No. Kode: 23.07.RDHP.0546
LAPORAN AKHIR TAHUN 2008 PENDAMPINGAN DEMPLOT TEKNOLOGI PERTANIAN Oleh : Kunto Kumoro Ulyatu Fitrotin A. Muzani H. A. Sauki Mekar Dwi Wahyuni Rayunah
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN NUSA TENGGARA BARAT BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
DEPARTEMEN PERTANIAN
2009
No. Kode: 23.07.RDHP.0546
LAPORAN AKHIR TAHUN 2008 PENDAMPINGAN DEMPLOT TEKNOLOGI PERTANIAN Oleh : Kunto Kumoro Awaludin Hipi Putu Cakra P A Nurul Hidayah H. Achmad Sauki M Luthfi Nurul Hilmiati,
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN NUSA TENGGARA BARAT
2009
i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR 2008 1.
Judul Kegiatan
:
Pendampingan Demplot Teknologi Pertanian
2. 3.
Nama Unit Kerja Alamat
: :
4.
: : :
5.
Penanggung Jawab a. Nama b. Pangkat/Golongan c. Jabatan c1. Struktural c2. Fungsional Lokasi Kegiatan
: : :
6. 7. 8. 9.
Status Kegiatan Tahun Dimulai Tahun Ke Biaya Kegiatan TA. 2008
: : : :
10 .
Sumber Dana
:
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB Jl Raya Peninjauan PO. BOX 1017 Mataram Ir. Kunto Kumoro Penata , III/C Peneliti Muda Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat Lanjutan (L) 2004 v. 2008 Rp. 102.800.000 Satker Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian TA. 2008 Mataram,
Desember 2008
Mengetahui : Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB,
Penanggungjawab Kegiatan
Dr. Ir. Dwi Praptomo S, MS NIP. 080 065 973
Ir. Kunto Kumoro NIP: 080 078 472
ii
KATA PENGANTAR Badan Litbang Pertanian menyadari bahwa penerapan inovasi teknologi pertanian hasil penelitian Badan Litbang Pertanian ternyata relatif lamban sehingga efisiensi dan efektivitasnya relatif rendah serta umpan balik terhadap teknologi tersebut masih sangat sedikit. Pendampingan Demplot Teknologi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan Program Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI) di Kabupaten Lombok Timur (Lotim) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sejak tahun 2004. Inovasi teknologi yang didemplotkan (dan dikembangkan) merupakan suatu teknologi yang sudah mantap, unggul, dibutuhkan, mempunyai nilai komersial dan memberi nilai tambah bagi penggunanya. Kegiatan yang difasilitasi oleh Komite Investasi Desa (KID) dan Fasilitator Desa (FD) merupakan salah satu proses pembelajaran yang berawal dari melihat, kemudian memahami
berusaha
mencari
keunggulan
informasi
inovasi
keunggulannya,
teknologi
tersebut,
dilanjutkan berusaha
dengan mencoba
menerapkannya secara baik dan berakhir pada minat serta keputusan untuk mengadopsi inovasi teknologi yang dikembangkan. Pelaksanaan
pendampingan
demplot
teknologi
menggunakan
dua
pendekatan yaitu pendekatan langsung dan tidak langsung. Pendekatan langsung dimaksudkan untuk pendampingan yang dilakukan langsung bertatap muka dengan pengguna teknologi (petani). Sedangkan pendekatan tidak langsung dimaksudkan sebagai pendampingan dengan jalan menyebarkan lembaran informasi inovasi teknologi pertanian seperti liptan, brosur, majalah, folder dan lain-lain. Penghargaan dan ucapan terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam kegiatan pendampingan demplot teknologi di tahun 2008 ini. Semoga laporan pelaksanaan kegiatan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang mempunyai perhatian terhadap sektor pertanian. Kepala Balai
Dr. Ir. Dwi Praptomo S, MS NIP 080 065 973
iii
DAFTAR ISI Judul …………………………………………………………………………………………………. Lembar Pengesahan ……………………………………………………………………………. Kata Pengantar …………………………………………………………………………………… Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………. Daftar Tabel ………………………………………………………………………………………… Daftar Gambar ……………………………………………………………………………………. Ringkasan ……………………………………………………………………………………………. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................... 1.2 Tujuan Kegiatan .................................................................. 1.3 Keluaran (Output) ............................................................... 1.4 Hasil (Outcome) .................................................................. 1.5 Manfaat Kegiatan ................................................................ 1.6 Dampak Kegiatan ............................................................... II
III
METODE PELAKSANAAN 2.a Pendekatan ........................................................................ 2.b Ruang Lingkup Kegiatan ..................................................... 2.c Metoda ............................................................................... 2.d Waktu pelaksanaan ............................................................. 2.e Lokasi Kegiatan .................................................................. HASIL A. 3.1 3.2
1 2 2 2 2 2 3 3 3 6 6
DAN PEMBAHASAN HASIL Pembuatan Pedoman Pengajuan Proposal) ............................ Pendampingan usulan rencana (proposal) kegiatan demplot teknologi ……………………………………………………………………….... Pemberian rekomendasi ...................................................... Pelatihan kelompoktani dan wanita tani ................................ Pendampingan demplot di lapangan ..................................... Saran dan masukan perbaikan demplot ................................ Studi efektivitas pendampingan demplot .............................. Laporan pendampingan demplot ………………………………………. Hasil Pelaksanaan Kegiatan Demplot Teknologi oleh KID ........ PEMBAHASAN...…………………………………………………………………
10 11 11 12 13 14 14 15 45
KESIMPULAN DAN SARAN IV.1 Kesimpulan …………………………………………………………………….. IV.2 Saran ………………………………………………………………………………
48 49
3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 B IV
i ii iii iv v vi vii
7 7
iv
DAFTAR TABEL Tabel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Kendala mempertahankan KID. …………………………………………………… Bentuk demplot yang pernah dilaksanakan KID. …………………………… Bentuk Olahan hasil pertanian yang dipraktekkan wanita tani. ........... Bentuk kerjasama KID dengan petani kooperator. ………………………… Teknologi yang dijelaskan BPTP pada kelompoktani. ......................... Teknologi yang dikembangkan/dilanjutkan kelompoktani. .................. Teknologi pengolahan hasil pertanian yang dilanjutkan kelompok wanita tani,..................................................................................... Jumlah petani/pemelihara ternak yang mengadopsi teknologi.............. Saran dan masukan bagi peningkatan efektifitas transfer teknologi...... Beberapa teknologi yang dirasa bermanfaat....................................... Teknologi pengolahan hasil pertanian yang dirasa bermanfaat bagi wanita tani...................................................................................... Besarnya dana demplot yang digunakan KID..................................... Swadaya masyarakat dalam demplot. .............................................. Macam dan jenis olahan yang di demonstrasikan. ............................. Saran dan masukan dari KID untuk masa mendatang......................... Teknologi yang pernah diterima FD dari BPTP NTB. ........................... Teknologi pengolahan yang pernah diterima FD selama bertugas........ Teknologi yang diajarkan ke petani oleh FD. .................................... Teknologi pengolahan hasil pertanian yang diajarkan FD ke petani. ... Jadwal pemberdayaan masyarakat. ................................................. Frekuensi pemberdayaan masyarakat oleh FD. ................................. Jenis teknologi yang dikembangkan petani. ...................................... Teknologi pengolahan hasil pertanian yang berkembang. .................. Teknologi yang dirasa bermanfaat bagi masyarakat desa. ................. Teknologi pengolahan yang bermanfaat bagi kelompok wanita tani..... Judul media cetak yang dimanfaatkan FD untuk pembinaan masyarakat tani. ............................................................................ Manfaat dan dampak penyebaran informasi. .................................... Saran dan masukan FD untuk kegiatan di masa mendatang................
Hal 21 21 22 22 23 24 25 26 27 27 28 29 29 31 33 35 36 37 37 38 38 39 40 41 41 43 44 45
v
DAFTAR GAMBAR Gambar 1
Hal Anggota kelompoktani mengikuti pelatihan tentang penggemukan sapi Bali. ………………………………………………………………………………
12
Kelompok wanita tani mengikuti pelatihan pengolahan hasil pertanian. ...............................................................................
12
Petugas BPTP memberikan contoh pengukuran lingkar dada sapi untuk pendugaan bobot badan sapi Bali. ...................................
12
4
Pengurus KID dan FD yang hadir dalam pengisian angket. ............
14
5
Badan sapi Bali demplot yang sudah digemukkan 4 bulan tetapi masih tetap kurus. ...................................................................
17
Suasana acara pembukaan studi efektivitas pendampingan demplot. .................................................................................
18
Bentuk olahan hasil pertanian yang dipraktekkan wanita tani. .....
24
2 3
6 7
vi
RINGKASAN Pendampingan demplot teknologi merupakan salah satu proses pembelajaran yang berawal dari melihat, kemudian berusaha mencari informasi keunggulannya, dilanjutkan dengan memahami keunggulan inovasi teknologi tersebut, berusaha mencoba menerapkannya secara baik dan berakhir pada minat serta keputusan untuk mengadopsi inovasi teknologi yang dikembangkan. Kegiatan pendampingan demplot teknologi bertujuan : a. Memberikan arahan dalam rangka pelaksanaan demplot teknologi di lokasi P4MI ; b. Mendorong dan membina petani agar mampu menerapkan inovasi teknologi yang direkomendasikan ; c. Memperlihatkan, memperkenalkan dan meyakinkan petani tentang keunggulan inovasi teknologi yang direkomendasikan dibanding teknologi yang biasa diterapkan oleh petani. Metoda pendampingan demplot teknologi dilakukan melalui beberapa tahapan: a. Pendampingan usulan kegiatan (proposal) demplot teknologi; b. Pembuatan rekomendasi sesuai usulan kegiatan yang diajukan; c. Melaksanakan pelatihan kelompoktani dan wanita tani; d. Pendampingan demplot teknologi di lapangan; dan e. Studi efektivitas pendampingan demplot teknologi melalui pengisian angket. Tim pendampingan yang dibentuk bertugas mendampingi KID agar dapat melaksanakan demplot sesuai dengan rekomendasi yang diberikan kepada KID. Hasil pendampingan demplot teknologi menunjukkan antara lain : a. Masih perlunya pendampingan penyusunan usulan kegiatan (proposal) yang lebih baik; b. Rekomendasi belum dilaksanakan secara baik dan benar; c. Pembinaan dan pengawasan Instansi terkait perlu ditingkatkan agar teknologi anjuran dapat dilaksanakan dengan tepat; d. KID dan FD yang telah dibentuk desa perlu diberdayakan guna mendukung kegiatan desa; e. Sebagian besar FD (62,50%) telah mengajarkan dan menginformasikan inovasi teknologi penggemukan sapi Bali dan teknologi pembuatan kompos (54,17%), sedangkan bagi wanita tani FD telah mengajarkan teknologi pembuatan keripik ubi (41,67%); f. Masyarakat desa banyak yang mengembang-kan teknologi penggemukan sapi Bali (48,65%) dan teknologi pengolahan keripik ubi (24,32%); g. Sebagian besar petani/masyarakat (67,57%) telah mengadopsi beberapa teknologi yang didemplotkan, namun masih ada petani (32,43%) yang belum mengadopsi teknologi; h. Sebagian besar FD (54,17%) menyatakan teknologi penggemukan sapi Bali paling bermanfaat bagi masyarakat desa; i. Manfaat adanya demplot dan pengkajian di desa adalah menambah pengetahuan dan keterampilan masyarakat yang nantinya akan berdampak meningkatnya pendapatan petani; j. Media cetak yang diterbitkan BPTP dapat diterima KID (91,67%) dan banyak dimanfaatkan FD untuk pembinaan masyarakat tani di pedesaan. Jika ada program lanjutan setelah P4MI, FD dan KID banyak menyarankan agar teknologi penggemukan sapi Bali masih dikembangkan, guna mendukung program “Bumi Sejuta Sapi” yang telah dicanangkan pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat.
vii
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demplot Teknologi merupakan salah satu metode deseminasi dan alih teknologi yang dimaksudkan untuk menyampaikan inovasi teknologi pertanian hasil penelitian dan pengkajian (Litkaji) kepada para pengguna (petani, pelaku agribisnis, stakeholders lain), sehingga informasi inovasi teknologi pertanian dapat dimanfaatkan dan diadopsi oleh pengguna. Inovasi teknologi pertanian yang bersumber dari Litkaji dapat berupa produk langsung (alat/mesin pertanian, kultivar, varietas, vaksin dll) dan produk tak langsung (ilmu pengetahuan, teknologi, metode, cara, data/informasi, sintesis kebijakan). Tentu saja inovasi teknologi yang dikembangkan merupakan suatu teknologi yang sudah mantap (matang), unggul, dibutuhkan, mempunyai nilai komersial dan memberi nilai tambah bagi khalayak penggunanya. Dalam rangka pelaksanaan Program Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI) di Kabupaten Lombok Timur (Lotim), Nusa Tenggara Barat (NTB), Komisi Investasi Desa (KID) yang telah dibentuk masyarakat tani di pedesaan juga melaksanakan kegiatan Demplot Teknologi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB sebagai salah satu lembaga Litkaji di wilayah NTB mendapat mandat sebagai pendamping dalam pengembangan inovasi teknologi pertanian. Keberhasilan kegiatan penelitian dan pengkajian (Litkaji) yang dilakukan BPTP ditentukan oleh tingkat pemanfaatan informasi dan penerapan yang dihasilkannya oleh masyarakat tani (pengguna teknologi) di wilayah kerjanya. Agar hasil Litkaji BPTP dapat dimanfaatkan para pengguna diperlukan upaya diseminasi melalui mekanisme dan metode yang tepat. Pemilihan metode diseminasi tergantung pada berbagai faktor : 1). Tujuan dan sasaran yang akan dicapai ; 2). Latar belakang sosial ekonomi dan budaya masyarakat; 3). Sumberdaya (dana, SDM, waktu) yang tersedia untuk pelaksanaan kegiatan. Selain itu pemilihan metode diseminasi perlu pula didasari pada pertimbangan efektivitas dan efisiensi untuk khalayak yang dituju. Pendampingan demplot teknologi merupakan salah satu proses pembelajaran dalam rangka penerapan teknologi anjuran (adopsi teknologi) dapat dilakukan melalui tahapan baik penyampaian secara teori (di ruangan) maupun praktek. Pembelajaran dilakukan secara teori (di ruangan) agar hal-hal yang mendasar dapat dimengerti dan dipahami secara baik.
Pembelajaran melalui praktek perlu juga dilakukan agar dapat
menerapkan inovasi teknologi dengan prosedur yang benar untuk memperoleh hasil dengan kualitas baik.
