LAPORAN AKHIR
GELAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL KOMODITAS PERTANIAN SPESIFIK LOKASI
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN NUSA TENGGARA BARAT BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2006
LAPORAN AKHIR GELAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL KOMODITAS PERTANIAN SPESIFIK LOKASI
Oleh Ulyatu Fitrotin Andri Nurwati Awaludi Hipi Gohannes G. B. Sri Hastuti Bq Tri Ratna Erawati Arif Surahman Kaharudin Mekar Dwi
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN NUSA TENGGARA BARAT BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2006
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR
1.
Judul Kegiatan
: Gelar Teknologi Pengolahan Hasil Komoditas Spesifik Lokasi
2.
Unit Kerja
: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB
3.
Alamat
: Jl Raya peninjauan Narmada
4.
Penanggung jwb a. Nama
: Ulyatu Fitrotin
b. Pangkat/Gol
: Penata Muda Tk I/ III b
c. Jabatan c.1.Fungsional : Calon Peneliti 5.
Lokasi Kegiatan
: Padamara, Lendang Nangka, Labuhan Pandan
6.
Status kegiatan
: Baru
7.
Tahun dimulai
: 2006
8.
Tahun Ke
: 1
Biaya Kegiatan
: Rp. 54.300.000,-
TA 2006 9.
Sumber dana
: Poor Farmer
Mengetahui, Kepala BPTP NTB
Penanggung Jawab Kegiatan,
Dr. Ir. H. Dwi Praptomo, MS NIP. 080 065 973
Ulyatu Fitrotin, SP. MP. NIP. 080 134 818
KATA PENGANTAR Puji Syukur ke Hadirat Robbul Izzah atas segala Limpahan Rahmat dan karunianya, sehingga laporan ”Gelar Teknologi Pengolahan Hasil Komoditas Spesifik Lokasi” dapat terselesaikan. Laporan ini disusun sebagai salah satu pertanggung jawaban kepada Proyek Poor Farmer-NTB TA. 2006. Disampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada kelompok fungsional dan staf administrasi BPTP-NTB, instansi terkait (Dinas Kesehatan Lombok Timur), Dinas Pertanian Lombok Timur, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Lombok Timur, Kepala Desa Padamara, Kepala Desa Lendang Nangka, Kepala Desa Labuhan Pandan Sambelia, dan semua pihak yang telah memberikan saran dan masukan dalam perencanaam maupun pelaksanaan hingga tersusunnya laporan ini. Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, namun demikian semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pengguna.
Mengetahui, Kepala BPTP NTB
Dr. Ir. H. Dwi Praptomo, MS NIP. 080 065 973
DAFTAR ISI Hal LEMBAR PENGESAHAN
.................................................................................
iv
KATA PENGANTAR
.....................................................................................
iv
DAFTAR ISI
.....................................................................................
v
DAFTAR TABEL
.....................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN
.....................................................................................
vii
RINGKASAN
.....................................................................................
1
1.1. Latar Belakang
..........................................................................................
2
1.2. Tujuan Kegiatan
..........................................................................................
3
1.3. Keluaran
..........................................................................................
3
I. PENDAHULUAN
II. MATERI DAN METODOLOGI
....................................................................
4
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
....................................................................
13
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
....................................................................
37
V. PRAKIRAAN DAMPAK HASIL KEGIATAN ...............................................
38
DAFTAR PUSTAKA
.......................................................................................... 39
DAFTAR TABEL Hal Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8. Tabel 9.
Tabel 10. Tabel 11.
Tabel 12.
Tabel 13. Tabel 14.
Tabel 15.
Data Primer Kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Hasil Spesifik Lokasi.............................................................................................. Perbandingan Karakteristik Tahap Pengolahan Pembuatan Kripik Singkong Antara Petani Kooperator Dan Non Kooperator…….... Hasil Uji Organoleptik..................................................................... Berbagai Jenis hasil Samping dari Industri Rumah Tangga Kripik Singkong......................................................................................... Analisa Ekonomi Jajan Lentho per Siklus Produksi....................... Parameter Respon Wanita Tani Terhadap Teknologi Pengolahan Singkong Terpadu yang Digelar pada Kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Hasil Komoditas Spesifik lokasi di Desa Padamara, tahun 2006...................................................................................... Parameter Pengalaman/Pengetahuan Wanita Tani pada Kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Hasil Komoditas Spesifik lokasi di Desa Padamara, Tahun 2006......................................................... Analisa Kelayakan Pembuatan Kripik Singkong......................... Marjin Pemasaran Kripik Singkong dari Produsen hingga Konsumen di Kabupaten Lombok Timur, Tahun 2006............................................................................................. Analisa Kelayakan Usaha Pembuatan Kripik Pisang skala Rumah Tangga di Desa Labuhan Pandan……………………...................... Parameter Respon Wanita Tani Terhadap Teknologi Pembuatan Kripik Pisang, Dodol Pisang dan Tepung Pisang pada Kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Hasil Komoditas Spesifik Lokasi di Desa Labuhan Pandan, Tahun 2006…………….............................. Parameter Pengalaman/Pengetahuan Wanita Tani pada Kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Hasil Komoditas Spesifik lokasi di Desa Labuhan Pandan, tahun 2006……….............................. Analisa Kelayakan Pembuatan Dodol Nanas di Desa Lendang Nangka....................................................................................... Parameter Respon Wanita Tani Terhadap Teknologi Pembuatan Dodol Nanas dan Dodol Nangka pada Kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Hasil Komoditas Spesifik Lokasi di Desa Labuhan Pandan,Tahun 2006...........................................................................
12 17 18 18 19
21
21 22
23 27
29
30 34
35
Parameter Pengalaman/Pengetahuan Wanita Tani pada Kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Hasil Komoditas Spesifik lokasi di Desa Lendang Nangka, Tahun 2006................................................. 37
DAFTAR LAMPIRAN Hal Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5.
Foto Kegiatan Gelar Pengolahan Singkong Terpadu di desa Padamara ..................................................................................... Foto Kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Pisang di Desa Labuhan Pandan Sambelia............................................................ Foto Kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Nanas dan nangkadi Desa Lendang Nangka Sambelia................................... Daftar Lokasi Pemasaran Produk Pengolahan Hasil Pertanian........................................................................................ Daftar Anggota Kelompok Wanita Tani di Tiga Desa.................
40 42 45 47 48
RINGKASAN Rendahnya harga jual hasil pertanian seperti buah-buahan dan umbi-umbian ketika musim panen dan banyaknya wanita yang bekerja sebagai ibu rumah tangga di kabupaten Lombok Timur merupakan peluang untuk mengembangkan agroindustri pengolahan hasil (skala rumah tangga) dalam upaya meningkatkan nilai tambah produk dan menambah pendapatan keluarga petani. Melalui gelar teknologi pengolahan hasil komoditas spesifik lokasi, diharapkan petani dan pelaku usaha pengolahan dapat menilai keunggulan teknologi yang digelar. Kegiatan ini diharapkan dapat diterapkan di petani dan berkembangnya usaha agribisnis pengolahan hasil sehingga dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Gelar dilaksanakan di desa Lendang Nangka kecamatan Masbagik, desa Padamara kecamatan Suka Mulia dan desa Labuhan Pandan kecamatan Sambelia mulai Januari 2006 hingga Desember 2006. Gelar teknologi ini melibatkan wanita tani secara partisipatif mulai dari perencanaan sampai akhir kegiatan. Teknologi yang diterapkan meliputi: teknologi pengolahan dodol nanas, dodol nangka, kripik pisang, dodol pisang, tepung pisang, dan kripik singkong hingga pengemasan dan pemasaran masing-masing produk olahan. Hasil dari kegiatan ini adalah sebagai berikut: Kegiatan pembuatan kripik singkong di desa Padamara masih berjalan hingga sekarang. Dinas kesehatan kabupaten Lombok Timur telah memberikan nomor DEPKES 21552030127 dan akan memberikan kontribusinya dengan memantau perkembangan industri pengolahan kripik singkong ditinjau dari aspek kesehatan. Berdasarkan pertimbangan ketersediaan bahan baku dan potensi sumber daya manusia yang ada, usaha pengolahan kripik singkong layak diusahakan dengan nilai B/C ratio sebesar 0,35. Pengolahan kripik singkong menghasilkan pendapatan rumahtangga sebesar Rp 1.523.375,- per bulan. Periode waktu yang diperlukan dalam usaha pengolahan kripik singkong untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi adalah 1,83 siklus produksi. Nilai ROI = 54 % artinya setiap Rp.100.000,- modal yang diinvestasikan menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 54.000,-. Dengan pengolahan singkong secara terpadu dapat memberikan tambahan pendapatan sebesar Rp. 98.750,- atau 6,5 % dari pendapatan semula. Telah terbentuk kerjasama antara pembuat krupuk berbahan baku tepung tapioka di desa tersebut dengan KWT Hidayah dalam pemanfaatan limbah yang dihasilkan dari industri pembuatan kripik singkong yang berupa tepung tapioka. Berdasarkan analisa marjin pemasaran dapat disimpulkan bahwa pemasaran kripik singkong efisien terlihat pangsa harga produsen (60%) yang lebih tinggi dibandingkan margin pemasaran (40%). Pendapatan yang diperoleh produsen, tukang ojek, dan kios makanan perbulan dari industri pengolahan kripik singkong skala rumah tangga masing-masing sebesar Rp. 1.523.375,-, Rp 480.000,- dan Rp 2.400.000,-. Dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi daerah, industri pengolahan kripik singkong telah memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat pedesaan baik dalam penyediaan bahan baku, proses produksi maupun pemasaran. Pengolahan kripik pisang di desa Labuhan pandan menghasilkan pendapatan rumah tangga sebesar Rp 356.134,- per bulan dengan nilai B/C ratio sebesar 0,27. Periode waktu yang diperlukan dalam usaha pengolahan kripik pisang untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi adalah 3,8 siklus produksi. Nilai ROI = 26.50 artinya setiap Rp.100.000,- modal yang diinvestasikan menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 26.500. Perolehan pendapatan masih tergolong rendah namun pendapatan tersebut merupakan pendapatan per rumah tangga pembuat kripik pisang, sedangkan di daerah tersebut sudah mulai bermunculan industri rumah tangga pembuat kripik pisang. Hal ini berarti rata-rata setiap rumah tangga pembuat kripik pisang mendapatkan tambahan penghasilan sebesar Rp. 356.134,- per bulannya. Pekerjaan membuat kripik pisang masih merupakan pekerjaan sambilan para ibu rumah tangga dalam mengisi waktu luang dan mereka cukup berbahagia karena dapat membantu menambah pendapatan keluarga. Industri pembuatan kripik pisang skala rumah tangga ini masih dapat ditingkatkan nilai B/C rationya dengan memperbesar volume produksinya. Limbah kripik pisang yang berupa potongan pisang dimanfaatkan untuk pembuatan bubur pisang. Setiap hari rata-rata 2 kg tepung pisang dijual dalam bentuk bubur pisang ke pasar oleh salah satu anggota KWT. Nomor DEPKES untuk dodol pisang 214520301032, 214520302032 untuk tempani pisang dan nomor 214520303032 untuk kripik pisang. Pembuatan dodol nanas oleh KWUT Pade Girang di desa Lendang Nangka telah memberikan tambahan pendapatan sebesar Rp. 196.125,- per bulan dengan B/C ratio sebesar 0,37, namun payback period sebesar 3,67. Pemberdayaan wanita tani dengan membuat dodol nanas ini telah diadopsi oleh desa Kemuning yang letaknya berdekatan dengan desa Lendang Nangka dengan membuat dodol pisang karena proses pembuatan dodol pisang tidak berbeda jauh dengan dodol nanas. Dari kegiatan selama setahun ini masih banyak dijumpai beberapa kelemahan, oleh karena itu untuk memperbaiki kelemahan tersebut disarankan agar menerapkan manajemen mutu untuk mempertahankan kualitas hasil, perlunya peningkatan produksi, pemanfaatan kulit singkong sebagai pakan ternak, promosi serta perluasan jangkauan pemasaran masing-masing produk olahan, perlunya peningkatan kelembagaan pendukung produksi sehingga produsen produk-produk olahan tidak kesulitan bahan baku serta perlunya teknologi baru untuk memecahkan masalah yang baru muncul seperti naiknya harga kayu dan minyak goreng. Semua saran tersebut dapat diterapkan pada tahun berikutnya sebagai lanjutan dari kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian Spesifik Lokasi Kata kunci : Pengolahan hasil, nilai tambah, wanita tani, pendapatan, rumah tangga, petani miskin
1
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kondisi agroekologi yang bervariasi serta ketersediaan lahan yang cukup, memungkinkan berbagai jenis buah-buahan dan umbi-umbian dapat tumbuh dan berkembang di Kabupaten Lombok Timur. Kondisi demikian menyebabkan masingmasing daerah memiliki hasil pertanian tertentu yang melimpah saat musimnya. Nanas, pisang dan nangka merupakan buah-buahan yang selalu tersedia setiap bulan di desa - desa tertentu di Lombok Timur dan dapat melimpah pada musimnya. Data menunjukkan bahwa di Kabupaten Lombok Timur produksi buah nanas mencapai 28.578 ton, buah pisang 20.422 ton dan buah nangka 9971 ton (BPS, 2004). Untuk buah nangka produksinya tidak sebesar kedua komoditi tersebut namun jika panen raya sebagian buah digunakan untuk pakan ternak. Sedangkan singkong sering pula dijumpai dalam jumlah yang melimpah di desa-desa tertentu. Ketersediaan hasil pertanian yang cukup besar tersebut belum diimbangi dengan harga yang proporsional. Di tingkat petani harga nanas rata-rata Rp 5250,-/kg, buah pisang rata-rata Rp. 5500,-/sisir, buah nangka Rp.7500,-/buah (BPS, 2004), dan harga singkong bila panen raya Rp 300,00 per kg. Namun kenyataannnya di lapangan atau di tingkat petani jauh lebih rendah dibandingkan dengan data yang disajikan BPS. Pengembangan agroindustri yang didasarkan pada kemampuan daerah dalam menggali keunggulan sumber daya dan potensi daerah diharapkan dapat meningkatkan nilai produk pertanian, sehingga pendapatan dan kesejahteraan petani meningkat. Pengolahan lanjut hasil pertanian dapat memberikan nilai tambah yang tinggi, meningkatkan daya tahan simpan hasil panen, meningkatkan dan memperlancar perdagangan, serta meningkatkan kesempatan kerja (Azis,1993). Usaha agroindustri di bidang pengolahan belum banyak bermuculan di kabupaten tersebut, dimungkinkan karena rendahnya pengetahuan dan terbatasnya perolehan inovasi teknologi pengolahan hasil, kebanyakan wanita
berstatus ibu rumah tangga (56,5%),
pencari kerja perempuan didominasi tamatan SD (37,4%), dan tamatan SMP (28%) (BPS, 2004), dan belum banyak pengusaha/investor yang melirik usaha tersebut. Tersedianya tenaga kerja khususnya ibu rumah tangga dan produksi buah-buahan yang berlimpah merupakan peluang untuk pengembangan agroindustri pengolahan nanas,
2
pisang, nangka dan singkong dalam upaya meningkatkan harga jual komoditas melalui peningkatan nilai tambah sehingga dapat menambah pendapatan keluarga petani. Industri pengolahan nanas, pisang, nangka
dan singkong skala rumah tangga
menjadi produk olahan seperti kripik, dan dodol cukup potensial untuk dikembangkan karena pengolahannya mudah, tidak memerlukan banyak modal dan pasarnya cukup tersedia. Kegiatan pengolahan ini dapat dilakukan dengan mendorong tumbuhnya industri pengolahan skala rumah tangga melalui perbaikan teknologi pengolahan.
