LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINAFLip DESA BENGKALA KECAMATAN KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG (Sabtu, 17 Mei 2015)
FOTO IKON KAWASAN PASCA KEM
FOTO IKON KAWASAN PRA KEM
Warga Kolok, Rumah & Kandang Sapi
Rumah Kolok, Gazebo, dan Balai Produksi
Disusun oleh:
FW NGAYAH
Kota Singaraja, 17‐Mei‐2015
1. SITUASI AWAL KAWASAN NO ITEM SITUASI KAWASAN 1. Sifat Lahan di Kawasan
2. Sumber Air
3. Pertanian
URAIAN FAKTA LAPANGAN
Sifat lahan di kawasan KEM Kolok Bengkala termasuk tipe andosol berwarna coklat kelabu dan sebagian lagi latosol coklat kekuningan dengan tekstur lempung berpasir. Jenis tanah semacam tergolong subur jika ada air. Kandungan bahan organik tanahnya rendah karena pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan. Akibatnya jika musim kemarau tanah menjadi sangat kering. Lahan KEM di desa Bengkala adalah lahan perkebunan dan pertanian yang masih gersang karena terbatasnya sumber air dan kurangnya diversifikasi vegetasi hijau yang tumbuh. Kekeringan yang melanda desa ini, akibat terbatasnya sumber air, sehingga berimplikasi pada rendahnya produktifitas pertanian-perkebunanpeternakan yang merupakan sumber ekonomi utama penduduk. Di sisi yang lain, tumpuan hidup dari aktivitas peternakan yang masih dikelola secara konvensional (non-koloni) pada masyarakat kolok di Bengkala, belum mampu menghasilkan gererate revenue yang signifikan. Selain menghadalkan sumber air dari tadah hujan, kebutuhan air untuk pertanian/perkebunan/peternakan
didistribusi dari satu reservoar air subak tegal, yang berjarak sekitar 3-4 km dari lahan KEM, yang dimanfaatkan oleh 5 kawasan subak. Masing-masing wilayah hanya dapat suplai secara bergiliran dalam selang waktu 3 hari. Suplai air untuk kebutuhan konsumtif warga kolok didistribusi dari satu reservoar air minum yang sudah mampu memenuhi kebutuhan minimal masyarakat Bengkala. Keterbatasan air untuk keperluaran pengairan lahan dan distribusi air, merupakan masalah serius bagi masyarakat untuk bisa bertani-ternak secara optimal. Selama ini potensi aset lahan yang mereka miliki hanya dimanfaatkan sebagai berikut. (1) ditanami pohon kunyit pada saat musim penghujan, sehingga pada saat musim kering sebagian besar lahan tersebut terabaikan. (2) Buah jambu mete hanya dikumpulkan bijinya saja, serta dijual langsung kepada tengkulak (pengepul) tanpa pengolahan terlebih dahulu. (3) Pohon mangga yang tumbuh rapat, dan sudah dikontrak rentenir, (4) pohon kelapa, dan (4) pohon bambu hanya dimanfaatkan pada saat upacara agama.
4. Peternakan
Warga kolok di desa Bengkala beternak sapi masingmasing KK 1-2 ekor, babi 2-3 ekor, ayam 5-10 ekor, yang dikelola secara tradisional (non-koloni) dan sangat sederhana. Sebagian besar ternak yang dipelihara merupakan bantuan bergulir dan bersifat mengikat, sehingga tidak banya hasil yang bisa diperoleh oleh warga kolok.
5. Perikanan
Warga kolok belum memiliki budi daya perikanan, tapi beberapa warga kolok memiliki hobi dan sangat inten menjalani hobinya memancing ikan di sungai untuk kebutuhan konsumtif, tanpa ada ikhtiar untuk mengembangkan kemampuan budi daya ikan di hamparan lahan luas yang dimilikinya.