1
1.2. Tujuan kegiatan 1. Memberikan arahan dalam rangka pelaksanaan demplot teknologi di lokasi P4MI. 2. Mendorong petani pelaksana demplot (kooperator) untuk menerapkan teknologi yang
direkomendasikan,
dengan
harapan
petani
akan
menginformasikan
pengalamannya kepada petani lain, agar mereka tahu, mau dan mampu menerapkan teknologi tersebut di lahan usahataninya. 3. Memperlihatkan, memperkenalkan dan meyakinkan petani lain (non kooperator) tentang keunggulan teknologi yang direkomendasikan dibanding teknologi yang biasa diterapkan oleh petani. 1.3. Keluaran yang diharapkan Keluaran kegiatan pendampingan demplot teknologi yang diharapkan antara lain : 1. Arahan / juknis / format proposal pelaksanaan demplot teknologi untuk KID. 2. Informasi dan data adopsi inovasi teknologi pertanian yang didiseminasikan. 3. Informasi dan data perkembangan hasil penerapan teknologi pertanian yang didiseminasikan. 1.4. Hasil (Outcome) 1. Petani memahami dan meyakini keunggulan teknologi pertanian baru. 2. Petani lebih berpengalaman dan terampil dalam penerapan inovasi teknologi. 3. Petani berminat mengadopsi teknologi yang didiseminasikan. 1.5. Manfaat Kegiatan (Benefit) 1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani. 2. Meningkatkan keyakinan petani dalam penerapan inovasi teknologi pertanian. 3. Membuktikan keunggulan inovasi teknologi pertanian. 1.6. Dampak Kegiatan (Impact) Dampak yang diharapkan dari kegiatan ini antara lain : 1. Adopsi teknologi meningkat 20% 2. Peningkatan pendapatan usahatani (25%) 3. Berkembangnya teknologi yang didiseminasikan.
2
II.
METODE PELAKSANAAN
2. a. Pendekatan Pendampingan demplot teknologi merupakan salah satu proses pembelajaran dalam rangka penerapan teknologi anjuran yang dapat dilakukan melalui pendekatan langsung dan tak langsung. Pendekatan langsung dimaksudkan bahwa pendampingan demplot teknologi dilakukan melalui kegiatan-kegiatan di lapangan dan penyampaian informasi inovasi teknologi langsung kepada pengguna (petani, pelaku agribisnis lainnya) baik secara teori maupun praktek. Sedangkan pendekatan tak langsung dimaksudkan bahwa pendampingan demplot teknologi dilakukan melalui penyebaran bahan bacaan yang berupa poster, folder, liptan, brosur dan buku. Pembelajaran secara teori perlu diberikan agar hal-hal yang mendasar dari suatu teknologi dapat dipahami secara baik. Sedangkan pembelajaran secara praktek juga perlu diberikan agar teknologi dapat diterapkan sesuai prosedur yang benar untuk memperoleh hasil dengan kualitas baik. Pembelajaran secara praktek akan lebih menarik dan lebih tepat sasaran, karena informasi inovasi teknologi ini diperuntukkan bagi orang dewasa yang telah lama bergelut dengan masalah pertanian di desanya. 2. b. Ruang Lingkup Kegiatan Ruang lingkup kegiatan pendampingan demplot teknologi meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan/pemantauan (monotoring) dan laporan hasil. Oleh karena itu ruang lingkup kegiatannya mempunyai beberapa kegiatan : 1. Persiapan 2. Pendampingan usulan rencana (proposal) demplot teknologi. 3. Pemberian rekomendasi sesuai usulan kegiatan yang diajukan. 4. Melakukan pelatihan bagi petani dan pihak-pihak yang secara partisipatif akan terlibat dalam kegiatan yang diajukan. 5. Pendampingan pelaksanaan demplot teknologi sesuai dengan kegiatan yang diajukan. 6. Memberikan masukan untuk perbaikan pelaksanaan demplot teknologi. 7. Memberikan laporan hasil pemantauan pelaksanaan demplot teknologi. 2.c. Metoda Pendampingan demplot teknologi dilakukan oleh suatu tim yang terdiri atas peneliti dan penyuluh lingkup BPTP NTB melalui beberapa kegiatan :
3
2.c.1. Pendampingan usulan rencana (proposal) kegiatan demplot teknologi BPTP NTB diberi mandat oleh Bappeda Kabupaten Lombok Timur untuk melaksanakan
kegiatan
pendampingan
demplot
teknologi
sekaligus
memberikan
rekomendasi terhadap teknologi yang akan dikembangkan dalam kegiatan demplot yang dilakukan Komisi Investasi Desa (KID) di beberapa desa di Lombok Timur. Anggaran biaya pelaksanaan demplot teknologi diperoleh Komisi Investasi Desa (KID) setelah mengajukan usulan rencana (proposal) kegiatan demplot teknologi kepada PIU (koordinator pelaksanaan program P4MI tingkat kabupaten Lombok Timur) yang berada di kantor Bappeda, Lombok Timur di Selong. Sebelum pelaksanaan demplot teknologi, Komite Investasi Desa (KID) harus menyusun
rencana
(proposal)
kegiatan.
Proposal
kegiatan
demplot
teknologi
dikonsultasikan pengurus KID ke BPTP untuk mendapatkan rekomendasi pelaksanaan demplot teknologi dari BPTP. 2.c.2. Pemberian rekomendasi sesuai usulan kegiatan yang diajukan. Proposal yang diajukan KID dipelajari oleh tim pendampingan demplot, untuk ditelaah kesesuaiannya dengan kondisi agroekosistem setempat, sosial-ekonomi, budaya dan potensi desa yang dimilikinya dengan keterbatasan-keterbatasannya. Setelah proposal yang diajukan KID dinilai sesuai dengan keinginan masyarakat dan kondisi setempat yang mendukungnya, BPTP menerbitkan surat rekomendasi yang dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan demplot teknologi. Setelah proposal disetujui oleh PIU (Bappeda Kabupaten Lombok Timur) dan rekomendasi dari BPTP telah diterbitkan, KID berhak melaksanakan kegiatan demplot sesuai kebutuhan teknologi masyarakat setempat. 2.c. 3. Melakukan pelatihan bagi petani/pemilik ternak dan wanita tani yang secara partisipatif akan terlibat dalam kegiatan yang diajukan Setelah KID menerima surat rekomendasi untuk pelaksanaan demplot teknologi, KID terlebih dahulu harus memberikan pelatihan bagi calon petani kooperator / pemilik ternak yang akan menggunakan / mengadopsi teknologi yang diintroduksikan dalam pelaksanaan demplot. BPTP atau instansi lain dapat bertindak selaku narasumber dalam pelatihan tersebut. Paket teknologi yang akan diterapkan dalam demplot teknologi diajarkan oleh tenaga penyuluh/peneliti dari BPTP atau dari instansi lain. Pelatihan dan pembinaan teknologi dilakukan baik secara formal dalam pertemuan kelompoktani di lokasi demplot maupun secara non formal pada kunjungan tim terpadu dalam rangka pemantauan kegiatan demplot teknologi.
4
Selain kelompoktani (pria) mendapatkan pelatihan, ibu-ibu wanita tani juga diberi kesempatan
untuk
mengikuti
pelatihan
yang
khusus
mempraktekkan
langsung
pengolahan beberapa hasil pertanian yang dihasilkan masyarakat setempat. Setelah pelatihan diharapkan ibu-ibu wanita tani dapat membuka usaha skala rumah tangga guna peningakatan pendapatan dan kesejahteraan keluarganya. 2.c. 4. Pendampingan demplot teknologi di lapangan Tim pendampingan demplot teknologi dari BPTP melakukan kegiatannya sejak penyusunan proposal sampai dengan pelaksanaan demplot di lapangan. Pengurus KID berkonsultasi ke BPTP dalam menyelesaikan proposalnya. Setelah proposal demplot selesai, KID mendapatkan rekomendasi untuk melaksanakan kegiatan demplot yang diajukannya. Kemudian KID menyelenggarakan pelatihan bagi kelompoktani yang akan melakukan demplot dan kelompok wanita taninya melakukan pelatihan pengolahan hasil pertanian setempat. Pada saat demplot teknologi dilaksanakan, tim pendamping demplot dari BPTP akan melakukan pendampingan sekaligus memantau pelaksanaan demplot teknologi guna memperoleh gambaran capaian kegiatan demplot teknologi di pedesaan yang dilaksanakan KID. Tim pendampingan akan menilai kesesuaian teknologi yang direkomendasikan dengan pelaksanaan kegiatan demplot yang dijalankan KID. Selain itu tim pendampingan juga ingin mengetahui informasi adanya kesulitan / kendala yang terjadi dalam pelaksanaan demplot teknologi tersebut. Tim pendamping demplot teknologi juga akan mencoba mengetahui efektifitas pendampingan demplot dengan melakukan survei melalui pengisian angket oleh pengurus KID dan fasilitator desa (FD) yang pernah menerima pendampingan dan pembinaan dalam rangka kegiatan demplot teknologi. 2.c.5. Memberikan masukan untuk perbaikan pelaksanaan demplot teknologi Setiap kunjungan ke lokasi demplot dalam rangka pengawasan / pemantauan / pendampingan teknologi, tim pemantau / pendampingan demplot BPTP akan memberikan masukan dan saran perbaikan agar KID dapat lebih cermat melaksanakan demplot serta mengikuti petunjuk yang tertuang dalam surat rekomendasi. Kekurangan dalam pelaksanaan demplot dianjurkan untuk segera diperbaiki, kalau ada kekurangan perlu ditambahkan / dilengkapi agar demplot teknologi yang dilaksanakan dapat lebih mengenai sasaran dan tercapai tujuannya.
5
2.c.6. Studi Efektivitas Pendampingan Demplot Teknologi Studi efektivitas pendampingan demplot teknologi dilakukan melalui pengisian angket. Pengisian angket oleh pengurus KID dan FD dimaksudkan untuk mengetahui keberlanjutan
peran
KID
dan
FD
dalam
pembangunan
desa
dan
efektivitas
penyebarluasan inovasi teknologi anjuran yang pernah diterapkan pada kegiatan demplot teknologi dan dikembangkan di wilayah kerjanya. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan mengundang pengurus KID dan FD di suatu tempat tertentu dan ditempat itu para pengurus KID dari tahun 2004-2007 yang pernah melaksanakan demplot teknologi mengisi angket yang telah disiapkan BPTP NTB yang berkoordinasi dengan Bappeda Kabupaten Lombok Timur. 2.c.7. Membuat laporan hasil pendampingan demplot teknologi Setiap kali pemantauan tim pendampingan demplot teknologi BPTP memberikan laporan hasil pemantauan kepada penanggung jawab kegiatan P4MI di BPTP. Setelah kegiatan pendampingan demplot berlangsung 6 bulan, dilaporkan dalam laporan tengah tahunan. Laporan kegiatan selama setahun yang disusun tim pendampingan merupakan pertanggung-jawaban tugas pendampingan demplot teknologi pada tim pelaksana program P4MI baik tingkat Kabupaten maupun tingkat pusat. 2.d. Waktu pelaksanaan Waktu pelaksanaan pendampingan demplot teknologi berjalan dari Januari sampai dengan Desember 2008. 2.e. Lokasi kegiatan Pendampingan demplot teknologi dilaksanakan di beberapa desa di wilayah Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat yang menjadi tempat pelaksanaan Program Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI).
6
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL 3.1. Pembuatan Pedoman Pengajuan Proposal BPTP NTB menyusun format usulan proposal yang dapat dijadikan pedoman bagi Ketua/pengurus KID dalam menyusun proposal kegiatan yang diajukan. Format proposal yang diajukan harus mencantumkan beberapa pointer penting agar proposal yang diajukan dapat menggambarkan secara jelas kegiatan yang akan dilakukan selama KID melaksanakan kegiatan demplot teknologi. Pointer penting dalam format isi proposal yang dianjurkan untuk diuraikan secara rinci meliputi : I. PENDAHULUAN
1.a. Latar Belakang • Uraikan potensi desa yang berkaitan dengan agribisnis ternak sapi : 1. Potensi bakalan / sapi jantan 2. Potensi hijauan (rumput, legume dll) 3. Potensi limbah pertanian (kacang tanah, jerami kc.hijau, kedelai / jagung / jerami padi) dari luas tanam padi dan palawija 4. SDM ( pengalaman dan keterampilan petani). 5. Teknologi yang ada 6. Permintaan pasar • Uraikan permasalahan yang sering muncul dalam pertanian tanaman pangan dan peternakan. • Uraikan alasan perlunya dilaksanakannya demplot penggemukan sapi.
1.b. Tujuan kegiatan Uraikan beberapa tujuan kegiatan demplot teknologi yang akan dilakukan secara singkat dan jelas.
1.c. Sasaran yang akan dicapai Uraikan secara singkat dan jelas tentang sasaran yang akan dicapai.
1.d. Luaran yang diharapkan Cantumkan beberapa luaran yang diharapkan dapat tercapai.
7
1.e. Manfaat dan Dampak Uraikan beberapa manfaat yang akan diperoleh masyarakat sekitarnya dan seberapa besar dampak yang diperkirakan dapat diperoleh dari kegiatan demplot. II. RENCANA KERJA PELAKSANAAN DEMPLOT A. Pendekatan Proposal demplot teknologi yang diajukan oleh KID sebaiknya menggunakan pendekatan partisipatif, karena dalam pelaksanaannya kegiatan demplot teknologi banyak membutuhkan partisipasi (peran aktif) petani. Petani diharapkan berperan aktif sejak dari perencanaan, kemudian pelaksanaan dan pengawasan, sekaligus memutuskan untuk menerapkan teknologi anjuran yang telah ditetapkan. Dalam perencanaan diharapkan masyarakat (petani/pemilik ternak) ikut serta dalam penentuan jenis kegiatan demplot yang akan dilakukan. Langkah-langkah persiapan demplot perlu disusun dan disepakati bersama untuk dilaksanakan guna mendukung keberhasilan demplot yang akan dilaksanakan. Penentuan kriteria dan pemilihan kooperator perlu disepakati bersama. Untuk
memperlancar
pelaksanaan
demplot
diperlukan
pelatihan
guna
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat (petani). Untuk itu perlu penentuan kapan dan siapa yang akan mengikuti pelatihan. Dari pelatihan diharapkan petani dapat melanjutkan dan menerapkan teknologi yang diajarkan dan dianjurkan. B. Pola Usaha •
Uraikan
apakah
demplot
penggemukan
sapi
pelaksanaannya
melalui
kerjasama KID dengan petani kooperator atau tidak. Apakah perjanjian kerjasama dilakukan secara tertulis atau tidak? •
Bagaimana pembagian kerja / kewajiban / tanggung jawab antara KID dengan petani kooperator.
C. Lokasi Kegiatan Jelaskan kondisi agroekosistem, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat setempat yang akan menerima teknologi yang akan diintroduksikan.
8
D. Petani Kooperator Berapa
jumlahnya
dan
uraikan
kriteria
petani
yang
dapat
dijadikan
kooperator. E. Jangka Waktu Pelaksanaan Demplot Dijelaskan berapa lama akan dilakukan demplot teknologi. Dibuat juga jadwal palang kegiatan yang akan dilakukan KID. F. Dana yang dibutuhkan •
Sumber dana (dari mana)
•
Pengadaan sapi (berapa ekor dan Berapa dana yang dibutuhkan?)
G. Teknologi yang akan diterapkan + manajemen perkandangan
+ pemilihan bakalan
+ pengadaan dan penyediaan hijauan
+ pemeliharaan kesehatan
pakan
+ penimbangan bobot sapi
+ pengolahan limbah (kotoran ternak dll)
+ pemanfaatan konsentrat
+ penyediaan mineral H. Metode Pengumpulan Data Bagaimana cara yang ditempuh untuk melakukan pengumpulan data dan data apa saja yang akan dikumpulkan.. I.