Dengan
perbaikan teknologi pengolahan ini diharapkan dapat lebih efisien dan dapat menghasilkan produk olahan dengan mutu yang lebih baik. Kebutuhan konsumen akan produk olahan seperti kripik dan dodol, belum mampu terpenuhi baik di pusat-pusat kota kabupaten maupun propinsi di Nusa Tenggara Barat (Tajidan dkk, 1998). Pengolahan hasil nanas, nangka, pisang dan singkong diharapkan dapat menjadi embrio terbentuknya agroindustri skala rumah tangga, dalam upaya peningkatan nilai tambah produk dan peningkatan pendapatan keluarga tani. Untuk masa ke depannya kegiatan ini diharapkan pula dapat menyerap tenaga kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran. 2. Tujuan Kegiatan •
Memberikan pengalaman kepada wanita tani kooperator untuk menerapkan teknologi pengolahan hasil nanas, pisang, nangka dan singkong, sehingga mereka dapat menginformasikan pengalamannya kepada kelompok wanita tani lain agar mereka tahu, mau dan mampu menerapkan teknologi tersebut di usahataninya.
•
Memperlihatkan kepada wanita tani kooperator tentang keunggulan teknologi pengolahan hasil nanas, pisang, nangka dan singkong yang direkomendasikan dibandingkan dengan teknologi yang telah ada/yang biasa diterapkan kelompok wanita tani
•
Mendapatkan persepsi wanita tani terhadap teknologi yang diterapkan dan umpan balik untuk perbaikan teknologi ke depan.
3. Keluaran •
Wanita tani mengadopsi dan mengembangkan teknologi yang digelar
•
Data dan informasi serta umpan balik terhadap teknologi yang digelar untuk perbaikan ke depan
•
3 kelompok wanita tani yang profesional dalam pengolahan hasil pertanian. 3
II. MATERI DAN METODOLOGI A. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan akan dilaksanakan di Desa Lendang Nangka Kecamatan Masbagik sebagai desa yang berdekatan dengan sentra nanas dan nangka, desa Padamara kecamatan Suka Mulia sebagai desa yang berdekatan dengan sentra singkong dan desa Labuhan Pandan kecamatan Sambelia sebagai lokasi penghasil pisang. Ketiga desa terletak di Kabupaten Lombok Timur. Melibatkan 3 kelompok wanita tani dengan jumlah masing-masing anggota 10 orang. Kegiatan ini akan dilaksanakan mulai bulan Januari hingga Desember 2006. B. Pendekatan Kegiatan ini dititikberatkan pada upaya pemberdayaan kelompok wanita tani melalui penerapan teknologi pengolahan hasil nanas, pisang, nangka dan singkong yang baik, untuk mengatasi hasil pertanian yang berlimpah pada musim panen. Kegiatan ini dilaksanakan bekerjasama dengan wanita tani dalam satu kelompok dibawah bimbingan peneliti dan penyuluh dengan pendekatan partisipatif, dalam bentuk praktek pengolahan hasil nanas, pisang, nangka dan singkong beserta pengemasannya, pemasaran produk yang dihasilkan serta respon umpan balik dapat diperoleh dari wawancara dan diskusi. Untuk mengetahui keunggulan teknologi, dilakukan perbandingan dengan produk yang beredar di pasaran. Untuk penyempurnaan teknologi diperlukan persepsi wanita tani terhadap teknologi, dihimpun melalui wawancara langsung dengan wanita tani melalui bantuan kuesioner terstruktur. Dalam kegiatan Gelar Teknologi pengolahan hasil komoditas spesifik lokasi lebih diarahkan pada kegiatan kelompok wanita tani untuk membentuk agroindustri (industri skala rumah tangga) sebagai tambahan pendapatan rumah tangga wanita tani. C. Ruang Lingkup Kegiatan 1. Identifikasi Lokasi dan Penentuan Wanita Tani Kooperator a. Lokasi yang akan digunakan memenuhi kiteria sebagai berikut : -
Merupakan desa yang berdekatan dengan sentra produksi.
-
Terdapat wanita tani aktif dan berkemauan dalam usaha pengolahan nanas, pisang, nangka dan singkong.
4
b. Ketentuan wanita tani didasarkan pada : -
Mempunyai pengalaman dalam pengolahan nanas, pisang, nangka dan singkong.
-
Bersedia bekerjasama dengan penyuluh dan peneliti dalam hal penerapan teknologi
-
Tergabung dalam kelompok wanita tani
2. Sosialisasi dan Koordinasi Untuk menginformasikan dan memperlancar dalam pelaksanaan kegiatan perlu dilakukan sosialisasi program. Acara tersebut dikoordinasikan juga dengan aparat desa dan instansi terkait agar program ini mendapat dukungan dan dapat dilaksanakan bersama-sama. 3. Pembinaan kelompok Sebelum kegiatan dilaksanakan, wanita tani kooperator mendapatkan penjelasan teknis pengolahan nanas, pisang, nangka dan singkong, pembinaan kewirausahaan dan informasi penting lainnya mengenai pelaksanaan kegiatan di lapangan.
Penyuluhan melibatkan penyuluh setempat, peneliti, kelompok tani,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan tokoh masyarakat setempat. 4. Pengawalan Teknologi Dalam pelaksanaan kegiatan teknologi pengolahan hasil, akan mendapat pengawalan dan bimbingan petugas lapang, penyuluh dan peneliti, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), kelompok tani, dan tokoh masyarakat yang terkait. Dalam kegiatan ini wanita tani diharapkan dapat memproduksi produk olahannya, kemudian mempromosikan dan memasarkannya di kantin perkantoran, kios, bazaar dan toko. Dalam kegiatan pengawalan teknologi, penerapan teknologi disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing lokasi dan bahan baku hasil pertanian yang tersedia di desa tersebut. Pengawalan teknologi berupa praktek pengolahan yang benar dan selanjutnya setiap Kelompok Wanita Tani diwajibkan untuk memasarkan produknya. a) Pengawalan Teknologi di Desa Lendang Nangka Selama ini nanas dan nangka di desa tersebut belum diolah menjadi dodol.
Pengetahuan membuat dodol nanas dan nangka pernah diperoleh
5
Kelompok Wanita Tani dari instansi lain, namun karena rumit proses pengerjaannya sehingga petani enggan untuk mengadopnya. Kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Hasil Spesifik Lokasi memperkenalkan teknologi membuat dodol nanas sistem semi basah yang sederhana. komposisi gula yang tepat diterapkan sebagai upaya
Perbandingan
meningkatkan daya
simpan dodol nanas dan nangka. Pemberian tepung ketan dan tepung beras sebagai campuran dan pengikat agar diperoleh tekstur plastis yang dikehendaki. Selain itu proses pengeringan dan pengemasan yang benar merupakan bagian yang ikut pula menentukan daya simpan aneka dodol. b) Pengawalan Teknologi di Desa Labuhan Pandan Sambelia Untuk mengantisipasi jenis pisang tertentu yang memiliki harga jual rendah, pisang yang ada diolah menjadi kripik pisang, dodol pisang dan tepung pisang. Pemberian daun sirih pada rendaman buah pisang yang telah diiris dimaksudkan untuk mencegah browning pada kripik pisang yang dihasilkan, mempermudah pembuangan getah dan meningkatkan daya simpan. Pembuatan kripik pisang skala rumah tangga akan menghasilkan potongan pisang dari alat pemarut pisang.
Potongan ini nantinya dapat dibuat menjadi tepung yang
selanjutnya dapat dibuat menjadi kue tempani atau bubur pisang. Di lokasi banyak dijumpai pisang yang berukuran besar yang tidak enak dimakan bila tanpa diolah terlebih dahulu. Pisang jenis ini umumnya memiliki kandungan pati yang tinggi seperti pisang blendang dan pisang kapal sehingga cocok dibuat tepung pisang. Pisang-pisang yang masak dan tidak laku di pasar diolah lebih lanjut menjadi dodol pisang. Pembuatan dodol pisang tidak berbeda jauh dengan pembuatan dodol nangka dan nanas. c) Pengawalan Teknologi di Desa Padamara Penerapan pengolahan singkong secara terpadu merupakan salah satu upaya mengoptimalkan setiap tahapan proses sehingga dapat meningkatkan nilai tambah singkong. Pembuatan kripik singkong merupakan prioritas produk yang dihasilkan dan hasil samping yang ditimbulkan dari industri skala rumah tangga ini dioptimalkan kembali prosesnya sehingga memiliki nilai jual. 5. Temu lapang Temu
lapang
dilakukan
dalam
usaha
mensosialisasikan
dan
menyebarluaskan teknologi pengolahan hasil nanas, pisang, nangka dan singkong
6
baik pada petani, dinas maupun instansi terkait lainnya. Output dari kegiatan ini adalah umpan balik stake holder untuk penyebaran dan perbaikan teknologi di masa datang. 6. Pengumpulan data Pengumpulan data primer maupun sekunder dilakukan pada petani, masyarakat, dinas dan steak holder lainnya terhadap kegiatan yang dilakukan. 7. Entri dan Pengolahan Data Data yang diperoleh dientri dan diolah dengan menggunakan komputer program excel versi 2003. 8. Penyusunan laporan Ilmiah Setelah data diolah dilakukan penyusunan laporan ilmiah sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan 9. Seminar hasil Hasil yang diperoleh selama proses kegiatan, akan diseminarkan untuk memperoleh tanggapan, masukan, dan saran sebagai perbaikan, penyempurnaan untuk kegiatan selanjutnya. D. Metode Pelaksanaan 1. Sosialisasi dan Koordinasi Kegiatan ini dilaksanakan melalui metode diskusi dan ceramah yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman serta pemahaman mengenai teknologi pengolahan, petunjuk teknis cara pengolahan nanas, pisang, nangka dan singkong serta hal-hal lain yang dianggap perlu dan penting. 2. Praktek Pengolahan Nanas, Pisang, Nangka dan singkong Kegiatan ini menggunakan metode praktek pengolahan nanas, pisang dan nangka serta teknologi pengemasan yang sesuai anjuran sebagai berikut: a. Pengolahan nanas Dodol nanas Alat Kompor dengan bahan bakar minyak tanah atau kompor tanah dengan bahan bakar kayu, wajan, sendok kayu, baskom, pisau, parut, plastik, dan sarana penunjang lainnya.
7
Bahan Buah nanas 1 kg, gula pasir ½ kg, tepung beras 1 ons, tepung ketan 1 ons, air matang 1 gelas, mentega secukupnya.
Untuk produksi yang lebih banyak
penghitungan bahan dikalikan dengan kelipatannya.
Misalnya buah nanas
sebanyak 5 kg maka gula pasir yang dibutuhkan ½ kg dikalikan 5, sehingga kebutuhan gula pasir 2 ½ kg. Cara Pembuatan •
Buah nanas dikupas, mata buah nanas dibuang, dipotong sesuai selera, selanjutnya diparut atau diblender
•
Selanjutnya bubur nanas yang didapat dicampur dengan tepung beras dan tepung ketan.
•
Nyalakan kompor, wajan diletakkan di atas kompor. Selanjutnya air matang dicampur dengan gula dimasukkan ke dalam wajan. Aduk terus hingga cairan mengental. Selanjutnya masukkan adonan bubur nanas yang telah dicampur dengan tepung.
Aduk terus hingga
adonan tercampur merata, kemudian
masukkan garam dan essen. Pengadukan terus berlangsung hingga adonan mengental, masukkan mentega, proses pengadukan terus berlangsung. Bila adonan dipegang tangan tidak lengket maka adonan dodol nanas dapat diangkat. •
Adonan didinginkan, dipotong-potong sesuai selera, selanjutnya dijemur. Setelah itu dikemas dimasukkan dalam mika atau kotak dan dodol siap dipasarkan
b. Pengolahan Pisang Dodol Pisang Alat Kompor dengan bahan bakar minyak tanah atau kompor tanah dengan bahan bakar kayu, wajan, sendok kayu, baskom, pisau, parut, plastik, dan sarana penunjang lainnya. Bahan Buah pisang 1 kg, gula pasir ½ kg, tepung beras 1 ons, tepung ketan 1 ons, air matang 1 gelas, mentega secukupnya.
