LAPORAN AKHIR KEGIATAN PENELITIAN TA 2015 MODEL PENGEMBANGAN EKONOMI KAWASAN BERBASIS TEKNOLOGI ADAPTIF LOKASI DI KABUPATEN LAMONGAN
Oleh : Risna Yusuf, M.Si dan Riesti Triyanti, S.Si
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KP BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KP 2015
0
LAPORAN AKHIR TAHUN TA.2015
MODEL PENGEMBANGAN EKONOMI KAWASAN BERBASIS TEKNOLOGI ADAPTIF LOKASI DI LAMONGAN
OLEH: RISNA YUSUF, M.Si RIESTI TRIYANTI, S.Si
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN 2015 1
LEMBAR PENGESAHAN Satuan Kerja (Satker)
:
Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Judul Kegiatan
:
Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Di Lamongan
Status
:
Lanjutan
Pagu Anggaran
:
Rp. 187.089.000 (Seratus delapan puluh tujuh juta delapan puluh sembilan ribu rupiah)
Tahun Anggaran
:
2015
Sumber Anggaran
:
APBN/APBNP DIPA Satker Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Tahun 2015
Penanggung Jawab Output
:
Dr. Tukul Rameyo Adi, MT NIP. 19610210 199003 1 001
Penanggung Jawab Pelaksana Output
:
Risna Yusuf, M.Si NIP. 19730925 200502 2 001
Penanggung Jawab Output
Dr. Tukul Rameyo Adi NIP. 19610210 199003 1 001
Jakarta, Desember 2015 Penanggung Jawab Pelaksana Output
Risna Yusuf, M.Si NIP. 19730925 200502 2 001
Mengetahui/Menyetujui: Kepala Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Dr. Tukul Rameyo Adi NIP. 19610210 199003 1 001
2
COPY RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN KIMBis 2015 RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN PENELITIAN BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN
1.
JUDUL KEGIATAN
:
Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Di Lamongan
2.
SUMBER DAN TAHUN ANGGARAN
:
APBN/ APBNP 2015
3.
STATUS PENELITIAN
:
Lanjutan
Penelitian ini merupakan lanjutan dari kegiatan KIMBis Lamongan, namun untuk tahun 2015 ini berubah menjadi kegiatan Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi di Lamongan. Lesson learned yang diperoleh dari kegiatan KIMBis Lamongan 2011-2014 adalah:
Kegiatan KIMBis Kabupaten Lamongan dimulai pada tahun 2011 yang diawali dengan identifikasi masalah yang ada dilapangan melalui baseline survey pada masyarakat sasaran. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa terdapat beberapa kelompok sasaran yang ada di Kabupaten Lamongan yaitu kelompok nelayan tangkap (Blandongan), kelompok pengolah hasil perikanan dan kelompok pengolah garam skala rumah tangga. Untuk lebih memperdalam permasalahan masyarakat perikanan (kelompok sasaran) dilakukan pendekatan dengan cara Focus Group Discussion (FGD). Hasil kegiatan tahun 2011 adalah identifikasi kebutuhan kelompok sasaran yang belum memiliki PIRT (Pangan Ijin Rumah Tangga) dalam produk yang dihasilkan, pendampingan untuk meningkatkan kualitas produk hasil olahan, pendampingan dalam rangka peningkatan nilai tambah produk garam dan pendampingan pada kelompok nelayan tangkap (Blandongan). Kegiatan KIMBis pada tahun 2012 adalah melakukan penilaian kebutuhan masyakarat, berdasarkan penilaian tersebut, dilakukan upaya untuk peningkatan produksi kelompok-kelompok sasaran sesuai dengan kebutuhan masing-masing antara lain : (1) pengurusan sertifikasi PIRT (Pangan Ijin Rumah Tangga) kepada pelaku usaha rumah tangga skala kecil dimana ada 16 orang pelaku usaha yang mengikuti pelatihan tersebut; (2) pelatihan diversifikasi produk olahan ikan oleh kelompok sasaran KIMBis yaitu ibu-ibu pengolah hasil perikanan skala kecil yang berasal dari desa Weru komplek yaitu desa Weru, Paloh, Waru Lor, dan Sidokumpul; (3) pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan kualitas produk garam di desa Tanggul, Kecamatan Paciran; (4) studi banding yang dilakukan oleh kelompok nelayan tangkap di Kabupaten Lamongan di lokasi Kabupaten pacitan dengan mengunjungi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Tamperan-Pacitan dan Dinas Kelautan Perikanan Kabupaten Pacitan dalam rangka koordinasi dengan dinas kelautan dan perikanan setempat dan mendapatkan informasi terkait dengan Pengelolaan dana bantuan PUMP yang dikelola oleh kelompok nelayan di Kabupaten Pacitan. Studi banding ini dilakukan oleh 17 orang yang tergabung dalam kelompok nelayan Lamongan (Blandongan) dan 4 orang pengurus HNSI; (5) pameran dalam rangka promosi produk olahan hasil perikanan untuk menciptakan “branding” produk lokal yang dilakukan baik di tingkat kabupaten, propinsi dan di lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan; dan (6) pertemuan/workshop yang 3
dilakukan baik di tingkat Kabupaten, propinsi dan pusat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anggota yang menjadi kelompok sasaran KIMBis dalam usahanya mulai dari tingkat produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran dalam rangka peningkatan produksi dan pendapatan. Dalam rangka mensinkronkan kegiatan KIMBis dengan program-progran yang ada di SKPD-SKPD, maka dilakukan kerjasama yang melibatkan kelompok-kelompok sasaran KIMBis. Kerjasama tersebut mendapatkan respon yang baik dari SKPDSKPD, diantaranya: - Dinas Kesehatan; SKPD ini telah menunjukkan respon dengan baik melalui pemberian ijin usaha berupa PIRT pada produk-produk hasil olahan kelompokkelompok sasaran. - Dinas Koperasi; SKPD ini juga merespon baik kegiatan KIMBIs yaitu bersedia memeberikan ruang (showroom) bagi kelompok sasaran yang inginmemasarkan produknya. - Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur; memperlihatkan respon yang baik dalam hal promosi produk-produk kelompok sasaran. Selain itu SKPD ini juga menawarkan ruang (showroom) untuk mempromosikan dan memasarkan produk tersebut. - Dinas Perindustrian; SKPD ini tertarik dengan kelembagaan KIMBis, mereka telah menjadikan pengurus KIMBis bersama kelompok sasaran menjadi narasumber pada kegiatan pelatihan pengolahan di kecamatan lain. - Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Sidayu Kabupaten Gresik; SKPD ini menjalin kerjasama dengan KIMBis dan kelompok sasaran dan menjadikan KIMBis sebagai ‘laboratorium’ pengolahan hasil perikanan sekaligus menjadikan pengurus KIMBis sebagai narasumber. - Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lautan dan Pesisir; mensinkronkan kegiatan IPTEKMAS garam dengan kegiatan KIMBis. Selain itu, perluasan kerjasama dengan SKPD-SKPD yang terkait dengan kegiatan KIMBis dan kelompok sasaran terjalin dengan organisasi kemasyarakatan yang ada di Kabupaten Lamongan. Dalam implementasi kegiatan ini dikaitkan dengan subsistem-subsistem terkait antara lain: - Sub sistem penangkapan (penyediaan sarana dan prasarana penangkapan (perbekalan, BBM, Es, peralatan tangkap dll) dan penanganan hasil tangkapan - Subsistem Pemasaran dan Pengolahan produk hasil perikanan - Subsistem penguatan permodalan - Subsistem pengembangan jaringan pasar Semua subsistem saling terkait dan membentuk suatu sistem ekonomi wilayah yang bersifat makro. Program KIMBis pada tahun 2013 dengan fokus utama adalah peningkatan kapasitas kelembagaan, tujuan akhirnya adalah menjadikan usaha perikanan sebagai sumber dalam pengembangan ekonomi kawasan. Kegiatan KIMBis 2013 diimplementaskan melalui: 1) Percepatan penyebaran teknologi IPTEKMAS garam di Lamongan yang terwujud pada sinergitas dengan Satker Lingkup Balitbang KP. 2) Penerapkan prinsip-prinsip Blue economy, yang bertujuan untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi sektor Kelautan dan Perikanan dan sekaligus menjamin kelestarian sumber daya, serta lingkungan pesisir dan lautan. Pendekatan Blue Economy diimplementasikan dalam bentuk menimalisasi limbah; kegiatan memberikan manfaat bagi masyarakat luas, inovatif dan adaptif; dan kegiatan KIMBis memberikan efek ekonomi yang luas (multiplier effect). 3) Membangun jejaring dengan SKPD. 4) Mengoptimalkan program-program bebantuan Kelautan dan Perikanan berupa PUMP dan PUGAR. Pada tahun 2014, kegiatan KMIBis di Kabupaten Lamongan lebih pada pengembangan ekonomi kawasan untuk mendorong pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan menuju kemandirian usaha. Oleh karena itu KIMBis 4
berperan sebagai lembaga maupun sebagai pusat kegiatan. Peran KIMBis sebagai lembaga melalui penguatan (sosialisasi dan TOT) dan pengembangan dengan membangun mitra KIMBis. KIMBis sebagai pusat kegiatan berperan untuk menyebarkan teknologi hasil introduksi Program IPTEKMAS dan kajian tentang penyebaran teknologi, membangun Jaringan Kerja dengan berbagai pemangku kepentingan dan Mengopt imalkan pemanfaatan program perbantuan. Jadi antara KIMBis dengan kelembagaan lain yang sudah ada bersinergi untuk membangun pemberdayaan masyarakat; memanfaatkan teknologi tepat guna dan menumbuhkan entrepreneurship dalam masyarakat. Kegiatan Klinik Iptek Mina Bisnis selama ini telah dirasakan oleh kelompokkelompok sasaran, namun karena luasnya cakupan kerja (kabupaten) dan sumberdaya yang potensial (perikanan budidaya, perikanan tangkap, pengolahan produk dan produk garam), sehingga program KIMBis belum bisa mencakup ke semua kelompok sasaran. Namun demikian hasil evaluasi kinerja KIMBis yang dilakukan pada kelompok pengolahan produk (poklahsar) yang menjadi mitra dan tidak menjadi mitra, telah dirasakan manfaat dari kegiatan KIMBis. Beberapa hal yang masih dianggap belum optimal dari hasil evaluasi mandiri akan menjadi salah satu prioritas untuk dapat diatasi Kerjasama dengan berbagai pihak sangat dirasakan manfaatnya sehingga inovasi teknologi yang diintroduksi dapat segera tersebar ke lokasi yang lebih luas. Kerjasama dengan para penyuluh dan PPTK semakin diperkuat melalui kegiatan koordisasi yang dilakukan setiap bulan dengan melibatkan pihak Dinas Kelautan dan Perikanan, Penyuluh, PPTK dan KIMbis untuk membahas permasalahan dan pemecahan dari problem yang dihadapi. Rapat koordinasi ini, merupakan salah satu sarana untuk memberikan masukan kepada pihak Dinas dan Pengurus KIMBis terhadap berbagai masalah yang ada di lapangan.
4.
PROGRAM
:
Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan
a. Komoditas
:
Perikanan
b. Bidang/Masalah
:
(sasaran pokok pembangunan KP berdasarkan Rancangan RPJMN 2015-2019)
Kedaulatan pangan Pengembangan ekonomi maritim dan kelautan Penguatan jati diri sebagai negara maritim Pemberantasan ikan liar
c. Penelitian Pengembangan
:
Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
d. Manajemen Penelitian
:
Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
e. Isu Strategis Pembangunan KP 2015-2019
:
Pengembangan produk perikanan untuk ketahanan pangan dan gizi nasional Peningkatan daya saing dan nilai tambah produk kelautan dan perikanan Pendayagunaan potensi ekonomi sumber daya KP Pengelolaan sumber daya KP secara berkelanjutan 5
Peningkatan kesejahteraan pelaku usaha kelautan dan perikanan Pengembangan SDM dan IPTEK KP f. Dukungan terhadap Indikator Kinerja BSC Nilai Indeks Kesejahteraan Masyarakat KP Pertumbuhan PDB Perikanan (%) Jumlah WPP yang terpetakan potensi di bidang sumberdaya sosial ekonomi KP untuk pengembangan ekonomi maritim dan kelautan yang berkelanjutan Jumlah rekomendasi kebijakan yang diusulkan untuk dijadikan bahan kebijakan (buah) Jumlah pengguna hasil Iptek litbang di bidang sumberdaya sosial ekonomi KP (kelompok) Jumlah Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Kelautan dan Perikanan Jumlah Data dan Informasi Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Karya Tulis Ilmiah Bidang Penelitian Sosial Ekonomi Jumlah Model Kelembagaan Penyebaran IPTEK dan Pemberdayaan Masyarakat Jumlah Model Kebijakan Sosial Ekonomi Pembangunan Sektor Kelautan dan Perikanan 5.
JUDUL KEGIATAN
:
Model Pengembagan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Di Lamongan
6.
LOKASI KEGIATAN
:
Kabupaten Lamongan
7.
PENELITI YANG TERLIBAT
:
Pendidikan/ Jabatan Fungsional S3 /Non Kelas
No.
Nama
1.
Dr. Tukul Rameyo Adi, MT
2.
Risna Yusuf, M.Si
S2 / Peneliti Muda
3.