Analisis Data Bagaimana cara analisa data dan alat analisa apa yang dipergunakan.
J.
Sistem Bagi hasil Setelah hasil penjualan dikurangi dengan biaya produksi/pemeliharaan (saprodi, tenaga kerja, pakan, obat-obatan dll), tentukan persentase yang akan diterima baik KID maupun petani kooperator (pemelihara).
K. Kondisi Darurat/ Ternak Hilang, Mati /Keadaan Memaksa Uraikan
bagaimana
sanksi
yang
dikenakan
jika
demplot
mengalami
kegagalan/darurat/keadaan memaksa (tanaman rusak karena serangan penyakit, ternak hilang, mati, sakit yang tak dapat diobati dan terpaksa harus dipotong). Tentukan siapa saja yang akan menanda tangani (saksi) dalam berita acara kegagalan.
9
I. PERKIRAAN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI Ditampilkan dalam bentuk tabel yang menggambarkan (secara ekonomi) prakiraan keuntungan
yang
dapat
diraih
dari
usaha
penggemukan
sapi
yang
akan
dilaksanakan. II. RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) Tampilkan dalam bentuk tabel RAB yang diajukan KID untuk kegiatan demplot teknologi . III. PENUTUP. Dapat berisikan ucapan terima kasih dan harapan penulis terhadap para pembaca laporan.
3.2. Pendampingan usulan rencana (proposal) kegiatan demplot teknologi Sebelum demplot dilaksanakan, KID berkewajiban menyusun usulan rencana (proposal) kegiatan demplot untuk mendapatkan rekomendasi sesuai dengan kegiatan yang diajukan. Tahun 2008 terdapat 6 KID yang menyusun dan mengajukan proposal demplot teknologi penggemukan sapi, yaitu : No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Desa Bilok Petung Sugian Bagik Payung Selatan Rakam Kelayu Utara Pemongkong
Kecamatan Sembalun Sambelia Suralaga Selong Selong Jerowaru
KID yang berkonsultasi dalam menyusun proposal demplot penggemukan sapi secara langsung mengajukan proposalnya, tanpa mencari informasi bagaimana format proposal yang harus disusunnya. Setelah ditelaah isi proposal yang diajukan untuk kegiatan
demplot
teknologi
penggemukan
sapi,
semua
proposal
yang
masuk
mencerminkan seperti usulan penggunaan dana anggaran untuk pengadaan sapi di pedesaan. Dalam proposal yang dibuat sama sekali tidak jelas hubungan antara judul kegiatan yang akan dilakukan, latar belakang, tujuan serta luaran yang ingin dicapai dalam melaksanakan demplot penggemukan sapi. Oleh karena itu tim pendampingan demplot teknologi BPTP meminta KID memperbaiki kembali proposal yang telah disusun sesuai dengan format yang telah ditetapkan sebagai acuan dalam penyusunan proposal
10
demplot teknologi penggemukan sapi. Setelah proposal KID untuk demplot teknologi disetujui, BPTP akan menerbitkan rekomendasi untuk pelaksanaan demplot tersebut.
3.3. Pemberian rekomendasi sesuai usulan kegiatan yang diajukan. Selain proposal demplot KID juga berkirim surat permohonan diterbitkannya rekomendasi teknologi untuk pelaksanaan demplot. Setelah KID memperbaiki proposal yang dibuatnya, proposal ditelaah kembali untuk menilai kesesuaiannya dengan format yang diminta. Apabila cukup memadai sebagai proposal penggemukan sapi, KID akan menerima surat rekomendasi dari Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian yang menerangkan bahwa dalam kondisi keterbatasan yang dimiliki masing-masing desa, BPTP merekomendasikan teknologi penggemukan sapi dapat didemplotkan dengan beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan oleh masing-masing KID. Rekomendasi dari BPTP merupakan salah satu syarat kelengkapan dalam melanjutkan pengurusan proposal KID secara keseluruhan.
3.4. Pelatihan bagi petani dan wanita tani yang secara partisipatif akan terlibat dalam kegiatan yang diajukan 6 (enam) KID yang mendapat suntikan dana dari program P4MI di tahun 2008 telah melaksanakan pembangunan fisik (seperti pembuatan jalan usahatani, saluran irigasi atau pembangunan pasar desa) untuk kemajuan usaha agribisnis di pedesaan. Setelah itu KID mulai mempersiapkan pelaksanaan demplot teknologi. Salah satu langkah persiapannya adalah mengadakan pelatihan bagi kelompoktani dan wanita tani guna memperoleh informasi inovasi teknologi yang akan diterapkan dan dikembangkan. Pelatihan dan pendampingan demplot bagi petani dan wanita tani di pedesaan dilakukan sesuai proposal yang diajukan oleh KID. Tim pendamping mendatangi kelompoktani di setiap desa yang melakukan demplot. Pelatihan difasilitasi oleh KID dengan nara sumber tim pendamping dari BPTP dan diikuti oleh beberapa orang dari kelompoktani dan kelompok wanita tani. Kelompoktani dan wanita tani dapat mengikuti langsung penjelasan dari nara sumber yang dilengkapi dengan intisari materi pelatihan yang sudah diperbanyak dan dibagikan kepada siapa saja yang hadir dalam pelatihan tersebut. Materi pelatihan untuk kelompok tani pemilik ternak sapi difokuskan pada informasi teknologi untuk penggemukan sapi, pemanfaatan limbah (pembuatan kompos dari kotoran sapi dan makanan awetan, seperti jerami fermentasi dll), sedangkan untuk kelompok wanita tani lebih banyak difokuskan pada usaha pengolahan komoditas yang
11
dihasilkan oleh para petani di pedesaan, dengan harapan usaha pengolahan yang diajarkan dapat diteruskan oleh kelompok wanita tani sebagai usaha tambahan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
Anggota kelompoktani mengikuti pelatihan tentang penggemukan sapi Bali.
Gb. 1
Kelompok wanita tani mengikuti pelatihan pengolahan hasil pertanian
. Gb. 2 3. 5. Pendampingan demplot teknologi di lapangan Pendampingan dan pemantauan pelaksanaan demplot teknologi di lapangan dilakukan terhadap beberapa hal, antara lain : kondisi lingkungan kandang dan sekitarnya, penyediaan hijauan pakan, pendugaan bobot badan sapi melalui pengukuran lingkar dada, pencatatan perkembangan bobot badan sapi dan kelanjutan usaha pengolahan hasil pertanian yang pernah dipraktekkan kelompok wanita tani.
Gb.3. Petugas BPTP memberikan contoh pengukuran lingkar dada sapi untuk pendugaan bobot badan sapi.
12
Tabel Berat badan sapi Bali 190 180 170 160 150 140 130 120 110 100 90 80 70 60 50 40
0 388 335 287 244
1 394 341 292 248
2 400 346 297 252
3 405 351 301 256
4 411 356 306 261
5 417 361 311 265
205 170 139 112 88 68 51 37 26 17 10 6
208 173 142 114 90 70 53 38 27 18 11 6
212 176 145 117 93 72 54 40 28 19 12 6
216 180 148 119 95 74 56 41 29 19 12 7
220 183 151 122 97 76 58 42 30 20 13 7
224 187 154 125 100 78 59 44 31 21 13 8
6
7
8
9
423 367 316 269 228
428 372 321 274 232
434 377 325 278 236
440 383 330 283 240
190 157 128 102 80 61 45 32 22 14 8
194 160 130 104 82 63 47 34 23 15 9
197 163 133 107 84 65 48 35 24 16 9
201 166 136 109 86 66 50 36 25 16 10
Pemantauan dan pendampingan demplot teknologi yang dilakukan pada sejumlah KID yang mendapat dana stimulan P4MI pada tahun 2007 dan pelaksanaan demplotnya dilakukan pada tahun 2008 sebanyak 24 KID, yaitu : No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18 19. 20. 21. 22. 23. 24
Desa Terara Jenggik Perian Kilang Sakra Bungtiang Semaya Sikur Paok Motong Jantuk Sekarteja Majidi Ijobalit Kerumut Labuhan Lombok Obel-Obel Sembalun Bumbung Sapit Aikmel Kembang Kerang Kalijaga Tembeng Putik Mamben Daya Rempung
Kecamatan Terara Terara Montong Gading Montong Gading Sakra Sakra Barat Sikur Sikur Masbagik Sukamulia Selong Selong Labuhan Haji Pringgabaya Pringgabaya Sambelia Sembalun Suela Aikmel Aikmel Aikmel Wanasaba Wanasaba Pringgasela
3. 6. Saran dan masukan untuk perbaikan pelaksanaan demplot teknologi Setiap kali tim pendamping demplot teknologi dari BPTP memantau pelaksanaan demplot KID, tim langsung memberikan masukan dan saran perbaikan agar KID dapat
13
lebih teliti, cermat melaksanakan demplot serta mengikuti petunjuk yang tertuang dalam surat rekomendasi. Tim selalu menganjurkan agar kekurangan dalam pelaksanaan demplot segera diperbaiki dan ditambahkan agar demplot dapat lebih mengenai sasaran dan tercapai tujuannya.
3. 7. Studi Efektivitas Pendampingan Demplot Teknologi Pengisian angket oleh pengurus KID dimaksudkan sebagai upaya BPTP untuk mendapatkan gambaran keberlanjutan KID serta efektifitas pendampingan demplot teknologi yang dilaksanakan BPTP di Kabupaten Lombok Timur. Tujuan dilaksanakan-nya pengisian angket oleh ketua/pengurus KID antara lain : •
Untuk memperoleh umpan balik dari pengguna teknologi (petani/warga desa) guna
perbaikan
dan
penyesuaian
dalam
perakitan
teknologi
untuk
pengembangannya di masa mendatang. •
Untuk mendapatkan masukan dan saran konstruktif agar bentuk program dan kegiatan di masa mendatang dapat lebih efektif dan bermanfaat bagi pengguna teknologi.
•
Untuk memperoleh gambaran tentang keberlanjutan keberadaan dan kegiatan Komite Investasi Desa (KID) dan Fasilitator Desa (FD) serta keterlibatannya dalam pembangunan pertanian di pedesaan.
Gb 4. Pengurus KID dan FD yang hadir dalam pengisian angket 3. 8. Laporan hasil pendampingan demplot teknologi Pada setiap pemantauan di lapangan tim pendamping demplot melaporkan hasil pemantauannya kepada Ka BPTP dan Penanggung Jawab kegiatan P4MI di BPTP, pertengahan tahun telah membuat laporan tengah tahunan dan
di
pada akhir kegiatan
tahun 2008 dibuat juga laporan akhir sebagai pertanggung jawaban dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan demplot teknologi .
14
3.9. Hasil Pelaksanaan Kegiatan Demplot Teknologi oleh KID 3.9.1. Usulan rencana (proposal) kegiatan demplot teknologi Dalam upaya memperbaiki mutu proposal yang diajukan KID, tim pendamping berusaha mengarahkan dan menambahkan isi proposal agar sesuai dengan jenis kegiatan yang direncanakan KID dengan kelompoktani. Latar belakang dalam proposal yang diajukan KID umumnya hanya menggambarkan kondisi agroekosistem yang ada, seperti letak desa dengan batas-batasnya, curah hujan per tahunnya, komoditas pertanian yang dihasilkannya, tujuan, keluaran, dan dampak kegiatan. Kalau diperhatikan secara mendalam, semua isi proposal yang diajukan KID pada tahap awal konsultasi : •
Pada isi proposal masih belum ditemukan adanya hubungan dan keselarasan antara latar belakang, tujuan serta jenis kegiatan yang akan dilakukan.
•
Belum mencantumkan secara rinci macam dan paket teknologi yang akan diintroduksikan/ diterapkan pada demplot yang akan dilaksanakan.
Setelah proposal dikonsultasikan dan diperbaiki seperlunya, KID mendapatkan surat rekomendasi untuk melaksanakan demplot teknologi seperti yang diajukan KID beserta masyarakat desanya. 3.9. 2. Pelaksanaan Pendampingan Demplot Penggemukan Sapi Sebelum demplot penggemukan sapi dilakukan, Pelaksana program P4MI tingkat kabupaten bersama BPTP NTB memfasilitasi pelatihan petugas (pengurus KID dan FD) guna mendapatkan informasi beberapa inovasi teknologi yang sedang berkembang. Dengan adanya pelatihan petugas diharapkan pengurus KID beserta FD di setiap desa dapat memberikan pembinaan pada masyarakat desanya secara optimal tentang inovasi teknologi yang sedang berkembang. Sebelum KID melaksanakan demplot di masing-masing desanya, petani / kelompoktani pemilik ternak sapi, sebagai calon kooperator dan pengguna teknologi, mendapatkan
pelatihan
menyangkut
teknologi
penggemukan
sapi,
pemanfaatan
kotorannya dan upaya-upaya penyediaan hijauan pakan. Selain itu kelompok wanita taninya juga melakukan pelatihan dalam pengolahan hasil pertanian yang ada di desanya, seperti pisang, ubi, mete, labu kuning dan lain-lain. Nara sumber pelatihan berasal dari BPTP atau Dinas/Instansi terkait yang ditunjuk. Tahun 2008 terdapat 6 KID yang melaksanakan pelatihan kelompoktani, antara lain :
15
No 1 2 3 4 5 6
Komite Investasi Desa Bagik Payung Selatan Kelayu Utara Rakam Pemongkong Sugian Bilok Petung
Kecamatan Suralaga Selong Selong Jerowaru Sambelia Sembalun
Dengan adanya pelatihan petani di desa diharapkan pemilik ternak sapi berminat untuk ikut menerapkan teknologi anjuran guna meningkatkan pendapatan usaha dari ternak sapinya. Disamping itu para wanita tani dapat meningkatkan pengetahuannya dalam pengolahan hasil pertanian dan menambah pendapatan keluarga melalui usaha penjualan olahan dalam skala rumah tangga. Pemantauan pelaksanaan demplot yang telah dilakukan di beberapa KID tahun 2007 menunjukkan hasil yang kurang memuaskan, karena masih banyak hal yang belum sesuai dengan anjuran. Beberapa hal yang menjadi catatan tim pendampingan demplot antara lain : •
Dalam pelaksanaan demplot tahun 2007, KID beserta FD yang bertugas di setiap desa belum secara optimal membina dan mengarahkan petani kooperator dan kelompoktaninya.
•
Beberapa desa yang melaksanakan demplot penggemukan sapi agak terkendala oleh faktor keamanan. Ternak sapi yang dipelihara untuk demplot, banyak dimasukkan ke dalam rumah pemeliharanya. Ada KID yang mengandangkan sementara di luar (siang hari) dan malam hari masuk ke dalam kandang yang menyatu
dengan
rumah
pemiliknya.