Untuk produksi yang lebih banyak
penghitungan bahan dikalikan dengan kelipatannya.
Misalnya buah pisang
8
sebanyak 5 kg maka gula pasir yang dibutuhkan ½ kg dikalikan 5, sehingga kebutuhan gula pasir 2 ½ kg. Cara Pembuatan •
Buah pisang dikupas, selanjutnya buah dihancurkan dengan blender atau ditumbuk dengan gelas atau alu.
•
Selanjutnya bubur pisang yang didapat dicampur dengan tepung beras dan tepung ketan.
•
Nyalakan kompor, wajan diletakkan di atas kompor. Selanjutnya air matang dicampur dengan gula dimasukkan ke dalam wajan. Aduk terus hingga cairan mengental. Selanjutnya masukkan adonan bubur pisang yang telah dicampur dengan tepung.
Aduk terus hingga adonan
tercampur merata, kemudian
masukkan garam dan essen. Pengadukan terus berlangsung hingga adonan mengental, masukkan margarin, proses pengadukan terus berlangsung. Bila adonan dipegang tangan tidak lengket maka adonan dodol pisang dapat diangkat. •
Adonan didinginkan, dipotong-potong sesuai selera, selanjutnya dijemur. Setelah itu dikemas plastik dan dimasukkan dalam mika atau kotak. Dodol pisang siap dipasarkan.
Kripik Pisang Alat Kompor dengan bahan bakar minyak tanah atau kompor tanah dengan bahan bakar kayu, wajan, sothel, saringan, peniris minyak, baskom, pisau, plastik, dan sarana penunjang lainnya. Bahan Buah pisang tua tapi masih mentah sebanyak 1 kg, minyak goreng secukupnya, margarin secukupnya. Daun sirih 5 lembar. Cara Pembuatan •
Buah pisang dikupas, diiris sesuai selera. Sesegera mungkin dimasukkan ke dalam larutan garam atau daun sirih. Hal ini untuk mencegah browning atau pencoklatan. Selanjutnya irisan pisang dicuci dengan air bersih dan ditiriskan.
•
Panaskan wajan beserta minyak goreng. Bila sudah agak panas masukkan mentega, setelah semua minyak tercampur merata dengan mentega dan sudah
9
panas maka irisan pisang dapat dimasukkan. Bila sudah kuning, kripik pisang dapat diangkat. •
Diamkan hingga kripik kering bebas dari minyak, dapat juga ditaruh di atas kertas agar minyak dapat terserap kertas.
•
Setelah dingin baru dikemas plastik, dan kripik pisang siap dipasarkan
Tepung Pisang Alat Pisau, parutan sawut, nyiru, dandang, alu dan lumpang atau mesin penepung beras. Bahan Pisang tua tapi mentah 1 tandan. Cara Pembuatan •
Pisang dikukus bersama kulitnya (900C) selama 10-15 menit.
•
Selanjutnya pisang segera dikupas.
•
Pisang yang telah dikupas dikukus lagi selama 10 menit.
•
Setelah dingin pisang disawut.
•
Dikeringkan di bawah sinar matahari.
•
Setelah kering ditumbuk atau dimasukkan ke mesin penggiling.
•
Untuk menghasilkan tepung dengan kualitas bagus selanjutnya tepung yang didapat diayak.
c. Pengolahan Nangka Dodol Nangka Alat Kompor dengan bahan bakar minyak tanah atau kompor tanah dengan bahan bakar kayu, wajan, sendok kayu, baskom, pisau, parut, plastik, dan sarana penunjang lainnya. Bahan Buah nangka 1 kg, gula pasir ½ kg, mentega secukupnya. Untuk produki yang lebih banyak penghitungan bahan dikalikan dengan kelipatannya. Misalnya buah nanas sebanyak 5 kg maka gula pasir yang dibutuhkan ½ kg dikalikan 5, sehingga kebutuhan gula pasir 2 ½ kg. Cara Pembuatan •
Buah nangka dikupas, dami dibuang hingga didapat daging nangka saja.
10
•
Selanjutnya nangka dikukus ¼ jam. Setelah itu dihancurkan dengan blender atau ditumbuk dengan alu.
•
Nyalakan kompor, wajan diletakkan di atas kompor. Bubur nangka beserta gula dimasukkan ke dalam wajan, aduk terus hingga mengental dan tercampur merata. Pengadukan terus berlangsung hingga adonan mengental, masukkan mentega, proses pengadukan terus berlangsung. Bila adonan dipegang tangan tidak lengket maka adonan dodol nangka dapat diangkat.
•
Adonan didinginkan, dipotong-potong sesuai selera, selanjutnya dijemur. Setelah itu dikemas dimasukkan dalam mika atau kotak dan dodol nangka siap dipasarkan
d. Kripik singkong Alat Kompor, wajan, baskom, dan pisau. Bahan Singkong, garam, mentega dan minyak tanah. Cara Pembuatan •
Kupas kulit ubi kayu hingga bersih, kemudian dicuci dan ditiriskan.
•
Ubi diris-iris hingga menjadi irisan yang tipis dengan pisau yang tajam atau alat pengiris.
•
Rendam irisan ubi kayu dengan garam kurang lebih 30 menit.
•
Tiriskan ubi kayu
•
Pada minyak goreng yang dipakai ditambahkan margarin.
•
Goreng singkong, tiriskan selanjutnya dapat dikemas.
E. Jenis Data dan Prosedur Pengumpulan Data 1. Jenis Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder yang meliputi :
11
Tabel 1. Data Primer Kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Hasil Komoditas Spesifik Lokasi Kegiatan Identifikasi Lokasi
Sosialisasi dan Koordinasi Pembinaan kelompok
Pengawalan Teknologi
Temu lapang
Data yang diamati Letak desa, jumlah penduduk, pendidikan, jenis pekerjaan, jumlah kelompok wanita tani pengolahan, jenis olahan, sumber bahan baku olahan, dan pemasaran Respon peserta terhadap materi yang diajukan, jenis produk pengolahan yang diminati dan tingkat kehadiran. Frekuensi pertemuan kelompok, tingkat kehadiran anggota, jenis materi yang disampaikan, respon terhadap materi yang disampaikan, pengalaman dan pengetahuan di bidang pengolahan hasil, sumber informasi perolehan pengetahuan dan pengalaman di bidang pengolahan, persepsi wanita tani terhadap teknologi (manfaat dan ketertarikan untuk menerapkan teknologi), perencanaan produksi serta situasi dan kondisi kelompok. Kesesuaian teknologi/tingkat penerapan teknologi: a. Kesesuaian teknis : Mudah dilaksanakan, pelaksanaan sederhana b. Kesesuaian ekonomi : Biaya produksi rendah, daya simpan masing-masing produk, langkah promosi dan pemasaran seperti ke toko-toko, kantin perkantoran, kios, bazar dan toko, produk pengolahan yang sesuai pasar, membantu kebutuhan harian, jenis pengemas, kontinuitas produk, kelayakan usaha tani, kontinuitas pendapatan, membutuhkan tenaga relatif sedikit, dan meningkatkan pendapatan rumah tangga. c. Kesesuaian sosial : Tidak bertentangan dengan sistem nilai (tujuan sosial, nilai, norma), teknologi dapat diterima oleh masyarakat, mendukung usaha rumah tangga, memberikan harapan, mendukung kelembagaan, Respon peserta terhadap teknologi yang diterapkan, tingkat kehadiran, kesan dan pesan peserta, pengamatan, respon kelembagaan dan pemerintah
Data Sekunder Kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Hasil Komoditas Spesifik Lokasi • Harga jual masing-masing komoditas di tingkat petani 2. Prosedur Pengumpulan Data Data primer dikumpulkan langsung dari wanita tani kooperator, pelaku usaha pengolahan pada umumnya dengan menggunakan kuisioner terstruktur maupun semi terstruktur. Prosedur pengumpulan data primer melalui pengamatan langsung, pencatatan (FRK), diskusi dan wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan serta pengukuran. Data sekunder (dukung) dikumpulkan melalui instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) NTB, wawancara langsung dengan sumber data.
12
F. Metode Analisis Data Untuk mencapai tujuan dan luaran maka data yang akan dikumpulkan dianalisis sebagai berikut: 1. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif. Kualitatif meliputi: narasi, pemaknaan, skala ordinal, kategorisasi dan tabel profit. 2. Data kuantitatif dianalisis secara deskriptif atau menggunakan statistik sederhana.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Desa Padamara 1. Wilayah Geografis Desa Padamara terletak di Kabupaten Lombok Timur, 8 km dari pusat kota kabupaten. Merupakan salah satu desa tertinggal dengan hasil pertanian yang belum begitu menonjol dibanding desa lain di kabupaten Lombok Timur. Batas – batas desa Padamara sebagai berikut : Di sebelah utara berbatasan dengan
: Desa Pao’ Motong
Di sebelah barat berbatasan dengan
: Desa Sikur
Di sebelah selatan berbatasan dengan
: Desa Setanggor
Di sebelah timur berbatasan dengan
: Dasan Lekong
Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Kelurahan setempat penduduk didominasi oleh kaum wanita dengan jumlah 53,2% (2059 jiwa) dan selebihnya kaum pria (1810 jiwa). Penduduk yang mengenyam pendidikan hingga SD 34,4% (525 orang), SMP 30,69% (468 orang), SMA 27% (412 orang) dan Perguruan Tinggi 7,8% (120 orang). Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor desa setempat 75,5% (927 kk (kepala keluarga)) memiliki pendapatan kurang dari 200.000 per bulannya, 13,19% (162 kk) berpendapatan 200.000 - 500.000 dan hanya 11,3% (139 kk) yang berpendapatan di atas 500.000 per bulannya. Tenaga kerja laki-laki terdiri dari 107 orang sebagai pegawai, 626 orang sebagai petani, dan 1113 orang sebagai buruh. 2. Karakteristik Kelompok Wanita Tani Di desa Padamara terdapat 3 kelompok wanita tani yang menekuni bidang pengolahan makanan. Kelompok tersebut adalah :
13
Pertama kelompok ibu Dewi Suprabe yang memiliki usaha penjualan krupuk seledri.
Usaha ini berdiri akhir Desember 2005 beranggotakan 4 orang yang masih
memiliki hubungan saudara. Krupuk yang berbahan dasar utama tepung terigu ini dalam satu bulan membutuhkan tepung terigu sekitar 3 hingga 4 sak. Setiap 2 hari sekali rata-rata bahan yang diperlukan untuk membuat krupuk seledri adalah: •
6 kg tepung terigu
•
6 ons tepung kanji
•
telur 12 butir
•
margarin 1 ½ kg
•
seledri secukupnya
•
bawang putih 6 butir
•
masako 6 bungkus
•
dan garam secukupnya. Semua bahan dicampur rata, ditambah air dan diuleni hingga kalis. Setelah itu
adonan ditipiskan dengan alat “Pasta engine”, dipotong sesuai selera dan kemudian digoreng. Pengemasan menggunakan plastik jenis Polyethylene dengan ketebalan 0,5 mm. Krupuk dibungkus kecil-kecil dengan harga jual Rp 500,- untuk kios-kios dan Rp. 250,untuk warung sekolah SD. Krupuk seledri tersebut umumnya laku dijual dalam waktu 4 hari.
Selama ini pemasarannya masih berada di daerah sekitar lokasi produksi yaitu
dititipkan kios – kios terdekat, kantin sekolah, kantin rumah sakit, toko Papilon dan Toko Sinar Bahagia. Keuntungan kotor yang didapat per produksi (2 hari) sekitar Rp. 25.000,-. Kendala yang dihadapi adalah alat penipis adonan yang beredar di pasar yaitu “pasta engine” hanya dapat digunakan untuk skala kecil sehingga tidak efisien dalam pembuatannnya, harga tepung terigu yang selalu meningkat dan krupuk terigu telah mengalami ketengikan pada hari ke – 20. Kedua kelompok wanita tani pembuat krupuk Kanji. Krupuk ini juga berbahan dasar tepung terigu yang dicampur dengan tepung tapioka, namun perlu perlakuan penjemuran sebelum digoreng. Rata-rata tepung terigu yang dibutuhkan sekitar 5 kg per 2 hari. Keuntungan kotor yang diperoleh rata- rata per 4 hari 25.000,-. Janda berputra 4 ini dalam pengolahannya hanya dibantu oleh anak- anaknya saja yang dikerjakan hingga malam hari. Kendala yang dijumpai adalah penjemuran yang tidak optimal pada musim penghujan, akibatnya kripik tidak mengembang sempurna.
14
Ketiga kelompok wanita tani yang membuat kripik singkong. Dipimpin oleh ibu Rahmayanti dan beranggotakan sekitar 6 orang. Berdiri sejak 2 tahun yang lalu dan mengalami kelesuan karena permintaan konsumen yang tidak meningkat.
Umumnya
dalam 1 hari membutuhkan sekitar 1 hingga 2 karung. Proses pembuatan kripik singkong sebagai berikut : singkong dikupas, dicuci bersih, dipotong dengan perajang khusus singkong, direndam dalam air, kemudian digoreng. Kekurangan yang kami dapati dalam pembuatan kripik singkong ini adalah kualitas rasa yang kurang, kripik sudah mulai lemes atau mlempem pada hari ke 7, diduga plastik pengemas yang digunakan terlalu tipis (ketebalan 0,2 mm), dijumpai adanya rasa tengik serta hasil samping dari industri rumah tangga ini yang belum diolah secara optimal. Pada umumnya harga singkong perkarung Rp. 10.000,- hingga Rp. 15.000,-yang berisi sekitar 50 kg, sehingga rata-rata harga per kg Rp. 200,- hingga Rp. 300,-. Harga singkong tertinggi per karung Rp. 25.000,- yang hanya dijumpai saat musim penghujan.
