LAPORAN TEKNIS
PENGEMBANGAN EKONOMI KAWASAN BERBASIS TEKNOLOGI ADAPTIF LOKASI DI LOMBOK TIMUR DAN LOMBOK TENGAH
Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan 2015
RINGKASAN Klinik IPTEK Mina Bisnis (KIMBis) adalah kelembagaan pengembangan bisnis masyarakat dengan memanfaatkan teknologi untuk mewujudkan kemandirian masyarakat kelautan dan perikanan. Pembentukan KIMBis diharapkan dapat menguatkan fungsi-fungsinya yaitu: 1) sebagai sarana pemberdayaan masyarakat; 2) sebagai sarana pengembangan ekonomi masyarakat berbasis IPTEK; 3) sebagai wadah kerjasama peneliti – penyuluh – perekayasa dalam menerapkan IPTEK pada masyarakat dan memperoleh umpan balik dari kegiatan introduksi teknologi; 4) sebagai sarana kerjasama antar SKPD-SKPD dan SKPP untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat; dan 5) sebagai laboratorium lapangan untuk memperoleh data aspek sosial ekonomi kelautan dan perikanan dalam mendukung program pembangunan kelautan dan perikanan. KIMBis merupakan kelembagaan masyarakat kelautan dan perikanan dengan 5 fungsi yang dimaksudkan untuk mendukung program pengentasan kemiskinan, serta mendukung program pemberdayaan masyarakatnya melalui penyebaran IPTEK serta pengembangan ekonomi kawasan berbasis IPTEK. Proses pemberdayaan itu diprioritaskan pada peningkatan kehidupan masyarakat perikanan di wilayah pesisir terutama pelaku utama seperti nelayan, pembudidaya rumput laut, petambak, pengolah dan petani garam. Pelaksanaan KIMBis di Lombok Timur pada Tahun 2015 ini memasuki tahun ke-3 yang difokuskan pada pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi untuk tipologi budidaya laut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi untuk minabisnis rumput laut di Lombok Timur dan Lombok Tengah adalah model yang berbasis kemitraan. Ide pembentukan model kemitraan ini dilatarbelakangi oleh fakta masih tingginya tingkat kemiskinan pembudidaya rumput laut di Lombok Timur serta ketergantungan yang tinggi pada pedagang pengepul, meskipun sumberdaya yang dihasilkan berlimpah. Model ini mengakomodir kesepakatan kerjasama berbasis pasar yang melibatkan pembudidaya dan juga pengolah melalui KIMBis Lotim dan Mitra KIMBis Loteng. Pembudidaya dan pengolah merupakan fokus kegiatan, KIMBis Lombok Timur dan Mitra KIMBis sebagai program inti, serta stakeholder lain seperti pemerintah daerah, perbankan dan lembaga lainnya sebagai unsur penunjang. Pembudidaya sebagai produsen primer komoditi rumput laut dengan para pengolah yang melakukan proses penambahan nilai melalui kegiatan pengolahan dan pemerintah sebagai regulator, mediator dan fasilitator bagi kedua belah pihak, disertai rincian komitmen dan tanggung jawab pada tiap pihak yang terlibat, untuk menjamin bahwa: (1) pembudidaya menerima bagian nilai (farmer’s share) yang adil dari hasil usahanya; (2) pembudidaya bisa mendapatkan pendapatan rutin; dan (3) pengolah mendapatkan bahan baku dengan kualitas yang sesuai. Sampai akhirnya produk yang dihasilkan diterima oleh konsumen akhir dengan mendapat jaminan produk olahan yang sehat dan harga yang terjangkau.
i
Implementasi model ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah pesisir khususnya pembudidaya rumput laut, serta mengurangi kerugian karena malpraktek pedagang dalam penentuan harga beli. Dalam model ini juga terlihat bahwa interaksi antara kelembagaan masyarakat lokal dengan kelembagaan intervensi (KIMBis dan pemerintah) telah memunculkan kelembagaan ekonomi lokal yang adaptif. Ciri adaptif ditandai dengan terdapatnya ciri nilai-nilai dan aturan lokal dalam sistem kelembagaan ekonomi intervensi meski tak memberi arti bagi peningkatan ekonomi masyarakat pembudidaya rumput laut.
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Satuan Kerja (Satker)
: Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Judul Kegiatan
: Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi di Lombok Timur dan Lombok Tengah
Status
: Lanjutan Tahun ke 3
Pagu Anggaran
: Rp 248.168.000,-
Tahun Anggaran
: 2015
Sumber Anggaran
: APBN/APBNP DIPA Satker Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Tahun 2015 : Ir. Tukul Rameyo Adi, M.T NIP. 19610210 199003 1 001
Penanggung jawab output Penanggung jawab pelaksana output
: Dr. Siti Hajar Suryawati NIP. 19770812 200212 2 002
Jakarta, Desember 2015 Penanggung Jawab Output
Penanggung Jawab Pelaksana Output
Dr. Ir. Tukul Rameyo Adi, M.T NIP. 19610210 199003 1 001
Dr. Siti Hajar Suryawati NIP. 19770812 200212 2 002
Mengetahui/Menyetujui: Kepala Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Dr. Ir. Tukul Rameyo Adi, M.T NIP. 19610210 199003 1 001
iii
COPY RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN TAHUN 2015
RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN PENELITIAN (ROKP) TA. 2015
JUDUL KEGIATAN
PENGEMBANGAN EKONOMI KAWASAN BERBASIS TEKNOLOGI ADAPTIF LOKASI DI LOMBOK TIMUR DAN LOMBOK TENGAH
BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2015
iv
LEMBAR PENGESAHAN Satuan Kerja (Satker)
: Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Judul Kegiatan
: Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi di Lombok Timur dan Lombok Tengah
Status
: Lanjutan Tahun ke 3
Pagu Anggaran
: Rp 248.168.000,-
Tahun Anggaran
: 2015
Sumber Anggaran
: APBN/APBNP DIPA Satker Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Tahun 2015
Penanggung jawab output
: Ir. Tukul Rameyo Adi, M.T NIP. 19610210 199003 1 001
Penanggung jawab pelaksana output
: Dr. Siti Hajar Suryawati NIP. 19770812 200212 2 002
Jakarta, Februari 2015 Penanggung Jawab Output
Penanggung Jawab Pelaksana Output
Dr. Ir. Tukul Rameyo Adi, M.T NIP. 19610210 199003 1 001
Dr. Siti Hajar Suryawati NIP. 19770812 200212 2 002
Mengetahui/Menyetujui: Kepala Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Dr. Ir. Tukul Rameyo Adi, M.T NIP. 19610210 199003 1 001
v
DAFTAR ISI Halaman 1. RINGKASAN 2. LEMBAR PENGESAHAN 3. COPY RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN 4. LEMBAR PENGESAHAN 5. DAFTAR ISI 6. DAFTAR TABEL 7. DAFTAR GAMBAR 8. RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN PENELITIAN 9. KATA PENGANTAR 10. JUDUL PENELITIAN 11. DAFTAR ISI 12. DAFTAR TABEL
i iii iv v vi vii viii ix xxxviii xxxix xli
13. DAFTAR GAMBAR
xliii
14. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan 15. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 16. BAB III. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN 3.1 Kerangka Pemikiran
1 1 2 4 8 8
3.2 Metode Analisis Data
10
3.3 Waktu dan Lokasi Penelitian
11
3.4 Data yang Dikumpulkan
12
3.5 Teknik Pengumpulan Data
12
3.6 Metode Analisis Data
13
3.6.1 Analisis Pendapatan
13
3.6.2 Uji t Berpasangan (paired t-test)
14
3.6.3 Tingkat Partisipasi Masyarakat
15
17. BAB IV. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN
17
4.1 Penyusunan Rencana Kerja KIMBis
17
4.2 Tahap Identifikasi Pembentuk Model
19
4.3 Koordinasi dengan Berbagai Pihak
19
4.4 Rekayasa Sosial untuk Mengubah Pola Tanam Rumput Laut
23
4.5 Dukungan terhadap Pelaku Usaha Pengolahan Rumput Laut
26
vi
4.6 Analisis Keberlanjutan Minabisnis Rumput Laut di Lombok
36
Timur dan Lombok Tengah 4.6.1 Analisis Ordinasi
37
4.6.2 Analisis Leverage
41
18. BAB V. DESKRIPSI MODEL GENERIK HASIL PELAKSANAAN 47 KEGIATAN 5.1 Analisis Strategi Pengembangan
47
5.2 Model Pengembangan Ekonomi Kawasan berbasis Minabisnis 48 Rumput Laut di Lombok Timur dan Lombok Tengah 5.2.1 KIMBis Lotim
49
5.2.2 Mitra KIMBis Lombok Tengah
50
5.2.3 Kelompok Pembudidaya
51
5.2.4 Kelompok Pengolah
52
5.2.5 Pemerintah Daerah
53
5.2.6 Stakeholder Lain
54
5.2.7 Program Lain
55
19. BAB VI. EVALUASI TENTANG KINERJA KIMBis
56
6.1 Evaluasi kinerja KIMBis berdasarkan fungsi KIMBis
56
6.2 Evaluasi kinerja Kimbis berdasarkan Kriteria
62
20. BAB VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
66
7.1 Kesimpulan
66
7.2 Rekomendasi Kebijakan
66
DAFTAR PUSTAKA
67
vii
DAFTAR TABEL Halaman 1.
Metode Pelaksanaan Kegiatan KIMBis Tahun 2015
xviii
viii
DAFTAR GAMBAR Halaman 1.
Kerangka Pemikiran Pelaksanaan Kegiatan KIMBis di Lombok Timur dan Lombok Tengah Tahun 2015
xvi
2.
Lokasi Penelitian
xvii
ix
RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN PENELITIAN BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN
1.
JUDUL KEGIATAN
: Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi di Lombok Timur dan Lombok Tengah
2.
SUMBER DAN TAHUN ANGGARAN
: APBN/ APBNP 2015
3.
STATUS PENELITIAN
: Baru
Lanjutan
Klinik IPTEK Mina Bisnis (KIMBis) di Kabupaten Lombok Timur pada Tahun 2013 telah melakukan baseline survey terkait penyusunan potensi dan permasalahan sektor kelautan dan perikanan di Kabupaten Lombok Timur. Selanjutnya ditindaklanjuti dengan pembentukan kelembagaannya dan pendampingan beberapa kegiatan seperti : pengolahan produk dan perluasan pemasaran, penanganan penyakit pada usaha budidaya kerapu, manajemen keuangan rumah tangga nelayan, perbengkelan dan perbaikan mesin, serta pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan. Kegiatan yang dilaksanakan oleh KIMBis Lombok Timur pada tahun 2014 diantaranya adalah pembentukan dan penumbuhan entitas-entitas bisnis, introduksi dan adopsi teknologi, penumbuhan etos bisnis dan kewirausahaan, dan pendampingan kegiatan bisnis. Hal ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran dalam pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan secara lestari dan berkelanjutan. Kerjasama dengan berbagai stakeholder melalui penandatanganan perjanjian kerjasama antara BBPSEKP dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur terkait pelaksanaan KIMBis nya sebagai bentuk dukungan terhadap program prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yaitu Blue Economy dengan memperluas jangkauan wilayahnya sampai ke Kabupaten Lombok Tengah.
4.
PROGRAM
: Penelitian dan Pengembangan KP
a. Komoditas
: Perikanan
b. Bidang/Masalah
: (Sasaran pokok pembangunan KP berdasarkan Rancangan RPJMN 20152019)
Kedaulatan pangan Pengembangan ekonomi maritim dan kelautan x
Penguatan jati diri sebagai negara maritim Pemberantasan ikan liar c. Penelitian Pengembangan
: Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
d. Manajemen Penelitian
: Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
e. Isu Strategis Pembangunan KP 2015-2019
:
Pengembangan produk perikanan untuk ketahanan pangan dan gizi nasional Peningkatan daya saing dan nilai tambah produk kelautan dan perikanan Pendayagunaan potensi ekonomi sumber daya KP Pengelolaan sumber daya KP secara berkelanjutan Peningkatan kesejahteraan pelaku usaha kelautan dan perikanan Pengembangan SDM dan IPTEK KP f. Dukungan terhadap Indikator Kinerja BSC
:
Nilai Indeks Kesejahteraan Masyarakat KP Pertumbuhan PDB Perikanan (%) Jumlah WPP yang terpetakan potensi di bidang sumberdaya sosial ekonomi KP untuk pengembangan ekonomi maritim dan kelautan yang berkelanjutan Jumlah rekomendasi kebijakan yang diusulkan untuk dijadikan bahan kebijakan (buah) Jumlah pengguna hasil Iptek litbang di bidang sumberdaya sosial ekonomi KP (kelompok) Jumlah Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Kelautan dan Perikanan Jumlah Data dan Informasi Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Karya Tulis Ilmiah Bidang Penelitian Sosial Ekonomi Jumlah Model Kelembagaan Penyebaran IPTEK dan Pemberdayaan Masyarakat Jumlah Model Kebijakan Sosial Ekonomi Pembangunan Sektor Kelautan dan Perikanan 5.
JUDUL KEGIATAN
: Model Ekonomi Kawasan Berbasis IPTEK melalui KIMBis di Lombok Timur dan Lombok Tengah
6.
LOKASI KEGIATAN
: Lombok Timur dan Lombok Tengah
xi
7.
PENELITI YANG TERLIBAT
No.
Nama
1
Dr. Siti Hajar Suryawati
2
Dr. Achmad Zamroni, SPi, MSc
3
Nurlaili, SSos
4
Cornelia M. Witomo, S.St.Pi
5
Arfah Elly, A.Md
8.
: Pendidikan/ Jabatan Disiplin Ilmu Fungsional S3/ Peneliti Pengelolaan Madya Sumberdaya Alam dan Lingkungan S3/ Peneliti Pengelolaan Madya Sumberdaya Pesisir S1/ Peneliti Antropologi Pertama S1/ Peneliti Pengelolaan Muda Sumberdaya D3/ Pustakawan
LATAR BELAKANG
Tugas (Institusi) PJPO
Alokasi Waktu (OB) 6
Anggota
4
Anggota
6
Anggota
6
Informasi dan PUMK Perpustakaan
4
:
Pembangunan ekonomi nasional berbasis kelautan dan perikanan secara langsung maupun tidak langsung dilaksanakan untuk percepatan penanggulangan atau pengentasan kemiskinan. Hasil kajian dan pemantauan yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa permasalahan mendasar yang menyebabkan kemiskinan adalah kurangnya akses permodalan, pasar dan teknologi, perlindungan sosial budaya, kurang/tidak adanya aset sebagai modal aktif, rendahnya kualitas lingkungan
serta
lemahnya
kualitas
sumberdaya
pelaku
usaha
serta
kelembagaannya. Dalam rangka penanggulangan kemiskinan yang merupakan bagian dari pelaksanaan Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan merintis Klinik IPTEK Mina Bisnis (KIMBis) sejak tahun 2011. KIMBis adalah kelembagaan pengembangan bisnis masyarakat dengan memanfaatkan teknologi untuk mewujudkan kemandirian masyarakat kelautan dan perikanan (BBPSEKP, 2014). Pembentukan KIMBis diharapkan dapat menguatkan fungsi-fungsinya yaitu: 1) sebagai sarana pemberdayaan masyarakat; 2) sebagai sarana pengembangan ekonomi masyarakat berbasis IPTEK; 3) sebagai wadah kerjasama peneliti – penyuluh – perekayasa dalam menerapkan IPTEK pada masyarakat dab memperoleh umpan balik dari kegiatan diintroduksi teknologi; 4) sebagai sarana kerjasama antar SKPD-SKPD dan SKPP untuk xii
mewujudkan kesejahteraan masyarakat; dan 5) sebagai laboratorium lapangan untuk memperoleh data aspek sosial ekonomi kelautan dan perikanan dalam mendukung program pembangunan kelautan dan perikanan. KIMBis merupakan kelembagaan masyarakat kelautan dan perikanan dengan 5 fungsi yang dimaksudkan untuk mendukung program pengentasan kemiskinan, serta mendukung program pemberdayaan masyarakatnya melalui penyebaran IPTEK serta pengembangan ekonomi kawasan berbasis IPTEK. Proses pemberdayaan itu diprioritaskan pada peningkatan kehidupan nelayan. Pelaksanaan KIMBis di Lombok Timur pada Tahun 2015 ini memasuki tahun ke-3. Pada tahun 2013 telah dilakukan baseline survey terkait penyusunan potensi dan permasalahan sektor kelautan dan perikanan di Kabupaten Lombok Timur. Selanjutnya ditindaklanjuti dengan pembentukan kelembagaannya dan pendampingan beberapa kegiatan seperti : pengolahan produk dan perluasan pemasaran, penanganan penyakit pada usaha budidaya kerapu, manajemen keuangan rumah tangga nelayan, perbengkelan dan perbaikan mesin, serta pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan (Zamroni et al, 2013). Kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2014 diantaranya adalah pembentukan dan penumbuhan entitas-entitas bisnis, introduksi dan adopsi teknologi, penumbuhan etos bisnis dan kewirausahaan, dan pendampingan kegiatan bisnis. Hal ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran dalam pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan secara lestari dan berkelanjutan (Zamroni et al, 2014). Kerjasama dengan berbagai stakeholder melalui penandatanganan perjanjian kerjasama antara BBPSEKP dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur terkait pelaksanaan KIMBis nya sebagai bentuk dukungan terhadap program prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yaitu Blue Economy dengan memperluas jangkauan wilayahnya sampai ke Kabupaten Lombok Tengah (Purnomo et al, 2014). Jangka panjang pelaksanaan kegiatan KIMBis adalah membangun kelembagaan ekonomi lokal dalam pengelolaan kawasan pesisir secara berkelanjutan. Secara khusus kegiatan pada tahun 2015 ini bertujuan untuk mengembangkan ekonomi kawasan berbasis IPTEK melalui KIMBis dalam upaya
xiii
pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat kelautan dan perikanan untuk pengentasan kemiskinan. 9.
TUJUAN
:
1. Melakukan pembentukan dan penumbuhan entitas-entitas bisnis 2. Melakukan introduksi dan adopsi teknologi 3. Melakukan penumbuhan etos bisnis dan kewirausahaan 4. Melakukan pendampingan kegiatan bisnis
10. PERKIRAAN KELUARAN : 1. Terbentuk dan tumbuhnya entitas-entitas bisnis di masyarakat kelautan dan Perikanan di Lombok Timur dan Lombok Tengah 2. Introduksi dan adopsi teknologi di masyarakat kelautan dan perikanan di Lombok Timur dan Lombok Tengah 3. Tumbuhnya etos bisnis dan kewirausahaan di masyarakat kelautan dan Perikanan di Lombok Timur dan Lombok Tengah 4. Terlaksananya pendampingan kegiatan bisnis di masyarakat kelautan dan Perikanan di Lombok Timur dan Lombok Tengah
11. TINJAUAN PUSTAKA
:
Kelembagaan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia, maka ia dapat dikategorikan berdasarkan jenis-jenis kebutuhan pokok tersebut. Menurut Koentjaraningrat (1979) dalam Tonay dan Utomo (2004) ada 8 golongan kelembagaan dimana salah satunya adalah kelembagaan ekonomi yang bertujuan untuk
memenuhi
pencaharian
hidup,
memproduksi,
menimbun
dan
mendistribusikan. Kelembagaan ekonomi adalah sebagai lembaga-lembaga yang berkisar pada lapangan produksi, distribusi dan konsumsi barang-barang serta jasa. Pada umumnya lembaga ekonomi yang terdapat di masyarakat memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan pencaharian hidup, memproduksi dan mendistribusikan harta benda (Sitorus et al, 1998). Menurut Uphoff (1993) dalam Tonay dan Utomo (2004), kelembagaan lokal dibedakan kedalam penggolongan kelembagaan di tingkat lokalitas, dengan xiv
beberapa level atau tingkatan, yaitu kelompok, komunitas dan lokalitas. Kelompok adalah sekumpulan orang dengan identitas dan memiliki kesamaan serta kepentingan atau minat yang sama, misalnya kelompok berdasarkan pekerjaan, umur, etnis dan gender. Komunitas digambarkan sebagai suatu unit tempat tinggal dengan kehidupan sosial ekonomi sendiri, digambarkan sebagai unit interaksi sosial ekonomi yang merujuk sebagai suatu desa/kampung. Lokalitas, lebih kepada sejumlah komunitas yang memiliki hubungan kerjasama sosial ekonomi (komersial) setingkat kecamatan, dimana pusat pasar yang berada dicirikan oleh kesatuan komunitas, mempunyai relasi sosial dan ekonomi dengan paket pertumbuhan. Pembentukan kelembagaan dalam masyarakat tidak terlepas dari peranan individu, kelompok atau pemerintah. Lembaga-lembaga yang hidup dalam masyarakat ada yang bersifat orisinil (kelembagaan informal), yang bersumber dari adat istiadat atau kebiasaan yang turun temurun dan ada pula dari luar masyarakat itu sendiri (kelembagaan formal). Kedua kelembagaan ini selalu mempengaruhi berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dalam pembangunan (Daryanto, 2004). Dalam konteks pengembangan kelembagaan, pranata sosial ekonomi mutlak diperlukan dan mendesak guna mendukung pemenuhan modal sosial dalam pembangunan. Faktor kelembagaan ini dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sepanjang hal tersebut memungkinkan adanya pembagian kerja yang lebih jauh, peningkatan pendapat, perluasan usaha dan kebebasan untuk memperoleh peluang ekonomi (Daryanto, 2004). Memberdayakan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memecahkan masalah, menentukan kebutuhan, merencanakan dan melaksanakan kegiatannya guna menciptakan kemandirian. Tentunya hal ini dapat terwujud jika ada kesadaran dari masyarakat, karena pemberdayaan pada dasarnya adalah pembebasan diri dari ketergantungan materi. Melalui KIMBis, masyarakat ditempatkan sebagai pelaku penting dan institusi pemerintah (SKPD, SKPP serta litbang) merupakan pendukungnya. Keberadaan kelembagaan KIMBis dalam masyarakat diharapkan berperan dalam
xv
dua aspek yaitu: 1) sebagai fasilitator pengembangan bisnis masyarakat; dan 2) sebagai inkubatr bisnis dalam masyarakat (BBPSEKP, 2014).
12. METODOLOGI PENELITIAN
:
Kerangka Pemikiran Masyarakat miskin diwilayah pesisir merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dengan kelompok masyarakat lainnya, hanya saja kondisi geografis dan keterisoliran mereka dengan tingkat kesulitan akses yang tinggi membuat masyarakat pesisir berbeda dengan kelompok masyarakat pada umumnya. Wilayah pesisir sebenarnya memiliki sumberdaya yang tidak dimiliki masyarakat lainnya, seperti sumberdaya laut termasuk didalamnya pelabuhan laut dan kawasan wisata bahari. Hanya saja ketidakmampuan dalam mengoptimalkan potensi tersebut akibat dari minimnya kualitas sumberdaya, teknologi, akses permodalan, dan kelembagaan membuat mereka tidak bisa bangkit dari kemiskinan yang sudah mengakar tersebut. Pelaksanaan KIMBis dirancang untuk memfasilitasi penyebaran IPTEK hasil litbang kelautan dan Perikanan dan menumbuhkan inkubator bisnis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui kegiatan pemberdayaan. Pada prinsipnya, kesejahteraan tidak hanya meliputi aspek ekonomi (pendapatan dan lapangan kerja) tetapi juga meliputi aspek sosial (agama, pendidikan, dan kesehatan), dan lingkungan dalam rangka pelestarian sumberdaya alam. Sebagai fasilitator pengembangan bisnis masyarakat kegiatan yang dilakukan adalah melakukan pelatihan, pendampingan dan studi banding. Selanjutnya sebagai inkubator bisnis dalam masyarakat kegiatan yang dilakukan adalah
pengembangan
kelembagaan,
pengembangan
bisnis
KIMBis,
pengembangan bisnis mitra KIMBis dan pengembangan jaringan yang mencakup inovasi, pasar, informasi, kelembagaan dan kerjasama. KIMBis di Kabupaten Lombok Timur dimulai pada bulan Juli 2013. Dalam pekembangan pelaksanaannya pada tahun 2014 cakupan wilayah menjangkau Kabupaten Lombok Tengah. Pada tahun 2015, KIMBis dimaksudkan untuk:
xvi
peningkatan skala usaha, penumbuhan usaha baru dan pengembangan ekonomi berbasis IPTEK. Kerangka kerja pengembangan kelembagaan KIMBis menuju mandiri disajikan pada Gambar 1. Adapun kerangka pemikiran pelaksanaan kegiatan KIMBis di Lombok Timur dan Lombok Tengah pada tahun 2015 disajikan pada Gambar 2. KIMBis Lombok Timur dan Lombok Tengah
Berperan sebagai Inkubator Bisnis
Fasilitator
Pengembangan Kelembagaan Pelatihan Pendampingan Studi Banding
Pengembangan Bisnis KIMBis
Pengembangan Bisnis Mitra
1. Inisiasi dan pembentukan 2. Penumbuhan 3. Pengembangan 4. Pemantapan 5. Kemandirian
Pengembangan Jaringan Jaringan: 1. Inovasi 2. Pasar 3. Informasi 4. Kelembagaan 5. Kerjasama
Pusat Informasi dan Penyebaran IPTEK
Scale up Bussiness
Kemandirian IPTEK
Kemandirian Bisnis
KIMBIS MANDIRI
Gambar 1.
