LAPORAN AKHIR
GELAR PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN MENDUKUNG KEGIATAN P4MI DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR
Oleh Ulyatu Fitrotin Awaludi Hipi Bq Tri Ratna Erawati Kunto Kumoro Arif Surahman Nurul Agustini Mekar Dwi Haeriyah
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN NUSA TENGGARA BARAT BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2007
i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR 1.
Judul Kegiatan
: Gelar Teknologi Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian Mendukung Kegiatan P4MI di Lombok Timur
2.
Unit Kerja
: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB
3.
Alamat
: Jl Raya peninjauan Narmada
4.
Penanggung jwb a. Nama
: Ulyatu Fitrotin
b. Pangkat/Gol
: Penata Muda Tk I/ III b
c. Jabatan c.1.Fungsional
: Peneliti Pertama
5.
Lokasi Kegiatan
: Padamara dan Lendang Nangka
6.
Status kegiatan
: Baru
7.
Tahun dimulai
: 2007
8.
Tahun Ke
: 1
Biaya Kegiatan TA 2006
: Rp. 75.764.000,-
9.
Sumber dana
: Satker Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa
Tenggara Barat.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian TA. 2007
Mengetahui, Kepala BPTP NTB
Penanggung Jawab Kegiatan,
Dr. Ir. H. Dwi Praptomo, MS NIP. 080 065 973
Ulyatu Fitrotin, SP. MP. NIP. 080 134 818
ii
KATA PENGANTAR Puji Syukur ke Hadirat Robbul Izzah atas segala Limpahan Rahmat dan karunianya,
sehingga
laporan
”Gelar
Teknologi
Pengolahan
Hasil
Pertanian
Mendukung Kegiatan P4MI” di Kabupaten Lombok Timur dapat terselesaikan. Laporan ini disusun sebagai salah satu pertanggung jawaban kepada Proyek Poor Farmer-NTB TA. 2007. Disampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada kelompok fungsional dan staf administrasi BPTP-NTB, instansi terkait (Dinas Kesehatan Lombok Timur, Dinas Pertanian Lombok Timur, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Lombok Timur), Kepala Desa Padamara, dan Kepala Desa Lendang Nangka serta semua pihak yang telah memberikan saran dan masukan dalam perencanaam maupun pelaksanaan hingga tersusunnya laporan ini. Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, namun demikian semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pengguna.
Mengetahui, Kepala BPTP NTB
Dr. Ir. H. Dwi Praptomo, MS NIP. 080 065 973
iii
DAFTAR ISI Hal LEMBAR PENGESAHAN
.........................................................................
ii
KATA PENGANTAR
.........................................................................
iii
DAFTAR ISI
.........................................................................
iv
DAFTAR TABEL
.........................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN
.........................................................................
vi
RINGKASAN
.........................................................................
vii
1.1. Latar Belakang
.........................................................................
1
1.2. Dasar Pertimbangan
.........................................................................
2
1.3. Tujuan Kegiatan
.........................................................................
2
1.4. Keluaran
.........................................................................
3
I. PENDAHULUAN
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak
...................................................
3
II. MATERI DAN METODOLOGI
.............................................................
4
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
.............................................................
11
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
.............................................................
21
.........................................................................
22
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR TABEL Hal Tabel 1. Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
Data Primer Kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian......................................................................................... Analisa Kelayakan Pembuatan Dodol Nanas pada Tahun 2006 dan Tahun 2007........................................................……................
12
Daftar Perkembangan Lokasi Pemasaran dan Volume Permintaan Dodol Nanas.................................................................
14
Parameter Respon Wanita Tani terhadap Teknologi Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian yang digelar di Desa Lendang Nangka………………………………………………………
14
Parameter Respon Wanita Tani terhadap Teknologi Manajemen Produksi dan Segmentasi Pasar Kegiatan Gelar Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian Mendukung Kegiatan P4MI di Desa Lendang Nangka, Tahun 2007…………………….…………………
15
Analisis Parsial Perubahan Teknologi Penggunaan Jenis Bahan Bakar…….......................................................................................
18
Perbedaan Jenis Bahan Bakar terhadap Biaya dan Keuntungan Pengolahan Kripik Singkong per Bulan di Desa Padamara Kabupaten Lombok Timur, Tahun 2007..........................................
18
Hasil Uji Organoleptik Kripik Singkong dengan Perbedaan Jenis Bahan Bakar di Kelompok Wanita Tani Hidayah di desa Padamara Lombok Timur, 2007...................................................
19
Parameter Respon Wanita Tani terhadap Teknologi yang digelar pada kegiatan Gelar Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian Mendukung Kegiatan P4MI yang digelar di Desa Padamara, Tahun 2007...............................................................
20
9
v
DAFTAR LAMPIRAN Hal Lampiran 1.
Lampiran 2.
P
Gambar 1 Aktivitas Pengemasan Dodol Nanas di Desa Lendang Nangka.....................................................................
23
Gambar 2 Beberapa Lokasi Pemasaran Dodol Nanas di Supermarket di Pulau Lombok...............................................
23
Gambar 3 Kegiatan Pelatihan Pembuatan Tepung Singkong di Desa Padamara……………...............................................
24
Gambar 4 Pembuatan Slondok Berbahan Baku Hasil Samping dari Pembuatan Tepung Singkong di Desa Padamara...............................................................................
24
Gambar 5 Pembuatan Kompor Berbahan Baku Limbah Gergaji di Desa Padamara.....................................................
