LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINAFLip DESA OHOIDERTAWUN KECAMATAN KEI KECIL KABUPATEN MALUKU TENGGARA (Jumat, 15 Mei 2015)
Kondisi awal pesisir desa Ohidertawun
Aktifitas kegiatan KEM ‐ Bagan Apung
Disusun oleh :
FW Manise
Langgur, 15 Mei 2015
1. SITUASI AWAL KAWASAN NO ITEM SITUASI KAWASAN 1. Sifat Lahan di Kawasan
2. Sumber Air
3. Pertanian
4. Peternakan
5. Perikanan
URAIAN FAKTA LAPANGAN Lahan di kawasan Ohoi (desa) Ohoidertawun terbagi dua yaitu pesisir laut (teluk Ohoidertawun) dan pesisir darat. Pesisir laut dalam teluk Ohoidertawun umumnya sudah digunakan oleh warga untuk usaha budidaya rumput laut skala kecil yang bersifat tradisonal. Padahal potensi kawasan ini cukup besar untuk mendulang rupiah dengan diversifikasi dan ekstensifikasi usaha. Sementara lahan darat mirip lahan dilaut lebih banyak terbengkalai walaupun sebagian kecil digunakan warga untuk usaha perkebunan tradisional skala kecil yang tujuannya hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari‐hari. Tanaman perkebunan lebih banyak didominasi tanaman lokal seperti enbal (singkong) dan jagung. Umumnya lokasi KEM Ohoidertawun tidak mengalami kesulitan air bersih, baik untuk dikonsumsi oleh masyarakat maupun kebutuhan air bagi kegiatan‐kegiatan lainnya. Hampir semua rumah tangga memiki sumber air berupa sumur galian dengan kedalaman rata‐rata 4‐7 m. Kondisi pertanian di lokasi KEM masih bersifat tradisional, dengan komoditas tanaman lokal seperti singkong, jagung dan kelapa. Semua usaha bersifat musiman dan lebih banyak untuk onsumsi lokal, kecuali jagung dan kelapa yang sebagian kecil diperuntukan untuk dijual secara lokal. Dengan kondisi ini sangat sulit ekonomi keluarga (warga) KEM untuk di tingkatan, apalagi transportasi masih kurang mendukung. Kondisi peternakan di kawasan ohoidertawun secara umum sangat minim. Peternakan yang ada yaitu sapi (merupakan bantuan perorangan milik salah satu warga) serta ayam kampung beberapa ekor yang dipelihara secara lepas. Belum ada metode pemeliharaan dan perawatan yang baik. Kawasan KEM berpotensi untuk dikembangkan peternakan terutama ternak ayam, kambing, daan sapi Kawasan laut (teluk) Ohoidertawun selain menyajikan panorama yang indah dan mempesona, kawasan ini juga dijadikan lahan usaha bagi 5 desa yang berada di sekitarnya. Kegiatan perikanan yang dilakukan oleh beberapa warga Ohoidertawun di lokasi tersebut adalah kegiatan budidaya rumput laut metode long line skala kecil serta beberapa kegiatan penangkapan dan pemancingan ikan. Lahan teluk Ohoidertawun mempunyai potensi yang cukup besar sehingga selama ini
6. Kondisi Warga KEM
7. Lain‐lain
oleh masyarakat diluar kawasan/desa lain menjadikan teluk ini sebagai daerah penangkapan ikan bagi bagan mereka, sementara warga Ohoidertawun sendiri hanya menjadi penonton setia. Kondisi warga Kawasan Ekonomi Masyarakat (KEM) umumnya terpuruk dari sisi ekonomi mungkin lebih tepat jika dikatakan masyarakat kawasan ini mengalami kemiskinan Struktural (buatan manusia) atau lebih tepatnya mereka malas karena dimanjakan oleh alam. Warga KEM Ohoidertawun bila diukur dari semua indikator kemiskinan, maka mereka tetap berada dalam kemiskinan itu sendiri walaupun kriteria kemiskinan itu sendiri bervariasi. Ada beberapa Kepala Keluarga (KK) yang tinggal di rumah beton, tetapi rumah itu sebenarnya dibangun oleh keluarganya yang ada diluar daerah, sedangkan mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari‐ hari saja sangat sulit. Umumnya kebiasaan warga KEM sulit diatur padahal kondisinya sangat terpuruk dari sisi ekonomi, tetapi masih merasa harga diri miskinnya lebih besar. Tetapi dari sisi lain kehidupan warga di desa ini sangat tenang dan harmonis. Keberadaan dua rumah ibadah gereja dan masjid yang berdekatan menandakan keakraban