Kerangka Kerja Pengembangan Kelembagaan KIMBis menuju Mandiri
xvii
KIMBis Lombok Timur dan Lombok Tengah (Sebagai fasilitator dan sebagai incubator) 2013: - Baseline survey - Pembentukan dan penyusunan program kerja KIMBis - Pendampingan teknologi sesuai program kerja - Jejaring kerja dengan SKPD di Kabupaten Lombok Timur 2014: - pembentukan dan penumbuhan entitas-entitas bisnis, - introduksi dan adopsi teknologi, - penumbuhan etos bisnis dan kewirausahaan, dan - pendampingan kegiatan bisnis. - Kerjasama dengan berbagai stakeholder Karakteristik masyarakat pesisir: - Lemah akses modal - Lemah akses informasi - Lemah akses pasar - SDM rendah - Teknologi sederhana
-
Masyarakat Pesisir (existing condition)
Karakteristik wilayah: - Sumberdaya alam - Sosial - Ekonomi - Politik - Budaya - Infrastruktur
Peningkatan skala usaha Penumbuhan usaha baru Pengembangan ekonomi berbasis IPTEK Konektivitas jaringan usaha
Analisis pendapatan Uji t berpasangan Analisis tingkat partisipasi
Gambar 2.
Kerangka Pemikiran Pelaksanaan Kegiatan KIMBis di Lombok Timur dan Lombok Tengah Tahun 2015
Metoda Analisa Data Sesuai dengan tujuan kegiatan KIMBis tahun 2015 ini, maka kegiatan yang dilakukan adalah melakukan pembentukan dan penumbuhan entitas-entitas bisnis, introduksi dan adopsi teknologi, penumbuhan etos bisnis dan kewirausahaan serta pendampingan kegiatan bisnis. Secara rinci dalam pelaksanaan kegiatan KIMBis pada tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
xviii
Tabel 1. Metode Pelaksanaan Kegiatan KIMBis Tahun 2015 Tujuan
1. Pembentukan
Metode Pelaksanaan FGD
Instrumen Pelaksanaan
Kelompok binaan dan Mitra KIMBis
Identifikasi peluang pembentukan dan penumbuhan entitas bisnis
Kertas kerja, Evaluasi, Bimbingan Teknis
Kelompok binaan dan Mitra KIMBis
Spesifikasi introduksi dan adopsi teknologi, Hasil evaluasi kegiatan B
FGD
Kertas kerja
Kelompok binaan dan Mitra KIMBis
Identifikasi permasalahan penumbuhan etos bisnis
FGD
Bimbingan Teknis
Kelompok binaan dan Mitra KIMBis
Sosialisasi dan adopsi teknologi Bimbingan Teknis
2. Introduksi dan
etos bisnis dan kewirausahaan
4. Pendampingan
Data dan Informasi
Kertas kerja
dan penumbuhan entitas-entitas bisnis
3. Penumbuhan
Sumber Data
kegiatan bisnis
Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan ini merupakan penelitian riset aksi dengan menggunakan metoda survei terbatas pada lokasi yang menjadi obyek penelitian. Kegiatan pada tahun 2015 direncanakan berlangsung mulai bulan Maret hingga bulan November 2015. Lokasi penelitian adalah Klinik IPTEK Mina Bisnis Patuh Karya. Cakupan wilayahnya meliputi Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah. Lokasi penelitian adalah Kabupaten Lombok Timur di dua kecamatan yaitu Jerowaru dan Keruak dan Lombok Tengah di Kecamatan Pujut (Gambar 3).
xix
Gambar 3. Lokasi Penelitian di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah
Data Yang Dikumpulkan Data yang dikumpulkan terkait dengan tujuan diatas adalah data sekunder maupun data primer. Data sekunder yang dikumpulkan mencakup data dan laporan hasil penelitian dan atau publikasi lain.
Teknik Pengumpulan Data Kegiatan KIMBis tahun ketiga ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, data yang akan dijelaskan berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Kuantifikasi data digunakan untuk menjelaskan intensitas perubahan kesejahteraan yang terjadi pada anggota kelompok dimana kelembagaan ekonomi lokal yang adaptif dikaji. Data kuantitatif diperoleh melalui survei terhadap anggota kelompok binaan dan mitra KIMBis. Sedangkan data kualitatif dipakai untuk menjelaskan proses pemberdayaan melalui pengembangan jaringan dan penguatan kelembagaan serta dinamika strategi ekonomi rumah tangga. Data kualitatif akan diperoleh melalui pengamatan dan wawancara mendalam terhadap anggota rumah tangga yang terlibat dalam kegiatan ekonomi dan sistem kelembagaan yang ada, serta kelompok masyarakat yang menjadi partisipan dalam setiap desain kelembagaan
xx
beberapa rumah tangga. Data sekunder dikumpulkan dengan
studi pustaka
terhadap laporan penelitian dan publikasi.
Metode Analisis Data Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dapat memberikan dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian (Nazir, 1988). Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami. Data yang terkumpul dari sampling di lapangan dikelompokkan menjadi dua kelompok, yakni data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif yang selanjutnya akan disajikan dalam bentuk tabel-tabel dan uraian. Data kuantitatif dianalisis untuk melihat pengaruh KIMBis terhadap pendapatan peserta program dengan melakukan analisis pendapatan berdasarkan biaya usaha dan pendapatan usaha. Analisis selanjutnya adalah dengan melakukan uji perbedaan dengan menggunakan uji t berpasangan (paired t-test) antara kondisi sebelum dan sesudah dilaksanakannya program KIMBis di lapangan guna melihat pengaruh nyata dari pelaksanaan KIMBis. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan data lapangan pelaksanaan program KIMBis dan pengaruh dari sisi ekonomi (pendapatan) terhadap sisi sosial budaya dan lingkungan dengan cara menginterprestasikan hasil pengolahan data lewat tabulasi dan gambar. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Exel dan SPSS (Statistical Package for The Social Science).
Analisis Pendapatan Untuk melihat pengaruh KIMBis terhadap pendapatan masyarakat pesisir dilakukan dengan pendekatan keuntungan, yakni dengan melihat selisih perbandingan penerimaan dan pengeluaran sebelum dan sesudah mendapatkan bantuan melalui analisis pendapatan.
xxi
Analisis pendapatan usaha bertujuan untuk mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan (Hernanto, 1989). Perhitungan pendapatan dilakukan dengan menggunakan rumus : π= TR –TC π= (Pq x Q) – (TFC+TVC) dimana : TR : Total Revenue (Rp) TC : Totacl Cost (Rp) TFC : Total Fixed Cost (Rp) TVC : Total Variable Cost (Rp) Pq : Harga Output Produksi (Rp/Kg) Q : Jumlah Output dengan kriteria : TR > TC : Usaha yang dilakukan memberikan keuntungan TR = TC : Usaha yang dilakukan impas TR < TC : Usaha yang dilakukan mendapatkan kerugian
Sedangkan untuk ukuran efisiensi usaha akan digambarkan dengan analisis R/C Ratio dengan menggunakan rumus sebagai berikut : R/C Ratio = Penerimaan Biaya
Usaha yang dilakukan dikatakan memberikan keuntungan apabila nilai R/C Ratio lebih besar dari satu, begitu juga sebaliknya usaha yang dilakukan dikatakan belum memberikan keuntungan apabila nilai R/C Ratio lebih kecil dari satu. Dalam hal ini penggunaan nilai R/C Ratio lebih dari satu digunakan untuk menggambarkan setiap satu rupiah yang dikeluarkan akan memberikan keuntungan lebih besar dari satu rupiah.
xxii
Uji t berpasangan (paired t-test) Analisis ini digunakan untuk menguji apakah terdapat perbedaan pendapatan masyarakat pesisir setelah mengikuti program PEMP berdasarkan hipotesis yang di ajukan yaitu : H0 : x2 - x1 = 0 H1 : x2 - x1 ≠ 0 H1 berarti terdapat perbedaan pendapatan antara sebelum dan sesudah mengikuti KIMBis
Dasar pengambilan Keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai Pvalue dengan nilai α, yakni P-value < α, maka H0 ditolak. Nilai P-value diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Aminah, 2008): 𝑡 − ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
𝑑 𝑆𝑑 ( ) √𝑛
Dimana : 𝑑 = 𝑥1 − 𝑥2 𝑑=∑
𝑑 𝑛
2 2 − (∑ 𝑑) ∑ 𝑑 √ 𝑛 𝑆𝑑 = 𝑛−1
dengan : n = jumlah sampel x1 = pendapatan bersih sebelum x2 = pendapatan bersih sesudah Untuk batas penerimaan dan penolakan H0 yang ingin diperoleh, ditetapkan penggunaan selang kepercayaan pada α = 0.05.
xxiii
Tingkat Partisipasi Masyarakat Tingkat partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan yang tinggi dari masyarakat, memiliki hak yang dan kesempatan yang sama dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi yang dicapai masyarakat berdasarkan dimensi dari partisipasi itu sendiri. Dimensi yang dimakasud adalah bentuk nyata dari partisipasi, yakni partisipasi dalam bentuk sumbangan pikiran, tenaga, materi dan waktu. Semua indikator akan diukur secara ordinal berdasarkan frekuensi keikutsertaan masyarakat pada setiap kegiatan atau aktivitas dalam Pengelolaaan Bersama Perikanan, dengan pilihan jawaban (1) Satu kali, (2) 2-3 kali, (3) > 3 kali. Sebelum diakumulasi, skor setiap indikator akan dihitung berdasarkan partisipasi pada setiap kegiatan yang dilakukan.
13.
RENCANA ANGGARAN BELANJA (RAB) :
MA
Rincian Komposisi Pembiayaan
521211
Belanja Bahan
21,110,000
8.51
521213
Honor output kegiatan
54,000,000
21.76
521219
Belanja Barang Non Operasional Lainnya
36,000,000
14.51
521811
Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi
8,000,000
3.22
522141
Belanja Sewa
16,900,000
6.81
522115
Belanja Jasa Profesi
26,600,000
10.72
522119
Belanja Perjalanan Lainnya
85,558,000
34.48
Jumlah
Jumlah (Rp)
248.168.000
Jumlah (%)
100.00
xxiv
14. RENCANA PENYERAPAN ANGGARAN DAN REALISASI FISIK (PERBULAN DAN PERBELANJA) : Rencana Penyerapan anggaran (Satuan Rp 1.000.000,-) Kode A
Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 PERSIAPAN, KOORDINASI DAN PEMANTAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN Uraian
521211
Belanja Bahan
521811
Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi Belanja Sewa
522141 522151 524111 B
11
12
-
0.64
12.75
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2.00
-
-
-
-
-
-
-
-
-
8.50 Belanja Jasa 6.80 Profesi Belanja perjalanan 4.60 biasa PENDAMPINGAN DAN PENGAWALAN TEKNOLOGI
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
521211
Belanja Bahan
521213
Honor Output Kegiatan Belanja Barang Non Operasional Lainnya Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi Belanja Sewa
-
-
-
1.58
0.64
1.58
0.64
-
-
-
5.40
5.40
5.40
5.40
5.40
5.40
-
-
-
8.00
12.50
8.00
-
4.50
-
-
3.00
-
-
-
-
-
1.50
-
1.50
-
-
1.00
-
-
2.80 2.80 2.80 Belanja Jasa 5.60 5.60 5.60 Profesi Belanja perjalanan 15.58 15.58 15.58 15.58 15.58 biasa ANALISIS DATA DAN PELAPORAN
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
521211
Belanja Bahan
521811
Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi Belanja Jasa Profesi Belanja perjalanan biasa
521219
521811
522141 522151 524111 C
522151 524111
5.40 5.40 5.40
5.40
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0.64 2.64
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2.00
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3.00
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3.08
-
xxv
Gambar 1. Rencana Realisasi Fisik (Satuan: %) TAHAPAN A. PERSIAPAN, KOORDINASI DAN PEMANTAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Penyusunan ROKP - Belanja Bahan
BOBOT 100
1
2
3
5
5
5
6
0,5
0,5
0,5
1
1
0,5
Bulan 7
8
9
10
0,5
0,5
0,5
1
1
1
1
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
1
1
1
1
1
1
1
3
- Belanja Jasa Profesi
3
- Belanja perjalanan biasa
4 70
- Honor Output Kegiatan - Belanja Barang Non Operasional Lainnya - Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi - Belanja Sewa
1
1
1
1
1
1
1
1
- Belanja Jasa Profesi
3
3
3
3
3
3
3
- Belanja perjalanan biasa
3
3
3
3
3
3
3
C. ANALISIS DATA DAN PELAPORAN - Belanja Bahan - Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi - Belanja Jasa Profesi - Belanja perjalanan biasa
11
20
2. Koordinasi dalam rangka persiapan - Belanja Sewa
B. PENDAMPINGAN DAN PENGAWALAN TEKNOLOGI - Belanja Bahan
4
10 2
2
2 2 2
xxvi
12
15.
DAFTAR PUSTAKA
:
Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan [BBPSEKP]. 2014. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan KIMBis. Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan BalitbangKP – KKP. Jakarta. Daryanto, A. 2004. Penguatan Kelembagaan Sosial Ekonomi Masyarakat sebagai Modal Sosial Pembangunan. Agrimedia Vo. 9 No.1 Tahun 2004. IPB. Bogor. Purnomo AH, IN Radiarta, A Zamroni, T Arifin, J Basmal, B Sumiono, D Manurung, dan L Nurdiansah. 2014. Optimalisasi Peran IPTEK Kelauta dan Perikanan untuk Pengembangan Blue Economy di Pulau Lombok. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan KKP. Jakarta. Tonny F dan SB Utomo. 2004. Kelembagaan dan Modal Sosial. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomu Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Zamroni A, Nurlaili, dan CM Witomo. 2013. Laporan Teknis Program Rintisan Pengembangan Kelembagaan Pengawalan Iptek untuk Mengakselerasi Industrialisasi KP (KIMBIS) Kabupaten Lombok Timur-Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan BalitbangKP – KKP. Jakarta. Zamroni A, Nurlaili, CM Witomo dan N Mustika. 2014. Laporan Teknis Program Rintisan Pengembangan Kelembagaan Pengawalan Iptek untuk Mengakselerasi Industrialisasi KP (KIMBIS) Kabupaten Lombok TimurLombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan BalitbangKP – KKP. Jakarta.
xxvii
LAMPIRAN
xxviii
Lampiran 1. Rencana Pembelanjaan Kegiatan KIMBis Lombok Timur dan Lombok Tengah Tahun 2015 KODE 2369.010. 001.025 A 521211
KOMPONEN/DETAIL KEGIATAN / JENIS BELANJA/DETAIL AKUN
VOL
SATUAN
HARGA SATUAN
JUMLAH BIAYA (Rp)
JUMLAH PERSONIL/ JUMLAH DATA
Lombok Timur Jakarta Lombok Timur Lombok Timur Lombok Timur Lombok Timur Jakarta
35,293,000
PERSIAPAN, KOORDINASI DAN PEMANTAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN Belanja Bahan
13,390,000
- Fotocopy
1
PKT
1,000,000
1,000,000
-
- Banner - Perlengkapan dan operasional sekretariat KIMBis
1 1
BUAH PKT
450,000 2,000,000
450,000 2,000,000
-
M IV Februari M I April M I April
- Pencetakan brosur/leaflet kegiatan dan hasil KIMBis
1
PKT
500,000
500,000
-
M I April
- Pencetakan atribut KIMBis di lokasi
1
PKT
7,000,000
7,000,000
-
M I April
- Konsumsi dalam rangka rapat di lokasi KIMBIS [10 ORG x 2 KALI] - Konsumsi dalam rapat di dalam kantor [10 ORG x 2 KALI]
20
OK
58,000
1,160,000
20
OK
64,000
1,280,000
10 Orang (Peneliti dan Pengurus Lokasi) 4 Orang (Peneliti)
M IV Februari M III Februari MI Maret M II Maret M III Maret M IV Maret
-
-
522141
LOKASI
MODEL EKONOMI KAWASAN BERBASIS IPTEK MELALUI KIMBIS DI LOMBOK TIMUR DAN LOMBOK TENGAH
-
521811
WAKTU
Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi - ATK
1
PKT
1,000,000
- Komputer supply Belanja Sewa - Sewa Kendaraan [1 UNIT x 5 HARI]
1
PKT
1,000,000
5
UH
- Sewa rumah sbg sekretariat klinik (1 klinik x 1
1
THN
2,000,000 1,000,000
-
700,000
1,000,000 8,500,000 3,500,000
5,000,000
5,000,000
-
-
M IV Februari M I Mei
Jakarta
- M III Maret - M I April M I April
Lombok Timur
xxix
Jakarta
Lombok
KODE
522151
KOMPONEN/DETAIL KEGIATAN / JENIS BELANJA/DETAIL AKUN tahun) Belanja Jasa Profesi - Nasumber khusus/pakar [2 ORG x 1 JAM] - Narasumber pejabat eselon II [2 ORG x 1 JAM] - Narasumber pejabat eselon III [2 ORG x 1 JAM]
VOL
SATUAN
HARGA SATUAN
JUMLAH BIAYA (Rp)
B 521211
Belanja perjalanan biasa - Perjalanan dalam rangka persiapan pelaksanaan kegiatan PENDAMPINGAN DAN PENGAWALAN TEKNOLOGI Belanja Bahan - Fotocopy
2 2 2
OJ OJ OJ
1,500,000 1,000,000
521213
521219
2
4,603,000 4,603,000
OK
Lombok Timur
M IV Februari
Lombok Timur
M I April M I Mei M I Juni M I Sept M I April M I Mei M I April M I Mei M I Juni M I Juli M II Agustus
Jakarta Lombok Timur
6 Orang Pengurus Lokasi
M IV Maret s.d Desember
Transfer Bank
4 Orang (Peneliti)
-
3 Orang (Peneliti)
201,515,000 PKT
1,000,000
4,440,000 2,000,000
20
OK
58,000
1,160,000
20
OK
64,000
1,280,000
30
OB
1,000,000
54,000,000 30,000,000
30
OB
800,000
24,000,000
3
PKT
8,000,000
36,000,000 24,000,000
- Ekspose/Roadshow/pameran/studi banding hasil ditingkat kabupaten/nasional
2
PKT
4,500,000
9,000,000
- Paket pertemuan koordinasi/temu IPTEK dll
1
PKT
3,000,000
3,000,000
Honor Output Kegiatan - Manajer klinik di lokasi [3 ORG x 10 BLN x 1 KALI] - Pembantu manajer klinik [3 ORG x 10 BLN x 1 KALI] Belanja Barang Non Operasional Lainnya - Pengembangan kelembagaan kelompok (Pengolah, nelayan, kelompok wanita, produk lainnya)
LOKASI
- M IV Februari - M I April
Dinas KP Lombok Timur dan SKPD terkait
2,301,500
2
- Konsumsi dalam rangka rapat di lokasi KIMBis [10 ORG x 2 KALI] - Konsumsi dalam rapat di dalam kantor [10 ORG x 2 KALI]
WAKTU
Timur 6,800,000 3,000,000 2,000,000 1,800,000
900,000 524111
JUMLAH PERSONIL/ JUMLAH DATA
-
10 Orang (Peneliti dan Pengurus Lokasi) 4 Orang (Peneliti)
3 Orang (Peneliti) 2 Orang (Pengurus Lokasi) 2 Orang (Pengurus
-
M I April M I Mei M I Juni M I Mei M III Agustus MI
xxx
Lombok Timur Jakarta
Lombok Timur Lombok Timur Jakarta
KODE
521811
522141
522151
524111
C 521211
KOMPONEN/DETAIL KEGIATAN / JENIS BELANJA/DETAIL AKUN
Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi - ATK
HARGA SATUAN
1
PKT
1,000,000
JUMLAH BIAYA (Rp)
4,000,000 1,000,000
JUMLAH PERSONIL/ JUMLAH DATA Lokasi)
WAKTU
LOKASI
Desember (Tentatif)
-
MI September
Jakarta
- M I April - M I Mei - M I Juni
Lombok Timur
3
PKT
1,000,000
12
UH
700,000
3,000,000 8,400,000 8,400,000
Belanja Jasa Profesi - Nasumber khusus/pakar [7 ORG x 1 JAM] - Narasumber pejabat eselon III [7 ORG x 1 JAM]
7 7
OJ OJ
1,500,000 900,000
16,800,000 10,500,000 6,300,000
4 Orang (Narasumber)
20
OK
3,893,750
77,875,000 77,875,000
4 Orang (Peneliti)
- M I April - M I Mei - M I Juni
Lombok Timur
-
M I Oktober M IV November - M II Sept M IV Sept - M I Okt - M I Nov - M III Nov
Jakarta
Belanja perjalanan biasa - Perjalanan dalam rangka pendampingan dan pengawalan teknologi ANALISIS DATA DAN PELAPORAN Belanja Bahan - Fotocopy - Pencetakan dan Penggandaan Laporan
- Komputer supply Belanja Jasa Profesi - Nasumber khusus/pakar [2 ORG x 1 JAM]
-
1 1
PKT PKT
1,000,000 1,000,000
11, 360,000 3,280,000 1,000,000 1,000,000
20
OK
64,000
1,280,000
4 Orang (Peneliti)
1
PKT
1,000,000
2,000,000 1,000,000
-
1
PKT
1,000,000
1,000,000
-
2
OJ
1,500,000
3,000,000 3,000,000
Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi - ATK
522151
SATUAN
- Komputer supply Belanja Sewa - Sewa Kendaraan [1 UNIT x 3 HARI x 4 TRIP]
- Konsumsi dalam rapat di dalam kantor [10 ORG x 2 KALI]
521811
VOL
2 Orang (Narasumber)
-
M I April M I Mei M I Juni M I Des
M II Oktober M II Oktober M II November (tentatif)
xxxi
Lombok Timur dan Jakarta
Jakarta
Jakarta
Jakarta
KODE 524111
KOMPONEN/DETAIL KEGIATAN / JENIS BELANJA/DETAIL AKUN Belanja perjalanan biasa - Perjalanan dalam rangka analisis data dan pelaporan
VOL
SATUAN
2
OK
HARGA SATUAN 1,540,000
JUMLAH BIAYA (Rp) 3,080,000 3,080,000
JUMLAH PERSONIL/ JUMLAH DATA 4 Orang (Peneliti)
WAKTU
LOKASI
M II November
Jakarta
xxxii
Lampiran 2. Rekapitulasi Hasil Kegiatan dan Rencana Kerja KIMBIS tahun 2015 Lokasi
: Lombok Timur dan Lombok Tengah
Tahun mulai kegiatan : 2013 Tahun 2013 1. Sebagai FASILITATOR Bisnis Masyarakat Pengurus KIMBis 1. Pengurus KIMBis sebagai tenaga master of dilatih oleh peneliti, traineer (penyuluhan, tentang konsep pelatihan, dll) KIMBis sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat (peserta 6 orang selama 1 hari) 2. Pengurus KIMBis dilatih oleh peneliti, tentang mapping potensi dan permasalahan sektor KP di Kabupaten Lombok Timur (peserta 6 orang selama 1 hari) 3. Pengurus KIMBis dilatih oleh peneliti, tentang pendampingan pengawalan IPTEK pengolahan produk dan perluasan pemasaran; kegiatan dilaksanakan selama 2 hari dalam kegiatan pengolah yang menjadi anggota kelompok binaan
Tahun 2014 1. Pelatihan untuk pengurus KIMBIS, materi Mengawal introduksi teknologi IPTEKMAS di lokasi-lokasi terpilih berbasis komoditas. 2. Pelatihan untuk pengurus KIMBIS, materi Mengawal diseminasi teknologi IPTEKMAS 3. Pelatihan untuk pengurus KIMBIS, materi Memonitor dan evaluasi iptek yang diintroduksi tahun 2013. 4. Pelatihan untuk pengurus KIMBIS, materi Menganalisa rantai nilai pada komoditas terpilih 5. Pelatihan untuk pengurus KIMBIS, materi Mengawal implementasi konsep Blue economy
Bentuk Kegiatan Tahun 2015 1. Pengurus KIMBis menjadi pendamping sosialisasi teknologi pembesaran abalone selama 1 hari (peserta 2 kelompok : Desa Paremas) 2. Pengurus KIMBis menjadi pendamping teknologi kebun bibit dan kantong bibit (Desa Serewe) 3. Pengurus KIMBis menjadi pendamping pembesaran abalone (Desa Paremas) 4. Pengurus KIMBis menjadi pendamping konektivitas para pelaku usaha mulai dari pembudidaya sampai pelaku usaha pengolahan hasil rumput laut (Lombok Timur dan Lombok Tengah) 5. Pengurus KIMBis dilatih oleh peneliti ttg
Tahun 2016 1. -Pengurus KIMBis memberikan pelatihan teknologi pembesaran abalone (peserta 30 nelayan, desa AAA) 2. Pengurus KIMBis menjadi pendamping pelatihan teknologi kebun bibit dan kantong rumput laut (peserta 3 kelompok 3. Pengurus KIMBis menjadi pendamping konektivitas antara masyarakat pelaku usaha perikanan dengan pengusaha (PT. Phoenix) 4. Pengurus KIMBis melatih manajemen pengelolaan kelompok (peserta 2 kelompok, 2 hari)
Tahun 2017 1. Pengurus KIMBis memberikan pelatihan teknologi pembesaran abalone (peserta 30 nelayan, desa AAA) 2. Pengurus KIMBis menjadi pendamping pelatihan teknologi kebun bibit dan kantong rumput laut (peserta 3 kelompok 3. Pengurus KIMBis menjadi pendamping konektivitas antara masyarakat pelaku usaha perikanan dengan pengusaha retail (carefour) 4. Pengurus KIMBis melatih manajemen pengelolaan kelompok (peserta 2 kelompok, 2 hari)
