KEM FLipMAS PATRA DI DESA BENGKALA KECAMATAN KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG TAHUN 2014
Disusun oleh:
FLipMAS NGAYAH Wilayah BALI
2014
1
HALAMAN LEGALITAS USULAN
2
I.
ANALISIS KAWASAN
1.1 Gambaran Umum Kawasan Desa Bengkala merupakan salah satu desa
di Kecamatan Kubutambahan
Kabupaten Buleleng, terletak pada jarak 15,6 Km dari pusat kota Singaraja, atau sekitar 100 km sebelah utara ibukota propinsi Bali, Denpasar, seperti ditunjukkan pada gambar 1. Dengan mobil diperlukan waktu sekitar 2,5 jam perjalanan, baik melalui Bedugul maupun Kintamani. Desa yang memiliki jumlah penduduk 2.749 jiwa ini, berbatasan dengan Desa Kubutambahan di sebelah utara, Desa Bulian di sebelah timur, Desa Bila di sebelah selatan, dan Desa Jagaraga atau Sungai Daya di sebelah barat. Luas wilayah Desa Bengkala adalah 496.00 Ha yang terdiri atas wilayah perumahan 31.08 Ha, kebunan 441.09 Ha, pertanian 21.00 Ha, Kuburan 0.20 Ha dan lain-lain 1.60 Ha. Data tersebut menunjukkan bahwa 93,16% wilayah Desa Bengkala merupakan kawasan pertanian dan perkebunan. Komposisi jumlah penduduk terdiri atas 1.247 orang lakilaki dan 1.502 orang perempuan (Profil Desa Bengkala, 2012).
Gambar 1. Peta lokasi Wilayah KEM Kolok Bengkala Berdasarkan data dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa Bengkala periode 2010-2014, hasil observasi lapangan yang dilakukan pada minggu 2324 November 2013, dan hasil survei serta group-discussion selama medio Januari 2014 menunjukkan bahwa masalah serius yang dihadapi oleh Desa Bengkala adalah lahan perkebunan dan pertanian yang masih gersang karena terbatasnya sumber air dan
3
kurangnya diversifikasi vegetasi hijau yang tumbuh. Kekeringan yang melanda desa ini, akibat terbatasnya sumber air, sehingga berimplikasi pada rendahnya produktifitas pertanian-perkebunan-peternakan yang merupakan sumber ekonomi utama penduduk. Di sisi yang lain, tumpuan hidup dari aktivitas peternakan yang masih dikelola secara konvensional (non-koloni) pada masyarakat Bengkala, belum mampu menghasilkan gererate revenue yang signifikan, sehingga hal ini secara ekonomi memicu tingginya angka kemiskinan di Desa Bengkala. Kebutuhan air untuk pertanian/perkebunan/peternakan reservoar air subak tegal, yang
didistribusi dari satu
berjarak sekitar 3-4 km dari lahan KEM, yang
dimanfaatkan oleh 5 kawasan subak. Masing-masing wilayah hanya dapat suplai secara bergiliran dalam selang waktu 3 hari, seperti ditunjukkan pada gambar 2. Di sisi yang lain, suplai air untuk kebutuhan konsumtif didistribusi dari satu reservoar air minum yang sudah mampu memenuhi kebutuhan minimal masyarakat Bengkala. Keterbatasan air untuk keperluaran pengairan lahan dan distribusi air, merupakan masalah serius bagi masyarakat untuk bisa bertani-ternak secara optimal. Hal ini cenderung berimplikasi pada
minimnya
produktivitas
petani/peladang
yang
menyebabkan
rendahnya
pendapatan masyarakat, mengingat mata pencaharian utama adalah berkutat pada aspek kebun, tani, dan ternak. Hal tersebut sebagai sumber pemicu munculnya masalah financial pada setiap strata sosio-ekonomi masyarakat di Bengkala. Atas dasar ini, pemikiran dan upaya solutif dalam pengadaan sumber air melalui sumur bor, dan atau pencarian sumber air baru beserta perbaikan pipanisasi pendistribusian air merupakan kebutuhan mendesak bagi masyarakat Bengkala.
3
2 1
KEM
Gambar 2. Layout lahan dan Sumber Air
4
Kondisi lahan yang tersedia di lokasi KEM berpotensi untuk digarap menjadi persawahan ataupun ladang. Jenis tanahnya andosol berwarna coklat kelabu dan sebagian lagi latosol coklat kekuningan dengan tekstur lempung berpasir). Jenis tanah semacam ini tergolong subur jika ada air. Kandungan bahan organik tanahnya rendah karena pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan. Akibatnya jika musim kemarau tanah menjadi sangat kering. Oleh karena itu, jika air dapat dialirkan ke dua lokasi tersebut, dengan cara memperbaiki saluran air dari sumber air ke lahan KEM, maka keduanya akan dapat ditanami padi, sayuran ataupun palawija untuk kehidupan masyarakat kolok sehari-hari.