25
vi
RINGKASAN Rendahnya harga jual hasil pertanian ketika musim panen dan banyaknya wanita yang bekerja sebagai ibu rumah tangga di kabupaten Lombok Timur merupakan peluang untuk mengembangkan agroindustri pengolahan hasil (skala rumah tangga) dalam upaya meningkatkan nilai tambah produk dan menambah pendapatan keluarga petani. Keterbatasan modal, bahan pendukung dan sumber daya manusia yang ada memungkinkan industri pengolahan hasil yang telah ada timbul tenggelam. Apalagi bila tidak didukung dengan ketersediaan bahan baku, perencanaan produksi yang tepat dan upaya perluasan pemasaran. Melalui Gelar Teknologi Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian diharapkan petani dan pelaku usaha pengolahan dapat menilai keunggulan teknologi yang digelar. Kegiatan ini diharapkan dapat diterapkan di petani dan berkembangnya usaha agribisnis pengolahan hasil sehingga dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Gelar dilaksanakan di desa Lendang Nangka kecamatan Masbagik dan desa Padamara kecamatan Suka Mulia mulai Januari 2007 hingga Desember 2007. Gelar teknologi ini melibatkan wanita tani secara partisipatif mulai dari perencanaan sampai akhir kegiatan. Teknologi yang diterapkan meliputi: teknologi pengemasan dodol nanas, manjemen produksi, perluasan pasar, pembuatan tepung singkong, makanan olahan berbahan baku hasil samping yang dihasilkan dari pembuatan tepung singkong dan pemanfaatan limbah penggergajian kayu sebagai pendukung bahan bakar Hasil dari kegiatan ini adalah sebagai berikut: Pembuatan dodol nanas skala rumah tangga di desa Lendang Nangka mengalami beberapa kemajuan antara lain: (1) Penerapan manajemen produksi berdampak pada peningkatan ketrampilan wanita tani dalam memperkirakan volume produksi dodol nanas yang akan dibuat dengan permintaan pasar. Hal ini berpengaruh pada penurunan produk yang dikembalikan akibat melebihi masa kadaluarsa. (2) Wanita tani telah dapat mengamati daya simpan produk yang dibuat sehingga pada pengemasan telah tercantum tanggal kadaluarsa. (3) Peningkatan pendapatan yang diperoleh setiap bulannya sebesar Rp. 1.098.000,dari tahun sebelumnya yang hanya Rp.301.124,-. Peningkatan ini diduga karena pengemasan dodol nanas dibagi dalam kelas konsumen. Segmentasi pasar tersebut berdampak pada penerimaan produk tidak hanya di kios kecil namun telah berkembang di supermarket yang ada di Pulau Lombok. (4) Perluasan jangkauan pemasaran berdampak pada peningkatan jumlah toko dan supermarket yang mau memasarkan dodol nanas yang telah dibuat dan volume permintaannya. Supermarketsupermarket tersebut adalah Sinar Bahagia (Lombok Timur), Grand Hero (Lombok Timur), Lusi (Lombok Timur), Papilon Pancor (Lombok Timur), Papilon Terara (Lombok Timur), Cempaka (Lombok Timur), kios-kios yang berada di Lombok Timur dan Lombok Tengah, Ruby (Lombok Barat), dan Hero Mataram Mall (Lombok Barat). Kedepannya disarankan agar KWT Pade Girang di desa Lendang Nangka memproduksi dodol nanas aneka rasa seperti rasa cengkeh, jahe, wijen dan lain sebagainya serta diversifikasi produk berbahan baku nanas seperti manisan nanas, sirup nanas atau kripik nanas untuk mengatasi kebosanan konsumen dodol nanas. Hasil yang telah dicapai di desa Padamara adalah sebagai berikut: Pemanfaatan limbah gergaji sebagai pendukung kebutuhan kayu bakar industri pengolahan kripik singkong skala rumah tangga berdampak pada distribusi panas yang merata pada tungku sehingga menghemat penggunaan minyak goreng sebesar 10 %. Biaya penggunaan bahan bakar dapat ditekan hingga 46%. Hal ini berdampak pada peningkatan nilai B/C ratio dari 0,15 menjadi 0,25 atau 10%. Penggunaan limbah penggergajian kayu sebagai bahan bakar menghasilkan tambahan keuntungan sebesar Rp. 422.333,- per bulan. Angka marginal B/C dari perubahan tersebut sebesar 4,15. Rasio ini menunjukkan bahwa tiap Rp. 1,00 tambahan biaya yang dikeluarkan akibat penggantian jenis bahan bakar menyebabkan diperolehnya tambahan penerimaan sebesar Rp. 4,15 (lebih dari 4 kali tambahan biaya). Hal ini
vii
berarti bahwa perubahan penggunaan jenis bahan bakar sangat layak untuk dilakukan. Namun sekarang harga minyak goreng di Desa Padamara telah mencapai harga Rp. 11.000,- per kg, peningkatan harga tersebut sangat menurunkan tingkat keuntungan yang diperoleh produsen yang berdampak pada berhentinya usaha tersebut untuk sementara sambil menunggu turunnya harga minyak goreng. Untuk mengatasi kekosongan produksi wanita tani mencoba mengembangkan pembuatan tepung singkong dan “slondok” olahan hasil samping yang dihasilkan dari pembuatan tepung singkong yang telah diajarkan sebelumnya. Kata kunci : dodol nanas, pengemasan, tepung singkong, tungku berbahan baku limbah gergaji, nilai tambah, wanita tani, pendapatan, rumah tangga, petani miskin
viii
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendekatan pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis, dengan memperkokoh kekuatan industri dan pertanian seiring dengan pembangunan bidang lainnya serta berporos kepada upaya peningkatan kualitas Sumber Daya
Manusia
(SDM) diharapkan mampu memperbesar nilai ekonomi sektor pertanian (Kasryno et al., 1993) Peningkatan
produktivitas
belum
menjamin
terjadinya
peningkatan
kesejahteraan petani, selama petani hanya mampu menjual hasil panennya dalam bentuk bahan mentah. Daya simpan yang terbatas, mudah rusak, nilai tambah yang rendah dan konsistensi mutu yang sulit dijamin merupakan beberapa kelemahan pemasaran hasil dalam bentuk bahan mentah. Rendahnya harga jual hasil pertanian ketika musim panen dan banyaknya wanita yang bekerja sebagai ibu rumah tangga di kabupaten Lombok Timur merupakan peluang untuk mengembangkan agroindustri pengolahan hasil (skala rumah tangga) dalam upaya meningkatkan nilai tambah produk dan menambah pendapatan keluarga petani. Keterbatasan modal, bahan pendukung dan sumber daya manusia yang ada memungkinkan industri pengolahan hasil yang telah ada timbul tenggelam. Apalagi bila tidak didukung dengan ketersediaan bahan baku, perencanaan produksi yang tepat dan upaya perluasan pemasaran. Industri pembuatan kripik singkong skala rumah tangga di desa Padamara menemui beberapa kendala dalam pengembangannya seperti peningkatan harga kayu bakar dan minyak goreng.
Peningkatan harga bahan baku pendukung industri
tersebut berdampak pada penurunan tingkat keuntungan yang diperoleh. Dalam 1 bulan dibutuhkan sekitar 120 ikat kayu sebagai bahan bakar. Harga per ikat Rp. 4000,hingga Rp.5000,-. Pangsa biaya pembelian bahan bakar ini mencapai kurang lebih 10% dari total produksi (Hastuti, 2006). Hal ini menyebabkan perlunya bahan bakar lain pendukung kayu bakar untuk menekan biaya. Lokasi produksi berdekatan dengan usaha penggergajian kayu. Hampir setiap hari dihasilkan berpuluh kilo serbuk kayu. Kondisi seperti ini mendorong dimanfaatkannya serbuk kayu sebagai bahan bakar pendukung kayu bakar untuk menekan biaya produksi.
1
Harga minyak goreng per kg Rp. 5000,- di awal produksi, saat ini harga minyak goreng
mencapai
Rp.11.000,-
per
kg.
Peningkatan
harga
minyak
goreng
menyebabkan penurunan keuntungan yang diperoleh. Hal itu menyebabkan perlunya diversifikasi produk olahan singkong selain kripik singkong yang tidak tergantung pada minyak goreng sebagai upaya peningkatan nilai tambah singkong serta agar industri tersebut masih dapat bertahan. Dodol nanas yang dihasilkan oleh KWT ”Pade Girang” di Desa Lendang Nangka memerlukan perbaikan pengemasan untuk memperluas jangkauan pemasaran, sehingga dodol yang dihasilkan dapat dinikmati oleh berbagai kelas ekonomi. Disamping itu perlu adanya perbaikan manajemen produksi seperti perencanaan produksi yang tepat, higinitas, pengamatan daya simpan sehingga dalam kemasan tercantum tanggal kadaluarsa dan tanggal produksi.
1.2. Dasar Pertimbangan Di sektor pertanian, agribisnis berada dan menjadi bagian dari masyarakat pedesaan. Secara konsepsional, agribisnis merupakan usaha yang berkarakter bisnis, pelaku usaha secara konsisten berupaya untuk meraih nilai tambah (added value) komersial dan finansial yang berkelanjutan (sustainable). Agribisnis mengambil posisi sebagai pemain aktif dari pasar yang berarti harus mampu menawarkan produk yang bersaing dalam kualitas, harga dan pelayanan (Adjid, 1995).
1.3. Tujuan •
Memberikan pengalaman kepada wanita tani kooperator desa Lendang Nangka untuk menerapkan teknologi pengemasan, manajemen produksi, perluasan pemasaran dodol nanas dan memberikan pengalaman kepada wanita tani kooperator desa Padamara untuk memanfaatkan limbah gergaji kayu sebagai pendukung kebutuhan kayu bakar dan menambah pengetahuan wanita tani tentang diversifikasi olahan berbahan baku singkong.