6. Kondisi Warga KEM
Warga kolok di desa Bengkala, merupakan kelompok masyarakat yang menderita tuli dan bisu bawaan sejak lahir, serta berpotensi untuk diturunkan kepada generasi berikutnya. Lebih dari 2% atau 42 jiwa, penduduk desa ini adalah penderita tuli bisu (kolok). Komunitas miskin kolok ini menempati tempat tinggal yang tak layak huni, sehingga sangat jauh dari kualifikasi hidup sehat, nyaman dan menyenangkan. Karena keterbatasannya, maka kelompok masyarakat ini hanya mampu bekerja sebagai penggali kuburan dan buruh tani. Sebagian besar generasi tua dan generasi muda kolok termasuk komunitas yang tidak melek aksara/buta huruf, 38 warga kolok buta huruf, dan hanya 4 orang yang melek aksara. Dalam menjalani hidup dan kehidupannya, komunitas kolok berjalan menurut takdir sebagai penyandang kolok miskin, tidak terpelajar, dan terstimagtisasi secara ekonomi-sosio-religius, sehingga membuatnya tidak berdaya dalam mengikuti perkembangan peradaban global Kearifan budaya lokal lain yang dimiliki oleh masyarakat kolok di Desa Bengkala adalah kelompok tari janger kolok, yang sudah sangat terkenal di manca negara. Seni Janger Kolok sebagai modal sosial dari komunitas kolok di Desa Bengkala sangat berpotensi untuk dijadikan aset budaya berpotensi ekonomi, untuk mendongkrak kesulitan sosio-ekonomi warga kolok, selain aktivitas bertani-beternak dan menjadi buruh serampangan.
7. Sosio‐Budaya‐Seni‐Kerajinan
2. HASIL PEKERJAAN INVESTASI DI LAPANGAN NO ITEM KPI PROPOSAL URAIAN FAKTA KINERJA LAPANGAN 1. Pengolahan Lahan Kawasan KEM Bengkala seluas 3 ha, diproyeksikan
menjadi 3(tiga) zonasi mengacu pada filosofi Bali Tri Hita Karana, yakni zonasi parahyangan diperuntukan bagi lahan peribadatan dan pertamanan, zonasi pawongan diperuntukkan bagi perumahan balai pertemuan, gazebo, dan kerajinan, dan zonasi pelemahan diperuntukan bagi area peternakan, pertanian, perkebunan, dan perikanan. 2. Pembuatan Embung/Tandon Air
3. Penanaman Pakan Hijau
4. Pembangunan Irigasi Kawasan
5. Pengadaan Ternak 6. Pengadaan Unggas 6.
Pengadaan Bibit Tanaman
7.
Pembangunan Kandang Ternak
8.
Pengadaan Pupuk
9.
Pengadaan Alat/Mesin
Kawasan KEM merupakan area tegalan, yang sumber airnya sangat bergantung pada siklus aliran yang disuplai dari sumber reservoar air yang ada di Desa Bengkala. Untuk memberi jaminan ketersediaan air yang berkesinambungan di KEM, telah dibangun 2 (dua) unit embung untuk penampungan air dengan kapasitas tampung masing‐masing 15000 liter. Penanaman pakan hijau yang dilaksanakan adalah; rumput gajah, pohon jati kamelina, ketela rambut, kangkung darat, 40 pepaya, 500 pohon pisang, dan 90 kelapa, jagung, dan kacang tanah. Instalasi aliran air di kawasan KEM, yakni pipanisasi aliran air konsumsi yang bisa memenuhi dua jalur produksi, yakni lairan ke rumah kolok, kandang sapi‐ kandang babi, dan perkebunan teras 1, dan jalur rumah kolok, kandang ayam, dan perkebunan teras 2. Pengadaan ternak yang sudah dilakukan adalah pembelian 3 ekor sapi, dan 16 ekor babi, 500 ekor ayam. Pengadaan unggas yang sudah dilaksanakan adalah pembelian 500 ayam pedaging, dan 10 ekor ayam tajen. Pengadaan bibit tanaman meliputi: (1) 50 pohon kelapa, (2) 500 pohon pisang, (3) 500 jati kamelina, (4) 1 karung biji jagung, (5) 1 karung kacang tanah, (6) 2000 pohon bibit rumput gajah, (7) 20 pohon kamboja, (7) 50 pohon pepaya, 3 ikat bibit ketela rambat, 3 ikat bibit kangkung darat. Kandang ternak yang sudah terinstakasi meliputi: (1) kandang sapi, volume 9x6 m2 dengan kapasitas tampung 12 ekor sapi, (2) kandang babi, volume 9x6 m2 dengan kapasitas tampung 26 ekor babi, (3) kandang ayam, volume 8x4 m2 lantai 2, dengan kapasitas tampung 1000 ekor ayam pedaging, dan (4) kandang ayam tajen, volume 5x4 m2 dengan kapasitas tampung 20 ayam tajen. Pembelian pupuk urea (anorganik) 10 karung, pupuk organik 50 karung. 27 cangkul, 4 sekop, 15 arco, 27 sabit, 5 sepatu bot
10.