Riesti Triyanti, S.Si
S1 / Peneliti Muda
Disiplin Ilmu Pemetaan Sumber Daya Pemasaran Kimia
Tugas (Institusi) Penanggung Jawab Output (PPO) Penanggung Jawab Pelaksana Output (PJPO) Anggota/PUMK
Alokasi Waktu (OB) 3 8 8
8. LATAR BELAKANG Pemanfaatan dan pengembangan potensi sumberdaya perairan pantai dan laut menjadi paradigma baru pembangunan di masa sekarang yang harus dilaksanakan secara rasional dan berkelanjutan. Kebijakan ini sangat realistis karena didukung oleh fakta adanya potensi sumberdaya laut dan pantai yang masih cukup besar peluang untuk pengembangan eksploitasi dibidang perikanan baik penangkapan maupuan usaha budidaya ikan. Seperti halnya Kabupaten Lamongan yang memiliki sumberdaya perikanan yang cukup besar, khususnya perikanan budidaya, dan perikanan tangkap (laut). Wilayah ini sangat strategis yang termasuk sentra produksi perikanan di Jawa Timur. Usaha perikanan sebagai kegiatan untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya ikan serta lingkungan dengan menambahkan masukan energi, materi dan teknologi dan atau 6
unsur lainnya, yang bertujuan untuk memanen biomasa hidup dan kehidupan manusia (Sutrisno Anggoro, 2001) sehingga usaha perikanan yang ingin diwujudkan adalah usaha perikanan yang memanfaatkan sumberdaya secara efisien dan berkelanjutan serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu pada tahun 2011, atas inisiasi Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Klinik Iptek Mina Bisnis (KIMBis) dibentuk dengan tujuan untuk mengimplementasikan pengembangan ekonomi kawasan berbasis Iptek yang dilakukan oleh Balitbang KP. KIMBis adalah kelembagaan masyarakat Kelautan dan Perikanan yang dibentuk secara partisipatif oleh berbagai pemangku kepentingan untuk mendapatkan berbagai peluang dalam rangka mewujudkan kesejahteraannya. Dalam perkembangannya dirasa perlu dilakukan penguatan modal sosial dan sinergi bisnis antar pelaku usaha baik secara vertikal maupun horizontal serta antar KIMBis dan pemangku kepentingan yang terlibat, sehingga definisi KIMBis berubah menjadi KIMBis merupakan kelembagaan pengembangan bisnis dengan memanfaatkan teknologi untuk mewujudkan kemandirian masyarakat Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP,2014). Selanjutnya pada tahun 2012, kelembagaan KIMBis telah disosialisasikan dan dibentuk dengan lokasi sekretariat di Desa Weru Kecamatan Paciran. Justifikasi
penentuan lokasi
sekretariat berdasarkan fokus awal yaitu masyarakat pesisir Lamongan yaitu di wilayah kecamatan Paciran dan Brondong. Kabupaten Lamongan yang memiliki panjang pantai 47,162 km, mempunyai usaha penangkapan ikan laut terpusat diperairan Laut Jawa pada wilayah Kecamatan Brondong dan Kecamatan Paciran, yang memiliki 1 (satu) Pelabuhan Perikanan Nasional Brondong dan 4 (empat) Tempat Pendaratan Ikan (TPI), yaitu mulai dari arah timur ke barat meliputi Weru, Kranji, Labuhan dan Lohgung. Potensi sumberdaya manusia perikanan tangkap laut sebanyak 28.154 nelayan. Potensi tersebut belum termasuk masyarakat lain yang terlibat dalam rangkaian kegiatan penangkapan seperti pemasaran hasil, pengolahan hasil tangkapan dan lain-lain yang terkait dengan kegiatan tersebut. Potensi sumberdaya manusia ini terlihat belum termanfaatkan secara optimal. Selain potensi sumberdaya laut dan manusia, Kabupaten Lamongan juga memiliki potensi lain yaitu sebagai penerima program bebantuan pemerintah. Program bantuan tersebut berasal dari Kementerian Kelautan dan Perikanan berupa Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) yaitu Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) perikanan tangkap dan PUMP pengolahan setiap tahun (sejak tahun 2011) yang bertujuan untuk pengentasan kemiskinan melalui peningkatan kemampuan dan pendapatan masyarakat serta penumbuhan wirausaha kelautan dan perikanan. Pada tahun 2013 dan 2014, kelembagaan KIMBis berkembang dengan melakukan pemberdayaan pada masyarakat sektor lain yaitu pembudidaya dan pegaraman. Potensi untuk pengembangan produksi garam rakyat berada di Kecamatan Brondong yang tersebar di Desa 7
Sidomukti, Desa Labuhan Desa Sedayulawas, Desa Lohgung dan Desa Brengkok. Kelembagaan KIMBis melakukan difusi inovasi dari petambak garam ‘Bapak Arifin Jami’an’ kepada masyarakat lainnya. Inovasi pengelolaan garam ‘Bapak Arifin Jami’an’ telah diakui oleh pemerintah setempat karena mamp meningkatkan produksi garam. Sedangkan pengembangan kawasan berbasis iptek juga dilakukan pada masyarakat pembudidaya ikan lele dengan mengenalkan pakan mandiri. Pada tahun 2015 akan dilakukan kegiatan yang bertujuan merumuskan model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi. Diharapkan kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya merupakan bahan kajian untuk memperoleh suatu model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi. Dalam model generik yang telah dirumuskan (Gambar 1), menggunakan pendekatan sistem yang terdiri dari input, proses, output dan dampak. Input terdiri dari aktivitas bagaimana memperoleh data terkait dengan potensi dan permasalahan sektor KP di lokasi , ketersediaan teknologi KP yang ada di lokasi baik yang berasal dari Balitbang KP, balitbangda serta Sistem Inovasi Daerah. Kegiatan aksi akan dilakukan dalam upaya mengkaji kebutuhan serta kelayakan teknologi yang diterapkan dan perannya dalam pengembangan ekonomi kawasan. Kegiatan aksi yang akan dilakukan tersebut yaitu: -
Kegiatan untuk meningkatkan peran Kooperator dalam Penerapan Teknologi Adaptif Lokasi
-
Kegiatan
Identifikasi Kesiapan Lokasi dalam Penerapan Teknologi Adaptif melalui
penilaian kelayakan inovasi teknologi yang telah diterapkan selama KIMBis Lokasi dibentuk Kegiatan aksi yang dilakukan tersebut bertujuan untuk menghasilkan output diantaranya bagaimana peran teknologi adaptif lokasi tersebut mampu meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan kooperator, meningkatkan kapasitas pasar dan pemasaran produk yang dihasilkan. Tentunya, output yang dihasilkan akan berdampak pada peningkatan ekonomi usaha koperator serta secara luas meningkatkan kapasitas ekonomi kawasan. Kegiatan riset aksi dalam rangka membuat konsep model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif di Kabupaten Lamongan akan lebih difokuskan untuk tipologi perikanan tangkap laut untuk pelagis kecil yang diturunkan dari model generik yang telah dibuat. Diharapkan model tersebut dapat memberikan masukan kepada pemerintah baik pusat dan daerah bagaimana Inovasi teknologi hasil Balitbang Kelautan dan Perikanan dapat menjadi faktor penting dalam pengembangan ekonomi kawasan di Kabupaten Lamongan.
8
9. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi dengan Tipologi Perikanan Tangkap Pelagis Kecil di Lamongan. 10. PERKIRAAN KELUARAN Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah terbentuknya model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi di Lamongan untuk mempercepat terwujudnya peningkatan kapasitas usaha dan peningkatan ekonomi kawasan.
9
RANCANG BANGUN MODEL GENERIK PENGEMBANGAN EKONOMI KAWASAN BERBASIS TEKNOLOGI ADAPTIF LOKASI PADA TIPOLOGI (Perairan Umum Daratan, Perikanan Tangkap Laut, Perikanan Budidaya, Pegaraman, Pakan Bahan Baku Lokal)
INPUT KELEMBAGAAN SISTEM INOVASI IPTEK
KELEMBAGAAN PEK SIS TAL KELEMBAGAAN SISTEM BISNIS PERIKANAN
Pemetaan Status 1. SDM 2. SDA 3. Lingkungan 4. Finansial 5. Sosial 6. Kelembagaan
Identifikasi Masalah 1. SDM 2. SDA 3. Lingkungan 4. Finansial 5. Sosial 6. Kelembagaan
Ketersediaa n Teknologi 1. Balitbang 2. Non Balitbang 3. SIDa
PROSES
OUTPUT
DAMPAK
1. Kaji Terap 2. Penilaian Kelayakan 3. Temu IPTEK 4. Studi Banding dalam rangka pembentukan model
1. Produk 2. Pasar 3. Pemasaran
1. Peningkatan kapasitas usaha 2. Peningkatan ekonomi kawasan (pro poor, pro growth, pro job)
5. Analisis data, perumusan model, penyusnan
laporan
7 PRINSIP DASAR: kebutuhan, efektifitas, efisiensi, fleksibilitas, manfaat, pemerataan, keberlanjutan
Gambar 1. Rancang Bangun Generik Model PEK Berbasis TAL
10
11. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Pelaksanaan kegiatan riset aksi pada tahun 2015, didasarkan pada kerangka konseptual sederhana, yaitu Pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi pada tipologi perikanan tangkap laut bagi peningkatan ekonomi usaha dan ekonomi kawasan. Kerangka umum pelaksanaan kegiatan dapat dilihat pada Gambar 2.
Potensi Perikanan dan Kelautan di Kota Tegal: SDA, SDM,Lingkungan, Finansial, Sosial, Kelembagaan
Permasalahan: SDA, SDM, Lingkungan, Finansial, Sosial, Kelembagaan, Teknologi
Balitbang KP Inovasi Teknologi yang adaptif
Balitbangda SIDa
-
Peran Kooperator Kesiapan Lokasi
Peningkatan ekonomi usaha pelaku Peningkatan ekonomi kawasan: Pro Poor, Pro Job, Pro growth
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi dengan Tipologi Perikanan Tangkap Laut untuk Pelagis Kecil di Kabupaten Lamongan
11
Waktu dan Lokasi Penelitian Pelaksanaan kegiatan model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi dilaksanakan di Kabupaten Lamongan, yang dilakukan pada bulan Januari – Desember 2015. Data Yang Dikumpulkan Data primer yang dikumpulkan meliputi data potensi SDA, SDM, Sosial, Kelembagaan, Lingkungan dan finansial. Permasalahan terkait SDA, SDM, Sosial, kelembagaan, lingkungan dan finansial. Identifikasi ketersediaan teknologi, sistem transfer teknologi, lembaga penyedia teknologi di lokasi.
Data primer lainnya
terkait dengan pasca implementasi teknologi adaptif yang dilakukan dan dampak nya baik terhadap ekonomi usaha dan ekonomi kawasan. Data sekunder yang dibutuhkan terkait dengan hasil penelitian maupun laporan dari institusi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Tabel 3. Kegiatan, Data dan Informasi, Teknik Pengumpulan Data, Sumber dan Analisis Data Kegiatan
Data dan Informasi
Identifikasi Potensi SDA SDM Sosial, Kelembagaan Finansial Lingkungan Teknologi Identifikasi Permasalahan SDA SDM Sosial, Kelembagaan Finansial Lingkungan Teknologi Implementasi teknologi Adaptif - Peran Kooperator dalam Penerapan Teknologi Adaptif Lokasi - Kesiapan Lokasi dalam Penerapan Teknologi Adaptif - Kelayakan inovasi teknologi yang telah diterapkan
Teknik Pengumpulan Data
Sumber Data
Analisis Data
Survey dan wawancara
Instansi dan Pelaku usaha
Deskriptif Tabulatif
Survey dan Wawancara
Instansi dan Pelaku usaha
Deskriptif Tabulatif
Survey, FGD
Kooperator, Instansi terkait
Deskriptif, kuantitatif
12
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data persepsi dilakukan dengan kuesioner yang telah disiapkan , pengambilan data secara wawancara kepada mitra KIMBis yang telah diberikan teknologi dari Balitbang Kelautan dan Perikanan yang diambil secara purposive. Data Kinerja dikumpulkan melalui survey diisi oleh responden terpilih pada setiap lokasi KIMBis Lamongan. Metoda Analisa Data Data kuantitatif dianalisis dengan statistik sederhana dengan mengunakan indeks linkert, sedangkan data kualitatif dianalisis secara deskriptif.
