LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINAFLip DESA LINGGA KECAMATAN SUI AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA (Pontianak, 13 Mei 2015)
FOTO IKON KAWASAN PASCA KEM
FOTO IKON KAWASAN PRA KEM
Keterangan Lokasi KEM Lingga Saat ini (Tampak Depan)
Keterangan Kawasan Lokasi KEM Awal
Disusun oleh:
KETUA KEM DESA LINGGA
Kubu Raya, 13‐Mei‐2015
1. SITUASI AWAL KAWASAN NO ITEM SITUASI KAWASAN 1. Sifat Lahan di Kawasan
2. Sumber Air
3. Pertanian
URAIAN FAKTA LAPANGAN Lahan di kawasan KEM semula masih merupakan hutan yang belum dimanfaatkan. Jenis hutan yang ada terdiri dari pepohonan yang lebat dan semak belukar yang rapat. Lokasi Kem sebagian besar tanah gambut dengan kedalaman gambut hingga 1 meter dan masih banyak serangga semut merah dan masih terdapatnya banya biatang berbisa. Berdasarkan Kecamatan Sui Ambawang Dalam Angka (2012), Daerah Kecamatan Sungai Ambawang sekitar 4.100 Ha sebagai tadah hujan, 450 Ha sebagai pasang surut, tidak ada tanah irigasi setengah teknis, irigasi sederhana demikian juga tidak ada irigasi desa, 1.900 Ha untuk Tegal/Kebun, 2.800 Ha untuk lading/huma, 17.200 Ha untuk perkebunan, 3.669 Ha untuk hutan rakyat, 21 Ha untuk Kolam/Tebat/Empang, 35.400 Ha milik Hutan Negara, 4.470 Ha untuk penggunaan lainnya. Kecamatan Sungai Ambawang memiliki areal hutan rawa gambut. Sebagian memiliki topografi berupa daratan yang landai dan hanya sebagian kecil yang berupa dataran tinggi. Tanah di Kecamatan Sungai Ambawang didominasi oleh tanah organosol dan sebagian kecilnya berupa tanah podsolik merah kuning. Sumber air masyarakat desa Lingga pada umumnya adalah air sungai untuk mandi dan keperluan sehari‐hari Khususnya di kawasan Kem terdapat parit yang merupakan cabang dari sungai penepat yang melintas di kawasan KEM. Sungai penepat merupakan sumber air PDAM Kota Pontianak. Saat ini untuk keperluan makan dan minum maka aaaamasyarakat menggunakan air hujan. Masyarakat KEM Lingga seprti masyarakat petani Kalimantan Barat lainnya dikenal dengan peladang berpindah yang menyiapkan lahannnya dengan pembakaran kemudian sesudah dimanfaatkan ditinggalkan terlebih dahulu dan pindah di lahan lain dengan menyiapkan untuk pertanian dengan cara membakar. Namun deikian pada umumnya mempnyai kebun karet walaupun kepemilikan hanya sekitar 1 ha. Menurut Kecamatan Sungai Ambawang Dalam Angka (2012), pada tahun 2011 luasan tanaman padi sawah di Sungai Ambawang meningkat dari tahun‐tahun sebelumnya dan tercatat luasan tanam 2017 ha dengan luasan panen 2009 ha untuk padi sawah dan luasan tanam untuk padi ladang 69 ha. Sayuran hortikutura di kecamatan Sungai Ambawang meliputi bawang daun, petsai/sawi, kacang panjang, cabe, tomat, terung,
4. Peternakan
5. Perikanan
6. Kondisi Warga KEM
7. Lain‐lain
ketimun, kangkung, dan buah semanhka. Namun demikian secara keseluruhan produktivitasnya masih rendah. Tanaman perkebunan yang ada di Kecamatan Sungai Ambawang adalah karet dengan luas tanam 13.251 ha dengan produksi 6589 ton, kelapa sawit masih dalam pertmbuhan belum produksi seluas 476 ha, lada dengan luasan 165 ha dengan produksi 0,43 ha serta kopi seluas 1867 ha dengan produksi 3,90 ton. Masyarakat KEM desa linggga pada mumnya mengenal ternak babi, ayam dan itik sebagai bagian dari harta kekayaan tetapi saat ini kepemilikan babi mulai bekurang setelah banyak yang menjadi