•
Memperlihatkan kepada wanita tani kooperator tentang keunggulan teknologi yang direkomendasikan di masing-masing desa dibandingkan dengan teknologi yang telah ada/yang biasa diterapkan kelompok wanita tani
2
•
Mendapatkan persepsi wanita tani terhadap teknologi yang diterapkan dan umpan balik untuk perbaikan teknologi ke depan.
1.4. Keluaran •
Wanita tani mengadopsi teknologi yang digelar
•
Wanita tani mengembangkan teknologi yang digelar
•
Acuan kebijakan PEMDA dalam program pengembangan daerah.
1.5. Perkiraan Manfaat Dan Dampak Manfaat •
Kontinuitas produksi, dan stabilitas mutu produk industri pengolahan hasil skala rumah tangga.
•
Memperluas jangkauan pemasaran.
•
Menambah pendapatan rumah tangga.
Dampak •
Industri pengolahan hasil skala rumah tangga yang tetap bertahan dan berkembang.
•
Penyerapan tenaga kerja.
3
II. MATERI DAN METODOLOGI
2.1. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan akan dilaksanakan di Desa Lendang Nangka Kecamatan Masbagik sebagai desa yang berdekatan dengan sentra nanas, dan desa Padamara kecamatan Suka Mulia sebagai desa yang berdekatan dengan sentra singkong. terletak di Kabupaten Lombok Timur.
Kedua desa
Melibatkan 2 kelompok wanita tani dengan
jumlah masing-masing anggota 10 orang. Kegiatan ini akan dilaksanakan mulai bulan Januari hingga Desember 2007. 2.2. Pendekatan Kegiatan ini dilaksanakan bekerjasama dengan wanita tani dalam satu kelompok dibawah bimbingan peneliti dan penyuluh dengan pendekatan partisipatif, dalam bentuk pendampingan dalam memperbaiki manajemen produksi produk olahan, manajemen pemasaran, serta diversifikasi produk olahan berbahan baku singkong. Untuk mengetahui keunggulan teknologi, dilakukan perbandingan dengan produk yang beredar di pasaran. Untuk penyempurnaan teknologi diperlukan persepsi wanita tani terhadap teknologi, dihimpun melalui wawancara langsung dengan wanita tani. Dalam kegiatan Gelar Pengembangan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian ini lebih diarahkan pada optimalisasi peran anggota Kelompok Wanita Tani dalam mengembangkan industri pengolahan hasil skala rumah tangganya. 2.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1. Sosialisasi dan Koordinasi Untuk menginformasikan dan memperlancar dalam pelaksanaan kegiatan perlu dilakukan sosialisasi program. Acara tersebut dikoordinasikan juga dengan aparat desa dan instansi terkait agar program ini mendapat dukungan dan dapat dilaksanakan bersama-sama. 2. Pembinaan kelompok Sebelum kegiatan dilaksanakan, wanita tani kooperator desa Lendang Nangka
mendapatkan
penjelasan
teknis
mengenai
manajemen
produksi,
pengamatan daya simpan dan upaya memperluas pemasaran, sedangkan
4
Kelompok Wanita Tani desa Padamara mendapatkan penjelasan mengenai pemanfaatan limbah gergaji kayu dan diversifikasi produk olahan berbahan baku singkong berupa pembuatan tepung tapioka dan olahan hasil samping dari pembuatan tepung tersebut. Penyuluhan melibatkan penyuluh setempat, peneliti, kelompok tani, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan tokoh masyarakat setempat. 3. Pengawalan Teknologi Dalam pelaksanaan kegiatan teknologi pengolahan hasil, akan mendapat pengawalan dan bimbingan petugas lapang, penyuluh dan peneliti, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), kelompok tani, dan tokoh masyarakat yang terkait. Dalam kegiatan ini wanita tani diharapkan dapat menerapkan teknologi yang dianjurkan sehingga dapat meningkatkan kualitas produk dan mengembangkan industri pengolahan hasil skala rumah tangganya.
Dalam kegiatan pengawalan
teknologi berupa : A. Praktek Pengolahan di Desa Padamara: A.1. Pembuatan Tepung Tapioka dan olahan hasil sampingnya serta Tungku Berbahan Baku Limbah Gergaji • Praktek pembuatan tepung tapioka. • Praktek pembuatan slondok berbahan baku hasil samping dari pembuatan tepung tapioka. • Praktek pembuatan tungku berbahan baku limbah gergaji B. Praktek Pengolahan di Desa Lendang Nangka: B.1. Pembuatan Dodol Nanas Manajemen perencanaan produksi dodol nanas untuk memperkirakan volume produksi dengan permintaan pasar dan mengetahui masa kadaluarsa dodol nanas yang dibuat. B.2. Pengemasan Diversifikasi bentuk kemasan sesuai dengan kelas konsumen.
5
4. Pengumpulan Data Pengumpulan data primer maupun sekunder dilakukan pada petani, masyarakat, dinas dan steak holder lainnya terhadap kegiatan yang dilakukan. 5. Entri dan Pengolahan Data Data yang diperoleh dientri dan diolah dengan menggunakan komputer program excel maupun SPSS. 6. Penyusunan Laporan Ilmiah Setelah
data
diolah
dilakukan
penyusunan
laporan
ilmiah
sebagai
pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan. 7. Seminar Hasil Hasil yang diperoleh selama proses kegiatan, akan diseminarkan untuk memperoleh tanggapan, masukan, dan saran sebagai perbaikan, penyempurnaan untuk kegiatan selanjutnya. 2.4. Metode Pelaksanaan 2.4.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan ini berlokasi di desa Padamara dan desa Lendang Nangka, merupakan lokasi desa yang telah digunakan dalam kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Hasil Spesifik Lokasi Tahun 2006.
Tujuannya adalah
agar dapat diketahui
seluruh
perkembangan produksi dari awal hingga akhir tahun 2007. 2.4.2.
Deskripsi Teknologi yang Digelar
2.4.2.1. Teknologi yang Digelar di Desa Lendang Nangka A. Memperbaiki Manajemen Produksi 1. Perencanaan produksi yang tepat : Diharapkan anggota KWT bisa menganalisa waktu, bahan dan biaya yang diperlukan dalam membuat dodol nanas, sehingga bila ada pesanan mereka dapat menghitung berapa kebutuhan total yang diperlukan. Ketepatan menganalisa sangat diperlukan agar kerugian tidak terjadi akibat produk yang dikembalikan karena melebihi masa kadaluarsa.
6
2. Pengamatan daya simpan Produsen dodol nanas diharuskan mengamati daya simpannya. Tenggang waktu ini selanjutnya dicantumkan dalam produknya sebagai masa kadaluarsa dodol nanas. Sehingga bila ada produk yang melebihi masa layak konsumsi dapat ditarik dari peredaran.
B. Memperbaiki Manajemen Pemasaran 1. Memperluas jangkauan pemasaran Memperluas lokasi pemasaran dodol nanas. 2. Pembagian Kelas Konsumen Agar dodol nanas yang dihasilkan dapat dinikmati oleh semua kalangan, maka pengemasan dodol dibuat sesuai dengan daya beli konsumen. Untuk kelas ekonomi menengah ke atas dibuat dengan kemasan yang lebih besar, harga lebih tinggi dan kemasan disablon atau dibuat seunik mungkin sehingga layak untuk dipasarkan di supermarket atau untuk oleh-oleh. 2.4.2.2. Teknologi yang Digelar di Desa Padamara A. Praktek Pembuatan Tepung Tapioka Peningkatan harga minyak goreng yang digunakan untuk membuat kripik singkong, menyebabkan penurunan keuntungan yang didapat wanita tani. Hal itu menyebabkan perlunya produk olahan lain berbahan baku singkong yang tidak membutuhkan minyak goreng sebagai bahan baku. Pembuatan tepung tapioka diharapkan sebagai salah satu solusi untuk mengolah singkong lebih lanjut tanpa tergantung pada minyak goreng. Proses pembuatan Tepung tapioka adalah sebagai berikut: •
Singkong dikupas hingga bersih.