1.2 Tingkat Pendidikan, Kesehatan, dan Pendapatan Perkapita Ditinjau dari tingkat pendidikan usia produktif
di desa Bengkala terdapat: (1)
akademi/sarjana ke atas 256 orang, (2) SMA/SMK 561 orang, (3) SMP 673 orang, (4) SD 1.216 orang. Pekerjaan penduduk Desa Bengkala sebagian besar sebagai besar sebagai petani dan buruh tani 1.416 orang, peternak 962 orang, pegawai negeri/TNI/Polri 36 orang, pegawai suasta 4 orang dan tenaga pengangguran/pencari kerja/tidak bekerja 331 orang. Di pihak lain, khusus untuk komunitas kolok di desa Bengkala, dari 49 jiwa komunitas kolok, hanya 4 orang yang berpendidikan SMP, 5 orang SD, sisanya buta huruf. Akibat ketidakmampuan ekonomi, banyak warga miskin kolok tinggal di rumah yang tidak layak huni, dengan kondisi sanitasi yang jelek, dan derajat kesehatan yang rendah,
disamping rendahnya literasi ipteks dan tingkat
pendidikan komunitas kolok. Kesulitan komunikasi menjadi faktor dominan keterbelakangan pendidikan kolok, meskipun dari observasi dan interaksi penderita kolok ini memiliki logik dan nalar yang baik. Nampaknya dengan sentuhan teknologi ICT dari pakar edukasi, hambatan komunikasi kolok diharapkan dapat mengantarkan komunitas kolok ke spektrum pendidikan yang lebih baik, guna meningkatkan harkat dan martabat komunitas marginal kolok di desa Bengkala. Profil komunitas kolok di desa Bengkala seperti ditunjukkan pada gambar 3. Meskipun terpasung dalam belenggu sosio-ekonomi, komunitas kolok hidup merupakan pekerja yang rajin dan tangguh, sebagai penyakap, buruh, dan pengabdi sosial melalui pementasan Janger Kolok,
meskipun dengan
bayaran yang relatif rendah. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Kanta (55 tahun),
5
ketua peguyuban masyarakat kolok, didapat bahwa penghasilan warga kolok dari profesi penggali kubur dan buruh tani hanya Rp. 450.000,-/bulan. Sesuai dengan hasil observasi/wawancara mendalam pada November 2013-Januari 2014 pendapatan warga kolok pada setiap pementasan Janger Kolok (rata-rata 3 kali/tahun) adalah Rp. 150.000/orang. Penghasilan ini masih jauh dibawah UMR kabupaten Buleleng, yaitu Rp. 700.000,-/bulan. Keadaan financial yang rendah, berimplikasi pada buruknya kualitas hidup komunitas kolok dari aspek pendidikan, kesehatan, dan pemenuhan kebutuhan hidup lainnya. Sangat sedikit (< 25% dari 49 orang) warga kolok yang sempat mengeyam pendidikan formal, sebagai akibat keterbatasan tenaga pendidik dan sarana-prasarana layaknya sekolah luar biasa (SLB). Seni Janger Kolok sebagai modal sosial dari komunitas kolok di Desa Bengkala sangat berpotensi untuk dijadikan aset budaya berpotensi ekonomi, untuk mendongkrak kesulitan sosio-ekonomi warga kolok, selain aktivitas bertani-beternak dan menjadi buruh serampangan.
Gambar 3. Profil Komunitas Kolok di desa Bengkala 1.3 Produktivitas Lahan dan Ketersediaan air bersih Salah satu kelompok masyarakat di desa Bengkala yang mengalami masalah sosial dan produktivitas ekonomi/rumah tangga miskin
adalah komunitas kolok, pedahal
kelompok masyarakat kolok ini memiliki aset lahan yang cukup luas (5 Ha). Kelompok kolok merupakan komunitas masyarakat yang menderita penyakit tuli-bisu bawaan sejak lahir dan berpotensi diturunkan ke generasi berikutnya. Jumlah penduduk penderita tulibisu di desa Bengkala yang dalam Bahasa Bali dikenal dengan sebutan “kolok” adalah
6
47 jiwa (> 2% dari jumlah warga desa). Masyarakat kolok di desa bengkala rata-rata memiliki (1) investasi fisik berupa lahan garapan (tegalan) rata-rata 0.5 Ha, (2) potensi sumber daya alam seperti pohon jambu mete, kelapa, bambu rata-rata 10 pohon, (3) tanaman musiman seperti kunyit dan jagung, (4) ternak ayam, babi, dan sapi masingmasing 15 ekor, 5 ekor, 3 ekor, yang dikelola secara tradisional (non-koloni) dan sangat sederhana, seperti ditunjukkan pada gambar 4.
