DISERTASI
TEKS MITOS BULU GELES DI DESA TAMBAKAN KECAMATAN KUBUTAMBAHAN, KABUPATEN BULELENG
LUH PUTU PUSPAWATI
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
i
DISERTASI
TEKS MITOS SAPI/BULU GELES DI DESA TAMBAKAN KECAMATAN KUBUTAMBAHAN, KABUPATEN BULELENG
LUH PUTU PUSPAWATI NIM 1190171006
PROGRAM DOKTOR PROGRAM STUDI LINGUISTIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
ii
TEKS MITOS SAPI/BULU GELES DI DESA TAMBAKAN KECAMATAN KUBUTAMBAHAN, KABUPATEN BULELENG
Disertasi untuk Memperoleh Gelar Doktor pada Program Doktor, Program Studi Linguistik, Program Pascasarjana Universitas Udayana
LUH PUTU PUSPAWATI NIM 1190171006
PROGRAM DOKTOR PROGRAM STUDI LINGUISTIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
iii
LEMBAR PENGESAHAN
DISERTASI INI TELAH DISETUJUI TANGGAL, ........................... 2014
Promotor,
Prof. Dr. I Wayan Cika, M.S. NIP 1955 1231 198303 1 431
Kopromotor I,
Kopromotor II,
Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna, S.U. NIP 19440923 197602 1 001
Prof. Dr. I Made Suastika, S.U. NIP 19570113 198003 1 001
Mengetahui, Ketua Program Studi Doktor Linguistik Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Prof. Dr. Aron Meko Mbete NIP 19470723 197903 1 002
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K). NIP 19590215 1985 102 001
Disertasi ini akan diseminarkan pada Tanggal, ………………………. 2014 Susunan Panitia Penilai Disertasi Program Doktor (S-3) Linguistik iv
Program Pascasarjana Universitas Udayana
Ketua
: Prof. Dr. I Wayan Cika, M.S. (Promotor)
Anggota : 1. Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna, S.U., (Kopromotor I) 2. Prof. Dr. I Made Suastika, S.U., (Kopromotor II) 3. Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum. 4. Prof. Dr. I Nyoman Weda Kusuma, M.S. 5. Prof. Dr. Aron Meko Mbete 6. Prof. Dr. I Made Duija, M.Si. 7. Dr. Ida Bagus Rai Putra, M.Hum.
v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: Luh Putu Puspawati
NIM
: 1190171006
Program Studi
: Pendidikan Doktor (S-3) Linguistik Program Pascarjana Universitas Udayana
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Disertasi ini bebas plagiat. Apabila dikemudian hari ternyata terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan PERMENDIKNAS RI No.17 Tahun 2001 dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku. Denpasar, 4 November 2014 Saya yang membuat pernyataan,
Luh Putu Puspawati
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis memanjatkan sesanti angayu bagya ke hadapan Sang Hyang Widi Wasa/ Tuhan yang Maha Esa, karena atas karunia dan bimbingan-Nya penelitian ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana. Penelitian ini didasari oleh isu-isu strategis yang berkembang di sekitar kehidupan masyarakat pedesaan, khususnya Desa Tambakan, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng. Salah satu isu tersebut adalah keberadaan teks mitos sapi yang masih dipercayaai oleh masyarakat setempat sebagai pembawa kesejahteraan. Problematik kompleks seputar teks mitos sapi adalah kepercayaan masyarakat akan keberadaan teks mitos tersebut dapat membawa kesejahteraan maupun penyebab petaka oleh karena itu sangat ditakuti oleh masyarakat. Keberadaan mitos sapi ini sampai saat ini masih diyakini oleh masyarakat dan masih lestari dan secara rutin setiap bulan mati (Tilem) mansyarakat akan menghaturkan sapi (bulu geles), dan setiap dua tahun sekali dilaksanakan upacara “Mungkah Wali” yang terkait dengan teks mitos sapi tersebut. Penelitian ini berusaha mengungkap struktur teks mitos sapi di Desa Tambakan, fungsi teks mitos sapi dalam kehidupan masyarakat Desa Tambakan, makna yang terkandung dalam teks mitos sapi, dan sistem pewarisan teks mitos sapai dari generasi kenerasi. Tindak lanjut hasil penelitian ini adalah akan disusun sautu buku refrensi sehingga dapat memperkaya kasanah ilmu pengatahuan khususnya yang terkait dengan sastra lisan. Sastra lisan adalah merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang sangat perlu untuk dilestarikan. Pelestarian sastra lisan memerlukan
vii
suatu model tersendiri untuk dapat memelihara keutuhan isi dari teks sastra tersebut. Keberhasilan penelitian ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga tidak berlebihan apabila dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak tersebut. Ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya dengan tulus dan kerendahan hati peneliti sampaikan kepada. 1. Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah memberikan kesempatan mengikuti Program Sandwich ke Napoli-Italia dan ke Leiden-Belanda tahun 2012 dalam pendalaman proposel disertasi ini. 2. Prof. Dr. I Wayan Cika, MS., selaku promotor yang dengan penuh perhatian ditengah-tengah kesibukan beliau telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dalam penyelesaian desertasi ini. 3. Prof. Dr. I Nyoman Kutha Ratna, S.U.dan Prof. Dr. I Made Suastika, S.U., masing-masing
sebagai
kopromotor
I
dan
kopromotor
II,
atas
kesungguhannya membimbing peneliti sampai terwujudnya disertasi ini. 4. Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp. PD-KEMD atas fasilitas dan kesempatan yang diberikan untuk mengikuti program doktor di Universitas Udayana. 5. Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Udayana Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S(K), atas kesempatan yang diberikan untuk menjadi karyasiswa pada program Doktor di Universitas Udayana.