xxxiii
Tahun 2013 KIMBis dilatih dengan jumlah peserta 30 orang kesemuanya perempuan 4. Pengurus KIMBis dilatih oleh peneliti, tentang pendampingan pengawalan IPTEK penanganan penyakit pada usaha budidaya kerapu; kegiatan dilaksanakan selama 1 hari. Para pembudidaya yang menjadi anggota kelompok binaan KIMBis berjumlah 30 orang kesemuanya pembudidaya kerapu 5. Pengurus KIMBis dilatih oleh peneliti, tentang pendampingan pengawalan IPTEK perbengkelan; kegiatan dilaksanakan selama 1 hari.Peserta berjumlah 30 orang. 6. Pengurus KIMBis dilatih oleh peneliti, tentang Pendampingan dan pengawalan manajemen pengelolaan keuangan, kegiatan dilaksanakan selama 1
Tahun 2014 6. Pelatihan untuk pengurus KIMBIS, materi optimalisasi teknologi berbantuan; kegiatan dilaksanakan selama 1 hari dengan peserta pengolah kelompok binaan KIMBis (20 orang) 7. Pengurus KIMBis melakukan pendampingan , perluasan networking dan marketing KIMBis kepada SKPD
Bentuk Kegiatan Tahun 2015 manajemen pengelolaan kelompok (peserta 6 orang, 2 hari)
Tahun 2016
Tahun 2017
xxxiv
Tahun 2013 hari. Peserta berjumlah 30 orang. 7. Pengurus KIMBis dilatih oleh peneliti, tentang Pendampingan dan Pengawalan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan; kegiatan dilaksanakan selama 1 hari. Nelayan yang menjadi peserta berjumlah 30 orang 2. SEBAGAI INKUBATOR BISNIS a. Pengembangan KELEMBAGAAN KIMBis 1. Inisiasi dan - Advokasi dan FGD di pembentukan Pemda untuk kelembagaan pendirian KIMBis - pemilihan pengurus KIMBis - pengangkatan pengurus KIMBis - pendirian kantor 2. Penumbuhan kelembagaan
Tahun 2014
Bentuk Kegiatan Tahun 2015
Tahun 2016
Tahun 2017
- Pelatihan manajemen organisasi KIMBis oleh peneliti dan penyuluh perikanan (peserta 6 orang, 3 hari)
xxxv
Tahun 2013
Tahun 2014
3. Pengembangan kelembagaan
Bentuk Kegiatan Tahun 2015 - Pelatihan lanjutan manajemen organisasi KIMBis oleh peneliti dan penyuluh perikanan (peserta 6 orang, 3 hari)
Tahun 2016
- Diskusi dan advokasi ke Pemda untuk formalisasi organisasi KIMBis seperti koperasi
4. Pemantapan kelembagaan
- Exit strategy KIMBis - Pendaftaran KIMBis sebagai koperasi, anggota adalah pada peserta binaan (50 orang)
5. Kemandirian kelembagaan
b. Pengembangan usaha BISNIS 1. Pengembangan 1. Pengurus KIMBis dan Usaha Bisnis peneliti KIMBis (jenis usaha, mengidentifikasi skala, teknis, dll) peluang usaha KIMBis (Opsi: usaha sumber daya rumput laut, permodalan, dll)
Tahun 2017
1. Menggali informasi untuk peluang pemasaran produk olahan (info pameran) 2. Mengali informasi pemecahan masalah terkait kemasan
1. KIMBis berinisiasi memasok bahan baku pengolahan produk rumput laut berdasarkan baku mutu (Volume: 5 ton) 2. KIMBis berinisiasi melakukan perbaikan dalam hal kemasan dalam rangka inisiasi pemasaran lebih luas
1. KIMBis memasok bahan baku pengolahan produk rumput laut berdasarkan baku mutu (Volume: 15 ton) 2. .Memasarkan produk hasil perikanan ke pasar tradisional, sistem fee (Volume: 5 ton) 3. Inisiasi usaha permodalan untuk peserta
1. KIMBis memasok bahan baku pengolahan produk rumput laut berdasarkan baku mutu (Volume: 35 ton) 2. Memasarkan produk hasil perikanan ke pasar tradisional, retail dengan sistem fee (Volume: 10 ton) 3. Pengembangan usaha permodalan untuk peserta (maksimal Rp 5 juta per nasabah;
xxxvi
Bentuk Kegiatan Tahun 2015
Tahun 2013
Tahun 2014
2. Pengembangan Usaha Ekonomi Kelompok Sasaran (jenis usaha, rencana pasar, permodalan, dll)
1. Peserta memperoleh pelatihan berdasarkan potensi perikanan dan kelautan (peserta 40 orang)
1. Pengembangan usaha komoditas rumput laut meliputi budidaya, pengolahan dan pemasaran
3. Keterkaitan antara usaha KIMBis dan usaha kelompok sasaran
1. Usaha ekonomi belum berjalan
2. Inisiasi pengembangan usaha ekonomi berdasarkan konektivitas wilayah meliputi penangkapan ikan dilaut, budidaya, pengolahan dan pemasaran 1. Inisiasi kemitraan dalam rangka perluasan pasar
1. Teknologi peningkatan pengolahan bahan baku rumput laut (sumber: IPTEKMAS) 2. Teknologi kebun bibit (sumber Balitbang Perikanan) 3. Teknologi kantong rumput laut (sumber Balitbang Perikanan)
1. Teknologi budidaya abalone (sumber Balitbang Perikanan)
c. Pengembangan JARINGAN KIMBis 1. Rantai pasok 1. Teknologi teknologi pengolahan bakso (sumber: Rizki Food) 2. Teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan (sumber: Balitbang Perikanan) 3. Teknologi perbengkelan (sumber: Balitbang Perikanan) 4. Teknologi penanganan penyakit budidaya kerapu (sumber: Balitbang Perikanan)
1. Kemitraan usaha komoditas rumput laut, hasil dipasarkan melalui KIMBis 2. Kerjasama pemasaran dengan pengusaha
Tahun 2016
Tahun 2017 Volume: Rp 200 juta)
1. Kemitraan usaha komoditas rumput laut, hasil dipasarkan melalui KIMBis 2. Kerjasama pemasaran dengan pengusaha retail
xxxvii
2. Jaringan pasar
Tahun 2013 Belum ada pemasaran
Tahun 2014 1. Pemasaran secara langsung dengan pengepul 2. Pasar di desa setempat dengan sistem pola “jual putus”
Bentuk Kegiatan Tahun 2015 1. Pemasaran rumput laut hasil budidaya dengan sistem kerjasama dengan pengusaha 2. Pemasaran produk pengolahan rumput laut dengan menitipkan di airport, toko oleh-oleh 1. Pembuatan website KIMBis
3. Jaringan informasi
1. Distribusi leaflet KIMBis Lombok Timur
4. Kelembagaan pelaku utama
1. Identifikasi kelompok yang eksis, menilai kondisi dan peluang untuk direvitalisasi
1. Revitalisasi kelompok pada masing-masing bidang yaitu perikanan tangkap, budidaya, pengolahan dan pemasaran
1. Pembinaan manajemen organisasi keleompok
5. Kerjasama institusi, swasta, dll
1. Sosialisasi dan advokasi ke Pemda
1. Sosialisasi dengan pihak swasta (kios dan mall lokal)
1. Kerjasaman pembinaan kelompok binaan KIMBis dengan PEMDA dan pengusaha 2. Penandatangan kerjasama pemasaran rumput laut dengan pengusaha
Tahun 2016
Tahun 2017
1. maintenance dan update website 2. Penyuluhan langsung ke peserta 3. Inisiasi relasi dengan Pemda (BKP) 1. Pembinaan manajemen organisasi keleompok 2. Penguatan modal kelompok, pinjaman komersial
1. Langganan majalah ..... 2. Langganan koran (5 ekspemlar)
1. Kerjasaman pembinaan nelayan dengan Pemda, pengusaha dan NGO
1. Pembinaan manajemen organisasi keleompok 2. Penguatan modal kelompok, pinjaman komersial 1. Operasional kerjasama pemasaran rumput laut 2. MOU pendampingan dan keberlanjutan KIMBis dengan Pemda
xxxviii
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan Teknis untuk kegiatan Pengembangan Ekonomi Kawasan berbasis Teknologi Adaptif Lokasi di Lombok Timur dan Lombok Tengah yang telah dilaksanakan sejah tahun 2013. Sampai tahun 2015 ini, tujuan yang telah dicapai adalah: 1) Identifikasi potensi dan permasalahan pada pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan (SDKP) Kabupaten Lombok Tengah melalui baseline survey; 2) Evaluasi dampak implementasi teknologi KIMBis Lombok Timur yang sudah dilakukan pada Tahun 2013; 3) Identifikasi rantai distribusi hasil perikanan unggulan di Lombok Tengah; (4). Identifikasi keragaan usaha dan usaha yang menerapkan prinsip blue economy di Kabupaten Lombok Tengah; dan (5). Pengembangan kemitraan kelompok dalam rangka pengembangan usaha perikanan. Kegiatan KIMBis berkembang sampai Kabupaten Lombok Tengah merupakan dukungan Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP) terhadap program Blue Economy yang dimulai pada Tahun 2014 di wilayah Teluk Ekas, Teluk Awang dan Teluk Bumbang yang mencakup dua kabupaten yaitu Lombok Timur dan Lombok Tengah. Laporan akhir ini akan dijadikan acuan untuk kegiatan-kegiatan berikutnya dan sebagai acuan untuk mencari strategi pengembangan KIMBis dan kelompok sasaran di wilayah cakupan kerja KIMBis Lombok Tengah dan KIMBis Lombok Timur. Evaluasi dari laporan ini akan menjadi motivasi, masukan dan strategi untuk melanjutkan langkah berikutnya.
Jakarta, Desember 2015
Tim Peneliti
xxxix
DAFTAR ISI Halaman 1. JUDUL PENELITIAN 2. DAFTAR ISI
xl
3. DAFTAR TABEL
xli
4. DAFTAR GAMBAR
xliii
5. BAB I. PENDAHULUAN
1
1.1. Latar Belakang
1
1.2. Tujuan
2
6. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 7. BAB III. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN 3.1 Kerangka Pemikiran
4 8 8
3.2 Metode Analisis Data
10
3.3 Waktu dan Lokasi Penelitian
11
3.4 Data yang Dikumpulkan
12
3.5 Teknik Pengumpulan Data
12
3.6 Metode Analisis Data
13
3.6.1 Analisis Pendapatan
13
3.6.2 Uji t Berpasangan (paired t-test)
14
3.6.3 Tingkat Partisipasi Masyarakat
15
8. BAB IV. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN
17
4.1 Penyusunan Rencana Kerja KIMBis
17
4.2 Tahap Identifikasi Pembentuk Model
19
4.3 Koordinasi dengan Berbagai Pihak
19
4.4 Rekayasa Sosial untuk Mengubah Pola Tanam Rumput Laut
23
4.5 Dukungan terhadap Pelaku Usaha Pengolahan Rumput Laut
26
4.6 Analisis Keberlanjutan Minabisnis Rumput Laut di Lombok
36
Timur dan Lombok Tengah 4.6.1 Analisis Ordinasi
37
4.6.2 Analisis Leverage
41
9. BAB V. DESKRIPSI MODEL GENERIK HASIL PELAKSANAAN
47
KEGIATAN 5.1 Analisis Strategi Pengembangan
47 xl
5.2 Model Pengembangan Ekonomi Kawasan berbasis Minabisnis
48
Rumput Laut di Lombok Timur dan Lombok Tengah 5.2.1 KIMBis Lotim
49
5.2.2 Mitra KIMBis Lombok Tengah
50
5.2.3 Kelompok Pembudidaya
51
5.2.4 Kelompok Pengolah
52
5.2.5 Pemerintah Daerah
53
5.2.6 Stakeholder Lain
54
5.2.7 Program Lain
55
10. BAB VI. EVALUASI TENTANG KINERJA KIMBis
56
6.1 Evaluasi kinerja KIMBis berdasarkan fungsi KIMBis
56
6.2 Evaluasi kinerja Kimbis berdasarkan Kriteria
62
11. BAB VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
66
7.1 Kesimpulan
66
7.2 Rekomendasi Kebijakan
66
DAFTAR PUSTAKA
67
xli
DAFTAR TABEL Judul Tabel
Halaman
Tabel 1. Metode Pelaksanaan Kegiatan KIMBis Tahun 2015
11
Tabel 2. Analisis Usaha Rumput Laut dengan Pola Tanam 45 Hari
24
Tabel 3. Produksi Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2015
28
Tabel 4. Pelaku Usaha Pengolahan Rumput Laut (Dodol) di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2014
31
Tabel 5. Pelaku Usaha Pengolahan Lainnya di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2014
31
Tabel 6. Pelaku Usaha Pengolahan Tortila di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2014
32
Tabel 7. Pelaku Usaha Pengolahan Rumput Laut di Kabupaten Lombok Tengah dan Produksi per bulan Tahun 2014
32
Tabel 8. Kelompok Binaan Putri Rinjani dalam Pengembangan Usaha Tortila Rumput Laut
34
Tabel 9. Permasalahan dan Kebutuhan Inovasi dalam Pengembangan Usaha Budidaya Rumput Laut di Lombok Timur
47
Tabel 10. Klaster Unggulan Daerah Kabupaten Lombok Tengah
54
Tabel 11. Evaluasi Fungsi KIMBis sebagai Sarana Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2014 - 2015
57
Tabel 12. Evaluasi Fungsi KIMBis sebagai Sarana Pengembangan Ekonomi Masyarakat Tahun 2014 – 2015
58
Tabel 13. Evaluasi Fungsi KIMBis sebagai Sarana Kerjasama Peneliti, Penyuluh dan Perekayasa Tahun 2014 - 2015
59
Tabel 14. Evaluasi Fungsi KIMBis sebagai Mitra Kolaborasi Kelembagaan Tahun 2014 – 2015
61
Tabel 15. Evaluasi Fungsi KIMBis sebagai Laboratorium Data Lapang Sosial Ekonomi KP Tahun 2014 - 2015
62
xlii
Tabel 16. Evaluasi Kinerja KIMBis berdasarkan Wujud Fisik KIMBis Tahun 2014 - 2015
63
Tabel 17. Evaluasi Kinerja KIMBis berdasarkan Struktur Organisasi 63 Tahun 2014 – 2015 Tabel 18. Evaluasi Kinerja KIMBis berdasarkan Pelaksanaan Kegiatan Klinik IPTEK Mina Bisnis Tahun 2014 – 2015
64
Tabel 19. Evaluasi Kinerja KIMBis berdasarkan Kelompok Sasaran Tahun 2014 – 2015
64
Tabel 20. Evaluasi kinerja KIMBis berdasarkan Output kegiatan Tahun 2014 – 2015
65
Tabel 21. Evaluasi kinerja KIMBis berdasarkan Dampak kegiatan Tahun 2014 – 2015
65
xliii
DAFTAR GAMBAR Judul Gambar
Halaman
Gambar 1. Kerangka Kerja Pengembangan Kelembagaan KIMBis menuju Mandiri
9
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Pelaksanaan Kegiatan KIMBis di Lombok Timur dan Lombok Tengah Tahun 2015
10
Gambar 3. Lokasi Penelitian di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah
12
Gambar 4. Diagram Layang Keberlanjutan Teknologi KIMBis di Lombok Timur dan Lombok Tengah
37
Gambar 5. Ordinasi dan Monte Carlo Dimensi Ekologi dari Keberlanjutan Minabisnis Rumput Laut di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah
37
Gambar 6. Ordinasi dan Monte Carlo Dimensi Ekonomi dari Keberlanjutan Minabisnis Rumput Laut di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah
38
Gambar 7. Ordinasi dan Monte Carlo Dimensi Sosial dari Keberlanjutan Minabisnis Rumput Laut di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah
38
Gambar 8. Ordinasi dan Monte Carlo Dimensi Teknologi dari Keberlanjutan Minabisnis Rumput Laut di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah
39
Gambar 9. Ordinasi dan Monte Carlo Dimensi Kelembagaan dari Keberlanjutan Minabisnis Rumput Laut di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah
39
Gambar 10. Ordinasi dan Monte Carlo Dimensi Infrastruktur dari Keberlanjutan Minabisnis Rumput Laut di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah
40
Gambar 11. Ordinasi dan Monte Carlo Dimensi Kebijakan dari Keberlanjutan Minabisnis Rumput Laut di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah
40
Gambar 12. Leverage Atribut pada Dimensi Ekologi dari Keberlanjutan Minabisnis Rumput Laut di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah
41
xliv
Gambar 13. Leverage Atribut pada Dimensi Ekonomi dari Keberlanjutan Minabisnis Rumput Laut di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah
42
Gambar 14. Leverage Atribut pada Dimensi Sosial dari Keberlanjutan Minabisnis Rumput Laut di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah
43
Gambar 15. Leverage Atribut pada Dimensi Teknologi dari Keberlanjutan Minabisnis Rumput Laut di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah
44
Gambar 16. Leverage Atribut pada Dimensi Kelembagaan dari Keberlanjutan Minabisnis Rumput Laut di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah
44
Gambar 17. Leverage Atribut pada Dimensi Infrastruktur dari Keberlanjutan Minabisnis Rumput Laut di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah
45
Gambar 18. Leverage Atribut pada Dimensi Kebijakan dari Keberlanjutan Minabisnis Rumput Laut di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah
46
Gambar 19. Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Minabisnis Rumput Laut di Lombok Timur dan Lombok Tengah
48
xlv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi nasional berbasis kelautan dan perikanan secara langsung maupun tidak langsung dilaksanakan untuk percepatan penanggulangan atau pengentasan kemiskinan. Hasil kajian dan pemantauan yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa permasalahan mendasar yang menyebabkan kemiskinan adalah kurangnya akses permodalan, pasar dan teknologi, perlindungan sosial budaya, kurang/tidak adanya aset sebagai modal aktif, rendahnya kualitas lingkungan
serta
lemahnya
kualitas
sumberdaya
pelaku
usaha
serta
kelembagaannya. Dalam rangka penanggulangan kemiskinan yang merupakan bagian dari pelaksanaan Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan merintis Klinik IPTEK Mina Bisnis (KIMBis) sejak tahun 2011. KIMBis adalah kelembagaan pengembangan bisnis masyarakat dengan memanfaatkan teknologi untuk mewujudkan kemandirian masyarakat kelautan dan perikanan (BBPSEKP, 2014). Pembentukan KIMBis diharapkan dapat menguatkan fungsi-fungsinya yaitu: 1) sebagai sarana pemberdayaan masyarakat; 2) sebagai sarana pengembangan ekonomi masyarakat berbasis IPTEK; 3) sebagai wadah kerjasama peneliti – penyuluh – perekayasa dalam menerapkan IPTEK pada masyarakat dan memperoleh umpan balik dari kegiatan introduksi teknologi; 4) sebagai sarana kerjasama antar SKPD-SKPD dan SKPP untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat; dan 5) sebagai laboratorium lapangan untuk memperoleh data aspek sosial ekonomi kelautan dan perikanan dalam mendukung program pembangunan kelautan dan perikanan. KIMBis merupakan kelembagaan masyarakat kelautan dan perikanan dengan 5 fungsi yang dimaksudkan untuk mendukung program pengentasan kemiskinan, serta mendukung program pemberdayaan masyarakatnya melalui penyebaran IPTEK serta pengembangan ekonomi kawasan berbasis IPTEK. Proses pemberdayaan itu diprioritaskan pada peningkatan kehidupan nelayan. Pelaksanaan KIMBis di Lombok Timur pada Tahun 2015 ini memasuki tahun ke-3. Pada tahun 2013 telah dilakukan baseline survey terkait penyusunan potensi dan permasalahan sektor kelautan dan perikanan di Kabupaten Lombok
1
Timur. Selanjutnya ditindaklanjuti dengan pembentukan kelembagaannya dan pendampingan beberapa kegiatan seperti : pengolahan produk dan perluasan pemasaran, penanganan penyakit pada usaha budidaya kerapu, manajemen keuangan rumah tangga nelayan, perbengkelan dan perbaikan mesin, serta pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan (Zamroni et al, 2013). Kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2014 diantaranya adalah pembentukan dan penumbuhan entitas-entitas bisnis, introduksi dan adopsi teknologi, penumbuhan etos bisnis dan kewirausahaan, dan pendampingan kegiatan bisnis. Hal ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran dalam pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan secara lestari dan berkelanjutan (Zamroni et al, 2014). Kerjasama dengan berbagai stakeholder melalui penandatanganan perjanjian kerjasama antara BBPSEKP dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur
terkait pelaksanaan KIMBis nya
sebagai bentuk dukungan terhadap program prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yaitu Blue Economy dengan memperluas jangkauan wilayahnya sampai ke Kabupaten Lombok Tengah (Purnomo et al, 2014). Jangka panjang pelaksanaan kegiatan KIMBis adalah membangun kelembagaan ekonomi lokal dalam pengelolaan kawasan pesisir secara berkelanjutan. Secara khusus kegiatan pada tahun 2015 ini bertujuan untuk mengembangkan ekonomi kawasan berbasis IPTEK melalui KIMBis dalam upaya pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat kelautan dan perikanan untuk pengentasan kemiskinan.
1.2. Tujuan dan Keluaran Tujuan kegiatan ini adalah: 1. Melakukan pembentukan dan penumbuhan entitas-entitas bisnis 2. Melakukan introduksi dan adopsi teknologi 3. Melakukan penumbuhan etos bisnis dan kewirausahaan 4. Melakukan pendampingan kegiatan bisnis Adapun keluaran dari kegiatan ini adalah: 1. Terbentuk dan tumbuhnya entitas-entitas bisnis di masyarakat kelautan dan Perikanan di Lombok Timur dan Lombok Tengah
2
2. Introduksi dan adopsi teknologi di masyarakat kelautan dan perikanan di Lombok Timur dan Lombok Tengah 3. Tumbuhnya etos bisnis dan kewirausahaan di masyarakat kelautan dan Perikanan di Lombok Timur dan Lombok Tengah 4. Terlaksananya pendampingan kegiatan bisnis di masyarakat kelautan dan Perikanan di Lombok Timur dan Lombok Tengah
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelembagaan Kelembagaan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia, maka ia dapat dikategorikan berdasarkan jenis-jenis kebutuhan pokok tersebut. Menurut Koentjaraningrat (1979) dalam Tonay dan Utomo (2004) ada 8 (delapan) golongan kelembagaan dimana salah satunya adalah kelembagaan ekonomi yang bertujuan untuk memenuhi pencaharian hidup, memproduksi, menimbun dan mendistribusikan. Kelembagaan ekonomi adalah sebagai lembaga-lembaga yang berkisar pada lapangan produksi, distribusi dan konsumsi barang-barang serta jasa. Pada umumnya lembaga ekonomi yang terdapat di masyarakat memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan pencaharian hidup, memproduksi dan mendistribusikan harta benda (Sitorus et al, 1998). Menurut Uphoff (1993) dalam Tonay dan Utomo (2004), kelembagaan lokal dibedakan kedalam penggolongan kelembagaan di tingkat lokalitas, dengan beberapa level atau tingkatan, yaitu kelompok, komunitas dan lokalitas. Kelompok adalah sekumpulan orang dengan identitas dan memiliki kesamaan serta kepentingan atau minat yang sama, misalnya kelompok berdasarkan pekerjaan, umur, etnis dan gender. Komunitas digambarkan sebagai suatu unit tempat tinggal dengan kehidupan sosial ekonomi sendiri, digambarkan sebagai unit interaksi sosial ekonomi yang merujuk sebagai suatu desa/kampung. Lokalitas, lebih kepada sejumlah komunitas yang memiliki hubungan kerjasama sosial ekonomi (komersial) setingkat kecamatan, dimana pusat pasar yang berada dicirikan oleh kesatuan komunitas, mempunyai relasi sosial dan ekonomi dengan paket pertumbuhan. Pembentukan kelembagaan dalam masyarakat tidak terlepas dari peranan individu, kelompok atau pemerintah. Lembaga-lembaga yang hidup dalam masyarakat ada yang bersifat orisinil (kelembagaan informal), yang bersumber dari adat istiadat atau kebiasaan yang turun temurun dan ada pula dari luar masyarakat itu sendiri (kelembagaan formal). Kedua kelembagaan ini selalu mempengaruhi berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dalam pembangunan (Daryanto, 2004).