Desa
yang
relatif
aman
sistem
pengandangan ternak dapat dilakukan di kandang kolektif, sedangkan desa yang kurang aman sistem pengandangan ternak dilakukan secara individu. Kandang ternak kadang-kadang terletak bersebelahan dengan rumah pemiliknya. Bahkan ada kandang ternak yang bersebelahan dengan tempat tidur pemiliknya. Kondisi yang demikian ini disebabkan oleh situasi keamanan desa yang kurang mendukung. Desa yang relatif aman sistem pengandangan ternak dapat dilakukan di kandang kolektif, sedangkan desa yang kurang aman sistem pengandangan ternak dilakukan secara individu. Kandang ternak kadang-kadang terletak bersebelahan dengan rumah pemiliknya. Bahkan ada kandang ternak yang bersebelahan dengan tempat tidur pemiliknya. Kondisi yang demikian ini disebabkan oleh situasi keamanan desa yang kurang mendukung
16
•
Lingkungan tempat demplot banyak yang tertutup (terkait keamanan) sehingga petani lain yang lewat sekitar tempat demplot belum tentu mengetahui kalau di dalam kandang terdapat kegiatan demplot penggemukan sapi.
•
KID belum membuat papan nama kegiatan yang dilakukan, sehingga petani lain tidak mengetahui kegiatan yang dilakukan KID.
•
Lingkungan kandang yang kurang bersih, tanah becek, kotoran sapi belum dikumpulkan dan dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
•
Lantai kandang sapi umumnya masih belum sesuai teknologi anjuran. Anjuran membuat lantai yang padat dan agak miring agar kotorannya mudah dibersihkan, masih banyak diabaikan. Hal tersebut menyebabkan kondisi kandang ternak sapi sangat kotor karena adanya timbunan kotoran terserak dimana-mana. Situasi kandang yang terletak di antara dua rumah yang saling berdekatan menjadikan udara sekitar kandang lembab dan kurang cahaya matahari menyebabkan kandang terkesan kotor dan kumuh, kurang sehat untuk pemeliharaan ternak sapi.
•
Kotoran dan urine sapi banyak yang dibiarkan di kandang, tidak dikumpulkan di tempat tertentu.
•
Kesehatan ternak masih perlu ditingkatkan.
•
Hijauan pakan yang diberikan kebanyakan hanya berupa rumput lapangan. Seolah peternak hanya sekedar memelihara sapi dan belum tampak adanya usaha penggemukan sapi. Anjuran pemberian hijauan jenis legume (lamtoro, turi, gamal dll) belum banyak dilaksanakan. Surat rekomendasi BPTP NTB belum ditelaah secara mendalam dan dilaksanakan sepenuhnya. Sebagian sapi yang ikut program demplot penggemukan belum menunjukkan perubahan yang signifikan, sebagian sapi demplot masih tetap kelihatan kurus, tulang iga masih kelihatan menonjol di bagian badan sapi.
Gb 5. Badan sapi demplot yang sudah dipelihara 4 bulan tetapi masih kurus.
17
• Anjuran pemberian konsentrat dan mineral belum dilaksanakan. •
Pemanfaatan kotoran sapi sebagai bahan pembuatan kompos yang sudah dipraktekkan dalam pelatihan, tidak dilanjutkan KID.
•
Kelompok wanita tani banyak yang tidak melanjutkan usaha pengolahan hasil pertanian seperti yang pernah dipraktekkan dalam pelatihan.
•
Anjuran mengukur lingkar dada sapi untuk mengetahui perubahan berat /bobot badan sapi belum dilakukan.
•
Dalam pelaksanaan demplot penggemukan sapi dianjurkan KID membuat papan tabel pengamatan perkembangan bobot badan sapi. Namun KID tidak membuatnya, apalagi mencatat perubahan bobot badan sapi yang terjadi. Akibatnya KID tidak mengetahui secara pasti bagaimana perkembangan bobot badan sapi yang terjadi.
4. Studi Efektivitas Pendampingan Demplot Teknologi Pengisian angket oleh KID dan FD dilaksanakan pada forum pertemuan koordinasi di kantor Bappeda Lombok Timur tanggal 18 Desember 2008 yang dibuka Ketua Bappeda Kabupaten Lombok Timur. dan Konsultan P4MI. Hadir pula pada pertemuan koordinasi tersebut konsultan P4MI.
Gb. 6. Suasana acara pembukaan studi efektivitas pendampingan demplot. Pertemuan diikuti oleh 37 ketua KID atau yang mewakilinya dan 24 orang fasilitator desa (FD). Dari 37 KID yang mengisi daftar pertanyaan terdapat 23 ketua KID yang hadir, 11 KID mewakilkan orang lain dan 3 KID yang tidak jelas nama personil yang mengisi angketnya. Dari angket yang terkumpul terdapat 8 KID saja yang mengisi / menjawab daftar pertanyaan agak baik (80-100% dijawab/diisi), 10 KID yang mengisi / menjawab 60-80% daftar pertanyaan dan 19 KID lainnya hanya mengisi / menjawab 4060% nya (sekitar separuh daftar pertanyaan).
18
KID yang hadir pada acara pengisian angket antara lain : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Desa Gelanggang Pijot Apitaik Aikmel Kalijaga Timur Lenek Daya Batuyang Surabaya Sakra Bagikpapan Setanggor Jantuk Sapit Jerowaru Tetebatu Kalijaga Kembang Kerang Tembeng Putik Lepak Gereneng Sukaraja Kerumut Sembalun Bumbung Majidi Labuan Lombok Pringgabaya Danger Kembangsari Sukamulia Wanasaba Labuan Haji Kelayu Jorong Ijobalit Mamben Daya Tebaban Bagik Payung Selatan Sugian
Kecamatan Sakra Timur Keruak Pringgabaya Aikmel Aikmel Aikmel Pringgabaya Sakra Timur Sakra Pringgabaya Sukamulia Sukamulia Suela Jerowaru Sikur Aikmel Aikmel Wanasaba Sakra Timur Sakra Timur Jerowaru Pringgabaya Sembalun Selong Pringgabaya Pringgabaya Masbagik Selong Sukamulia Wanasaba Labuan Haji Selong Labuan Haji Wanasaba Suralaga Suralaga Sambelia
Yang hadir Diwakili Nama tak jelas Diwakili Ketua Ketua Ketua Ketua Diwakili Diwakili Ketua Diwakili Nama tak jelas Nama tak jelas Ketua Ketua Ketua Diwakili Ketua Diwakili Ketua Ketua Ketua Ketua Diwakili Ketua Diwakili Ketua Ketua Ketua Diwakili Ketua Ketua Diwakili Ketua Ketua Ketua Ketua
Keberadaan KID Dari 37 angket yang terkumpul terdapat 17 KID (45,95%) yang menyatakan bahwa kepengurusan KID masih ada, namun sudah tidak aktif lagi, sedangkan 20 KID lainnya (54,05%) menyatakan bahwa sampai sekarang kepengurusan KID masih ada dan masih berperan. Dari 17 KID yang tidak aktif lagi, 13 KID diantaranya memberikan alasan karena tidak ada program lanjutan, modal dan pembinaan dari instansi terkait (35,14%), masing-
19
masing pengurus KID mempunyai kegiatan tersendiri (5,41%) dan 4 KID lainnya tidak memberikan alasannya. Sedangkan KID yang masih aktif melaksanakan kegiatan / program antara lain : aktif dalam demplot P4MI (35,14%), menindak-lanjuti kegiatan pelatihan yang dilaksanakan BPTP (32,43%), memperbaiki investasi desa yang dibangun (10,81%).
Keterlibatan dalam pembangunan desa Dari 37 KID terdapat 26 KID (70,27%) menyatakan pernah terlibat dalam pembangunan desa, sedangkan 11 KID lainnya (29,73%) menyatakan tidak pernah terlibat dalam pembangunan desa. Keterlibatan KID dalam pembangunan desa antara lain dalam
kegiatan
perencanaan pembangunan fisik desa. Sedangkan KID yang tidak pernah terlibat dalam pembangunan desa memberikan alasan antara lain : a. Karena kegiatan desa lebih banyak dilakukan oleh lembaga-lembaga yang ada di desa,
b. kurang pemahaman
terhadap fungsi KID dan kurang koordinasi dengan desa, c. sibuk dengan tugas / kegiatan lain.
Tugas/kegiatan baru Keberhasilan pengurus KID dalam melaksanakan program pembangunan fisik dan demplot teknologi di bidang pertanian/peternakan, memberi peluang adanya pemberian tugas/kegiatan baru bagi pengurus KID. Dari 37 KID terdapat 16 KID (43,24%) yang menyatakan bahwa pengurusnya mendapat tugas baru dari kepala desanya, sedangkan 21 KID lainnya (56,76%) tidak mendapat tugas baru dari Kepala Desanya. Pengurus KID mendapat tugas /kegiatan baru untuk ikut terlibat dalam aktivitas kelembagaan desa seperti: anggota LKMD, LKMK, BPD, Bendahara Desa, Staf Desa, Kepala Dusun, pengurus Karang Taruna, pelaksana program PNPM, Pengurus Bapamdes (Badan Pengelola Air Minum Desa), Manajer UKM. Sedangkan
pengurus
KID yang tidak mendapatkan
tugas/kegiatan baru,
dikarenakan : a. kurangnya koordinasi dengan desa, b. kegiatan desa diselesaikan oleh lembaga desa yang sudah ada sebelumnya, c. menganggap tugas KID sudah selesai, d. pengurus KID sudah mempunyai profesi lain.
Kendala mempertahankan KID Beberapa pengurus KID yang hadir menyampaikan kendala-kendala dalam upaya mempertahankan keberadaan KID, seperti tertera pada Tabel 1:
20
Tabel 1. Kendala mempertahankan keberadaan KID, 2004-2007 1. 2. 3. 4.
Kendala mempertahankan KID Kurangnya pemahaman fungsi KID Tak ada program lanjutan. Ada anggapan bahwa kegiatan KID cukup hanya semusim saja. Setiap kegiatan baru di desa dibentuk pengurus baru
frek 23 8 19
% ase 62,16 21,62 51,35
13
35,14
Sumber : Data primer diolah, 2008
Tabel 1. di atas menunjukkan beberapa kendala mempertahankan KID sebagai salah satu lembaga baru di desa. 23 pengurus KID (62,16%) menyatakan bahwa salah satu kendala dalam mempertahankan keberadaan KID adalah kurangnya pemahaman terhadap fungsi KID, 19 orang KID (51,35%) menyatakan adanya anggapan kegiatan KID hanya semusim saja, 13 orang KID (35,14%) menyatakan bahwa setiap ada kegiatan baru di desa dibentuk kepengurusan baru dan 8 orang KID (21,62%) menyatakan karena tidak adanya program lanjutan yang dikerjakan KID.
Bentuk Demplot Bentuk demplot yang dilaksanakan KID ada beberapa kegiatan tergantung pada kebutuhan teknologi masyarakat desa setempat, seperti tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Bentuk demplot yang pernah dilaksanakan KID 2004-2007. No 1 2 3 4 5 6 7 8
Bentuk demplot Penggemukan sapi bali Pembibitan kambing PE Ayam buras Usahatani tanaman cabe Budidaya jagung Budidaya tanaman padi Budidaya bawang merah Pengovenan tembakau
Frekuensi 28 6 1 2 2 4 2 2
Prosentase 75,68 16,22 2,70 5,41 5,41 10,81 5,41 5,41
Sumber : Data primer diolah, 2008. Tabel 2. di atas menunjukkan bahwa dari 37 orang KID yang hadir terdapat 28 KID (75,68%) melaksanakan demplot penggemukan sapi, 6 KID (16,22%) melaksanakan demplot pembibitan kambing PE, 4 KID (10,81%) melaksanakan budidaya tanaman padi. Sedangkan usahatani tanaman cabe, budidaya jagung, budidaya bawang merah, dan pengovenan tembakau masing-masing dilaksanakan 2 KID (5,41%). Beternak ayam buras hanya dilakukan oleh 1 KID (2,70%). Bagi kelompok wanita tani, bentuk demplot yang difasilitasi KID berupa demonstrasi dan praktek langsung pengolahan hasil pertanian. Demonstrasi pengolahan hasil pertanian yang dilakukan di desanya masing-masing, mempraktekkan pembuatan / memproduksi beberapa bentuk olahan, seperti tertera pada Tabel 3.
21
Tabel 3. Bentuk olahan hasil pertanian yang dipraktekkan wanita tani, 2004-2007. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Jenis Olahan Keripik pisang Dodol pisang Keripik Ubi Kue talam Pastel kentang Pilus kentang Bakwan jagung Dodol labu kuning Dodol nenas Dodol jambu mete Dodol nangka Saos tomat Abon ikan Sirup jambu mete Abon jambu mete Penganan ubi Telur asin Saos cabe Kecap Sirup asam Satelit Gula kacang Manisan tomat
Frekuensi 10 8 8 1 1 1 2 0 3 6 1 0 0 1 0 1 3 0 0 0 0 0 1
Prosentase 27,03 21,62 21,62 2,70 2,70 2,70 5,41 ---8,11 16,22 2,70 ------2,70 ---2,70 8,11 ---------------2,70
Sumber : Data primer diolah, 2008. Dari Tabel 3. di atas tampak bahwa 10 KID (27,03%) telah mempraktekkan pengolahan keripik pisang. Dodol pisang dan keripik ubi masing-masing dipraktekkan 8 KID (21,62%), 6 KID (16,22%) mempraktekkan pengolahan dodol jambu mete, 3 KID (8,11%) mencoba memproduksi telur asin dan KID yang lain mencoba memproduksi olahan lain yang dapat mendatangkan uang tunai sebagai tambahan pendapatan petani.
Kerjasama dengan petani/pemelihara ternak Dalam melaksanakan demplot ada peluang KID melakukan kerjasama dengan petani kooperator / pemelihara ternak. Kerjasama dapat dilakukan baik secara tertulis maupun tidak tertulis, seperti tertera pada Tabel 4. Tabel 4. Bentuk kerjasama KID dengan petani kooperator, 2004-2007. No
Bentuk kerjasama
1
Ada kerjasama tertulis
8
21,62
2
Ada kerjasama tidak tertulis
25
67,57
Tidak ada kerjasama
4
10,81
3
Frekuensi
Prosentase
Sumber : Data primer diolah, 2008. Tabel 4. menunjukkan ada 8 KID (21,62%) yang melakukan kerjasama secara tertulis yang isi perjanjiannya antara lain menyatakan bahwa keuntungan hasil penjualan ternak sapi demplot dibagi dua (di luar modal).
22
25 KID (67,57%) kerjasamanya tidak tertulis, berdasar pada kekeluargaan dan kepercayaan di antara kedua belah pihak. Kesepakatan yang tidak tertulis antara lain : a. apabila ternak demplot dapat berkembang akan diberikan kepada kaum manula dan yatim piatu, b. apabila mati / hilang bukan tanggungan petani pemelihara seluruhnya, c. apabila pemelihara ternak demplot tidak keluar ronda pada jadwal yang telah disepakati maka dikenakan denda/ sangsi, d. kalau sapi hilang pada siang hari, maka kerugian dibagi dua antara pemilik dan pengadas. 4 KID lainnya (10,81%) tidak melakukan kerjasama dengan alasan : a . karena kurang adanya koordinasi dan sosialisasi, b. modal yang ada tidak mendukung.