12. ANGGARAN Total anggaran Kegiatan Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi di Lamongan sebesar Rp. 187.089.000 (dibebankan pada DIPA BBPSEKP tahun anggaran 2015 dengan rincian RAB terlampir). KODE MAK 521211
Rincian Komposisi Pembiayaan Belanja Bahan
Jumlah (Rp) Jumlah (%) 23.666.000
12,65%
8.000.000
4,28%
521811
Belanja Barang Persediaan barang Konsumsi
521213
Honor
45.000.000
24,05%
521219
Belanja Barang Non Operasional Lainnya
21.500.000
11,49%
522141
Belanja Sewa
15.400.000
8,23%
522151
Belanja Jasa Profesi
19.900.000
10,64%
524111
Belanja Perjalanan Biasa
53.623.000
28,66%
187.089.000
100%
Total
13
13. RENCANA PENYERAPAN ANGGARAN DAN REALISASI FISIK (PERBULAN DAN PERBELANJA) Rencana Penyerapan Anggaran
KODE 2369.010 .001.015
A
KOMPONEN/DET AIL KEGIATAN /JENIS BELANJA/DETAIL AKUN MODEL EKONOMI KAWASAN BERBASIS IPTEK MELALUI KIMBIS DI LAMONGAN
Bulan Ke- (Rp) 1
2
3
-
-
-
-
521811 522141
Belanja Sewa
-
-
522151
Belanja Jasa Profesi Belanja perjalanan biasa PENDAMPINGAN DAN PENGAWALAN TEKNOLOGI
-
-
Belanja Bahan Honor Output Kegiatan
524111
B 521211 521213
5
6
7
8
9
10
11
12
Pelaksanaan PERSIAPAN, KOORDINASI DAN PEMANTAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN Belanja Bahan Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi
521211
4
-
8,342,000
5,024,000
1,000,000
1,000,000
7,600,000 3,000,000
2,760,000
5,110,000
-
-
-
-
-
4,500,000
-
3,740,000 4,500,000
-
-
-
-
-
-
400,000
-
-
-
-
1,000,000
4,500,000
4,500,000
-
1,000,000 4,500,000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
640,000
640,000
-
-
4,500,000
4,500,000
4,500,000
4,500,000
4,500,000
14
521811
Belanja Barang Non Operasional Lainnya Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi
522141
Belanja Sewa
-
-
-
Belanja Jasa Profesi Belanja perjalanan biasa ANALISIS DATA DAN PELAPORAN
-
-
-
-
-
Belanja Bahan Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi
-
Belanja Jasa Profesi Belanja perjalanan biasa
521219
522151 524111 C 521211 521811 522151 524111
TOTAL
-
-
-
4,000,000
7,000,000
-
-
-
2,600,000
-
7,500,000
1,000,000
1,000,000 -
2,600,000
-
3,000,000
7,500,000
4,880,000
14,250,000
14,250,000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
76,864,000
82,228,000
75,500,000
5,520,000
-
13,000,000
-
2,000,000 -
15,000,00 0
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1,000,000 -
-
1,000,000 -
1,000,000
1,000,000
-
-
-
-
-
-
-
-
11,000,000
12,280,000
12,280,000
11,000,000
3,000,000 -
2,600,000 3,000,000 5,590,000
1,280,000 -
3,000,000 6,783,000 59,506,000
15
Rencana Realisasi Fisik Bulan Ke- (%) KODE
A
KOMPONEN/DETAIL KEGIATAN /JENIS BELANJA/DETAIL AKUN
1
2
3
4
6
7
17
17
20
20
8
9
10
10
10
20
20
11
12
20
20
Pelaksanaan PERSIAPAN, KOORDINASI DAN PEMANTAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN
521211
Belanja Bahan
70
50
521811
Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi
60
65
522141
Belanja Sewa
100
522151
Belanja Jasa Profesi
90
524111
Belanja perjalanan biasa
B
5
40
20
70
PENDAMPINGAN DAN PENGAWALAN TEKNOLOGI
521211
Belanja Bahan
521213
Honor Output Kegiatan
20
20
20
521219
Belanja Barang Non Operasional Lainnya
30
40
40
521811
Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi
522141
Belanja Sewa
40
40
40
522151
Belanja Jasa Profesi
30
60
25
524111
Belanja perjalanan biasa
40
40
17
C
60
30
20
20
20 25
60
ANALISIS DATA DAN PELAPORAN
521211
Belanja Bahan
521811
Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi
522151
Belanja Jasa Profesi
30
45 50
40 60 100
16
524111
Belanja perjalanan biasa
100
TARGET PENYERAPAN ANGGARAN PER BULAN (JANUARI S.D JUNI) Target Penyerapan Anggaran 1
KOMPONEN/DETAIL KEGIATAN /JENIS BELANJA/DETAIL AKUN Rp
2 %
Rp
3 %
Rp
4 %
5
Rp
%
Rp
6 %
Rp
%
1,000
14
4,500
10
1,000
25
Pelaksanaan PERSIAPAN, KOORDINASI DAN PEMANTAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN Belanja Bahan Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi Belanja Sewa
8,342
62
5,024
38
1,000
50
1,000
50
7,600
100
3,000
88
5,110
65
Belanja Jasa Profesi 400,
12
Belanja perjalanan biasa 2,760
35
PENDAMPINGAN DAN PENGAWALAN TEKNOLOGI Belanja Bahan Honor Output Kegiatan Belanja Barang Non Operasional Lainnya Belanja Barang Untuk Persediaan Barang
3,740
53
4,500
10
4,500
10
4,500
10
4,000
19
7,000
33
7,500
35
1,000
25
17
Konsumsi Belanja Sewa Belanja Jasa Profesi Belanja perjalanan biasa
4,880
13
2,600
33
2,600
33
3,000
22
7,500
56
14,250
37
14,250
37
ANALISIS DATA DAN PELAPORAN Belanja Bahan Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi Belanja Jasa Profesi Belanja perjalanan biasa
18
TARGET PENYERAPAN ANGGARAN PER BULAN (JULI S.D DESEMBER) 7
KOMPONEN/DETAIL KEGIATAN /JENIS BELANJA/DETAIL AKUN
8
Rp
%
PENDAMPINGAN DAN PENGAWALAN TEKNOLOGI Belanja Bahan
1,000
14
Honor Output Kegiatan
4,500
10
Rp
9 %
Rp
Target Penyerapan 10 %
Rp
11 %
Rp
12 %
Rp
%
Pelaksanaan PERSIAPAN, KOORDINASI DAN PEMANTAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN Belanja Bahan Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi Belanja Sewa Belanja Jasa Profesi Belanja perjalanan biasa
Belanja Barang Non Operasional Lainnya Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi Belanja Sewa
2,000
640 4,500
10
4,500
9 10
640 4,500
9 10
4,500
10
4,500
10
3,000
14
2,600
33
50
Belanja Jasa Profesi
3,000
Belanja perjalanan biasa
5,590
22 14
ANALISIS DATA DAN PELAPORAN
19
Belanja Bahan Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi Belanja Jasa Profesi Belanja perjalanan biasa
1,000
30
1,000 1,000
50
30 1,000
1,280
39
3,000
100
6,783
100
50
20
14. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013. Kabupaten Lamongan dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lamongan. Anonim. 2013. Laporan Akhir KIMBis Lamongan 2013. Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Anonim, 2014. Rumusan Lokakarya Kimbis., 11 Maret 2014. Saung Dolken Resort. Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Bogor. Dinas Perikanan dan Kelautan, 2012. Statistik Perikanan Kabupaten Lamongan tahun 2011. Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur. Dinas Perikanan dan Kelautan, 2012. Laporan Tahunan tahun 2011. Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur. Wardono, B. R. Yusuf dan H.M. Huda. 2012. Laporan Teknis Pelaksanaan Klinik IPTEK Mina Bisnis desa Weru Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. Zulham, Armen. 2011. Panduan Pelaksanaan Kegiatan KIMBis. Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Badan penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Sutrisno Anggoro, 1993. Efek Osmotik Berbagai Tingkat Salinitas Media Terhadap Daya Tetas Telur dan Vitalitas Larva Udang Windu (Penaeus monodon Fabricius) Disertasi. Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
21
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT Laporan Akhir Pelaksanaan kegiatan Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Tipologi Perikanan Tangkap Pelagis Kecil di Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur” dapat diselesaikan. Laporan ini berisikan kegiatan riset aksi berupa kelembagaan ekonomi yang disusun menggunakan data dan informasi di Kabupaten Lamongan selama Tahun 2015. Kegiatan aksi yang dilakukan berupa peningkatan peran Kooperator dalam Penerapan Teknologi Adaptif Lokasi serta kegiatan Identifikasi Kesiapan Lokasi dalam Penerapan Teknologi Adaptif melalui penilaian kelayakan inovasi teknologi yang telah diterapkan selama KIMBis Lokasi dibentuk. Kegiatan aksi yang dilakukan tersebut bertujuan untuk menghasilkan output diantaranya bagaimana peran teknolgi adaptif lokasi tersebut mampu meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan kooperator, meningkatkan kapasitas pasar dan pemasaran produk yang dihasilkan. Tentunya, output yang dihasilkan akan berdampak pada peningkatan ekonomi usaha koperator serta secara luas meningkatkan kapasitas ekonomi kawasan. Laporan akhir ini, disadari masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan dan saran sangat diperlukan agar seluruh tujuan kegiatan ini dapat tercapai. Pada kesempatan ini pula, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terus mendukung semua bentuk kegiatan yang diselenggarakan KIMBis Kabupaten Lamongan sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar. Jakarta, Desember 2015
Tim Peneliti
22
RINGKASAN KIMBis sebagai sebuah lembaga yang dibentuk secara partisipatif dengan orientasi bisnis melalui penerapan IPTEK, maka KIMBis di pedesaan mempunyai fungsi sebagai fasilitator bisnis masyarakat dan sebagai inkubator bisnis dalam masyarakat. Peran KIMBis sebagai fasilitator bisnis masyarakat merupakan peran strategis dalam mengidentifikasi potensi sumberdaya dan pengawalan paket Teknologi Tepat Guna (TTG) dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dilakukan melaui proses pendampingan dan pembinaan kepada masyarakat untuk memanfaatkan potensi sumberdaya yang belum optimal pemanfaatannya. Sedangkan peran KIMBIs sebagai inkubator bisnis dalam masyarakat dimaksudkan KIMBis sebagai lembaga intermediasi yang melakukan proses pendampingan, pembinaan dan pengembangan pada usaha yang sudah ada untuk meningkatkan skala usaha dalam rangka meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat. Kegiatan KIMBis Kabupaten Lamongan dimulai pada tahun 2011 yang diawali dengan identifikasi masalah yang ada dilapangan melalui baseline survey pada masyarakat sasaran. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa terdapat beberapa kelompok sasaran yang ada di Kabupaten Lamongan yaitu kelompok nelayan tangkap (Blandongan), kelompok pengolah hasil perikanan dan kelompok pengolah garam skala rumah tangga. Untuk lebih memperdalam permasalahan masyarakat perikanan (kelompok sasaran) dilakukan pendekatan dengan cara Focus Group Discussion (FGD). Hasil kegiatan tahun 2011 adalah identifikasi kebutuhan kelompok sasaran yang belum memiliki PIRT (Pangan Ijin Rumah Tangga) dalam produk yang dihasilkan, pendampingan untuk meningkatkan kualitas produk hasil olahan, pendampingan dalam rangka peningkatan nilai tambah produk garam dan pendampingan pada kelompok nelayan tangkap (Blandongan).
Pelaksanaan kegiatan riset aksi pada tahun 2015, didasarkan pada kerangka konseptual sederhana, yaitu Pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi pada tipologi perikanan tangkap laut bagi peningkatan ekonomi usaha dan ekonomi kawasan. Di Kabupaten Lamongan difokuskan pada tipologi perikanan tangkap laut pelagis besar. Pada tahun ini telah dirumuskan sebuah model untuk pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif di lokasi Pacitan. Dalam model ini terdapat dua komponen yang mempunyai peran penting yaitu komponen input dan komponen proses. KIMBis adalah kelembagaan yang berada di dalam komponen proses yang harus menjalankan fungsifungsinya baik sebagai fasilitator maupun sebagai inkubator bisnis masyarakat setempat. Strategi yang diperlukan untuk mengimplementasikan rumusan model tersebut yaitu dengan : 1). Memperhatikan faktor input yang tersedia dan berpotensi untuk diberdayakan; 2). Pengenalan teknologi harus melalui proses identifikasi terlebih dahulu agar sesuai penerapannya; 3) Harus ada sinergi yang baik dengan SKPD di lokasi agar bisa saling mendukung hingga terciptanya iklim usaha yang kondusif.
23
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................................................................... COPY RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN PENELITIAN TAHUN ANGGARAN 2015 ................. KATA PENGANTAR ............................................................................................................................................... RINGKASAN ............................................................................................................................................................... DAFTAR ISI ............................................................................................................................................................... DAFTAR TABEL ......................................................................................................................................................... DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................................................... BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................... 1.2 Tujuan ............................................................................................................................................... 1.3 Keluaran ........................................................................................................................................... BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................................................... 2.1 Pengembangan Kawasan.............................................................................................................. 2.2 Teknologi Adaptif .......................................................................................................................... BAB III. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN ........................................................................................... 3.1 Kerangka Pemikiran .................................................................................................................... 3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................................................... 3.3 Data yang dikumpulkan .............................................................................................................. 3.4 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................................................... 3.5 Metode Analisis Data ................................................................................................................... BAB IV. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN ................................................................................................. 4.1 Tahap Perencanaan ...................................................................................................................... 4.2 Identifikasi Status dan Permasalahan Pengembangan Ekonomi Kawasan ............ 4.3 Identifikasi Alternatif-Alternatif Pemecahan Masalah/Pengembangan Gagasan 4.4 Pelaksanaan Aksi Kegiatan Pemecahan Masalah .............................................................. BAB V. DESKRIPSI MODEL GENERIK HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN ..................................... 5.1 Prototipe Rancang Bangun Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi .................. ........................................................................ 5.2 Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi di Kabupaten Lamongan................................... .......................................................................... BAB VI. EVALUASI TENTANG KINERJA KIMBis .................................................................................... 6.1 Keragaan Teknologi Adaptif Balitbang Kelautan dan Perikanan ................................ 6.2 Respon Mansyarakat Penerima Teknologi Adaptif Balitbang Kelautan dan Perikanan.................................................................... .............................................................. BAB VII. KESIMPULAN......................................................... ................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... ..............................................................................