buruh di perkebunan sawit. Di Kecamatan Ambawang juga terdapat ternak besar berupa sapi pada tahun 2011 sebanyak 1383 ekor dan ternak kecil berupa babi 24943 ekor dan kambing 6140 ekor. Ternak unggas yang berkembang di Sungai Ambawang sampai tahun 2011 terdiri dari ayam ras 617,131 ha, ayam pedaging 486.600 ekor, petelur 131131 ekor, ayam buras 473,566 ekor, itik 8822 ekor. Sektor perikanan sampai tahun 2011 di Sungai Ambawang berupa perikanan umum dengan produksi sebanyak 14 ton dan budidaya sebanyak 25,5 ton. Perikanan lele mulai berkembang pada 2 tahun berakhir sehingga juga menjadi salah satu penghasil ikan lele untuk suplai Kota Pontianak Desa Lingga termasuk wilayah kecamatan Sui Ambawang dengan jumlah keluarga 14.142 yang terdiri dari 1645 keluarga berstatus pra sejahtera, dan 10.245 keluarga bersatus sejahtera. Sehingga indicator distribusi keluarga miskin sebesar 34.15% (BPPKB Kabupaten Kubu Raya, 2011). Data ini memperlihatkan kontribusi pada kecamatan Sungai Ambawang menyumbang angka kemiskinan. Dari sumber lain, yakni Tim TNP2K Provinsi Kalimantan Barat (2012) diperoleh informasi bahwa terdapat sebanyak 29.247 KK miskin di Kabupaten Kubu Raya yang mencakup sebanyak 154.634 jiwa. Khusus Kecamatan Sungai Ambawang jumlah KK Miskin sebanyak 3.958, dan individu miskin 22.207. Sarana dan prasarana pendidikan di Desa Lingga ini masih terbatas terlihat dari jumlah sekolah yang ada di desa tersebut. Jumlah gedung TK dengan status milik swasta sebanyak 1 buah, SD sebanyak 3 buah dan bangunan SMP sebanyak 1 buah. Namun demikian kemauan untuk sekolah cukup tinggi dilihat dari jumlah
murid SD pada tahun 2011 sebanyak 289 siswa dan SMP 281 siswa.Sedangkan fasilitas kesehatan di Desa Lingga terdapat 1 buah Puskesmas, 3 buah posyandu dan 1 buah polindes, dengan jumlah tenaga kesehatan terdapat 1 orang dokter, 2 orang bidan, 1 orang perawat dan 3 orang dukun bayi terlatih. 2. HASIL PEKERJAAN INVESTASI DI LAPANGAN (sesuaikan dengan kegiatan dalam RAB KpI yang tercantum di dalam proposal) NO ITEM KPI PROPOSAL URAIAN FAKTA KINERJA LAPANGAN 1. Pemagaran (Rp. 33.6i7.000) Telah dilakukan pemagaran kelling luasan 4 ha menggunakan kawat duri dan tiang pohon kayu lebam. Pemagaran juga dilakukan menggunakan pagar hidup yaitu tanaman sorghum sebanyak 1000 pohon dan diselang seling dengan markisa 2. Budidaya lele (Rp 81408800) Kem Lingga telah memiliki 12 kolam ikan. Pada 60 % tahap I telah ditebar sebanyak 300 ekor ikan lele dan 1000 ekor ikan nila. Lele telah panen sebanyak 153,2 kg senilai Rp 2603800,‐ dan1 ikan nila sebanyak 600 ekor siap panen pada bulan Juni. Hasil panen dibelikan benih sebanyak 5000 ekor ikan lele yang berusia 10 hari saat ini. Tahap kedua (30%), pembelian benih sebanyak 6000 ekor. Penambahan kolam ukuran 7m x 6mx1,2 m sebanyak 1 buah, kolam 4 m x 4 m x 1,2 m sebanyak 3 buah untuk penampungan air untuk penggantian air pada budidaya ikan. Rumah jaga pelaksanaan 60 % sudah menyelesaikan 89,9 3. Rumah Jaga % dan selesai setelah 90 % realisasi dana. Pada saat ni (Rp 56182000) rumah jaga sudah difungsikan untuk menunjang kegiatan KEM seperti koordinasi dengan ProdikMas dan dengan warga KEM lainnya, latihan menari dan menyanyi dan mulai diinisiasi untuk eduwisata setelah banyak pengunjung yang ingin tahu dan melihat kegiatan yang sedang berlangsung. Rumah Jaga yang mengangkat kearifan lokal memberikan kenyamanan dalam pemanfaatan. 4. Budidaya Pepaya Pepaya yang telah realisasi saat ini adalah tersedianya bibit tanaman sebanyak 1000 tanaman tetapi yang (Rp. 38.028.000) tumbuh dengan sehat hanya 10 pohon dan dilakukan pembibitan kembali sebanyak 1500 bibit yang tumbuh tetapi belum siap di pindahkan ke lapangan. Terumbuk yang disiapkan untuk pepaya sebanyak 800 buah.Pepaya
