
JL. HAYAM WURU K
JL. SLAMET
JL. UNTUNG
KEL. D EGAYU
Wi layah KEL . KRAPYAK KIDU L
KEL. KLEG O
JL. SALAK
JL.
EKA MERD
STAS IUN KA
KEL. BEN DAN
KEL. T IRTO
S
BON
45 JL.
JL. MANGGI
IMAM
JL. ANGKATAN
JL. PERINTIS KEMERDE KAAN
JL. TEUKU UMAR
Kali Meduri
JL. SUTAN SYAHRIR
KEL. KRAMATS ARI
JL. GAJAH MADA
Ke Jak arta
06°53’00’ LS
KE L. SUG IHW ARAS
KEL. SAM PAN GAN
JL. KEMAKMURAN
JL. HASANUDDIN
Kant or Camat Pekalon gan Barat JL. BAHAGIA
KEL. KRAPYAK KID UL
O
KEL.D UKUH
KEL. KRATON KID UL
JL. AMD KRAMATSARI
KEL. P AS IRSARI
Kali Bang er
WR.
PELA JAR
SUPR ATMA N
JL.
Kali
Kali Pekalongan
KEL. DUKUH
KAB PEKALONGAN JL. JL.KUSUMA
ADI
SUC
IPTO
ATMAJA
Ke Warungasem
KAB BATANG
U TA R A
Penduduk, Ekonomi, danEkologi Kota • PendudukTahun 2009: 276.158 Jiwa 134.332 dan P: 141.826)
(L:
• APBD 2010: Rp. 406.2 M • Pert. ekonomi 2009: 4,75% (Nas. 6,2%) • Ekonomi: bergantungpadaindustri batik disampingsektorkelautan • Eksosistem: Aliransungaidi Kota Pekalonganmemilikikoneksidenganekosis temPegununganDieng yang jauhdiselatankota. 0
1
2
3
4
5
6
7
Visi Kota Pekalongan 2010-2015 “Terwujudnya Kota Jasa yang Berwawasan Lingkungan menuju Masyarakat Madani Berbasis Nilai-nilai Religiusitas”
0
1
2
3
4
5
6
7
UnsurVisi JASA
BERWAWASAN LINGKUNGAN
Ekonomi berbasis kreativitas, inovasi, pengetahuan, keahlian, pelayanan, etika, dan etos kerja yg tinggi
Kota yang Lestari, nyaman, berdaya dukung dan berkelanjutan, bagi generasi sekarang maupun generasi yang akan datang.
KOTA PEKALONGAN
0
MASYARAKAT MADANI
RELIGIUSITAS
Masyarakat yang sejahtera, maju, berdaya, mandiri dan beretika dalam menjalankan dan mengatur kehidupan bersama.
Keseimbangan antara kemajuan di bidang material dengan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan masyarakat
1
2
3
4
5
6
7
Misi Kota Pekalongan 1. 2. 3. 4. 5.
6. 7. 8. 9.
0
1
Mengembangkan potensi ekonomi daerah dengan mendorong masyarakat berwirausaha. Mengembangkan infrastruktur dan embangun kerjasama antar daerah. Mengutamakanpendidikan yang berbudipekerti, bermutu, relevandanterjangkau. Meningkatkanderajatkesehatanmasyarakatdanpengelolaankeluargaberencana. Mengembangkankelembagaandanpendidikankeagamaan. Percepatanpenaggulangankemiskinanberbasispartisipasimasyarakat. Meningkatkandayadukungdankelestarianlingkungan. Mewujudkan kesetaraan dan keadilan. Reformasibirokrasiuntukmewujudkanpemerintahandaerah yang amanah.
2
3
4
5
6
7
PerubahanIklimsebagaiTantangan yang PengaruhiPencapaianVisi Kota • • • • • 0
1
Sea Level Rise (SLR) dan Rob Banjir Ancamanbagisektor batik Pertambakandanperikanan Air bersih 3
3
4
5
6
7
Rawan Banjir
Rawan Banjir
Rawan Rob
0
1
3
3
4
5
6
7
Rob, banjir, musim yang takmenentusebabkanupayapencapaianvisikotasemakinberat, karenasektorekonomi (batik, perikanan, pertanian, dll), infrastruktur, kesehatanterkenadampak. PemkotPekalonganBERKOMITMENuntukmengatasimasalahmasalhini. 0
1
3
3
4
5
6
7
KajianCepatPerubahanIklim
0
•
Pelaksanaan CCCI (Cities and Climate Change Initiative) di Kota Pekalongan, sejakpertengahan 2010.