realigi di desa ini cukup baik. Realitas lain yang nampak dalam kehidupan warga desa Ohoidertawun adalah keterlibatan mereka dalam ranah politik praktis. Dengan adanya durasi pemilukada, pemilu DPRD dan Pilpres yang berdekatan disertai dengan tergabungnya beberapa masyarakat menjadi tim sukses kandidat tertentu, menyebabkan pola berpikir mereka cenderung curiga akan adanya kegiatan di desa. Kondisi inilah yang membuat status kemiskinan warga desa cenderung bertahan. Mereka tidak sadar dieksploitasi oleh elit politik. Kondisi ini mempengaruhi psikologis masyarakat dimana merasa harga dirinya tinggi karena sebagai salah satu tim sukses, akhirnya lupa menafkahi keluarganya.
2. HASIL PEKERJAAN INVESTASI DI LAPANGAN NO ITEM KPI PROPOSAL URAIAN FAKTA KINERJA LAPANGAN Tahap Persiapan 1. Pengolahan lahan Kegiatan pengolahan lahan merupakan kegiatan pembersihan dan perapihan lahan untuk semua kegiatan mulai dari lokasi pengeringan, lokasi tempat bangunan fisik yang akan dibangun (tahap 1) serta tanah untuk pertanian (tahap 2). Untuk kegiatan olah
lahan yang telah dilakukan adalah pembersihan dan perapihan lokasi pengeringan, lokasi gudang penyimpanan, lokasi rumah pendidikan serta lokasi kandang ayam. Walaupun belum selesai namun, masih tetap dikerjakan oleh anggota kelompok KEM. Angka partisipasi warga KEM cukup tinggi kecuali pada pembuatan pengering. Pengering lebih diperuntukkan untuk penjemuran ikan jika terjadi musim puncak. Tetapi ada sedikit kesalahpahaman anggota KEM yanng lain terhadap pembangunan alat pengering. Mereka berpikir bahwa alat pengering karena hanya diperuntukkan bagi kegiatan bagan sehingga mereka kurang berpartisipasi dalam pembuatannya. Tetapi tim telah mempertemukan semua warga KEM dan telah menjelaskan fungsi pengering bagi kelancaran kegiatan KEM. Tahap pelaksanaan 1. Pembuatan kolam ikan
Pembuatan kolam ikan merupakan kegiatan pembuatan Bagan Apung. Bagan apung yang telah dibuat berukuran 13 x 15 meter dengan kedalam jaring 7 meter. Pembuatan bagan melibatkan anggota kelompok bagan KEM Ohoidertawun terutama saat pemasangan blong dan proses pemindahan bagan ke lokasi penangkapan. Bagan dikerjakan selama kurang lebih 2 bulan di desa lain yaitu desa Fiditan (berada di Kota Tual). Posisi bagan saat operasi adalah pada teluk Ohoidertawun. Bagan dilengkapi dengan lampu celup bawah air, 1 buah body speedboat berbahan fiber glass dan 1 buah mesin yamaha 40 pk. Sebelum dioperasikan, kepada anggota bagan juga diberi pelatihan tentang teknik penangkapan ikan di bagan apung oleh nara sumber yang berkompeten dalam bidang penangkapan ikan pada tanggal 19 Pebruari 2015. Operasi bagan pertama (uji coba) dilakukan pada tanggal 10 Maret 2015, namun disebabkan masih ada pada musim Barat dengan adanya angin dan gelombang yang kencang, sehingga beberapa bagian dari konstruksi bagan (kayu bagian atas) harus mengalami perbaikan dengan menggantikan beberapa kayu yang terlepas oleh hempasan gelombang. Demikian pula dengan jahitan jaring yang harus diperbaiki lagi karena terdapat beberapa lubang/celah yang mengakibatkan ikan dapat meloloskan diri. Kegiatan perbaikan ini dilakukan oleh anggota bagan sendiri. Setelah kerusakan diperbaiki, bagan dapat dioperasikan lagi dan beberapa hari mendapatkan hasil tangkapan yang lumayan bagus. Hasilnya juga telah dijual ke pasar tradisional (pasar langgur) serta sebagian disetor ke kas KEM (detailnya ada pada sitem on line). Namun kondisi alam terkadang berubah sehingga mempengaruhi hasil tangkapan dan saat ini hasil yang dicapai belum memuaskan, hanya bisa digunakan untuk membiayai operasional bagan sehari‐ hari seperti bahan bakar (untuk mesin genset dan speed boad) serta kebutuhan makan minum anggota bagan selama kegiatan penangkapan di malam hari. Kondisi bulan terang juga membuat
2.