1 2 21 22 23 24 25 26 26 28 28 29 29 30 32 32 33 33 34 35 36 36 50 51 52 55 55 56 59 59 63 67 69
24
DAFTAR TABEL Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13
Kegiatan, Data, dan Informasi, Teknik Pengumpulan Data, Sumber dan Analisis Data ...................................................................................................................................................... 33 Jenis dan Jumlah Responden Penelitian Model PEK TAL di Kabupaten Lamongan 34 Kalender Musim Penangkapan Ikan di Kabupaten Lamongan dalam Setahun ..... 42 Jenis-jenis Industri Pengolahan Produk di Kabupaten Lamongan 2000-2013 ...... 43 Komposisi Nelayan di Kabupaten Lamongan Tahun 2013 ............................................ 43 Lembaga Keuangan Mikro dan Perannya dalam Pembiayaan Usaha Perikanan .. 44 Kelembagaan Inovasi Iptek dan bisnis perikanan di Kabupaten Lamongan ........... 45 Pola Hubungan Aktor, Potensi dan Permasalahan yang terjadi pada Usaha Perikanan di Kabupaten Lamongan Tahun 2015 ............................................................... 46 Potensi Lingkungan di Kabupaten Lamongan Tahun 2015 ........................................... 49 Permasalahan, Kebutuhan dan Bentuk Penyadaran yang Dapat dilakukan terhadap Nelayan ............................................................................................................................................... 51 Alternatif Pemecahan Masalah ................................................................................................. 52 Jenis Teknologi Adaptif Balitbang Kelautan dan Perikanan .......................................... 59 Sebaran Kategori Tingkat Pemanfaatan Teknologi Balitbang KP ................................ 65
25
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Kerangka Pemikiran Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi dengan Tipologi Perikanan Tangkap Laut untuk Pelagis Kecil di Kabupaten Lamongan................................. .................................................... Gambar 2 Prototipe Rancang Bangun Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi ............................................................................................. Gambar 3 Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif di Kabupaten Lamongan .................................................................................................................... Gambar 4 Kelembagaan Inovasi Pengolahan Produk Perikanan di Kecamatan Paciran ........ Gambar 5 Kelembagaan Bisnis Pengolahan Produk Perikanan di Kecamatan Paciran ........... Gambar 6 Asal Bahan Baku Industri Pengolahan Ikan di Kabupaten Lamongan ....................... Gambar 7 Asal Bahan Baku Budidaya Ikan Menggunakan Pakan Alternatif di Kabupaten Lamongan ................................ .................................................................................... Gambar 8 Sumber Teknologi Pengolahan dan Budidaya di Kabupaten Lamongan ................... Gambar 9 Pemasaran dari Produk Olahan KIMBis di Kabupaten Lamongan ............................... Gambar 10 Sumber Informasi Pasar dalam Usaha Pengolahan dan Budidaya di Kabupaten Lamongan .................................................................................................................... . Gambar 11 Respon Masyarakat terhadap Teknologi Balitbang KP di Kabupaten Lamongan Gambar 12 Respon Masyarakat terhadap Teknologi Pengolahan Balitbang KP di Kabupaten Lamongan ..................................... .......................................................................... Gambar 13 Tingkat Pemanfaatan Teknologi Balitbang KP di Kabupaten Lamongan .................
32 55 56 57 58 59 60 61 62 62 63 64 65
26
BAB I. PENDAHULUAN 1.1.
LATAR BELAKANG Pemanfaatan dan pengembangan potensi sumberdaya perairan pantai dan laut menjadi
paradigma baru pembangunan di masa sekarang yang harus dilaksanakan secara rasional dan berkelanjutan. Kebijakan ini sangat realistis karena didukung oleh fakta adanya potensi sumberdaya laut dan pantai yang masih cukup besar peluang untuk pengembangan eksploitasi dibidang perikanan baik penangkapan maupuan usaha budidaya ikan. Seperti halnya Kabupaten Lamongan yang memiliki sumberdaya perikanan yang cukup besar, khususnya perikanan budidaya, dan perikanan tangkap (laut). Wilayah ini sangat strategis yang termasuk sentra produksi perikanan di Jawa Timur. Usaha perikanan sebagai kegiatan untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya ikan serta lingkungan dengan menambahkan masukan energi, materi dan teknologi dan atau unsur lainnya, yang bertujuan untuk memanen biomasa hidup dan kehidupan manusia (Sutrisno Anggoro, 2001) sehingga usaha perikanan yang ingin diwujudkan adalah usaha perikanan yang memanfaatkan sumberdaya secara efisien dan berkelanjutan serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu pada tahun 2011, atas inisiasi Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Klinik Iptek Mina Bisnis (KIMBis) dibentuk dengan tujuan untuk mengimplementasikan pengembangan ekonomi kawasan berbasis Iptek yang dilakukan oleh Balitbang KP. KIMBis adalah kelembagaan masyarakat Kelautan dan Perikanan yang dibentuk secara partisipatif oleh berbagai pemangku kepentingan untuk mendapatkan berbagai peluang dalam rangka mewujudkan kesejahteraannya. Dalam perkembangannya dirasa perlu dilakukan penguatan modal sosial dan sinergi bisnis antar pelaku usaha baik secara vertikal maupun horizontal serta antar KIMBis dan pemangku kepentingan yang terlibat, sehingga definisi KIMBis berubah menjadi KIMBis merupakan kelembagaan pengembangan bisnis dengan memanfaatkan teknologi untuk mewujudkan kemandirian masyarakat Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP,2014). Selanjutnya pada tahun 2012, kelembagaan KIMBis telah disosialisasikan dan dibentuk dengan lokasi sekretariat di Desa Weru Kecamatan Paciran. Justifikasi
penentuan lokasi
sekretariat berdasarkan fokus awal yaitu masyarakat pesisir Lamongan yaitu di wilayah kecamatan Paciran dan Brondong. Kabupaten Lamongan yang memiliki panjang pantai 47,162 km, mempunyai usaha penangkapan ikan laut terpusat diperairan Laut Jawa pada wilayah Kecamatan Brondong dan Kecamatan Paciran, yang memiliki 1 (satu) Pelabuhan Perikanan Nasional Brondong dan 4 (empat) Tempat Pendaratan Ikan (TPI), yaitu mulai dari arah timur ke barat meliputi Weru, Kranji, Labuhan dan Lohgung.
27
Potensi sumberdaya manusia perikanan tangkap laut sebanyak 28.154 nelayan. Potensi tersebut belum termasuk masyarakat lain yang terlibat dalam rangkaian kegiatan penangkapan seperti pemasaran hasil, pengolahan hasil tangkapan dan lain-lain yang terkait dengan kegiatan tersebut. Potensi sumberdaya manusia ini terlihat belum termanfaatkan secara optimal. Selain potensi sumberdaya laut dan manusia, Kabupaten Lamongan juga memiliki potensi lain yaitu sebagai penerima program bebantuan pemerintah. Program bantuan tersebut berasal dari Kementerian Kelautan dan Perikanan berupa Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) yaitu Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) perikanan tangkap dan PUMP pengolahan setiap tahun (sejak tahun 2011) yang bertujuan untuk pengentasan kemiskinan melalui peningkatan kemampuan dan pendapatan masyarakat serta penumbuhan wirausaha kelautan dan perikanan. Pada tahun 2013 dan 2014, kelembagaan KIMBis berkembang dengan melakukan pemberdayaan pada masyarakat sektor lain yaitu pembudidaya dan pegaraman. Potensi untuk pengembangan produksi garam rakyat berada di Kecamatan Brondong yang tersebar di Desa Sidomukti, Desa Labuhan Desa Sedayulawas, Desa Lohgung dan Desa Brengkok. Kelembagaan KIMBis melakukan difusi inovasi dari petambak garam ‘Bapak Arifin Jami’an’ kepada masyarakat lainnya. Inovasi pengelolaan garam ‘Bapak Arifin Jami’an’ telah diakui oleh pemerintah setempat karena mamp meningkatkan produksi garam. Sedangkan pengembangan kawasan berbasis iptek juga dilakukan pada masyarakat pembudidaya ikan lele dengan mengenalkan pakan mandiri. Pada tahun 2015 akan dilakukan kegiatan yang bertujuan merumuskan model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi. Diharapkan kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya merupakan bahan kajian untuk memperoleh suatu model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi. Dalam model generik yang telah dirumuskan (Gambar 1), menggunakan pendekatan sistem yang terdiri dari input, proses, output dan dampak. Input terdiri dari aktivitas bagaimana memperoleh data terkait dengan potensi dan permasalahan sektor KP di lokasi , ketersediaan teknologi KP yang ada di lokasi baik yang berasal dari Balitbang KP, balitbangda serta Sistem Inovasi Daerah. Kegiatan aksi akan dilakukan dalam upaya mengkaji kebutuhan serta kelayakan teknologi yang diterapkan dan perannya dalam pengembangan ekonomi kawasan. Kegiatan aksi yang akan dilakukan tersebut yaitu: -
Kegiatan untuk meningkatkan peran Kooperator dalam Penerapan Teknologi Adaptif Lokasi
-
Kegiatan
Identifikasi Kesiapan Lokasi dalam Penerapan Teknologi Adaptif melalui
penilaian kelayakan inovasi teknologi yang telah diterapkan selama KIMBis Lokasi dibentuk 28
Kegiatan aksi yang dilakukan tersebut bertujuan untuk menghasilkan output diantaranya bagaimana peran teknologi adaptif lokasi tersebut mampu meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan kooperator, meningkatkan kapasitas pasar dan pemasaran produk yang dihasilkan. Tentunya, output yang dihasilkan akan berdampak pada peningkatan ekonomi usaha koperator serta secara luas meningkatkan kapasitas ekonomi kawasan. Kegiatan riset aksi dalam rangka membuat konsep model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif di Kabupaten Lamongan akan lebih difokuskan untuk tipologi perikanan tangkap laut untuk pelagis kecil yang diturunkan dari model generik yang telah dibuat. Diharapkan model tersebut dapat memberikan masukan kepada pemerintah baik pusat dan daerah bagaimana Inovasi teknologi hasil Balitbang Kelautan dan Perikanan dapat menjadi faktor penting dalam pengembangan ekonomi kawasan di Kabupaten Lamongan.
1.2. TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi dengan Tipologi Perikanan Tangkap Pelagis Kecil di Lamongan. 1.3 KELUARAN Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah terbentuknya model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi di Lamongan untuk mempercepat terwujudnya peningkatan kapasitas usaha dan peningkatan ekonomi kawasan.
29
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Kawasan Pengembangan kawasan menunjukkan kapasitas produksi untuk mencapai pertambahan output, dalam upaya mewujudkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi, yang dilakukan di suatu wilayah atau di berbagai wilayah (daerah). Masing-masing kawasan memiliki potensi kondisi dan karakteristik yang berbedabeda (bervariasi) satu sama lainnya, fenomena ini menimbulkan ketidaksamaan atau kesenjangan (ketimpangan atau disparitas) antar wilayah. Pembangunan (pertumbuhan) kawasan bertujuan untuk mencapai (a) pemerataan dalam tingkat pertumbuhan antar wilayah, (b) pemerataan pendapatan antar wilayah, dan (c) memperkokoh struktur perekonomian antar wilayah. Untuk mencapai tujuan pengembangan wilayah tersebut harus dilakukan perencanaan dan kegiatan pengembangan wilayah secara komprehensif, dalam arti bagi wilayah-wilayah maju agar diperlamat tingkat pertumbuhan wilayahnya, dan untuk wilayah-wilayah kurang maju agar ditingkatkan laju pertumbuhan wilayahnya, dengan harapan dalam jangka waktu mendatang (katakanlah dalam 20 tahun yang akan datang kedua jenis wilayah tersebut, yaitu wilayah yang maju dan wilayah yang kurang maju akan memasuki garis finish dengan kualifikasi karakteristik wilayah yang relatif hampir sama (dalam tingkat pertumbuhan dan pendapatan per kapitanya). Pendekatan pembangunan wilayah semacam ini disebut pendekatan pembangunan “kakak-beradik.” Kakak yang baik mendorong adiknya yang lemah. Pengembangan ekonomi kawasan sangat luas aspeknya, selain meliputi aspek-aspek kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia (SDM), tersedianya sumber daya alam (SDA), modal, sarana dan prasarana, fasilitas pelayanan ekonomi dan sosial, tersedianya jaringan transportasi dan distribusi, kemajuan teknologi, kemampuan kelembagaan yang efektif dan efisien, serta sumber-sumberdaya pembangunan lainnya. Pembangunan ekonomi daerah di era otonomi menghadapi berbagai tantangan, baik internal maupun eksternal, seperti masalah kesenjangan dan iklim globalisasi. Yang disebut belakangan ini menuntut tiap daerah untuk mampu bersaing di dalam dan luar negeri. Kesenjangan dan globalisasi berimplikasi kepada propinsi dan kabupaten/kota, untuk melaksanakan percepatan pembangunan ekonomi daerah secara terfokus melalui pengembangan kawasan dan produk andalannya. Percepatan pembangunan ini bertujuan agar daerah tidak tertinggal dalam persaingan pasar bebas, seraya tetap memperhatikan masalah pengurangan kesenjangan. Karena itu seluruh pelaku memiliki peran mengisi pembangunan ekonomi daerah dan harus mampu bekerjasama melalui bentuk pengelolaan keterkaitan antarsektor, antarprogram, antarpelaku, dan antardaerah. 30
Kawasan Andalan, dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah suatu kawasan yang dikembangkan untuk mengurangi kesenjangan antardaerah melalui pengembangan
kegiatan
ekonomi
yang
diandalkan
sebagai
motor
penggerak
pengembangan wilayah. Kawasan Andalah diharapkan mampu menjadi pusat dan pendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan di sekitarnya. Kawasan andalah juga diharap mampu bersaing di dalam dan luar negeri. Kemampuan bersaing ini lahir melalui pengembangan produk unggulan yang kompetitif di pasar domestik maupun global, yang didukung sumber daya manusia (SDM) unggul, riset dan teknologi, informasi, serta keunggulan
pemasaran.