Namun harga bahan baku tersebut masih murah
dibandingkan produksi kripik singkong “Sikat “ yang berlokasi di sekitar pasar “Kebon Roek” Mataram yang menurut pemiliknya harga singkong perkarung Rp. 35.000,-. Untuk memperlancar kegiatan pemasaran kripik singkong digunakan tukang ojek sebagai pelaku pemasaran. Berlatar belakang keahlian masing - masing anggota kelompok yang sama di bidang pembuatan krupuk atau kripik, bahan baku singkong yang murah, dan proses pembuatan yang mudah maka kami memilih pembuatan kripik singkong sebagai obyek dari kegiatan gelar Teknologi Pengolahan Hasil Komoditas Spesifik Lokasi di desa Padamara. Ketiga kelompok wanita tani tersebut bergabung menjadi satu kelompok yang diberi nama Kelompok Wanita Tani “Hidayah”. 3. Introduksi Teknologi Teknologi yang diintroduksi disesuaikan dengan bahan baku yang tersedia dan kondisi lokasi gelar dilaksanakan. Di Desa Padamara Pengolahan singkong secara terpadu merupakan salah satu upaya mengotimalkan setiap tahapan proses sehingga diperoleh peningkatan nilai tambah. a) Kualitas Rasa Perbaikan kualitas rasa gurih kripik singkong dengan penambahan margarin ke dalam minyak goreng yang dipakai untuk menambah rasa gurih sebanyak 1 kg margarin untuk 10 karung singkong. Penambahan margarin berdampak pada peningkatan volume penjualan karena cita rasa kripik menjadi gurih dan enak.
15
b) Penggunaan Minyak Perbaikan dalam pemakaian minyak yang dipakai untuk menggoreng. Berdasarkan pengamatan awal, umumnya minyak goreng yang tersisa (minyak bekas) pada penggorengan hari pertama langsung dicampur dengan minyak baru. Hal ini menyebabkan menurunnya kualitas minyak yang mengakibatkan rasa tengik pada kripik yang dihasilkan. Perbaikan dilakukan dengan mengumpulkan minyak bekas hari pertama dengan minyak bekas hari kedua, selanjutnya disaring dengan kain, kemudian ketika menggoreng diberi absorben berupa arang untuk menyerap kotoran yang ada pada minyak, sehingga minyak betul-betul jernih. Minyak bekas ini dapat digunakan untuk mengoreng kripik singkong dengan kualitas rasa no 2.
Umumnya
kripik singkong dikemas dalam kemasan kecil – kecil dengan harga Rp. 500,- di tingkat pengecer. Pengemasan dilakukan dalam bentuk bal. 1 bal berisi 30 bungkus. Kripik singkong dijual Rp. 9000,- per bal. Selanjutnya oleh pengampas dijual Rp. 10.000,- ke kios-kios kecil. c) Proses Penggorengan Sebelumnya kripik diangkat dari penggorengan bila warnanya telah kuning dan sedikit masih putih. Pada hari ke 7 kripik telah menurun derajat kerenyahannya. Upaya pencegahan dilakukan dengan menggoreng secara sempurna. Penggorengan kripik yang sempurna ditandai dengan warna kuning kecoklatan sehingga kripik betulbetul matang yang berdampak pada menurunnya kadar air kripik singkong, sehingga kripik tidak mudah mlempem. Penggorengan ini menghasilkan kripik yang memiliki daya tahan kerenyahan hingga hari ke-30. d) Pengolahan Singkong Terpadu Pembuatan kripik singkong skala rumah tangga dengan teknologi pengolahan singkong terpadu untuk mengoptimalkan setiap tahapan proses. Teknologi ini diuji cobakan antara kelompok wanita tani kooperator dengan non kooperator. Kelompok Wanita tani Kooperator menghasilkan hasil samping berupa potongan kecil singkong dan endapan pati singkong yang tidak dihasilkan pada Kelompok Wanita Tani Non Kooperator.
Hal ini disebabkan pada
Kelompok Wanita Tani Non Kooperator
menggunakan pisau atau parut gobet saat perajangan singkong sehingga singkong dapat dipotong hingga ujung.
Sedangkan Kelompok Wanita Tani Kooperator
menggunakan alat perajang singkong dengan tenaga listrik.
Alat tersebut dapat
merajang singkong dengan kemampuan yang lebih besar dan waktu yang dibutuhkan lebih sedikit. Dari alat tersebut akan dihasilkan potongan kecil singkong, sebab bila 16
singkong yang tersisa dipaksakan ke dalam alat perajang maka jari tangan yang akan terpotong. Setelah diangkat dari penggorengan kripik singkong ditiriskan.
Penirisan
dilakukan untuk mengurangi kadar minyak kripik singkong. Pengemasan dilakukan bila kripik telah benar-benar kering dari minyak.
Minyak yang berlebih dalam
pengemasan akan mempercepat ketengikan dan kripik mudah menurun kerenyahannya. Tahapan yang paling banyak menyita waktu adalah pengemasan kripik singkong dalam bungkusan kecil ukuran 14 cm X 14 cm. Selanjutnya ukuran kecil sebanyak 30 bungkus dikemas lagi dalam plastik yang lebih besar, kemasan tersebut dinamakan 1 bal. Pengemasan bertujuan untuk menghindari kontak kripik singkong dengan oksigen yang dapat mempercepat terjadinya reaksi oksidasi yang berakibat pada ketengikan, dan menghindari kontak dengan udara yang berakibat pada menurunnya kerenyahan kripik singkong (Buckle, 1987). Pengemasan dilakukan ibu-ibu setelah memasak dan waktu senggang. Hal ini menyebabkan satu kali produksi membutuhkan waktu 6 hari. Perbandingan karakteristik tahapan pengolahan pembuatan kripik singkong antara petani kooperator dan non kooperator disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Perbandingan Karakteristik Tahap Pengolahan Pembuatan Kripik Singkong Antara Petani Kooperator Dan Non Kooperator Wanita Tani Kooperator Proses
Hasil samping
Pengupasan
Kulit singkong
Pengirisan dengan alat Perendaman dalam air Penggorengan Penirisan Pendinginan Penggaraman Pengemasan
Potongan singkong Endapan singkong -
Produk
kecil
Campuran Pakan ternak Jajan lentho
pati
Tepung singkong -
Wanita Tani Non Kooperator Hasil Produk Proses samping Pengupasan Kulit singkong Pengirisan dengan pisau Penggorengan Penirisan Pendinginan Penggaraman Pengemasan
-
-
-
-
Sumber : Data primer diolah, 2006
e) Uji Organoleptik Kripik Singkong Pengujian kripik singkong dilakukan melalui pengamatan dengan uji organoleptik oleh 30 panelis terhadap warna, tekstur dan rasa. Secara keseluruhan kripik singkong yang disukai konsumen adalah berwarna kuning kecoklatan cerah, rasa yang seimbang (tidak terlalu manis atau asin) dan tekstur yang renyah.
17
Tabel 3. Hasil Uji Organoleptik Kripik Singkong Kripik singkong
Warna 2,11 2,75 *
Kooperator Non Kooperator
Parameter Tekstur Rasa 3,08 2,33 3,08 2,42
Keseluruhan 2,50 2,75
Catatan : 1. sangat disukai; 2. disukai; 3. agak disukai; 4. tidak suka; 5. sangat tidak disukai * Berbeda nyata
Kripik singkong yang dihasilkan oleh Kelompok Wanita Tani Kooperator dengan Kelompok Wanita Tani Non Kooperator menunjukkan tidak adanya perbedaan pada parameter tekstur dan rasa. Namun pada parameter warna, kripik singkong yang dihasilkan Kelompok Wanita Tani Kooperator cenderung lebih disukai. Hal ini disebabkan karena Kelompok Wanita Tani Non Kooperator biasanya langsung menggoreng irisan singkong yang dihasilkan atau menumpuk irisan tersebut hingga banyak baru menggorengnya.
Penumpukan irisan tersebut akan mengakibatkan
pencoklatan pada singkong yang disebabkan oleh aktivitas enzim poliphenolase yang bereaksi dengan oksigen. Konversi senyawa fenolat ini akan membentuk melanin (melanoidin) yang akan mengakibatkan pencoklatan (Susanto dan saneto, 1994). Reaksi pencoklatan dapat mengakibatkan perubahan kenampakan, dan cita rasa sehingga diperlukan usaha untuk menghambat pencoklatan
(Friedman, 1996).
Pencoklatan dapat dihambat dengan blanching, menghindari kontak dengan oksigen (Foote,1985) dengan pengemasan atau perendaman dalam air dan penggaraman (Astawan dan Mita, 1991). f) Hasil Samping dari Pembuatan Kripik singkong Skala Rumah Tangga Berdasarkan hasil pengamatan, pembuatan kripik singkong skala rumah tangga yang menggunakan alat perajang singkong dengan tenaga listrik biasanya merajang singkong 5 karung per hari. Berat rata-rata singkong perkarung adalah 50 kg. Setiap produksi membutuhkan 10 karung singkong. Setiap tahap dalam pembuatan kripik singkong menghasilkan hasil samping sebagai berikut. Tabel 4. Berbagai Jenis hasil samping dari Industri Rumah Tangga Kripik Singkong Jenis Hasil samping Kulit singkong Potongan singkong Tepung tapioka
Dalam 1 kali produksi (kg) 90 2,6 5
Dalam 1 bulan (5 X) (kg) 450 13 25
Sumber : Data primer diolah, 2006
18
g) Beberapa Teknologi Pengolahan Hasil Samping dari Industri Pembuatan Kripik Singkong Skala Rumah Tangga •
Potongan Kecil Singkong Sebagai Camilan Bila permintaan kripik singkong meningkat terutama saat musim penghujan maka potongan kecil singkong yang dihasilkan akan lebih banyak.
Potongan
singkong tersebut tidak dapat disimpan, sehingga sebaiknya langsung diolah untuk menghindari kerusakan. Selanjutnya potongan tersebut dibuat menjadi makanan ringan yang biasa dikenal dengan nama lentho. Proses pembuatan jajan lentho adalah sebagai berikut (Rukmana, 1997): -
Parut singkong yang telah dikupas hingga menjadi adonan halus.
-
Rebus kacang merah hingga empuk
-
Campurkan bumbu yang terdiri dari bawang putih yang telah dihaluskan, masako, bawang daun, dan garam.
Setelah itu masukkan kacang merah.
Campur dan aduk hingga merata. -
Bentuk bulatan-bulatan, goreng hingga matang
Biasanya jajanan ini dijual di Sekolah dasar atau dititipkan di kios-kios terdekat. Tabel 5. Analisa Ekonomi Jajan Lentho per siklus produksi Uraian Minyak goreng Kacang merah Daun bawang Minyak tanah Kelapa Jumlah Harga Jual Penerimaan Keuntungan B/C ratio
Volume 1 liter 1 ons 1 ikat ½ liter ¼ butir
Harga satuan (Rp) 4900 1000 200 1250 500
63 butir
200
Biaya (Rp) 4900 1000 200 1250 500 7850 12600 4750 0,6
Sumber : Data primer diolah, 2006
•
Perbaikan Kualitas Tepung Tapioka Perendaman irisan singkong dalam air bertujuan untuk mencegah pencoklatan irisan singkong.
Adanya air akan menghambat kontak enzim
poliphenolase dengan oksigen yang akan mempercepat reaksi pencoklatan (Eskin, 1990). Setelah direndam irisan singkong ditiriskan. Air rendaman bekas irisan singkong dibiarkan selama 24 jam. Karena perbedaan gaya berat partikel tepung akan mengendap di bawah. Endapan ini dikenal sebagai tepung singkong atau tepung tapioka. Derajat putih tepung singkong dapat diperbaiki dengan mengganti air rendaman dengan air baru yang bersih 2 hingga 3 kali (Rukmana, 1997). Bila air
19
tidak diganti maka tepung yang dihasilkan tidak bersih dan agak kecoklatan. Dalam setiap produksi akan terkumpul 5 kg tepung tapioka. Berarti dalam 1 bulan (5 kali produksi) akan terkumpul 25 kg tepung tapioka. Tepung tapioka yang beredar di pasar harganya Rp. 6000,- per kg.
Tepung hasil samping dari industri kripik
singkong ini laku Rp. 3000,- per kg.
Sehingga petani mendapat tambahan
pendapatan sebesar Rp. 3.000,- X 25 kg = 75.000,-. Tepung tapioka yang dihasilkan telah dipesan oleh industri skala rumah tangga pembuat krupuk berbahan baku tapioka sehingga telah terbentuk kerjasama antara pembuat krupuk berbahan baku tepung tapioka di desa tersebut dengan KWT Hidayah dalam pemanfaatan limbah yang berupa tepung tapioka. h) Penggunaan Pengemas Mengganti ketebalan jenis pengemas dari 0,2 mm menjadi 0,5 mm. Penggantian ini bertujuan untuk menekan masuknya oksigen dalam pengemas yang dapat mengakibatkan penurunan derajat kerenyahan.
Agar lebih menarik kemasan akan
disablon. Penambahan biaya produksi penggantian plastik kemasan dan biaya sablon akan dikompensasi dengan pengurangan volume perbungkus kripik dengan harga yang sama. Penyablonan pengemas dilakukan hanya 1 kali sebagai uji coba. Kelompok wanita tani merasa keberatan dengan penyablonan karena menambah biaya modal, sedangkan untuk mengurangi volume kripik singkong tidak dapat dilakukan karena konsumen terbiasa dengan volume yang penuh.