Teknologi yang dijelaskan/dipraktekkan BPTP NTB Teknologi yang dijelaskan/dipraktekkan/didemonstrasikan BPTP pada pelatihan kelompoktani yang difasilitasi KID tertera pada Tabel 5 . Tabel 5. Teknologi yang dijelaskan / dipraktekkan BPTP pada kelompoktani, 2004-2007. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Teknologi yang dijelaskan/dipraktekkan Penggemukan sapi Pembuatan kompos Pembuatan Jerami fermentasi Pengukuran lingkar dada sapi Pembuatan UMB Pembibitan kambing PE Ayam Buras Budidaya tanaman cabe Budidaya jagung Budidaya tanaman padi Budidaya bawang merah Pengovenan tembakau Sumber : Data primer diolah,2008.
Frekuensi 25 23 15 11 8 7 2 2 6 4 1 1
Prosentase 67,57 61,16 40,54 29,73 21,62 18,92 5,41 5,41 16,22 10,81 2,70 2,70
Tabel 5. menunjukkan bahwa teknologi penggemukan sapi paling banyak dijelaskan pada 25 KID (67,57%), menyusul teknologi pembuatan kompos (61,16%), pembuatan jerami fermentasi (40,54%), pengukuran lingkar dada sapi (29,73%), pembuatan UMB (21,62%), pembibitan kambing PE ( 18,92%), budidaya jagung (16,22%), budidaya tanaman padi (10,81%) dan beberapa teknologi lain yang bermanfaat bagi masyarakat pedesaan.
Teknologi yang dikembangkan/dilanjutkan petani Teknologi yang dikembangkan dan dilanjutkan petani tertera pada Tabel 6.
23
Tabel 6. Teknologi yang dikembangkan/dilanjutkan kelompoktani, 2004-2007. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Teknologi yang dilanjutkan Penggemukan sapi Bali Pembuatan kompos Pembuatan Jerami fermentasi Pengukuran lingkar dada sapi Pembuatan UMB Pembibitan kambing PE Ayam Buras Budidaya tanaman cabe Budidaya jagung Budidaya tanaman padi Budidaya bawang merah Pengovenan tembakau Tak ada yang dikembangkan
Frekuensi 18 13 4 4 3 4 1 2 5 4 1 3 1
Prosentase 48,65 35,14 10,81 10,81 8,11 10,81 2,70 5,41 13,51 10,81 2,70 8,11 2,70
Sumber : Data primer diolah,2008. Sebagian besar KID (48,65%) menyatakan bahwa masyarakatnya mengembangkan teknologi penggemukan sapi Bali dan 35,14% mengembangkan teknologi pembuatan kompos. KID lainnya mengembangkan beberapa teknologi lainnya. Kalau tak ada teknologi yang dikembangkan, alasan KID : a. 6 KID (16,22%) menyatakan alasan karena petani merasa lebih aman (tak ada resiko) melakukan cara yang lama (tradisional), b. 6 KID (16,22%) memberikan alasan karena kesulitan menerapkan teknologi anjuran disebabkan kurang tersedianya bahan pendukung. Sedangkan teknologi pengolahan hasil pertanian yang dilanjutkan kelompok wanita tani tertera pada Tabel 7. Teknologi pengolahan keripik ubi ternyata paling banyak (24,32%) yang mengembangkannya, menyusul kemudian teknologi pengolahan keripik pisang dan dodol pisang (13,51%), dodol nangka (10,81%) dan beberapa teknologi lainnya.
Gb. 7. Bentuk olahan hasil pertanian yang dipraktekkan wanita tani.
24
Tabel 7 . Teknologi pengolahan hasil pertanian yang dilanjutkan kelompok wanita tani (2004-2007) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Jenis / Bentuk olahan Keripik pisang Dodol pisang Keripik Ubi Kue talam Pastel kentang Pilus kentang Bakwan jagung Dodol labu kuning Dodol nenas Dodol jambu mete Dodol nangka Saos tomat Abon ikan Sirup jambu mete Abon jambu mete Penganan ubi Telur asin Saos cabe Kecap Sirup asam Satelit Gula kacang Manisan tomat
Frekuensi 5 5 9 1 0 0 1 1 1 2 4 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1
Prosentase 13,51 13,51 24,32 2,70 ------2,70 2,70 2,70 5,41 10,81 ------2,70 2,70 2,70 2,70 ---2,70 ---------2,70
Sumber : Data primer diolah, 2008. Teknologi pengolahan keripik ubi ternyata paling banyak (24,32%) yang mengembangkannya, menyusul kemudian teknologi pengolahan keripik pisang dan dodol pisang (13,51%), dodol nangka (10,81%) dan beberapa teknologi lainnya.
Keikutsertaan pelaksana demplot dalam pelatihan kelompoktani Dari 37 KID terdapat 27 KID (72,97%) yang menyatakan keikut sertaan petani pelaksana demplot dalam pelatihan kelompoktani, 10 KID (27,03%) tidak ikut serta dalam pelatihan kelompoktani. KID mengikut sertakan mereka dengan maksud agar petani dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam mengelola dan melaksanakan demplot penggemukan sapi Bali.
Transfer teknologi yang dianjurkan KID dibantu FD berkewajiban menyebarluaskan inovasi teknologi yang pernah diterima dari pelatihan kepada masyarakat di desanya karena tidak semua masyarakat desa dihadirkan pada pelatihan teknologi bagi para petani di desanya.
25
23 orang pengurus KID (62,16%) bersama FD yang ditugaskan di desanya telah meneruskan / menyebarluaskan informasi inovasi teknologi. Sedangkan 14 KID lainnya (37,84%) menyatakan FD nya tidak menyebarluaskan inovasi teknologi ke masyarakat.
Jumlah petani/pemelihara didemplotkan
ternak
yang
mengadopsi
teknologi
yang
Salah satu dampak yang diperoleh dari demplot akan terlihat dari jumlah petani/ pemelihara ternak yang dapat mengadopsi teknologi, seperti tampak pada Tabel 8 . Tabel 8. Jumlah petani/pemelihara ternak yang mengadopsi teknologi, 2004-2007. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jumlah petani adopter 0 1 3 4 5 6 8 10 15 20 50
Frekuensi 12 2 2 6 3 1 1 3 1 5 1
Prosentase 32,43 5,41 5,41 16,22 8,11 2,70 2,70 8,11 2,70 13,51 2,70
Sumber : Data primer diolah, 2008. Pada Tabel 8. di atas tampak bahwa terdapat 12 KID (32,43%) menyatakan tidak ada petani yang mengadopsi teknologi yang didemplotkan, namun terdapat 25 KID lainnya (67,57%) menyatakan banyak petani (1 orang–50 orang) yang mengadopsi teknologi yang didemplotkan. 6 KID (16,22%) menyatakan ada 4 orang petani yang mengadopsi teknologi, 5 KID (13,51%) menyatakan terdapat 20 orang petani di desanya yang mengadopsi teknologi yang di demplotkan, dan masih ada KID lainnya yang menyatakan adanya petani yang mengadopsi teknologi.
Efektifitas transfer teknologi KID yang hadir menyampaikan beberapa saran dan masukan agar transfer teknologi yang dilaksanakan BPTP dapat lebih efektif, seperti tertera pada Tabel 9. Terdapat 15 KID ( 40,54%) yang tidak menjawab / mengisi saran dan masukan bagi peningkatan efektivitas transfer teknologi, 14 KID (37,84%) menyarankan perlunya peningkatan frekuensi pertemuan penyuluh dan petani, 10 KID (27,03%) menyarankan dilakukannya pelatihan dalam bentuk praktek lapangan, dan masih ada beberapa saran lainnya yang bermanfaat bagi peningkatan efektivitas transfer teknologi.
26
Tabel 9. Saran dan masukan bagi peningkatan efektifitas transfer teknologi, 2004-2007. No 1 2 3 4 5 6
Saran dan masukan KID Peningkatan frekuensi pertemuan penyuluh & petani Mengaktifkan penyuluh di pedesaan Peningkatan transfer teknologi melalui media elektronik maupun cetak Peningkatan koordinasi dengan aparat desa Pelatihan dalam bentuk praktek lapangan Tidak ada jawaban
Frekuensi 14 8 4 2 10 15
Prosentase 37,84 21,62 10,81 5,41 27,03 40,54
Sumber : Data primer diolah, 2008.
Teknologi yang dirasakan bermanfaat Beberapa inovasi teknologi telah disosialisasikan / dijelaskan oleh BPTP dalam kegiatan pelatihan bagi kelompoktani dan wanita tani di lokasi KID. Namun beberapa KID menyatakan teknologi yang dirasa bermanfaat tertera pada Tabel 10. Tabel 10. Beberapa teknologi yang dirasa bermanfaat, 2004-2007. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Teknologi yang bermanfaat Penggemukan sapi Bali Pembuatan kompos Pembuatan Jerami fermentasi Pengukuran lingkar dada sapi Pembuatan UMB Pembibitan kambing PE Ayam Buras Budidaya tanaman cabe Budidaya jagung Budidaya tanaman padi Budidaya bawang merah Pengovenan tembakau
Frekuensi 25 15 10 4 4 6 2 7 7 9 4 4
Prosentase 67,57 40,54 27,03 10,81 10,81 16,22 5,41 18,92 18,92 24,32 10,81 10,81
Sumber : Data primer diolah, 2008. Tabel 10. di atas menunjukkan sebagian besar (25 KID = 67,57%) menyatakan bahwa teknologi yang bermanfaat adalah teknologi penggemukan sapi, 15 KID (40,54%) menyatakan teknologi pembuatan kompos bermanfaat, 10 KID (27,03%) menyatakan teknologi pembuatan jerami fermentasi bermanfaat, 9 KID (24,32%) menyatakan teknik budidaya tanaman padi dan beberapa teknologi lainnya juga cukup bermanfaat bagi masyarakat. Selain itu ada juga teknologi pengolahan hasil pertanian yang dinyatakan bermanfaat bagi wanita tani seperti tertera pada Tabel 11. Dari beberapa teknologi pengolahan hasil pertanian ternyata 13 KID (35,14%) mengakui teknologi pembuatan keripik pisang bermanfaat bagi kelompok wanita tani, 12 KID (32,43%) menyatakan teknologi pembuatan keripik ubi yang bermanfaat, 9 KID
27
(24,32%) menyatakan teknologi pembuatan dodol pisang juga bermanfaat dan selain itu banyak juga teknologi lain yang cukup bermanfaat. Tabel 11.T eknologi pengolahan hasil pertanian yang dirasa bermanfaat bagi wanita tani, 2004-2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Jenis / Bentuk olahan Keripik pisang Dodol pisang Keripik Ubi Kue talam Pastel kentang Pilus kentang Bakwan jagung Dodol labu kuning Dodol nenas Dodol jambu mete Dodol nangka Saos tomat Abon ikan Sirup jambu mete Abon jambu mete Penganan ubi Telur asin Saos cabe Kecap Sirup asam Satelit Gula kacang Manisan tomat
Frekuensi 13 9 12 2 1 1 4 3 3 3 4 2 4 1 1 1 3 1 2 1 0 1 2
Prosentase 35,14 24,32 32,43 5,41 2,70 2,70 10,81 8,11 8,11 8,11 10,81 5,41 10,81 2,70 2,70 2,70 8,11 2,70 5,41 2,70 ---2,70 5,41
Sumber : Data primer diolah, 2008.
Dana demplot Besarnya dana demplot bervariasi ( Rp 7.000.000 – Rp 24.000.000), tergantung pada jenis kegiatan demplot dan komoditas yang didemplotkan, seperti yang tertera pada Tabel 12. 6 KID (16,22%) yang menyatakan dana demplot Rp 0,- menunjukkan personil utusan KID yang tidak dibekali informasi dari ketua KID, sehingga mereka tidak dapat mengisi besarnya dana yang disediakan untuk pelaksanaan demplot di desanya. 7 KID (18,52%) menggunakan dana demplot Rp 15.740.000,- , 6 KID (16,22%) memanfaatkan dana demplot Rp 18.000.000,- , 4 KID (10,81%) menerima dana demplot Rp 23.000.000 dan beberapa KID lain menggunakan dana demplot yang besarnya bervariasi
28
Tabel 12. Besarnya dana demplot yang digunakan KID, 2004-2007. Jumlah dana demplot (Rp) 0.000.000,7.000.000,7.300.000,10.000.000,14.515.000,15.000.000,15.220.000,15.740.000,16.000.000,18.000.000,20.000.000,22.000.000,23.000.000,24.000.000,-
Frekuensi 6 1 1 1 1 3 1 7 3 6 1 1 4 1
Prosentase 16,22 2,70 2,70 2,70 2,70 8,11 2,70 18,52 8,11 16,22 2,70 2,70 10,81 2,70
Sumber : Data primer diolah, 2008.
Swadaya masyarakat dalam demplot Swadaya masyarakat dalam melaksanakan demplot merupakan salah satu faktor yang diperhatikan. Keberhasilan KID dalam menghimpun swadaya masyarakat sangat bervariasi seperti tertera pada Tabel 13. Tabel 13 . Swadaya masyarakat dalam demplot Jumlah dana swadaya (Rp) 0.000.000,1.200.000,1.500.000,1.840.000,2.000.000,3.000.000,3.500.000,4.500.000,5.000.000,7.000.000,7.500.000,7.750.000,9.100.000,14.000.000,-
Frekuensi 15 1 2 1 2 2 1 1 3 1 1 1 5 1
Prosentase 40,54 2,70 5,41 2,70 5,41 5,41 2,70 2,70 8,11 2,70 2,70 2,70 13,51 2,70
Sumber : Data primer diolah, 2008. Besarnya swadaya masyarakat yang berhasil dihimpun KID sangat bervariasi, mulai dari Rp 1.200.000,- sampai dengan Rp 14.000.000,-. Pada Tabel 13. terdapat 15 KID (40,54%) menyatakan tidak adanya dana swadaya masyarakat (Rp 0,-). Hal ini tidak mungkin terjadi, karena kegiatan yang dilaksanakan KID harus didukung keikutsertaan / sumbangan / swadaya masyarakat. 5 KID (13,51%) yang menyatakan swadaya masyarakatnya mencapai Rp 9.100.000,- ; 3 KID (8,11%) mencapai Rp 5.000.000,-
29
Keberadaan arsip administrasi demplot 27 KID (72,97%) menyatakan bahwa arsip masih tersimpan baik, sedangkan 10 KID lainnya ( 27,03%) mangakui arsip demplot sudah tak ada. Arsip yang masih tersimpan baik, saat ini berada di kantor desa (8,11%), masih disimpan di ketua KID (62,16%). Arsip demplot beberapa KID sudah tidak ada, karena ada beberapa alasan yang disampaikan pengurus KID, antara lain: a. 8,11% menyatakan karena tidak ada program lanjutan, b. 13,51% memberi alasan karena pengurusnya sudah tidak aktif lagi, c. ada yang menyatakan arsip sudah dimusnahkan (5,41%) dan lainnya tidak menjawab pertanyaan yang diajukan.