Sementara
itu
dalam
pelaksanaan
di
daerah,
konsep
pengembangan kawasan andalan tidak secara efektif dikembangkan, sehingga tidak pernah dapat diukur keberhasilannya. Maka dibutuhkan model–model pengembangan ekonomi daerah dengan pendekatan kawasan andalan, yang memiliki konsep pengembangan yang terfokus dan terpadu, terutama berorientasi pada karakteristik potensi kawasan dan kemampuan pengembangan kawasan.
2.2 Teknologi Adaptif Pengertian Teknologi J.J.Honigman “ The world of man “. Teknologi adalah segala tindakan baku yang digunakan manusia untuk mengubah alam, termasuk tubuhnya sendiri, tubuh orang lain. Teknologi adalah cara manusia membuat, memakai, memelihara seluruh peralatannya, bahkan bertindak selama hidupnya. Munculnya teknologi disebabkan karena manusia
berupaya
melaksanakan
mata
pencaharian
hidupnya,
mengorganisasi
masyarakatnya, mengekspresikan rasa keindahan dalam memproduksi hasil-hasil keseniannya. Teknologi bermula dari hal-hal yang sederhana, menciptakan sesuatu untuk mengatasi persoalan yang ada pada kehidupan sehari-hari misalnya pembuatan makanan,,pembuatan pakaian , pembuatan rumah, pembuatan jalan. Teknologi kemudian berkembang kepada hal-hal yang lebih rumit dan komplek. Dengan demikian diperlukan tingkat teknologi yang lebih tinggi. Y.B Mangunwijaya mengatakan masyarakat Indonesia membutuhkan tiga jenis teknologi yaitu : 1. Teknologi Maju, adalah teknologi yang memiliki tingkat kerumitan dan kecangihan lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi biasa. Contoh : Satelit, radar, nuklir pesawat ruang angkasa. 2. Teknologi Adaptif adalah teknologi yang dapat menyesuaikan kebutuhan manusia Contoh : telpon
31
3. Teknologi Protektif adalah teknologi yang mampu melindungi manusia. Contoh senapan mesin untuk pertahanan diri. Faktor yang menentukan keberhasilan suatu program adalah pembawa program (senders), penerima
program
(receivers)
dan
saluran
(channel)
memperkenalkan (sosialisasi) dan mengimplementasikan
yang
digunakan
dalam
program (Rogers dan
Shoemaker 1987 dalam Kurnia Suci, dkk 2000). Di sisi lain Tubbs dan Moss dalam Kurnia Suci, dkk, 2000) menekankan bahwa keberhasilan pembangunan ditentukan jalinan hubungan antara individu pembawa program dengan sasaran program. Keberhasilan suatu program dapat dicapai jika senders melakukan pendekatan partisipatif mulai dari sosialisasi, perencanaan, implementasi serta monitoring/evaluasi melalui pendekatan struktural dan kultural (Wahyuni, 2002). Melalui pendekatan struktural, individu yang terlibat dalam program menjembatani hubungan lembaga terkait yang dibutuhkan petani untuk mendukung implementasi program. Adapun melalui pendekatan kultural, teknologi yang diimplementasikan tersaring melalui kebudayaan yang eksis di wilayah bersangkutan yang telah menyatu dengan kondisi alam, sosial dan ekonomi. Melalui kedua pendekatan tersebut teknologi yang disampaikan melalui program dapat terakuisisi dalam kehidupan petani sehingga teknologi lokal (indigenous) yang ada akan berkembang menjadi teknologi “adaptif”. Teknologi adaptif lahir setelah melalui proses pemikiran petani yang prinsipnya sangat rasional dalam memilih teknologi yang terbaik dan menguntungkan (Popkin 1979 dalam Kurnia Suci dkk, 2000).
32
BAB III. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN 3.1 Kerangka Pemikiran Pelaksanaan kegiatan riset aksi pada tahun 2015, didasarkan pada kerangka konseptual sederhana, yaitu Pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi pada tipologi perikanan tangkap laut bagi peningkatan ekonomi usaha dan ekonomi kawasan. Kerangka umum pelaksanaan kegiatan dapat dilihat pada Gambar 1.
Potensi Perikanan dan Kelautan di Kota Tegal: SDA, SDM,Lingkungan, Finansial, Sosial, Kelembagaan
Permasalahan: SDA, SDM, Lingkungan, Finansial, Sosial, Kelembagaan, Teknologi
Balitbang KP Inovasi Teknologi yang adaptif
Balitbangda SIDa
-
Peran Kooperator Kesiapan Lokasi
Peningkatan ekonomi usaha pelaku Peningkatan ekonomi kawasan: Pro Poor, Pro Job, Pro growth
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi dengan Tipologi Perikanan Tangkap Laut untuk Pelagis Kecil di Kabupaten Lamongan
33
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian Pelaksanaan kegiatan model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi dilaksanakan di Kabupaten Lamongan, yang dilakukan pada bulan Januari – Desember 2015.
3.3 Data Yang Dikumpulkan Data primer yang dikumpulkan meliputi data potensi SDA, SDM, Sosial, Kelembagaan, Lingkungan dan finansial. Permasalahan terkait SDA, SDM, Sosial, kelembagaan, lingkungan dan finansial.
Identifikasi ketersediaan teknologi, sistem transfer teknologi, lembaga penyedia
teknologi di lokasi. Data primer lainnya terkait dengan pasca implementasi teknologi adaptif yang dilakukan dan dampak nya baik terhadap ekonomi usaha dan ekonomi kawasan. Data sekunder yang dibutuhkan terkait dengan hasil penelitian maupun laporan dari institusi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Tabel 1. Kegiatan, Data dan Informasi, Teknik Pengumpulan Data, Sumber dan Analisis Data Kegiatan
Data dan Informasi
Identifikasi Potensi SDA SDM Sosial, Kelembagaan Finansial Lingkungan Teknologi Identifikasi Permasalahan SDA SDM Sosial, Kelembagaan Finansial Lingkungan Teknologi Implementasi teknologi Adaptif - Peran Kooperator dalam Penerapan Teknologi Adaptif Lokasi - Kesiapan Lokasi dalam Penerapan Teknologi Adaptif - Kelayakan inovasi teknologi yang telah diterapkan
Teknik Pengumpulan Data
Sumber Data
Analisis Data
Survey dan wawancara
Instansi dan Pelaku usaha
Deskriptif Tabulatif
Survey dan Wawancara
Instansi dan Pelaku usaha
Deskriptif Tabulatif
Survey, FGD
Kooperator, Instansi terkait
Deskriptif, kuantitatif
34
3.4 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan untuk menjawab tujuan penelitian, pengambilan data secara wawancara kepada mitra KIMBis yang telah diberikan teknologi dari Balitbang Kelautan dan Perikanan yang diambil secara purposive. Responden terdiri dari ketua dan anggota kelompok usaha baik nelayan, pengolah, petambak serta pembudidaya lele yang menjadi mitra KIMBis. Selain itu juga dilakukan Focus Group Discussion (FGD) yang telah dilakukan maka riset aksi akan dilakukan dalam rangka meningkatkan akses pasar lokal dari produk olahan ikan. Cakupan responden penelitian ini adalah relatif luas, yaitu pelaku usaha, perencana, pelaksana, dan pendamping program KIMBis, dan instansi terkait. Pelaku usaha mencakup nelayan dan pembudidaya ikan serta pengolah ikan. Data Kinerja dikumpulkan melalui survey dibantu oleh enumerator dan diisi oleh responden terpilih pada setiap lokasi KIMBis Lamongan. Tabel 2. Jenis dan Jumlah Responden Penelitian Model PEKTAL di Kabupaten Lamongan Jenis Reponden 1. Instansi terkait
2. Pelaksana dan pendamping program KIMBis 3. Pelaku agribisnis 1. Produsen dan pedagang input 2. Pembudidaya ikandan nelayan 3. Produsen produk olahan ikan 4. Pedagang 5. Mitra usaha 6. Lembaga keuangan 4. Informan kunci (kecamatan dan desa)
Jumlah 6 SKPD (Dinas pertanian, peternakan dan kelautan, dinas lingkungan hidup, dinas UMKM,Koperasi dan perindustrian Bappeda, Dinas pendidikan, PPP) 5 5 1 3 3 1 1 1 2
Untuk menerapkan prinsip kaji tindak dalam pemberdayaan masyarakat, diadopsi langkah yang diusulkan oleh Karsidi, (2001) yaitu sebagai berikut: 1. Pengenalan masalah/kebutuhan dan potensi serta penyadaran. Pada tahap awal ini digali informasi-informasi yang mengungkapkan keberadaan lingkungan dan masyarakatnya secara umum serta melakukan analisa dan refleksi atas keberadaan itu. 2. Perumusan masalah dan penetapan prioritas. Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengkajian informasi tersebut, diperoleh catatan yang memuat berbagai masalah dan potensi (setempat).
35
3. Identifikasi alternatif-alternatif pemecahan masalah/pengembangan gagasan. Dari prioritas masalah yang telah ditetapkan, selanjutnya dapat dibahas berbagai kemungkinan pemecahan masalah-masalah tersebut melalui urunrembuk (brain storming) dan pengembangan gagasan oleh sasaran penyuluhan. 4. Pemilihan alternatif pemecahan masalah yang paling tepat. Selain ketepatgunaan pemecahan itu secara umum, pertimbangan penting dalam hal ini adalah kemampuan sasaran penyuluhan dan sumberdaya yang tersedia untuk dapat menerapkan pemecahan itu secara swadaya. Untuk itu bagian dari mencari alternatif ini adalah pengenalan sumberdaya tersebut. 5. Perencanaan kegiatan; yang selanjutnya dituangkan ke dalam sebuah rencana kegiatan yang konkrit. Rencana itu perlu menyatakan dengan jelas apa yang akan dilakukan, siapa yang akan melakukannya, dan kapan waktu pelaksanaannya. Makin kongkrit dan jelas rencana yang dihasilkan, makin besar kemungkinan bahwa rencana itu sungguh-sungguh akan dilakukan. Guna mendapatkan masukan bagi penyempurnaannya, hasil tersebut selanjutnya disajikan melalui suatu diskusi antara penyuluh dengan sasaran penyuluhan (jika ini dalam bentuk kelompok, maka dapat diselenggarakan pertemuan yang diikuti oleh kelompok). 6. Pelaksanaan/Pengorganisasian. Betatapun canggihnya suatu rencana, rencana itu baru akan bermakna jika kemudian sungguh-sungguh dilakukan. Pengorgani-sasian itu bisa konkrit dan sederhana ataupun bisa canggih dan mendasar sampai mengarah pada pengembangan kelembagaan. 7. Pemantauan dan pengarahan kegiatan. Semua kegiatan yang kemudian dilaksanakan perlu dipantau secara berlanjut oleh penyuluh bersama sasaran penyuluhan untuk melihat kesesuaiannya dengan rencana yang telah disusun. Jika menyimpang, tentu perlu diusahakan tindakan-tindakan yang sesuai untuk mengarahkannya kembali. 8. Evaluasi dan rencana tindak lanjut. Hasilnya dievaluasi, apakah hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.
3.5 Metoda Analisa Data Data kuantitatif dianalisis dengan statistik sederhana dengan mengunakan skala linkert, sedangkan data kualitatif dianalisis secara deskriptif.