Kripik singkong yang beredar
sekarang menggunakan merk dari bahan kertas. i) Pengurusan Ijin DEPKES Balai Pengkajian Teknologi Pertanian memfasilitasi pengurusan ijin DEPKES untuk memberikan rasa aman dan sehat pada konsumen. Nomor ijin DEPKES sebagai upaya untuk memperluas jaringan pasar karena toko-toko tertentu seperti swalayan hanya mau menerima bila produk makanan mencantumkan ijin DEPKES. nomor DEPKES untuk kripik singkong adalah 21552030127. 4. Tanggapan Atau Respon Wanita Tani Terhadap Teknologi Pengolahan Hasil Pada Tabel berikut disajikan respon Kelompok Wanita Tani terhadap kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Hasil Komoditas Spesifik Lokasi di desa Padamara dan data pendukung lainnya.
20
Tabel 6. Parameter Respon Wanita Tani Terhadap Teknologi Pengolahan Singkong Terpadu yang Digelar pada Kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Hasil Komoditas Spesifik lokasi di Desa Padamara, tahun 2006 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pernyataan Mudah dilakukan Dapat menyerap tenaga kerja Bahan baku tersedia Menggunakan alat sederhana Sulit dan merepotkan Tidak membutuhkan modal yang besar Pasar tersedia Menguntungkan Tidak bertentangan dengan kebiasaan masyarakat Dapat dilakukan dalam skala rumah tangga Dapat meningkatkan pendapatan Dapat memenuhi kebutuhan harian
Ya (%) 100 100 90 100 100 100 100 100 100 100 100
Tidak (%) 10 100 -
Sumber : Data primer diolah, 2006
Hampir sebagian besar pernyataan yang diajukan disetujui olek wanita tani, namun pada ketersediaan bahan baku pada bulan-bulan tertentu seperti pada musim penghujan bahan baku sulit tersedia. Terkadang tersedia namun harga per karung bisa mencapai Rp. 25.000,- hingga Rp. 30.000,-.
Pada musim penghujan kualitas bahan baku menurun
disebabkan tingginya kadar air singkong sehingga menyerap banyak minyak. Tabel 7 menunjukkan bahwa pengetahuan pengolahan singkong secara terpadu belum banyak diketahui.
Berdasarkan pengamatan di lapang, mereka hanya
mengumpulkan limbah yang dihasilkan industri pembuatan kripik singkong namun belum memanfaatkan secara optimal.
Hal ini tentu sangat mendukung kegiatan gelar yang
dilaksanakan di desa Padamara, karena wanita tani dapat langsung melihat dan mempraktekan teknologi yang digelar, sehingga pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman wanita tani tentang pengolahan hasil akan bertambah. Tabel 7. Parameter Pengalaman/Pengetahuan Wanita Tani pada Kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Hasil Komoditas Spesifik lokasi di Desa Padamara, tahun 2006 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
8.
Pernyataan Wanita tani pernah mencoba pengolahan singkong secara terpadu sebelumnya Wanita tani pernah mengikuti pelatihan pembuatan kripik singkong sebelumnya Wanita tani pernah bertanya tentang pengolahan singkong pada sesama atau tetangga Pengetahuan pengolahan singkong diperoleh melalui praktek ibu PKK Pengetahuan pembuatan kripik singkong diperoleh dari orang tua Pengetahuan pengolahan singkong diperoleh dengan belajar sendiri melalui media cetak dan elektronik Pengetahuan pengolahan singkong diperoleh dengan belajar pada kelompok atau individu yang berpengalaman melakukan pengolahan hasil Pengetahuan pengolahan singkong diperoleh dari PPL
Ya (%) -
Tidak (%) 100
80
20
20
70
20 20
100 80 80
10
90
-
100
Sumber : Data primer diolah, 2006
21
5. Analisa Kelayakan Usaha Pembuatan Kripik Singkong Skala Rumah Tangga Berdasarkan pertimbangan ketersediaan bahan baku dan potensi sumber daya manusia yang ada, usaha pengolahan kripik singkong layak diusahakan dengan nilai B/C ratio sebesar 0,35. Pengolahan kripik singkong menghasilkan pendapatan rumah tangga sebesar Rp 1.523.375,- per bulan. Periode waktu yang diperlukan dalam usaha pengolahan kripik singkong untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi adalah 1,83 siklus produksi. Hal ini berarti dalam tempo kurang dari 2 bulan telah kembali modal. Nilai ROI = 54 % artinya setiap Rp.100.000,- modal yang diinvestasikan menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 54.000,-.
Dengan pengolahan singkong secara terpadu dapat memberikan tambahan
pendapatan sebesar Rp. 98.750,- atau 6,5 % dari pendapatan semula. Tabel 8. Analisa Kelayakan Pembuatan Kripik Singkong No I
II
III IV
Uraian Biaya tetap Alat Perajang singkong Bak Tenggok Wajan saringan minyak Plastik karung Pisau Tungku tanah Total biaya tetap Biaya Variabel Bahan Singkong Minyak goreng Garam Margarine Plastik pengemas Plastik bal Logo Kayu Tenaga kerja Mengupas Merajang Menggoreng Pengemasan Jml biaya variable Total biaya Produksi Pendapatan B/c ratio payback period ROI potongan singkong Tepung tapioka Total pendapatan
Satuan
Vol
Harga sat (Rp)
Nilai (Rp)
Buah Buah Buah Buah Buah Lembar Buah Buah
1 4 2 3 2 2 3 1
21667 625 833 1458 417 1250 417 8333
21667 2500 1666 4374 834 2500 1251 8333 43125
Karung Liter bungkus Kg Pak Pak Lembar Ikat
40 240 1 3 4 1 75 120
20000 5000 1000 6000 13500 28000 100 4000
800000 1200000 1000 18000 54000 28000 7500 480000
2 2 3 4
15000 15000 15000 15000
480
9000
30000 30000 45000 60000 2753500 2796625 4320000 1523375 0.35 1.83 54.47
HOK HOK HOK HOK
Bal
Tambahan
23750 75000 1622125
Sumber : Data primer diolah, 2006
22
6. Rantai Pemasaran
Pemasaran kripik singkong yang diproduksi oleh desa Padamara masih terbatas pada pemasaran dalam desa dan daerah di luar kecamatan dalam kabupaten yang sama. Lembaga yang terlibat dalam pemasaran kripik singkong adalah agen penyalur dalam hal ini dilakukan oleh tukang ojek dan kios pengecer. Tukang ojek sebagai penyalur masingmasing mempunyai wilayah pemasaran dan pengecer langganan. Kegiatan ini merupakan pekerjaan sampingan tukang ojek dan memberikan pendapatan tambahan. Rantai pemasaran kripik singkong dari produsen ke konsumen relatif pendek (Gambar 1). Dari gambar ini ditunjukkan bahwa produsen menjual kripik kepada kios melalui penyalur, dan selanjutnya kios menjual kripik pada konsumen. Produsen kripik singkong Gambar 1.
Penyalur/tukang ojek
Kios/pengecer
Konsumen
Rantai Pemasaran Kripik Singkong dari Produsen di Desa Padamara sampai Konsumen di Kabupaten Lombok Timur, 2006.
Marjin pemasaran merupakan salah satu indikator untuk menelaah efisiensi pemasaran. Satuan transaksi yang digunakan dalam analisa marjin pemasaran seperti disajikan dalam Tabel 10 adalah bal. Harga yang diterima produsen sebesar Rp 9.000/bal kripik atau 60 persen dari harga konsumen. Total marjin pemasaran sebesar 40 persen merupakan biaya pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran masing-masing sebesar 0,67 persen dan 39,33 persen. Dari Tabel 10 dapat disimpulkan bahwa pemasaran kripik singkong efisien terlihat pangsa harga produsen (60 %) yang lebih tinggi dibandingkan pangsa marjin pemasaran (40 %). Tabel 9. Marjin Pemasaran Kripik Singkong dari Produsen sampai Konsumen di Kabupaten Lombok Timur, 2006 No.
Uraian 2)
1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5.
Harga jual produsen Penyalur/tukang ojek Harga beli Biaya pemasaran Keuntungan penyalur Marjin pemasaran Harga jual Kios makanan/pengecer 2) Harga beli Biaya pemasaran Keuntungan pengumpul kabupaten Marjin pemasaran Harga jual/harga beli konsumen Volume pemasaran/bulan3) Total keuntungan pedagang/bulan4)
Harga/Biaya (Rp) 9.000
Persentase1) (%) 60,00
9.000 100 900 1.000 10.000
60,00 0,67 6,00 6,67 66,67
10.000 0 5.000 5.000 15.000 480 2.880.000
66,67 0,00 33,33 33,33 100,00
Sumber : Data primer diolah, 2006 Keterangan : 1) Persentase dari harga jual pengecer/harga beli dan konsumen; 2)Per bal kripik singkong 3) Satuan volume pemasaran adalah bal; 4) Total keuntungan penyalur dan pengecer selama sebulan
23
7. Fungsi Industri Pengolahan Rantai agribisnis terdiri dari beberapa komponen berupa sub-sistem yang saling terkait dan merupakan suatu kesatuan yang satu sama lain saling mempengaruhi. Salah satu sub-sistem tersebut adalah pengolahan hasil. Sebagai bagian dari sistem agribisnis, pengolahan hasil secara langsung terkait dengan sub-sistem produksi, sub-sistem pemasaran dan sub-sistem jasa angkutan. Adanya industri pengolahan akan menggerakkan sub-sistem terkait tersebut dan secara tidak langsung menggerakkan sub-sistem lainnya seperti sub-sistem saprodi. Sebaliknya keberadaan industri pengolahan tergantung kepada sub-sistem yang lain. Industri pengolahan khususnya pengolahan kripik singkong mempunyai peran dalam penyediaan lapangan kerja dan sebagai sumber pendapatan masyarakat maupun wilayah. Tenaga kerja yang terserap dalam pengolahan singkong mulai dari petani, ibu rumahtangga, pedagang makanan dan kios makanan. Pendapatan yang diperoleh produsen, tukang ojek dan kios makanan per bulan dari industri kripik singkong masing-masing sebesar Rp 1.523.375,-, Rp 480.000,- dan Rp 2.400.000,-. 8. Respon Pemerintah Daerah •
Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur membantu memantau perkembangan pengolahan kripik singkong dari aspek kesehatan.
•
Dinas perindustrian dan perdagangan kabupaten Lombok timur mendukung industri skala rumah tangga ini dengan membantu meningkatkan kualitas SDM dengan mengirim salah satu anggota KWT Hidayah dalam pelatihan aneka olahan makanan, membimbing dalam hal perbaikan pengemas dan memfasilitasi pengurusan Tanda Daftar Ijin Produksi.
•
Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Timur memberikan bantuan berupa cup sealing untuk diversifikasi produk.
B. Karakteristik Desa Labuhan Pandan Sambelia 1. Wilayah Geografis Desa Labuhan Pandan terletak di Kabupaten Lombok Timur dengan batas-batas sebagai berikut : Di sebelah utara berbatasan dengan
: Desa Sugihan
Di sebelah barat berbatasan dengan
: Desa Sambelia
Di sebelah selatan berbatasan dengan
: Desa Labuhan Lombok
24
Di sebelah timur berbatasan dengan
: Selat Alas
Desa Labuhan Pandan merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Lombok Timur yang mayoritas penduduknya termasuk dalam kategori miskin. Mata pencaharian sebagian penduduk Labuhan Pandan sebagai petani atau buruh tani, sementara kaum wanita dominan sebagai ibu rumahtangga. Bila ditinjau dari potensi daerahnya, Sambelia (ibu kota kecamatan) merupakan salah satu pensuplai pisang di Pulau Lombok. Kondisi ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan pengolahan hasil khususnya produksi kripik pisang, dodol pisang dan tepung pisang skala rumahtangga yang selama ini belum dilakukan masyarakat setempat. Usaha ini diharapkan dapat menyerap tenaga kerja khususnya wanita tani dan meningkatkan pendapatan rumah tangga. Di desa tersebut dijumpai pula jenis pisang tertentu yang memiliki harga yang murah per tandannya seperti pisang blendang dan pisang kapal. Untuk meningkatkan nilai tambah dari pisang tersebut Kelompok Wanita tani ”Beriuk Tinjal” dilatih dan diajarkan cara membuat tepung pisang yang nantinya dapat dibuat kue tempani dan kue kering. Selain pembuatan tepung diajarkan pula cara membuat dodol pisang. Berdasarkan data dari kelurahan setempat penduduk Desa Labuhan Pandan berjenis kelamin wanita berjumlah 4328 jiwa dan kaum laki-laki dengan jumlah 4011 jiwa. Penduduk yang mengenyam pendidikan hingga SD 2602 orang, SMP 995 orang, SMA 492 orang dan D1-DIII 23 orang dan Perguruan Tinggi 24 0rang. Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor desa setempat tenaga kerja laki –laki dominan berprofesi sebagai tani sebanyak 1988 orang, sebagai buruh tani 1752 orang, wiraswasta 257 orang, nelayan 391 orang dan pegawai 80 orang. Tenaga kerja wanita dominan menjadi ibu rumah tangga. 2. Karakteristik Kelompok Wanita Tani di Desa Labuhan Pandan Di desa Labuhan Pandan terdapat 1 kelompok wanita tani (Beriuk Tinjal) yang tinggal nama saja karena ketua kelompoknya pergi menjadi Tenaga Kerja Wanita ke Arab Saudi. Kegiatan ini berupaya mengaktifkan kembali kelompok tersebut dengan melatih pengolahan pisang yang meliputi pembuatan kripik pisang, tepung pisang dan dodol pisang dari produksi, pengemasan, hingga promosi dan pemasaran. 3. Introduksi Teknologi a) Pembuatan Kripik Pisang Pada tahun 2003 KWT Beriuk Tinjal telah mendapatkan pelatihan pembuatan kripik pisang dari kegiatan Gelar Teknologi Usahatani Berbasis Pisang. Sejak tahun tersebut mereka telah membuat kripik pisang namun hanya sebatas untuk konsumsi
25
sendiri, acara tertentu dan sesekali bila ada pesanan. Kegiatan penjualan kripik pisang oleh Kelompok Wanita Tani ”Beriuk Tinjal” mulai dilakukan pada bulan Juni tahun 2006.