•
CCCI merupakansalahsatu agenda UN-Habitat untukmembantukotadalammenghadapiperubahaniklimmenujuvisikotadanurbanis asi yang berkelanjutan(sustainable cities and urbanization).
•
CCCI dilaksanakandibeberapakotadi Africa, South America, Asia, dan Pacific. Kota Pekalongan, menjadisalahsatukota pilot CCCI di Indonesia.
•
Kota Pekalonganterpilihsalahsatunyakarena Kota Pekalongansangatprogresifdalamupayapengelolaankota. Padatahun 2008 Kota Pekalongantelahmewakili Indonesia meraihGood Practices Dubai International Award for Best Practices to Improve Living Environmentmewakili Indonesia memperingatihari Habitat Dunia. Kota Pekalonganjugamenjadi 10 kota Indonesia peraihnominasiMDGs award.
1
3
3
4
5
6
7
PeranKajianCepatPerubahanIklimbagi Kota Pekalongan • Membantuberikanbuktitentangperubahaniklimsecaralokal • Memberikandeskripsiatasdampakdansektor-sektor yang terkenadampakperubahaniklim • Membantuberikanorientasispasialdampakdanpotensinyakedepan • Hasilkanstrategiketahanankotasebagaistrategikomplementerdalamme ndukungpembangunandanpencapaianvisikota • Kajiandampakdanusulanstrategidapatmenguatkandanmempermudah pengambilandanpenjabarankebijakanpemerintahdaerah • Mendorongmunculnyakebijakanpembangunankota yang inovatif (jikaditambahdengankomitmen) 0
1
3
3
4
5
6
7
Pembangunan Kota yang Inovatif&Berkelanjutan • Mengutamakankepentinganmasyarakat – pro poor, pro job, pro growth, dan pro environment • Menjaminkeberlangsungantulangpunggungperekonomiank ota • Responsifterhadapdampaklingkungansaatini yang akansemakindiperparahdgnperubahaniklim: – Penanganan Rob danPenataanSistemDrainase Kota – PenangananPesisir Kota Pekalongan – Pemenuhan air bersihdarisumber air permukaandanpenangananlimbah 0
1
3
3
4
5
6
7
DukunganbagiStrategiImplementasi • KomitmenPemerintahKota: – Siapmenjadilaboratoriumpembangunan
• Partisipasimasyarakat • Partnership Pemerintah Kota dengan: – PemerintahPusat – Lembaga donor – Sektorswasta
• FasilitasidariPemprov: – Penyelesaianpermasalahanlintaswilayah 0
1
3
3
4
5
6
7
TERIMAKASIH
0
1
3
3
4
5
6
7
Kerangka dan Proses Penilaian Kerentanan dan Ketahanan di Kota Pekalongan Oleh: Rukuh Setiadi
P5 UNDIP
Kerangka dan Proses Penilaian Kerentanan dan Ketahanan di Kota Pekalongan Rukuh Setiadi National Sharing Seminar: Inisiatif Perencanaan dan Assessment Kota Solo dan Pekalongan Cities and Climate Change Initiative (CCCI) Crowne Plaza Hotel, 2 Desember 2010
Pokok Presentasi
• Tujuan penilaian • Kerangka Studi Kerentanan di Kota Pekalongan • Proses dan metodologi • Tantangan dan pembelajaran
P5 UNDIP
Tujuan Penilaian Kerentanan dan ketahanan Kota Pekalongan • Mengkaji pengaruh perubahan iklim terhadap kondisi fisik dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat • Menggali kerentanan perubahan iklim berbasis pada pengetahuan masyarakat dan stakeholders kota • Memberikan informasi kerentanan secara cepat pada pengambil kebijakan di tingkat kota • Membangun strategi ketahanan perubahan iklim pada tingkat kota
P5 UNDIP
Kerangka Kerja Penilaian Kerentanan dan Ketahanan Kota Pekalongan Pemetaan Kerentanan Tingkat Lingkungan (Kelurahan Pabean)
Rencana Aksi Ketahanan Tingkat Lingkungan
Lingkungan
Kota
Identifikasi Spasial Kerentanan dan Ketahanan Tingkat Kota
Strategi Ketahanan Kota
National Quick Scoping (NQS)
P5 UNDIP
Seminar Diseminasi