Pertanian Pembangunan Ruang Pertemuan
11.
Instalasi Listrik Kawasan
12. 13.
Pembangunan KM/WC Pembuatan Pakan Ternak Mandiri
14.
Pemberian Vitamin/Vaksin/Obat
Pembangunan ruang pertemuan meliputi: (1) Balai centre of kolok volume 7x5 m2, (2) 2 unit rumah kolok volume 3,8x3,4 m2, (3) 2 unit dengau etnik lokal (gazebo) volume 2,5x2,5 m2. Instalasi listrik kawasan daya 1300 kWh dilakukan pada setiap unit bangunan, dengan 2 jalur pengkabelan. Jalur‐1: gazebo(1)‐balai pertemuan‐rumah kolok(1)‐kandang sapi‐ kandang babi, dan jalur‐2: gazebo(2), rumah kolok(2)‐ kandang ayam tajen‐kandang ayam pedaging. Pembangunan 1(satu) unit WC/kamar mandi. Pakan babi: daun ketela rambat, kangkung darat, batang pisang, dedak. Pakan Sapi: rumput gajah, jerami, dan batang jagung. Pakan ayam: konsentrat, jagung, dan dedak. Pembelian obat: (1) P3K: betadin, perban,tablet flu, panadol, OBH, perecetamol, diapet, hansaplas, tensoplast, (2) Vitamin: Enervon C :20 botol, (3) Vaksin: obat tetes ayam.
3. FOTO‐FOTO LAPANGAN 3.1. PRA KEM
Rumah Kolok
Kandang Sapi
Kandang Babi
Kandang Ayam
Balai Pertemuan Terbuka
Embung air
Balai Pertemuan Terbuka
Kandang Ayam
Tanaman kunyit monokultur
Pohon mente dan mangga
3.2. PASCA KEM
Rumah Kolok
Kandang Sapi
Kandang Babi
Kandang Ayam
Gazebo
Pintu Masuk
Embung Air
Tempat Ayam Aduan
Kebun Anggrek
Balai Pertemuan
Tanaman Multikultur
Kerajinan Tenun
Instalasi irigasi KEM
Instalasi PLN KEM
Janger‐sendratari kolok
Keaksaraan dan ICT
4. PENDAPATAN KEM
Pendapatan KEM Kolok Bengkala bersumber dari pentas janger kolok di KEM kolok bengkala pada tanggal 1 maret 2015 sebesar Rp 1.000.000,-. Pada tanggal 28 Maret 2015 janger kolok pentas di Krisna Oleh-oleh khas Bali dengan pemasukan sebesar Rp 2.500.000,-.