Pengadaan ternak
3.
Pengadaan bibit tanaman
ikan sulit mendekati daerah bagan, sehingga untuk sementera, operasi penangkapan diistirahatkan sampai memasuki bulan gelap. Diharapkan saat memasuki puncak musim Timur (Juni – Agustus), hasil penangkapan akan lebih baik, sehingga dapat meningkatkan pendapatan harian kelompok bagan dan kas KEM. Pengadaan ternak merupakan kegiatan peternakan ayam. Pengadaan ternak ayam kampung direncanakan sebanyak 150 ekor, jika 1 ekor anak ayam seharga Rp. 20.000 (disesuaikan dengan RAB). Pada awalnya diusulkan ayam pedaging, namun melihat kondisi warga KEM terutama anggota kelompok peternakan serta repotnya proses pemeliharaan, maka atas kesepakatan tim dan anggota kelompok dirubah ke ayam kampung. Saat ini anggota kelompok dan tim baru memasuki tahap survey peternakan anak ayam kampung di Maluku Tenggara. Hal ini karena peternakan ayam kampung skala besar di wilayah Maluku Tenggara belum ada sehingga dalam pembelian bibit ayam (anak ayam ukuran sedang) akan dilakukan menyebar pada beberapa peternak dengan terlebih dulu memilih anak ayam yang sehat. Pengadaan ternak agak sedikit terlambat karena disesuaikan dengan pencairan dana tahap 1 (fase 2). Pengadaan bibit tanaman merupakan bagian dari kegiatan budidaya rumput laut (Euchema cottonii). Pada kegiatan ini dilakukan pengadaan bibit awal yang dibeli dari para petani dan ditanam/diikat dalam keramba jaring apung (KJA rumput laut). Bertujuan sebagai stok bibit untuk penanaman pada long line. Keramba jaring apung (KJA) dengan ukuran 4 x 1 x 2 meter untuk pembibitan rumput laut dibuat dari pipa paralon (PVC) diameter 2,5 inch sebanyak 5 unit untuk 5 kelompok pembudidaya rumput laut yang terdiri atas 17 KK. Pembuatan keramba ini dilakukan sejak tanggal 9 Januari 2015 dan dikerjakan selama kurang lebih 2
minggu. Sebelumnya tim pelaksana KEM memberikan materi penyuluhan tentang desain dan konstruksi KJA serta mendemonstrasikan teknik pembuatannya kepada kelompok budidaya rumput laut. Selanjutnya anggota kelompok mengerjakannya sendiri, mulai dari perakitan keramba, pencetakan jangkar/pemberat dari semen, pengikatan pelampung maupun penjahitan jaring pada keramba tersebut. Sebelum KJA tersebut ditempatkan pada lokasi KEM di teluk Ohoidertawun, anggota kelompok juga diberikan pelatihan tentang survey kelayakan lokasi dan teknik pemilihan bibit yang baik serta pemeliharaannya sampai sistem pemanenan dan teknik pengeringan dan pengemasan serta penyimpanan yang baik. Hal ini dilakukan agar anggota kelompok lebih memahami dan terampil dalam menjalankan usahanya. Pekerjaan perakitan keramba dilakukan secara bertahap oleh setiap kelompok, sehingga penyelesaiannya dan penempatan ke lokasi pemeliharaan juga secara bertahap. Pelepasan atau penurunan keramba dilakukan pada tanggal 19 – 23 Januari 2015. Selanjutnya
pada setiap KJA ditanami bibit yang dibeli dari sekitar desa Ohoidertawun. Pengikatan atau penanaman bibit rumput laut bagi
semua keramba selesai dikerjakan pada tanggal 24 Januari 2015.