Metodologi Penilaian Kerentanan Tingkat Kota: Tingkat Lingkungan: • • • •
Survey Kuesioner RT Observasi Kelurahan In-depth interview Pertemuan warga dan tomas (FGD)
Pengolahan: • Kuantitatif: ranking, rasio, percentse, dan SIG • Kualitatif: catatan lapangan
• • • • •
Survey sekunder: kompilasi riset perubahan iklim yang telah ada dan data statistik Participatory based hazard mapping Stakeholder workshop (FGD) Observasi aspek prioritas Indepth interview
Pengolahan: • Trend analysis
P5 UNDIP
Metodologi Pegembangan Strategi Ketahanan Tingkat Kota: Tingkat Lingkungan: Community Action Plan (CAP)
Participatory based stakeholder workshop Up-scaling
Rencana Adaptasi Ide Adaptasi+ Ketahanan
Ide Adaptasi + Ketahanan
Pemetaan Kerentanan
Respon Stakeholder
Respon Masyarakat
Strategi Ketahanan
Pemetaan Kerentanan
P5 UNDIP
Pemetaan Kerentanan Lingkungan
Rencana Aksi Ketahanan Lingkungan (CAP) P5 UNDIP
Proses: Participatory Hazard Mapping
P5 UNDIP
Workshop Strategi Ketahanan Kota
Output participatory-based stakeholder workshop di tingkat kota untuk strategi ketahanan kota
P5 UNDIP
Tantangan Penerapan Metodologi • Penyusunan kuesioner yang sederhana sehingga mudah dimengerti oleh awam • Keterlibatan fasilitator lokal; Mobilisasi personel scr masal untuk hasil yang cepat • Kreatif: mengkombinasikan berbagai pendekatan untuk menganalisis kondisi di tingkat lingkungan dan kota terkait perubahan iklim • Pengembangan pertanyaan kunci pada saat CAP dan participatory stakeholder workshop sangat kritis • Perlu dukungan dan koordinasi yang intensif dengan pemerintah kota serta dukungan pimpinan daerah P5 UNDIP
Tantangan Perumusan Strategi Ketahanan • Menemukan strategi yang sesuai dengan kriteria ketahanan • Bisa menyelesaikan beragam kerentanan (multiple vulnerabilities) secara simultan • Peluang kolaborasi stakeholder pembangunan • Secara cepat dapat dirasakan manfaatnya (maksimal 5 tahun) • Dapat menyelesaikan masalah dlm jangka panjang P5 UNDIP
Pembelajaran • Tidak semua stakeholder awalnya menyadari tentang perubahan iklim
• Dampak perubahan iklim diperparah dengan kurang memadahinya manajemen terhadap proses urbanisasi yang cepat di tingkat kota • Kenyataan sosial dan ekonomi di tingkat lingkungan (grass root) – misalnya rendahnya kesadaran masyarakat dalam memelihara drainase, pengelolaan sampah, dsb memperumit dampak perubahan iklim P5 UNDIP
Pembelajaran • Adaptasi yang ada sebenarnya sudah banyak hanya implementasinya perlu dioptimalkan lagi • Banyak adaptasi yang telah dilakukan sebelumnya, namun masih berorientasi jangka pendek dan ciptakan eksternalitas bagi kelompok masyarakat lain • Perlunya mengembangkan kriteria ketahanan yang lebih berorientasi jangka panjang namun bisa dicapai dalam waktu yang tidak terlalu lama
P5 UNDIP
Terima Kasih
P5 UNDIP
Kerentanan Dan Strategi Ketahanan Kota Pekalongan Terhadap Perubahan Iklim Oleh: Sri Ruminingsih, SE, MSi
KERENTANAN DAN STRATEGI KETAHANAN KOTA PEKALONGAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM
Sri Ruminingsih, SE, MSi
National Sharing Seminar Crowne Plaza Hotel Jakarta 2 Desember 2010 0
1
2
3
4
5
6
7
Outline Presentasi • • • • • •
0
1
FiturPerubahanIklimdi Kota Pekalongan Kerentanan AdaptasiMasyarakat Upaya yang telahdilakukanPemerintah StrategiKetahanan Kota Pekalongan TantanganPenangananPerubahanIklimdi Tingkat Kota
2
3
4
5
6
7
Temperatur