viii
6. Dekan Fakultas Sastra, Universitas Udayana, Prof. Dr. I Wayan Cika, M.S., Ketua Program Studi Doktor Linguistik Universitas Udayana Prof. Dr. Aron Meko Mbete, Sekretaris Program Studi Linguistik Universitas Udayana Dr. A.A. Putu Putra, M.S, beserta staf administrasi dan perpustakaan yang telah memberikan kemudahan dalam perkuliahan dari awal sampai akhir. 7. Ucapan terima kasih paling dalam penulis sampaikan kepada Tim Penguji, Prof. Dr. I Wayan Cika, M.S., Prof. Dr. I Nyoman Kutha Ratna, S.U., Prof. Dr. I Made Suastika, S.U., Prof. Dr. I Nyoman Weda Kusuma, M.S., Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum., Prof. Dr. I Nengah Duija, M.Si., Prof. Dr. Aron Meko Mbete, dan Dr. Ida Bagus Rai Putra, M.Hum. 8. Dr. Antonia Soriente dari Universita Degli Studi di Napoli “L’Orientale”, atas bimbingannya selama di Napoli, Italia. 9. Prof. One atas fasilitas yang diberikan di Leiden University. Leiden, Belanda. 10. Dr. Pudentia MPSS, dari KTL Pusat Jakarta, yang telah mempasilitasi penulis dalam memperoleh kesempatan untuk mengikuti Program Sandwich ke Napoli-Italia dan ke Leiden-Belanda tahun 2012. 11. Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada I Ketut Wardana Yasa beserta para informan yang dengan tulus meluangkan waktunya dalam memberikan informasi yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. 12. Meriem dan Alvonso di Napoli beserta rekan-rekan karyasiswa Program Doktor Linguistik angkatan 2012, Novena, Syafri Badarudin, Ader Laepe, dan Putu Parmini, yang telah menumbuhkan saling pengertian dan bahu membahu dalam menyelesaikan studi.
ix
13. Rekan-rekan sekerja pada Program Studi Bahasa dan Sastra Bali, Fakultaqs Sastra dan Budaya, Universitas Udayana. 14. I Made Dauh sekeluarga, I Ketut Suastika sekeluarga, I Nengah Tangkas sekeluarga, I Gusti Agung Sudiartha sekeluarga, I Made Sukaratha sekeluarga, dan keluarga lainnya yang telah memberikan dorongan dan motivasi kepada peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini. 15. Akhirnya, kepada Ayahku I Wayan Sadia dan Ibuku Ni Wayan Sukarni, Ayah Mertua I Wayan Mogog (alm.) dan Ibu Mertua Ni Nengah Surem, serta Suamiku Dr. I Wayan Wana Pariartha, SE., M.Si., serta anak-anakku I Putu Gustave Suryantara Pariartha, S.T., M.Eng.; Ni Kadek Ayu Mas Yoca Hapsari Pariartha, NS. I Gusti Agung Eka Pridayanti, S.Kep., cucuku I Gede Agung Mas Ryu Keandra Pariartha, adik-adikku Ni Kadek Tirtawati bersama suami, Ni Komang Sekarniti, Dr. I Ketut Putra Erawan, tidak ketinggalan adik-adik iparku Ni Nengah Wandri, Ni Nyoman Sukarini, I Made Sutanaya, B.Sc.; Dra. Ni Ketut Adriani, I Ketut Angsana, S.E.; Ni Ketut Sukaseni, I Ketut Darmawa, S.P., dan Ni Ketut Rumini,SE., berkat doa dan dukungan kalian semua, akhirnya disertasi ini terselesaikan. Tiada gading yang tak retak, tiada karya yang sempurna, untuk itu kritik dan saran selalu peneliti terima dengan lapang dada demi penyempurnaan tulisan ini. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak.
Denpasar,
Nopember 2014
Peneliti
x
ABSTRAK
Masyarakat Desa Tambakan, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng mempercayai adanya tradisi teks mitos sapi yang terdapat di desa itu yaitu pembayaran kaul dengan menggunakan seekor anak sapi (bulu geles) sebagai persembahan atas keberhasilan seperti apa yang dimohonkan di Pura Dalem. Tradisi teks mitos sapi diyakini keberadaanya secara turun-temurun. Saat ini tidak saja masyarakat Desa Tambakan yang berkaul dan menghaturkan (bulu geles), namun juga dilakukan oleh orang-orang dari luar Desa Tambakan. Tradisi teks mitos sapi ini diwariskan dari generasi tua kegenerasi yang lebih muda hingga kini. Teks mitos sapi berisi tentang persembahan sapi (bulu geles, “i dewa”). Persembahan ini muncul pada saat bala tentara dari kerajaan Buleleng dan masyarakat Padanguah kalah perang dari kerajaan Bangli dan bersembunyi di tengah hutan di wilayah Belong. Wilayah Belong adalah merupakan asal mula Desa Tambakan. Jenis penelitian ini bersifat kualitatif dengan sumber data primer dan sekunder. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Tradisi teks mitos sapi perlu dikaji secara mendalam karena, teks mitos ini unik dan kajian difokuskan pada empat masalah yakni: pertama bagaimanakah struktur teks mitos sapi di Desa Tambakan? kedua apa fungsi teks mitos sapi di Desa Tambakan? ketiga makna apa yang terdapat dalam teks mitos sapi tersebut, sehingga dapat digunakan sebagai tatanan kehidupan masyarakat di Desa Tambakan? keempat bagaimanakah sistem pewarisan teks mitos sapi di Desa Tambakan? Dalam mengkaji permasalahan, teori yang digunakan adalah teori fungsi, teori Semiotik, teori transmisi. Dari hasil analisis diperoleh bahwa teks mitos sapi di Desa Tambakan adalah memiliki struktur naratif yaitu memiliki plot lurus, tokoh utama dan tokoh sekunder, mengandung tema persembahan dengan latar tempat dan waktu. Rangkaian upacara dalam teks mitos sapi tersebut meliputi upacara pelepasan sapi, proses pemanggilan, penangkapan dan diakhiri dengan penyembelihan pada saat dilakukan upacara Mungkah Wali. Fungsi teks mitos sapi di Desa Tambakan, yang terkait dengan konteks terdiri atas fungsi ritual, fungsi sosial, fungsi Tri Hita Karana, dan fungsi pendidikan. Makna yang terkandung dalam teks mitos sapi di Desa Tambakan adalah makna peningkatan religiusitas, makna kesejahteraan, makna pemersatu dan solidaritas, dan makna pelestarian. Sistem pewarisan teks mitos sapi di Desa Tambakan dilakukan secara lisan lewat penuturan dari generasi tua ke generasi muda secara turun-temurun yang meliputi pelestarian lingkungan, pelestarian nilai budaya, dan pelestarian sosial. Kata kunci: bulu geles, “i dewa”, pelepasan sapi, Mungkah Wali.