Kripik pisang dijual dalam bentuk kemasan kecil (Rp. 500,-) di tingkat
konsumen. Hal ini dilakukan karena keterbatasan modal, masih dalam tahap uji coba dan promosi, serta agar semua lapisan masyarakat dari tingkat anak-anak hingga dewasa dapat mencicipinya, mengingat konsumen anak-anak sekolah merupakan pasar konsumen yang cukup menjanjikan. Kemasan kecil tersebut dikemas dalam kemasan yang lebih besar (bal). 1 bal berisi 24 bungkus dengan harga Rp. 9000,- di tingkat pengampas. Pengampas menjual per bal Rp.10.000,- di kios-kios makanan dan warung sekolah. Kios makanan mendapatkan keuntungan per bal Rp.2.000,-.Semula kripik pisang hanya memiliki 1 rasa (manis asin), namun seiring perjalanan waktu rasa kripik pisang bertambah satu (rasa tawar). Kripik pisang rasa tawar muncul berdasarkan permintaan konsumen yang menginginkan rasa tawar karena cocok sebagai teman minum kopi. Volume penjualan cenderung meningkat dari bulan Juli hingga Agustus. Grafik penjualan kripik pisang di desa Sambelia disajikan dalam Gambar 2. Produksi (bal)
y
180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 Juni
Juli bulan
Agustus
Gambar 2. Laju produksi kripik pisang di desa Labuhan Pandan
Anggota kelompok wanita tani yang umumnya adalah ibu – ibu yang telah memiliki banyak anak mendorong mereka berani berspekulasi memproduksi kripik pisang dalam skala besar. Usaha ini dibantu oleh suami mereka yang berperan aktif membantu dalam pengupasan dan pengemasan.
Pada bulan September data tidak
muncul karena pada bulan puasa permintaan menurun bahkan cenderung tidak ada. Produksi kripik pisang hanya berdasarkan pesanan.
Selanjutnya akhir November
26
produksi berlangsung kembali. Analisa Kelayakan usaha tani pembuatan kripik pisang disajikan dalam Tabel 11. Tabel 10. Analisa Kelayakan Usaha Pembuatan Kripik Pisang skala Rumah Tangga di Desa Labuhan Pandan No. I.
II.
III.
IV. V.
Uraian Satuan Volume Penyusutan Alat : Pisau Buah 1 Bak Buah 3 Tenggok Buah 1 Wajan Buah 1 Serut pisang Buah 1 Saringan minyak Buah 1 Plastik karung Buah 2 Kompor Buah 1 Biaya Variabel : 1. Bahan Pisang Tandan 43 Minyak goring Kg 56 Gula Kg 6.5 Margarin Ons 21.5 Plastik pengemas Pak 4.5 Plastik bal Pak 0.5 Logo Lembar 25 Minyak tanah Liter 15 2. Tenaga Kerja Mengupas HOK 1 Merajang HOK 1 Menggoreng HOK 1 Pengemasan HOK 3 Jumlah Biaya Variabel Total biaya di luar bunga (Biaya tetap + biaya variabel) Bunga modal (1% per bulan dari biaya tunai) Total biaya produksi Bal 170 Produksi Keuntungan B/C Payback period ROI Produksi impas Bal/siklus Harga impas Rp/bal
Harga/sat (Rp) 833.3333333 625 833.3333333 1458.333333 833.3333333 833.3333333 3750 2500
15000 7000 7000 1200 15000 35000 150 2500 15000 15000 15000 15000
10000
Nilai (Rp) 16666.67 833.3333 1875 833.3333 1458.333 833.3333 833.3333 7500 2500
Persen 0.98 0.05 0.11 0.05 0.09 0.05 0.05 0.44 0.15
1234550 645000 392000 45500 25800 67500 17500 3750 37500 90000 15000 15000 15000 45000 1324550 1341217 2649.1 1343866 1700000 356134.2 0.27 3.8 26.50 134.3866 7905.093
72.62 37.94 23.06 2.68 1.52 3.97 1.03 0.22 2.21 5.29 0.88 0.88 0.88 2.65 77.91 78.90 0.16 79.05 100.00 20.95
Sumber : Data primer diolah, 2006
Pengolahan kripik pisang menghasilkan pendapatan rumah tangga sebesar Rp 356.134,- per bulan dengan nilai B/C ratio sebesar 0,27. Periode waktu yang diperlukan dalam usaha pengolahan kripik pisang untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi adalah 3,8 siklus produksi. Nilai ROI = 26.50 artinya setiap Rp.100.000,modal yang diinvestasikan menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 26.500. Perolehan pendapatan masih tergolong rendah namun pendapatan tersebut merupakan pendapatan per rumah tangga pembuat kripik pisang, sedangkan di daerah tersebut sudah mulai bermunculan industri rumah tangga pembuat kripik pisang. Hal ini berarti rata-rata setiap rumah tangga pembuat kripik pisang mendapatkan tambahan penghasilan sebesar Rp. 356.134,- per bulannya. Pekerjaan membuat kripik pisang
27
masih merupakan pekerjaan sambilan para ibu rumah tangga dalam mengisi waktu luang dan mereka cukup berbahagia karena dapat membantu menambah pendapatan keluarga.
Industri pembuatan kripik pisang skala rumah tangga ini masih dapat
ditingkatkan nilai B/C rationya dengan memperbesar volume produksinya. b) Pembuatan Dodol Pisang Pada bulan Juni mereka sudah mencoba memproduksi dodol pisang sebanyak 24 mika yang dijual dalam pelatihan KID program P4MI yang difasilitasi oleh BPTP di kabupaten Lombok Timur, namun hanya laku 10 buah, yang lainnya sudah mulai menjamur dalam tempo 2 minggu. Hal ini diduga karena dodol sudah diangkat dari penggorengan sebelum matang betul ditandai dengan dodol yang masih lembek, lengket dan rasa yang tertinggal di langit - langit mulut. Pengadukan dodol yang tidak sempurna mengakibatkan kadar air yang masih tinggi dalam dodol sehingga dodol tidak awet dan mudah ditumbuhi jamur. Berdasarkan pengalaman tersebut wanita tani lebih cenderung memilih berusaha di bidang pembuatan kripik pisang mengingat daya simpan yang tinggi, resiko rendah dan penjualan yang cepat karena kripik dijual dalam bungkusan kecil Rp. 500,- rupiah sehingga bisa dijangkau seluruh lapisan masyarakat. c) Pembuatan Tepung Pisang Pelatihan pembuatan tepung pisang telah dilaksanakan namun menemui beberapa kendala seperti tidak semua pemilik alat penepung beras mau disewa untuk menepung pisang dengan alasan takut rusak karena sebelumnya tidak pernah untuk menepungkan pisang. Untuk sementara pembuatan tepung pisang dengan penumbukan di lumpang dengan menggunakan alu. Tepung pisang selanjutnya dibuat menjadi kue tempani yang dijual berdasarkan pesanan dan permintaan ketika lebaran. Industri pembuatan kripik pisang skala rumah tangga menghasilkan potongan kecil pisang.
Potongan tersebut dikumpulkan dan dibuat tepung oleh salah satu
anggota KWT. Setiap hari sekitar 2 kg tepung pisang dijual ke pasar dalam bentuk jenang atau bubur yang terbuat dari tepung pisang. 4. Tanggapan Atau Respon Wanita Tani Terhadap Teknologi Pengolahan Hasil Pada Tabel berikut disajikan respon Kelompok Wanita Tani terhadap kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Hasil Komoditas Spesifik Lokasi di desa Labuhan Pandan dan data pendukung lainnya.
28
Tabel 11. Parameter Respon Wanita Tani Terhadap Teknologi Pembuatan Kripik Pisang, Dodol Pisang dan Tepung Pisang Kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Hasil Komoditas Spesifik Lokasi di Desa Lab. Pandan, tahun 2006 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pernyataan Pembuatan Kripik Pisang Mudah dilakukan Dapat menyerap tenaga kerja Bahan baku tersedia Menggunakan alat sederhana Sulit dan merepotkan Tidak membutuhkan modal yang besar Pasar tersedia Menguntungkan Tidak bertentangan dengan kebiasaan masyarakat Dapat dilakukan dalam skala rumah tangga Dapat meningkatkan pendapatan Dapat memenuhi kebutuhan harian Pembuatan Dodol Pisang Mudah dilakukan Dapat menyerap tenaga kerja Bahan baku tersedia Menggunakan alat sederhana Sulit dan merepotkan Tidak membutuhkan modal yang besar Pasar tersedia Menguntungkan Tidak bertentangan dengan kebiasaan masyarakat Dapat dilakukan dalam skala rumah tangga Dapat meningkatkan pendapatan Dapat memenuhi kebutuhan harian Pembuatan Tepung Pisang Mudah dilakukan Dapat menyerap tenaga kerja Bahan baku tersedia Menggunakan alat sederhana Sulit dan merepotkan Tidak membutuhkan modal yang besar Pasar tersedia Menguntungkan Tidak bertentangan dengan kebiasaan masyarakat Dapat dilakukan dalam skala rumah tangga Dapat meningkatkan pendapatan Dapat memenuhi kebutuhan harian
Ya (%)
Tidak (%)
100 100 70 100 100 100 100 100 100 100 100
30 100 -
60 100 70 100 50 100 100 100 100 100 10 -
40 30 50 90 100
100 100 70 50 50 100 100 100 100 100 30 20
30 50 50 70 80
Sumber : Data primer diolah, 2006
Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa baik pada pembuatan kripik pisang, dodol pisang dan tepung pisang terhambat oleh ketersediaan bahan baku. Hal ini wajar karena bahan baku pisang segar di desa Labuhan Pandan Sambelia harganya sudah cukup bagus, sehingga terkadang wanita tani kalah dengan tengkulak buah pisang segar yang memiliki modal yang lebih besar. Pada produksi kripik pisang masalah ini diantisipasi dengan mencampur antara bahan baku pisang yang murah harganya (pisang ketip dan blendang)
29
dengan pisang yang agak mahal (kepok) agar perbedaan rasa karena perbedaan kualitas pisang tidak kentara. Tabel 12. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
8. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
8. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
8.
Parameter Pengalaman/Pengetahuan Wanita Tani pada Kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Hasil Komoditas Spesifik lokasi di Desa Labuhan Pandan, tahun 2006
Pernyataan Parameter Pengalaman membuat Kripik Pisang Wanita tani pernah mencoba membuat kripik pisang sebelumnya Wanita tani pernah mengikuti pelatihan pembuatan kripik pisang sebelumnya Wanita tani pernah bertanya tentang pembuatan pisang pada sesame atau tetangga Pengetahuan pembuatan kripik pisang diperoleh melalui praktek ibu PKK Pengetahuan pembuatan kripik pisang diperoleh dari orang tua Pengetahuan pembuatan kripik pisang diperoleh dengan belajar sendiri melalui media cetak dan elektronik Pengetahuan pembuatan kripik pisang diperoleh dengan belajar pada kelompok atau individu yang berpengalaman melakukan pembuatan kripik pisang Pengetahuan pembuatan kripik pisang diperoleh dari PPL Parameter Pengalaman membuat Dodol Pisang Wanita tani pernah mencoba membuat Dodol Pisang sebelumnya Wanita tani pernah mengikuti pelatihan pembuatan Dodol Pisang sebelumnya Wanita tani pernah bertanya tentang pembuatan Dodol Pisang pada sesama atau tetangga Pengetahuan pembuatan Dodol Pisang diperoleh melalui praktek ibu PKK Pengetahuan pembuatan Dodol Pisang diperoleh dari orang tua Pengetahuan pembuatan Dodol Pisang diperoleh dengan belajar sendiri melalui media cetak dan elektronik Pengetahuan pembuatan Dodol Pisang diperoleh dengan belajar pada kelompok atau individu yang berpengalaman melakukan pembuatan Dodol Pisang Pengetahuan pembuatan Dodol Pisang diperoleh dari PPL Parameter Pengalaman membuat Tepung Pisang Wanita tani pernah mencoba membuat Tepung Pisang sebelumnya Wanita tani pernah mengikuti pelatihan pembuatan Tepung Pisang sebelumnya Wanita tani pernah bertanya tentang pembuatan Tepung Pisang pada sesama atau tetangga Pengetahuan pembuatan Tepung Pisang diperoleh melalui praktek ibu PKK Pengetahuan pembuatan Tepung Pisang diperoleh dari orang tua Pengetahuan pembuatan Tepung Pisang diperoleh dengan belajar sendiri melalui media cetak dan elektronik Pengetahuan pembuatan Tepung Pisang diperoleh dengan belajar pada kelompok atau individu yang berpengalaman melakukan pembuatan Tepung Pisang Pengetahuan pembuatan Tepung Pisang diperoleh dari PPL
Ya (%)
Tidak (%)
50 50
50 50
40
60
-
100
20 -
80 100
10
90
-
100
50 50
50 50
10
90
-
100
-
100 100
50
50
-
100
-
100 100
-
100
-
100
-
100 100
-
100
-
100
Sumber : Data primer diolah, 2006
Teknologi Pembuatan dodol pisang membutuhkan keuletan dan kesabaran. 50 % responden mengatakan sulit dan merepotkan karena kurang sabar dan ulet, sedangkan sisanya berpendapat tidak sulit karena mereka terbiasa membuat dodol karena dilatih orang
30
tuanya membuat dodol ketan.
Kegiatan pembuatan dodol pisang belum dapat
meningkatkan pendapatan karena produksi pertama gagal.