Keuntungan yang dapat dicapai saat demplot 10 KID (27,03%) menyatakan bahwa demplot yang dilaksanakan dapat memberikan keuntungan bagi petani yang melaksanakannya, 4 KID (10,81%) memberi pernyataan kurang menguntungkan dan 23 KID (62,16%) menyatakan tidak memberi keuntungan (merugi). Beberapa KID sempat memberikan pernyataan bahwa selain keuntungan materiil, demplot juga memberikan keuntungan sosial budaya, lingkungan dan lain-lain. 8 KID (21,62%) menyatakan ada keuntungan bagi masyarakat desa, karena mereka dapat mengadopsi inovasi teknologi yang diajarkan / dijelaskan BPTP, 7 KID (18,92%) merasa untung karena masyarakat desa dapat mengetahui dan mengadopsi teknologi penggemukan sapi yang dianggap masyarakat desa sangat bermanfaat bagi mereka,
Dampak Hasil Demplot Dari KID yang hadir hanya terdapat 14 KID (37,84%) yang menyatakan bahwa ada petani yang mengikuti teknologi yang diterapkan dalam demplot. Sedangkan 23 KID lainnya (62,16%) menyatakan bahwa tidak ada lagi petani yang mengikuti teknologi anjuran yang diterapkan dalam demplot.
Pengolahan Hasil Pertanian Macam dan bentuk olahan yang didemonstrasikan dan dipraktekkan oleh kelompok wanita tani sangat tergantung pada macam dan jenis komoditas pertanian yang dihasilkan oleh masyarakat setempat, sehingga macam dan jenis bentuk olahannyapun sangat bervariasi seperti tampak pada Tabel 14.
30
Tabel 14 . Macam dan jenis olahan yang di demonstrasikan, 2004 – 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Macam dan Jenis olahan Keripik pisang Dodol pisang Keripik Ubi Kue talam Pastel kentang Pilus kentang Bakwan jagung Dodol labu kuning Dodol nenas Dodol jambu mete Dodol nangka Saos tomat Abon ikan Sirup jambu mete Abon jambu mete Penganan ubi Telur asin Saos cabe Kecap Sirup asam Satelit Gula kacang Manisan tomat
Frekuensi 8 6 7 1 0 0 1 1 3 0 4 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1
Prosentase 21,62 16,22 18,92 2,70 ------2,70 2,70 8,11 ---10,81 ------2,70 ------2,70 ---------------2,70
Sumber : Data primer diolah, 2008. 8 KID (21,62%) menyatakan di desanya pernah didemonstrasikan pengolahan keripik pisang, 6 KID (16,22%) mendemonstrasikan pengolahan dodol pisang, 7 KID (18,92%) mempraktekkan teknologi pengolahan keripik ubi, 4 KID (10,81%) mengikuti penjelasan pembuatan dodol nangka, 3 KID (8,11%) mempraktekkan pembuatan dodol nenas dan KID lainnya mengakui juga pernah mendemonstrasikan teknologi pembuatan olahan yang lainnya.
Tindak Lanjut usaha pengolahan hasil pertanian Hanya ada 6 KID ( 16,22%) yang menyatakan bahwa di desanya terdapat keluarga tani yang membuka usaha pengolahan hasil pertanian dengan mendirikan warung, sedangkan 31 KID lainnya (83,78%) tidak melanjutkan usaha pengolahan hasil pertanian di desanya. Alasan
tidak
melanjutkan
usaha
pengolahan
hasil
pertanian
disebabkan
keterbatasan modal, kurangnya motivasi, dan pasar yang belum pasti (43,24%) dan usahanya masih bersifat untuk kebutuhan keluarga saja (29,73%). Sebagian lagi ada yang tidak memberikan jawaban.
31
Lokasi pengkajian BPTP Beberapa desa di Kabupaten Lombok Timur ternyata pernah menjadi lokasi pengkajian BPTP. 9 KID (24,32%) menyatakan pernah menjadi lokasi pengkajian BPTP dari tahun 2005 – 2008. Sedangkan 28 KID lainnya (75,68%) belum pernah menjadi lokasi pengkajian BPTP.
Manfaat adanya pengkajian 11 KID (29,73%) menyatakan dengan adanya pengkajian petani dapat menambah luas wawasannya, pengetahuan dan keterampilannya sehingga dapat dikembangkan di pedesaan untuk peningkatan kesejahteraan warganya. Sedangkan KID lainnya (70, 27%) tidak memberikan jawaban.
Media cetak yang diterima KID BPTP secara berkala menerbitkan beberapa bahan bacaan tercetak yang berupa brosur, liptan, majalah, buku dll. 26 KID (70,27%) menyatakan bahwa bahan bacaan tercetak tersebut dapat sampai ke KID, sedangkan 11 KID lainnya (29,73%) merasa tidak pernah menerima bahan bacaan tersebut.
Manfaat / dampak penyebaran informasi Menjawab pertanyaan seberapa besar manfaat/dampak penyebaran informasi bagi warga desanya, pengurus KID yang hadir memberikan beberapa jawaban antara lain : a. 2 KID (5,41%) ada yang menyatakan 10% bahan bacaan dapat dimanfaatkan petani, b. 8,11% menyatakan penyebaran informasi belum begitu efektif karena minat baca dan pengetahuan masyarakat pedesaan masih rendah, c. 14 KID (37,84%) menyatakan dapat menambah
pengetahuan
dan
keterampilan
petani
untuk
mengembangkan
dan
meningkatkan cara budidaya petani yang masih tradisional, d. 32,43% menyatakan penyebaran informasi sangat bermanfaat bagi pengembangan teknologi di sektor pertanian dan peternakan, e. sebagian (51,35%) juga menyatakan ada beberapa kesulitan menerapkan teknologi yang ada di brosur karena kurang tersedianya bahan/alat di pedesaan. Saran dan Masukan Agar transfer teknologi dapat berjalan lebih baik, bentuk program/kegiatan yang disarankan pengurus KID untuk masa mendatang tertera pada Tabel 15. :
32
Tabel 15. Saran dan masukan dari KID untuk masa mendatang No 1 2 3 4 5
Saran dan Masukan dalam bentuk program / kegiatan dari KID Transfer teknologi terus dilakukan BPTP melalui praktek langsung di lapangan Teknologi yang diterapkan disesuaikan dengan kondisi lokasi pengkajian Koordinasi dengan penyuluh ditingkatkan. Kegiatan yang dilaksanakan berkesinambungan Pembinaan & pembentukan jaringan pemasaran hasil pertanian di pedesaan.
% 54,05 18,92 16,22 40,54 27,03
Sumber : Data primer diolah, 2008. Sebagian besar KID (54,05%) menyarankan agar BPTP terus melakukan transfer teknologi melalui praktek langsung di lapangan, 40,54% menyarankan agar kegiatan yang dilakukan dapat berkesinambungan, 27,03% dilakukan pembinaan dan pembentukan jaringan pemasaran di pedesaan, 18,92% menyarankan agar teknologi yang diterapkan disesuaikan dengan kondisi lokasi pengkajian, 16,22% menyarankan agar koordinasi dengan penyuluh lebih ditingkatkan. HASIL PENGISIAN ANGKET OLEH FASILITATOR DESA ( FD )
Jumlah FD yang hadir Fasilitator Desa (FD) yang hadir dan mengisi angket berasal dari desa yang menerima dana stimulan P4MI dari tahun 2004 – 2007. Dari 24 orang FD yang hadir pada pertemuan itu hanya 1 orang (4,17%) dari FD yang terbentuk tahun 2004, 8 orang (33,33%) dari FD yang terbentuk tahun 2005, 6 orang (25%) dari FD yang terbentuk tahun 2006 dan 9 orang (37,50%) dari FD yang terbentuk tahun 2007.
Keberadaan FD Dari 24 FD yang hadir terdapat 12 FD (50%) yang menyatakan masih ada dan masih berperan, 11 orang FD (45,83%) menyatakan masih ada, namun tidak aktif lagi dan 1 orang FD (4,17%) yang menyatakan sudah bubar. Jika FD masih ada dan masih berperan, kegiatan yang mereka lakukan antara lain : 7 orang FD (29,17%) mendampingi kelompoktani ternak dalam penerapan teknologi, 10 orang FD (41,67%) menyatakan ikut membantu kelompoktani dalam mendapatkan informasi teknologi, 6 orang FD (25%) ikut memberikan penyuluhan dan petunjuk kepada kelompoktani, 3 orang FD (12,5%) ikut memonitor awig-awig desa tentang jalan usahatani dan saluran. Sedangkan FD yang tidak aktif lagi, 9 orang (37,50%) menyatakan alasannya karena menganggap proyek sudah berakhir dan tak ada lagi kelanjutannya, dan 15 orang lainnya (62,50%) tak menjawab.
33
FD yang masih aktif, terlibat dalam program/kegiatan antara lain : 10 orang (41,67%) masih melakukan kegiatan demplot, 7 orang (29,17%) bertugas mendampingi kelompoktani, 2 orang (8,33%) ikut dalam pengembangan infrastruktur desa, 6 orang (25%) membimbing pertemuan kelompoktani secara berkala.
Tugas/kegiatan baru bagi personil FD Dari kinerja yang ditunjukkan oleh personil FD yang ditunjuk masyarakat desa, ada suatu peluang besar bagi personil FD untuk ditunjuk masyarakat/pemerintahan desa sebagai salah seorang aparat desa/pemuka masyarakat yang dapat membantu dalam pembangunan desa di masa mendatang. Dari 24 FD yang hadir dan mengisi angket ternyata hanya 2 orang saja (8,33%) yang mendapatkan tugas baru dari kepala desanya. Sedangkan 22 personil FD lainnya tidak mendapatkan tugas/kegiatan baru di desanya yang menurut mereka disebabkan oleh beberapa hal antara lain : a. 13 orang (54,17%) menyatakan karena kurangnya koordinasi dengan kepala desa setempat sehingga kepala desa tidak memberdayakan tenaga FD yang ada, b. 4 orang (16,67%) menyatakan karena ada tugas baru yang lebih penting, c. 3 orang (12,50%) menyatakan bahwa jika ada proyek baru selalu membentuk kepengurusan baru. Personil FD yang diberi tugas baru dari Kepala Desa ada yang dipercaya menjadi anggota BPD, LKMD, LKMK, Bendahara Desa, Kepala Dusun dll, ada yang dilibatkan dalam program PNPM di desanya.
Kendala dalam mempertahankan FD Petugas FD mengemukakan beberapa hal yang merupakan kendala dalam mempertahankan keberadaan FD, antara lain : a. 17 orang (70,83%) menyatakan bahwa pemerintahan desa dan masyarakat kurang respon terhadap FD, sehingga FD kurang berperan di dalam masyarakat, b. 10 orang (41,67%) menyatakan karena masa kontrak telah habis, c. 9 orang (37,50%) menyatakan karena koordinasi dengan KID kurang dan d. 7 orang (29,17%) menyatakan tak ada honor untuk menunjang kegiatan.
Peran FD dalam demplot teknologi Dari 24 FD yang hadir, 22 orang FD (91,67%) menjawab dengan baik, sedangkan 2 orang FD (8,33%) yang lain tidak menjawab. Mereka umumnya ikut berperan mendampingi petani dalam pelaksanaan demplot teknologi dan membantu dalam pemahaman teknologi yang diterapkan.
34
Kendala yang dihadapi Ada beberapa kendala yang dihadapi FD dalam tugas memasyarakatkan inovasi teknologi, antara lain : a. 15 orang (62,50%) menyatakan bahwa salah satu kendalanya adalah masih kurangnya keyakinan masyarakat dalam menerapkan teknologi anjuran, petani (masyarakat) cenderung mengikuti teknologi lama, karena takut akan rugi dan kurangnya motivasi untuk maju, b. 11 orang (45,83%) menyatakan kalau kondisi sosial budaya masyarakat belum mendukung untuk menerapkan inovasi teknologi, c. 8 orang (33,33%) menyatakan terkendala oleh keterbatasan modal dan d. 2 orang (8,33%) menyatakan permasalahan pemasaran sering menjadi kendala di tingkat desa.
Teknologi yang pernah diterima dari BPTP BPTP ternyata telah mentransfer 10 jenis teknologi kepada fasilitator desa (FD) seperti tertera pada Tabel 16 . Tabel 16. Teknologi yang pernah diterima FD dari BPTP NTB. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jenis teknologi Penggemukan sapi Pembuatan kompos Pembuatan Jerami fermentasi Pengukuran lingkar dada sapi Pembuatan UMB Pembibitan kambing PE Ayam Buras Budidaya Jagung Budidaya tanaman padi Budidaya Bawang Merah
Frekuensi 16 15 7 8 4 5 3 5 5 1
Prosen (%) 66,67 62,50 29,17 33,33 16,67 20,83 12,50 20,83 20,83 4,17
Sumber : Data primer diolah, 2008. Dari Tabel 16. tampak bahwa sebagian besar FD (66,67%) yang hadir pada pengisian angket menerima teknologi penggemukan sapi, teknologi pembuatan kompos (62,50%), sebagian FD (29,17%) menerima informasi teknologi pembuatan jerami fermentasi, pengukuran lingkar dada sapi (33,33%) dan teknologi pembuatan Urea Mineral Blok (16,67%). FD yang lain pernah menerima informasi teknologi tentang pembibitan kambing PE (20,83%), Ayam Buras (12,50%), budidaya Jagung dan tanaman padi masing-masing 20,83% dan budidaya bawang merah 4,17%. FD pernah juga menerima beberapa teknologi pengolahan hasil pertanian seperti yang tertera pada Tabel 17.
35
Tabel 17. Teknologi pengolahan yang pernah diterima FD selama bertugas 2004–2007. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Jenis teknologi Keripik pisang Dodol pisang Keripik Ubi Kue talam Pastel kentang Pilus kentang Bakwan jagung Dodol labu kuning Dodol nenas Dodol jambu mete Dodol nangka Saos tomat Abon ikan Sirup jambu mete Abon jambu mete Penganan ubi Telur asin Saos cabe Kecap Sirup asam Satelit Gula kacang Manisan tomat
Frekuensi 13 3 8 0 0 0 1 2 1 0 9 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0
Prosentase 54,17 12,50 33,33 ---------4,17 8,33 4,17 ---37,50 4,17 ------4,17 4,17 4,17 ---4,17 -------------
Sumber : data primer diolah, 2008 Sebagian besar FD (54,17%) menyatakan bahwa mereka pernah menerima dan mempraktekkan teknologi pembuatan keripik pisang, 33,33% telah menerima teknologi pembuatan keripik ubi, 37,50% pernah menerima teknologi pengolahan pembuatan dodol nangka dan yang lainnya pernah menerima berbagai macam teknologi pengolahan yang lain.
Teknologi yang pernah diajarkan ke petani Karena FD pernah menerima informasi beberapa teknologi baik yang menyangkut budidaya maupun pengolahan hasil, maka diharapkan teknologi tersebut diajarkan kembali kepada masyarakat agar diterapkan dan diadopsi secara baik dan benar. Teknologi yang pernah diajarkan ke petani tertera pada Tabel 18. Ternyata 15 orang FD (62,50%) telah mengajarkan teknologi penggemukan sapi Bali dan 13 orang FD (54,17%) mengajarkan teknologi pembuatan kompos. Teknologi lain yang pernah diajarkan FD ke petani antara lain : pembuatan jerami fermentasi (20,83%), pengukuran lingkar dada sapi (16,67%), Pembuatan UMB (12,50%), Budidaya Tanaman padi (12,50%), budidaya jagung (8,33%) dan beternak ayam buras dan budidaya bawang merah masing-masing 4,17%.