36
BAB IV. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN Kegiatan PEK-TAL di Lamongan pada tahun 2015 difokuskan pada kegiatan PEK TAL yaitu pengolahan dan pemasaran produk hasil perikanan yang berdaya saing tinggi. Tahapan yang dilakukan meliputi : 1. Tahapan Perencanaan 2. Identifikasi Potensi dan Permasalahan Pengembangan Ekonomi Kawasan 3. Pelaksanaan Aksi Kegiatan Pemecahan Masalah 4. Monitoring dan Evaluasi
4.1 Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan, peneliti melakukan kegiatan pengumpulan data primer dan sekunder terkait kesiapan lokasi da;am penerapan TAL. Data yang dikumpulkan antara lain: potensi sumber daya alam dan lingkungan, potensi sumber daya manusia, sosial kelembagaan, aspek finansial, teknologi usaha, dan permasalahan yang ada di Kabupaten Lamongan khususnya permasalahan pada sektor perikanan tangkap dan pengolahan serta pemasaran produk perikanan. Hasil survey tentang potensi dan permasalahan yang ada tersebut secara terinci disampaikan sebagai berikut : A. Potensi Sumber Daya Alam Potensi Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan cukup besar yang meliputi Bidang Perikanan Tangkap, Perikanan Budidaya, dan serta di dukung oleh bidang pengawasan dan kegiatan lainnya. Produksi perikanan budidaya tahun 2014 sebesar 42.346.963 kg dengan nilai sebesar Rp 972.879.947.500,- yang diusahakan oleh 34.608 RTP, pada sub sektor perikanan budidaya kegiatan diusahakan pada areal sekitar 25.551,13 Hektar, meliputi tambak seluas 1.754,40 Ha, sawah tambak 23.454,73 Ha, kolam 341,66 Ha dan KJA seluas 0,333 Ha. Kabupaten Lamongan pada sektor perikanan tangkap memiliki panjang pantai kurang lebih 47 km dengan lebar 4 mil laut dengan armada tangkap 7.527 unit, alat tangkap sebanyak 8.466 unit dan didukung 5 tempat pelelangan ikan (TPI). Potensi perikanan budidaya Kabupaten Lamongan sangat besar, adapun kegiatan tersebut diusahakan pada areal seluas 25.551, 13 Ha dengan produksi sebesar 42.346,963 kg. Adapun jenis ikan yang dibudidayakan meliputi : ikan bandeng, nila, tombro, tawes, lele, patin, gabus, gurame, mujaer, kerapu, udang vaname, udang windu, kepiting, dan rumput laut. Berdasarkan Gambar 2, terlihat bahwa potensi perikanan budidaya di Kabupaten Lamongan tergolong pada tipologi budidaya tambak, dengan komoditas yang dipelihara adalah bandeng dan udang vaname secara polikultur. 37
Produksi (Kg)
16.000.000 14.000.000 12.000.000 10.000.000 8.000.000 6.000.000 4.000.000 2.000.000 -
Jenis Ikan
Gambar 2. Produksi Ikan Hasil Budidaya di Kabupaten Lamongan Tahun 2014 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lamongan, 2014
Selain perikanan budidaya, potensi perikanan tangkap di Kabupaten Lamongan juga cukup besar. Perikanan tangkap yang ada tergolong pada perikanan tangkap pelagis kecil. Ikan yang tertangkap terdiri dari berbagai jenis antara lain; tongkol, kembung, kuningan, ajahan, layang, mata besar/swangi, teri, rajungan, tongkol, cumi-cumi, udang, layur, tengiri dll. Dalam memasarkan Ikan-ikan hasil tangkapan nelayan ini didukung dengan keberadaan 2 unit PPI (Pusat Pendaratan Ikan) yaitu: PPI Desa Weru dan PPI Desa Kranji. Produksi ikan hasil tangkap yang didaratkan di PPI Kranji mencapai 3.997,6 ton dan PPI Weru mencapai 2.574,6 ton. Sedangkan Koperasi yang ikut mendukung potensi perikanan dan kelautan di wilayah Paciran sebanyak tiga unit, yakni KUD Tani Bahari Paciran , Koperasi Serba Usaha “TONGKOL” Desa Kranji dan Koperasi Nelayan Lamongan (KOPNELA). Karakteristik Jenis-Jenis Kapal / Perahu Nelayan 1.
IJON-IJON (5-20 GT)
Spesifikasi Kapal Ijon-Ijon: Alat Tangkap -
Dogol Gill net Rawai dasar Pancing ulur
ABK
Hasil Tangkapan
7 sampai 10 Orang
-
Kakap Merah Tuna , - Pari Cucut , Kuningan Petek, Manyung Golok / Swangi Bloso
Fishing Ground - Perairan Bawean - Perairan Masa Lembu
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan (2012)
38
Alat Tangkap Dogol
Perahu Ijon-Ijon
Alat Tangkap Rawai Dasar (Long Line) 2.
BC (BOWMAN CONSTRUCTION, 10-20 GT)
Alat Tangkap Payang
Kapal BC (Bowman Construction)
Alat Tangkap
ABK
Hasil Tangkapan
- Payang
7 sampai 10
-
- Colleting
Orang
Layang
Fishing Ground - Perairan Bawean dan sekitarnya
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan (2012) 39
3.
JATEN PACIRAN (1-3 GT)
Perahu Jaten Paciran Alat Tangkap
Alat Tangkap Bubu Rajungan ABK
- Bubu Rajungan
1 sampai 2
- Jaring Rajungan
Orang
Hasil Tangkapan
-
Rajungan dan Kepiting
Fishing Ground - Pantai utara Paciran
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan (2012)
4. ETHEK/BOKONGAN (15-20 GT)
Keterangan dari kiri atas : Kapal Ethek/Bokongan, Alat tangkap Jaring tongkol, alat tangkap jarring Purseseine, dan Lampu alat bantu 40
Alat Tangkap
ABK
Hasil Tangkapan
Fishing Ground
- Purse Seine
20 sampai
-
Layan Kembung
- Perairan Bawean
- Jaring cakalang
30 Orang
-
Sela
-
Tongkol
- Perairan Utara
-
Tembang
Lamongan
-
Tengiri
dan sekitarnya
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan (2012) 4.
KAPAL GALAKSI
Kapal Galaksi, Membawa alat bantu penangkapan ikan berupa lampu untuk purseseine
5.
KAPAL PINCUK (3 GT)
Kapal Pincuk dengan alat tangkap: Dogol teri Alat Tangkap - Dogol Teri
ABK 6 orang
-
Hasil Tangkapan Teri Layur
Fishing Ground - Perairan Utara Lamongan
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan (2012)
41
Aktifitas perekonomian yang bersumber dari perikanan tangkap laut terutama berpusat di PPN Brondong. Perkembangan ekonomi dikabupaten Lamongan ditopang oleh tersedianya fasilitas : 1. Memiliki lima sentra produksi perikanan tangkap yaitu : (TPI Weru,TPI Kranji, PPN Brondong, TPI Labuhan dan TPI Lohgung). 2. Terdapat ± 28.154 nelayan dengan produksi ikan yaitu : 61.431 ton. 3. Terdapat ± 7.526 unit armada perikanan tangkap (5 – 20 GT) dengan jumlah alat tangkap ± 8.395. 4. Terdapat 8 unit industri pengolahan ikan (UPI), 6. Terdapat 252 unit pengolah skala rumah tangga/UMKM. 7. Daerah fishing ground tidak jauh dari base camp/PPNBrondong(perairan Masalembu, Matasiri, Bawean dan Utara Laut Jawa). 8. Jalur pemasaran dan distribusi hasil perikanan sangat mudah terakses baik lokal, antar daerah maupun ekspor. Adanya sumberdaya perikanan yang cukup melimpah, namun disisi lain peranan nelayan kecil yang merupakan sebagian besar pelaku usaha penangkapan dikabupaten Lamongan perlu mendapatkan perhatian yang lebih besar. Adanya perhatian yang lebih besar dari pemerintah diharapkan mampu meningkatkan peran usaha perikanan sekala kecil terhadap perekonomian masyarakat di Kabupaten Lamongan. Potensi perikanan yang dimiliki di Kabupaten Lamongan tidak terlepas dari permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat, khususnya nelayan, pengolah dan pedagang. Beberapa permasalahan yang teridentifikasi diantaranya adalah. 1. Potensi sumber daya ikan terus mengalami penurunan 2. Ketergantungan nelayan yang tinggi kepada tengkulak sehingga harga yang diterima tidak optimal 3. Topografi pantai yang berhadapan langsung dengan laut terbuka menyulitkan nelayan dalam menyandarkan armada kapal ketika musim barat dimana angin berhembus dengan kencang disertai gelombang tinggi yang menyebabkan kapal tenggelam 4. Tidak ada/ minimnya sumber pendapatan lain bagi nelayan ketika terjadi musim paceklik ikan Aktivitas penangkapan ikan dilaksanakan dalam sehari (one day fishing). Payang kecil beroperasi mulai pukul 04.00-14.00 WIB, jaring jajag dari pukul 01.00-13.00 WIB, purse seine dari pukul 13.00-09.00 WIB, dan jaring cepe mulai pukul 13.00-18.00 WIB. Kegiatan penangkapan oleh nelayan dilakukan setiap hari kecuali hari Jumat dan berlangsung hampir sepanjang tahun kecuali pada musim angin barat yaitu pada Bulan Desember sampai dengan
42
Maret. Dinamika pemanfaatan sumber daya perikanan laut di Kabupaten Lamongan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kalender Musim Penangkapan Ikan di Kabupaten Lamongan dalam setahun
Jenis Ikan
Alat tangkap
Belo
JJ
Layur
JJ,PK
Kembung
JJ
Puso
JJ
Terak
JJ
Bulan 1
2
3
+++
4
5
6
7
8
9
+++
+++
+++
+
+
+
++
++
++ +++
11
12
1,500 5
+++
5 ++
+++
10
Prod. Per trip* (Kg/trip)
++
+++
+++
+++
250 +++
+++
Cengkurungan
JJ
Tongkol
PS
++
+++
10,000
Layang
PS
+++
+++
4,000
Wagat
JJ
Cepe
JJ
Udang
PK
+
+
+
+
+
+
+
Cumi
PK
+
+
+
+
+
+
Gerabah/Gilig
JJ
++
++
Rajungan
Bu
+ ++
+++
+
+
+
+++
+++
+
+
25 200
+
25
++
++
++
10
+
+
+
+
+
5
+
+
+
+
+
+
5
++
++
++
++
++
++
++
15
+
+
+
+
+
+
+
+
++
++
+
Lajan
JJ
+
+
Bulu ayam
PK
+
+
10
7
Putri ayu
JJ
+
+
10
Sumber : Wardono, 2011. Keterangan : + : tingkat ketersediaan ikan (berdasarkan pengalaman para pelaku/nelayan yang disampaikan dalam FGD di lokasi kegiatan); Alat tangkap : JJ (jaring jajag), PK (Payang kecil), PS (Purse seine) BU (Bubu) Tabel 3. menunjukkan bahwa musim ikan terdapat pada sekitar Bulan Agustus sampai dengan September. Ketersediaan kalender kerja nelayan dan ketersediaan sumber daya ikan akan memudahkan dalam strategi pemanfaatan komoditas ikan khususnya untuk olahan ikan lebih lanjut. Alat tangkap jaring jajag yang terdapat di Desa Weru termasuk dalam golongan gill net. Pengembangan ekonomi berbasis sumberdaya lokal mampu meningkatkan nilai tambah dan menjadi penggerak ekonomi wilayah.Salah satu usaha hilir tersebut adalah industri pengolahan produk skala rumah tangga.Usaha ini sudah berkembang dan dilakukan oleh sebagian masyarakat, Kabupaten Lamongan. Upaya pengembangan produk krupuk ditunjang oleh: ketersediaan bahan baku secara kontinyu; produk berkualitas dan memenuhi standar higienes; Sertifikat Ijin Rumah Tangga (PIRT); pengembangan jaringan pasar; dan terpenuhinya
43
peralatan tepat guna dan modal. Jumlah aktifitas pengolahan dan prosesing yang ada dikabupaten Lamongan terkait hasil olahan produk perikanan tersaji pada Tabel 4. Tabel 4. Jenis-jenis Industri Pengolahan Produk di Kabupaten Lamongan 2000-2013 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jenis Industri Pengeringan Pemindangan Pendinginan/ES Terasi Petis Pengasapan Tepung ikan Kerupuk Cold Storage/surimi Ikan/nugget/abon/otak-otak Jumlah
2010 89 58 170 21 21 56 4 84 7 9 519
2011 146 93 206 52 40 81 20 41 7 2 688
2012 152 98 175 53 45 102 18 51 7 11 712
2013 152 98 175 53 45 102 18 51 7 11 712
Sumber : Lamongan dalam angka berbagai penerbitan
B. Sumber Daya Manusia Pembangunan sumber daya manusia (SDM) mejadi faktor penting bagi pengembangan ekonomi kawasan di Kabupaten Lamongan. Menempatkan SDM sebagai human capital dapat menjadikan tujuan pembangunan wilayah berbabsis teknologi adaptif dapat diwujudkan. Pengembangan kapasitas melalui pelatihan dan pendidikan, adalah upaya meningkatkan kulitas SDM. Mendayagunakan potensi SDM membutuhkan peran pemerintah daerah setempat dan stakeholder terkait. Komposisi umur rata-rata nelayan di Kabupaten Lamongan adalah 40.25 tahun (Tabel 5), umur ini merupakan umur yang sudah dewasa dengan pengalaman kerja cukup lama sehingga mampu melakukan penangkapan dengan baik, berdasarkan pengalamannya. Tabel 5. Komposisi Nelayan di Kabupaten Lamongan Tahun 2013 No. 1 2 3 4 5
-
Uraian Umur Rata-rata Nelayan (Tahun) Status Perkawinan Menikah (%) Bujang (%) Jumlah Tanggungan Keluarga (orang) Suku Asal Nelayan Lama menetap dilokasi > 10 tahun (%) 0-10 tahun (%) Sumber : Data Primer 2013 (diolah)
Nilai 40.25 93 7 4 Jawa 90 10
44
C. Finansial Untuk menunjang usaha perikanan di Kabupaten Lamongan didukung oleh lembaga keuangan formal yang terdiri dari Kelompok Usaha Bersama (KUB), bank, koperasi, dan pegadaian yang memberikan pinjaman berkisar < 1 juta sampai dengan 10 juta rupiah (Tabel 6).