4
Dalam konteks pengembangan kelembagaan, pranata sosial ekonomi mutlak diperlukan dan mendesak guna mendukung pemenuhan modal sosial dalam pembangunan. Faktor kelembagaan ini dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sepanjang hal tersebut memungkinkan adanya pembagian kerja yang lebih jauh, peningkatan pendapat, perluasan usaha dan kebebasan untuk memperoleh peluang ekonomi (Daryanto, 2004). Memberdayakan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memecahkan masalah, menentukan kebutuhan, merencanakan dan melaksanakan kegiatannya guna menciptakan kemandirian. Tentunya hal ini dapat terwujud jika ada kesadaran dari masyarakat, karena pemberdayaan pada dasarnya adalah pembebasan diri dari ketergantungan materi. Melalui KIMBis, masyarakat ditempatkan sebagai pelaku penting dan institusi pemerintah (SKPD, SKPP serta litbang) merupakan pendukungnya. Keberadaan kelembagaan KIMBis dalam masyarakat diharapkan berperan dalam dua aspek yaitu: 1) sebagai fasilitator pengembangan bisnis masyarakat; dan 2) sebagai inkubator bisnis dalam masyarakat (BBPSEKP, 2014).
2.2 Kemitraan Pengertian kemitraan menurut Undang-Undang Nomor 9 tahun 1995 didefinisikan sebagai kerjasama usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan, ini merupakan suatu landasan pengembangan usaha. Kerjasama ini tidaklah terwujud dengan sendirinya saja, akan tetapi harus dibangun dengan sadar dan terencana, baik ditingkat nasional, maupun ditingkat lokal yang lebih rendah. Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individuindividu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Selama ini istilah kemitraan ini telah dikenal dengan sejumlah nama, diantaranya strategi kerjasama dengan pelanggan (strategic
5
customer alliance), strategi kerjasama dengan pemasok (strategic supplier alliance) dan pemanfaatan sumber daya kemitraan (partnership sourcing). Kemitraan adalah suatu sikap menjalankan bisnis yang diberi ciri dengan hubungan jangka panjang, suatu kerjasama bertingkat tinggi, saling percaya, dimana pemasok dan pelanggan berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama (Lion, 1995). Kemitraan usaha akan menghasilkan efisiensi dan sinergi sumber daya yang dimiliki oleh pihak-pihak yang bermitra dan karenanya menguntungkan semua pihak yang bermitra.Kemitraan juga memperkuat mekanisme pasar dan persaingan usaha yang efisien dan produktif. Bagi usaha kecil kemitraan jelas menguntungkan karena dapat turut mengambil manfaat dari pasar, modal, teknologi, manajemen, dan kewirausahaan yang dikuasai oleh usaha besar. Usaha besar juga dapat mengambil keuntungan dari keluwesan dan kelincahan usaha kecil. Hubungan kemitraan usaha diupayakan kea rah terwujudnya hubungan kerja yang sinergis, keteraitan usaha yang semakin efisien, produktif dan berdaya saing baik di bidang produksi, pengolahan maupun pemasaran untuk menghasilkan nilai tambah yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang melakukan pertukaran dengan prinsip saling menunjang dan saling menguntungkan.
2.3 Partisipasi Masyrakat Menurut Syahyuti (2005), partisipasi adalah proses tumbuhnya kesadaran terhadap kesalinghubungan di antara stakeholders yang berbeda dalam masyarakat, yaitu antara kelompok-kelompok sosial dan komunitas dengan pengambil kebijakan dan lembaga-lembaga jasa lain. Partisipasi didefinisikan sebagai proses dimana seluruh pihak dapat membentuk dan terlibat dalam seluruh inisitaif pembangunan. Maka, pembangunan yang partisipatif (participatory development) adalah proses yang melibatkan masyarakat secara aktif dalam seluruh keputusan substansial yang berkenaan dengan kehidupan mereka. Secara harfiah, partisipasi dapat diartikan sebagai ikut sertanya seseorang atau kelompok dalam suatu kegiatan tertentu. Sedangkan partisipasi warga adalah
6
suatu bentuk keikutsertaan langsung warga dalam pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka (Suhirman,2004)
7
BAB III. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN 3.1 Kerangka Pemikiran Masyarakat miskin diwilayah pesisir merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dengan kelompok masyarakat lainnya, hanya saja kondisi geografis dan keterisoliran mereka dengan tingkat kesulitan akses yang tinggi membuat masyarakat pesisir berbeda dengan kelompok masyarakat pada umumnya. Wilayah pesisir sebenarnya memiliki sumberdaya yang tidak dimiliki masyarakat lainnya, seperti sumberdaya laut termasuk didalamnya pelabuhan laut dan kawasan wisata bahari. Hanya saja ketidakmampuan dalam mengoptimalkan potensi tersebut akibat dari minimnya kualitas sumberdaya, teknologi, akses permodalan, dan kelembagaan membuat mereka tidak bisa bangkit dari kemiskinan yang sudah mengakar tersebut. Pelaksanaan KIMBis dirancang untuk memfasilitasi penyebaran IPTEK hasil litbang kelautan dan Perikanan dan menumbuhkan inkubator bisnis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui kegiatan pemberdayaan. Pada prinsipnya, kesejahteraan tidak hanya meliputi aspek ekonomi (pendapatan dan lapangan kerja) tetapi juga meliputi aspek sosial (agama, pendidikan, dan kesehatan), dan lingkungan dalam rangka pelestarian sumberdaya alam. Sebagai fasilitator pengembangan bisnis
masyarakat
kegiatan yang
dilakukan adalah melakukan pelatihan, pendampingan dan studi banding. Selanjutnya sebagai inkubator bisnis dalam masyarakat kegiatan yang dilakukan adalah
pengembangan
kelembagaan,
pengembangan
bisnis
KIMBis,
pengembangan bisnis mitra KIMBis dan pengembangan jaringan yang mencakup inovasi, pasar, informasi, kelembagaan dan kerjasama. KIMBis di Kabupaten Lombok Timur dimulai pada bulan Juli 2013. Dalam pekembangan pelaksanaannya pada tahun 2014 cakupan wilayah menjangkau Kabupaten Lombok Tengah.
Pada tahun 2015, KIMBis dimaksudkan untuk:
peningkatan skala usaha, penumbuhan usaha baru dan pengembangan ekonomi berbasis IPTEK. Kerangka kerja pengembangan kelembagaan KIMBis menuju mandiri disajikan pada Gambar 1. Adapun kerangka pemikiran pelaksanaan
8
kegiatan KIMBis di Lombok Timur dan Lombok Tengah pada tahun 2015 disajikan pada Gambar 2. KIMBis Lombok Timur dan Lombok Tengah
Berperan sebagai Inkubator Bisnis
Fasilitator
Pengembangan Kelembagaan Pelatihan Pendampingan Studi Banding
Pengembangan Bisnis KIMBis
Pengembangan Bisnis Mitra
1. Inisiasi dan pembentukan 2. Penumbuhan 3. Pengembangan 4. Pemantapan 5. Kemandirian
Pengembangan Jaringan Jaringan: 1. Inovasi 2. Pasar 3. Informasi 4. Kelembagaan 5. Kerjasama
Pusat Informasi dan Penyebaran IPTEK
Scale up Bussiness Kemandirian Bisnis
Kemandirian IPTEK
KIMBIS MANDIRI
Gambar 1. Kerangka Kerja Pengembangan Kelembagaan KIMBis menuju Mandiri
9
KIMBis Lombok Timur dan Lombok Tengah (Sebagai fasilitator dan sebagai incubator) 2013: - Baseline survey - Pembentukan dan penyusunan program kerja KIMBis - Pendampingan teknologi sesuai program kerja - Jejaring kerja dengan SKPD di Kabupaten Lombok Timur 2014: - pembentukan dan penumbuhan entitas-entitas bisnis, - introduksi dan adopsi teknologi, - penumbuhan etos bisnis dan kewirausahaan, dan - pendampingan kegiatan bisnis. - Kerjasama dengan berbagai stakeholder
Karakteristik masyarakat pesisir: - Lemah akses modal - Lemah akses informasi - Lemah akses pasar - SDM rendah - Teknologi sederhana
-
Masyarakat Pesisir (existing condition)
Karakteristik wilayah: - Sumberdaya alam - Sosial - Ekonomi - Politik - Budaya - Infrastruktur
Peningkatan skala usaha Penumbuhan usaha baru Pengembangan ekonomi berbasis IPTEK Konektivitas jaringan usaha
Analisis pendapatan Uji t berpasangan Analisis tingkat partisipasi
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Pelaksanaan Kegiatan KIMBis di Lombok Timur dan Lombok Tengah Tahun 2015
3.2 Metoda Analisis Data Sesuai dengan tujuan kegiatan KIMBis tahun 2015 ini, maka kegiatan yang dilakukan adalah melakukan pembentukan dan penumbuhan entitas-entitas bisnis, introduksi dan adopsi teknologi, penumbuhan etos bisnis dan kewirausahaan serta pendampingan kegiatan bisnis. Secara rinci dalam pelaksanaan kegiatan KIMBis pada tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
10
Tabel 1. Metode Pelaksanaan Kegiatan KIMBis Tahun 2015 Tujuan
1. Pembentukan
Metode Pelaksanaan
Instrumen Pelaksanaan
adopsi teknologi
3. Penumbuhan
Kertas kerja
Kelompok binaan dan Mitra KIMBis
Identifikasi peluang pembentukan dan penumbuhan entitas bisnis
Sosialisasi dan Bimbingan Teknis
Kertas kerja, Evaluasi, Bimbingan Teknis
Kelompok binaan dan Mitra KIMBis
Spesifikasi introduksi dan adopsi teknologi, Hasil evaluasi kegiatan B
FGD
Kertas kerja
Kelompok binaan dan Mitra KIMBis
Identifikasi permasalahan penumbuhan etos bisnis
FGD
Bimbingan Teknis
Kelompok binaan dan Mitra KIMBis
etos bisnis dan kewirausahaan
4. Pendampingan
Data dan Informasi
FGD
dan penumbuhan entitas-entitas bisnis
2. Introduksi dan
Sumber Data
kegiatan bisnis
3.3 Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan ini merupakan penelitian riset aksi dengan menggunakan metoda survei terbatas pada lokasi yang menjadi obyek penelitian. Kegiatan pada tahun 2015 direncanakan berlangsung mulai bulan Maret hingga bulan November 2015. Lokasi penelitian adalah Klinik IPTEK Mina Bisnis Patuh Karya. Cakupan wilayahnya meliputi Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah. Lokasi penelitian adalah Kabupaten Lombok Timur di dua kecamatan yaitu Jerowaru dan Keruak dan Lombok Tengah di Kecamatan Pujut (Gambar 3).
11
Lombok Timur
Lombok Tengah
Keterangan: = Lokasi Penelitian
Gambar 3. Lokasi Penelitian di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah
3.4 Data Yang Dikumpulkan Data yang dikumpulkan terkait dengan tujuan diatas adalah data sekunder maupun data primer. Data sekunder yang dikumpulkan mencakup data dan laporan hasil penelitian dan atau publikasi lain.
3.5 Teknik Pengumpulan Data Kegiatan KIMBis tahun ketiga ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, data yang akan dijelaskan berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Kuantifikasi data digunakan untuk menjelaskan intensitas perubahan kesejahteraan yang terjadi pada anggota kelompok dimana kelembagaan ekonomi lokal yang adaptif dikaji. Data kuantitatif diperoleh melalui survei terhadap anggota kelompok binaan dan mitra KIMBis. Sedangkan data kualitatif dipakai untuk menjelaskan proses pemberdayaan melalui pengembangan jaringan dan penguatan kelembagaan serta dinamika strategi ekonomi rumah tangga. Data kualitatif akan diperoleh melalui pengamatan dan wawancara mendalam terhadap anggota rumah tangga yang terlibat dalam kegiatan ekonomi dan sistem kelembagaan yang ada, serta kelompok masyarakat yang menjadi partisipan dalam setiap desain kelembagaan
12
beberapa rumah tangga. Data sekunder dikumpulkan dengan
studi pustaka
terhadap laporan penelitian dan publikasi.
3.6 Metode Analisis Data Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dapat memberikan dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian (Nazir, 1988). Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami. Data yang terkumpul dari sampling di lapangan dikelompokkan menjadi dua kelompok, yakni data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif yang selanjutnya akan disajikan dalam bentuk tabel-tabel dan uraian. Data kuantitatif dianalisis untuk melihat pengaruh KIMBis terhadap pendapatan peserta program dengan melakukan analisis pendapatan berdasarkan biaya usaha dan pendapatan usaha. Analisis selanjutnya adalah dengan melakukan uji perbedaan dengan menggunakan uji t berpasangan (paired t-test) antara kondisi sebelum dan sesudah dilaksanakannya program KIMBis di lapangan guna melihat pengaruh nyata dari pelaksanaan KIMBis. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan data lapangan pelaksanaan program KIMBis dan pengaruh dari sisi ekonomi (pendapatan) terhadap sisi sosial budaya dan lingkungan dengan cara menginterprestasikan hasil pengolahan data lewat tabulasi dan gambar. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Exel dan SPSS (Statistical Package for The Social Science).
3.6.1 Analisis Pendapatan Untuk melihat pengaruh KIMBis terhadap pendapatan masyarakat pesisir dilakukan dengan pendekatan keuntungan, yakni dengan melihat selisih perbandingan penerimaan dan pengeluaran sebelum dan sesudah mendapatkan bantuan melalui analisis pendapatan. Analisis pendapatan usaha bertujuan untuk mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan (Hernanto, 1989). Perhitungan pendapatan dilakukan dengan menggunakan rumus :
13
π= TR –TC π= (Pq x Q) – (TFC+TVC) dimana : TR : Total Revenue (Rp) TC : Totacl Cost (Rp) TFC : Total Fixed Cost (Rp) TVC : Total Variable Cost (Rp) Pq : Harga Output Produksi (Rp/Kg) Q : Jumlah Output
dengan kriteria : TR > TC : Usaha yang dilakukan memberikan keuntungan TR = TC : Usaha yang dilakukan impas TR < TC : Usaha yang dilakukan mendapatkan kerugian
Sedangkan untuk ukuran efisiensi usaha akan digambarkan dengan analisis R/C Ratio dengan menggunakan rumus sebagai berikut : R/C Ratio = Penerimaan Biaya
Usaha yang dilakukan dikatakan memberikan keuntungan apabila nilai R/C Ratio lebih besar dari satu, begitu juga sebaliknya usaha yang dilakukan dikatakan belum memberikan keuntungan apabila nilai R/C Ratio lebih kecil dari satu. Dalam hal ini penggunaan nilai R/C Ratio lebih dari satu digunakan untuk menggambarkan setiap satu rupiah yang dikeluarkan akan memberikan keuntungan lebih besar dari satu rupiah.
3.6.2 Uji t Berpasangan (paired t-test) Analisis ini digunakan untuk menguji apakah terdapat perbedaan pendapatan masyarakat pesisir setelah mengikuti program PEMP berdasarkan hipotesis yang di ajukan yaitu :
14
H0 : x2 - x1 = 0 H1 : x2 - x1 ≠ 0 H1 berarti terdapat perbedaan pendapatan antara sebelum dan sesudah mengikuti KIMBis
Dasar pengambilan Keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai Pvalue dengan nilai α, yakni P-value < α, maka H0 ditolak. Nilai P-value diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Aminah, 2008): 𝑡 − ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
𝑑 𝑆𝑑 ( ) √𝑛
Dimana : 𝑑 = 𝑥1 − 𝑥2 𝑑=∑
𝑑 𝑛
2 2 − (∑ 𝑑) ∑ 𝑑 √ 𝑛 𝑆𝑑 = 𝑛−1
dengan : n = jumlah sampel x1 = pendapatan bersih sebelum x2 = pendapatan bersih sesudah Untuk batas penerimaan dan penolakan H0 yang ingin diperoleh, ditetapkan penggunaan selang kepercayaan pada α = 0.05.
3.6.3 Tingkat Partisipasi Masyarakat Tingkat partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan yang tinggi dari masyarakat, memiliki hak yang dan kesempatan yang sama dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi yang dicapai masyarakat berdasarkan dimensi dari partisipasi itu sendiri. Dimensi yang dimaksud adalah bentuk nyata dari partisipasi, yakni partisipasi dalam bentuk sumbangan pikiran,
15
tenaga, materi dan waktu. Semua indikator akan diukur secara ordinal berdasarkan frekuensi keikutsertaan masyarakat pada setiap kegiatan atau aktivitas dalam Pengelolaaan Bersama Perikanan, dengan pilihan jawaban (1) Satu kali, (2) 2-3 kali, (3) > 3 kali. Sebelum diakumulasi, skor setiap indikator akan dihitung berdasarkan partisipasi pada setiap kegiatan yang dilakukan.
16
BAB IV. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN Kabupaten Lombok Timur
dan Lombok Tengah merupakan salah satu
lokasi pelaksanaan Kegiatan Model Pengembangan Ekonomi Kawasan berbasis Teknologi Adaptif Lokasi yang dilakukan oleh Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Kegiatan ini merupakan pengembangan dari penerapan
Model
Klinik
IPTEK
Mina
Bisnis
(KIMBis)
yang
sudah
dikembangkan sebelumnya. Output dari Kegiatan yang dilaksanakan Klinik IPTEK Mina Bisnis (KIMBis) pada tahun 2015 ini bertujuan untuk merumuskan model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi. Model yang dihasilkan merupakan hasil kajian yang dilakukan sejak tahun 2013. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh KIMBis untuk memperoleh suatu model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi seperti yang dipaparkan di bawah ini.
4.1 Penyusunan Rencana Kerja KIMBis Pada awal tahun 2015 ini, Klinik IPTEK Mina Bisnis (KIMBis) Lombok Timur dan Lombok Tengah telah membuat penyusunan Rencana Kerja KIMBis Lombok Timur Lombok Tengah Tahun 2015. Untuk menjalankan fungsinya, KIMBis Lombok Timur dan Lombok Tengah bersama-sama dengan pengurus lokasi menyusun rencana kerja tahun 2015. Rencana kerja yang disusun merupakan kelanjutan dari road map yang telah dibuat pada awal berdirinya KIMBis Lombok Timur dan Lombok Tengah. Seperti yang telah diketahui bahwa KIMBis Lombok Timur pada tahun 2014 diperluas jangkauannya ke Lombok Tengah karena berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan di awal menunjukkan bahwa terdapat konektivitas atau keterkaitan usaha antara para pelaku usaha di Kabupaten Lombok Timur dengan para pelaku usaha di Kabupaten Lombok Tengah, maka rencana kerja pada tahun 2015 adalah melanjutkan program kerja tahun sebelumnya yaitu berfokus pada keterkaitan atau konektivitas usaha khususnya pada komoditas rumput laut dan lobster. Untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri maka KIMBis Lombok Timur dan Lombok Tengah juga melakukan kemitraan dengan berbagai pemangku
17
kepentingan yang ada di Lombok Timur dan Lombok Tengah, baik dari instansi pemerintah, swasta, yayasan, maupun perguruan tinggi. Fokus pada tahun 2015 ini pada konektivitas rantai pasar rumput laut. Rencana kemitraan dengan swasta yaitu Phoenix dan para pelaku usaha diusahakan terwujud sehingga memutus mata rantai pemasaran yang terlalu panjang. Selain itu, KIMBis juga telah melakukan pendampingan-pendampingan teknologi kepada masyarakat dalam rangka menjalankan fungsi KIMBis yaitu sebagai fasilitator dan inkubator bisnis antara lain IPTEKMAS Kebun bibit di Seriwe, dan pengawalan pasca panen rumput laut (penjemuran dan pengolahan). Pada tahun 2015 ini KIMBis mulai merintis inisisasi pembentukan unit usaha KIMBis dalam pemasaran rumput laut. Salah satu bentuk sinergitas KIMBis dengan kegiatan IPTEKMAS lainnya yang tidak terkait langsung dengan komoditas rumput laut antara lain pada IPTKEMAS Pembesaran Abalon. Sejak berdiri pada Juli 2013, KIMBis Lombok Timur-Lombok Tengah fokus pada pengembangan jejaring untuk membangun kemitraan
dengan
berbagai
pihak.
Salah
satu
fungsi
KIMBis
adalah
menyebarluaskan teknologi litbang, untuk itu maka KIMBis Lombok Timur Lombok Tengah melakukan sinergitas dengan program IPTEKMAS yang ada di Kabupaten Lombok Timur. Bentuk sinergitas yang dilakukan antara lain KIMBIs berkontribusi menjadi salah satu narasumber dalam Kegiatan Sosialisasi Pembesaran Abalon yang dilakukan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut di Gondol Bali yang dilaksanakan pada Februari 2015 di salah satu desa binaan KIMBis, Desa Paremas Kecamatan Jerowaru. Dalam pengembangan budidaya pembesaran abalon, KIMBis diminta menjadi mitra dalam melakukan pendampingan terhadap kelompok binaan pembesaran abalon. Kegiatan pembesaran abalon sudah dilakukan sejak tahun 2014 di Desa Paremas. Jenis abalon yang dibesarkan adalah Hasinina. Pada tahun 2014, dari 900 benih yang ditebar hingga saat ini masih hidup 800 benih. Pengembangan pembesaran abalon diharapkan dapat menjadi usaha tambahan bagi masyarakat Paremas yang hampir 60% merupakan nelayan. Selain itu, harapannya komoditas abalon bisa menjadi daya tarik di masyarakat sehingga masyarakat bisa memilih abalon untuk menjadi usaha budidaya. Peran KIMBis
18
selain melakukan pendampingan juga diharapkan dalam memberikan informasi jaringan pemasaran karena permasalahan dalam pengembangan budidaya adalah pemasaran.
4.2 Tahap Identifikasi Pembentuk Model Identifikasi Kesiapan Lokasi dalam Penerapan Teknologi Adaptif melalui penilaian kelayakan inovasi teknologi yang telah diterapkan selama KIMBis Lokasi dibentuk merupakan salah satu upaya dalam rangka pembentukan model pengembangan ekonomi kawasan mina bisnis berbasis rumput laut, KIMBis melakukan tahap-tahap identifikasi ketepatgunaan teknologi, baik di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah. Dalam melaksanakan tahap-tahap identifikasi, KIMBis melibatkan para penyuluh di lokasi beserta pengurus KIMBis. Kegiatan coaching kuesioner identifikasi dilakukan agar para penyuluh memiliki pengetahuan dan persepsi yang sama tentang informasi apa saja yang akan dikumpulkan. Pengumpulan data identifikasi potensi dan permasalahan di Kabupaten Lombok Timur terkait pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi.