Setelah itu mereka
memproduksi hanya bila ada pesanan. Kegagalan ini disebabkan karena kurang sabar dalam pengadukan mengakibatkan kadar air masih tinggi sehingga produk mudah berjamur. Kondisi demikian menyebabkan mereka lebih menyukai membuat kripik pisang yang sederhana dalam pembuatannya, memiliki daya awet yang lebih tinggi dan resiko kerugian yang kecil. Pembuatan tepung pisang dapat dilakukan dengan alu dan lumpang. Alatnya cukup sederhana namun prosesnya lama. Sebetulnya sangat mudah menggunakan alat penepung beras, namun kondisi di lokasi yang tidak memungkinkan. Pemilik alat penepung beras tidak mau menanggung resiko kerusakan alat hal ini menyebabkan mereka tidak mau menyewakan alatnya untuk penepungan pisang.
Pemesanan kue tempani dari tepung
pisang meningkat ketika lebaran, namun wanita tani tidak dapat memenuhi semua pesanan karena kendala alat. Kegiatan ini hanya diadop 20% oleh wanita tani sehingga hanya sedikit yang merasakan manfaat adanya peningkatan pendapatan dan pemenuhan kebutuhan harian. Berdasarkan Tabel 13 terlihat bahwa rata-rata petani telah mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam membuat kripik pisang dan dodol pisang. Pembuatan tepung pisang belum begitu diketahui oleh seluruh wanita tani.
Diharapkan dalam
kegiatan Gelar ini wanita tani dapat melihat langsung dan mempraktekkan pengetahuan pengolahan hasil.
Pembuatan tepung pisang diperlukan untuk mengantisipasi
berlimpahnya buah pisang yang memiliki harga rendah sebagai upaya menambah harga jual pisang. Pengolahan lanjut tepung pisang menjadi kue tempani memiliki harapan yang cukup bagus, hal ini disebabkan karena adanya peningkatan permintaan ketika lebaran dan kue tempani pisang belum begitu dikenal karena umumnya kue tempani terbuat dari tepung kacang ijo. 5. Fungsi Industri Pengolahan Hasil Keberadaan industri pengolahan hasil sangat tergantung pada sub sistem yang lain seperti sub-sistem saprodi, pemasaran dan jasa angkutan. Adanya industri pengolahan hasil ini secara tidak langsung akan menggerakkan sub sistem yang terkait. Industri pengolahan pisang mempunyai peran dalam penyediaan lapangan kerja dan sebagai sumber pendapatan masyarakat maupun wilayah. Tenaga kerja yang terserap mulai dari petani, ibu rumah tangga, pedagang makanan dan kios makanan.
31
6. Respon Pemerintah Daerah Departemen Kesehatan Kabupaten Lombok Timur memberikan kontribusi terhadap industri kecil ini dengan memantau perkembangan industri pengolahan dari aspek kesehatan dengan memberikan no DEPKES yaitu nomor 214520301032 untuk produk dodol pisang, nomor 214520302032 untuk tempani pisang dan nomor 214520303032 untuk kripik pisang. Telah beredarnya pemasaran kripik pisang hingga ke Lombok barat berdampak pada perhatian Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan) dengan memanggil salah satu anggota KWT Beriuk Tinjal untuk dilatih dalam pelatihan ‘Food Safety’ di Mataram. C. Karakteristik Desa Lendang Nangka 1. Wilayah Geografis Desa Lendang Nangka masuk dalam kecamatan Masbagik dengan batas- batas sebagai berikut : Di sebelah utara berbatasan dengan
: Desa Jurit
Di sebelah barat berbatasan dengan
: Desa Jurit
Di sebelah selatan berbatasan dengan
: Desa Danger
Di sebelah timur berbatasan dengan
: Dasan Danger/Kotaraja
Merupakan salah satu desa yang berdekatan dengan lokasi produksi nanas dan nangka yang pada saat-saat tertentu buah-buahan tersebut berlimpah. Berdasarkan data di kelurahan desa setempat penduduk berjenis kelamin wanita berjumlah 2861 jiwa dan kaum laki-laki dengan jumlah 1481 jiwa. Penduduk yang mengenyam pendidikan hingga SD 3567 orang, SMP 1455 orang, SMA 1044 orang dan Perguruan Tinggi 191 0rang. Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor desa setempat tenaga kerja laki –laki dominan berprofesi sebagai tani sebanyak 2175 orang, sebagai buruh 1000 orang, wiraswasta 694 orang dan pegawai 78 orang. Tenaga kerja wanita banyak menjadi tani sebanyak 1000 orang, buruh 335 orang, wiraswasta 100 orang dan pegawai 66 orang. 2. Karakteristik Kelompok Wanita Tani Di desa tersebut terdapat 1 kelompok wanita tani yang tetap menekuni bidang pengolahan makanan sejak tahun 1997. Sedangkan kelompok wanita tani lain timbul tenggelam.
Kelompok tersebut adalah kelompok Wanita Tani “Pade Girang” yang
dipimpin oleh Ibu Malsum. Kelompok ini membuat kue keong berbahan baku beras yang telah dipasarkan di swalayan-swalayan tertentu di Lombok Timur dan Lombok barat.
32
Produk yang hanya satu jenis yaitu kue base mengakibatkan masih banyak waktu longgar yang belum dimanfaatkan secara optimal oleh wanita tani. 3. Introduksi Teknologi a) Pembuatan Dodol Nanas Upaya meningkatkan nilai tambah dan harga jual buah nanas ketika panen raya dengan mengolah lebih lanjut buah tersebut menjadi produk olahan. Mengingat buah nanas selalu tersedia sepanjang tahun dan kebutuhan bahan baku nanas mudah didapat di desa Lendang Nangka sehingga kegiatan ini diarahkan untuk mengolah buah nanas menjadi dodol nanas mulai dari produksi, pengemasan hingga promosi dan pemasaran. Produksi dodol nanas dimulai sejak bulan Juni 2006.
Produksi dodol nanas
berfluktuasi naik turun dan dalam jumlah yang belum menentu. Hal ini disebabkan karena masih dalam tahap promosi dan uji coba, sehingga pembuatan masih berdasarkan pesanan toko. Anggota Kelompok wanita tani kebanyakan remaja dan ibu- ibu muda yang belum begitu terdesak oleh kebutuhan sehingga mereka kurang berani berspekulasi untuk membuat dodol nanas dalam skala besar.
Pada bulan
Oktober - November produksi sangat rendah karena pada saat tersebut bulan puasa dan lebaran. Masyarakat belum terbiasa dengan camilan dodol nanas di bulan puasa dan lebaran. Pada bulan - bulan tersebut umumnya masyarakat telah membuat camilan sendiri sehingga permintaan konsumen menurun. Pada bulan Desember permintaan mulai meningkat, karena dodol nanas telah mulai dikenal. Promosi telah dilakukan di kantor instansi pemerintah seperti kantor Kehutanan, Bawasda,
Dinas pertanian
wilayah Lombok Timur dan swalayan-swalayan di Lombok timur dan Lombok Barat, bahkan dodol nanas tersebut telah menjadi langganan tetap Bupati Lombok Timur. Dodol nanas telah dipesan untuk oleh-oleh ke Jawa, Irian jaya dan Sulawesi namun masih dalam skala kecil. Laju produksi dodol nanas di desa Lendang Nangka disajikan dalam. Gambar 3.
33
350
Produksi (mika)
300 250 200
y 150 100 50
de s
no v
ok to
se pt
ag us t
ju li
ju ni
0
Gambar 3. Laju produksi dodol nanas di desa Lendang nangka Analisa kelayakan pembuatan dodol nanas disajikan dalan Tabel 14. Tabel 13. Analisa Kelayakan Pembuatan Dodol Nanas di Desa Lendang Nangka Uraian Biaya tetap/ Penyusutan alat Pisau Bak Alu Wajan Pengaduk dodol Nampan Kompor Total Biaya Variabel Bahan Nanas Gula Margarin Plastik pengemas Mika Logo Minyak tanah
Satuan
Volume
Harga sat (Rp)
nilai (Rp)
Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah
2 1 1 1 2 4 1
833 625 625 1458 1667 1667 2500
1666 625 625 1458 3334 6668 2500 16876
karung Kg Ons Meter Buah Lembar Liter
4 20 8 36 180 60 60
10000 6000 1000 2000 100 150 2500
40000 120000 8000 72000 18000 9000 150000
10000 10000 10000
20000 20000 50000 507000 523876 1011 720000 196124 0.374371
Tenaga kerja Mengupas HOK 2 Mengaduk HOK 2 Pengemasan HOK 5 Total Biaya Variabel Total Biaya di luar bunga (Biaya tetap + Biaya Variabel) Bunga modal (1% per bulan dari biaya tunai) Mika 180 Produksi Pendapatan B/C
4000
Sumber : Data primer diolah, 2006
Berdasarkan hasil analisa kelayakan, usaha pembuatan dodol nanas menguntungkan dan dapat memberikan tambahan pendapatan setiap Bulan Rp. 196.124,-, dengan nilai B/C ratio sebesar 0,37. Dengan modal Rp.507.000,- mereka mendapat keuntungan Rp. 196.124,-. Hal ini berarti dalam tempo 2 bulan setengah 34
mereka telah dapat mengembalikan modal. Pendapatan ini masih tergolong rendah, namun para anggota sudah cukup senang karena remaja-remaja putri sekarang telah memiliki kesibukan baru membuat dan membungkus dodol nanas.
Peningkatan
pendapatan masih dapat dilakukan dengan memperbesar volume produksi. Dari usaha ini KWT Pade girang telah memiliki tabungan sebesar Rp. 700.000,-. b) Pembuatan Dodol Nangka Surplus buah nangka terjadi pada bulan November - Desember.
Hal ini
mengakibatkan jumlah produksi dodol nangka masih sangat sedikit. Total produksi dari bulan November hingga Desember adalah 55 mika, hal ini menyebabkan wanita tani belum merasakan dampak yang besar terhadap peningkatan pendapatan rumah tangganya. 4. Tanggapan Atau Respon Petani Terhadap Teknologi Pembuatan Dodol Nanas Pada Tabel berikut disajikan respon Kelompok Wanita Tani terhadap kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Hasil Spesifik Lokasi di desa Lendang Nangka dan data pendukung lainnya. Tabel 14. Parameter Respon Wanita Tani Terhadap Teknologi Pembuatan Dodol Nanas dan Dodol Nangka pada Kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Hasil Komoditas Spesifik Lokasi di Desa Labuhan Pandan, tahun 2006 No
Pernyataan Pembuatan Dodol Nanas 1 Mudah dilakukan 2 Dapat menyerap tenaga kerja 3 Bahan baku tersedia 4 Menggunakan alat sederhana 5 Sulit dan merepotkan 6 Tidak membutuhkan modal yang besar 7 Pasar tersedia 8 Menguntungkan 9 Tidak bertentangan dengan kebiasaan masyarakat 10 Dapat dilakukan dalam skala rumah tangga 11 Dapat meningkatkan pendapatan Pembuatan Dodol Nangka 1 Mudah dilakukan 2 Dapat menyerap tenaga kerja 3 Bahan baku tersedia 4 Menggunakan alat sederhana 5 Sulit dan merepotkan 6 Tidak membutuhkan modal yang besar 7 Pasar tersedia 8 Menguntungkan 9 Tidak bertentangan dengan kebiasaan masyarakat 10 Dapat dilakukan dalam skala rumah tangga 11 Dapat meningkatkan pendapatan Sumber : Data primer diolah, 2006
Ya (%)
Tidak (%)
80 100 100 100 80 100 100 100 100 100 100
20 20 -
80 100 100 100 80 100 100 100 100 100 100
20 20 -
35
Pembuatan dodol nanas menurut para wanita tani membutuhkan keuletan dan kesabaran, sehingga bagi mereka yang tidak sabar dan ulet beranggapan bahwa membuat dodol nanas sulit dan merepotkan. Rata-rata para anggota Kelompok wanita Tani Pade Girang sabar dan ulet dalam membuat dodol nanas. Hal ini dapat dilihat pada produk mereka yang tahan hingga 3 bulan. Titik kritis pembuatan dodol nanas adalah pada pengadukan di atas wajan dan pengemasan. Pengadukan yang merata akan menyebabkan distribusi panas merata yang berdampak pada penguapan air bahan dan pematangan semua bahan dapat merata sehingga mendukung pengawetan produknya. Pengemasan dilakukan bila dodol benar-benar telah dingin dan kering dari penjemuran.
Dodol yang kering
memiliki kadar air yang rendah. Kadar air yang rendah berdampak pada menurunnya Aw makanan.
Aw yang rendah tidak cocok untuk pertumbuhan bakteri dan jamur-jamur
tertentu. Hal ini mendukung daya simpan produk makanan. Dari 100% responden mengungkapkan bahwa pembuatan dodol nanas dapat meningkatkan pendapatan. Kondisi demikian diadop oleh kelompok Wanita tani desa tetangga yaitu desa Kembang Kuning yang memproduksi pisang menjadi dodol pisang. Pembuatan dodol pisang tidak berbeda jauh dengan pembuatan dodol nanas. Pada tahun 2005 Desa Kembang kuning telah mendapatkan pelatihan tentang pembuatan dodol pisang oleh BPTP pada acara ‘Pelatihan Peningkatan Ketrampilan Wanita Tani” yang difasilitasi oleh Komite Investasi Desa setempat. Berdasarkan Tabel di bawah terlihat bahwa sebelumnya wanita tani telah mendapatkan pengetahuan pembuatan dodol nanas dari Universitas Mataram. Namun metode pembuatan yang diajarkan olen Universitas mataran dan BPTP berbeda. Menurut pendapat mereka pembuatan dodol nanas dengan metode yang diajarkan oleh BPTP lebih sederhana dan mudah dipraktekan.