Gambar 4. Peternakan tradisional yang sangat sederhana Selama ini potensi aset lahan yang mereka miliki hanya dimanfaatkan sebagai berikut. (1) Tegalan (lahan garapan tanah kering) yang dimiliki hanya ditanami pada saat musim penghujan, sehingga pada saat musim kering sebagian besar lahan tersebut terabaikan. (2) Buah jambu mete hanya dikumpulkan bijinya saja, serta dijual langsung kepada tengkulak (pengepul) tanpa pengolahan terlebih dahulu. Disisi lain, daging buah jambu mete dibuang begitu saja. (3) Lidi pohon kelapa yang telah dikumpulkan hanya diikat-ikat dan dijual kepada pengerajin ingka di desa lain. Padahal jika diolah, menjadi kerajinan kreanova, lidi-lidi tersebut akan memberikan nilai ekonomis yang lebih tinggi. (4) Pohon bambu yang mereka miliki hanya dimanfaatkan pada saat upacara agama. Padahal dengan sentuhan iptek sederhana, pohon-pohon bambu tersebut dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan rumah sehat dan sederhana. Di daerah luar Bengkala, warga kolok biasanya diasingkan karena dianggap memberikan cuntaka (kekotoran) pada wilayah tersebut. Namun, di daerah Bengkala aturan itu dapat ditolerir dengan hanya membatasi aktivitas warga kolok dalam berprofesi sebagai penggali kubur dan buruh tani, dampak dari profaanisasi sosioreligus yang membelenggu warga kolok dari kewajiban. Fakta tersebut cenderung
7
membatasi akses sosio-ekonomi warga kolok. RTM kolok, merupakan kelompok masyarakat yang menderita tuli dan bisu bawaan sejak lahir, serta berpotensi untuk diturunkan kepada generasi berikutnya. Karena keterbatasannya, maka kelompok masyarakat ini hanya mampu bekerja sebagai penggali kuburan dan buruh tani. Empati penduduk normal, terwujud dalam upaya meringankan kewajiban para kolok. Keluarga yang bisu-tuli bebas dari segala bentuk iuran wajib atau peturunan untuk upacara adat. Sebagian besar generasi tua dan generasi muda kolok termasuk komunitas yang tidak melek aksara/buta huruf, hanya generasi yang baru dilahirkan dalam dasawarasa 2000 ini yang baru tersentuh pendidikan inklusif. Fenomena ini sungguh sangat memprihatinkan mengingat terbatasnya dinamika sosio-ekonomi-edukasi masyarakat kolok, yang berpotensi menciptakan marginalitas komunal semakin akut. 1.4 Jumlah Penduduk desa dan KK Miskin Secara keseluruhan, jumlah penduduk desa Bengkala adalah 2.749 jiwa yang terdiri atas 1.247 orang laki-laki dan 1.502 orang perempuan (Profil Desa Bengkala, 2012). Jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) di desa Bengkala adalah 257 orang, atau sekitar 9,35% dari total jumlah penduduk
(RPJM Desa Bengkala, 2012). Kelompok
masyarakat yang menjadi penyumbang angka kemiskinan terbesar adalah kelompok masyarakat kolok. Komunitas miskin kolok ini menempati tempat tinggal yang tak layak huni, sehingga sangat jauh dari kualifikasi hidup sehat, nyaman dan menyenangkan, seperti ditunjukkan pada gambar 5. RTM kolok, merupakan kelompok masyarakat yang menderita tuli dan bisu bawaan sejak lahir, serta berpotensi untuk diturunkan kepada generasi berikutnya. Lebih dari 2% atau 49 jiwa, penduduk desa ini adalah penderita tuli bisu (kolok). Hanya sebagian kecil komunitas kolok tinggal di pedesaan Bengkala, karena mereka lebih baik menempati tanah tegalan warisan leluhurnya. Bantuan dana bedah rumah yang mulai mewabah di Bali, juga tidak sampai ke warga kolok. Beberapa di antara mereka harus meninggali rumah tanpa pintu dan jendela. Program desa ataupun bantuan eksternal lainnya, belum membawa warga kolok ini ke arah tataran kehidupan normal. Misalnya mengajarkan mereka untuk berkomunikasi atau berhitung melalui dunia maya. Kebanyakan bersifat riset atau studi sosial, atau menampilkan sisi fisik warga kolok namun belum menyentuh alam pikirannya. Ringkasnya, warga kolok dibiarkan eksis dan survive menuruti takdirnya sendiri.