4.3 Koordinasi dengan Berbagai Pihak Sistem usaha budidaya rumput laut merupakan kesatuan dari beberapa subsistem seperti : subsistem penyediaan sarana prasarana, susbsistem produksi dan subsistem pemasaran. Dalam pengembangannya dari sistem usaha rumput laut ini memerlukan keterpaduan antar subsistem tersebut. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan membangun dan mengembangkan sistem kemitraan. Koordinasi antar berbagai pihak juga sangat diperlukan dalam pengembangan komoditas rumput laut di Lombok Timur dan Lombok Tengah. Upaya koordinasi yang dilakukan oleh KIMBis Lomboik Timur dan Lombok Tengah dilakukan dengan pihak pemerintah daerah setempat, baik Pemerintah Lombok Timur dan Lombok Tengah (Dinas Kelautan dan Perikanan, Badan Perencana Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Koperasi), akademisi dari perguruan tinggi, serta pihak swasta. Pada tahun 2015 ini, KIMBis lebih intensif melakukan pendekatan kepada pemerintah setempat. Selain dengan pemerintah tingkat kabupaten,
19
KIMBis juga melakukan koordinasi dengan pemerintah provinsi dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Nusa Tenggara Barat khususnya bidang budidaya dan pengolahan. Hal ini dilakukan dalam rangka tahap exit strategy dimana kegiatan dan kelembagaan KIMBis akan menjadi tanggungjawab pemerintah daerah khususnya dalam rangka Program Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL). Rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan dalam PEL di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dengan mengembangkan model yang dihasilkan dari action research KIMBis di Lombok Timur yang telah dilakukan sejak tahn 2013 maka diharapkan mata rantai pemasaran rumput laut tidak lagi didominasi oleh para pengepul atau tengkulak. Target produksi rumput laut di Propinsi NTB adalah satu juta ton/tahun dapat terpenuhi. Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat terkait dengan rumput laut antara lain pada dasarnya selaras dengan apa yang dicita-citakan oleh KIMBis yaitu upaya perbaikan benih dengan kultur jaringan, memperbanyak kebun bibit, peningkatan pada pasca panen (P2HP) dengan sistem penjemuran menggunakan para para, membiasakan pembudidaya untuk menanam rumput laut sampai usia 45 hari. Namun, kondisi dilematis yang terjadi adalah di daerah yang arusnya kuat maka jika tidak dipanen sebelum 45 hari maka akan rontok akan tetapi jika dipanen kadar gelnya rendah. Beberapa program terkait rumput laut yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan antara lain Program dari pusat (BPBAP Takalar), Program Litbang P4B UPT Maros. Bentuk kegiatannya antara lain Subsidi bibit dari kebun bibit yang sudah difasilitasi, sudah berjalan, masing-masing perorangan mendapatkan bantuan 200 kilogram bibit rumput laut. Pembangunan para para (Seriwe dan Ekas) : Program kerjasama Universitas Darma Persada dan Jepang. Target produksi dari kelompok-kelompok yang dibantu adalah sebanyak 200 kilogram dari 4 buah rakit bisa terisi. Hasil produksi mereka harus jual ke Selaparang Agro, namun sulit karena ada ikatan hutang antara pembudidaya dan pengepul.
20
Dilema yang dihadapi dalam pengembangan komoditas rumput laut di Kabupaten Lombok Timur antara lain kualitas rumput laut yang belum cukup umur, kondisi rumput laut kotor karena jemur di pasir sehingga tidak memenuhi persyaratan untuk industri. Berdasarkan hasil wawancara dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Barat target pasca panen dari rumput laut antara lain untuk pembuatan chip. Koordinasi yang dilakukan oleh KIMBis dengan Bappeda Kabupaten Lombok Timur terkait kebijakan pemerintah daerah dalam pengembangan ekonomi lokal. Tahapan dalam PEL yang sudah dilakukan di Lombok Timur adalah sosialisasi PEL pada tahun 2014 kepada pelaku usaha, pengambil kebijakan (SKPD), perguruan tinggi dan LSM. Tahap selanjutnya pada tahun 2015 ini adalah membentuk Forum PEL sampai dengan penentuan klaster pengembangan usahanya. Potensi sumberdaya alam di Lombok Timur cukup berlimpah namun tingkat pemanfaatannya belum optimal. Berbagai upaya sudah dilakukan oleh pemerintah daerah seperti menyiapkan dukungan iklim yang kondusif untuk peningkatan investasi. Namun terkendala dengan beragam permasalahan seperti keterbatasan sumberdaya manusia, lemahnya dukungan multipihak termasuk sektor industri dan investasi, rendahnya dukungan infrastruktur. Koordinasi KIMBis juga dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur terkait potensi dan pengembangan usaha perikanan di Lombok Timur. Potensi perikanan yang sangat besar untuk di kembangkan adalah perikanan budidaya laut dan tambaknya, budidaya laut terdiri dari mutiara, ikan kerapu, lobster, rumput laut. Sedangkan budi daya tambaknya terdiri dari udang. Potensi perikanan tangkap teridentifikasi pada beberapa pelabuhan seperti Labuhan Lombok, Tanjung Luar, dan Labuhan Haji. Sampai saat ini potensi tersebut belum diikuti dengan peningkatan nilai ekonomis produknya melalui pengolahan pasca panennya. Koordinasi dengan pemerintah Kabupaten Lombok Tengah juga sudah dilakukan dengan melakukan koordinasi dengan Bappeda Kabupaten Lombok Tengah terkait kebijakan pemerintah daerah dalam Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL). Kabupaten Lombok Tengah telah melakukan upaya terkait dengan
21
program PEL dan merupakan bagian dari pembangunan daerah. Pembangunan daerah tersebut fokus pada kekhasan, keberagaman, keunggulan dan potensi daerah. Pengembangan PEL telah dilakukan dengan berkoordinasi antara pemerintah, usahawan, dan organisasi non pemerintah untuk menciptakan kondisi yang lebih baik dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja di tingkat lokal. Pada tahun 2012 di Lombok Tengah telah menetapkan tiga klaster unggulan dalam PEL yaitu klaster kerajinan anyaman, klaster tenun, dan klaster olahan pangan. Salah satu klaster unggulan PEL klaster olahan pangan berbasis komoditas kelautan dan perikanan yang dikembangkan adalah rumput laut. Olahan pangan dari rumput laut sudah banyak dikembangkan diantaranya adalah Tortilla jagung rumput laut, kerupuk rumput laut, dodol, permen, stik rumput laut, mie rumput laut dan rengginang rumput laut. Kelompok masyarakat
yang sudah
mengembangkan produk olahan ini diantaranya adalah UKM Putri Rinjani yang berada di Desa Bilebante Kecamatan Priggarata yang merupakan kelompok mitra KIMBis. Diskusi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Tengah juga sudah dilakukan. Berdasarkan hasil koordinasi dengan instansi tersebut diketahui bahwa berdasarkan pola ruang pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lombok Tengah terdapat 9 (sembilan) arahan kawasan budidaya di Kabupaten Lombok Tengah diantaranya kawasan peruntukan untuk perikanan yang meliputi perikanan tangkap, perikanan budidaya; dan pengolahan hasil perikanan. Kemudian kegiatan yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat di sektor kelautan dan perikanan sudah dilakukan melalui berbagai program, diantaranya: minapolitan, PNPM Mandiri KP (PUMP dan PUGAR), dan IPTEKMAS. Minapolitan difokuskan pada 2 komoditas yaitu udang vanamae dan rumput laut. KIMBIs juga melakukan koordinasi dengan akademisi perguruan tinggi, antara lain dengan Dosen Fakultas ekonomi Universitas Mataram yang juga merupakan Koordinator Pengembangan Ekonomi Regional Gesellschaft fur Internationale Zusammernarbeit (GIZ) terkait Pengembangan Ekonomi Lokal di Nusa Tenggara Barat. GIZ bekerjasama dengan mitra lokal dengan memfasilitasi
22
pelayanan izin secara terpadu, penciptaan iklim usaha dan investasi yang kondusif di NTB.
4.4 Rekayasa Sosial untuk Mengubah Pola Tanam Rumput Laut Pada bulan Agustus 2015, KIMBis telah melakukan rekayasa sosial terkait dengan upaya meningkatkan kualitas rumput laut dengan mengubah kebiasaan pembudidaya terkait dengan produksi dan pasca panen rumput laut. Para pembudidaya selama ini terbiasa menanam rumput laut hanya sampai usia 25-30 hari sehingga kadar gelnya masih kurang. Rendahnya kualitas tersebut menyebabkan rendahnya harga jual rumput laut. Selain itu, kebiasaan pembudidaya yang menjemur rumput laut di pasir atau tanpa alas setelah panen juga menyebabkan rendahnya harga jual, bahkan pasar perlahan-lahan akan meninggalkan mereka jika kebiasaan tersebut tidak segera diubah. Klinik IPTEK Mina Bisnis melakukan rekayasa sosial dengan cara melakukan pembinaan kepada dua orang pembudidaya rumput laut di Dusun Seriweh Desa Seriweh Kecamatan Jerowaru. Percobaan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan masing-masing satu unit longline dari mereka dengan ukuran 100 x 20m dengan jumlah tali ris sebanyak 200 buah. Pembinaan yang dilakukan yaitu dengan memberikan kemudahan saluran-saluran mulai dari bibit hingga pemasaran. Selain memberikan kemudahan saluran-saluran tersebut, KIMBis juga memberikan motivasi kepada pembudidaya agar mereka mau menanam rumput laut hingga usia 45 hari dan menjemur hasil panennya di parapara. Pembudidaya yang dipilih adalah mereka yang tidak memiliki ikatan hutang dengan para pengepul sehingga tidak khawatir mendapatkan intervensi dari pihak manapun. Ukuran longline tersebut diisi dengan bibit rumput laut sebanyak satu ton. Sambil melakukan rekayasa sosial tersebut KIMBis juga melakukan perhitungan analisis usaha dari usahanya. Pada dasarnya, para pembudidaya banyak yang ingin lepas dari jeratan hutang namun terkadang kebutuhan ekonomi mereka yang membuat sulit untuk keluar dari ikatan dengan pengepul. Sekarang ini masyarakat banyak yang terjerat dengan bank rontok, belum kerja sudah dirontok. Jika pembudidaya memiliki banyak modal maka pada saat rumput laut murah tidak akan dijual terlebih
23
dahulu. Ketika harga rumput laut Rp 20.000/kilogram tepatnya pada tahun 2010, banyak pembudidaya yang menjadi kaya di Seriwe. Banyak yang membeli mobil tetapi tidak membayar hutang mereka. Ikatan hutang ini yang membuat para pembudidaya rumput laut sulit untuk berkembang. Menurut mereka bagaimana mereka bisa kaya kalau harga dicekik terus. Karena semua umumnya pembudidaya rumput laut 90%. Para pembudidaya mau mengubah kebiasaan tersebut jika ada contoh. Kalau sudah berhasil pasti semua langsung ikut seperti fenomena pocong lobster. Masyarakat sering meminjam pada bulan Januari dan Februari karena pada saat itu kondisi cuaca sedang tidak bersahabat atau musim gelombang besar sehingga banyak hasil rumput laut yang gagal. Dengan mengubah pola usaha maka akan mendapatkan hasil yang lebih baik. Sebagai contoh, dengan siklus tanam selama 30 hari mendapatkan hasil produksi 100 kilogram basah atau 25 kilogram rumput laut kering maka dengan mengubah siklus tanam menjadi 45 hari maka bisa menjadi 40 kilogram kering dengan gel yang sudah tinggi. Para pengolah rumput laut mengaku bahwa yang dibutuhkan adalah jenis rumput laut cottonii. Dengan analisa usaha yang benar maka keuntungan yang akan diperoleh diharapkan bisa membayar hutang. Perubahan usia tanam dan cara penjemuran yang dimulai dari sedikit orang, harapannya bisa diikuti oleh yang lainnya. Dari kegiatan rekayasa sosial mengubah pola tanam rumput laut dapat terlihat analisis usaha rumput laut untuk ukuran 200 tali ris seperti dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Besaran keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan pola tanam selama 45 hari adalah sebesar Rp.5,735,000 per siklus tanam. Dengan mengatur pola tanam maka seharusnya para pembudidaya rumput laut dapat memperoleh keuntungan minimal Rp.30,000,000 selama setahun dan dapat melunasi hutang mereka di pengepul-pengepul rumput laut. Tabel 2. Analisis Usaha Rumput Laut dengan Pola Tanam 45 Hari No
1 2 3 4
Uraian Investasi 1 unit longline Tali utama 12 inch Tali jangkar 8 inch Tali ris 4 inch Tali anting-anting 4 inch
Volume
Satuan
Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
17 7 20 20
Kg Kg Kg Ikat
Rp. 42,000 Rp. 42,000 Rp. 42,000 Rp. 6,500
Rp. 714,000 Rp. 294,000 Rp. 840,000 Rp. 130,000
24
5 6 7 8 9
1 2 3 4 5 6 7 8
1 2
Pelampung besar Botol aqua Pemberat/karung Upah setting longline Upah masukan tali anting-anting Jumlah Biaya-biaya rutin Pembelian bibit Upah ikat bibit Pembelian bensin setting longline Upah pasang bibit rumput laut Pembelian bensin pasang rumput laut Pembelian bensin panen rumput laut Upah panen rumput laut Ongkos jemur rumput laut Jumlah Pendapatan Rumput laut basah, atau Rumput laut kering Rugi - Laba
12 50 48 1 200
Buah Kg Buah Kali Tali
Rp. 35,000 Rp. 10,000 Rp. 4,000 Rp. 250,000 Rp. 1,500
Rp. 420,000 Rp. 500,000 Rp. 192,000 Rp. 250,000 Rp. 300,000 Rp.3,640,000
1000 200 5
Kg Tali Liter
Rp. 2,000 Rp. 1,500 Rp.10,000
Rp.2,000,000 Rp. 300,000 Rp. 50,000
1x4
Orang
Rp.50,000
Rp. 200,000
5
Liter
Rp.10,000
Rp. 50,000
5
Liter
Rp. 10,000
Rp. 50,000
2x4
Orang
Rp.100,000
Rp.800,000
2x3
Orang
Rp. 50,000
Rp.300,000 Rp.7,390,000
15,000
Kg
Rp.2,000
Rp.30,000,000
1875
Kg
Rp.7,000
Rp.13,125,000 Rp.5,735,000
Sumber : data primer diolah, 2015 Pemasaran merupakan kunci usaha yang penting dalam setip usaha. Dalam kegiatan rekayasa sosial ini, KIMBis Lombok Timur melakukan mitra dengan Lombok Tengah, dimana para pengolah rumput laut banyak terdapat di Lombok Tengah. Tentunya, dengan menjaga kualitas produk rumput laut maka diharapkan harga jual rumput laut dapat lebih sesuai karena saat ini harga jual yang diterima petani hanya mencapai Rp.5,500 – 6,500 per kilogram kering. Jika tidak dibedakan antara yang dijemur di para para dengan di pasir maka orang pasti akan mencari yang mudah. Selama ini orang Lombok membanggakan rumput laut Sumbawa, padahal seharusnya Lombok bisa menghasilkan rumput laut yang memiliki kualitas sama. Kemitraan antara Lombok Tengah dan Lombok Timur dalam pemasaran rumput laut harus didasari asas saling menguntungkan.
Jika
pada bulan Agustus merupakan musim puncak rumput laut, maka hasil yang diperoleh harus bisa untuk mempersiapkan modal pada bulan Januari-Februari. Semua situasi atau kondisi sebenarnya bisa berubah asal ada kemauan. Harga rendah terus karena mereka sudah memiliki ikatan hutang di pengepul. Melalui
25
sistem kemitraan, hasil panen budidaya dijual kepada pengolah yang sudah bersedia ikut membangun sistem usaha rumput laut yang lebih baik. Diharapkan dengan membangun kemitraan antar berbagai subsistem ini dapat meningkatkan kelayakan ekonomi pembudidaya dan menjalin kerjasama antar subsistem.
4.5 Dukungan terhadap Pelaku Usaha Pengolahan Rumput Laut Dukungan KIMBis pada usaha pengolahan rumput laut tidak hanya fokus pada pasokan bahan bakunya akan tetapi juga pada pengemasannya. Salah satu dukungan KIMBIs terhadap mitra KIMBis adalah dengan mencarikan informasi terkait dengan kemasan produk olahan tersebut. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan daya saing dari produk tersebut. Produk olahan utama yang dikembangkan oleh Kelompok Pengolah Putri Rinjani di Lombok Tengah yang sudah dirintis adalah Tortila Jagung Rumput Laut. Bahan yang dipakai dalam pembuatannya adalah rumput laut jenis Euchemuma cotonii yang telah dikeringkan. Untuk meningkatkan daya saing produknya dilakukan upaya perbaikan kemasan. Pengemasan berfungsi untuk menempatkan produk olahan rumput laut agar bentuknya tidak berubah dalam proses pentimpanan, pengangkutan dan distribusi. Selain itu dari segi promosi wadah atau pembungkus berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli. Oleh karena itu bentuk, warna dan dekorasi dari kemasan perlu diperhatikan dalam perencanaannya. Koordinasi dan konsultasi dengan pihak-pihak terkait antara lain rumah kemasan di Bandung dan PT Putra Mandiri Intipack di Sidoarjo Jawa Timur. Desain kemasan yang baik dan menarik akan dapat meningkatkan harga jual produk karena para konsumen saat ini sudah sangat cerdas menilai produk tidak hanya dari rasa tetapi juga dari penampilan. Dalam membuat kemasan yang baik maka sangat dibutuhkan desain yang baik. Untuk membuat desain yang baik maka harus benar-benar menggambarkan sebenarnya sesuai produk. Dalam desain kemasan dibutuhkan informasi dari produk. Informasi yang diperlukan dari produk yang akan dibuatkan desain yaitu : 1) merk; 2) slogan; 3) komposisi; 4) berat bersih; 5) Varian rasa; 6) diproduksi oleh; 7) P IRT; 8) Logo halal MUI; 9) Produk. Tahapan yang dibutuhkan untuk
26
membuat satu kemasan dari produk adalah satu bulan dengan tahapan sebagai berikut : 1. Tahap pertama adalah mengidentifikasi informasi terkait produk. 2. Tahap kedua adalah mendesain kemasan produk. Pada tahap desain ini maka hal yang dilakukan pertama kali adalah memotret produk yang akan dikemas. Foto yang asli akan menunjukkan bahwa isi sama dengan yang digambarkan di kemasan, sehingga tidak ada pembohongan publik atau penipuan kepada konsumen. 3. Tahap ketiga adalah memastikan apakah desain yang dibuat sudah disepakati oleh produsen. 4. Tahap keempat adalah proses naik cetak kemasan. Waktu yang dibutuhkan untuk mencetak kemasan tergantung dari bahan yang digunakan. Lama pengerjaan minimal adalah sepuluh hari dan selambatnya satu bulan.
Dari beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh KIMBis sejak tahun 2013 sampai 2015 merupakan salah satu bentuk tanggungjawab sesuai dengan tujuan 1 yaitu dukungan berbagai pihak dan penciptaan kondisi usaha yang kondusif dalam rangka pembentukan dan penumbuhan entitas-entitas bisnis di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah. Komoditas usaha yang menjadi fokus KIMBis di Lombok Timur dan Lombok tengah adalah rumput laut. Entitas-entitas bisnis terkait dengan rumput laut baik di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah pada dasarnya sudah terbentuk. Dalam kajian ini, entitas usaha yang menjadi fokus kajian adalah pembudidaya, pedagang dan pengolah rumput laut di dua kabupaten tersebut. Pada dasarnya, di dua kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah sudah terdapat entitas-entitas usaha. Berdasarkan tabel di bawah ini dapat dilihat gambaran menyeluruh entitas usaha di bidang kelautan dan perikanan beserta dengan sumberdaya yang tersedia. Entitas-entitas usaha tersebut pada umumnya masih menjalankan usahanya secara tradisional dan masih sedikit yang sudah menjalankan usahanya secara profesional. Masih sangat terbatas pelaku usaha yang memiliki orientasi untuk mengembangkan usaha mereka menjadi skala lebih besar lagi. Tujuan utama
27
mereka melakukan usaha masih terbatas pada memenuhi kebutuhan hidup seharihari atau subsisten.
Tabel 3. Produksi Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur Tahun 2015 Nama Pertanian, Kehutanan, Kelautan, Perikanan, Peternakan, Perkebunan V. Kelautan dan Perikanan *
2013
2014
2015
Satuan
0
1 Perikanan Laut * 1 Jumlah Tangkapan Ikan 2 Jumlah Kapal Penangkap Ikan * 1 Perahu Tanpa Motor 2 Perahu Motor Tempel 3 Kapal Motor 3 Jumlah Tempat Pelelangan Ikan 2 Hasil Laut * 1 Produksi * 1 Garam 2 Rajungan 3 Kepiting 4 Ubur-ubur 5 Kerang 6 Ikan Kerapu 7 Teripang 8 Tuna 9 Udang 10 Lobster 11 Kakap Merah 12 Rumput Laut 13 Mutiara 14 Lainnya 4 Industri Pengolahan * 1 Garam 2 Rumput Laut 3 Lainnya 5 Luas Areal * 1 Garam 2 Rumput Laut 3 Lainnya 3 Perikanan Darat * 1 Tambak * 1. Luas Areal
12.398,30 3952 453 3125 347 2
13.786,55 3902 434 3122 346 2
14262,47 3938 429 3156 353 2
Ton
11.720,23 9,2 7
22.683,93 9,7 5
90,54 8,96
8 35,2
9 12
5,11 59,14
978,4 31,9 153,5 141,9 112.419,20 0,4 14,89
1.479,00 32,12 175,5 165,6 103.937,40 0,45 20,15
2.928,64 59,57
120 152 n/a
2.691,12 158 n/a
223 510,12
244,3 51.012,00
244,3
Unit Unit Unit
Unit Unit Unit Unit
Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton
166,84 141.153,30 0,42 564,81
Unit Unit Unit
n/a
n/a
168
Ha
2. Jumlah Produksi Udang Windu
n/a
n/a
148
Ton
3. Jumlah Produksi Udang
n/a
n/a
1.525
Ton
4. Jumlah Produksi Ikan Patin
n/a
n/a
5. Jumlah Produksi Ikan Bandeng
n/a
n/a
6. Jumlah Produksi Ikan Tambak Lainnya
n/a
n/a
Ton 12,27
Ton Ton
28
Nama 7. Nilai Produksi Usaha Tambak
2013
2014
2015
Satuan
n/a
n/a
50.558
Juta
n/a n/a
n/a n/a
831,91 Tidak Tersedia
Ha Ton
3. Jumlah Produksi Ikan Nila
n/a
n/a
1.337,44
Ton
4. Jumlah Produksi Ikan Lele
n/a
n/a
92,93
Ton
5. Jumlah Produksi Ikan Gurami
n/a
n/a
2,81
Ton
6. Jumlah Produksi Ikan Tawar Lainnya
n/a
n/a
7. Nilai Produksi Usaha Kolam Air Tenang
n/a
n/a
42.995,00
Juta
1. Luas Areal
n/a
n/a
4,86
Ha
2. Jumlah Karamba
n/a
n/a
389
Petak
3. Jumlah Produksi Ikan Karper
n/a
n/a
1,34
Ton
4. Jumlah Produksi Ikan Tawes 5. Jumlah Produksi Ikan Sepat
n/a n/a
n/a n/a
Ton Ton
6. Jumlah Produksi Ikan Gabus
n/a
n/a
7. Jumlah Produksi Ikan Gurami
n/a
n/a
8. Jumlah Produksi Ikan Betok
n/a
n/a
40,53 Tdk Tersedia Tdk Tersedia Tdk Tersedia Tdk Tersedia
9. Jumlah Produksi Ikan Tawar Lainnya
n/a
n/a
10. Nilai Produksi Usaha Keramba / Siring
n/a
n/a
837,40
Juta
1. Luas Areal 2. Jumlah Sawah
n/a
n/a
153,18
Ha
n/a
n/a
2,609
Petak
3. Jumlah Produksi Ikan Mas
n/a
n/a
4,4
Ton
4. Jumlah Produksi Ikan Nila
n/a
n/a
170,9
Ton
5. Jumlah Produksi Ikan Hias
n/a
n/a
Ton
6. Jumlah Produksi Ikan Tawar Lainnya
n/a
n/a
Ton
7. Nilai Produksi Usaha Sawah/ Mina Padi
n/a
n/a
3 Kolam Air Tenang * 1. Luas Areal 2. Jumlah Produksi Ikan Sidat
Ton
4 Keramba/Siring *
Ton Ton Ton Ton
5 Sawah/Mina padi *
3.506
Juta
9 Target Daerah Produksi Ikan ** Perikanan laut
Ton 112.590,30
118.219,87
124.131,33
Ton
6.159
6.774,91
7.529,12
Ton
n/a n/a
n/a n/a
32.104
Ha
1. Baik Sekali (75-100%)
n/a
n/a
9.158,24
Ha
2. Baik (50-74,9%)
n/a
n/a
7.380,67
Ha
3. Sedang (25-49,5%)
n/a
n/a
4.523,01
Ha
4. Buruk (0-24,9%)
n/a
n/a
10.937,25
Ha
Perikanan darat Lingkungan Hidup, Tata Ruang dan Pertanahan I. Lingkungan Hidup * 6 Terumbu Karang * 1). Luas Terumbu Karang 2). Kondisi Terumbu Karang *
29
Nama
2013
2014
2015
Satuan
II. Kerusakan Lingkungan Hidup * III. Pelestarian Lingkungan Hidup * 1 Peremajaan Terumbu Karang 4 Panjang Garis Pantai V. Jumlah Pulau * 1 Pulau Berpenghuni 1). Jumlah Penduduk
0,01 91
91
4
70 4
n/a
3.483
0,005
Ha Km
70 5
Buah Jiwa
2). Jumlah KK 3). Luas Daratan Pulau Berpenghuni
KK 36,06
36,06
36,06
Ha
4). Luas Lahan Produktif Pulau Berpenghuni
n/a
n/a
Ha
5). Luas Lahan Budidaya Pulau Berpenghuni
n/a
n/a
M2
6). Jumlah Mercusuar
n/a
n/a
Buah
2 Pulau Berpenghuni Tidak Tetap 1). Jumlah Penduduk Singgah 2). Luas Daratan Pulau Berpenghuni Tidak Tetap 3). Luas Lahan Produktif Pulau Berpenghuni Tidak Tetap 4). Luas Lahan Budidaya Pulau Berpenghuni Tidak Tetap 5). Jumlah Mercusuar
Buah n/a
n/a
Jiwa
n/a
n/a
Ha
n/a
n/a
Ha
n/a
n/a
M2 Buah
3 Pulau Tidak Berpenghuni
30
30
30
Buah
4 Pulau Bernama
35
35
35
Buah
XVII. Petani dan Nelayan * 2 Jumlah Rumah Tangga Nelayan ** 1). Nelayan Penuh
16.517 9.755
16.415 9.657
16.456 9.657
RT RT
2). Nelayan Sambilan Utama
4.712
4.695
4.654
RT
3). Nelayan Sambilan Tambahan
2.050
2.063
2.145
RT
Sumber : Sistem Informasi Pembangunan Daerah Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur, 2015
Budidaya Usaha budidaya di Lombok Timur sudah berkembang antara lain budidaya kerapu, lobster dan umput laut. Jumlah KJA untuk usaha budidaya kerapu dan lobster adalah 801 unit dengan 477 RTP. Produksi yang dihasilkan pada budidaya kerapu dan lobster adalah 10,15 ton. Untuk komoditas rumput laut di Kabupaten Lombok Timur terdapat 1.394 RTP dengan 7.542 unit rakit dan longline. Produksi rumput laut pada tahun 2015 triwulan 3 adalah 115. 920,80 ton. Usaha rumput laut di Kabupaten Lombok Timur pada dasarnya memiliki peluang yang besar. Hal ini dikarenakan banyak entitas usaha yang bermunculan
30
dalam bidang usaha pengolahan rumput laut, walaupun hingga hari ini skala usaha mereka umumnya masih usaha rumahan dengan kapasitas produksi yang masih terbatas. Namun, jika dikelola secara baik maka akan sangat mungkin menjadi berkembang melihat daerah Lombok saat ini mulai menjadi tujuan wisata yang diminati wisatawan domestik dan mancanegara. Pada tabel di bawah ini dapat dilihat terdapat kelompok-kelompok usaha pengolahan rumput laut dengan kapasitas produksi selama satu bulan. Tabel 4. Pelaku Usaha Pengolahan Rumput Laut (Dodol) di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2014 No
Nama UKM
Nama Ketua
1 Pada Girang
Malsum
2 Sinar Timur 3 Bunga Seruni 4 Mina Horti
Dg. Siti Aminah Rohani
5 Generasi Kreatif 6 Putri Selatan
Endang Suryani Budi Sulistia Jumlah
Satriah
Alamat Lendang Nangka, Masbagik Tj. Luar Kec. Keruak Seruni Kec. Selong Lendang Nangka, Masbagik Kedome Kec. Keruak Serewe Kec. Jerowaru
Produksi/ Bulan (Kg) 75 85 50 85 85 75 455
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur, 2014
Tabel 5. Pelaku Usaha Pengolahan Lainnya Kabupaten Lombok Timur Tahun 2014 No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Rohani Satriah Sapturi Jatmiko Iq. Lutfi Iq. Rafiah Iq. Hamdani Iq. Zainudin Maemunah
Alamat Selong Lendang Nangka Sawing Gapuk Kec. Suralaga Gapuk Kec. Suralaga Gapuk Kec. Suralaga Gapuk Kec. Suralaga Gapuk Kec. Suralaga Gapuk Kec. Suralaga Jumlah
Produksi/ Bulan (Kg) 70 100 100 1500 150 750 850 850 750 5.120
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur, 2014
31
Tabel 6. Pelaku Usaha Pengolahan Tortila di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2014 No. 1 2 3
Nama UKM Harapan Jaya Barokah Yakusa
Nama Ketua
Alamat
Bq. Hairunizar Sapturi Rukayah
Beaq Lauq Kec. Wanasaba Sawing Kec. Selong Montong Gading
Produksi/ Bulan (Kg) 150 100 100 350
Jumlah Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur, 2014
Selain memasarkan rumput lautnya kepada para pelau usaha pengolahan di Lombok Timur, para pembudidaya rumput laut juga sangat memiliki pasar yang terbuka di Kabupaten Lombok Tengah. Hal ini dikarenakan sudah ada jaringan pemasaran yang sudah dilakukan antara Lombok Timur dan Lombok Tengah. Tidak hanya untuk rumput laut tetapi juga untuk beberapa komoditas seperti lobster, kerapu dan sebagainya. Dari hasil identifikasi maka dapat diketahui bahwa di Kabupaten Lombok tengah terdapat entitas-entitas usaha pengolahan rumput laut yang dapat menjadi pasar bagi rumput laut dari Lombok Timur.