5. Budidaya talas
6
(Rp 29207500) Budidaya Pisang (Rp. 27686700)
7
Hortikultura sayur (Rp. 6375000)
8
Tandon Air (Rp. 27450000)
9
Jalan Akses ke KEM
banyak mengalami serangan hama keong sehingga perlu penyulaman kembali. Pada budidaya talas pada saat ini sudah terdapat 1500 tanaman talas yang telah berumur 3 bulan yang ditanam di sela‐sela terumbuk pepaya. Pada budidaya Pisang telah disediakan 500 terumbuk. Pada tahap I terealisasi 350 tanaman yang terdiri dari pisang nipah dan pisang singapor. Jumlah pisang ini sebagian merupakan partisiapasi anggota Kem yaitu 2 pohon per orang tetapi bagi yang tidak punya mengganti tanaman lain seperti keladi atau ytanaman buah lainnya. Pada tahap 30 % penambahan pisang berupa berangan sebanyak 100 tanaman dan 100 nipah. Pada tahapan 60 % dana realisasi tahap I Hortikultura yang ditanam berupa kangkung, kacang panjang dan ketimun. Bedengan yang tersedia saat ini adalah 84 bedeng yang sudah tumbuh 24 bedeng sedangkan 60 bedeng masih dalam belum tanam yang direalisasikan pada tahap 30 % selanjutnya. Ortikultura telah panen sebanyak 4 kali dengan total panen campuran kacang panjang, ketimun dan kangkung sebanyak 20,4 kg dengan nilai total penjualan Rp 142 800,‐ Pada tandon air saat ini bangunan berupa tandon untuk air hujan yang difungsikan untuk air pantry dan lavatory yang direalisasikan 30% tahapan berikutnya. Air yang berasal dari parit sangat asam dan tidak bisa digunakan untuk mengisi lavatory dan pantry juga budidaya ikan sehigga perlu adanya tempat pengolah air gambut. Menggunakan hasil pengangkatan perakaran pada tanah gambut sehingga dapat dibuat untuk jalan di dalam KEM. Secara gotong royong: 3m x 400 m disekitar KEM tetapi telah diinisiasi PNPM sepanjang 200 m untuk dasar dan didalam KEM dan sepanjang 3m x 100 m
3. FOTO2 LAPANGAN (terpilih dan mewakili). Hindari foto yang sifatnya protokoler! 3.1. PRA KEM
Keterangan Gambar 1:Kondisi Kawasan Kem Pada Saat Visitiasi oleh Pertamina dan FI
Keterangan Gambar 2: Akses menuju Kem
Keterangan Gambar 5. Kawasan Hutan Untuk Lokasi KEM dari Jarak Jauh
Keterangan Gambar 6.Survey Awal Lokasi Untuk Kelayakan KEM
Keterangan Gambar 3 : Semak belukar Yang menutupi lapisan gambut sedalam 1 meter di Kawasan KEM
Keterangan Gambar Situasi Dalam Hutan Yang Akan Dijadikan Kawasan KEM
Keterangan Gambar 4: Kondisi Saluran Air Dalam Kawasan Pra KEM
Keterangan Gambar: Kondisi Air Dalam Parit Sebelum Pra KEM
3.2. PASCA KEM
Keterangan Gambar Tampak Depan Kawasan Pasca KEM
Keterangan Gambar: Budidaya Ikan Nila dan Lele dan Hasil Panen
Keterangan Pertumbuhan dan Panen Tanaman Hortikultura Kacang Panjang
Keterangan Gambar Pertanaman Keladi &&Pisang Singapor Di KEM
Keterangan Gambar Pertumbuhan dan Panen Kangkung
Keterangan Gambar: Tandon Air Untuk Menampung Air Hujan dan Penerangan Listrik Untuk Kawasan
Keterangan Gambar:Pertumbuhan Tanaman Ketimun di Kawasan KEM
Keterangan Gambar Akses Menuju dan Di Dalam Lokasi KEM menggunakan lapisan perakaran di lahan gambut