xi
ABSTRACT
The public in Tambakan village, subdistrict of Kubutambahan, Buleleng regency believe there is tradition of cow myth text that exist in this village. That is payment of caul by using a calf (bulu geles) as offering on the successful like what has been request at Dalem temple. Tradition of cow myth text convinced its existence hereditary. At this time not only the public in Tambakan village conducted it and offer it (bulu geles), but also it conducted by out of Tambakan village too. This tradition of cow myth text bequeath to younger generation until now. Text of cow myth contains on offering of cow (bulu geles, “i dewa”). Padanguah lose in war from Bangli empire and hide inside of jungle in region of Belong. Belong area is origin of Tambakan village. This research type is qualitative by using primary and secondary data. Data was collected with observation technique, interview and literary study. Tradition of cow myth text studied deeply because this myth text is unique and studied focus at four issues that are: first, how is structure of cow myth text in Tambakan village? Second what is function of cow myth text in the Tambakan village? Third what is meaning that contain in the cow myth text so that it can be used public life arrangement in the Tambakan village? Fourth how is inheriting system of cow myth text in Tambakan village? In study of issues the theories has been applied as follows: function theory, semiotic theory, transmission theory. The result showed that cow myth text in the Tambakan village is to have narrative structure that is have straight plot, main actor and secondary actor, contain offering theme with background of place and time. Series of ceremony in cow myth text covering ceremony of cow release, calling process, catching and finally butchery at the time of ceremony of Mungkah Wali. Function of cow myth text in Tambakan village related with context consist of ritual function, social function, function of Tri Hita Karana, and function of education. Meaning contain in cow myth text in Tambakan village as follows: improvement on religious, prosperity, unity and solidarity. Inheriting system of cow myth text in Tambakan village verbally through mouth to mouth from old generation to young generation in hereditary covering environment conservation, culture value conservation and social conservation. Keywords: bulu geles, “i dewa” release of cow, Mungkah Wali.
xii
RINGKASAN
Teks mitos sapi sudah lama dikenal dan perkembangannya sebagai teks masih dikenal oleh beberapa orang terutama tokoh-tokoh tua, generasi muda hampir tidak dikenal. Kini teks mitos sapi diekspresikan lebih menonjol pada aspek ritual pelepasan sapi dan ritual Mungkah wali sebagai tradisi turun-temurun yang dilaksanakan di Desa Tambakan. Pelaksanaan upacara secara pereodik setiap Tilem (bulan mati) dan dua tahun sekali pada Purnama Kasa. Dalam konteksnya masyarakat lebih memahami sebagai ritual yang oleh masyarakat Desa Tambakan yang unik karena teks mitos sapi ekspresinya yang hanya ada di Desa Tambakan. Ada empat masalah yang ingin dipermasalahkan teks mitos sapi di Desa Tambakan yaitu (1) Bagaimanakah struktur teks mitos sapi di Desa Tambakan. (2) Apa fungsi teks mitos sapi di Desa Tambakan. (3) Makna apa yang terdapat dalam teks mitos sapi tersebut, sehingga dapat digunakan sebagai tatanan kehidupan masyarakat di Desa Tambakan. (4) Bagaimanakah sistem pewarisan teks mitos sapi di Desa Tambakan Penelitian ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus, tujuan umum yaitu
secara
umum
penelitian
ini
diharapkan
memberi
inspirasi
dan
mengungkapkan serta mengembangkan salah satu aspek kebudayaan Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji, memahami dan mendiskripsikan serta melestarikan mitos sebagai warisan budaya bangsa yang terdapat di desa pertanian wilayah pegunungan dan bermanfaat bagi generasi penerus pada
masa
mendatang. Sebagai khasanah ilmu pengetahuan, menghubungkan penelitian tentang mitos sebagai khasanah ilmu pengetahuan. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut; untuk mengetahui bagaimanakah struktur teks mitos sapi di Desa Tambakan, untuk mengetahui fungsi teks mitos sapi di Desa`Tambakan, untuk memahami makna apa yang dapat dipetik dari teks mitos sapi tersebut sehingga memberi manfaat bagi masyarakat Desa Tambakan, untuk mengetahui bagaimana sistem pewarisan teks mitos sapi dari generasi ke generasi berikutnya, sehingga teks mitos sapi lestari sampai saat ini.
xiii
Penelitian ini diharapkan secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, dapat menambah khasanah pengetahuan tentang mitos, dapat menambah referensi tentang teks mitos sapi pada masyarakat di Desa Tambakan lengkap tentang bentuk teks mitos sapi fungsi makna dan pelestariannya di Desa Tambakan. Sedangkan manfaat praktis penelitian ini adalah bagi masyarakat dapat memahami dan mendokumentasikan mitos, bagi pemerintah untuk pengembangan mitos kedepan, bagi peneliti dokumentasi ini dapat digunakan sebagai dasar atau model studi penelitian kemudian. Teori yang digunakan dalam menganalisis keempat masalah di atas yaitu (1) Teori fungsi dari Teeuw dan Koentjaraningrat digunakan untuk membedah bagaimana manfaat teks mitos sapi dalam kaitannya teks dan konteks kemasyarakatan. (2) Teori Semiotika dari Barthes dan Hoed untuk menganalisis dan membedah makna apa yang terdapat dalam teks mitos sapi, sehingga dapat digunakan sebagai tatanan dalam kehidupan masyarakat Desa Tambakan. (3) Teori Transmisi dari Robson dan Ruth Finnegan untuk membedah bagaimanakah sistem pewarisan teks mitos sapi di Desa Tambakan. Penelitian ini adalah sebuah penelitian kualitatif karena sifat penelitian ini adalah sebuah kajian wacana teks mitos sapi di Desa Tambakan, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng. Dengan menggunakan pendekatan yaitu pendekatan empiris. Jenis data yang ada adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data dalam bentuk kalimat, uraian seperti tanggapan terhadap teks mitos sapi, kepercayaan terhadap ceritera lisan, kepatuhan masyarakat terhadap hal-hal yang dimitoskan. Sedangkan data kuantitatif adalah dalam bentuk angka, baik yang berasal dari transformasi data kualitatif maupun sejak semula bersifat kuantitatif seperti umur, pendapatan (tabel, diagram). Sedangkan sumber data yang digunakan meliputi sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah data teks mitos sapi dan informan di lokasi penelitian yaitu masyarakat Desa Tambakan. Dalam penelitian ini meliputi respon terhadap adanya teks mitos sapi, pemahaman terhadap makna teks mitos sapi dan implementasinya dalam kehidupan seharihari. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari jurnal, data statistik, monografi, dan dokumentasi arsip.