8
(1) Rumah Warga Kolok tak berjendela atau berpintu
(2) Rumah Kolok Pindi
(3) Rumah Kolok Ngarda
Gambar 5. Kondisi Rumah Warga Kolok 1.5 Kondisi Sosial Masyarakat dan Kearifan Budaya Lokal Dalam koteks pergaulan sehari-hari (adat) dengan masyarakat baik dari desa Bengkala maupun di luar desa, komunitas kolok dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan bahasa isyarat kolok dan atau difasilitasi penterjemahan yang disediakan oleh kelompok peguyuban kolok yang diketuai oleh Pak Kanta. Bahasa isyarat kolok Bengkala sangat unik, berbeda dengan bahasa iyarat kolok kebanyakan, dan hanya ditemukan di desa Bengkala dan di Negera Costarica. Budaya kerja keras, kesetiaan dalam persahabatan, jujur, sederhana dan patuh pada tokoh panutannya merupakan modalitas sosio-ekonomi dasar komunitas kolok dalam melanjutkan kehidupan. Di sisi yang lain, komunitas kolok merupakan petani kunir heritage dari generasi ke generasi dan pakar pemelihara ayam tajen yang sudah sering terbukti selalu unggul dalam konteks tajen. Kearifan budaya lokal lain yang dimiliki oleh masyarakat kolok di Desa Bengkala adalah kelompok tari janger kolok, yang sudah sangat terkenal di manca negara. Janger kolok adalah kelompok kesenian tari janger yang seluruh anggotanya (baik penari dan penabuh) adalah masyarakat kolok. Yang menarik, karena semua penarinya bisu-tuli, mereka tak bisa mendengar suara musik yang ditabuh untuk mengiringi tariannya. Janger kolok, gong kolok, dan budaya kolok merupakan komoditas wisata yang belum tersentuh sebagai ikon wisata di Buleleng. Rendahnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada kurang optimalnya upaya RTM kolok dalam memberdayakan dirinya untuk keluar dari lingkaran kemiskinan. Namun, di bawah bimbingan dan pendampingan organisasi peguyuban kolok dan institusi lain, komunitas kolok di desa Bengkala sudah dilabel menjadi ikon wisata budaya dengan karya seni janger koloknya.
9
II.
Rancangan KEM
2.1 Desain Konstruksi Fisik dan Tata letak KEM Komunitas kolok di desa Bengkala, sebagian tinggal di pusat desa, secara inklusif menyatu dengan kehidupan masyarakat normal lainya di kelompokan menjadi kluster 3, sedangkan yang lainnya menyebar tinggal di Tegalan lahan warisan leluhurnya, yakni kluster 1, dan kluster 2. Mengingat penyebaran komunitas kolok di desa Bengkala tidak terpusat di satu area, maka desain konstruksi fisik dan tata letak KEM akan terdistribusi dalam 2 kluster yang akan mengkover kawasan seluas 5 ha, yakni kluster 1, dengan luas area 3 ha, berlokasi di kolok Narda ; dan(2) kluster 2, dengan luas 2 ha berlokasi di kolok Pindiasa. Pada masing-masing cluster Kawasan Ekonomi Masyarakat (KEM) kolok di Bengkala, yakni kluster 1 dan 2 akan dibangun (i) rumah sehat komunitas kolok; Rumah sehat komunitas kolok yang dibangun pada setiap kluster akan mengacu pada arsitektur rumah tradisional unik warisan budaya kolok. (ii) sentra tani-ternak terpadu (simantri) dengan infrastruktur pendukungnya (iii) area pertamanan, pertanian dan perkebunan, dan (iv) sentra wirausaha kreanova produk unggulan masyarakat kolok, sedangkan kluster 3 akan dibangun the information centre of kolok sebagai pusat studi dan administrasi. Desain konstruksi fisik dan tata letak KEM seperti ditunjukkan pada gambar 6. 3
1
2
Gambar 6. Desain Konstruksi Fisik dan Tata Letak KEM
10