Hal ini memacu mereka untuk mencoba
memproduksinya dalam skala rumah tangga. Bahkan laporan terakhir yang kami terima mereka cukup kewalahan dalam memenuhi pesanan. Hal ini disebabkan plastik yang tidak lengket untuk dodol yang baru matang hanya tersedia di pulau Jawa sedangkan di pulau Lombok belum tersedia, sehingga wanita tani harus menunggu datangnya plastik. Hal ini dapat diperbaiki dengan mengganti jenis plastik dengan plastik yang tersedia di pulau Lombok atau dengan pengemas jenis lain serta memperbaiki manajemen perencanaan produksi.
36
Tabel 15. Parameter Pengalaman/Pengetahuan Wanita Tani pada Kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Hasil Komoditas Spesifik lokasi di Desa Lendang Nangka, tahun 2006 No
Pernyataan Pengalaman/Pengetahuan Pembuatan Dodol Nanas 1. Wanita tani pernah mencoba pembuatan dodol nanas sebelumnya 2. Wanita tani pernah mengikuti pelatihan pembuatan dodol nanas sebelumnya 3. Wanita tani pernah bertanya tentang pembuatan dodol nanas pada sesama atau tetangga 4. Pengetahuan pembuatan dodol nanas diperoleh melalui praktek ibu PKK 5. Pengetahuan pembuatan dodol nanas diperoleh dari orang tua 6. Pengetahuan pembuatan dodol nanas diperoleh dengan belajar sendiri melalui media cetak dan elektronik 7. Pengetahuan pembuatan dodol nanas diperoleh dengan belajar pada kelompok atau individu yang berpengalaman melakukan pengolahan hasil 8. Pengetahuan pembuatan dodol nanas diperoleh dari PPL Pengalaman/Pengetahuan Pembuatan Dodol Nangka 1. Wanita tani pernah mencoba pembuatan dodol nangka sebelumnya 2. Wanita tani pernah mengikuti pelatihan pembuatan dodol nangka sebelumnya 3. Wanita tani pernah bertanya tentang pembuatan dodol nanas pada sesama atau tetangga 4. Pengetahuan pembuatan dodol nanas diperoleh melalui praktek ibu PKK 5. Pengetahuan pembuatan dodol nanas diperoleh dari orang tua 6. Pengetahuan pembuatan dodol nanas diperoleh dengan belajar sendiri melalui media cetak dan elektronik 7. Pengetahuan pembuatan dodol nanas diperoleh dengan belajar pada kelompok atau individu yang berpengalaman melakukan pengolahan hasil 8. Pengetahuan pembuatan dodol nanas diperoleh dari PPL Sumber : Data primer diolah, 2006
Ya (%)
Tidak (%)
80 100
20 -
40
60
-
100
-
100 100
10
90
-
90
80 100
20 -
40
60
-
100
-
100 100
10
90
10
90
5. Fungsi Industri Pengolahan Hasil Keberadaan industri pengolahan hasil nanas dan nangka skala rumah tangga di desa Lendang Nangka telah menyerap tenaga kerja ibu-ibu dan remaja putri.
Keberadaan
industri ini sedikit merubah pola pikir mereka yang berkemauan kuat menjadi TKW ke luar negeri dengan tetap tinggal di desa dan memproduksi olahan makanan.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan •
Ketrampilan dan pengetahuan wanita tani tentang olahan hasil yang berupa: pengolahan singkong secara terpadu, pembuatan kripik pisang, dodol pisang, tepung pisang, dodol nanas dan dodol nangka bertambah dengan adanya kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Hasil Komoditas spesifik Lokasi di desa masing-masing.
37
•
Teknologi Pengolahan hasil singkong secara terpadu, pembuatan kripik pisang, dan dodol nanas menurut respon wanita tani menguntungkan dan dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga petani. Bahkan para wanita tani kooperator pembuat kripik singkong, kripik pisang, tepung pisang merasakan bahwa kegiatan tersebut dapat memenuhi kebutuhan harian mereka.
•
Keberadaan industri pengolahan hasil kripik singkong, kripik pisang dan dodol nanas mempunyai peran dalam penyediaan lapangan kerja dan sebagai sumber pendapatan masyarakat maupun wilayah sekitarnya. Tenaga kerja yang terserap mulai dari petani penghasil bahan baku, ibu-ibu rumah tangga dan remaja putri, pedagang makanan dan kios makanan.
Saran •
Perlu adanya manajemen mutu untuk mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan.
•
Perlu peningkatan produksi, promosi serta jangkauan pemasaran masing-masing produk olahan.
•
Perlunya pengkuatan kelembagaan pendukung produksi sehingga produsen produkproduk olahan tidak kesulitan bahan baku dan pemasaran hasil.
•
Perlunya teknologi baru untuk memecahkan masalah yang baru muncul seperti naiknya harga kayu dan minyak goreng
•
Perlunya pemanfaatan kulit singkong sebagai campuran pakan ternak.
V. PERKIRAAN DAMPAK HASIL KEGIATAN Dampak •
Pengambil kebijakan memasukkan teknologi dalam konsep pengembangan daerah.
•
Tumbuh dan berkembangnya industri pengolahan hasil skala rumah tangga.
•
Adanya lapangan kerja baru di pedesaan
38
DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 2000. Model Usaha Pertanian Terpadu Untuk meningkatkan Ketahanan Pangan dan Pendapatan Petani. Badan Urusan Ketahanan Pangan. Departemen Pertanian Astawan, M dan M. Wahyuni, 1991. Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna. Akademica Pressindo. Jakarta Azis, M. A. 1983. Tenaga Kerja dalam Pengembangan Agroindustri. Bangkit.. Jakarta. Belitz, H. D. dan W. Grosch. 1986. Food Chemistry. Springer Verlag Berlin Heidelberg. BPS, 2004. Nusa Tenggara Barat dalam Angka. Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat. BPS, 2004. Statistik Harga Produsen dan Nilai Tukar Petani Propinsi Nusa Tenggara Barat. Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat. Buckle, K. A. Edwards, R. A. Fleet, G. H. And Wooton, M. 1978. Food Science. Wotson Ferguson. Co. Bristone. Eskin, N.A. M. 1990. Biochemistry of Food. Second Edition. Academic Press. New York. Friedman, M. 1996. Food Browning and Its Prevention:an Overview .J. Agric Food Chem. 44(3):631-653 Foote, C. S. 1985. Chemistry of Reactive Oxygen Species, Chemical Changes in Food During Processing, Ed. Thomas AVI Publishing, C. New York. Hardiman, 1982. Tepung Pisang. Gajah Mada University Press. Yogyakarta Muljohardjo, M. 1984. Nanas dan Teknologi Pengolahannya (Ananas Comosus (L) MERR). Penerbit Liberty Yogyakarta. Saptarini N, Diah P, dan Endang P. 1990. Mengenal Buah Unggul Indonesia. Penebar Swadaya. Susanto dan Saneto, 1994. Surabaya.
Teknologi Pengolahan hasil Pertanian.
PT. Bina Ilmu.
Syarief, R. dan A. Irawati.1988. Pengetahuan Pangan untuk Industri Pertanian. Meltan Putra Jakarta. Tajidan, Rosmilawati, dan Sri Supartiningsih, 1998. Profil Agroindustri Pisang Di Kabupaten Lombok Barat . AGROTEKSOS. Majalah Ilmiah Pertanian. Vol. 10. No. 1. Fakultas Pertanian UNRAM. Mataram Winarno, F. G dan B. S. L. Jenie, 1982. Kerusakan bahan Pangan dan Cara Pencegahan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan. Institut Pertanian Bogor
39
Lampiran 1. Foto Kegiatan Gelar Pengolahan Singkong Terpadu di desa Padamara Potongan-potongan kecil singkong yang tidak dapat masuk ke alat perajang singkong
Kue satelit, lentho, enyek-enyek, dan kroket singkong
Limbah
Singkong yang telah dirajang
Perendaman singkong dalam bak menghasilkan tepung kanji
Tepung kanji digunakan untuk campuran pembuatan krupuk terigu
Penggorengan singkong (Pemberian margarin pada minyak goreng untuk meningkatkan cita rasa kripik singkong dan perbaikan penggunaan minyak) 40
Singkong disimpan dalam karung plastik sebelum dikemas, penggantian plastik karung dengan plastik yang memiliki pori yang lebih kecil.
Tukang ojek sebagai pelaku pemasaran
Penggantian penggunaan pengemas dengan ketebalan 0,5 mm. Pengemas diberi label ijin DEPKES dan disablon
Kripik singkong yang telah dikemas siap dipasarkan
41
Lampiran 2.
Foto Kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Pisang di Desa Labuhan Pandan Sambelia 1. Foto Kegiatan Pembuatan Kripik Pisang
Tumpukan pisang yang siap diolah
Proses pengupasan pisang.
Kripik pisang yang telah digoreng
Perendaman dalam air sirih, pencucian, pengirisan dan perendaman dalam air bumbu
Proses penggorengan
Kripik pisang yang telah dikemas dalam kemasan bal dan siap dipasarkan
42
2. Foto Kegiatan Pembuatan Dodol Pisang
Penghalusan pisang
Pisang yang telah dihancurkan dimasukkan ke dalam wajan
Pengemasan dodol setelah dikeringkan
Pengadukan adonan pisang di atas wajan
Dodol pisang yang telah dikemas
43
3. Gambar Foto Kegiatan Pembuatan Tepung Pisang
Pisang yang telah dikukus selanjutnya dikupas
Penjemuran parutan pisang
Parutan pisang ditumbuk setelah itu tepung pisang diayak
Adonan dicetak selanjutnya dijemur, kue tempani siap dikemas
Selajutnya pisang diparut
Parutan pisang yang siap dijemur
Tepung pisang dicampur dengan gula, garam dan air selanjutnya diuleni
kue tempani siap dipasarkan
44
Lampiran 3. Foto Kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Nanas dan Nangka di Desa Lendang Nangka 1. Foto Kegiatan Pembuatan Dodol Nanas
Nanas segar yang siap diolah
Pengadukan adonan nanas
Pengupasan nanas
Penghancuran nanas dengan pemarutan
Dodol nanas yang telah dikemas dan siap dipasarkan
45
1. Foto Kegiatan Pembuatan Dodol Nangka
Pemisahan nangka dari dami dan biji
Nangka dihaluskan dengan bantuan gelas
g
Adonan nangka yang telah matang didinginkan di atas nare, setelah itu dijemur dan siap dikemas
Pengadukan adonan nangka
46
Lampiran 4. Daftar Lokasi Pemasaran Produk Pengolahan Hasil Pertanian 1. Nama Desa Lokasi Pemasaran Kripik Singkong Padamara Nama Desa • Paok Pampang • Selekong • Aik Anyar • Sukamulia • Pancor • Kelayu • Penede • Jantuk • Sikur • Terare • Kotaraja • Kesik
Nama Desa • Sakra • Dengger • Moyot • Tangi • Lepak • Sakre • Suangi • Paok Montong • Suredadi • Jenggik • Rumbuk
2. Nama Kantin/Kios Lokasi Pemasaran Kripik Pisang Labuhan Pandan Nama Kantin/ Kios • Kantin BPTP NTB • Kantin BPSB • Kios Amaq Nasri • Kios amaq Serah • Kios Inaq Bus • • • • • •
Pasar Sweta Pasar Mayura SMP 1 SMA 1 SMP 2 SMA 1
• • •
SMP 1 SMP 7 Pasar Labuhan Lombok
•
Gili
Lokasi Narmada (Lombok Barat) Narmada (Lombok Barat) Gubug baru (Lombok Barat) Gubug baru (Lombok Barat) Tanak Tepong (Lombok Barat) Sweta (Lombok Barat) Mayura (Lombok Barat) Narmada (Lombok Barat) Narmada (Lombok Barat) Lingsar (Lombok Barat) Lingsar Narmada (Lombok Barat) Labuh api (Lombok Barat) Sambelia (Lombok Timur) Labuhan Lombok (Lombok Timur) Sambelia (Lombok Timur)
3. Nama Toko/Swalayan Lokasi Pemasaran Dodol Nanas Lendang Nangka • • • •
Nama Toko/Swalayan Toko Sinar Bahagia Toko Hero Toko Lusi Swalayan Ruby
Lokasi Masbagik (Lombok Timur) Masbagik (Lombok Timur) Masbagik (Lombok Timur) Mataram (Lombok Barat)
47
Lampiran 5. Daftar Anggota Kelompok Wanita Tani di Tiga Desa 4. Daftar Anggota Kelompok Wanita Tani “Hidayah” Di Desa Padamara Kecamatan Suka Mulia, tahun 2006 Nama Bq Timuryana Bq Rahmayanti Bq Dewi Suprabe Bq Aisyah umyum Bq Herlin Septiana Bq Zaepah Bq Hindun Bq Nurlaili Bq Asroyana Inaq Anjas Inaq Ayuni Inaq Nila Bq Mariani Bq Satriah Saniah
Jabatan Ketua Bendahara Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
: : : : : : : : : : : : : : :
5. Daftar Anggota Kelompok Wanita Tani “Beriuk Tinjal” Di Desa Labuhan Pandan Sambelia, tahun 2006 Nama Ibu Nana Ibu Roni Ibu Nano Ibu Nah Ibu Budi Ibu Rin Ibu Siti Ibu Ayu Ibu Endang Ibu Dian Ibu Heni Ibu Tri Ibu Ratna Ibu Iluh
: : : : : : : : : : : : : :
Jabatan Ketua Bendahara Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
6. Daftar Anggota Kelompok Wanita Tani “Pade Girang” Di Desa Lendang Nangka Masbagik, tahun 2006 Nama Malsum Farhi Bq laili Haeriyah Rehanah Naah Hasanah Murniati Muliani Sulhiyah Bq Sukma Lastari
: : : : : : : : : : : :
Jabatan Ketua Bendahara Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
48