Dengan adanya lembaga keuangan ini diharapkan usaha masyarakat kelautan dan
perikanan (nelayan, pembudidaya, dan pengolah hasil perikanan) dapat mengembangkan usahanya. Tabel 6. Lembaga Keuangan Mikro dan Perannya dalam Pembiayaan Usaha Perikanan No 1
Lembaga Keuangan
∑ Lembaga Keuangan
Sasaran
- KUB “Bahari Jaya” Desa Weru
Nelayan
- KUB “” Desa Kranji
Nelayan
- KUB “Surya Buana” Desa Weru
Nelayan
Bank BRI
Pengolah
Bakul
Nelayan
3
Koperasi BCAA Desa Weru Pengolah
Bakul
4
Jenis Usaha Pemanfaat
KUB
Nelayan
2
Kredit yang diberikan (sebutkan Jenis kredit dan nominalnya berapa Rp)
UPK BKM PNPM-MP Desa Weru dan Kranji
Nelayan
Pinjaman antara 3 – 10 juta perorang untuk perbaikan/pembelian mesin, perbaikan/ pembelian alat tangkap dan/atau perbaikan perahu Pinjaman antara 3 – 10 juta perorang untuk perbaikan/pembelian mesin, perbaikan/ pembelian alat tangkap dan/atau perbaikan perahu Pinjaman antara 500.000 – 2 juta perorang untuk perbaikan mesin, perbaikan/ pembelian alat tangkap dan/atau perbaikan perahu Pinjaman antara 3 – 10 juta perorang untuk pembelian mesin, pembelian alat tangkap dan/atau perbaikan perahu Pinjaman 2 – 5 juta perorang untuk tambahan modal usaha (pembelian alat pengolah dan/atau pembelian bahan) Pinjaman 3 – 10 juta perorang untuk tambahan modal usaha (pembelian ikan) Pinjaman antara 1 – 10 juta perorang untuk perbaikan/pembelian mesin, perbaikan/ pembelian alat tangkap dan/atau perbaikan perahu Pinjaman 1 – 10 juta perorang untuk tambahan modal usaha (pembelian alat pengolah dan/atau pembelian bahan) Pinjaman 1 – 10 juta perorang untuk tambahan modal usaha (pembelian ikan) Pinjaman antara 1 – 3 juta perorang untuk perbaikan/pembelian mesin, perbaikan/ pembelian alat
Perikanan tangkap skala kecil
Perikanan tangkap skala kecil
Perikanan tangkap skala kecil
Perikanan tangkap skala kecil Pengolah hasil perikanan Bakul
Perikanan tangkap skala kecil
Pengolah hasil perikanan Bakul Perikanan tangkap skala kecil
45
Pengolah
Bakul
Nelayan
5
Pegadaian Desa Kranji Pengolah
Bakul
tangkap dan/atau perbaikan perahu Pinjaman 1 – 3 juta perorang untuk tambahan modal usaha (pembelian alat pengolah dan/atau pembelian bahan) Pinjaman 1 – 3 juta perorang untuk tambahan modal usaha (pembelian ikan) Pinjaman antara 3 – 10 juta perorang untuk perbaikan/pembelian mesin, perbaikan/ pembelian alat tangkap dan/atau perbaikan perahu Pinjaman 1 – 10 juta perorang untuk tambahan modal usaha (pembelian alat pengolah dan/atau pembelian bahan) Pinjaman 3 – 10 juta perorang untuk tambahan modal usaha (pembelian ikan)
Pengolah hasil perikanan Bakul
Perikanan tangkap skala kecil
Pengolah hasil perikanan Bakul
Sumber : Data primer diolah, 2015
D. Kelembagaan Kelembagaan yang berperan dalam pengelolaan kelautan dan perikanan di Kabupaten Lamongan dikelompokkan berdasarkan aktor-aktor yang terlibat. Aktor-aktor yang berperan ditingkat dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1) Kelompok Formal, yaitu kelompok yang secara formal terdaftar sebagai organisasi nelayan di pemerintahan atau memiliki badan hukum. Kelompok ini terdiri dari kelompok pengelola rumpon, kelompok masyarakat pengawas sumber daya ikan, Rukun Nelayan (RN), pokdakan, poklahsar, serta KIMBis. 2) Kelompok informal, yaitu kelompok yang secara formal tidak terdaftar sebagai kelompok nelayan di pemerintah dan juga tidak menjadi anggota dari kelompok nelayan yang ada. Akan tetapi keberadaan kelompok nelayan informal ini sangat berpengaruh terhadap pengelolaan sumber daya ikan di Kecamatan Paciran. Umumnya kelompok informal ini dimotori oleh blandongan. Tabel 7. Kelembagaan inovasi Iptek dan Kelembagaan Bisnis Perikanan di Kabupaten Lamongan No
1
Jenis Kelembagaan
KIMBis
Jumlah Kelembagaan
1
Jumlah Anggota - Kelompok Budidaya : 9 - Kelompok Pengolah : 12
Manajemen kelompok
Struktur Organisasi Manajer LO Asisten Pengembangan Usaha Asisten Produksi dan Pemasaran Asisten Pengembangan Kelembagaan
46
Adanya jimpitan ikan hasil setiap melaut per perahu sesuai dengan hasil yang diperoleh - Iuran antara 5 – 10 ribu per perahu setiap bulan, untuk bayar listrik dan operasional lain - Adanya pemberian dana kesejahteraan nelayan diperuntuk-kan bagi nelayan yang terkena musibah (sakit, meninggal dunia, dll, dan juga untuk pembangunan sarana prasarana masyarakat nelayan - Adanya pemberian santunan terhadap anak yatim dan duafa’ Usaha dikelola sendiri-sendiri tapi masih ada komunikasi terkait bibit, pakan dan pemasaran -
2
Blandongan Desa Weru
3
RN
4
Pokdakan
10 orang
5
Poklasar
10 orang
9
Seluruh Nelayan Desa
Usaha dikelola bersama.
Ketua, Sekretaris, Bendahara, Divisidivisi dan anggota
Ketua, Sekretaris, Bendahara, Divisidivisi dan anggota
Ketua, Sekretaris, Bendahara, Divisidivisi dan anggota Ketua, Sekretaris, Bendahara, Divisidivisi dan anggota
Sumber : Data primer diolah, 2015
E. Sosial Di bidang sosial, telah diidentifikasi jenis pelaku, keterkaitan, potensi dan permasalahan yang dihadapi oleh aktor yang terlibat dalam usaha perikanan. Keterikatan yang ada terkait dengan pola hubungan patron klien antara juragan dan ABK, ABK dan bakul, pemilik kapal dan agen, pemilik kapal dan juragan, Rukun Nelayan dengan pemilik kapal dan pemerintah desa, pembudidaya dengan supplier pakan serta pengolah hasil perikanan dengan pedagang ikan (Tabel 8). Ikatan ini menimbulkan masalah/konflik namun tergolong dalam kategori konflik ringan. Tabel 8. Pola Hubungan Aktor, Potensi dan Permasalahan yang terjadi pada Usaha Perikanan di Kabupaten Lamongan, Tahun 2015 NO 1
PELAKU Juragan dan ABK
KETERKAITAN - Adanya ikatan kerja antara ABK dan juragan pemilik kapal
POTENSI Adanya pembagian hasil tertentu antara pemilik kapan dan ABK dari tangkapan ikan pada musim paceklik (musim barat) juragan memberikan pinjaman uang kepada ABK
PERMASALAHAN Pembagian hasil tidak sesuai dengan harapan ABK berpindah kapal karena tidak puas terhadap sistemm kerja
47
2
3
ABK dan Bakul
Pemilik kapal dan “Agen” (pembeli perantara antara nelayan bakul / pedagang besar)
Terjadi ikatan jual beli dari hasil “iwakiwakan” (hasil tangkap yang dibagikan ke ABK dalam bentuk ikan segar)
Terjadi jual beli hasil tangkap ikan antara pemilik kapan dengan agen
pada menjelang hari raya idul fitri, pemberian THR kepada ABK Saling bersaing harga beli ikan antar bakul Terjadi ikatan pemberian THR kepada ABK dari bakul tetap (ABK yang rutin menjual hasil “iwak-iwakan” kepada bakul tetap Pemberian uang hasil tangkap ikan lebih cepat (dari agen ke pemilik kapal) dari pada pedagang ikan biasa. Adanya pinjaman dana dari agen ke pemilik kapal untuk perbaikan dan pembelian alat tangkap Adanya pembagian hasil tangkap ikan yang lebih besar pemilik kapal dibanding ABK
Harga ikan lebih rendah dari harga umum, sehingga ABK pindah ke bakul yang lain
Harga ikan ditentukan oleh agen
4
Toke/ pemilik kapal dan juragan
Kepercayaan pemilik kapal kepada juragan untuk menjalankan operasional penagkapan ikan
kurang percayanya pemilik kapal terhadap juragan sehingga terjadinya penggantian posisi juragan
5
Nelayan dan TPI
merupakan tempat terjadinya penimbangan hasil tangkap dan transaksi jual beli ikan
Adanya imbalan jasa yang dibayarkan oleh nelayan untuk sosial kesejahteraan nelayan, yang mana dana tersebut dikelola oleh Rukun Nelayan
Masih belum mencukupinya dana kesejahteraan untuk masyarakat nelayan
6
Rukun Nelayan (RN) dan pemilik kapal
Rukun Nelayan mengelola dana kesejahteraan nelayan
Adanya pemberian dana kesejahteraan nelayan diperuntukkan
-
48
Rukun Nelayan merupakan wadah komunikasi dan advokasi masyarakat nelayan
bagi nelayan yang terkena musibah (sakit, meninggal dunia, dll, dan juga untuk pembangunan sarana prasarana masyarakat nelayan Adanya pemberian santunan terhadap anak yatim dan duafa’
7
Rukun Nelayan (RN) dan pemerintah desa
Penyamaan program nelayan dengan program pemerintah desa
-
-
8
Pembudidaya dan bakul/Suplier
Pembudidaya mendapatkan bibit, pupuk dan pakan dari bakul/suplier yang dibayar setelah panen
Pembudidaya dalam mengelola produksi lebih ringan karena terbantu dalam hal modal kerja
Harga ditentukan oleh bakul
9
Pengolah hasil ikan dan pedagang ikan
pedagang ikan dalam hal pembayaran tidak selalu secara tunai
pemasaran lebih mudah dengan adanya pengolah ikan
Tersendatnya pembayaran dari pedagang ikan ke pengolah
Sumber : Data primer diolah, 2015
F. Lingkungan Lingkungan yang baik dapat menunjang kelancaran dalam mengelola usaha. Saat ini kebutuhan air bersih di Kabupaten Lamongan masih mencukupi, namun ketersediaannya sangat bergantung dengan laju pertumbuhan penduduk maupun degradasi rusaknya sumber daya alam dan pencemaran. Terkait dengan sanitasi tempat usaha di Kabupaten Lamongan, masih perlu untuk diperbaiki. Perbaikan ini dimaksudkan untuk menjamin mutu dan kualitas dalam menjaga kesehatan produk olahan yang dijual. Selain masalah air bersih dan sanitasi, pemerintah Kabupaten Lamongan juga mempunyai program/kegiatan yang dilakukan untuk perbaikan lingkungan pada ekosistem yang ada, diantaranya rehabilitasi mangrove, penanaman terumbu karang buatan, pemasangan rumpon dasar, pemasangan rumah ikan, serta sosialisasi terkait kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan (Tabel 9).
49
Tabel 9. Potensi Lingkungan di Kabupaten Lamongan Tahun 2015 N O 1
2
3
4
5
6
PROGRAM/ KEGIATAN Rehabilitasi(p enana man mangrove)
Penanaman terumbu karang buatan
Pemasangan rumpon dasar
Pemasangan Rumah Ikan
Pembentukan / pembinaan Kelompok Masyarakat Pengawas KP Patroli Laut terpadu (Dinas PK, Polair, AL,
LOKASI
SUMBER DANA APBD KabupaTen
VOL./ JUMLAH 10.000 btg
PEMAN FAAT Masyaraka t pesisir
Desa Sedayulaw as
APBD Provinsi
10.000 btg
Masyaraka t pesisir
2013
Desa Sedayulaw as
APBD Kabupaten
15.000 btg
Masyaraka t pesisir
2014
Desa Kranji
APBN
2.000 btg
Masyaraka t pesisir
2014
Desa Labuhan
APBD Provinsi
3 unit
Nelayan
2013
Desa Labuhan Desa Labuhan Desa Kranji Desa Kemantren Desa Sedayulaw as Desa Sedayulaw as Desa Sedayulaw as
DAK
6 unit
Nelayan
2014
DAK
6 unit
Nelayan
2015
DAK
50 unit
nelayan
2009
DAK
50 unit
nelayan
2010
DAK
50 unit
nelayan
2011
DAK
25 unit
nelayan
2015
APBD Prov
50 unit
nelayan
2012
DAK DAK APBD Kab., Prov, DAK
30 unit 30 unit rutin
nelayan nelayan 8 Pokmaswa s
2013 2014 Tiap tahun
APBD Kab
rutin
Desa Sedayulaw as
Kec. Paciran dan Kec. Brondong Kec. Paciran dan Brondong
TAHUN 2008
Potensi secara Umum 1. Sudah adanya mangrove center di desa Sedayu Lawas 2. Sudah terbentuknya Pokmaswas
3. Kesadaran masyarakat nelayan menggunakan alat tangkap ikan yang ramah lingkungan 4. Munculnya kesadaran masyarakat terkait pemilahan sampah dan penghijauan lingkungan 5. Sudah adanya alat angkut sampah.