Kluster (1), dan (2) secara fungsional merupakan kawasan KEM yang bersifat produktif, sedangkan kluster 3 akan difungsikan sebaga tempat pusat informasi tentang masyarakat kolok (centre of kolok) , sekaligus sebagai tempat penyelenggaraan edukasi inklusif, pendidikan life skill, janger kolok, promosi-marketing (outlet), koperasi, rapat, dan kegiatan admistrasi bagi komunitas kolok, organisasi peguyuban kolok, flipmas, dan prodikmas lainnya. Kluster (1), dan (2) akan dikembangkan sebagai kawasan produktif ekonomi masyarakat kolok dalam bidang pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kerajinan kreanova yang dikelola secara simultan oleh komunitas kolok, peguyuban kolok, dan Flipmas. Ketiga sentra ini merupakan kawasan yang diproyeksikan sebagai sumber generate revenue bagi kelompok komunitas kolok, peguyuban kolok, Flipmas, dan masyarakat sekitarnya secara berkesinambungan dari generasi ke generasi. Penataan infrastruktur fisik pada setiap cluster tetap mengacu pada konsep filosofi “Tri Hita Karana” sebagai kearifan lokal masyarakat Bali, yang membagi secara fungsional suatu kawasan menjadi 3(tiga) zona area, yakni (1)zona pahrayangam; difungsi untuk tempat tinggal, peribadatan, aktivitas sosial, (2) zona pawongan; difungsikan untuk pertamanan, dan pertanian, dan (3) zona palemahan, difungsikan untuk peternakan dan pengolahan limbah. 2.2 Metode Utama KEM (Integrated of Society and Land Potential) Metode utama KEM bagi kelompok kolok di desa Bengkala pada aspek peningkatan ekonomi dan sosial menggunakan metode SLA (the sustainable livelihood approach). Pemberdayaan masyarakat dengan the Sustainable Livelihoods Approach (SLA) pada dasarnya upaya pelibatan masyarakat untuk belajar dan beraktivitas secara berkelanjutan dengan cara unik mereka menjalani hidup dalam rangka meningkatkan kualitas hidup mereka (Shadi Hamadeh, 2009). Secara sistemik metode utama KEM dalam mengejawantahkan integrated of society and land potential ditunjukkan pada gambar 7. Pendekatan SLA (Sustainable Livelihoods Approach) bersendikan pada 3 (tiga) tahapan kegiatan, yakni (1) tahap penyadaran (Awareness), (2) tahap pengkapasitasan/pendampingan
(participating/scaffolding),
dan
(3)
tahapan
pelembagaan(institutionalization). Model SLA (the sustainable livelihood approach) merupakan model pemberdayaan yang dapat meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan dan pembelajaran berkelanjutan,
11
bertolak dari potensi wilayah dan budaya lokal masyarakat setempat, melalui tahap penyadaran, pengkapasitasan/pendampingan, dan pelembagaan. TOP-DOWN (PROGRAM KEM )
GUIDANCE
SUPPORT SLA=the sustainable livelihood approach FIELD ACTIVITY
EXPECTING CONDITION
GOAL (Kepuasan)
(IPM)
MAPPING KEARIFAN LOKAL, POTENSI WILAYAH, ANALISIS SWOT, PROGRAM BERSAMA, PENDAMPINGAN, PENGUAT, PELEMBAGAAN PRANATA SOSIAL MASYARAKAT KOLOK
EXCITING CONDITION
PROGRAM TERENCANA
SELF-BELONGING RESPONSIBILITY
potensi wilayah
NEEDED
BOTTON-UP KOMUNITAS-KOLOK
(4) INSTITUTIONALIZATION
(3)STRENGTHENING
kearifan lokal
(2) CAPACITY
(1) AWARENESS
Gambar 7. Metode Utama KEM ``
Tahap penyadaran (awareness) merupakan tahap
inisiasi untuk menyadarkan
komunitas miskin kolok agar mampu memahami kondisi kemiskinan beserta penyebabnya, melakukan self-evaluation terhadap potensi, permasalahan
kemiskinannya
dan
upaya
yang
dapat
merefleksi terhadap ditempuh
untuk
penanggulangannya, melalui sosialisasi dan penyuluhan intensif, yang diorientasikan pada upaya mengagetasi sosio-ekonomi kolok untuk bisa memanfaatkan lahan secara modern.