Janger kolok yang tampil pada saat peresmian KEM Kolok Bengkala tanggal 25 April 2015 juga memberikan pendapatan terhadap masyarakat kolok sebesar Rp 2.000.000,-. Dari proses menenun yang diakukan oleh kolok Rianti dan kolok Samyong, sudah menghasilkan Rp 690.000,- yang didapat dari hasil menenun masing-masing sebanyak 3 lembar kain tenun dengan harga Rp 115.000,- per kain tenun. Pada saat peresmian KEM Kolok Bengkala terjual beberapa kain tenun dengan profit sebesar Rp 200.000,-. Hingga Mei 2015 total penghasilan KEM Kolok Bengkala sebesar Rp 6.390.000,-. 5. KEBERLANJUTAN KEM
Pengendalian roda dinamika dan keberlanjutan KEM Bengkala di masa yang akan datang adalah managemen dan profesional lahan KEM berazaskan KEM Bengkala adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat kolok, terwadahi dalam organisasi sekehe kolok dengan struktur keanggotaan sebagai berikut: (1) anggota inti: semua warga kolok di desa Bengkala, sebanyak 42 orang (17 KK), (2) anggota sampingan: semua KK yang memiliki warga kolok (10 KK), dan (3) anggota masyarakat miskin lain di desa Bengkala (46 KK). Managemen yang menggambarkan peran, fungsi dan distribusi yang diberikan komunitas di KEM Bengkala harus dipetakan secara cermat dalam AD dan ART, awig-awig dan aturan teknis (SOP) managemen dengan penjelasan tufoksi, tugas, kewajiban, reward dan funishment. Tersusunnya awig-awid, AD-ART, dan SOP di KEM Bengkala akan memberikan payung legalitas bagi semua pihak dalam menjalankan KEM secara mandani dan berkelanjutan 6. ANGKA IPM KAWASAN Perhitungan peudo‐IPM kawasan KEM kolok Bengkala mengacu pada formulasi berikut: Pseudo IPM
1 1 1 X 1 X 2 X 3 =35,33% 3 3 3
X1 = index kelayakan hidup=40% X2= index melek aksara = 8% X3= index harapan hidup = 58% Hasil perhitung pseudo‐IPM ini relatih masih rendah (35,3%). 7. KESIMPULAN
1. Progam pembangunan KEM Kolok Bengkala sudah mencapai 90 % mengacu KPI, yang ditunjukkan oleh terinstalasinya inventasi infrastruktur fisik, seperti rumah kolok (2 unit), balai pertemuan (1 unit), gazebo (2 unit), kandang sapi (1 unit), kandang babi (1 unit), kandang ayam (1 unit), tandon air (2 unit), serta WC/KM (1 unit), kemudian dilanjutkan dengan berbagai pemberdayaan yang berkaitan dengan pertanian, peternakan, keaksaraan, ICT, kesenian janger kolok, dan kerajinan tenun. 2. Modalitas mesin produksi ekonomi pada sektor pertanian-peternakan, yang disuplemen potensi seni-budaya dan keunikan sosio-religius komunitas kolok merupakan mayor –
driven penggerak ekonomi komunitas kolok, diharapkan memberi trickle down effect pada peningkatan IPM kolok, yang saat ini baru mencapai pseudo-IPM 35,3% (rendah). Meskipun generate revenue yang dihasilkan KEM Bengkala baru mencapai Rp 6.390.000,-. 3. Pada tahap pertama, investasi infrastruktur fisik dan non-fisik KEM Bengkala sudah mampu mengakomodasi kepentingan/kebutuhan komunitas marginal kolok Bengkala di sekitar KEM, namun belum mampu mengakses warga sekitarnya secara luas, sehingga dapat meningkatkan critical mass partisipasi masyarakat luas. 8. SARAN DAN REKOMENDASI
1. Pemetaan kawasan KEM pada tahap pertama, masih terkonstrasi pada sektor pawongan dan pelemahan. Bila mengacu pada filosofi Tri Hita Karana sebagai way of life Bali, mestinya aspek perahyangan, dimana komunitas kolok dapat melaksanakan peribadatan religi sebagai hak asasi dasar manusia harus mendapat perhatian yang proporsional, sekaligus menjaga harmosisasi hidup dan kehidupan masyarakat kolok dalam masyarakat sekitarnya dan Hyang Pencipta. Untuk itu disarankan semua pihak untuk membantu menormalisasi aktivitas religi warga kolok dengan membangun item-item peribadatan. 2. Mesin produksi KEM Bengkala dari aktivitas bertani-beternak hendaknya tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, terutama penanganan limbah taniternak yang nampak belum tertangani dengan baik pada tahap pertama. Untuk itu perlu diinstalasi unit-unit penanganan limbah tani ternak yang produktif, sehingga kawasan KEM dapat dijadikan pilot project untuk sistem tani-ternak yang zero-waste. 3. Mengingat terbatasnya critical mass yang terlibat dalam aktivitas KEM Bengkala tahap pertama, perlu diupayakan untuk mengeskalasi efek imbas KEM dengan membangun kantong-kantong produksi KEM di kawasan di luar cluster KEM utama ini, khususnya bagi warga kolok dan warga miskin lainnya di desa Bengkala yang memiliki akses jarak cukup jauh dari KEM. KETUA KEM (Drs. Ida Bagus Putu Mardana, M.Si)
KETUA FW (Dr. Ir. Ketut Widnyana, M.Sc)