4. Pembangunan kandang ternak
5. Penanaman bibit tanaman
6. Pengadaan alat mesin pertanian
Bibit rumput laut dipelihara selama 30 hari dan telah panen perdana pada tanggal 08 Maret 2015. Total hasil panen yang diperoleh sebanyak 727 kg basah atau 73 kg berat kering. Selanjutnya bibit yang diperoleh dipindahkan ke long line untuk pembesaran Pembangunan kandang ternak merupakan bagian dari kegiatan peternakan ayam. Pembangunn kandang ternak baru sampai pada desain kandang yang telah disepakati oleh kelompok peternakan serta pemotongann bambu untuk kebutuhan pagar kandang terbuka. Pembangunan kandang agak terlambat karena keterlambatan pencairan dana tahap 1 (fase 2). Penanaman bibit tanaman merupakan bagian dari kegiatan buddaya rumput laut. Proses penanaman dilakukan 2 kali yaitu pada penanaman bibit pertama (saat bibit dibeli dari nelayan) untuk dipelihara dalam KJA sebagai stok bibit pada longline. Penanaman bibit kedua yaitu pada long line (proses pembesaran/budidaya). Pada pemeliharaan bibit dalam keramba setiap kelompok dibagi 4 karung, dimana setiap karung dihargai Rp. 200.000,‐. Sedangkan pemeliharaan bibit di long line menggunakan bibit yang berasal dari hasil KJA. Saat ini bibit hasil KJA telah diikat pada long line punya anggota kelompok rumput laut yang ditandai dengan bola plastik warna kuning. Namun dalam pelaksanaannya mengalami kendala disebabkan adanya serangan penyakit ice‐ice sehingga hasil panennya tidaklah memuaskan. Untuk itu dilakukan budidaya ulang pada long line dengan penerapan metode budidaya yang benar termasuk perawatan dan pembersihan tali. Setiap kelompok diberi 4 long line, 8 buah pelampung bola besar, dan 8 buah pelampung bola plasti kecil wrna kuning sebagai tanda. Rencananya bulan Juni sudah bisa dipanen dan mudah‐mudahan hasilnya bisa memberikan dampak bagi anggota KEM dan setorannya bisa masuk ke kas KEM. Pengadaan mesin pertanian merupakan kegiatan pembuatan alat pengering ikan/rumput laut. Rancangan awal alat pengering yang akan dibuat adalah 1 buah alat pengering ikan (berbagan pelat besi) dengan ukuran agak kecil berkapasitas 300 kg ikan basah. Tetapi berdasarkan hasil diskusi dan pertimbangan ulang dimana jika terjadi panen puncak maka ikan yang harus dikeringkan cukup banyak sehingga tidak memungkinkan dikeringkan menggunakan alat tersebut. Alat pengering kemudian dirubah menjadi para‐para pengering sebanyak 8 buah dengan ukuran tiap rak pengering pxlxt = 7x2x1 meter. Diatas para‐para pengering ditutupi dengan rumah/tenda terpal setinggi 1,7 meter sehingga jika turun hujan produk bisa ditutupi. Para‐para ini bisa berfungsi ganda karena dapat digunakan juga untuk pengeringan rumput laut skal besar. Pengering yang dibuat sudah selesai hanya menunggu pemasangan
7. Pembangunan ruang pertemuan
8. Pemberian vitamin/vaksin/obat‐ obatan 9. Penyortiran produk
10. Pembuatan alat pengering