Tahap pengkapasitasan merupakan tahap aksi untuk mengkapasitasi
komunitas miskin kolok dalam usaha produktif dengan memberi bantuan investasi infrastruktur fisik, bibit ternak sapi/babi/ayam, sumur bor/instalasi pengairan irigasi, rumah sehat, bibit tanaman, biaya pengolahan tanah, dan pelatihan managemen produksi dan pemasaran, sekaligus menyediakan pendampingan pada keluarga miskin untuk membangun, mengelola, dan membesarkan usaha produktifnya. Selanjutnya pada tahapan pelembagaan (institutionalization) adalah mewadahi usaha produktif KK
12
miskin
kolok
pada
suatu
kelompok
institusi/organisasi/koperasi
yang
dapat
memudahkan proses belajar, transfer Ipteks, pemasaran, jaminan legalitas formal dan keberlanjutan dari aktivitas produktif-ekonomi komunitas kolok pada kawasan ekonomi masyarakat (KEM) di desa Bengkala. Model pertanian-peternakan-perikanan terintegrasi (simantri) merupakan aktivitas produktif pertanian-peternakan-perikanan dalam satu siklus berantai yang utuh, yakni pemanfaatan panen/limbah tanaman pada budidaya tani untuk komoditas/pakan ternak. Demikian juga sebaliknya budidaya ternak, limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk pertanian, seperti ditunjukkan pada gambar 8. Komoditas dalam KEM diproyeksikan mampu menghasilkan pendapatan yang bersifat harian (sayur-sayuran, telor, ikan, biogas), bulanan (ayam, kacang-kacangan, jagung), triwulan (pupuk, bibit), enambulanan(babi), dan tahunan (sapi). Program aksi produktif KEM melalui pertanianpeternakan-perikanan terpadu secara berjenjang dan sistemik dilakukan dengan tahap aktivitas (1) introduksi sistem kandang koloni dan teknologi
pemanfaatan limbah
tanaman untuk pakan ternak serta pemakaian limbah ternak ke pertanaman, pemeliharaan ternak sapi/babi/ayam/ikan secara intensif, (2) mengintroduksikan diversifikasi penanaman sumber hayati di lahan KEM untuk pakan, pangan, dan komoditas ekonomi, (3) pemanfaatan ipteks dan energi alternatif biogas dan biourine, (4) pengelolaan pasca panen/ pemasaran, dan (5) penataan administrasi dan pertanggungjawaban keuangan
Gambar 8. Model pertanian, peternakan, perikanan terintegrasi
13
Rekayasa ekonomi yang diprakarsai Flipmas dengan bendera Pertamina ini harus bertitik tolak dari kondisi existing masyarakat kolok di wilayah Bengkala.
Sebagai
penekun aktivitas bertani, berkebun dan beternak, dengan kepemilikan aset lahan tanah yang cukup luas, maka program KEM yang dikembangkan bagi komunitas kolok pada secara substansial difokuskan pada model pertanian, peternakan, perikanan terintegrasi untuk (1) membudayakan komunitas kolok hidup sehat dengan membangun unit rumah sehat kolok yang layak huni, (2) mengedukasi sistem tani-ternak terintegrasi dengan membangun infrastruktur fisik
sistem pertanian-perkebunan, perikanan, dan
peternakan terintegrasi dalam upaya mengintensifkan pengelolaan lahan yang tersedia secara optimal, dan (3) menguatkan konservasi budaya kolok untuk komoditas culture tourism. Rekayasa ekonomi di kawasan KEM secara koheren dan fungsional juga diproyeksikan sebagai pusat pelayanan kesehatan warga kolok dan masyarakat sekitarnya, serta pusat edukasi berbasis life skil yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat kolok dengan mengacu pada indikator Indek Pembangunan Manusia (IPM). 2.3 Metode Pendukung Pengembangan KEM (Supported Development of Related Aspect) Meskipun dalam konteks sosio-tradisional (adat), komunitas kolok memiliki hambatan psikologi sosial secara vertikal, namun pada tataran horizontal, komunitas kolok dapat berinteraksi secara harmoni-konstruktif baik sesama kolok maupun nonkolok di dalam maupun di luar desa Bengkala, sehingga dapat menjalani hidup dan kehidupan yang inklusif pada semua sektor. Simbiosis mutualisme komunitas nonkolok dan kolok yang dikatalisatori dengan baik oleh peguyuban kolok merupakan aset sosio-culture yang konstruktif dalam mendukung pengembangan KEM. Modalitas sosial ini sangat strategis bagi komunitas kolok dalam memajukan KEM yang mampu memberikan trickle down effect signifikan di desa Bengkala, sehingga dapat menghasilkan komoditas ekonomi yang bersumber dari wisata heritage, culture research, dan janger kolok di desa Bengkala, seperti ditunjukkan pada gambar 9. Kolok Bengkala
dengan karakteristik kedirian, dan keunikan budayanya, hanya
ditemukan di desa Bengkala dan di Negera Costarika. Keunikan budaya dalam aspek bahasa komunikasi dan pola hidupnya sering diteliti (culture research) oleh komunitas akademik lokal-mancanegara, maupun masyarakat lainnya untuk menikmati wisata heritage komunitas kolok. Dari sisi yang lain, inklusivitas komunitas kolok dengan
14
masyarakat di desa Bengkala yang terpayungi dalam peguyuban kolok telah mendorong lahirnya karya seni “janger kolok”, yang sangat pontensial dikembangkan sebagai ikon wisata kolok. Namun dengan status “kolok” ini, warga kolok hanya terposisi sebagai objek dalam dinamika kehidupan, sebagai akibat dari rendahnya kualitas SDM. Berpijak pada kondisi faktual ini, kohesivitas komunitas kolok dan non-kolok dalam kawasan KEM harus dibangun dan tetap terjaga dalam aktivitas pertanian-peternakan dan sosial-budaya melalui pemberdayaan yang inklusif berlandaskan filosofi gotongrong, tat twam asi, tri-semaya, dan tri purusartha dalam bidang ekonomi, kesehatan, dan pendidikan.