Keterangan Gambar: Pagar selain Keterangan Gambar Rumah Jaga Yang menggunakan kawat berduri juga dimanfaatkan untuk koordinasi, pengembangan ketrampilan warga KEM yaitu menggunakan tanman sorgum untuk menari dan menyanyi ketahanan pangan 4. PENDAPATAN KEM Sampai saat ini komoditi yang telah menghasilkan adalah lele dan hortikultura sayur. Panen lele secara rinci dan nilai jualnya disampaikan pada Tabel berikut Tabel Pemanen Lele di KEM Lingga Harga Satuan Total Hasil Tanggal Keterangan Jumlah Satuan No (Rp) (Rp) 1 03‐04‐2015 Panen lele perdana 11,3 kg 17000 192000 Hasil panen lele 2 11‐04‐2015 kedua 53,5 kg 17000 909000 Hasil Panen lele 3 10‐05‐2015 Ketiga 76,4 kg 17000 1298800 Hasil Panen Lele 4 12‐05‐2015 Keempat 12 kg 17000 184000 Total Penermiaan 153,2 2583800 Jadi selama bulan April sudah melakukan panen lele sebanyak 4 kali. Pemeliharaan lele apabila sudah trampil dari tebar sampai panen tingkat kematian pada umumnya sampai 10 % dengan baiay produksi 60% sampai dengan 70 %. Biaya produksi tergantung pada ketepatan waktu penyortiran dan waktu panen. Di KEM Lingga panen lele mulai umur 1,5 bulan hingga 2,25 bulan.
Panen di KEM Lingga juga telah dilaksanakan pada tanaman hortikultura sayur yaitu
timun, kacang panjang dan kangkung. Tabel berikut adalah hasil panen horti yang baru panen sebagian kecil dari bedengan yang sedang tumbuh. Hortikultura sayur panen setelah 3 minggu sampai 1 bulan berbuah.
Tabel Panen Hortikultura Sayur No Tanggal 06‐05‐ 1 2015 06‐05‐ 2 2015 06‐05‐ 3 2015 13‐05‐ 4 2015 14‐05‐ 5 2015 14‐05‐ 6 2015 14‐05‐ 7 2015 15‐05‐ 8 2015
Keterangan
Jumlah Satuan
Harga Satuan (Rp)
Panen Timun pada uji petik
4,1 kg
7000
Panen kangkung Panen Kacang Panjang pada uji petik
2,6 kg
7000
2,5 kg
7000
Panen kacang panjang kedua
5 kg
7000
Panen kacang panjang ketiga
5 kg
7000
2,5 kg
7000
Panen timun kedua
1 kg
7000
Panen kangkung ketiga
2 kg
7000
Panen kangkung kedua
Total Pemasukan 25
Total Panen (Rp) 28.700 18.200 17.500 35.000 4.900 17.500 7.000 14.000 142.800
Produksi sayuran pada tahapan utama sebenarnya belum berhasil dengan baik karena karakteristik tanah gambut yang memerlukan pengelolaan struktur tanah sehingga pada tanam pertama pada umumnya tanam tidak seragam tumbuhnya. Oleh karena itu di lahan gambut sebelum ada program KEM masyarakat memilih cara instan dengan membakar lahan supaya pH naik sehingga tanaman subur. Mengubah pola pikir petani di KEM lingga dengan memberi pengertian dan demplot untuk tidak melakukan pembakaran pada akhirnya cukup berhasil dengan mulai berubahnya perilaku membakar dengan memeberikan pupuk organik. 5. KEBERLANJUTAN KEM Keberlanjutan KEM Lingga selain dipengaruhi oleh masyarakat juga dipengaruhi oleh sarana dan prasarana. Pada saat ini yang menjadi penghambat dalam budidaya lele maupun hortikultura adalah masalah air gambut yang keasamannya rendah sehingga perlu adanya perlakuan sehingga layak untuk kehidupan dan kesehatan. Di KEM Lingga selain pH rendah sering terjadi kadar besi yang tinggi yang dapat menimbulkan kematian untuk tanaman maupun ikan. Oleh karena itu untuk keberlanjutan perlu adanya instalasi pengolah air sehingga budidaya lele menghasilkan margin yang besar untuk penggantian air sehingga tidak menggunakan genset. Demikian juga budidaya apabila akan dikembangkan dalam bentuk diversifikasi produk.