xiv
Tehnik penentuan informan dengan purposive sampling (dipilih yang memahami tentang teks mitos sapi), kemudian pada tahapan dan berikutnya penentuan informan didasarkan atas informasi kunci dan seterusnya mengalir pada informasi selanjutnya (snow ball). Instrumen terpenting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri, peneliti menggunakan alat-alat bantu untuk mengumpulkan data seperti buku catatan, tape recorder, video kaset, handy ceam, dan kamera. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode atau tehnik observasi, wawancara mendalam, studi dokumen atau kepustakaan. Tehnik analisis data dilakukan melalui tiga tahapan yaitu pengklasifikasian data, reduksi data, verifikasi data. Tehnik penyajian hasil analisis data dapat dilakukan secara informal dan formal. Penyajian informal adalah disajikan dalam bentuk deskripsi atau narasi, penyajian secara formal adalah disajikan dalam bentuk bagan, tabel. Sedangkan lokasi penelitian adalah di Desa Tambakan, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng. Teks mitos sapi memiliki struktur naratif seperti plot, tokoh , tema , latar. Teks mitos sapi di Desa Tambakan memiliki plot lurus yaitu jika peristiwaperistiwa yang pertama diikuti oleh peristiwa-peristiwa kemudian, plot teks mitos sapi ini memiliki enam peristiwa yang diuraikan sebagai berikut (1) Plot ini diawali oleh peristiwa tentang peperangan antara kerajaan Buleleng kekalahan ini para bala tentara maupun para pasukan dari kerajaan Buleleng serta masyarakat Padanguah kocar-kacir dan sebagian masuk hutan. (2) Di dalam hutan para pasukan kerajaan Buleleng dan masyarakat Padanguah dalam pengungsian selalu merasa was-was takut kalau-kalau diketahui kalau mereka bersembunyi didalam hutan. Mereka berkaul apab ila mereka dalam persembunyian tidak diketahui oleh musuh ia akan menghaturkan bulu geles. (3) Pasukan kerajaan Buleleng dan masyarakat
Padanguah aman dalam pengungsian (persembunyian) bahkan
mereka hidup damai dan sejahtera,
sehingga merekapun menghaturkan bulu
geles. (4) Masyarakat Padanguah kembali dari pengungsian ke Desa Padanguah tetapi tidak merasa aman akhirnya mereka tinggal diwilayah Belong
yang
kemudian menjadi Desa Tambakan dan mereka menetap sampai sekarang. (5) Dalam perkembangan selanjutnya yang melakukan kaul masyarakat Desa Tambakan dan dari luar masyarakat Desa Tambakan. Pembayaran kaul sudah sangat berbeda dengan dulu, sekarang ini banyak masyarakat yang berkaul untuk xv
mohon pekerjaan, naik pangkat, agar bisnis lancar, sukses politik, lulus ujian, mendapat sekolah paporit, ingin punya anak, ingin punya anak laki-laki dan lainlain. (6) Masyarakat Desa Tambakan melakukan upacara Mungkah Wali yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali yaitu setiap Purnama Kasa. Mengenai pelaksanaan upacara Mungkah Wali diselenggarakan di Pura Mrajapati Desa Tambakan. Sedangkan dalam teks mitos sapi memiliki tokoh utama dan tokoh sekunder, tokoh utama dalam teks mitos sapi adalah anak sampi (bulu geles) dan “i dewa” kemudian tokoh sekunder adalah Buleleng
pasukan (bala tentara) kerajaan
pasukan kerajaan Bangli dan masyarakat Padanguah. Tema yang
mendasari teks mitos sapi di Desa Tambakan tentang persembahan, persembahan kepada Ida Sanghyang Widi Wasa, keselamatan alam dan manusia. Tetapi tema yang dominan adalah tema persembahan kepada Ida Sanghyang Widi Wasa lewat “ pecaruan “ “i dewa”. Dalam teks mitos sapi di Desa Tambakan terdapat latar tempat dan latar waktu. Latar tempat yaitu Desa Padanguah, hutan, Desa Belong, kerajaan Buleleng, kerajaan Bangli, Desa`Tambakan, Pura Dalem, Pura Mrajapati, Pura Puseh, Pura Desa, Pura Melanting. Sedangkan latar waktu yaitu pada bulan mati (Tilem), pada Purnama Kasa setiap dua tahun sekali. Teks mitos sapi merupakan gambaran kehidupan yang terjadi di masyarakat Desa Tambakan walaupun dalam bentuk ceritera, namun ceritera itu memberikan petunju nilai-nilai yang mereka ungkapkan dalam aspek kehidupan sehingga dapat dilakukan mereka. Adapun ritual-ritual tersebut adalah proses pelepasan sapi , dalam proses pelepasan sapi dilakukan setiap bulan mati (Tilem) dan cara sapi yang akan dilepas harus sapi yang jantan kira-kira umurnya satu sampai dua tahun dan tidak boleh cacat dari ujung kepala, kaki sampai ekor. Sapi (bulu geles) ini diupacarai dengan sarana banten, pelaksanaan upacara ini dilaksanakan di Pura Dalem Desa Tambakan setelah itu bulu geles tadi bernama “i dewa” barulah dilepas dan masuk hutan disekitar Desa Tambakan. Setiap dua tahun sekali tepat pada Purnama Kasa masyarakat Desa Tambakan melaksanakan upacara Mungkah Wali yang diselenggarakan di Pura Mrajapati dengan runtutan upacara sebagai berikut, pertama-tama dengan upacara nunas (pemanggilan) dengan sarana banten pada semua pura-pura yang ada disekitar Desa Tambakan seperti pada Pura dalem, Pura Puseh, Pura Desa, Pura Mrajapati, Pura xvi
Melanting. Dilanjutkan dengan proses penangkapan “i dewa”, setelah terkumpul diikatkan disebelah timur Pura Mrajapati dan besoknya dilakukan penyembelihan yang pertama dilakukan oleh Jro Mangku Dalem dengan tombak yang telah dipasupati lalu dilanjutkan dengan prajuru yang lain yang telah mewinten. Hanya satu ekor dipakai sarana upacara pada di Pura Mrajapati, sisanya akan dipotongpotong dan dibagikan kepada semua warga Desa Tambakan maupun warga lain tetapi memiliki lahan disana. Fungsi teks mitos sapi di Desa Tambakan adalah sebagai meliputi fungsi ritual adalah dalam menghaturkan persembahan yang
yang didasari kutulus-
ikhlasan dalam mempersembahkan ritual kepada Ida Sanghyang Widi Wasa juga kepada buta kala terlebih dahulu barulah dinikmati oleh umatnya. Agar kualitas hidupnya menjadi meningkat. Demikian juga masyarakat Desa Tambakan dalam pelaksanaan upacara pelepasan sapi maupun upacara Mungkah Wali yang dilandasi oleh hati yang tulus-ikhlas dan rasa bakti. Fungsi sosial teks mitos sapi di Desa Tambakan, kehidupan masyarakat desa dalam berinteraksi atau beraktivitas dilandasi oleh sistem gotong-royong. Baik dalam aktvitas adat dan agama (ngayah), maupun aktivitas antara individu-individu atau aktivitas antara keluarga-keluarga (nguopin atau matulungan). Dalam berinteraksi menggunakan bahasa Bali kepara. Fungsi Tri Hita Karana dalam teks mitos sapi di Desa Tambakan, terkait dengan konsep Tri Hita Karana masyarakat Desa Tambakan mengimplementasikan