•
Cuci singkong dalam air mengalir atau airnya disemprotkan pada singkong.
•
Parut singkong hingga menjadi parutan halus, kemudian tampung dalam bak berisi air bersih sambil diremas-remas dengan tangan.
•
Tuangkan hasil remasan tadi secara berangsur-angsur ke atas saringan kain putih. Air perasan ditampung dalam wadah atau bak. Lakukan penyaringan parutan singkong berkali-kali hingga air perasan akhirnya menjadi jernih (bersih).
7
•
Endapkan air perasan dalam wadah atau bak pengendapan selama 24 jam.
•
Buang air endapan yang mengandung lendir dan kotoran dari wadah atau bak pengendapan, kemudian ganti dengan air bersih sambil diaduk-aduk sampai merata. Lakukan penggantian dengan air baru yang bersih 2-3 kali agar tepung yang dihasilkan berwarna putih dan bersih.
•
Keluarkan tepung dari wadah atau bak pengendapan untuk ditampung dalam tampah (nyiru).
Hancurkan gumpalan-gumpalan tepung basah
dengan cara diremas-remas agar struktur tepung menjadi halus. •
Keringkan tepung tapioka dengan cara dijemur pada keadaan terik matahari.
B. Praktek Pembuatan Slondok Berbahan Baku Hasil Samping Proses Pembuatan Tepung Tapioka Pembuatan tepung tapioka menghasilkan ampas.
Selanjutnya ampas
tersebut digunakan sebagai bahan baku pembuatan makanan ringan berupa slondok. Adapun proses pembuatannya adalah sebagai berikut: Bahan-bahan : 15 kg singkong, 0,5 kg bawang putih, 3 bungkus masako, 4,5 sendok makan garam, 0,5 ons ketumbar, dan 0,5 ons vitsin Alat-alat Gilingan daging, kukusan panci, nyiru, pisau, wajan, serok dan tissue. Cara Membuat Ampas singkong dicampur dengan tepung tapioka untuk mengurangi kelembekan pada adonan.
Adonan dicampur dengan bumbu yang telah
dihaluskan. Selanjutnya adonan dikukus hingga matang. Adonan yang telah matang digiling atau ditumbuk kemudian dipotong-potong dan selanjutnya dijemur. Setelah kering slondok siap digoreng.
C. Pemanfaatan Limbah Gergaji Kayu Sebagai Bahan Bakar Lokasi
pembuatan
kripik
singkong
berdekatan
dengan
tempat
penggergajian kayu. Setiap hari dihasilkan berpuluh kilo serbuk gergaji kayu. Prosedur pembuatan kompor dengan bahan bakar serbuk gergaji kayu adalah
8
sebagai berikut: Menyiapkan kaleng bekas atau kompor tungku dari tanah atau drum bekas. Buat lubang di dinding dasar drum sebesar ukuran diameter kayu bakar umumnya. Selanjutnya masukkan sebatang kayu ke dalam kompor. Ditengah kompor diberi lubang sebesar pipa paralon. Di sekitar pipa paralon dimampatkan gergaji kayu dengan sedikit pemberian air untuk memampatkan adonan gergaji kayu. Setelah padat dan kering pipa paralon diangkat. Kompor siap dinyalakan.
Dari kegiatan tersebut diharapkan dapat dihitung berapa
penyusutan biaya yang diperoleh dalam industri pengolahan hasil kripik singkong skala rumah tangga. 2.5. Jenis Data dan Prosedur Pengumpulan Data Jenis Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder a. Data Primer Tabel 1. Data Primer Kegiatan Teknologi Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian Kegiatan Data yang diamati Sosialisasi dan Koordinasi
Respon peserta terhadap materi yang diajukan, jenis produk pengolahan yang diminati dan tingkat kehadiran.
Pembinaan kelompok
Frekuensi pertemuan kelompok, tingkat kehadiran anggota, jenis materi yang disampaikan, respon terhadap materi yang disampaikan, pengalaman dan pengetahuan di bidang pengolahan hasil, sumber informasi perolehan pengetahuan dan pengalaman di bidang pengolahan, persepsi wanita tani terhadap teknologi (manfaat dan ketertarikan untuk
menerapkan
teknologi),
perencanaan
produksi serta situasi dan kondisi kelompok. Pengawalan Teknologi
Kesesuaian teknologi/tingkat penerapan teknologi: a. Kesesuaian teknis :
Mudah dilaksanakan,
pelaksanaan sederhana b. Kesesuaian rendah,
ekonomi
daya
:
simpan
Biaya
produksi
masing-masing
9
produk, langkah promosi dan pemasaran seperti ke toko-toko, kantin perkantoran, kios, bazar dan toko, produk pengolahan yang sesuai pasar, membantu kebutuhan harian, jenis pengemas, kontinuitas produk, kelayakan
usaha
tani,
kontinuitas
pendapatan, membutuhkan tenaga relatif sedikit,
dan
meningkatkan
pendapatan
rumah tangga. c. Kesesuaian sosial : Tidak bertentangan dengan sistem nilai (tujuan sosial, nilai, norma),
teknologi
masyarakat,
dapat
mendukung
diterima usaha
oleh rumah
tangga, memberikan harapan, mendukung kelembagaan,
b. Data sekunder Lokasi desa penghasil singkong dan nanas yang selalu tersedia sepanjang tahun. 2.5.1. Prosedur Pengumpulan Data Data primer dikumpulkan langsung dari wanita tani kooperator, pelaku usaha pengolahan pada umumnya dengan menggunakan kuisioner terstruktur maupun semi terstruktur.
Prosedur pengumpulan data primer melalui
pengamatan langsung, pencatatan (FRK), diskusi dan wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan serta pengukuran. Data sekunder (dukung) dikumpulkan melalui instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) NTB, wawancara langsung dengan sumber data. 2.6. Metode Analisis Data Untuk mencapai tujuan dan luaran maka data yang akan dikumpulkan dianalisis sebagai berikut: 1. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif kualitatif 2. Data kuantitatif dianalisis secara deskriptif atau menggunakan statistik sederhana
10
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. DESA LENDANG NANGKA Merupakan salah satu desa yang berdekatan dengan sentra penghasil nanas di Kabupaten Lombok Timur. Terdapat 1 kelompok Wanita Tani yang bernama “Pade Girang’. Kelompok Wanita Tani tersebut telah mendapatkan binaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat dalam meningkatkan nilai tambah buah nanas menjadi dodol nanas sejak tahun 2006.
Pada awal kegiatan, pengawalan
Teknologi dimulai dari proses pembuatan dodol nanas hingga mahir betul membuat dodol nanas, Komposisi bahan, pematangan yang sempurna dari dodol nanas yang dihasilkan akan sangat mempengaruhi cita rasa dan daya simpan dodol yang dihasilkan. Kualitas dodol nanas yang dihasilkan akan sangat mempengaruhi pasar konsumen.