Tabel 7. Pelaku Usaha Pengolahan Rumput Laut di Kabupaten Lombok Tengah dan Peroduksi per bulan Tahun 2014 No 1
Kecamatan Pujut
Desa Gapura
Kawo
2
Jonggat
Nyerot
Aik Are
3
Kopang
Bun Kate Darmaji Darmaji
4
Batukliang
Mantang Mantang Selebung
Bidang Usaha Pengolah tortila, krupuk, ceker ayam Pengolah pangsit,stik, krupuk Pengolah dodol, rengginang, kerupuk, permen, stik Pengolah stik dan krupuk Pengolah kare-kare Pengolah permen buah Pengolah tortila dan krupuk Pengolah stik Pengolah kerupuk Pengolah dodol,rengginang, kerupuk
Kelas Kelompok
Anggota
Pemula
5
Pemula
5
Produksi (kg) 50
60
200 Pemula
5
Pemula
8
Pemula
6
Pemula
7
Pemula
8
Pemula Pemula
6 5
Pemula
6
25 25 20 15 100 75 100
32
5
Batukliang Utara
Teratak
6 7
Pringgarata Praya Barat
8 9
Praya Kuta
Teratak Bilebante Tanak Rarang Batu Jai Kuta
10 11
Kopang Jonggat
Kopang Aik Are
12
Mujur
Mujur
Pengolah dodol,ceker ayam Pengolah permen Pengolah tortila Pengolah abon dan krupuk Pengolah Kerupuk Pengolah kerupuk ikan dan stik Pengolah stik Pengolah kerupuk dan stik Pengolah kerupuk dan stik
Pemula
11
Pemula Pemula
5 6
Pemula
7
179 588 25
6
10 5
7 7
5 20
7
5
7
Jumlah Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Tengah, 2014
186
124
1.693
Ada 12 kelompok pengolah rumput laut di Kabupaten Lombk Tengah yang tersebar di beberapa kecamatan yaitu Pujut, Jonggat, Kopang, Batukliang, Batukliang Utara, Pringgarata, Praya Barat, Praya, Kuta, dan Mujur. Masingmasing kelompok umumnya beranggotakan 6 orang sehingga dari 12 kelompok usaha pengolahan rumput laut terdapat 124 orang pelaku pengolahan rumput laut. Jumlah minimal anggota kelompok adalah 5 orang dan maksimal 11 orang. Mereka umumnya merupakan kelompok pemula dengan rata-rata produksi per bulan adalah 89 kilogram, dengan produksi minimal sedikitnya 5 kilogram/bulan dan maksimal 588 kilogram/bulan. Total produksi olahan rumput laut per bulan sebanyak 1.693 kilo (data tahun 2015). Hasil olahan berupa tortila, kerupuk, ceker ayam, pangsit, stik, dodol, rengginang, permen, kare-kare, permen buah, dan abon.
Profil Mitra KIMBis Mitra KIMBis di Kabupaten Lombok Tengah, Hj. Zaenab, juga merupakan Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP). Melalui P2MKP Putri Rinjani dilakukan pelatihan pengolahan hasil perikanan berbahan baku rumput laut kepada peserta. Target sasaran dari pelatihan ini adalah masyarakat kelautan dan perikanan terutama kaum perempuan untuk ikut berperan dalam peningkatan kesejahteraan keluarganya agar mendapatkan
ilmu serta keterampilan untuk
menjalankan suatu kegiatan usaha. Dengan mengikuti pelatihan diharapkan kaum perempuan yang dilatih menjadi wirausahawan unggul dan kompeten yang
33
berdaya saing tinggi serta dapat menjadi contoh bagi para wirausawan lainnya. Mitra KIMBis akan mengembangkan produk olahan yaitu tortila sebagai komoditas unggulan PEL di Kabupaten Lombok Tengah. Tortila adalah salah satu bentuk olahan yang berbahan dasar singkong dan jagung yang diinovasi dengan rumput laut. Rumput laut berfungsi sebagai pengenyal adonan sehingga ketika dikonsumsi menjadi renyah. Pada tahun 2015 ini, Kelompok Putri Rinjani terpilih oleh Pemerintah Daerah Propinsi NTB untuk memasok tortila rumput laut sebanyak 500 kg per hari kepada UF (Unit Finishing) di bawah pengawasan Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
Kelompok
Putri
Rinjani
tidak
bekerja
sendiri,
tetapi
mengembangkan kerjasama dengan kelompok binaannya di Lombok Tengah, Lombok Barat, dan Lombok Timur (Tabel 8). Kelompok Putri Rinjani berperan untuk menjaga kualitas produk yang sama meskipun dilakukan oleh kelompok binaan. Tabel 8. Kelompok Binaan Putri Rinjani dalam Pengembangan Usaha Tortila Rumput Laut No
Kabupaten
1 2 3
Jumlah Kelompok
Lombok Tengah Lombok Barat Lombok Timur
19 12 2
Sumber : data primer diolah, 2015
Profil Pembudidaya Rumput Laut Dusun Seiweh Desa Seriweh Kecamatan Jerowaru Lalu Buan adalah salah seorang pelaku usaha budidaya rumput laut di Dusun
Seriweh
Desa
Seriweh
Kecamatan
Jerowaru.
Dirinya
menjadi
pembudidaya rumput laut sejak lulus SMP, saat ini usianya 25 tahun. Pada umumnya pembudidaya rumput laut memiliki lebih dari satu unit longline, begitu juga dengan Lalu Buan yang memiliki 4 unit longline dengan ukuran yang berbeda-beda yaitu 50x20 meter (1 unit), dan 100 x 20 meter (3 unit). Selama ini Lalu Buan menjual hasil panen rumput lautnya kepada pengepul lokal yaitu Bu Nurmah dan Bu Hj.Rabiah. Seperti halnya pembudidaya lainnya yang menjual ke
34
pengepul karena ada ikatan hutang dengan para pengepul, dirinya memiliki ikatan hutang dengan pengepul sebesar sampai Rp5 juta. Kualitas rumput laut di Lombok Timur memang memiliki kualitas yang kurang bagus yang disebabkan usia panen 25-30 hari serta dijemur tanpa menggunakan alas. Salahs satu alasan mereka tidak menanam rumput laut hingga 45 hari adalah karena oleh pengepul harga tidak dibedakan antara yang usia tanam 30 hari dengan yang 45 hari. Begitu juga dengan sistem penjemuran, antara yang dijemur di para para dengan di pasir dijadikan satu sehingga harga rendah. Permasalahan berikutnya jika mereka ingin menjemur di para-para adalah keterbatasan ketersediaan para-para. Hal ini salah satunya selain terkait dengan minimnya modal untuk membuat para-para juga terkait dengan ketersediaan lahan untuk membuat para-para karena lahan yang ada di sekitar mereka umumnya sudah milik pribadi dan bersertifikat. Para-para yang ada di tempat mereka merupakan bantuan dari provinsi untuk para kelompok pembudidaya. Selama ini, pembudidaya menjemur di pasir karena lebih mudah dan rumput laut yang dihasilkan lebih berat timbangannya karena banyak mengandung pasir. Para-para umumnya banyak digunakan pada saat musim hujan. Rendahnya kualitas rumput laut yang dihasilkan membuat harga rumput laut sekarang sangat rendah, sudah 3 bulan harga Rp.6000/kilo. Ikatan hutang kepada pengepul membuat mereka tidak memiliki posisi tawar sehingga pasrah menerima harga yang diberikan oleh pengepul. Abdul Hamdi, merupakan salah satu pelaku usaha budidaya rumput laut di Dusun Seriweh Desa Seriweh Kecamatan Jerowaru. Usianya kini 24 tahun dan menjadi pembudidaya rumput laut sejak lulus SMA, atau sudah 7 tahun. Dirinya memiliki dua unit longline dengan ukuran per unit 100 x 20 meter. Tiga jenis rumput laut yang ditanam oleh para pembudidaya di Seriweh yaitu rumput laut jenis cottonii merah yang ditanam pada musim kemarau serta dan cottonii hijau dan spinosum yang ditanam pada saat musim hujan. Kadar gel antara cottonii merah dan hijau tidak berbeda, hanya spinosum yang memiliki kadar gel berbeda. Pada dasarnya masyarakat ingin sekali melakukan perubahan dan berubah dari kondisi saat ini.
35
Pembagian Peran Perempuan dan Laki-laki dalam Usaha Rumput Laut Dalam usaha budidaya rumput laut ada pembagian pekerjaan antara laki-laki dan perempuan. Tenaga kerja perempuan bekerja di wilayah darat bertugas dalam pengikatan bibit rumput laut. Pada saat turun kelaut untuk mengikat tali maka adalah tugas tenaga kerja laki-laki. Pembagian peran darat dan laut sudah berlangsung turun temurun, walaupun pembagian tersebut pada implementasinya tidak bersifat kaku, dimana terkadang laki-laki ikut membantu pekerjaan di darat dan sebaliknya. Jika dalam usaha budidaya rumput laut sangat terlihat pembagian peran antara laki-laki dan perempuan, maka dalam usaha pengolahan rumput laut peran kaum perempuan sangat mendominasi. Usaha pengolahan rumput laut dapat menjadi alternatif mata pencaharian bagi ibu-ibu yang semula tidak memiliki penghasilan atau menambah pendapatan bagi rumah tangganya. Dengan mengembangkan usaha pengolahan rumput laut maka rumah tangga pesisir khususnya tidak hanya menggantungkan sumber pendapatan pada kaum laki-laki saja tetapi dapat memiliki dua sumber pendapatan sehingga lebih diharapkan dapat terwujud kesejahteraan.
4.6 Analisis Keberlanjutan Minabisnis Rumput Laut di Lombok Timur dan Lombok Tengah Keragaan keberlanjutan kegiatan minabisnis rumput laut di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah untuk 7 (tujuh) dimensi yang dievaluasi, yaitu dimensi ekologi, ekonomi, sosial, kelembagaan, teknologi, infrastruktur dan kebijakan, yang merupakan paparan nilai indeks dan status keberlanjutannya divisualisasikan dalam bentuk diagram layang (kite diagram) yang ditunjukkan pada Gambar 4.
36
Ekologi 100 80 Kebijakan
Ekonomi
60 40 20
Lombok Timur
-
Lombok Tengah
Infrastruktur
Sosial
Teknologi
Kelembagaan
Gambar 4. Diagram Layang Keberlanjutan Teknologi KIMBis di Lombok Timur dan Lombok Tengah 4.6.1
Analisis Ordinasi
1. Dimensi Ekologi Analisis ordinasi dimensi ekologi yang dapat dilihat pada Gambar 15 berikut menunjukkan bahwa nilai keberlanjutannya pada Kabupaten Lombok Tengah (59%) “relatif lebih baik” dibandingkan Lombok Timur (38%). RAPFISH Ordination
60
40 20
Good
Bad
0 -20
0
50
100
-40 -60
Real Fisheries
Down Fisheries Status Reference anchors
Other Distingishing Features
Other Distingishing Features
60
Rapfish Ordination - Monte Carlo Scatter Plot
Up
40 20 0 -20
0
50
100
-40 -60
Anchors
Fisheries Status
Gambar 5. Ordinasi dan Monte Carlo Dimensi Ekologi dari Keberlanjutan Minabisnis Rumput Laut di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah (Data Primer, 2015)
37
2. Dimensi Ekonomi Analisis ordinasi dimensi ekonomi yang dapat dilihat pada Gambar x berikut menunjukkan bahwa nilai keberlanjutannya pada Kabupaten Lombok Timur (59%) “relatif lebih baik” dibandingkan Lombok Tengah (52%). RAPFISH Ordination 60
60
40 20
Good
Bad
0 -20
0
50
100
-40 -60
Down Fisheries Status
Real Fisheries
Reference anchors
Other Distingishing Features
Other Distingishing Features
Rapfish Ordination - Monte Carlo Scatter Plot
Up
40 20 0 -20
0
50
100
-40 -60
Fisheries Status
Anchors
Gambar 6. Ordinasi dan Monte Carlo Dimensi Ekonomi dari Keberlanjutan MInabisnis Rumput Laut di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah (Data Primer, 2015) 3. Dimensi Sosial Analisis ordinasi dimensi sosial yang dapat dilihat pada Gambar x berikut menunjukkan bahwa nilai keberlanjutannya pada Kabupaten Lombok Tengah (63%) “relatif lebih baik” dibandingkan Lombok Timur (50%). RAPFISH Ordination
Rapfish Ordination - Monte Carlo Scatter Plot
Up
60
Other Distingishing Features
20 Good
Bad 0 0
20
40
60
80
-20 -40 -60
Real Fisheries
40 20 0 -20
0
20
40
60
80
100
-40 -60
Down Fisheries Status Reference anchors
100
Other Distingishing Features
60
40
Fisheries Status
Anchors
Gambar 7. Ordinasi dan Monte Carlo Dimensi Sosial dari Keberlanjutan Minabisnis Rumput Laut di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah (Data Primer, 2015)
38
4. Teknologi Analisis ordinasi dimensi teknologi yang dapat dilihat pada Gambar x berikut menunjukkan bahwa nilai keberlanjutannya pada Kabupaten Lombok Timur (50%) “relatif lebih baik” dibandingkan Lombok Tengah (45%). RAPFISH Ordination Up
60
60
40 20
Bad
Good
0 -20
0
20
40
60
80
100
-40 -60
Down
Other Distingishing Features
Other Distingishing Features
Rapfish Ordination - Monte Carlo Scatter Plot
Fisheries Status Reference anchors Anchors
Real Fisheries
40 20 0 0
50
100
-20 -40 -60
Fisheries Status
Gambar 8. Ordinasi dan Monte Carlo Dimensi Teknologi dari Keberlanjutan MInabisnis Rumput Laut di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah (Data Primer, 2015) 5. Kelembagaan Analisis ordinasi dimensi kelembagaan yang dapat dilihat pada Gambar x berikut menunjukkan bahwa nilai keberlanjutannya pada Kabupaten Lombok Tengah (89%) “lebih baik” dibandingkan Lombok Timur (54%). RAPFISH Ordination 60
60
40 20 Bad
Good
0 0
20
40
60
80
-20 -40 -60
Real Fisheries
40 20 0 -20
0
50
100
150
-40 -60
Down Fisheries Status Reference anchors
100
Other Distingishing Features
Other Distingishing Features
Rapfish Ordination - Monte Carlo Scatter Plot
Up
Anchors
Fisheries Status
Gambar 9. Ordinasi dan Monte Carlo Dimensi Kelembagaan dari Keberlanjutan Minabisnis Rumput Laut di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah (Data Primer, 2015)
39
6. Infrastruktur Analisis ordinasi dimensi infrastruktur yang dapat dilihat pada Gambar x berikut menunjukkan bahwa nilai keberlanjutannya pada Kabupaten Lombok Tengah (100%) “jauh lebih baik” dibandingkan Lombok Timur (46%). RAPFISH Ordination Up
60
60
40 20 Bad
Good
0
-40
-20
10
60
110
-40 -60
Real Fisheries
Down Fisheries Status Reference anchors Anchors
Other Distingishing Features
Other Distingishing Features
Rapfish Ordination - Monte Carlo Scatter Plot
40 20 0 0
-20
50
100
-40 -60 Fisheries Status
Gambar 10. Ordinasi dan Monte Carlo Dimensi Infrastruktur dari Keberlanjutan Minabisnis Rumput Laut di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah (Data Primer, 2015) 7. Kebijakan Analisis ordinasi dimensi sosial yang dapat dilihat pada Gambar x berikut menunjukkan bahwa nilai keberlanjutannya pada Kabupaten Lombok Tengah (52%) “relatif lebih baik” dibandingkan Lombok Timur (50%). RAPFISH Ordination Up
60
60
40 20
Good
Bad
0 -20
0
50
100
-40 -60
Real Fisheries
Down Fisheries Status Reference anchors Anchors
Other Distingishing Features
Other Distingishing Features
Rapfish Ordination - Monte Carlo Scatter Plot
40 20 0 -20
0
50
100
-40 -60
Fisheries Status
Gambar 11. Ordinasi dan Monte Carlo Dimensi Kebijakan dari Keberlanjutan Minabisnis Rumput Laut di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah (Data Primer, 2015)
40
4.6.2 Analisis Leverage 1. Dimensi Ekologi Hasil analisis leverage atribut-atribut dari dimensi ekologi, sebagaimana terlihat pada Gambar x menunjukkan bahwa terdapat tiga atribut yang paling sensitif terhadap kinerja status keberlanjutan minabisnis rumput laut di Lombok Timur. Ketiga atribut tersebut adalah:
(1) Pemanfaatan hasil samping; (2)
Ketersediaan air; dan 3) kejadian kekeringan. Adapun atribut yang sensitif terhadap kinerja keberlanjutan minabisnis rumput laut di Lombok Tengah adalah: 1) ketersediaan air dan 2) pemanfaatan nilai samping. Leverage of Attributes
Leverage of Attributes
Pengetahuan masyarakat tentang lingkungan
Pengetahuan masyarakat tentang lingkungan
Kejadian banjir
Kejadian banjir
Kejadian kekeringan
Kejadian kekeringan
Ektrimitas iklim
Ektrimitas iklim
Ketersediaan air
Ketersediaan air
Pemanfaatan hasil samping
Pemanfaatan hasil samping
Kesuburan SDKP
Kesuburan SDKP
Tingkat pemanfaatan SDKP
Tingkat pemanfaatan SDKP
0
2
4
6
a. Lombok Timur
8
10
0
1
2
3
4
5
6
b. Lombok Tengah
Gambar 12. Leverage Atribut pada Dimensi Ekologi dari Keberlanjutan Minabisnis Rumput Laut di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah (Data Primer Diolah, 2015) 2. Dimensi Ekonomi Hasil analisis leverage atribut-atribut dari dimensi ekonomi, sebagaimana terlihat pada Gambar x menunjukkan bahwa terdapat dua atribut yang paling sensitif terhadap kinerja status keberlanjutan minabisnis rumput laut di Lombok Timur. Kedua atribut tersebut adalah: (1) Persentase APBD perikanan; dan 2) potensi usaha pengembangan industry perikanan. Adapun atribut yang sensitif terhadap kinerja keberlanjutan minabisnis rumput laut di Lombok Tengah adalah: 1) Kelayakan usaha perikanan; dan 2) usaha non perikanan.
41
Leverage of Attributes
Leverage of Attributes
Usaha non-perikanan Usaha non-perikanan Kelayakan usaha perikanan Kelayakan usaha perikanan Permintaan produk ikan Permintaan produk ikan Jumlah & mutu SDM perikanan Jumlah & mutu SDM perikanan Potensi usaha industri perikanan Potensi usaha industri perikanan Harga komoditas perikanan Harga komoditas perikanan % APBD perikanan % APBD perikanan Kepemilikan aset produksi Kepemilikan aset produksi Keragaman komoditas Keragaman komoditas Efektivitas pemasaran Efektivitas pemasaran
0
1
2
3
4
5
6
7 0
a. Lombok Timur
0,5
1
1,5
2
2,5
b. Lombok Tengah
Gambar 13. Leverage Atribut pada Dimensi Ekonomi dari Keberlanjutan MInabisnis Rumput Laut di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah (Data Primer Diolah, 2015) 3. Dimensi Sosial Hasil analisis leverage atribut-atribut dari dimensi sosial, sebagaimana terlihat pada Gambar x menunjukkan bahwa terdapat dua atribut yang paling sensitif terhadap kinerja status keberlanjutan minabisnis rumput laut di Lombok Timur. Kedua atribut tersebut adalah:
(1) pendidikan pelaku usaha; dan 2)
keterlibatan keluarga dalam kegiatan usaha. Adapun atribut yang sensitif terhadap kinerja keberlanjutan minabisnis rumput laut di Lombok Tengah adalah: 1) akses masyarakat terhadap usaha perikanan; dan 2) alokasi waktu untuk usaha perikanan.