ajaran
keseimbangan
sehingga
dapat
menjaga
keharmonisan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Ida Sanghyang Widi Wasa, Manusia dengan lingkungannya, manusia dengan sesamanya. Mengenai penjabarannya sebagai berikut , hubungan manusia dengan Ida Sanghyang Widi Wasa yaitu dengan mempersembahkan sesajen (banten) dan mengadakan
persembahyangan
setiap
hari
raya
Galungan
dan
Kuningan,Nyepi,Purnama, Tilem. juga Ada yang unik pelepasan sapi pada bulan mati (Tilem) di Pura Dalem, dan setiap dua tahun sekali diselenggarakan upacara Mungkah Wali (Purnama Kasa). Hubungan manusia dengan lingkungannya adanya upacara pelepasan sapi ini berarti masyarakat Desa Tambakan sudah melestarikan populasi sapi Bali baik yang sudah terkenal dimanca negara. Demikian pula dengan adanya sapi-sapi di dalam hutan maupun sekitarnya tumbuh-tumbuhan menjadi subur karena kotorannya. Tak jarang pula akan masuk xvii
kandang sapi milik petani serta mengawini sapi-sapi betina yang ada di kandang , dari perkawinannya ini akan melahirkan sapi-sapi yang unggul. Hubungan manusia dengan sesamanya yaitu pada saat mencari dan mengumpulkan “i dewa” masyarakat bersama-sama mencarinya dengan sistem gotong-royong (ngayah) dengan tulus-ikhlas. Dalam pencariannya hanya kaum laki-laki saja baik yang dewasa maupun yang muda, juga dalam pembuatan sarana upacara (banten) dikerjakan dengan gotong-royong dengan sistem ngayah dengan tuluh-iklhas dengan rasa bakti. Fungsi pendidikan, masyarakat Desa Tambakan, bahwa Kepala Desa (Jro Mekel) dan Bendesa Adat telah melaksanakan kepemimpinan pada tingkat desa secara demokratis karena pekerjaan dilaksanakan secara bersama-sama saling bahu-membahu,
gotong-royong antara pemimpin dan masyarakat. Sehingga
pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik. Segala yang berkaitan dengan tugastugas dan aspek-aspek ritual selalu diselesaikan dengan baik. Segala yang berkaitan dengan tugas-tugas aspek-aspek ritual selalu diselesaikan dan diputuskan kepada masyarakat akhirnya ditemukan kesimpulan bersama, yang dijalankannya dalam interaksi sosial, misalnya para Jro Mangku, mancegre, juru banten akan mengajarkan dan memberikan contoh pada ibu-ibu, remaja puri bagaimana membuat sesajen (banten). Bendesa Adat dan jajarannya akan mengajarkan pada bapak-bapak dan pemuda-pemuda tentang pembuatan kawas, pembuatan daging Caru dan cara memotong “i dewa” yang dagingnya akan dibagikan kepada masyarakat Desa Tambakan maupun warga lain yang memilliki lahan disana secara gotong-royong dengan hati yang tulus-ikhlas dengan sistem ngayah. Masyarakat Desa Tambakan ingi dengan seperti ini merupakan proses pembelajaran dari generasi tua ke generasi yang muda. Makna yang berkaitan dengan pemahaman nilai budaya atas teks mitos sapi
dan pelaksanaan ritual adalah makna peningkatan religiusitas, makna
kesejahteraan, makna pemersatu dan solidaritas, dan makna pelestarian. Makna peningkatan religiusitas adalah masyarakat Desa Tambakan menghaturkan bulu geles dan melaksanakan upacara Mungkah Wali dengan rasa tulus-ikhlas srada bhakti di yakini semakin menambah kepercayaannya kepada Ida Sanghyang Widi Wasa (Tuhan) dan perwujudannya masyarakat Desa Tambakan yakin kedamaian,
xviii
keselamatan, ketenangan dan keamanan dalam hidup kelak
karena tujuan
melaksanakan korban suci ini untuk pembersihan lahir-batin. Makna kesejahteraan dalam teks mitos sapi di Desa Tambakan , dengan melaksanakan ritual-ritual masyarakat percaya akan membawa rejeki dan kesejahteraan, harmoni dan memberikan nilai ekonomi yang lebih, masyarakat Desa Tambakan damai nyaman tenang karena tidak adanya gangguan alam sehingga dapat hidup kedepan mengoptimalkan dalam menyongsong kehidupan lebih meningkat. Makna pemersatu dan solidaritas, Masyarakat Desa Tambakan mayoritas beragama Hindu sangat percaya dalam melaksanakan ritual dengan gotongroyong rasa bakti dan tulus-ikhlas serta rasa syukur. Dalam memahami makna pemersatu dan solidaritas mereka hidup rukun, tenang, saling menghargai, saling menghormati baik dengan lingkungan dan menjaga keamanan desa dan dapat melaksanakan aktivitas dan kegiatan apapun biasan ya dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan bersama-sama bersatu maka kedamaian, keamanan, ketenangan,kenyamanan dan kesejahteraan akan tercapai. Makna pelestarian yaitu makna pelestarian budaya, adat, agama dan lingkungan yang merupakan tradisi yang harus dipertahankan di Desa Tambakan, karena
sejak
dahulu
masyarakat
telah
memahami
nilai-nilai
itu
dan
mengajarkannya secara turun-temurun. Warisan masyarakat bergotong-royong dari generasi yang tua diwariskan kepada generasi yang lebih muda, karena dengan mengajarkan tentang pembuatan atau mengerjakan ritual-ritual, mereka hidup sejahtera lahir- batin, damai dan hidup dalam kerukunan. Teks mitos sapi sebagai tradisi cerita dikenal lama oleh masyarakat disitu terutama oleh kelompok tua yang masih dapat bercerita tentang isi teks mitos tersebut. Teks mitos sapi itupun yang diteruskan dari golongan tua yang masih hidup di Desa Tambakan, kemudian diceriterakan kembali oleh generasi berikutnya. Belakangan juga dipahami oleh kelompok yang muda. Dari sini cerita mitos tersebut masih terjadi kesinambungan cerita baik alur, maupun unsur-unsur upacara dan relegi yang terkandung di dalam mitos tersebut. meskipun disadari secara tidak langsung proses kesinambungan ada berbagai tafsiran atau perbedaan pemahaman isi dari teks mitos tersebut, namun inti atau hakikat teks mitos sapi itu tetap utuh (sama). xix