Pada tahun pertama Kelompok Wanita Tani telah mampu menghasilkan
dodol nanas walaupun masih dalam skala kecil, namun para anggota sudah cukup merasa senang karena ada penambahan pendapatan keluarga dan telah memiliki aktifitas dikala waktu senggang. Kelompok Wanita Tani yang memulai usahanya dalam pembuatan kue base keong yang berbahan baku tepung beras tersebut mulai jarang memproduksi kue base karena harga minyak goreng yang melonjak dan mulai menekuni profesi sebagai pembuat dodol nanas 3.1.1 Beberapa Kemajuan yang diperoleh pada tahun 2007 A. Penerapan Manajemen Produksi 1. Perencanaan Produksi Kelompok Wanita Tani dilatih untuk dapat merencanakan volume dodol nanas yang akan dibuat dengan permintaan konsumen yang ada. Saat ini anggota KWT telah mulai mempertimbangkan daya simpan dodol nanas, dan peluang pasar dengan merencanakan berapa volume dodol nanas yang akan diproduksi.
Hal ini akan
berdampak pada penurunan produk yang dikembalikan karena melebihi masa kadaluarsa/tidak layak konsumsi oleh toko pengecer.
Pada permulaan produksi
umumnya kembali 15 mika dari setiap 45 mika yang dikirim di toko-toko pengecer. Sekarang rata-rata hanya kembali 5 mika dari 45 mika yang dikirim. Umumnya produk yang kembali merupakan dodol nanas yang telah timbul warna putih. Warna tersebut merupakan gula yang telah mulai mengkristal ditunjukkan dengan teksturnya yang semakin keras dan bukan jamur karena tidak timbul bau tengik. Namun konsumen
11
tidak mengetahuinya sehingga mereka beranggapan dodol nanas mulai menjamur. Dodol yang telah mengkristal sangat disukai warga sekitar lokasi produksi karena harganya yang lebih murah yaitu Rp.3.500,- per mika dan rasa yang lebih enak. Kondisi ini menyebabkan tidak ada produk yang terbuang. Analisa Kelayakan ekonomi perkembangan pembuatan dodol nanas dari tahun 2006 hingga 2007 ditampilkan pada Tabel berikut. Tabel 2. Analisa Kelayakan Ekonomi Pembuatan Dodol Nanas/Bulan ANALISA KELAYAKAN EKONOMI PEMBUATAN DODOL NANAS/BULAN TAHUN 2 0 0 7 Uraian Harga (Sat) Total Nilai Uraian Satuan Volume Harga (Sat) Total Nilai Biaya Tetap/ Biaya Tetap/ Penyusutan Alat Penyusutan Alat Buah 2 833 1.666 Buah 2 833 1.666 Pisau Pisau Bak Buah 1 625 625 Bak Buah 1 625 625 Parut Buah 1 625 625 Parut Buah 1 625 625 Wajan Buah 1 1.458 1.458 Wajan Buah 2 1.458 1.458 Pengaduk dodol Buah 2 1.667 3.334 Pengaduk dodol Buah 2 1.667 3.334 Nampan Buah 4 1.667 6.668 Nampan Buah 4 1.667 6.668 Kompor Buah 1 2.500 2.500 Kompor Buah 1 2.500 2.500 Total 16.876 Total 16.876 Biaya Variabel Biaya Variabel Bahan Bahan Nanas karung 4 10.000 40.000 Nanas karung 16 10.000 160.000 Gula kg 20 6.000 120.000 Gula kg 80 6.000 480.000 Margarin ons 8 1.000 8.000 Margarin ons 32 1.000 32.000 Plastik Pengemas meter 36 2.000 72.000 Plastik Pengemas meter 72 2.000 144.000 Mika buah 180 100 18.000 Mika buah 720 100 72.000 Logo lembar 60 150 9.000 Logo lembar 240 150 36.000 Minyak tanah Liter 12 2.500 30.000 Minyak tanah Liter 48 2.500 120.000 Tenaga Kerja Tenaga Kerja Mengupas HOK 1,5 15.000 22.500 Mengupas HOK 6 15.000 90.000 Mengaduk HOK 2,5 15.000 37.500 Mengaduk HOK 10 15.000 150.000 Pengemasan HOK 3 15.000 45.000 Pengemasan HOK 12 15.000 180.000 Total Biaya Variabel 402.000 Total Biaya Variabel 1.464.000 Total Biaya di luar bunga (Biaya tetap + Biaya Variabel 418.876 Total Biaya di luar bunga (Biaya tetap + Biaya Variabel 1.480.876 Bunga modal (1% per bulan dari biaya tunai) 1.011 Bunga modal (1% per bulan dari biaya tunai) 1.011 Produksi Mika 180 4.000 720.000 Produksi Mika 720 4.000 2.880.000 Pendapatan 301.124 Pendapatan 1.399.124 TAHUN 2 0 0 6 Satuan Volume
B/C ratio
0,41822778
B/C ratio
0,485806944
Sumber: data primer diolah 2007
Peningkatan volume dodol nanas yang dihasilkan berdampak pada peningkatan keuntungan yang diperoleh Kelompok Wanita Tani sebesar 364,63 % atau sebesar Rp. 1.098.000,- per bulan. Hal tersebut menunjukkan indikasi perkembangan yang positif, mengingat modal, dan kemampuan sumber daya manusia yang terbatas. B/C ratio 0,485 menunjukkan bahwa dari Rp. 100.000,- modal yang dikeluarkan akan
12
menghasilkan keuntungan sebesar Rp.48.500,-. Berdasarkan data pada Tabel di atas terlihat bahwa dalam 1 karung nanas akan dihasilkan kurang lebih 45 mika. 1 karung umumnya berisi 15 kg nanas yang telah dikupas (setiap 1 kg bisa menjadi 3 mika dodol nanas). Dalam 1 kg terdiri dari 3 buah nanas yang pada umumnya di jual Rp.700,hingga Rp.1000,- di tingkat pengecer.
Kegiatan pembuatan dodol nanas dapat
meningkatkan nilai tambah buah nanas dari Rp.700,- hingga Rp.1000,- menjadi Rp.12.000,- ( 3 mika x Rp.4000,-). 2. Peningkatan Higinitas Sanitasi lokasi tempat produksi, tempat penjemuran, bahan yang digunakan, higinitas pekerja mulai diperhatikan oleh para anggota. Hal ini disebabkan higinitas sangat mempengaruhi kualitas dari dodol yang dihasilkan.
Pekerja sudah mulai
menggunakan celemek sebagai upaya pencegahan adanya kotoran dari baju si pemakai, penutup kepala dipakai untuk menghindari masuknya rambut pekerja atau kotoran yang lain ke adonan dodol nanas. B. Perluasan jangkauan pemasaran Upaya perluasan jangkauan pemasaran terus dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan permintaan konsumen. 1. Pembagian Kelas Konsumen Agar terjangkau seluruh lapisan konsumen, maka kemasan dodol nanas yang dihasilkan dibagi dalam berbagai ukuran. Kemasan Rp.15.000,- biasanya dibuat untuk memenui permintaan pameran-pameran, sedangkan kemasan Rp 4.000,- untuk memenuhi permintaan toko-toko pada umumnya. Kemasan dibagi dalam bentuk kemasan mika dan kemasan kotak yang terbuat dari kardus. 2. Promosi Promosi dilakukan di pameran-pameran dan memasarkan ke kios-kios kecil dan supermarket. Usaha keras promosi telah membuahkan hasil dengan bertambahnya toko-toko lokasi penjualan dodol nanas dan bertambahnya volume permintaan sekali kirim pada setiap toko. Berikut daftar toko-toko lokasi penjualan dodol nanas.
13
Tabel 3.