Temperaturmeningkatsebesar 0,62 derajat C ataumeningkat 0,02 derajat C per tahun 0
1
2
3
4
5
6
7
CurahHujan • Polacurahhujanhampirsama
• Padatahun 1980, musimkemarauhanyadibulanJuli • Padatahun 2007, musimkemarauterjadipada Mei-Sept • Musimkemarausemakinpanjangdi Kota Pekalongan • Sebaliknya, padamusimbasahintensitascurahhuja nmeningkatsecarasignifikan, khususnyadibulan Nov dan Des. Puncakcurahhujanbisamencapai ≥ 500 mm yang sebabkanbanjirdi Kota Pekalongan 0
1
2
3
4
5
6
7
Daerah Rawan Genangan SLR, Kota Pekalongan
0
1
2
3
4
5
6
7
Daerah Rawan Genangan SLR 16Cm, Kota Pekalongan
0
1
2
3
4
5
6
7
Daerah Rawan Genangan SLR 32Cm, Kota Pekalongan
0
1
2
3
4
5
6
7
Daerah Rawan Genangan SLR 48Cm, Kota Pekalongan
0
1
2
3
4
5
6
7
Daerah Rawan Genangan SLR 64Cm, Kota Pekalongan
0
1
2
3
4
5
6
7
Daerah Rawan Genangan SLR 80Cm, Kota Pekalongan
0
1
2
3
4
5
6
7
Jarak Genangan SLR 80Cm dan Profil Topografi, Kota Pekalongan
0,95 km
A
2,01 km
1,63 km
B
B
A
Kerentanan Kota Pekalongan
0
1
2
3
4
5
6
7
KERENTANAN 1: Areal PertanianSawah
0
1
2
3
4
5
KERENTANAN 2: Areal BudidayaPerikanan
6
7
KERENTANAN 3: KontaminasiSumber Air BersihMasyarakatdanJaringan PDAM
0
1
2
3
4
5
6
7
KERENTANAN 4: PemukimanPadatdenganSanitasi yang TidakMemadahi
KERENTANAN 5: Industridan Usaha Batik
0
1
2
3
4
5
6
KERENTANAN 6: Fasilitas Pendidikan dan Kesehatan
7
KERENTANAN 7: BangunandenganStandarTeknisRend ahdiLintasanAnginRibut
0
1
2
3
4
5
6
7
KERENTANAN 8: Wilayah yang Didominasi dengan Kepala Keluarga Nelayan
KERENTANAN 9: FasilitasPersampahandan TPA Sampah
0
1
2
3
4
5
6
KERENTANAN 10: Area RekreasiPublik
7
AdaptasiMasyarakatatasPerubahanIklim • Peninggianrumahdanhalaman • Peninggianjalandanjalanmasuk rumah • Peninggianpematangtambak • Beralihpadabudidayarumputla ut • Mengubahsawahmenjaditamb ak • Air sumuruntukmencuci • Pembelian air minum
0
1
2
3
4
5
6
7
• Pembuatansumurartesis • Komposting • Buruh batik menggunakansepatukaretuntu kbekerja • Pengoperasianpompapadasaat banjirdangenangan • Naptoldan Porches • Penanaman mangrove • Kerjabaktibulanan • Medapatkanpinjaman • Beralihmatapencaharian
AdaptasiMasyarakat
0
1
2
3
4
5
6
7
AdaptasiPemerintah (TelahBerjalan) • • • • • • • • • •
Pembangunan pintu air Irigasipemisah air asindantawar Proyekpadatkarya PAMSIMAS Pembangunan rumahsusunsewa Perbaikanrumahutkkel. miskin Peremajaansanitasi Perbaikansalurandrainaselingkun gan Pemb. WC umum Pembangunan IPAL Batik komunal
• • • •
• •
• 0
1
3
3
4
5
6
7
Peninggiansekolah&fas. kesehatan Pemindahanlayananpuskesmaspemb antukeindukpadasaatbanjir Pembentukan SATLAK PB Bantuankorbandari Dana Taktisgunapembelian material bangunan Proyeksimusimbulanandari BMG untuknelayan Training untukanakputussekolahdarikeluargan elayan Pembangunan IPAL danpompanisasiuntukpembuanganli mbahcair TPA
Adaptasi yang PernahdilakukanPemerintah
0
1
3
3
4
5
6
7
UsulanbagiKetahananKota Pekalongan Perbaikan pintu air, peninggian fasilitas pendidikan dan kesehatan,perbaikan saluran, normalisasi sungai, peninggian lokasi homeindustry,pembuatan IPAL, Pemurnian sumber air bersih, pemeliharaan jaringa air bersih
0
• Penataan Drainase Kota
Penghijauan, alternatif ekonomi bagi masyarakat, pendidikan lingkungan bagi masyarakat
• Pemulihan Ekosistem Mangrove
Permudah akses pinjaman usaha, pendampingan usaha pada industri batik, pengurangan pemakaian bahan kimia.