SOSIO-COMMUNITY INCLUSIVE EDUCATION
2, 3
(2) Wisata Heritage (3) Culture Research
KOLOK
PEGUYUBAN KOLOK 1
(1) Janger kolok
PEGUYUBAN KOLOK
Pendidikan Inklusif berbasis ICT Gambar 9. Metode Pendukung Pengembangan KEM Kelompok masyarakat kolok merupakan front liner dalam pengelolaan Kawasan Ekonomi Masyarakat (KEM)
Pertamina di desa Bengkala, yang bertugas (1)
merencanakan, melaksanakan, dan memasarkan komoditas produktif-ekonomi KEM, (2) menjaga, dan merawat infrastruktur KEM, dan (3) mempekerjakan, mengatur dan mengendalikan buruh/pegawai kolok- non kolok di kawasan KEM. Flipmas Ngayah dan Flipmas Indonesia secara fungsional akan memposisikan diri secara aktif sebagai pelatih, pembimbing, dan pengawas KEM, sekaligus menginventaris aktivitas fisik dan non-fisik KEM. Di pihak lain, peguyuban kolok akan bertugas sebagai pendamping komunitas kolok dalam program KEM Pertamina. Pola managemen Kawasan Ekonomi
15
Masyarakat (KEM) Kolok yang dicanangkan Pertamina dan Flipmas, seperti ditunjukkan pada gambar 10. PEKERJA PEGUYUBAN KOLOK
NON-KOLOK
KEM
KEM TENAGA KERJA
1. EKONOMI 2. KESEHATAN 3. PENDIDIKAN
KOLOK
BURUH
FLIPMAS &
PEGUYUBAN KOLOK
PERTAMINA
PEGAWAI
Gambar 10. Managemen KEM Di setiap kluster produktif KEM, pemilik lahan akan menjadi “the leader” dalam menggerakkan roda mesin perekonomian dalam KEM, dengan melibatkan partisipasi aktif beberapa warga terdekat kolok maupun non-kolok, yang didampingi oleh peguyuban kolok, serta dibawah bimbingan teknis dan pengawasan Flipmas. Kluster (1), (2), dan (3) merupakan kawasan produktif KEM yang teruntai dan terkendali secara ekonomi dalam sistem managemen terpadu, dengan pendistribusian keuntungan berdasarkan kontribusi yang diberikan masing-masing elemen/sektor di kawasan KEM. Secara fungsional KEM diproyeksikan menjadi episentrum pengentasan kemiskinan, yang dapat menggetarkan denyut perekonomian warga kolok di desa Bengkala, sehingga berdampak pada perbaikan kualitas hidup, kesehatan dan derajat pendidikan, yang dapat terukur dari Indek Pembangunan Manusia (IPM) warga kolok. Struktur kelembagaan KEM di desa Bengkala seperti ditunjukkan pada gambar 11.