36
Tabel 18. Teknologi yang diajarkan ke petani oleh FD 2004-2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Teknologi yang diajarkan Penggemukan sapi Pembuatan kompos Pembuatan Jerami fermentasi Pengukuran lingkar dada sapi Pembuatan UMB Pembibitan kambing PE Ayam Buras Budidaya Jagung Budidaya tanaman padi Budidaya Bawang Merah
Frekuensi 15 13 5 4 3 0 1 2 3 1
Prosentase 62,50 54,17 20,83 16,67 12,50 ---4,17 8,33 12,50 4,17
Sumber : Data primer diolah, 2008 Sedangkan teknologi pengolahan hasil pertanian yang pernah diajarkan FD ke petani dan masyarakat sekitarnya tertera pada Tabel 19. Tabel No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
19.Teknologi pengolahan petani/masyarakat
hasil
Teknologi yang diajarkan Keripik pisang Dodol pisang Keripik ubi Kue talam Pastel kentang Pilus kentang Bakwan jagung Dodol labu kuning Dodol nenas Dodol jambu mete Dodol nangka Saos tomat Abon ikan Sirup jambu mete Abon jambu mete Penganan ubi Telur asin Saos cabe Kecap Sirup asam Satelit Gula kacang Manisan tomat
pertanian
yang
diajarkan
Frekuensi 9 2 10 0 1 0 0 1 1 1 9 2 0 1 1 2 1 0 1 0 0 0 0
FD
ke
Prosentase 37,50 8,33 41,67 ---4,17 ------4,17 4,17 4,17 37,50 8,33 ---4,17 4,17 8,33 4,17 ---4,17 -------------
Sumber : Data primer diolah, 2008 Dari Tabel 19. di atas tampak 9 orang FD (37,50%) mengajarkan teknologi pengolahan keripik pisang. 10 orang FD (41,67%) mengajarkan pengolahan Keripik Ubi dan 9 orang FD (37,50%) mengajarkan pengolahan dodol nangka. Teknologi lainnya pernah diajarkan FD ke masyarakat tani di desanya seperti : aneka penganan ubi (8,33%), Saos tomat (8,33%), dodol pisang (8,33%) dan lain-lainnya .
37
Kerjasama dengan PPL setempat dalam penyebaran teknologi Dari 24 FD ternyata hanya 14 FD saja (58,33%) yang menyatakan mengadakan kerjasama
dengan
PPL
setempat
dalam
penyebaran
teknologi.
Kerjasama
itu
direalisasikan dalam pendampingan teknologi yang waktunya disepakati bersama antara FD dengan PPL setempat sesuai jadwal yang telah ada. 10 orang FD lainnya (41,67%) menyatakan tidak melakukan kerjasama dengan alasan kurangnya sosialisasi dan koordinasi dengan PPL setempat.
Jadwal pemberdayaan masyarakat Tabel 20. Jadwal pemberdayaan masyarakat. No 1 2 3 4 5
Jadwal pemberdayaan masyarakat Disusun sendiri Mengikuti jadwal kegiatan KID Disusun bersama masyarakat/petani Bersamaan jadwal penyuluhan PPL Tak pernah menyusun jadwal
Frek 3 11 5 4 3
Prosentase 12,50 45,83 20,83 16,67 12,50
Sumber : Data primer diolah, 2008 Dari Tabel 20. di atas tampak bahwa sebagian besar FD (45,83%) menyusun jadwal pemberdayaan masyarakat sesuai jadwal kegiatan KID, FD yang lain biasa menyusun sendiri (12,50%), disusun bersama masyarakat/petani (20,83%), bersamaan jadwal penyuluhan PPL (16,67%) dan FD yang tak pernah menyusun jadwal (12,50%).
Frekuensi pemberdayaan masyarakat. Salah satu tugas pokok FD adalah melaksanakan pemberdayaan masyarakat di lingkungan desanya. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat oleh masing-masing FD di desanya sangatlah bervariasi, seperti tampak pada Tabel 21. Tabel 21. Frekuensi pemberdayaan masyarakat oleh FD No 1 2 3 4 5 6 7
Frekuensi pemberdayaan 1 kali / tahun 2 kali / tahun 3 kali / tahun 5 – 10 kali / tahun 12 kali / tahun 16 kali / tahun Tidak pernah
frekuensi 4 6 2 6 4 1 1
prosentase 16,67 25,00 8,33 25,00 16,67 4,17 4,17
Sumber : Data primer diolah, 2008 Dari Tabel 21. di atas terlihat ada 6 FD (25%) yang melaksanaan pemberdayaan masyarakat sebanyak 2 kali dalam setahun dan 6 FD (25%) yang melaksanakan pemberdayaan masyarakat sebanyak 5–10 kali / tahun. 4 orang FD (16,67%) melaksanakan pemberdayaan masyarakat 1 kali setahun dan 12 kali/tahun. 2 orang FD (8,33%) melakukan pemberdayaan 3 kali/tahun. 1 orang FD (4,17%) yang melaksana-
38
kan pemberdayaan masyarakat sebanyak 16 kali/tahun dan ada juga yang tak pernah melakukan pemberdayaan ke masyarakatnya.
Jadwal pemberdayaan masyarakat 24 FD yang mengikuti pengisian angket menyatakan bahwa 15 orang (62,50%) di antaranya pernah menyusun jadwal pemberdayaan masyarakat dan 9 orang (37,50%) lainnya tidak pernah menyusun jadwal.
Teknologi yang dikembangkan / dilanjutkan masyarakat tani. 24 orang FD yang hadir menyatakan bahwa ada beberapa teknologi yang dapat diterima oleh petani dan mereka mengembangkannya. Jenis teknologi yang dikembangkan terlihat pada Tabel 22. Tabel 22 . Jenis teknologi yang dikembangkan petani. 2004-2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Jenis teknologi Penggemukan sapi Pembuatan kompos Jerami Fermentasi Pengukuran lingkar dada Pembuatan UMB Pembibitan kambing PE Ayam buras Usahatani tanaman cabe Budidaya jagung Budidaya tanaman padi Budidaya bawang merah Pengovenan tembakau Tidak ada yang dikembangkan
frekuensi 14 4 0 2 0 2 1 2 2 3 1 2 0
prosentase 58,33 16,67 ---8,33 ---8,33 4,17 8,33 8,33 12,50 4,17 8,33 ----
Sumber : Data primer diolah, 2008 Dari Tabel 22. tampak bahwa 14 orang FD (58,33%) menyatakan teknologi penggemukan sapi banyak dikembangkan oleh petani di desanya. 4 orang FD (16,67%) menyatakan teknologi pembuatan kompos juga dikembangkan. Namun penyediaan pakan sapi melalui teknologi jerami fermentasi tidak ada yang mengembangkan. 3 orang FD (12,50%) menyatakan di desanya berkembang teknologi budidaya tanaman padi. Untuk memprakirakan bobot badan sapi hanya 2 orang FD (8,33%) yang menyatakan desanya mengembangkan teknologi pengukuran lingkar dada sapi. Begitu pula teknologi pembibitan kambing PE, usahatani tanaman cabe, budidaya jagung dan pengovenan tembakau masing-masing hanya 8,33% pengembangannya. Sedangkan teknologi pemeliharaan ayam buras dan
budidaya bawang merah masing-masing hanya
berkembang di satu desa (4.17%). Pada kelompok wanita tani teknologi pengolahan hasil pertanian yang berkembang tertera pada Tabel 23.
39
Tabel 23. Teknologi pengolahan hasil pertanian yang berkembang, 2004-2007. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Jenis Teknologi pengolahan Keripik pisang Dodol pisang Keripik ubi Kue talam Pastel kentang Pilus kentang Bakwan jagung Dodol labu kuning Dodol nenas Dodol jambu mete Dodol nangka Saos tomat Abon ikan Sirup jambu mete Abon jambu mete Penganan ubi Telur asin Saos cabe Kecap Sirup asam Satelit Gula kacang Manisan tomat
Frekwensi 5 0 5 0 0 0 0 1 0 0 3 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0
Presentase 20,83 ---20,83 ------------4,17 ------12,50 4,17 ---------4,17 4,17 -------------------
Sumber : Data primer diolah, 2008 Dari Tabel 23. di atas tampak bahwa 5 orang FD (20,83%) menyatakan bahwa teknologi pembuatan keripik pisang dan keripik ubi cukup berkembang di desanya. Selain itu 3 orang FD (12,50%) menyatakan bahwa teknologi pembuatan dodol nangka dapat berkembang di desanya. Sedangkan teknologi pembuatan dodol labu kuning, saos tomat, penganan ubi dan telur asin masing-masing hanya 1 orang FD (4,17%) yang menyatakan dapat berkembang di desanya. Teknologi pengolahan hasil pertanian lainnya tidak dapat berkembang.
Teknologi yang bermanfaat Teknologi yang disosialisasikan kepada kelompoktani ada beberapa macam. Apabila teknologi tersebut dapat diterapkan dengan baik tentu saja akan terasa manfaatnya.
13
orang FD (45,83%) menyatakan teknologi penggemukan sapi merupakan teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat desanya (pada Tabel 24). Selain itu pada Tabel 24. terlihat juga adanya 5 orang FD (20,83%) menyatakan bahwa teknologi pembuatan kompos cukup bermanfaat bagi masyarakat. 3 orang FD (12,50%) menyatakan teknologi budidaya tanaman padi, pembibitan kambing PE dan pengovenan tembakau bermanfaat bagi masyarakat. 2 orang FD (8,33%) menyatakan teknologi usahatani cabe dan budidaya bawang merah cukup bermanfaat bagi
40
masyarakatnya, 1 orang FD (4,17%) menyatakan teknologi pengukuran lingkar dada sapi, pemeliharaan ayam buras dan budidaya jagung cukup bermanfaat bagi masyarakatnya. Tabel 24. Teknologi yang dirasa bermanfaat bagi masyarakat desa. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Uraian Penggemukan sapi Pembuatan kompos Pembuatan jerami fermentasi Pengukuran lingkar dada Pembuatan UMB Pembibitan kambing PE Ayam buras Usahatani cabe Budidaya jagung Budidaya tanaman padi Budidaya bawang merah Pengovenan tembakau
Frekuensi 13 5 0 1 0 3 1 2 1 3 2 3
Prosentase 54,17 20,83 ---4,17 ---12,50 4,17 8,33 4,17 12,50 8,33 12,50
Sumber : Data primer diolah, 2008
Sedangkan teknologi pengolahan hasil pertanian yang bermanfaat bagi kelom-pok wanita tani tertera pada Tabel 25. Tabel 25. Teknologi pengolahan yang bermanfaat bagi kelompok wanita tani, 2004-2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Uraian
Frekuensi 8 1 5 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1
Keripik pisang Dodol pisang Keripik ubi Kue talam Pastel kentang Pilus kentang Bakwan jagung Dodol labu kuning Dodol nenas Dodol jambu mete Dodol nangka Saos tomat Abon ikan Sirup jambu mete Abon jambu mete Penganan ubi Telur asin Saos cabe Kecap Sirup asam Satelit Gula kacang Manisan tomat
Prosentase 33,33 4,17 20,83 ---4,17 ---4,17 ------4,17 4,17 4,17 4,17 ------4,17 4,17 ---------------4,17
Sumber : Data primer diolah, 2008 Dari Tabel 25. di atas tampak
8 orang FD (33,33%) menyatakan teknologi
pengolahan keripik pisang bermanfaat bagi wanita tani di desanya. 5 orang FD (20,83%) menyatakan teknologi pengolahan ubi bermanfaat bagi kelompok wanita taninya dan 1
41
orang FD (4,17%) menyatakan bahwa yang bermanfaat bagi kelompok wanita tani antara lain : teknologi pembuatan manisan tomat, telur asin, penganan dari ubi, abon ikan, saos tomat, dodol jambu mete, dodol nangka, bakwan jagung, pastel kentang, dodol pisang. Teknologi pengolahan yang lain belum memberikan manfaat yang berarti.
Lokasi kegiatan pengkajian BPTP Dari 24 orang FD hanya terdapat 8 orang FD (33,33%) yang menyatakan desanya pernah menjadi lokasi kegiatan pengkajian BPTP, sedang 16 FD lainnya (66,67%) menyatakan belum pernah menjadi lokasi pengkajian BPTP. 2 orang FD (8,33%) menyatakan pengkajian pernah dilakukan tahun 2005, 1 orang FD (4,17%) ada yang menyatakan tahun 2006 dan ada yang menyatakan tahun 2007. 2 orang FD lagi (8,33%) menyatakan pada tahun 2008. Sedang 2 orang FD lainnya tidak ingat lagi tahun berapa BPTP melakukan pengkajiannya di desanya.
Manfaat yang dapat diperoleh dari pengkajian 6 orang FD (25,0%) menyatakan manfaat yang diperoleh dari pengkajian antara lain : diterimanya informasi teknologi baru yang dapat diterapkan masyarakat tani (mis : varietas baru, teknologi penggemukan sapi, pembuatan kompos, penyediaan pakan ternak , dan berdampak peningkatan pendapatan petani. Sedangkan 18 orang FD (75,0%) tidak memberikan jawabannya.
Media cetak terbitan BPTP Dalam menjawab pertanyaan apakah FD mengetahui adanya media cetak yang diterbitkan BPTP yang dapat dimanfaatkan FD dalam pembinaan masyarakat, 23 orang FD (95,83%) menyatakan mengetahui media tersebut dan 22 orang (91,67%) di antaranya menyatakan bahwa media cetak tersebut sampai ke FD atau KID . Sedang-kan 1 orang FD (4,17%) menyatakan tidak mengetahui adanya media cetak tersebut.
Judul media cetak yang pernah dimanfaatkan untuk pembinaan masyarakat tani BPTP telah memproduksi beberapa judul inovasi teknologi yang disajikan dalam bentuk cetakan, seperti : liptan, brosur, folder, buku, bulletin dll. Judul yang pernah dimanfaatkan FD dalam pembinaan masyarakat tani di pedesaan tertera pada Tabel 26.