• Pengembangan Ekonomi Lokal
1
3
3
4
5
6
7
KeterkaitanStrategiKetahanan&Kerentanan Kota Penataan Drainase Kota
• Atasi dampak SLR di areal persawahan, tambak, dan kontaminasi air • Atasi banjir dan genangan di permukiman, sarana pendidikan, kesehatan, dan tempat usaha batik
Pemulihan Ekosistem Mangrove
• Atasi abrasi di areal pertambakan, kaw. wisata pantai, dan TPA • Atasi penurunan produktifitas di sektor budidaya perikanan • Atasi kelompok rentan: masyarakat miskin perkotaan, buruh dan pekerja,kelompok perempuan, serta nelayan • Tingkatkan daya saing ekonomi dan usaha masyarakat
Pengembangan Ekonomi Lokal 0
1
3
3
4
5
6
7
KeterkaitanStrategiKetahanan&Visi Kota
STRATEGI PEMBANGUNAN
STRATEGI KETAHANAN PERUBAHAN IKLIM
• RPJMD • Program Tribina • dll
0
1
3
3
• Penataan Drainase Kota • Pemulihan Ekosistem Mangrove • Pengembangan Ekonomi Lokal
4
5
6
7
VISI KOTA PEKALONGAN • Kota Jasa • Kota Berwawasan Lingkungan • Masyarakat Madani • Berbasis nilai religiusitas
TantanganPenangananPerubahanIklimdi Tingkat Kota • Bagiamanamenentukanprioritaskanpenangananpadabe berapasektorstrategis yang terkaitdenganperubahaniklim – Perlunyamemahamidampakdankerentanan
• Perlusinergiskansumbersumberpendanaanditingkatbagiimplementasi • Komitmendankeberlanjutan program penanganan 0
1
3
3
4
5
6
7
KomitmenPemerintah Kota dalamPenangananPerubahanIklim DOKUMEN RENCANA TERSEDIA: • • • • • • •
0
AKSI SEDANG BERJALAN:
Masteplan Drainase Kota Masterplan Pariwisata Mangrove Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Rencana Strategi Kawasan Pesisir Penyusunan Minapolitan yang terintegrasi dengan RTRW Rencana Strategis Ekonomi Masterplan Air Minum
1
3
3
4
5
6
7
• • • • • • •
DE Penanganan Rob dan Banjir Program ND – River Walk Penghijauan dan pembuatan hutan kota Tahap I pembangunan polder dan long strorage Pembebasan 40 Ha lahan pesisir terlantar utk konservasi mangrove Kerjasama sumber air baku dgn Kab. Batang & Kab. Pekalongan SosialisasiBINA Usaha di 270 kelompokmiskin, dll
TERIMAKASIH
0
1
3
3
4
5
6
7
Dampak Perubahan Iklim terhadap Pesisir Pekalongan
Oleh: Dr. Ir. Subandono Diposaptono, MEng
Daftar Hadir Undangan
P5Nasional - UNDIP Laporan Sharing Workshop - Inisiatif Perencanaan dan Assessment Kota Pekalongan phone/fax: +62 24 76480583 email :
[email protected] website: www.p5undip.org