16
PERTAMINA/FLIPMAS
PENANGGUNG JAWAB KEM
PEGUYUBAN KOLOK
KETUA KEM
PENDAMPING
SEKRETARIS
SIE PERTANIAN
BENDAHARA
SIE PETERNAKAN
SIE MARKETING
SIE PERIKANAN
Gambar 11. Struktur Kelembagaan KEM Hasil pendapatan neto KEM akan dihitung dari pendapatan kotor dikurangi pengeluaran. Hasil pendapatan dari pengelolaan KEM akan terdistribusi kepada: (A) kolok
pemilik
aset
lahan,
(B)
Peguyuban
dan
Komunitas
kolok,
(C)
Buruh/pekerja/pegawai/tenaga kerja KEM. Bertitiktolak dari kepemilikan aset lahan, bobot intesitas kerja dan kontribusi, fungsional dalam KEM, maka dapat diperkirakan proyeksi pembagian hasil pendapatan sebagai berikut. (1) Tahun-1 (Pembentukan dan Penguatan) Pada tahun-1 (pertama),
KEM diperkirakan belum berproduksi secara
maksimal, karena masih dalam posisi pembentukan dan penguatan infrastruktur, penyiapan SDM, penyemaian bibit tani-ternak-ikan untuk proses produksi. Bantuan rumah sehat bagi warga kolok penyedia lahan dipandang ekivalen dengan konpensasi pemanfaatan lahan untuk produksi KEM. Di pihak lain, infrastruktur KEM dan kelengkapannya merupakan investasi awal yang ditanamkan warga kolok, Pertamina dan Flipmas di wilayah KEM. Bilamana ada pendapatan yang diperoleh dari proses produksi inisiasi pada tahun pertama, pembagian pendapatan akan diperhitungkan berdasarkan bobot dan intensitas kerja (non-fungsional), atau diinvestasikan lagi dalam bentuk bibit tani-ternak-ikan, atau disimpan sebagai modal dasar bagi KEM untuk masuk aktivitas produksi tahun ke dua; Selain menyasar dan mendorong pergulatan
17
dinamika ekonomi warga kolok melalui untaian aktivitas pertanian-peternakanperikanan secara sikloid, di kawasan KEM juga disediakan pusat pelayanan kesehatan dan pelaksanakan pendidikan keaksaraan, life skill dan literasi ICT untuk meningkatkan kapabilitas warga kolok dalam menyongsong peradaban global dewasa ini. (2) Tahun-2 (Pengembangan dan Kemandirian) dan Tahun Selanjutnya Pada tahun kedua, perputaran roda produksi ekonomi dipastikan sudah bergerak pada masing-masing kluster di wilayah KEM. Bagi hasil pendapatan dari elemen KEM ditentukan dari keuntungan bersih (netto). Pemetaan persentase pembagian hasil pendapatan disepakati oleh komunitas kolok, dalam rapat seluruh anggota, peguyuban kolok, dan pendamping KEM. Prioritas utama pembagian diberikan pada komunitas kolok untuk meningkatkan kualitas hidupnya, yang dihitung perkepala. Pembagian income ini dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar sandang-pangan, pendidikan, kesehatan, pendidikan dan hiburan bagi komunitas kolok.
2.5 Jadwal Kegiatan Jadwal kegiatan KEM bagi komunitas kolok di kawasan inklusif desa Bengkala, seperti ditunjukkan pada tabel 1. Tabel 1. Jadwal Kegiatan KEM NO
1 2 3
4
JENIS KEGIATAN
Survei, proposal dan visitasi Sosialisasi dan pemetaan Instalasi unit demplot kandang tani-ternak terpadu (simantri), kolam ikan, biogas-, biofertilizer, perbaikan saluran air, embung, tandon, listrik, dan air Maintenance unit demplot kandang taniternak terpadu (simantri), kolam ikan, biogas-, biofertilizer, perbaikan saluran air, embung, tandon, listrik, dan air
TAHUN-2 (PENGEMBANGAN DAN KEMANDIRIAN)
TAHUN-1 (PEMBENTUKAN DAN PENGUATAN) 1
2
X
X
3
4
5
6
7
8
9
1 0
1 1
1 2
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 0
1 1
1 2
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
18
NO
JENIS KEGIATAN
1
5
6
7
8
9
10
11 12
Pendidikan life skill, inklusif-kontekstual, ICT, sosial-budaya, janger kolok, dan wisata dan pelayanan kesehatan Pembangunan rumah tradisional kolok,balai pertemuan, dengau etnic lokal, MCK,green house Maintenance rumah tradisional kolok,balai pertemuan, dengau etnic lokal, MCK,green house Pengolahan lahan garapan, Penataan/penyemaian peternakan, pertanianperkebunan-perikanan Pemeliharan – perawatan pertanian, peternakan dan perikanan Panen produk , Penyortiran produk , Pengemasan produk, Pemasaran produk Pelatihan dan pendampingan Monitoring, evaluasi, dan pelaporan
TAHUN-2 (PENGEMBANGAN DAN KEMANDIRIAN)
TAHUN-1 (PEMBENTUKAN DAN PENGUATAN) 2
3
X
X
X
4
X
X
X
5
6
7
8
9
1 0
1 1
1 2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 0
1 1
1 2
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
2.6 Rencana Anggaran Belanja KEM Rencana anggaran belanja KEM secara keseluruhan sebesar Rp 700.000.000,(Tujuh Ratus Juta Rupiah), dengan rincian seperti diuraikan pada tabel 2.
19
RESERVOAR AIR MINUM
RESERVOAR AIR SUBAK
3
2 1
20