tiang tenda/rumah. Pembangunan ruang pertemuan merupakan kegiatan pembangunan rumah pendidikan. Rumah pendidikan belum dibuat hanya baru dilakukan olah lahan dan pengadaan bahan‐bahan pembuatan rumah. Keterlambatan ini sangat berhubungan dengan keterlambatan pencairan biaya tahap 1 fase 2. Pemberian vitamin/obat merupakan bagia dari kegiatan peternakan ayam. Kegaiatan ini belum dilakukan karena masih menunggu pengadaan ayam dulu sehingga bisa disesuaikan vitamin/obat yang ccok dengan kondisi ayam. Penyortiran produk merupakan bagian dari kegiatan gudang penyimpanan. Produk yang masuk dalam gudang penyimpanan akan disortir sebelum disimpan sehingga memudahkan untuk pemasaran. Penyortiran produk belum dilakukan karena belum ada produk yang akan disimpan dalam gudang. Tujuan pembuatan alat pengering ikan adalah untuk mengeringkan ikan teri dan ikan‐ikan kecil lainnya hasil tangkapan bagan apung, terutama yang tertangkap pada puncak musimnya yang biasanya melimpah dan tidak terjual seluruhnya, sehingga dapat menghasilkan nilai jual yang cukup menguntungkan yaitu ikan teri kering. Direncanakan akan dibuat 6 unit alat pengering (8 x 3 x 1)m yang dibuat dari bahan kayu dan bambu yang diperoleh/dipotong oleh anggota kelompok yang pada hutan desa Ohidertawun dan kemudian diangkut dengan mobil truk mini karena hutannya cukup jauh. Lokasi yang digunakan untuk penempatan alat pengering ini adalah pada tepian pantai (zona atas litoral) pada daerah ujung Barat/timur desa Ohidertawun. Sementara ini 3 unit alat pengering telah selesai dikerjakan, dan 1 unit lagi akan dikerjakan di bagian daratannya sedangkan 2 unit lainnya akan dibuat pada zona pasut (zona litoral). Kegiatan pembuatan alat pengering ini dilakukan oleh anggota kelompok bagan dan tim pelaksana KEM juga melibatkan mahasiswa dari program studi Teknologi Hasil Perikanan (THP), Politeknik Perikanan Negeri Tual yang sekaligus mempraktekkan pengetahuannya yang dipelajari pada mata kuliah yang telah diampunya. Setelah selesai mengerjakan kerangka dasar alat pengeringnya, pada bagian atasannya akan dibuat penutup (cover) yang berbentuk rumahan dari terpal untuk mencegah air yang masuk saat musim hujan nanti. Alat pengering ini dapat berfungsi juga sebagai tempat untuk mengeringkan rumput laut bagi kelompok budidaya rumput laut, bila tidak digunakan oleh kelompok bagan.
3. FOTO2 LAPANGAN 3.1. PRA KEM
Pesisir Pantai desa Ohoidertawun
Kondisi Surut Pesisir Ohoidertawun
Perahu Nelayan Desa Ohoidertawun
Rumput Laut Punya Masyarakat yang Ditanam Secara Sederhana Oleh Nelayan
Survei Potensi SDA Pesisir
Gapura Selamat Datang Desa Ohoidertawun
Rumah Warga Yang dijadikan Sekretariat KEM Kondisi Awal Lokasi Alat Pengering
Kondisi Lahan Pertanian 15Ha Yang Belum Dimanfaatkan Oleh Masyarakat
Kondisi Awal Lokasi Alat Pengering
3.2. PASCA KEM
Bagan yang Sudah Siap Operasi di Perairan Desa Ohoidertawun
Bagan Ditarik ke Lokasi Penangkapan Ikan diawasi Langsung Ketua FW Manise
Satu‐satunya Bagan Miliki Desa Ohoidertawun siap Beroperasi
Salah Satu Hasil Kondisi Tangkapan Bagan oleh Kelompok Bagan KEM Ohoidertawun
Proses penangkapan ikan di bagan (penarikan jaring saat ikan sudah banyak)
Proses Penjualan ikan hasil tangkapan bagan di pasar Langgur (salah satu pasar tradisional)
Pembuatan Keramba jaring Apung Rumput Laut (proses perakitan pipa paralon)
Pembuatan KJA Sebagai Penampungan/tempat pemeliharaan Bibit Rumput Laut
Pemeliharaan dan perawatan Bibit Rumput Laut didalam Keramba
Pengukuran Pertumbuhan Bibit Rumput Laut didalam Keramba