Semua ini diwariskan secara lisan, di lain pihak sebagai tradisi mitos telah ditransformasikan dalam bentuk ritual dan aktivitas tersebut di Desa Tambakan. Ritual inipun masih hidup dilestarikan oleh masyarakat sesuai dengan apa yang diterima dari leluhurnya karena sifat “mula keto”. Itupun memberitahukan bahwa mitos dan tradisi ritual tetap eksis saling menyatu (terintegrasi) dari dahulu samapi sekarang, dari generasi ke generasi, seperti yang penulis uraikan dalam penelitian ini. Sistem pewarisannya teks mitos sapi di Desa Tambakan dengan tiga sistem pelestarian yaitu: (1) Pelestarian lingkungan, masyarakat Desa Tambakan dapat menjaga lingkungan hidup beserta isinya terpelihara dengan baik dan binatangbinatang hidup dengan aman dan nyaman, tidak ada ekploitasi sehingga tumbuhtumbuhan hidup dengan baik dan binatang-binatangpun hidup hidup aman dan dapat meningkatkan habitatnya. Maka masyarakat disekitarnya menjadi damai, tenang,aman dan sejahtera dan lingkungannya menjadi lestari dan asri. (2) Pelestarian nilai-nilai budaya yang ada di Desa Tambakan adalah mengandung nilai-nilai budaya yang luhur yang perlu dilestarikan. Masyarakat Desa Tambakan tidak berani mengubah
pandangan leluhur karena dianggap sebagai sesuatu
pemberian atau warisan leluhur. Apabila mereka mengubah diyakini pasti kena musibah. Pandangan leluhur perlu dihormati atau dilestariakan karena merupakan warisan adi luhung dan disesuaikan dengan kondisi kekinian. Nilai-nilai yang diwariskan dapat sebagai tuntunan dalam masyarakat berperilaku, semua ini diwariskan dari turun-temurun dari generasi ke generasi. Apabila hal ini dilakukan dengan baik maka masyarakat Desa Tambakan akan menemukan kebahagiaan, kedamaian, keamanan dan kesejahteraan. (3) Lebih khusus lagi lewat pelestarian sosial ini direalisasikan dalam aktivitas tercermin dalam perilaku masyarakat Desa Tambakan ketika bersama-sama melakukan rapat yang dipimpin oleh kepala desa (Jro Mekel) dan Jro Bendesa Adat yang dihadiri oleh para Jro mangku yang ada di sekitar Desa Tambakan, Mancegra, tukang bangten (srati) serta pemuka masyarakat. Yang dibicarakan dalam rapat tersebut mengenai upacara Mungkah Wali dan pelepasan sapi, dalam pelaksanaan upacara dilalukan dengan gotongroyong dengan sistem ngayah dengan tulus-ikhlas. Apabila ini dilaksanakan dengan baik maka masyarakat Desa Tambakan akan menemukan kedamaian, kenyamanan dan kesejateraan secara turun-temurun.
xx
DAFTAR ISI
Isi
Halaman
JUDUL ...................................................................................................
i
PRASYARAT GELAR ..........................................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................
iii
UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................
iv
ABSTRAK .............................................................................................
ix
ABSTRACT ............................................................................................
x
RINGKASAN DISERTASI....................................................................
xi
DAFTAR ISI ..........................................................................................
xviii
DAFTAR TABEL ...................................................................................
xxii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
xxiv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................
xxv
GLOSARIUM ....................................................................................
xxvi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................
1
1.1 Latar Belakang...................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................
10
1.3 Tujuan Penelitian ..............................................................................
11
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................
11
1.3.2 Tujuan Khusus...............................................................................
11
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................
12
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN .........................................................
13
2.1 Kajian Pustaka ..................................................................................
13
2.2 Konsep .............................................................................................
21
2.2.1 Manajemen Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (PKL) .............
21
2.2.2 Model dan Teori Respon ...............................................................
40
2.2.3 Kajian Budaya ...............................................................................
44
2.3 Landasan Teoretis .............................................................................
47
xxi
2.3.1 Teori Postmodern .........................................................................
47
2.3.2 Teori Dekonstruksi.........................................................................
56
2.3.3 Teori Hegemoni..............................................................................
58
2.3.4 Teori Motivasi dan Prestasi ...........................................................
60
2.4 Model Penelitian ..............................................................................
69
BAB III METODE PENELITIAN .........................................................
72
3.1 Rancangan Penelitian .......................................................................
72
3.2 Lokasi Penelitian ...............................................................................
74
3.3 Jenis dan Sumber Informasi..............................................................
78
3.4 Teknik Penentuan Informan .............................................................
79
3.5 Instrumen Penelitian .........................................................................
81
3.6 Teknik Pengumpulan Data ...............................................................
82
3.7 Teknik Analisis .................................................................................
83
3.8 Cara Menyajikan Hasil Penelitian ....................................................
83
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ..................................