Daftar Perkembangan Lokasi Pemasaran Dan Volume Permintaan Dodol Nanas
Lokasi penjualan Tahun 2006 dan 2007 Sinar Bahagia (Lotim)
Volume permintaan 2006 30 mika
Volume permintaan 2007 100 mika
Hero (Lotim)
30 mika
100 mika
Lusi (Lotim)
30 mika
100 mika
Penambahan lokasi penjualan 2007 Toko papilon Pancor (Lotim) Toko papilon Terare (Lotim) Cempaka
Swalayan Rubi (Lobar)
60 mika
150 mika
Hero Mataram Mall
Volume permintaan 50 mika 50 mika 50 mika 100 mika
Kios-kios kecil yang tidak memiliki nama yang tersebar di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah ikut memasarkan dodol nanas. Dodol nanas umumnya dibawa untuk oleh-oleh ketika naik haji, oleh-oleh untuk majikannya yang bertempat tinggal di Malaysia, Irian Jaya, Jawa dan Sulawesi.
3.1.2.
Tanggapan Atau Respon Wanita Tani Terhadap Teknologi Yang Digelar Pada Tabel berikut disajikan respon Kelompok Wanita Tani Pade Girang
terhadap kegiatan Gelar Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian di desa Lendang Nangka. Tabel 4. Parameter Respon Wanita Tani Terhadap Teknologi Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian yang Digelar di desa Lendang Nangka tahun 2007 No Pernyataan Ya (%) Tidak (%) 1 Mudah dilakukan 100 2 Dapat menyerap tenaga kerja 100 3 Bahan baku tersedia 100 4 Menggunakan alat sederhana 100 5 Sulit dan merepotkan 100 6 Tidak membutuhkan modal yang besar 100 7 Pasar tersedia 100 8 Menguntungkan 100 9 Tidak bertentangan dengan kebiasaan masyarakat 100 10 Dapat dilakukan dalam skala rumah tangga 100 11 Dapat meningkatkan pendapatan 100 12 Dapat memenuhi kebutuhan harian 100 Sumber : Data primer diolah, 2007
Peningkatan permintaan volume dodol nanas di tahun kedua sangat dirasakan manfaatnya oleh wanita tani.
Pendapatan yang diperoleh dapat digunakan untuk
14
membiayai sekolah anaknya. Sebagian anggota yang ditinggal suaminya bekerja di Malaysia tidak lagi kebingungan untuk kebutuhan sehari-hari di saat kiriman suami terlambat. Hal ini menyebabkan semua responden berpendapat bahwa pembuatan dodol nanas skala rumah tangga ini dapat membantu biaya hidup sehari-hari dan meningkatkan pendapatan.
3.1.3. Tanggapan Atau Respon Petani Terhadap Teknologi Manajemen Produksi dan Segmentasi Pasar Pada Tabel berikut disajikan respon Kelompok Wanita Tani terhadap Teknologi Manajemen Produksi dan Segmentasi Pasar di desa Lendang Nangka Tabel 5. Parameter Respon Wanita Tani Terhadap Teknologi Manajemen Produksi dan Segmentasi Pasar Kegiatan Gelar Teknologi Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian Mendukung kegiatan P4MI di Desa Lendang Nangka, tahun 2007 No Pernyataan Ya (%) Tidak (%) 1. Wanita tani dapat memperkirakan volume produksi 80 20 dodol nanas yang akan dibuat dengan pasar yang ada 2. Perencanaan produksi dapat menurunkan kerugian 90 10 3. Wanita tani dapat menghitung daya simpan dodol 100 nanas 4. Higinitas bahan, manusia dan alat pendukung usaha 100 pembuatan dodol nanas sangat diperlukan 5. Pengemasan sesuai kelas konsumen memperluas 100 100 pasar 6. Pengemas mudah didapat 50 50 7. Petani merasakan adanya perkembangan usaha dari 100 tahun sebelumnya Berdasarkan Tabel di atas terlihat bahwa 90% responden mengemukakan bahwa perencanaan produksi yang matang dapat menurunkan tingkat kerugian, namun 10 % tidak setuju karena untung dan rugi terkadang tergantung pada tingkat kemujuran. Segmentasi pasar dapat memperluas pemasaran karena konsumen dapat membeli dodol nanas sesuai dengan kemampuan keuangan yang ada. Pengemas mika banyak dijumpai di kios-kios dan pasar di Lombok Timur.
Pengemas kotak
dengan kualitas bagus dan harga yang dapat dijangkau tidak tersedia di Lombok Timur. Pengemas kotak didesain di Lombok Barat dan dicetak di Pulau Jawa namun harga masih dapat dijangkau oleh industri skala rumah tangga tersebut sehingga keuntungan
15
yang diharapkan masih bisa diperoleh. mendapatkan
pengemas,
karena
jarak
Hal ini menyebabkan kesulitan dalam memesan
dengan
adanya
barang
membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu sehingga wanita tani harus memperhitungkan antara stok pengemas yang masih ada dan waktu pemesanan.
3.2. DESA PADAMARA Peningkatan harga bahan baku pendukung industri pembuatan kripik singkong skala rumah tangga di desa Padamara seperti minyak goreng, plastik pengemas, harga kayu bakar mendorong produsen untuk mencari jalan keluar dalam upaya menekan biaya produksi. Pangsa pembelian bahan bakar pendukung industri pengolahan hasil skala rumah tangga mencapai kurang lebih 10% (Hastuti, 2006). Kelompok Wanita Tani Hidayah desa Padamara membutuhkan kurang lebih 120 ikat kayu sebagai bahan bakar untuk mengubah 40 karung singkong menjadi kripik singkong setiap bulan dengan harga per ikat Rp. 4000,- hingga Rp.5000,- (Fitrotin, 2006). Bahan bakar kayu merupakan bahan bakar yang paling diminati oleh industri pengolahan hasil skala rumah tangga.
Hal ini disebabkan kayu mudah didapat dan belum pernah
ketersediaanya menjadi kendala seperti minyak tanah yang terkadang langka di pasar. Namun seiring perkembangan waktu harga kayu semakin meningkat sejalan dengan larangan penebangan pohon secara liar oleh pemerintah dan semakin menyempitnya areal hutan sebagai sumber kayu bakar.
Peningkatan harga kayu menyebabkan
peningkatan biaya produksi. Kondisi demikian menyebabkan perlunya bahan bakar lain pendukung kayu bakar untuk menekan biaya produksi. Lokasi produksi kripik singkong di desa Padamara berdekatan dengan usaha penggergajian kayu. Usaha tersebut menghasilkan kurang lebih puluhan karung limbah yang berupa serbuk kayu setiap hari.
Berlatar belakang demikian mendorong
pemanfaatan limbah tersebut sebagai bahan bakar pendukung industri pengolahan hasil skala rumah tangga. 1. Tungku Barbahan Baku Limbah Penggergajian Kayu Pembuatan tungku berbahan baku limbah penggergajian kayu telah lama dipakai oleh masyarakat di desa Padamara. Umumnya mereka menggunakan bahan baku sekam padi dan limbah penggergajian kayu.
Seiring perkembangan jaman
penggunaan tungku tersebut telah lama dilupakan dan tergeser dengan penggunaan kompor dan elpiji yang mudah dalam penggunaannya dan tidak membutuhkan waktu
16
lama dalam mempersiapkannya.
Peningkatan harga minyak dan bahan-bahan lain
pendukung industri pengolahan skala rumah tangga mendorong pemanfaatan kembali tungku berbahan baku limbah penggergajian kayu.
Proses pembuatan tungku
berbahan baku limbah penggergajian kayu adalah sebagai berikut: 1. Menyiapkan kaleng bekas atau kompor tungku dari tanah atau drum bekas. 2. Membuat lubang di dinding dasar drum sebesar ukuran diameter kayu bakar umumnya. 3. Selanjutnya masukkan sebatang kayu ke dalam kompor. 4. Ditengah kompor diberi lubang sebesar pipa paralon. 5. Di sekitar pipa paralon dimampatkan serbuk kayu dengan sedikit pemberian air untuk memampatkan adonan serbuk kayu.