42
Leverage of Attributes
Leverage of Attributes
Keluarga dalam usaha perikanan
Keluarga dalam usaha perikanan
Kerjasama usaha perikanan
Kerjasama usaha perikanan
Alokasi waktu untuk usaha…
Alokasi waktu untuk usaha…
Frekuensi konflik
Frekuensi konflik
Akses masyarakat terhadap
Akses masyarakat terhadap
Masyarakat dalam pengelolaan…
Masyarakat dalam pengelolaan…
Masyarakat adat dalam usaha…
Masyarakat adat dalam usaha…
Program pemberdayaan…
Program pemberdayaan…
Pengalaman di bidang perikanan
Pengalaman di bidang perikanan
Pendidikan pelaku usaha
Pendidikan pelaku usaha
0
0,2 0,4 0,6 0,8
a. Lombok Timur
1
1,2
0
1
2
3
4
5
b. Lombok Tengah
Gambar 14. Leverage Atribut pada Dimensi Sosial dari Keberlanjutan MInabisnis Rumput Laut di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah (Data Primer Diolah, 2015) 4. Teknologi Hasil analisis leverage atribut-atribut dari dimensi teknologi, sebagaimana terlihat pada Gambar x menunjukkan bahwa terdapat dua atribut yang paling sensitif terhadap kinerja status keberlanjutan minabisnis rumput laut di Lombok Timur. Kedua atribut tersebut adalah: (1) penggunaan teknologi dalam usaha perikanan; dan 2) teknologi budidaya bibit rumput laut. Adapun atribut yang sensitif terhadap kinerja keberlanjutan minabisnis rumput laut di Lombok Tengah adalah: 1) Teknologi pengolahan hasil perikanan; dan 2) teknologi pemanfaatan limbah perikanan.
43
Leverage of Attributes
Leverage of Attributes
Standarisasi mutu produk perikanan Penggunaan teknologi dalam usaha perikanan Teknologi informasi perikanan Teknologi pemanfaatan limbah perikanan Teknologi pengolahan hasil perikanan Teknologi pembuatan pakan ikan Teknologi budidaya benih ikan Teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan
Standarisasi mutu produk perikanan Penggunaan teknologi dalam usaha perikanan Teknologi informasi perikanan Teknologi pemanfaatan limbah perikanan Teknologi pengolahan hasil perikanan Teknologi pembuatan pakan ikan Teknologi budidaya benih ikan Teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan
0
0,05
0,1
0,15
0
a. Lombok Timur
2
4
6
8
b. Lombok Tengah
Gambar 15. Leverage Atribut pada Dimensi Teknologi dari Keberlanjutan MInabisnis Rumput Laut di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah (Data Primer Diolah, 2015) 5. Kelembagaan Hasil
analisis
leverage
atribut-atribut
dari
dimensi
kelembagaan,
sebagaimana terlihat pada Gambar x menunjukkan bahwa terdapat masing-masing satu atribut yang paling sensitif terhadap kinerja status keberlanjutan minabisnis rumput laut di Lombok Timur dan Lombok Tengan. Atribut yang sensitive di Lombok Timur adalah lembaga penyuluhan. Adapun atribut yang sensitif di Lombok Tengah adalah aturan pelaksanaan program. Leverage of Attributes
Leverage of Attributes
Kelompok masyarakat perikanan sebelumnya
Kelompok masyarakat perikanan sebelumnya
Pengawasan program
Pengawasan program
Lembaga pendukung kelompok masyarakat perikanan (nelayan,…
Lembaga pendukung kelompok masyarakat perikanan (nelayan,…
Lembaga penyuluhan
Lembaga penyuluhan
Lembaga sosial
Lembaga sosial
Lembaga keuangan
Lembaga keuangan
Kerjasama lintas sektoral
Kerjasama lintas sektoral
Aturan pelaksanaan program
Aturan pelaksanaan program
Kerjasama pusat – daerah
Kerjasama pusat – daerah
0
1
a. Lombok Timur
2
3
4
0
2
4
6
8
10
12
b. Lombok Tengah
Gambar 16. Leverage Atribut pada Dimensi Kelembagaan dari Keberlanjutan MInabisnis Rumput Laut di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah (Data Primer Diolah, 2015)
44
6. Infrastruktur Hasil
analisis
leverage
atribut-atribut
dari
dimensi
infrastruktur,
sebagaimana terlihat pada Gambar x menunjukkan bahwa terdapat dua atribut yang paling sensitif terhadap kinerja status keberlanjutan minabisnis rumput laut di Lombok Timur. Kedua atribut tersebut adalah: (1) infrastruktur pasar; dan 2) infrastruktur listrik. Adapun atribut yang sensitif terhadap kinerja keberlanjutan minabisnis rumput laut di Lombok Tengah adalah infrastruktur pasar. Leverage of Attributes
Leverage of Attributes
Infrastruktur pasar
Infrastruktur pasar
Infrastruktur perbankan
Infrastruktur perbankan
Infrastruktur air bersih
Infrastruktur air bersih
Infrastruktur listrik
Infrastruktur listrik
Infrastruktur komunikasi
Infrastruktur komunikasi
Sarana transportasi
Sarana transportasi
Aksesibilitas dari dan ke lokasi
Aksesibilitas dari dan ke lokasi
0
1
2
a. Lombok Timur
3
4
5
0
0,0001 0,0002 0,0003 0,0004 0,0005
b. Lombok Tengah
Gambar 17. Leverage Atribut pada Dimensi Infrastruktur dari Keberlanjutan MInabisnis Rumput Laut di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah (Data Primer Diolah, 2015) 7. Kebijakan Hasil analisis leverage atribut-atribut dari dimensi kebijakan, sebagaimana terlihat pada Gambar x menunjukkan bahwa terdapat dua atribut yang paling sensitif terhadap kinerja status keberlanjutan minabisnis rumput laut di Lombok Timur. Kedua atribut tersebut adalah: (1) kebijakan konservasi sumberdaya alam; dan 2) kebijakan promosi daerah. Adapun atribut yang sensitif terhadap kinerja keberlanjutan minabisnis rumput laut di Lombok Tengah adalah: 1) kebijakan peningkatan peran perusahaan daerah; dan 2) kebijakan pemberdayaan UKM.
45
Leverage of Attributes
Leverage of Attributes
Kebijakan kerjasama antar daerah
Kebijakan kerjasama antar daerah
Kebijakan konservasi SDA
Kebijakan konservasi SDA
Kebijakan pengurangan…
Kebijakan pengurangan…
Kebijakan pemberdayaan…
Kebijakan pemberdayaan…
Kebijakan pengembangan…
Kebijakan pengembangan…
Kebijakan peningkatan peran…
Kebijakan peningkatan peran…
Kebijakan pemberdayaan UKM
Kebijakan pemberdayaan UKM
Kebijakan persaingan usaha
Kebijakan persaingan usaha
Kebijakan promosi daerah
Kebijakan promosi daerah
Kebijakan peningkatan investasi
Kebijakan peningkatan investasi
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12
a. Lombok Timur
0
1
2
3
4
5
b. Lombok Tengah
Gambar 18. Leverage Atribut pada Dimensi Kebijakan dari Keberlanjutan MInabisnis Rumput Laut di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah (Data Primer Diolah, 2015)
46
BAB V. DESKRIPSI MODEL GENERIK HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN 5.1 Analisis Strategi Pengembangan Secara umum permasalahan dan kebutuhan inovasi dalam pengembangan usaha budidaya rumput laut di Lombok Timur dapat dilihat dari 5 aspek, yaitu: produksi, diversifikasi, pasca panen, sarana dan prasarana serta kelembagaan (Tabel 9). Tabel 9. Permasalahan dan Kebutuhan Inovasi dalam Pengembangan Usaha Budidaya Rumput Laut di Lombok Timur No
Aspek
Permasalahan
Kebutuhan Inovasi
1
Produksi
Kualitas dan kuantitas produksi rumput laut mengalami penurunan (dari harga Rp 12.000,- per kg menjadi Rp 6.500,- per kg)
Perbaikan teknologi budidaya, pemanenan dilakukan sesuai umur yang dianjurkan
2
Diversifikasi
Pembudidaya kurang memperhatikan jenis spesies yang dibudidayakan
Melakukan penggantian bibit rumput laut yang dibudidayakan disesuaikan dengan kondisi musim dan cuaca
3
Pasca panen
Mutu rumput laut yang dihasilkan rendah (rumput laut dipanen dalam umur yang kurang dari yang seharusnya)
Perbaikan teknologi pasca panen untuk penjemuran dan teknologi pengolahan
4
Sarana dan prasarana
Sarana produksi dan hasil terganggu karena fasilitas terbatas, para-para yang sudah dibangun tidak mencukupi semua pembudidaya
Perbaikan teknologi penjemuran dengan cara digantung dengan tali-talinya
5
Kelembagaan Kelompok pembudidaya belum berfungsi optimal, penyalur sarana produksi yang lengkap ada di luar desa, keberadaan lembaga penyedia modal dan lembaga pemasaran yang terbatas
Pembinaan kelompok yang berkelanjutan, pengembangan pola kemitraan dan penguatan lembaga keuangan dan pemasaran
Sumber: data primer (2015)
47
5.2 Model Pengembangan Ekonomi Kawasan berbasis Minabisnis Rumput Laut di Lombok Timur dan Lombok Tengah Berdasarkan identifikasi permasalahan dan kebutuhan inovasi dirumuskan langkah operasional kebijakan pengembangan ekonomi kawasan berbasis minabisnis rumput laut di Lombok Timur dan Lombok Tengah adalah melibatkan secara aktif partisipasi dari beberapa stakeholder. Pembudidaya dan pengolah merupakan fokus kegiatan, KIMBis Lombok Timur dan Mitra KIMBis sebagai program inti, serta stakeholder lain seperti pemerintah daerah, perbankan dan lembaga lainnya sebagai unsur penunjang. Model pengembangan ekonomi kawasan berbasis minabisnis rumput laut di Lombok Timur dan Lombok Tengah
Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah
KIMBis Lotim
Mitra KIMBis (Loteng)
A
Lembaga Keuangan
diilustrasikan pada Gambar berikut ini:
B
Kelompok Pengolah Utama
Pembudiday a Mitsui co
Kelompok Binaan
Kelompok Binaan
Kelompok Binaan
Pengolah
Pasar
Keterangan:
Kegiatan A
Kegiatan B
------
= hubungan kerjasama
Melakukan panen rumput laut usia 45 hari
Mendorong perbaikan kemasan produk olahan
= hubungan pembinaan
Melakukan penjemuran di atas para-para
Meningkatkan kapasitas pengolah
Melakukan pengaturan masa tanam rumput laut
Mendorong perluasan pasar
48
Gambar 19. Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Minabisnis Rumput Laut di Lombok Timur dan Lombok Tengah 5.2.1 KIMBis Lombok Timur KIMBis (KLinik IPTEK Mina Bisnis) merupakan lembaga (organisasi) yang dibangun secara partisipatif (dari-oleh-untuk) masyarakat atas prakarsa Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) pada desa pesisir dan desa perikanan untuk mendukung tujuan pembangunan. Fungsi KIMBis adalah : 1) sebagai lembaga untuk membina, advokasi dan membimbing kelompok sasaran dalam peningkatan kapasitas manajerial dan ekonominya; dan 2) sebagai lembaga yang dapat digunakan untuk tujuan penerapan hasil penelitian Balitbang KP serta memperoleh umpan balik (BBPSEKP, 2012). Implementasi KIMBis di Lombok Timur telah dilalui dengan tahapan perencanaan yang meliputi : 1) Survey potensi dan permasalahan pada lokasi sasaran; 2) Sosialisasi KIMBis; 3) Rapat pembentukan KIMBis; dan 4) Rapat pengurus KIMBis). Tahap selanjutnya adalah kegiatan: 1) implementasi teknologi dan kelembagaan dalam rangka pembentukan laboratorium minabisnis rumput laut melalui pendampingan usaha, pengawalan teknologi, dan studi banding; 2) pengorganisasian; 3) koordinasi; 4) monitoring dan evaluasi; dan 5) pembinaan. Dalam operasionalnya, Lembaga KIMBis dikendalikan oleh tim pelaksana tingkat pusat (dari BBPSEKP) dan pelaksana lapangan berkoordinasi dengan Dinas KP. Pada jangka panjang operasionalisasi KIMBis dilakukan penuh oleh pelaksana lapangan berkoordinasi dengan Dinas KP. Kunci strategis peran KIMBis dalam implementasi kegiatannya bertumpu pada jaringan kerjasama baik secara internal maupun eksternal antar stakeholder. Jaringan kerjasama internal difungsikan dalam rangka mewujudkan kerjasama sinergis antara unit kerja dan unit pelaksana teknis baik lingkup Balitbang KP maupun KKP serta penyuluh dalam pengembangan laboratorium minabisnis. Sementara itu, jaringan kerjasama eksternal diarahkan untuk mewujudkan kerjasama sinergis antara jaringan Balitbang KP dengan Pemerintah Daerah, BUMN, Swasta dan masyarakat setempat. Sesuai dengan prinsip dasar KIMBis
49
sebagaimana dikemukakan di atas, setelah model laboratorium lapang minabisnis dipandang sudah mampu mandiri maka pematangan model berikutnya diserahkan kepada kelompok pembudidaya dalam bentuk Kelompok Usana Minabisnis Rumput Laut. Sejak tahun 2014, KIMBis Lombok Timur memperluas wilayah kerjanya mencakup Kabupaten Lombok Tengah sebagai bentuk dukungan terhadap program blue economy. Kegiatan yang dilakukan adalah inisiasi pembentukan mitra KIMBis di Lombok Tengah, pengembangan kemitraan dan BIMTEK IPTEKMAS, penguatan kerjasama dengan pemerintah setempat serta optimalisasi program berbantuan.
5.2.2 Mitra KIMBis Lombok Tengah Pembentukan Mitra KIMBis merupakan
representasi konektivitas
ekosistem dan usaha antara Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah. Konektivitas ekosistem dan usaha di kedua kabupaten tersebut memberikan kekayaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang sangat besar dan belum dikembangkan secara terpadu. Salah satunya adalah pemanfaatan komoditas rumput laut yang sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai alternatif mata pencaharian. Produk rumput laut yang dihasilkan oleh pembudidaya di Lombok Timur tersebut sebagian besar dalam bentuk raw material yaitu rumput laut kering yang dijual kepada pengumpul. Namun demikian, beberapa pengolah hasil perikanan berbasis rumput laut di Lombok Tengah membeli bahan baku berupa rumput laut (kering) dari Lombok Timur dan diolah menjadi dodol, tortilla, manisan dan lain lain. Produk olahan rumput laut tersebut sebagian dijual kembali ke Lombok Timur. KIMBis melakukan perannya sebagai fasilitator untuk membangun terbentuknya kerjasama-kerjasama dalam pengembangan usaha diantara kedua kelompok usaha (pembudidaya dan pengolah). Kegiatan pengembangan kemitraan ini secara tidak langsung memperkuat konektivitas produksi dan pemasaran yang sudah ada. Mitra KIMBis di Lombok Tengah adalah kelompok usaha pengolahan rumput laut “ Putri Rinjani”. Kelompok Putri Rinjani merupakan kelompok
50
usaha pengolah rumput laut dengan produk utamanya adalah Tortilla, stik, dodol dan kerupuk. Bentuk kerjasamanya adalah kelompok budidaya rumput laut di Desa Serewe memasok bahan baku pengolahan ke Kelompok Putri Rinjani di Lombok Tengah. Bentuk kerjasama yang dilakukan antara KIMBis Lotim dengan Mitra KIMBis di Lombok Tengah adalah pembudidaya melakukan panen rumput laut pada umur 45 hari dan meningkatkan kapasitas kelompok binaan KIMBis. Kelompok binaan KIMBis di Kabupaten Lombok Timur yang belum berkembang di “kursus” kan kepada kelompok mitra yang berhasil untuk tujuan berbagi pengalaman, belajar, menumbuhkan motivasi berusaha secara mandiri serta membangun kerjasama usaha. Kerjasama ini lebih diarahkan untuk meningkatkan peran dari mitra KIMBis dalam membangun motivasi, peningkatan kemampuan pengolahan produk berbasis rumput laut dan kemampuan memasarkan produk olahan. Tujuan akhir dari kerjasama ini adalah untuk meningkatkan kemandirian kelompok usaha KIMBis dan Mitra KIMBis dalam melakukan usaha, sehingga dapat meminimalisir ketergantungan masyarakat terhadap bantuan pemerintah.
5.2.3 Kelompok Pembudidaya Kelompok pembudidaya rumput laut pada hakekatnya adalah organisasi yang memiliki fungsi sebagai media musyawarah bagi para pembudidaya rumput laut. Selain itu, organisasi ini juga memiliki peran dalam akselerasi kegiatan program pembangunan kelautan dan perikanan. Idealnya kelompok pembudaya rumput laut ini merupakan kumpulan para pembudidaya rumput laut yang terbentuk dan tumbuh atas dasar adanya kepentingan bersama dengan rasa saling percaya,
keserasian
dan
keakraban
untuk
bekerjasama
dalam
rangka
memanfaatkan sumberdaya, mengembangkan usaha, dana, untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Namun banyak kasus ditemui bahwa kelompok pembudaya dibentuk dalam kaitannya dengan implementasi program. Akibatnya, eksistensi kelompok pembudidaya rumput laut yang demikian itu sering berakhir seiring selesainya kegiatan program. Akibat yang lebih luas, manfaat program hanya dirasakan pada saat implementasi tanpa keberlanjutan.
51
Kelompok
pembudidaya
dalam
model
yang dikembangkan
untuk
pengembangkan ekonomi kawasan berbasis minabisnis rumput laut ini merupakan fokus kegiatan yang harus dilandasi dengan prinsip partisipatif. KIMBis selaku pihak luar berperan selaku fasilitator. Fasilitator memberikan motivasi kepada para pembudidaya untuk bergabung dalam kelompok serta menginisiasi pertemuan
untuk
bermusyawarah
membicarakan
rencana
pengembangan
kelompok pembudidaya. Dalam pengembangan budidaya rumput laut permasalahan yang dihadapi di antaranya adalah: 1) Penyakit ice-ice, 2) Penurunan kualitas bibit, 3) Kurangnya penanganan pasca panen, 4) Kurang optimalnya umur panen yaitu hanya 30 hari, 5) Tidak adanya diferensiasi harga rumput laut menurut kualitas, 6) Tidak tersedianya sumber air bersih/air tawar, 7) Belum adanya zonasi dan kajian carrying capacity di wilayah teluk terutama Teluk Serewe (Zamroni, et al, 2014). Pemicu utama permasalahan harga rumput laut yang rendah karena tindakan monopoli dari pengumpul rumput laut. Permintaan rumput laut dari pengumpul seringkali memaksa pembudidaya rumput laut melakukan pemanenan lebih cepat dari umur normal. Hal ini yang menyebabkan harga dan kualitas rumput laut di Lombok Timur menjadi rendah.
5.2.4 Kelompok Pengolah Kelompok pengolah adalah kelompok pengolah hasil perikanan yang melakukan kegiatan ekonomi bersama dalam wadah kelompok. Seperti halnya kelompok pembudidaya rumput laut, kelompok pengolah adalah organisasi yang memiliki fungsi sebagai media musyawarah bagi para pengolah rumput laut. Usaha pengolahan yang sudah dikembangkan oleh pengolah di Lombok Timur adalah stik, dodol, bakso, nugget dan kerupuk. Kelompok pengolah mendapatkan bahan baku raw material rumput laut kering dari pembudidaya. Namun pemasarannya belua luas, masih di lingkup Lombok Timur saja. Usaha pengolahan yang sudah dikembangkan oleh pengolah di Lombok Tengah adalah tortilla, stik, dodol, sirup dan kerupuk. Kelompok mitra yang memproduksi tortilla rumput laut selama ini membeli bahan baku rumput laut di pasar, tentunya dengan harga dan spesifikasi yang ada di pasar. Artinya produsen
52
tidak bisa memilih sesuai dengan harga dan spesifikasi yang diinginkan. Jika ingin mendapatkan bahan baku dengan spesifikasi yang diinginkan pengolah harus membeli bahn baku rumput laut kering yang berasal dari daerah luar yaitu Sumbawa. Terkait dengan pengolahan tortilla, Mitra KIMBis di Lombok Tengah melihat peluang untuk mengembangkan usahanya dengan mengintroduksi pengolahan tortilla pada kelompok pengolah di Lombok Timur. Kekhasan Lombok Timur sebagai penghasil ikan laut menginovasi tortilla dengan bahan baku ikan laut. Pemasaran produk tortilla berbahan baku ikan tersebut akan ditangani langsung oleh mitra KIMBis tersebut. Selain itu, mitra KIMBis juga membantu pengurus KIMBis Lombok Timur untuk melakukan pendampingan kepada kelompok binaan KIMBis di Lombok Timur terutama kelompok pengolah produk perikanan yang mempunyai ketergantungan terhadap bantuan pemerintah dan mempunyai kelemahan dalam pengelolaan kelompok dengan melakukan magang dan berbagi pengalaman.
5.2.5 Pemerintah Daerah Pemerintah daerah memiliki peran besar untuk mengambangkan potensi daerahnya masing-masing. Pengembangan minabisns rumput laut merupakan salah satu peluang untuk memajukan daerah setempat yaitu Lombok Timur dan Lombok Tengah. Instansi-instansi terkait seperti Bappeda, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Koperasi, Dinas Perindustrian, Dinas Perdagangan atau DPRD setempat merupakan lembaga yang semestinya dapat berpartisipasi dalam implementasi model pengembangan minabisnis rumput laut ini. Dinas Kelautan dan Perikanan misalnya mempunyai peran pembinaan yang dikuatkan dalam peraturan daerah kabupaten setempat. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lombok Tengah ke depan disandarkan pada tiga sektor basis, yaitu sektor agro, pariwisata dan kelautan. Hal ini dituangkan dalam Surat Keputusan Bupati Lombok Tengah Nomor Tahun 2013 tentang Penetapan Klaster Unggulan Daerah Kabupaten Lombok Tengah. klaster unggulan daerah Kabupaten Lombok Tengah disajikan pada Tabel berikut:
53
Tabel 10. Klaster Unggulan Daerah Kabupaten Lombok Tengah No.
Klaster
Jenis Komoditas
1.
Industri Kerajinan
1.Tenun 2. Anyaman Ketak 3. Kerajinan Meubel Kayu/Bambu 4. Kerajinan Perak Pengolahan makanan/ minuman 1. Tembakau Virginia 2. Melon 3. Semangka 4. Manggis 1. Rumput laut 2. Lobster 3. Budidaya Ikan Air Tawar
2.
Pengolahan Pangan
3.
Agropolitan
4.
Minapolitan
Wilayah Pengembangan Prioritas Jonggat, Prabar, Pujut Praya Timur Muncan, Kopang Ungge Kopang, Pringgarata Kopang, janapria, Praya Timur Praya Timur Pujut Batukliang Utara Pujut Pujut Batukliang, Batukliang Utara.
Sumber: Bappeda Lombok Tengah (2013)
5.2.6 Stakeholder Lain Lembaga Keuangan Lembaga keuangan merupakan salah satu pendukung dalam pembangunan kelautan dan perikanan. Namun keterlibatan lembaga tersebut dalam bidang perikanan masih relatif terbatas. Peran lembaga keuangan untuk usaha perikanan skala kecil dapat dikatakan langka. Paling menonjol adalah sebatas kredit penyaluran usaha rakyat.
Mitsui co Pembudidaya dapat memanfaatkan fasilitas rumah penjemur yang sudah dibangun oleh Mitsui Co melalui Universitas Dharma Persada dan Universitas Mataram.
Pasar Produk yang dihasilkan baik oleh pembudidaya maupun pengolah dijual ke pasar. Untuk meningkatkan serapan pasar, produsen (pembudidaya dan pengolah) harus
memproduksi
produk
sesuai
dengan
keinginan
konsumen
dan
menguntungkan. Sementara itu, konsumen menghendaki produk yang tepat mutu,
54
tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat harga. Diharapkan diperoleh margin pemasaran yang cukup menguntungkan baik bagi pembudidaya maupun pengolah.
5.2.7 Program Lain Melalui kegiatan kemitraan memungkinkan peran serta penyandang dana untuk ikut serta dengan prinsip saling menguntungkan. Masing-masing pelaku dapat memanfaatkan program yang dilaksanakan, seperti halnya Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL), Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP), Desa Wisata, dan lain-lain.
55
BAB VI. EVALUASI TENTANG KINERJA KIMBis Evaluasi kinerja KIMBis dilakukan untuk mengetahui tingkat capaian KIMBis Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah dalam mewujudkan fungsinya
sebagai:
1)
Sarana
Pemberdayaan
Masyarakat,
2)
Sarana
Pengembangan Ekonomi Masyarakat, 2) Sarana Kerjasama Peneliti, Penyuluh dan Perekayasa, 3) Mitra kolaborasi kelembagaan dan 4) Laboratorium data sosial ekonomi kelautan dan perikanan. Selain itu, evaluasi ini juga digunakan untuk mengukur level KIMBis berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan oleh sekretariat KIMBis Pusat. Kriteria tersebut diantaranya; 1) Wujud Fisik Klinik IPTEK Mina Bisnis, 2) Struktur Organisasi, 3) Pelaksanaan Kegiatan Klinik IPTEK Mina Bisnis, 4) Kelompok Sasaran, 5) Output Kegiatan, dan 6) Dampak Kegiatan.