85
4.1 Sejarah Kota Denpasar dan Kecamatan Denpasar Barat ..................
85
4.2. Letak Geografis dan Keadaan Alam ................................................
87
4.3 Demografi ........................................................................................
90
4.4 Kondisi Sosial Ekonomi ...................................................................
93
4.4.1 Pendidikan .....................................................................................
94
4.4.2 Kesehatan .......................................................................................
97
4.4.3 Ekonomi .........................................................................................
102
4.4.4 Pariwisata ......................................................................................
105
4.5 Pemerintahan ....................................................................................
108
4.6 Agama, Adat, dan Budaya ................................................................
109
4.7 Karakteristik Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Denpasar Barat ..
111
4.7.1 Status Kependudukan ...................................................................
112
4.7.2 Jenis Usaha ...................................................................................
113
4.7.3 Umur dan Jenis Kelamin ...............................................................
114
4.7.4 Status Kawin ................................................................................
120
4.7.5 Pendidikan .....................................................................................
122
xxii
4.8 Kondisi Ekonomi Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Denpasar Barat .................................................................................................
125
4.8.1 Permodalan ....................................................................................
126
4.8.2 Jam Kerja .......................................................................................
130
4.8.3 Pendapatan .....................................................................................
136
4.9 Aspek Hukum dan Peraturan yang Terkait dengan Manajemen Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima ...............................................
142
4.9.1 Perlindungan Hukum bagi Pedagang Kaki Lima .........................
146
4.9.2 Hak-hak Pedagang Kaki Lima ......................................................
147
4.9.3 Pasal-pasal mengenai Pedagang Kaki Lima dalam Perda Kota Denpasar Nomor 3 Tahun 2000 ...................................................
150
BAB V MANAJEMEN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KECAMATAN DENPASAR BARAT...................
153
5.1 Model Manajemen Pemberdayaan .................................................
153
5.1.1 Manajemen Pemberdayaan dengan Pendekatan Holistik ............
156
5.1.2 Permasalahan Pedagang Kaki Lima .............................................
165
5.1.3 Beberapa Alternatif Model Manajemen Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima ..................................................................
170
5.1.4 Lembaga yang Terlibat .................................................................
180
5.1.5 Organisasi dan Struktur Kerja .......................................................
181
5.2 Aspek Manajemen ...........................................................................
186
5.2.1 Perencanaan (Planning)..................................................................
186
5.2.2 Pengorganisasian (Organizing) ......................................................
190
5.2.3 Pengisian Jabatan (Staffing) ..........................................................
191
5.2.4 Pengarahan (Directing) .................................................................
192
5.2.5 Pengawasan (Controlling) ............................................................
194
5.3 Sosialisasi dan Implementasi ...........................................................
195
BAB VI RESPONS MASYARAKAT TERHADAP MANAJEMEN PEMBERDAYAAN ...............................................................
198
6.1 Respons Pedagang Kaki Lima ..........................................................
218
6.1.1 Model dan Kelembagaan ...............................................................
220
xxiii
6.1.2 Perangkat Hukum .........................................................................
226
6.1.3 Sosialisasi dan Implementasi .........................................................
228
6.2 Respons Konsumen ...........................................................................
236
6.2.1 Model dan Kelembagaan ...............................................................
236
6.2.2 Perangkat Hukum .........................................................................
240
6.2.3 Sosialisasi dan Implementasi..........................................................
243
BAB VII DAMPAK DAN MAKNA MANAJEMEN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA .................
246
7.1 Dampak Manajemen Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima ..............
246
7.1.1 Dampak Sosial ...............................................................................
248
7.1.2 Dampak Ekonomi ..........................................................................
251
7.1.3 Dampak Politik ..............................................................................
258
7.2 Makna Manajemen Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima ................
262
7.2.1 Makna Solidaritas ..........................................................................
263
7.2.2 Makna Kesejahteraan ....................................................................
269
7.2.3 Makna Psikologi ............................................................................
276
7.3 Refleksi .............................................................................................
278
7.4 Temuan Penelitian ............................................................................
283
BAB VIII SIMPULAN DAN REKOMENDASI ..................................
287
8.1 Simpulan ...........................................................................................
287
8.2 Rekomendasi .....................................................................................
291
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xxiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1.1 Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali Tahun 1961-2000 ................................................. 7
4.1 Luas Wilayah menurut Jenis Penggunaan Tanah Kecamatan Denpasar Barat Tahun 2007........................................
89
4.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Dirinci menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Denpasar BaratTahun 2007 ..........................................................
92
4.3 Jumlah Penduduk menurut Umur dan jenis Kelamin di Kecamatan Denpasar Barat Tahun 2007 ..................................
93
4.4 Jumlah Penduduk menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kecamatan Denpasar Barat Tahun 2007................
96
4.5 Jenis dan Jumlah Sekolah, Siswa dan Guru di Kecamatan Denpasar Barat Tahun 2007....................................
97
4.6 Sarana/Fasilitas dan Tenaga Kesehatan di Kecamatan Denpasar Barat Tahun 2007 ..................................
102
4.7 Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Denpasar Barat menurut Status Pedagang dan Jenis Usaha. ...................................
113
4.8 Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Denpasar Barat menurut Umur dan Jenis Usaha .....................................................
115
4.9 Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Denpasar Barat menurut Umur dan Status Pedagang .............................................
116
4.10 Distribusi Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Denpasar Barat menurut Jenis Kelamin dan Jenis usaha. ............................
118
4.11 Distribusi Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Denpasar Barat menurut Umur dan Jenis Kelamin ......................................
119
4.12 Distribusi Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Denpasar Barat menurut Status Kawin dan Jenis Usaha .............................
120
4.13 Distribusi Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Denpasar Barat menurut Status Kawin dan Status Pedagang ......................
121
4.14 Distribusi Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Denpasar Barat menurut Pendidikan dan Jenis Usaha .................................
123
xxv
4.15 Distribusi Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Denpasar Barat menurut Pendidikan dan Status Pedagang ..........................
124
4.16 Rata-rata Besarnya Modal Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Denpasar Barat menurut Jenis Usaha. .................