Setelah padat dan kering pipa
paralon diangkat. Kompor siap dinyalakan. Tungku berbahan baku limbah penggergajian kayu menghasilkan panas yang merata dan stabil sehingga kripik yang dihasilkan tidak mudah gosong. Temperatur yang stabil dari panas yang dikeluarkan oleh tungku menyebabkan distribusi panas merata
ke
dalam
wajan
sehingga
penguapan
minyak
berjalan
stabil
yang
mengakibatkan pemborosan penggunaan minyak akibat laju penguapan dapat ditekan. Pembuatan kripik singkong dengan bahan baku 1 karung singkong
rata-rata
membutuhkan minyak goreng 6 kg. Dengan penggunaan tungku limbah penggergajian kayu dapat menurunkan penggunaan minyak goreng 0,6 kg atau 10% dari minyak goreng yang dibutuhkan. a. Analisis Kelayakan Perubahan Teknologi Perubahan penggunaan limbah penggergajian kayu sebagai bahan bakar pendukung industri skala rumah tangga dievaluasi kelayakannya dengan menggunakan analisis Losses and Gains (Swastika, 2004) seperti disajikan dalam Tabel 6. Hasil analisis pada Tabel 6 menunjukkan bahwa perubahan penggunaan bahan bakar menghasilkan tambahan keuntungan sebesar Rp. 422.333,- per bulan. Angka marginal B/C dari perubahan tersebut sebesar 4,15. Rasio ini menunjukkan bahwa tiap Rp. 1,00 tambahan biaya yang dikeluarkan akibat penggantian jenis bahan bakar menyebabkan diperolehnya tambahan penerimaan sebesar Rp. 4,15 (lebih dari 4 kali tambahan biaya). Hal ini berarti bahwa perubahan penggunaan jenis bahan bakar sangat layak untuk dilakukan.
17
Tabel 6. Analisis Parsial Perubahan Teknologi Penggunaan Jenis Bahan Bakar Losses (korbanan) Jumlah Gains (perolehan) Jumlah Tambahan biaya tetap 1.667 422.333 422.333 Tambahan biaya 100.000 pemanfaatan limbah Total losses 101.667 Total penerimaan 422.333 Marginal B/C 4,15 (Sumber : data primer diolah, 2007)
b. Analisis Anggaran Parsial Evaluasi kelayakan usaha pembuatan kripik singkong skala rumah tangga dianalisis dengan Analisi Anggaran Parsial Sederhana (Swastika, 2004) yang disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7. Perbedaan Jenis Bahan Bakar terhadap Biaya dan Keuntungan Pengolahan Kripik Singkong per Bulan di Desa Padamara Kabupaten Lombok Timur, Tahun 2007 No Uraian Biaya tetap I Alat Perajang singkong bak tenggok wajan saringan minyak plastik karung pisau tungku tanah drum bekas Jumlah biaya tetap II
Biaya variabel Bahan Singkong minyak goreng garam margarin plastik pengemas platik bal logo kayu limbah gergaji Tenaga Kerja Mengupas Merajang Menggoreng Pengemasan Juml biaya variabel
III Total biaya IV Produksi Pendapatan B/c ratio
Satuan
Buah Buah Buah Buah Buah Lembar Buah Buah Buah
Perubahan Teknologi kayu Limbah gergaji + kayu Harga sat (Rp) Nilai (Rp) Vol Harga sat Nilai (Rp)
Vol
1 4 2 3 2 2 3 1
21667 625 833 1458 417 1250 417 8333
21667 2500 1666 4374 834 2500 1251 8333
1 4 2 3 2 2 3 0 1
21667 625 833 1458 417 1250 417 0 10000
21667 2500 1666 4374 834 2500 1251 0 10000 44792
43125
karung liter bungkus kg pak pak lembar ikat karung
40 240 1 3 4 1 75 120 0
20000 8500 1000 6000 13500 28000 100 4000 0
800000 2040000 1000 18000 54000 28000 7500 480000 0
40 216 1 3 4 1 75 40 100
20000 8500 1000 6000 13500 28000 100 4000 1000
800000 1836000 1000 18000 54000 28000 7500 160000 100000
hok hok hok hok
2 2 3 4
15000 15000 15000 15000
30000 30000 45000 60000 3593500
2 2 3 4
15000 15000 15000 15000
30000 30000 45000 60000 3169500
Bal
480
9000
480
9000
3636625 4320000 683375 0.1581887
3214292 4320000 1105708 0.2559509
(Sumber : Hastuti 2006 dengan modifikasi kenaikan harga minyak)
18
Berdasarkan data dari Tabel 7 menunjukkan bahwa dengan penggunaan limbah penggergajian kayu sebagai bahan bakar dapat menghemat penggunaan minyak goreng sebesar 24 kg atau 10% setiap bulan. Biaya penggunaan bahan bakar dapat ditekan hingga 46% atau Rp. 220.000,-. Hal ini berdampak pada peningkatan nilai B/C ratio dari 0,15 menjadi 0,25 atau 10%. Angka tersebut menunjukkan bahwa secara finansial usaha pembuatan kripik singkong skala rumah tangga telah memberikan keuntungan dengan tingkat keuntungan 25% dari total biaya yang dicurahkan. c. Uji Organoleptik Kripik Singkong dengan Perbedaan Jenis Bahan Bakar Pengujian
kripik
singkong
dilakukan
melalui
pengamatan
dengan
uji
organoleptik oleh 30 panelis terhadap warna, tekstur dan rasa. Secara keseluruhan kripik singkong yang disukai konsumen adalah berwarna kuning kecoklatan cerah, rasa yang seimbang (tidak terlalu manis atau asin) dan tekstur yang renyah. Tabel 8. Hasil Uji Organoleptik Kripik Singkong dengan Perbedaan Jenis Bahan Bakar di Kelompok Wanita Tani Hidayah Desa Padamara, Lombok Timur, 2007. Parameter Kripik Singkong Jenis Bahan Bakar Warna Tekstur Rasa Keseluruhan Kayu 2,65 2,53 2,39 2,55 Limbah gergaji dan 2.61 2,49 2,40 2,51 kayu Catatan : 1. sangat disukai; 2. disukai; 3. agak disukai; 4. tidak suka; 5. sangat tidak suka
Berdasarkan data pada Tabel 8 menunjukkan bahwa kripik singkong yang dihasilkan dengan menggunakan bahan bakar yang berbeda tidak menunjukkan perbedaan baik dari segi warna, tekstur, rasa dan penampakan keseluruhan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan bahan bakar limbah gergaji dapat digunakan sebagai alternatif pengganti bahan bakar kayu untuk menekan biaya produksi. d. PERMASALAHAN Harga minyak goreng yang semakin meningkat hingga Rp 11.000,- per kg menyebabkan semakin menipisnya keuntungan yang diperoleh produsen kripik singkong.
Pengurangan volume kripik singkong perkemasan telah dilakukan agar
keuntungan bagi produsen lebih tinggi namun berdampak pada penurunan jumlah konsumen pembeli kripik singkong.
Lesunya industri pengolahan hasil pembuat
makanan ringan skala rumah tangga banyak juga dikeluhkan oleh industri-industri skala rumah tangga lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan mulai jarang beredarnya makanan
19
ringan kripik singkong merk lain yang biasanya menjadi pesaing kripik singkong Padamara.