42
Tabel 26. Judul media cetak yang dimanfaatkan FD untuk pembinaan masyarakat tani. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Judul Media cetak Teknologi penggemukan sapi Pembuatan kompos Pembuatan keripik pisang Cara mambuat minyak kelapa Budidaya tanaman jagung Beternak ayam buras Pengolahan dodol nangka Abon jambu mete Jagung Lamuru Membuat dodol jambu mete Pemanfaatan lahan kering Pembibitan pisang sistem bonggol Pembinaan kelompoktani Pengembangan kambing Pengovenan tembakau Teknik pemeliharaan ayam arab Teknik pembuatan UMB Teknologi penanaman pisang Tidak ada jawaban
frekuensi 7 4 4 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8
prosentase 29,17 16,67 16,67 8,33 8,33 8,33 8,33 4,17 4,17 4,17 4,17 4,17 4,17 4,17 4,17 4,17 4,17 4,17 33,33
Sumber : Data primer diolah, 2008. Dari Tabel 26. di atas tampak bahwa FD yang memanfaatkan media cetak yang berjudul berisikan teknologi penggemukan sapi mempunyai jumlah tertinggi yaitu 7 orang (29,17%). Kemudian teknologi pembuatan kompos dan pengolahan keripik pisang mencapai 4 orang FD (16,67%). Media yang berjudul Membuat minyak kelapa, budidaya tanaman jagung, beternak ayam buras dan pengolahan dodol nangka masing-masing digunakan oleh 2 orang FD (8,33%). Sedangkan teknologi lainnya yang tertera pada Tabel
masing-masing digunakan oleh 1 orang (4,17%). Dari FD yang hadir sebanyak 8
orang FD (33,33%) tidak mengisi jawabannya.
Kualitas media cetak Dari 24 orang yang hadir, 22 orang FD (91,67%) menyatakan bahwa media cetak yang telah diterbitkan cukup baik dan bermanfaat dan 2 orang lainnya (8,33%) menjawab belum mencoba sehingga tidak bisa berkomentar.
Manfaat dan Dampak penyebaran informasi Manfaat dan dampak penyebaran informasi bagi masyarakat pedesaan tercermin dari pernyataan FD yang mengikuti pengisian angket. Beberapa pernyataan FD tersebut tertera pada Tabel 27.
43
Tabel 27. Manfaat dan dampak penyebaran informasi, 2004-2007. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Manfaat dan dampak penyebaran informasi 70% sangat membantu petani Dapat diterapkan dengan baik Dapat mengenal teknik baru Meningkatkan pengetahuan & keterampilan Merubah pola pikir masyarakat Meningkatkan hasil Belum semua teknologi diterima petani Kurang bermanfaat Petani kurang mendapat informasi Efisiensi penggunaan saprodi Petani dapat menggunakan bibit yang baik Petani dapat merawat tanaman secara baik Memudahkan dalam penerapan teknologi Tak ada jawaban
Frekuensi 4 7 17 16 10 2 2 1 1 1 1 1 1 1
Prosentase 16,67 29,17 70,83 66,67 41,67 8,33 8,33 4,17 4,17 4,17 4,17 4,17 4,17 4,17
Sumber : Data primer diolah, 2008 Tabel 27. di atas menunjukkan bahwa FD yang memanfaatkan lembaran informasi yang tercetak mengakui penyebaran informasi telah berdampak masyarakat tani di desanya dapat mengenal dan mengetahui teknik baru di bidang pertanian (70,83%), dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani (66, 67%), dapat merubah pola pikir petani/masyarakat desa (41,67%), petani dapat menerapkan teknologi secara baik (29,17%), 70% penyebaran teknologi sangat membantu petani/masyarakat desa (16,67%) dan meningkatkan produksi ( 8,33%).
Saran dan masukan Saran dan masukan dalam bentuk program/ kegiatan yang bermanfaat di masa mendatang, diberikan beberapa orang FD seperti tampak pada Tabel 28. Dari Tabel 28. terlihat masyarakat desa melalui FD yang ditunjuk masih mengharapkan ada program lanjutan setelah P4MI (33,33%). Selain itu masyarakat / petani di pedesaan menyarankan dan mengharapkan ditambahnya program pelatihan bagi petani (29,17%), pembinaan BPTP/Instansi terkait (29,17%) dan teknologi budidaya bawang merah (29,17%). Beberapa program yang sangat diharapkan masyarakat desa antara lain : a. peningkatan pembinaan pengolahan hasil pertanian (8,33%), pembinaan yang berkelanjutan (12,50%), perbaikan jalan usahatani (12,50%), dan penyebaran teknologi penggemukan sapi dan pembuatan kompos (4,17%).
44
Tabel 28. Saran dan masukan FD untuk kegiatan di masa mendatang. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Saran dan masukan FD Penggemukan sapi & pemb. kompos berlanjut Sesudah P4MI masih ada program lanjutan Dibangun pabrik pengolahan pakan ternak Dibuat juklak dan juknis FD diberikan gaji Mendorong keaktifan FD Menambah program pelatihan PPL peternakan lebih aktif di lapangan Penambahan dana untuk pelaksanaan Penilaian FD hendaknya realistis Perlu program perbaikan jalan usahatani Pembinaan intensif dr BPTP/Instansi terkait Pembinaan yang berkelanjutan Pembinaan pengolahan hasil ditambah Budidaya bawang merah dikembangkan Tak ada jawaban
Frekuensi 1 8 1 1 2 2 7 1 2 1 3 7 3 2 7 1
Prosentase 4,17 33,33 4,17 4,17 8,33 8,33 29,17 4,17 8,33 4,17 12,50 29,17 12,50 8,33 29,17 4,17
Sumber : Data primer diolah, 2008 B. PEMBAHASAN Dalam isi proposal hendaknya ada keselarasan antara latar belakang, tujuan dan jenis kegiatan yang akan dilakukan. Latar belakang berisikan beberapa potensi (desa) yang menonjol dan dapat menunjang keberhasilan kegiatan yang diajukan. Tujuan dilakukannya suatu kegiatan dapat berupa tujuan umum dan tujuan khusus. Dengan adanya keselarasan tersebut, pembaca akan dapat menangkap maksud dilakukannya suatu kegiatan yang diajukan dalam proposal. Dalam surat rekomendasi tertulis adanya beberapa pertimbangan dan ketentuan yang harus diperhatikan oleh KID. Dalam usaha penggemukan sapi, ketersediaan pakan setiap saat (dalam jumlah dan macamnya) merupakan faktor dominan yang perlu mendapat perhatian lebih dari pelaksana (KID dan Kooperator). Upaya penyediaan pakan dapat ditempuh dengan pemanfataan secara maksimal semua sumber pakan yang ada di desa antara lain dari hijauan pakan yang banyak tumbuh dan hijauan dari limbah pertanian seperti jerami padi, kacang tanah, jagung, kedelai, kacang hijau dll). Kecuali itu harus diberikan juga hijauan jenis legume (seperti lamtoro, turi, gamal dll) yang memiliki nilai gizi lebih baik daripada rumput lapangan biasa. Dalam rekomendasi diharapkan juga peternak dapat menggunakan prebiotik yang ada dan mineral yang pembuatannya pernah dipraktekkan dalam pelatihan. Dalam pelatihan telah ditegaskan bahwa usaha penggemukan sapi tidak terlepas dari manajemen pengelolaan kandang yang sehat dan bersih. Namun kebanyakan pemelihara sapi demplot belum memperhatikan kebersihan kandang secara maksimal.
45
Kandang umumnya tampak becek, masih terdapat kotoran sapi di lantainya, lantai kandang pun kebanyakan tidak/kurang padat, sehingga tampak kandang terkesan kotor. Kotoran dan urine sapi dianjurkan ditampung pada tempat tertentu agar dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair dan padat. Seharusnya pengurus KID harus mengetahui dan memahami kalau kegiatan penggemukan sapi yang dilaksanakan tentunya mempunyai target jangka waktu penggemukan dan target bobot sapi yang akan dicapai sehingga secara ekonomi cukup menguntungkan saat dilakukan transaksi penjualan sapi. Untuk itu secara berkala haruslah diikuti perkembangan dan perubahan bobot badan sapinya. Seharusnya dana demplot yang tersedia dapat digulirkan secara berkelanjutan dan dipakai sebagai modal awal usaha agribisnis penggemukan sapi di desanya. Apabila demplot penggemukan sapi dapat dilaksanakan dengan baik, akan membuka peluang munculnya usaha penggemukan sapi yang berkelanjutan. Jikalau target bobot badan sapi dalam penggemukan sapi dapat tercapai, penjualan 2 ekor sapi dapat dibelikan lagi menjadi 3 ekor sapi yang agak kurus (tapi sehat) untuk kemudian digemukkan lagi. Begitu seterusnya sehingga modal awal akan berkembang seiring dengan berkembangnya usaha agribisnis dalam penggemukan sapi. Disamping itu akan ada peluang lagi dalam usaha pengolahan kotoran sapi yang dijadikan kompos. Pemerintah Desa pada awalnya yang membentuk KID dan FD. Pemerintah Desa sudah selayaknya bisa memanfaatkan keberadaan KID dan FD karena masyarakat desalah yang memilih KID dan FD. Karena pemerintah desa kurang mengikut sertakan KID dan FD dalam kegiatan pembangunan desanya, masyarakat juga kurang memberi perhatiannya sehingga KID dan FD tampak kurang ada manfaatnya. Akibatnya banyak KID (45,95%) dan FD (50%) tidak aktif lagi, karena merasa program sudah selesai, tidak ada pihak yang memperhatikannya dan tidak diberikan program baru (lanjutan) yang dapat memberdayakan keberadaannya. Dengan
adanya
pendampingan
demplot
teknologi
tampaknya
kehidupan
masyarakat sudah mulai ada kemajuan, namun kemajuan masyarakat ini tidak boleh dibiarkan begitu saja. Pemerintah desa/kelurahan perlu terus mendorong masyarakat-nya untuk tetap bersemangat meningkatkan taraf kehidupannya melalui pemanfaatan inovasi teknologi yang memadai. Walaupun KID dan FD menyatakan bahwa teknologi yang didemplotkan dikembangkan masyarakat desanya, masih perlu dipertanyakan: a. seberapa jauh pengembangannya; b. apakah secara keseluruhan teknologi itu dikembangkan ataukah sebagian paket teknologinya; c. apakah sampai saat ini teknologi itu masih tetap ada.
46
KID (67,57%) menyatakan masyarakat desanya mengadopsi teknologi yang didemplotkan, masih dipertanyakan pula : a. apakah teknologi tersebut diadopsi secara utuh ataukah hanya sebagian saja; b. apakah teknologi itu masih diterapkan secara baik sampai saat ini; c. berapa banyak masyarakat yang mengadopsinya. Ada beberapa KID (32,43%) yang menyatakan tidak adanya masyarakat yang mengadopsi teknologi yang didemplotkan. Hal ini terjadi karena FD yang bertugas untuk membina dalam pemberdayaan masyarakat bekerjanya kurang optimal, atau masyarakat desanya kurang peduli dengan keberadaan FD dan KID.
47
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.a. Kesimpulan Dari pemantauan pelaksanaan demplot penggemukan sapi yang dilaksanakan oleh beberapa KID dapat disimpulkan antar lain : •
KID masih belum / kurang memperhatikan rekomendasi yang menyarankan penyediaan hijauan pakan semaksimal mungkin dari limbah pertanian, konsentrat dan beraneka macam daun-daunan local yang tumbuh di desa, yang disukai ternak.
•
KID masih belum menerapkan teknologi anjuran secara baik yang pernah diajarkan dan dipraktekkan dalam pelatihan.
•
Pembinaan petani oleh KID, FD dan Instansi terkait sekaligus pengawasannya perlu ditingkatkan agar teknologi anjuran dapat dilakukan secara baik dan benar.
•
Dari 37 KID yang mengisi angket, 20 kepengurusan KID (54,05%) masih ada dan masih berperan sedangkan 17 kepengurusan KID lainnya (45,95%) masih ada, tetapi tidak aktif lagi.
•
Teknologi penggemukan sapi Bali dapat berkembang di 18 desa (48,65%); Teknologi pembuatan kompos dapat berkembang di 13 desa (35,14%); Teknologi pengolahan keripik ubi dapat berkembang di 9 desa (24,32%) dan teknologi pengolahan keripik dan dodol pisang dapat berkembang di 5 desa (13,51%).
•
62,16% KID bersama FD meneruskan informasi teknologi ke masyarakat desa, sedangkan 37,84% KID lainnya tidak menyebarkan informasi teknologi.
•
67,57% KID menyatakan bahwa masyarakat desanya dapat mengadopsi inovasi teknologi yang didemplotkan, sedangkan 32,43% KID lainnya menyatakan tidak ada petani seorangpun yang mengadopsi inovasi teknologi.
•
Untuk lebih meningkatkan efektivitas transfer teknologi di masa mendatang, KID memberikan saran dan masukan agar : a. frekuensi pertemuan penyuluh dan petani ditingkatkan; b. mengaktifkan penyuluh yang ditugaskan di desa; c. memperbanyak penyebaran informasi teknologi melalui media elektronik dan cetak ; d. melaksanakan pelatihan dalam bentuk praktek lapangan.
•
Dari 24 FD yang mengisi angket , 12 orang (50,0%) menyatakan FD masih ada dan masih berperan aktif, 11 orang (45,83%) tidak aktif lagi, karena menganggap program telah selesai.
•
Salah satu kendala mempertahankan FD disebabkan pemerintah desa kurang memperhatikan keberadaan FD, sehingga FD kurang berperan.
48
•
62,50% FD telah mengajarkan ke masyarakat teknologi penggemukan sapi Bali dan 54,17% telah mengajarkan juga teknologi pembuatan kompos.
•
Dalam penyebaran teknologi 58,33% FD bekerjasama dengan PPL dan 62,50% FD menyusun jadwal pemberdayaan masyarakat yang kebanyakan jadwalnya (45,83%) mengikuti jadwal kegiatan KID.
•
Dalam
pemberdayaan
masyarakat
lebih
banyak
(58,33%)
diisi
materi
penggemukan sapi Bali dan pengolahan hasil pertaniannya diisi materi pengolahan keripik pisang (20,83%) dan keripik ubi (20,83%). •
Teknologi penggemukan sapi Bali (54,17%) dan teknologi pengolahan keripik pisang (33,33%) dinyatakan merupakan teknologi yang dirasa bermanfaat bagi masyarakat desa.
•
Adanya pengkajian BPTP pada lokasi KID sangat bermanfaat bagi peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani di desanya; diharapkan akan berdampak dapat meningkatkan pendapatan masyarakatnya.
•
Media cetak yang diterbitkan BPTP telah dapat menembus desa dan diterima KID (91,67%) ; dan ternyata media cetak yang mengupas masalah penggemuk-an sapi Bali paling banyak (29,17%) dimanfaatkan FD untuk pembinaan masya-rakat tani di desanya.
5.b. Saran •
Untuk mendukung terwujudnya “Bumi Sejuta Sapi”, teknologi manajemen pemeliharaan (penggemukan, pembibitan) sapi Bali selayaknya menjadi bahan / materi utama dalam kegiatan sosialisasi dan pelatihan PPL di wilayah NTB.
•
Apabila KID dan FD yang pernah dibentuk di desa masih menunjukkan perannya, sebaiknya pemerintah desa dapat memanfaatkan tenaga dan pengalamannya untuk membina masyarakat desa guna mewujudkan program pemerintah yang telah dicanangkan Bapak Gubernur tersebut.
•
Kegiatan pengolahan bagi wanita tani perlu direncanakan lebih baik lagi guna mendukung upaya peningkatan pendapatan dan gizi keluarga.
•
Perlu dilihat kondisi lapangan terkait dengan beberapa hal yang masih perlu dipertanyakan seperti : a. seberapa jauh pengembangan inovasi teknologi; b. apakah teknologi yang diadopsi masih tetap diterapkan sampai saat ini, dll.
49