6.1 Evaluasi kinerja KIMBis berdasarkan fungsi KIMBis Hasil evaluasi terhadap fungsi KIMBis sebagai sarana pemberdayaan menjelaskan bahwa KIMBis Kabupaten Lombok Timur-Lombok Tengah program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh KIMBis Lombok Timur-Lombok Tengahsudah pada tahapan pelaksanaan untuk Lombok Timur, tetapi untuk Lombok Tengah masih pada tahap inisiasi dan perencanaan.Sinergi dan komunikasi dengan Pemerintah Daerah Lombok Timur dan beberapa SKPD juga sudah dilakukan dalam rangka persiapan pelaksanaan pada tahap berikutnya atau Tahun ke-2 dan ke-3 (Tabel 11).
56
Tabel 11. Evaluasi Fungsi KIMBis sebagai Sarana Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2014 - 2015 No
Variabel kinerja
Tahun 2014 2 (sedang disusun)
2015 3 (sudah)
Program pemberdayaan tersebut sudah didiskusikan dengan SKPD terkait dilokasi KIMBis
3 (sudah)
3 (sudah)
3
Program pemberdayaan tersebut sudah didiskusikan dengan kelompok sasaran KIMBis
2 (akan didiskusikan)
3 (sudah)
4
Program pemberdayaan tersebut terkait dengan manajemen pengelolaan usaha
3 (terkait)
3 (terkait)
5
Program pemberdayaan tersebut terkait dengan usaha budidaya perikanan
3 (terkait)
3 (terkait)
6
Program pemberdayaan tersebut terkait dengan usaha penangkapan ikan
3 (terkait)
3 (terkait)
7
Program pemberdayaan tersebut terkait dengan pengelolaan sumberdaya ikan
3 (terkait)
3 (terkait)
8
Program pemberdayaan tersebut terkait dengan usaha pengolahan hasil perikanan
3 (terkait)
3 (terkait)
9
Program pemberdayaan tersebut terkait dengan usaha pergaraman
1 (tidak terkait)
1 (tidak terkait)
10
Program pemberdayaan tersebut terkait dengan penguatan permodalan
1 (tidak terkait)
1 (tidak terkait)
11
Program pemberdayaan tersebut terkait dengan menciptakan mata pencaharian alternative
3 (terkait)
3 (terkait)
12
Pelaksanaan program pemberdayaan tersebut didonasi oleh pihak lain (SKPD dan CSR)
2 (di biayai sebagian)
2 (di biayai sebagian)
13
Hasil dari kegiatan pemberdayaan 3 (berkembang) tersebut berkembang dalam masyarakat
3 (berkembang)
14
Kegiatan pemberdayaan tersebut dilakukan pada sekretariat KIMBis
3 (ya)
1
KIMBis sudah merancang program pemberdayaan masyarakat
2
3 (ya)
Sumber: data primer diolah (2015)
57
Hasil evaluasi terhadap fungsi KIMBis sebagai sarana pengembangan ekonomi tidak jauh berbeda dengan program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh KIMBis Lombok Timur dan Lombok Tengah sudah dilaksanakan pada tahun 2014. Sinergi dan komunikasi dengan Pemerintah Daerah Lombok Timur dan Lombok Tengah dan beberapa SKPD juga sudah dilakukan dalam rangka persiapan pelaksanaan pada tahap berikutnya (Tahun 2015). Evaluasi fungsi KIMBis sebagai sarana pengembangan ekonomi masyarakat pada periode tahun 2014 - 2015 disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Evaluasi Fungsi KIMBis sebagai Sarana Pengembangan Ekonomi Masyarakat Tahun 2014 - 2015 No
Variabel kinerja
Tahun
1
Kimbis sudah merancang program pengembangan ekonomi masyarakat
2014 2 (sedang disusun)
2015 3 (Sudah)
2
Orientasi program pengembangan ekonomi kegiatan dalam Kimbis
3 (pasar luar daerah)
3 (pasar luar daerah)
3
Program pengembangan ekonomi tersebut sudah didiskusikan dengan kelompok sasaran Kimbis
3 (Sudah)
3 (Sudah)
4
Program pengembangan ekonomi tersebut sudah didiskusikan dengan SKPD terkait
3 (Sudah)
3 (Sudah)
5
Program pengembangan ekonomi tersebut diarahkan untuk memanfaatkan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan setempat
3 (ya)
3 (ya)
6
Orientasi pengembangan ekonomi pada kelompok sasaran diarahkan untuk memanfaatkan limbah
1 (tidak)
1 (tidak)
7
Orientasi kegiatan pengembangan ekonomi dirancang untuk menyediakan lapangan kerja untuk masyarakat yang lain
3 (ya)
3 (ya)
8
Orientasi kegiatan pengembangan ekonomi dirancang memanfaatkan teknologi hasil litbang kelautan dan perikanan
3 (ya)
3 (ya)
9
Orientasi kegiatan pengembangan ekonomi pada kelompok sasaran dirancang untuk menumbuhkan kegiatan usaha lain
3 (ya)
3 (ya)
10
Orientasi kegiatan pengembangan ekonomi pada kelompok sasaran dirancang bermitra dan memanfaatkan dana CSR
3 (ya)
3 (ya)
11
Orientasi kegiatan pengembanganekonomi pada kelompok sasaran dirancang sesuai
3 (ya)
3 (ya)
58
No
Tahun
Variabel kinerja
2014
2015
dengan salah satu program PEMDA setempat 12
Orientasi kegiatan pengembangan ekonomi pada kelompok sasaran yang dirancang sesuai dengan salah satu tujuan MDGs
3 (ya)
13
Orientasi kegiatan pengembangan ekonomi pada 2 (mungkin kelompok sasaran yang dirancang akan ada) menimbulkan konflik sosial dalam masyarakat
3 (ya)
3 (ya)
Sumber: data primer diolah (2015)
KIMBis Lombok Timur dan Lombok Tengah belum memanfaatkan fungsinya untuk bekerjasama secara maksimal dengan peneliti lingkup Balitbang KP. Namun demikian, pengurus KIMBis Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah telah mengisinisiasi kerjasama dengan perekayasa yaitu dari Balai Budidaya Air Laut Lombok dan penyuluh tingkat kecamatan. Sementara itu, kerjasama dengan penyuluh dilakukan dengan koordinasi kegiatan KIMBis di Lombok Timur-Lombok Tengahyang sampai saat ini dilakukan (Tabel 13). Tabel 13. Evaluasi Fungsi KIMBis sebagai Sarana Kerjasama Peneliti, Penyuluh dan Perekayasa Tahun 2014 - 2015 No
Tahun
Variabel kinerja
2014
2015
1
Pelaksanaan kegiatan penerapan IPTEK, pelaksana kegiatan KIMBis Pusat bermitra dengan peneliti dari satker litbang lain
3 (ya)
3 (ya)
2
Pelaksanaan kegiatan penerapan IPTEK, pengurus KIMBis Pusat bermitra dengan penyuluh perikanan pada lokasi kegiatan
2 (sedang dipikirkan)
3 (ya)
3
Pelaksanaan kegiatan penerapan IPTEK, pengurus KIMBis Pusat bermitra dengan instruktur pada sekolah umum atau sekolah tinggi perikanan
2 (sedang dipikirkan)
2 (sedang dipikirkan)
4
Program penerapan IPTEK pengurus KIMBis Pusat bekerja sama dengan Perguruan Tinggi setempat
2 (belum terpikirkan)
3 (ya)
5
Program penerapan IPTEK ada peneliti pada satker lingkup Balitbang KP yang menolak ikut berpartisipasi
2 (belum di coba)
2 (belum di coba)
6
Apakah satker lingkup P4B ikut berpartisipasi dalam penerapan IPTEK
3 (ya)
3 (ya)
59
No
Variabel kinerja
Tahun
7
Satker lingkup P4KSI ikut berpartisipasi dalam penerapan IPTEK
2014 2 (belum di coba)
2015 2 (belum di coba)
8
Satker lingkup P3SDLP ikut berpartisipasi dalam penerapan IPTEK
2 (belum di coba)
2 (belum di coba)
9
Satker lingkup P3TKP ikut berpartisipasi dalam penerapan IPTEK
2 (belum di coba)
2 (belum di coba)
10
Satker lingkup BBP4BKP ikut berpartisipasi dalam penerapan IPTEK
2 (belum di coba)
2 (belum di coba)
11
Peneliti dari satker lingkup Balitbang KP yang berpartisipasi pada kegiatan penerapan IPTEK tersebut memahami output dari KIMBis
1 (tidak mengerti)
1 (tidak mengerti)
12
Peneliti dari satker lingkup Balitbang KP yang berpartisipasi pada kegiatan penerapan IPTEK tersebut memahami fungsi KIMBis
1 (tidak mengerti)
1 (tidak mengerti)
13
Pengurus KIMBis yang menjadi instruktur untuk menyebarkan IPTEK kepada kelompok lain
1 (tidak ada)
1 (tidak ada)
Sumber: data primer diolah (2015)
Pada tahun awal KIMBis di Lombok Timur-Lombok Tengah, menjalin kolaborasi sangat penting untuk menunjang pelaksanaan program KIMBis pada tahun berikutnya. Konsep kolaborasi adalah kemitraan yang dibangun atas dasar kepentingan bersama (pemberdayaan masyarakat) dan sinergitas program kegiatan terutama di lokasi KIMBis Lombok Timur dan Lombok Tengah. Beberapa yang sudah terjalin inisiasi kerjasama antara lain SKPD, pemerintah daerah Kabupaten Lombok Timur-Lombok Tengah, dan beberapa SKPP lingkup KKP yang sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan masyarakat lokal. Pada tahun 2015 kemitraan difokuskan pada pengembangan minabisnis berbasis komoditas rumput laut. Oleh karenanya, kolaborasi tidak dipaksakan untuk dilakukan kepada semua stakeholder (Tabel 60).
60
Tabel 14. Evaluasi Fungsi KIMBis sebagai Mitra Kolaborasi Kelembagaan Tahun 2014 - 2015 No
Variabel kinerja
Tahun 2014 3 (ya)
2015 3 (ya)
Pelaksanaan kegiatan penerapan IPTEK, pengurus Kimbis Pusat bermitra dengan SKPD-SKPD lain di Kabupaten / Kota
3 (ya)
3 (ya)
3
Program penerapan IPTEK pengurus Kimbis Pusat bekerja sama dengan SKPP
3 (ya)
3 (ya)
4
Program penerapan IPTEK ada SKPP lingkup KKP yang menolak ikut berpartisipasi
1 (tidak)
1 (tidak)
5
Satker lingkup SKPP DJPT yang ikut berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat
1 (tidak)
1 (tidak)
6
Satker lingkup SKPP DJPB yang ikut berpartisipasi dalam penerapan IPTEK
3 (ya)
3 (ya)
7
Satker lingkup SKPP P2HP yang ikut berpartisipasi dalam penerapan IPTEK
2 (sedang dicoba)
2 (sedang dicoba)
8
Satker lingkup SKPP KP3K yang ikut berpartisipasi dalam penerapan IPTEK
2 (sedang dicoba)
2 (sedang dicoba)
9
Satker lingkup SKPP PSDKP yang ikut berpartisipasi dalam penerapan IPTEK
1 (tidak)
1 (tidak)
10
Satker lingkup SKPP BPSDM-KP yang ikut berpartisipasi dalam penerapan IPTEK
3 (ya)
3 (ya)
11
Pengusaha / perusahaan swasta yang ikut berpartisipasi dalam penerapan IPTEK
2 (sedang dicoba)
2 (sedang dicoba)
12
LSM yang ikut berpartisipasi dalam penerapan IPTEK
3 (ya)
3 (ya)
13
Pemerintah desa ikut berpartisipasi dalam penerapan IPTEK
3 (ya)
3 (ya)
14
Kelembagaan lain yang ikut berpartisipasi dalam penerapan IPTEK
2 (sedang dicoba)
3 (ya)
1
Pelaksanaan kegiatan penerapan IPTEK, pengurus Kimbis Pusat bermitra dengan SKPD KP
2
Sumber: data primer diolah (2015)
Pelaksanaan fungsi laboratorium data sosial ekonomi KP, KIMBis Lombok Timur dan Lombok Tengah telah melakukan beberapa kegiatan diantaranya: 1) Pengurus Kimbis telah melakukan survey tentang keragaman dan keragaan teknologi yang terdapat pada wilayah kerja Kimbis, 2) survey tentang usaha kelautan dan perikanan yang menerapkan prinsip blue economy, 3) ketersediaan 61
teknologi hasil litbang KP dengan teknologi yang diperlukan oleh masyarakat pada lokasi penelitian, serta evaluasi untuk kegiatan yang dilakukan oleh pengurus KIMBis pusat dan lokasi (Tabel x5). Beberapa kegiatan yang belum dilakukan sebabkan oleh kendala teknis dan non teknis selama pelaksanaan KIMBis tahun ke-2 di Kabupaten Lombok Timur-Lombok Tengah, tetapi akan dilaksanakan pada tahun berikutnya. Tabel 15. Evaluasi Fungsi KIMBis sebagai Laboratorium Data Lapang Sosial Ekonomi KP Tahun 2014 - 2015 No
Variabel Kinerja
Tahun 2014 3 (sudah)
2015 3 (sudah)
1
Pengurus KIMBis telah melakukan survey tentang keragaman dan keragaan teknologi yang terdapat pada wilayah kerja KIMBis
2
Pengurus KIMBis telah melakukan survey tentang usaha kelautan dan perikanan yang menerapkan prinsip blue economy?
3 (sudah)
3 (sudah)
3
Pengurus KIMBis telah memetakan ketersediaan teknologi hasil litbang KP dengan teknologi yang diperlukan oleh masyarakat pada lokasi penelitian
3 (sudah)
3 (sudah)
4
Kegiatan pemberdayaan masyarakat pengurus KIMBispusat melakukan Evaluasi pelaksanaan kegiatan tersebut
3 (ya)
3 (ya)
5
Kegiatan penerapan IPTEK pengurus KIMBis Pusat melakukan Evaluasi pelaksanaan kegiatan tersebut
3 (ya)
3 (ya)
6
Program penerapan IPTEK pengurus KIMBis Pusat melakukan pengumpulan data dan informasi sosial ekonomi tentang percepatan penyebaran teknologi hasil program IPTEKMAS
1 (belum dilakukan)
3 (ya)
7
Program penerapan IPTEK pengurus KIMBis Pusat melakukan pengumpulan data dan informasi sosial ekonomi tentang keragaan implementasi prinsip Blue Economy
1 (belum dilakukan)
3 (ya)
Sumber: data primer diolah (2015)
6.2 Evaluasi Kinerja KIMBis berdasarkan Kriteria Berdasarkan Tabel 16 sampai dengan Tabel 70, secara umum fisik KIMBis, organisasi, pelaksanaan, dan kelompok sasaran sudah dilakukan dengan baik.
62
Sementara itu, evaluasi output dan dampak kegiatan belum memberikan hasil baik, mengingat program yang dilakukan oleh KIMBis Lombok Tengah masih pada tahap inisiasi, perencanaan kegiatan dan penguatan kelembagaan KIMBis dan inisiasi stakeholder lokal. Sementara itu Lombok Timur, secara umum output dan dampak kegiatan mulai terlihat terjalinnya kemitraan pemasaran dan produksi antara kelompok binaan KIMBis dan mitra di Lombok Tengah. Tabel 16. Evaluasi Kinerja KIMBis berdasarkan Wujud Fisik KIMBis Tahun 2014 - 2015 No
Wujud Fisik Klinik IPTEK Mina Bisnis
Tahun 2014 4
2015 4
Dukungan Pemda dalam bentuk Surat Resmi
4
4
3
Kejelasan lokasi Sekretariat KIMBis
4
4
4
Papan nama KIMBis
4
4
5
Banner informasi tentang paket teknologi, poster hasil penelitian
4
4
6
Buku administrasi aktivitas KIMBis
2
2
7
Dokumentasi kegiatan (foto dan lain-lain)
3
3
1
Dukungan Pemda dalam bentuk pernyataan lisan
2
Keterangan :
1 2 3 4
Tidak ada atau buruk Ada cukup Ada baik Ada sangat baik
Tabel 17. Evaluasi Kinerja KIMBis berdasarkan Struktur Organisasi Tahun 2014 – 2015 No
Struktur Organisasi
Tahun 2014 4
2015 4
1
Peran LO terkait Pengembangan KIMBis
2
Peran unsur Dinas KP Kecamatan/ Penyuluh
4
4
3
Peran Manajer KIMBis
4
4
4
Peran Asisten KIMBis Bidang Promosi dan Pemasaran
3
3
5
Peran Asisten KIMBis Bidang Pengembangan Usaha
3
3
6
Peran Asisten KIMBis Bidang Penguatan Kelembagaan dan Bimbingan Anggota
3
3
Keterangan :
1 2 3 4
Tidak berperan Cukup berperan Berperan baik Berperan sangat baik
63
Tabel 18. Evaluasi Kinerja KIMBis berdasarkan Pelaksanaan Kegiatan Klinik IPTEK Mina Bisnis Tahun 2014 – 2015 1
Pelaksanaan Kegiatan Klinik IPTEK Mina Bisnis Ketersediaan jadwal regular kegiatan KIMBis
2
No
Tahun 2014 2
2015 2
Pelaksanaan kegiatan regular KIMBis
2
2
3
Ketersediaan rencana kegiatan pelatihan
2
2
4
Pelaksanaan kegiatan pelatihan
3
3
5
Ketersediaan Jadwal Rapat Rutin pengurus KIMBis
3
3
6
Pelaksanaan Rapat Rutin pengurus KIMBis
3
3
Keterangan :
1 2 3 4
Tidak ada Ada cukup Ada baik Ada sangat baik
Tabel 19. Evaluasi Kinerja KIMBis berdasarkan Kelompok Sasaran Tahun 2014 – 2015 No
Kelompok Sasaran
Tahun 2014 4
2015 4
1
Apakah ada kelompok sasaran
2
Apakah kelompok sasaran adalah nelayan
4
4
3
Apakah kelompok sasaran adalah anggota keluarga nelayan
1
1
4
Apakah kelompok sasaran adalah buruh nelayan
1
1
5
Apakah kelompok sasaran adalah pembudidaya
1
4
6
Apakah kelompok sasaran adalah petambak
1
1
7
Apakah kelompok sasaran adalah petani garam
1
1
8
Apakah kelompok sasaran adalah pengolah hasil perikanan
4
4
9
Apakah kelompok sasaran adalah pedagang pengumpul
1
2
10
Apakah kelompok sasaran termasuk karang taruna, kelompok pengajian dan kelompok arisan
1
1
Keterangan :
1 2 3 4
Tidak ada Ada cukup Ada baik Ada sangat baik
64
Tabel 20. Evaluasi kinerja KIMBis berdasarkan Output kegiatan Tahun 2014 – 2015 No
Output Kegiatan
1
Apakah keterampilan kelompok sasaran di atas meningkat
2 3
Tahun 2014 2
2015
Apakah ada paket teknologi yang sudah diadopsi
2
2
Apakah ada produk yang dihasilkan
2
3
Keterangan :
1 2 3 4
2
Tidak ada Ada cukup Ada baik Ada sangat baik
Tabel 21. Evaluasi kinerja KIMBis berdasarkan Dampak kegiatan Tahun 2014 – 2015 No
Kelompok Sasaran
1
Apakah kegiatan dalam Klinik IPTEK Mina Bisnis mampu memperbaiki kondisi lingkungan
2
Tahun 2014 2
2015 2
Apakah kegiatan Klinik IPTEK Mina Bisnis mampu meningkatkan pendapatan kelompok sasaran
2
2
3
Apakah kegiatan Klinik IPTEK MinaBisnis mampu membangkitkan jiwa wirausaha kelompok sasaran
2
2
4
Apakah kegiatan Klinik IPTEK MinaBisnis dapat menumbuhkan usaha-usaha baru
2
2
5
Apakah adanya Klinik IPTEK Mina Bisnis membantu memperlancar masuknya modal dari bank/sumber modal lainnya
2
2
6
Apakah kegiatan Klinik IPTEK MinaBisnis membantu penerapan program-program pemerintah
3
3
7
Apakah adanya kegiatan Klinik IPTEK Mina Bisnis dapat membantu kelompok sasaran memperoleh informasi tentang pemasaran hasil perikanan dan produk olahan yang dihasilkan
3
3
8
Apakah adanya kegiatan Klinik IPTEK Mina Bisnis membantu kelompok sasaran memperoleh informasi tentang teknologi Balitbang KP
3
3
9
Apakah adanya Klinik IPTEK Mina Bisnis berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan masyarakat desa
2
2
10
Apakah keberadaan Klinik IPTEK MinaBisnis mempengaruhi pembangunan pedesaan
2
2
Keterangan :
1 2 3 4
Tidak ada Ada cukup Ada baik Ada sangat baik
65
BAB VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 7.1 Kesimpulan Penumbuhan etos bisnis dan kewirausahaan dan Pendampingan kegiatan bisnis dilakukan dengan mengembangkan kemitraan antara pelaku usaha pengolahan hasil perikanan di Kabupaten Lombok Timur dan pelaku usaha di Lombok Tengah. Masukan dari perwakilan penyuluh adalah bahwa karakter masyarakat pesisir yang berbeda dengan masyarakat di darat dalam menerapkan pelatihan-pelatihan, agar tidak hanya berhenti sampai pada bimbingan pelatihan saja akan tetapi juga dari permasalahan yang telah diutarakan para pelaku usaha tersebut seperti kemasan dan pemasaran. Dalam kegiatan tersebut banyak antusiasme dari para pengolah hasil perikanan yang menjadi kelompok binaan KIMBis Lombok Timur terkait dengan usaha untuk menjadi maju. Pengembangan kemitraan yang dilakukan KIMBis dengan memfasilitasi para pelaku usaha untuk membangun kemitraan dengan pemerintah setempat maupun pemerintah pusat yang terkait antara lain Ditjen P2HP KKP, termasuk inisiasi untuk bekerjasama dengan rumah kemasan. Pembentukan
dan
penumbuhan
entitas
busines
dilakukan
dengan
mengidentifikasi rantai nilai dan identifikasi konektifitas usaha antara kelompok sasaran KIMBis di Kabupaten Lombok Timur dan mitra kimbis di Lombok Tengah. Hasilnya, saat ini terjalin hubungan kerjasama antara pembudidaya rumput laut (kelompok sasaran) di Lombok Timur dengan mitra pengolah rumput laut di Lombok Tengah. Selain itu terjalin kerjasama antara pengolah hasil perikanan di Lombok Timur dan Lombok Tengah untuk mengembangkan produk tortilla dengan bahan baku rumput laut dan ikan.
7.2 Rekomendasi Kebijakan Model kemitraan yang dibangun terkait minabisnis rumput laut, melibatkan KIMBis Lotim dan Mitra KIMBIs di Lombok Tengah. Model kemitraan ini melibatkan kepentingan pembudidaya rumput laut dan pengolah hasil perikanan sebagai mitra strategis.
66
DAFTAR PUSTAKA Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan [BBPSEKP]. 2014. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan KIMBis. Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan BalitbangKP – KKP. Jakarta. Daryanto, A. 2004. Penguatan Kelembagaan Sosial Ekonomi Masyarakat sebagai Modal Sosial Pembangunan. Agrimedia Vo. 9 No.1 Tahun 2004. IPB. Bogor. Purnomo AH, IN Radiarta, A Zamroni, T Arifin, J Basmal, B Sumiono, D Manurung, dan L Nurdiansah. 2014. Optimalisasi Peran IPTEK Kelauta dan Perikanan untuk Pengembangan Blue Economy di Pulau Lombok. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan KKP. Jakarta. Tonny F dan SB Utomo. 2004. Kelembagaan dan Modal Sosial. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomu Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Zamroni A, Nurlaili, dan CM Witomo. 2013. Laporan Teknis Program Rintisan Pengembangan Kelembagaan Pengawalan Iptek untuk Mengakselerasi Industrialisasi KP (KIMBIS) Kabupaten Lombok Timur-Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan BalitbangKP – KKP. Jakarta. Zamroni A, Nurlaili, CM Witomo dan N Mustika. 2014. Laporan Teknis Program Rintisan Pengembangan Kelembagaan Pengawalan Iptek untuk Mengakselerasi Industrialisasi KP (KIMBIS) Kabupaten Lombok TimurLombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan BalitbangKP – KKP. Jakarta.
67