Seiring datangnya musim tembakau para wanita tani lebih cenderung
menjadi buruh perajang tembakau. Hal ini disebabkan karena upah harian yang sangat tinggi dengan resiko yang sangat kecil dibandingkan membuat kripik singkong, Pasca panen tembakau harga minyak goreng masih tetap Rp 11.000,- per kg. Menurut para wanita tani harga tersebut sangat tinggi dan membuat mereka tidak berani untuk memproduksi kembali kripik singkong. Pembuatan tepung tapioka diharapkan dapat menggantikan usaha pembuatan kripik singkong sebagai upaya diversifikasi produk untuk meningkatkan nilai tambah singkong dan tidak tergantung harga minyak. Kebetulan wanita tani di desa tersebut banyak menekuni pembuatan krupuk berbahan baku tepung tapioka. Tepung tapioka yang dihasilkan diharapkan dapat membantu kebutuhan bahan baku penjual krupuk singkong. 3.2.1. Tanggapan Atau Respon Wanita Tani Terhadap Teknologi Yang Digelar Pada Tabel berikut disajikan respon Kelompok Wanita Tani Hidayah terhadap teknologi yang digelar pada kegiatan Gelar Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian Mendukung Kegiatan P4MI di desa Padamara. Tabel 9. Parameter Respon Wanita Tani Terhadap Teknologi yang digelar pada kegiatan Gelar Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian Mendukung Kegiatan P4MI yang Digelar di desa Padamara tahun 2007 No
Pernyataan Pembuatan tungku berbahan baku limbah gergaji Mudah dibuat Tidak bertentangan dengan kebiasaan masyarakat Menggunakan alat sederhana Sulit dan merepotkan Dapat mengganti fungsi kayu bakar Pembuatan tepung tapioca Mudah dibuat Tidak bertentangan dengan kebiasaan masyarakat Dapat dilakukan dalam skala rumah tangga Dapat meningkatkan pendapatan Pembuatan slondok Mudah dibuat Tidak bertentangan dengan kebiasaan masyarakat Dapat dilakukan dalam skala rumah tangga Dapat meningkatkan pendapatan
Ya (%) 70 80 100 30 100 100 80 100 100 50 100 100 100 50
Tidak (%) 30 20 70 20 50 50
Sumber : Data primer diolah, 2007
20
Pembuatan tungku berbahan baku limbah gergaji pada zaman dahulu memang biasa digunakan oleh petani di desa Padamara.
Seiring perkembangan zaman
pembuatan tungku tersebut sudah tidak dilakukan lagi. Sehingga saat ini ada sebagian yang berpendapat pembuatannya sulit dan merepotkan karena terbiasa dengan penggunaan minyak tanah atau elpiji yang sangat praktis.
Namun dirasakan
penggunaan tungku tersebut dapat mengganti fungsi kayu bakar sehingga dapat menurunkan biaya pembelian bahan bakar. Responden sebanyak 100 % mengemukakan bahwa pembuatan tepung tapioka mudah dalam pembuatannya karena masyarakat tersebut sudah terbiasa membuat tepung tapioka.
Namun tepung yang biasa mereka buat berwarna lebih gelap.
Teknologi penggantian air pengendapan pati hingga berwarna jernih menyebabkan tepung yang dihasilkan berwarna lebih putih.
Sebagian anggota ada yang sudah
membuatnya dan menjadikannya sebagai bahan baku pembuatan krupuk tapioka sehingga merasakan adanya peningkatan pendapatan dari usaha tersebut. Pembuatan slondok mudah dibuat, dapat dilakukan dalam skala rumah tangga dan dapat meningkatkan pendapatan.
Responden sebanyak 50 % telah mencoba
membuatnya dan mencoba menjualnya sehingga dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga. 50% responden lain belum pernah mencoba untuk menjualnya, hanya sebagai camilan di rumah untuk teman minum kopi.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan •
Penerapan manajemen produksi dapat meningkatkan kualitas mutu dodol nanas yang dihasilkan.
Segmentasi pasar berdampak pada perluasan
pemasaran dodol nanas yang berefek pada peningkatan keuntungan yang diperoleh dari Rp. 301.124,- pada tahun 2006 menjadi Rp. 1.098.000,- pada tahun 2007. •
Pembuatan tungku berbahan baku limbah gergaji mudah dibuat dan dapat menggantikan penggunaan kayu bakar yang semakin tinggi harganya, sehingga dapat mengurangi biaya input produksi dan meningkatkan keuntungan yang diperoleh.
21
•
Pembuatan tepung tapioka dan slondok mentah merupakan salah satu alternatif diversifikasi produk berbahan baku singkong yang tidak tergantung pada minyak goreng.
4.2. •
Saran Perlu adanya variasi aneka rasa dodol nanas yang dihasilkan sehingga konsumen tidak jemu terhadap produk yang ada.
•
Perlu adanya diversifikasi produk olahan berbahan baku nanas seperti manisan nanas, sirup nanas, kripik nanas untuk mengantisipasi kejemuan konsumen dan peningkatan pendapatan.
•
Perlu pengembangan skala produksi tepung tapioka agar dapat memenuhi permintaan kebutuhan tepung tapioka di Kecamatan Sukamulia
DAFTAR PUSTAKA
Adjid, D.A. 1995. Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia. Makalah disajikan pada kongres III Perhimpi dan Simposium Metereologi Pertanian IV. Yogyakarta, 26-28 Januari 1995. Hastuti, S., Ulyatu F dan Prisdiminggo, 2006. Peranan Industri Pengolahan Kripik Singkong Dalam Menggerakkan Perekonomian Pedesaan. Kasus di Desa Padamara, Kabupaten Lombok Timur. Makalah disampaikan dalam Seminar nasional Ketahanan pangan di Mataram lombok barat Kasryno, F., P. Simatupang, dan V. T. Manurung 1993. Penelitian Pertanian dengan Pendekatan Agribisnis. Jurnal Penelitian dan Pengembangan. Kembuan, H dan B. Rindengan. 1989. Pembuatan nata de Coco dari berbagai kultivar kelapa. Laporan tahunan 1988/99. Terbitan khusus. No. 15/VIII/1989.91-92. Fitrotin, U. Sri Hastuti Dan Arief, S. 2006. Pengolahan Singkong Terpadu Skala Rumah Di Pedesaan. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Ketahanan Pangan di Mataram Lombok Barat Swastika, S. K. D. 2004. Beberapa Teknik Analisis dalam Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Vol 7. No.1. hal.90-102.
22
Lampiran 1. Gambar Kegiatan di Desa Lendang Nangka Gambar 1. Aktivitas Pengemasan Dodol Nanas
Gambar 2. Beberapa Lokasi Pemasaran Dodol Nanas di Supermarket
Supermarket Sinar Bahagia Lombok Timur
Supermarket Hero di Mataram Mall Mataram
Supermarket Ruby Mataram
23
Lampiran 2. Gambar Kegiatan di Desa Padamara Gambar 3. Kegiatan Pelatihan Pembuatan Tepung Singkong
Pemarutan singkong
Endapan tepung singkong
Pengambilan sari pati singkong
Tepung Singkong
Gambar 4. Pembuatan Slondok Berbahan Baku Hasil Samping dari Pembuatan Tepung Singkong
Pemberian bumbu
Pengadukan adonan, pengukusan, pengirisan selanjutnya slondok dijemur
24
Lampiran 3. Gambar 5 Pembuatan Kompor Berbahan Baku Limbah Gergaji di Desa Padamara
TUMPUKAN LIMBAH GERGAJI
PEMANFAATAN TONG BEKAS
KOMPOR BERBAHAN BAKU LIMBAH GERGAJI SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA
PEMAMPATAN LIMBAH GERGAJI
KOMPOR BERBAHAN BAKAR LIMBAH GERGAJI UKURAN KECIL UNTUK MEMASAK DALAM RUMAH TANGGA 25