Panen rumput laut di KJA (untuk stok bibit long line)
Bibit rumput laut hasil panen KJA didaratkan untuk ditimbang
Proses ikat bibit rumput laut di long line
Pemeliharaan rumput laut di long line
Foto
Proses Pembuatan Alat Pengering
Proses Pembuatan Alat Pengering (Pengambilan gambar dari Pantai)
Survey kondisi peternakan ayam kampung di kampung tetangga
Proses pengadaan bahan‐bahan pembuatan gudang penyimpanan
4. PENDAPATAN KEM Selama kegiatan KEM tahap 1 yang dimulai sejak awal 2015, yang sudah berjalan adalah kelompok budidaya rumput laut (sementara dalam tahapan budidaya) dan bagan. Sedangkan peternakan baru dimulai dengan pembuatan kandang. Dengan demikian usaha yang baru menghasilkan adalah kegiatan penangkapan ikan dengan bagan. Walaupun hasil tangkapan berfluktuasi setiap harinya akibat kondisi cuaca yang belum bersahabat (gelombang dan angin masih cukup kencang), namun ada saja hasil tangkapan
yang diperoleh baik untuk makan sehari‐hari dan atau untuk dijual. Sampai dengan saat ini kas kelompok Bagan KEM Ohoidertawun sebesar Rp. 2.265.000,‐. Nilai ini diperoleh selama 10 hari operasi bagan. Selanjutnya lebih banyak istirahat (termasuk perbaikan ringan) akibat angin dan gelombang. Pendapatan kelompok bagan secara jelas terurai pada aliran kas KEM Tabel berikut : Keterangan : dikutip dari sistem (administrasi.pertaminaflip.net) Saat ini bagan baru mulai beroperasi lagi walaupun cuaca masih belum tenang, namun diperkirakan penangkapan memungkin untuk dilakukan. 5. KEBERLANJUTAN KEM Berdasarkan hasil tahap 1 yang telah berjalan, kegiatan di KEM Ohoidertawun secara umum cukup baik terutama jika dilihat berdasarkan motivasi usaha dan prospek usaha kelompok. Keberlanjutan KEM Ohoidertawun sangat memungkinkan untuk diterusan. 6. ANGKA IPM KAWASAN (sementara masih dihitung)
7. KESIMPULAN 1) Sesuai dengan tema usulan kegiatan KEM Ohoidertawun tahap 1 sebagai tahap pembentukan dan penguatan sudah berjalan dan secara umum sesuai dengan rencana awal. 2) Untuk sementara dari 3 kelompok komoditas di wilayah KEM Ohoidertawun (pada tahap 1 ini) yang sudah menghasilkan uang dan sudah disetorkan ke kas KEM adalah kelompok usaha Bagan Apung yaitu dengan menjual ikan ke pasar tradisional. 3) Target luaran yang dijanjikan dalam proposal awal (tahap 1) yaitu terbentuknya kelompok tani/nelayan yang kuat dan konsisten dalam mengelola usaha belum terwujud 100% karena kegiatan masih sementara berjalan.
8. SARAN DAN REKOMENDASI 1. Usaha KEM masih perlu dilanjutkan dan diberi penguatan karena mempunyai potensi yang cukup baik dalam mengembangkan ekonomi anggota KEM. 2. Kegiatan KEM telah berjalan 6 bulan. Berbagai komoditas dan produk telah dihasilkan. Agar kegiatan ini bisa berjalan terus sesuai dengan rencana pengembangan, maka pertamina juga perlu memikirkan mekanisme pencairan dana sesuai jadwal sehingga perencanaan produksi yang telah dibuat dapat terus berjalan. 3. Khusus untuk KEM Ohoidertawun, usaha budidaya rumput laut dan penangkapan ikan menggunakan bagan apung menjadi kegiatan unggulan, untuk itu perlu dilanjutkan dan di kembangkan pada tahap 2. Langgur, 15 Mei 2015 KETUA FW KETUA KEM (M. Taher Jamco, SE. M.Ec.Dev)
(Ismael Marasabessy, S.Pi, M.Si)