127
4.17 Rata-rata Besarnya Modal Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Denpasar Barat menurut Sumber dan Jenis Usaha ............................................................................
128
4.18 Rata-rata Besarnya Modal Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Denpasar Barat menurut Sumber Modal dan Status Pedagang .....................................................................
129
4.19 Jam Kerja Rata-rata per Minggu menurut Jenis Usaha Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Denpasar Barat .....................
133
4.20 Jam Kerja Rata-rata per Minggu menurut Status Migran Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Denpasar Barat .....................
133
4.21 Rata-rata dan Persentase Jam Kerja Pedagang Kakilima di Kecamatan Denpasar Barat menurut Jenis Usaha ....................
134
4.22 Prosentase dan Rata-rata Jam Kerja Pedagang Kakilima di Kecamatan Denpasar Barat menurut Status Migran Pedagang.....
135
4.23 Hubungan Modal dan Jam Kerja menurut Jenis Usaha Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Denpasar Barat .....................
136
4.24 Hubungan Modal dan Jam Kerja menurut Status Migran Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Denpasar Barat .....................
136
4.25 Prosentase dan Rata-rata Pendapatan Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Denpasar Barat menurut Jenis Usaha ....................
138
4.26 Prosentase dan Rata-rata Pendapatan Pedagang Kakilima di Kecamatan Denpasar Barat menurut Status Migran Pedagang ...............................................................
139
4.27 Hubungan Rata-rata Modal, Jam Kerja dan Pendapatan menurut Jenis Usaha Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Denpasar Barat ...................................................... 4.28 Hubungan Rata-rata Modal, Jam Kerja dan Pendapatan menurut Status Migran Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Denpasar Barat ......................................................
xxvi
140
142
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Model Penelitian .............................................................................
71
3.1 Peta Kota Denpasar ........................................................................
76
3.2 Peta Wilayah Kecamatan Denpasar Barat ......................................
77
5.1 Herarki Teori Motivasi Kebutuhan Maslow ...................................
158
5.2 Seorang Pedagang Kaki Lima Mengemas Dagangannya di atas Trotoar...............................
165
5.3 Seorang Pedagang Kaki Lima sedang Mendorong Rombong di Badan Jalan.........................
166
5.4 Seorang Anggota Satpol PP Melakukan Penertiban Pedagang Kaki Lima................................................................
167
5.5 Seorang Pedagang Kaki Lima Mendorong Rombongnya di Badan Jalan ...............................
168
5.6 Struktur Kerja Model Manajemen Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar .......................................................................
182
5.7 Kegiatan Pembinaan Pedagang Kaki Lima di Kantor Desa Tegal Harum ..................................................
183
5.8 Petugas Satpol PP sedang melakukan Penertiban Pedagang Kaki Lima ...............................................................
184
5.9 Petugas Desa Pakraman Mengawasi Pedagang Kaki Lima dan Pedagang Bermobil .........................
185
5.10 Pedagang Kaki Lima berada di Sela-Sela Pedagang Bermobil ................................................................
185
xxvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran: 1. Daftar Tanyaan 2. Nama-nama Informan 3. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Denpasar Nomor 15 Tahun 1993 tentang Kebersihan dan Ketertiban Umum di Kotamadya Daerah Tingkat II Denpasar 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 6. Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 3 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 15 Tahun 1993 tentang Kebersihan dan Ketertiban Umum di Kotamadya Daerah Tingkat II Denpasar 7. Berita Acara Diskusi Terfokus 8. Foto-foto Kegiatan Manajemen Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima 9. Surat Izin Penelitian
xxviii
GLOSARIUM
awig-awig desa: semacam peraturan desa yang mengandung ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam wilayah desa adat banjar adat: suatu bagian dalam sistem pemerintahan adat di Bali yang berada di bawah desa adat bendesa: pimpinan tertinggi dalam suatu wilayah desa pakraman atau desa adat braya: sekelompok orang dari suatu daerah tertentu, baik yang masih ada pertalian keluarga maupun tidak, seperti tetangga dan sebagainya desa adat: suatu bagian dalam sistem pemerintahan adat di Bali desa pakraman: hampir sama dengan desa adat, tetapi merangkul semua penduduk yang ada di wilayahnya, termasuk yang beragama bukan Hindu. desa/kelurahan wed: desa/kelurahan yang telah ada sejak awal suatu daerah (kecamatan) dibentuk, jadi bukan merupakan hasil pemekaran. juragan (Jawa): pengusaha dalam bidang tertentu yang banyak mempunyai usaha dan banyak karyawannya krama desa: penduduk atau warga desa pakraman atau desa adat. krama tamiu: penduduk yang tinggal di wikayah desa pakraman atau desa adat, tetapi bukan merupakan warga desa pakraman atau desa adat. menyama braya: suatu keadaan tempat sekelompok orang dalam suatu wilayah tertentu, baik yang masih ada pertalian keluarga maupun tidak, melakukan aktivitas layaknya suatu keluarga nyama: sekelompok orang yang masih mempunyai hubungan persaudaran antara satu dengan yang lainnya xxix
nyama slam: ungkapan yang ditujukan kepada kelompok masyarakat yang tinggal pada suatu daerah yang beragama Islam nyama kristen: ungkapan yang ditujukan kepada kelompok masyarakat yang tinggal pada suatu daerah yang beragama Kristen nyama madura: ungkapan yang ditujukan kepada kelompok masyarakat yang tinggal pada suatu daerah yang berasal dari Madura nyama jawa: ungkapan yang ditujukan kepada kelompok masyarakat yang tinggal pada suatu daerah yang berasal dari Jawa nyama lombok: ungkapan yang ditujukan kepada kelompok masyarakat yang tinggal pada suatu daerah yang berasal dari Lombok pancayadnya: lima macam upacara agama Hindu peguyuban (Jawa): semacam organisasi yang bergerak dalam kegiatan tertentu perarem desa: keputusan yang diambil oleh desa berdasarkan atas hasil musyawarah desa pecalang: bentuk pengamanan yang dimiliki oleh struktur organisasi adat di Bali tamiu: seseorang atau sekelompok orang yang tinggal sementara di wilayah desa pakraman atau desa adat trihita karana: konsep dalam agama Hindu yang terdiri atas prahyangan, palemahan, dan pawongan yang mengandung makna hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan buta kala wed: asli yakni keberadaannya mulai dari awal
xxx