6. ANGKA IPM KAWASAN Pada laporan ini yang bisa ditampilkan merupakan data dasar untuk profil angka kematian penduduk yang ada di Desa Lingga secara samplig pada tahun 2014 dan 2015. Selain itu juga pendidikan dan lama menyelesaikan belajar dari warga KEM. Tabel Data Uji Petik Kematian Warga Di Sekitar KEM Lingga Setahun Terakhir no 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Keterangan Bayi Alventus Remaja Roni Medi IBU Yohana landay Moner Bonipoyo Yeti Kakek‐Nenek Totet Maria Zaenab Elot Susana alang Olek Ikoh Ajun Engkok TOTAL
Usia (Th) 0,833333 19 21 56 57 38 55 62 73 94 82 68 62 61 73 67 888,8333
Jumlah Data Uji Petik Kematian sepanjang Tahun 2014‐2015 di sekitar KEM Lingga: 16 kasus Lama Masa Hidup (dari 16 kasus kematian) = 888,88 th Rata‐rata hidup = 888,88 th/16 = 55,58 th sehingga AHH = (55,58‐25)/(85‐25)x 100 % = 50,92 Profil Pendidikan Anggota KEM Lingga (sampling 28 orang) No 1 2 3 4 5
Nama Warga Lorensius Imelia Rosnawati Kartini Marius Busen
Usia 39 42 39 30 62
Tingkat Pendidikan Angka Konversi Lama Sekolah STM 1 12 SMP 1 9 SD 1 6 SD 1 7 SMP 1 9
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Okatvianus Ore Bebekl Dasun Topik Guntur Dolfu Kornelia Spianto Ashi Kristina Rostiati Mariana Amiang Margaretha Asim Ucik Veronika Libertus
41 41 53 18 52 56 41 46 45 35 45 43 74 45 52 40 46
SLTA SLTA SMP SD SMA SD SMP SMA SD SMA SMP SMP SD SMP SD SMA SMA
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
12 13 9 7 12 6 9 12 6 12 9 9 6 9 9 12 12
23
Cornelius
45
SMA
1
12
24
Kateng
65
SD
1
6
25
Tadius
37
SMA
1
12
26
Uje
57
SD
1
6
27
Iwan
41
SMA
1
12
28
Anes
47
SMP
1
9
Total Lama Sekolah
264
Jumlah Responden Melek Huruf = 28 orang Total Responden = 28 orang
Angka Melek Huruf = 100 % X2a= 100 % Angka Lama Sekolah = 14,25 tahun Angka Lama Sekolah ideal = 15 tahun X2b= 95 % Indeks pengetahuan={ (x2a x 2/3) +( x2bx1/3)}x 100 % =98,33 % Pendapatan rerata warga KEM adalah Rp 2025000,‐ dengan rerata anggota keluarga 4 orang sehingga per orang mendapatkan Rp 506025,‐ Jadi X3 adalah (506,025‐360)/432,72x100 =33,75
IPM=1/3 (50,92+98,33+33,75)=61 7. KESIMPULAN Kawasan Ekonomi Masyarakat KEM Lingga merupakan salah satu model pemberdayaan masyarakat yang dapat dilanjutkan sehingga menajdi masyarakat yang mandiri melalui peningkatan ketrampilan sehingga dapat meningkatkan taraf hidup. Program KEM akan berhasil tentunya merupakan hasil kerja dari masyarakat sebagai target yang mau dibina dengan pendampingan dari FlipMas. Tetapi keberhasilan tentu saja terkait dengan teknologi yang mengangkat kearifan lokal tetapi melalui modifikasi iptek. Kem Lingga dengan budidaya lele dan engembangan pembuatan pakan sendiri memudahkan dalam operasional dan peningkatan margin. Dukungan hortikultura menjadi salah satu solusi menambah pendapatan dan meningkatkan kesehatan sehingga secara keseluruhan dapat mendukung peningkatan IPM. 8. SARAN DAN REKOMENDASI Program KEM layak untuk dilanjutkan dengan program pengembangan yang mendukung keberlanjutan. Pontianak, 13‐Mei‐2015 KETUA KEM
KETUA FW
Yohana S.Kusuma Dewi
Yohana S. Kusuma Dewi