Permasalahan Umum 1. Kebiasaan masyarakat pesisir membuang sampah di laut (kesadaran masih rendah) 2. Masih belum adanya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah 3. Masih banyaknya alat tangkap yang tidak ramah lingkungan
4. Alih fungsi lahan mangrove, karena digunakan untuk daerah industri
5. Masih adanya industri yang membuang limbah ke laut 6. Terjadinya konflik antar nelayan karena alat tangkap yang berbeda
Tiap tahun
50
7
8
9 10
11
12
13
14
15
Kamladu) Zonasi Pengelolaan Wilayah Pesisir Sosialisasi Peraturan/ Undangundang KP Penanaman terumbu karang Sosialisasi Permen KP no. 1 dan 2 Pembinaan dan penilaian/audi t Cara Budidaya Ikan Yang Baik Perijinan Usaha Perikanan Bantuan alat tangkap ramah lingkungan Terbitnya Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan No.11 tahun 2011 tentang Pengerukan dan Reklamasi di Kabupaten Lamongan Lamongan Green And Clean (LGC)
Kec. Paciran dan Brondong Kec. Paciran dan Brondong Kec. Brondong
APBN
APBD Kab. Dan Prov.
2014
rutin
Masyaraka t perikanan
Tiap tahun
Pasukan Marinir
Nelayan
2015
Kec. Paciran dan Brondong Kec. Paciran dan Brondong
APBD Kab
Nelayan
2015
APBD Kab
rutin
Pembudid aya ikan
Tiap tahun
Kec. Paciran dan Brondong
APBD Kab
rutin
Tiap tahun
Kec. Paciran dan Brondong Kabupaten Lamongan
APBD Kab., Prov.
rutin
Pelaku utama dan pelaku usaha perikanan Nelayan
Kab Lamongan
APBD Kab
Masyaraka t Lamongan
2011 – 2015
Tiap tahun
-
rutin
Sumber : Data primer diolah, 2015
4.2 Identifikasi Status dan Permasalahan Pengembangan Ekonomi Kawasan Pada awal tahun 2015, telah di berlakukan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang pelarangan alat tangkap yang digunakan oleh nelayan dengan spesifikasi yang merusak. Salah satunya yaitu alat tangkap cantrang dan banyak digunakan oleh nelayan di Kabupaten Lamongan.
Hampir lebih dari 50% kapal kapal cantrang yang beroperasi di Kabupaten
Lamongan berhenti beroperasi. Akibatnya, ratusan nelayan terpaksa berhenti melaut dan tidak punya pekerjaan. Kondisi tersebut memperparah nasib kehidupan nelayan di Kabupaten Lamongan, karena sebelum kebijakan tersebut diberlakukan, kehidupannya juga sudah sulit. Banyak permasalahan yang ada sulit diselesaikan. Permasalahan kemiskinan terutama dirasakan oleh nelayan skala kecil yang memiliki armada < 5GT, terjadi ketimpangan yang tinggi antara nelayan kecil dan besar. Permasalahan pengurasan sumberdaya karena beroperasinya kapal51
kapal besar (kapal freezer) dengan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Permasalahan sumberdaya manusia yang secara umum masih berpengetahuan rendah, sehingga sulit untuk meampaikan inovasi teknologi. Permasalahan finansial yaitu dengan semakin meningkatnya biaya operasional melaut, sehingga usaha penangkapan bukan lagi sebagai usaha yang menguntungkan. Secara lebih rinci, permasalahan nelayan yang ada di Kabupaten Lamongan dapat dilihat dalam tabel 10 di bawah. Dampak kebijakan peraturan menteri kelautan dan perikanan juga pada industri pengolahan produk perikanan yang menggantungkan usahanya pada hasil tangkapan nelayan. Pada kondisi tersebut terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) karena industri perikanan tidak berproduksi. Tabel 10. Permasalahan, Kebutuhan dan Bentuk penyadaran yang Dapat Dilakukan Terhadap nelayan Permasalahan
Kebutuhan
Penyadaran
Sumberdaya alam
Terjadi penurunan produksi hasil tangkapan ikan
Perbaikan cara penangkapan ikan
Kegiatan penyuluhan
Sumberdaya Manusia
Untuk nelayan skala kecil berpendidikan masih rendah
Peningkatan kapasitas nelayan
Pelatihan
Sosial Kelembagaan
Sistem gotong royong, kekeluargaan, dan kepercayaan yang kuat
Percontohan satu atau dua orang nelayan untuk di beri teknologi alternatif
Pendampingan
Finansial
Terjadi peningkatan biaya operasional, sehingga usaha penangkapan tidak lagi menguntungkan
Mencari alternatif usaha selain menangkap ikan
Fasilitasi akses lembaga permodalan
Lingkungan
Dukungan kebijakan pemerintah daerah terhadap pengurasan sumberdaya karena membolehkan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan
Harus ada pelarangan penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan
Masukan kebijakan
Teknologi
Teknologi penangkapan menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan
Perubahan alat tangkap yang digunakan
Kaji terap
4.3
Identifikasi alternatif-alternatif pemecahan masalah/pengembangan gagasan. Dari permasalahan yang ada tersebut, diperlukan suatu upaya yang bertujuan untuk
mengurangi dampak dari implementasi kebijakan serta kondisi permasalahan yang ada. Pemecahan permasalahan dilakukan dengan melibatkan Klinik Iptek Minabisnis (KIMBis) yaitu 52
kelembagaan yang berfungsi sebagai kelembagaan inovasi dan penyampai teknologi kelautan dan perikanan dan sebagai lembaga bisnis melalui kegiatan brainstorming dengan pengambil kebijakan yang ada di lokasi seperti Dinas Perikanan dan Kelautan. Kegiatan yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan sumberdaya yang ada baik pada KIMBis maupun pada pengambil kebijakan di daerah. Dari hasil brainstorming yang dilakukan, maka diidentifikasi alternatif-alternatif pemecahan masalah yang ada untuk kemudian ditentukan bersama alternatif pemecahan masalah yang dirasa paling memungkinkan untuk dikerjakan. Beberapa alternatif kegiatan yang terpilih dapat dilihat seperti pada tabel di bawah. Tabel 11. Alternatif Pemecahan Masalah Kegiatan Pendampingan teknologi
Jeneis kegiatan Pendampingan
Sasaran
teknologi Isteri nelayan
diversifikasi olahan ikan Studi banding
Studi banding ke lokasi usaha Nelayan, Pengurus KIMBis yang sesuai dengan potensi yang ada (ke Kota Tegal)
4.4 Pelaksanaan Aksi Kegiatan Pemecahan Masalah Kegiatan penelitian Model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi di Lamongan pada tahap identifikasi unsur pembentuk model. Salah satu tahap kegiatan pada tahap ini adalah Peningkatan Peran Kooperator dalam Penerapan Teknologi Adaptif Lokasi. Morgan dan Hunt (1994) memberikan pengertian co-operation sebagai situasi dimana setiap pihak dalam organisasi terlibat secara bersama-sama untuk mencapai tujuan organisasi. Pelaksanaan aksi kegiatan pemecahan masalah dilakukan dengan studi banding ke Kota Tegal yang mempunyai kesamaan tipologi perikanan yaitu perikanan tangkap pelagis kecil. Berikut hasil kegiatan yang dilakukan: 1. Penanganan produksi ikan hasil tangkapan
Dipasarkan dalam bentuk ikan beku dengan tujuan daerah Jakarta
Dijual dalam bentuk segar untuk konsumsi lokal
Diolah menjadi fillet ikan segar yang dijual ke Brebes, Cirebon, Pemalang, Indramayu, Jakarta, serta Lampung, dan Medan serta Palembang untuk dijadikan bahan baku kerupuk, bakso dan otak-otak;
Dalam bentuk ikan panggang/asap untuk konsumsi Kota Tegal
Ikan asin kering yang dijual ke daerah Jakarta 53
Diolah menjadi tepung ikan
2. Peningkatan kooperator dengan pendirian koperasi Jenis produk olahan hasil perikanan di Kota Tegal sebagian besar sama dengan jenis olahan hasil perikanan di Kabupaten Lamongan. Namun pemasaran produk olahan Kota Tegal lebih luas jangkauannya daripada Kabupaten Lamongan, begitupun harganya lebih tinggi. Strategi yang dilakukan untuk pengembangan usaha olahan hasil perikanan di Kota Tegal yaitu (1) mendirikan outlet-outlet sebanyak mungkin dan diawal pendirian mendapatkan keuntungan yang kecil terlebih dahulu (Rp 500,-/kemasan); (2) tidak membutuhkan tenaga kerja untuk pengolahan (asal produk dari mitra usaha) dan penjualan menggunakan tenaga kerja karyawan toko yang menjual hasil olahan titipan; (3) meminta dukungan pemda terkait kewajiban menggunakan menu olahan hasil perikanan pada acaraacara rapat pemerintah daerah. Pendirian koperasi bagi nelayan maupun pengolah hasil perikanan tidak akan terasa berat jika segera di mulai. Dari syarat-syarat pendirian koperasi yang ada dalam format isian, satu per satu di penuhi. Modal awal adalah niat dan kemauan yang kuat dalam memajukan koperasi. Pengurus koperasi tidak boleh melakukan pelanggaran agar tidak dicontoh oleh anggota koperasi yang lain. Modal awal meminjam dari bank dengan jaminan kuat dari salah satu pengurus koperasi yang berkemauan sangat kuat. 3. Pemasaran Ikan Pelagis Kecil Praktek lapangan terhadap pemasaran ikan pelagis kecil yang ada di Kota Tegal mulai dari hulu ke hilir. Penjualan ikan dilakukan berdasarkan lelang. Lelang yang ada dibagi menjadi dua yaitu : 1. Lelang murni untuk ikan basah. Pemasaran ikan basah ini ke Bandung, Jakarta, Lokal, Cilacap dan Palembang sebagai konsumsi dan bahan baku industry pempek. 2. Lelang langsung untuk ikan beku (cumi-cumi) dengan pemasaran ke Jakarta. Rantai pemasaran yang ada di PPP Tegalsari yaitu : Nelayan → TPI→ Pengepakan Ikan → Bandung, Jakarta, Lokal, Cilacap Perusahaan fillet → Bandung, Jakarta, Lokal, Palembang 54
Pengolahan Ikan (bakso, nugget, pempek, ekado, lumpia, otak-otak, kaki naga, krupuk) → Jakarta, Bekasi, Semarang, Lokal Pengurus/enumerator dari Kabupaten Lamongan melakukan studi banding ke TPI dan pengepakan ikan dan praktek lapangan ke perusahaan fillet dan olahan hasil perikanan serta memahami trik-trik dalam pemasaran hasil perikanan, sehingga diharapkan memberikan manfaat Kabupaten Lamongan khususnya di Kecamatan Paciran untuk memajukan industri pengolahan hasil perikanan.
55
BAB V. DESKRIPSI MODEL GENERIK HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN 5.1 Prototipe Rancang Bangun Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada gambar di bawah dijelaskan mengenai prototipe rancang bangun model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi. Pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi merupakan model yang berawal dari kelembagaan eksisting pada lokasi yang dijadikan sebagai kawasan pemberdayaan masyakarat di Kabupaten Lamongan atau yang lebih dikenal dengan sebutan Klinik Iptek Mina Bisnis (KIMBis).
Gambar 2. Prototipe Rancang Bangun Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Dalam KIMBis terdapat kelembagaan eksisting yang didalamnya terdiri dari 2(dua) kelembagaan yaitu kelembagaan sistem inovasi IPTEK dan kelembagaan sistem bisnis perikanan. Dengan kedua kelembagaan tersebut menjadi dasar dalam pembentukan model pengembangan ekonomi kawasan. Berdasarkan kelembagaan eksisting tersebut selanjutnya dilakukan identifikasi sebagai input dalam pengembangan ekonomi kawasan. Input tersebut adalah pemetaan status, identifikasi masalah dan ketersediaan teknologi. Pemetaan status meliputi SDM, SDP dan lingkungan, finansial, sosial dan kelembagaan; identifikasi masalah yang indikatornya sama dengan pemetaan status. selanjutnya adalah ketersediaan teknologi yang berasal dari Balitbang KP, non Balitbang KP dan sistem inovasi daerah. Berdasarkan input tersebut selanjutnya dilakukan proses yang meliputi kaji terap, penilaian kelayakan teknologi, temu iptek, studibanding pembentukan model dan analisis data dan perumusan model. Dengan melalui proses tersebut maka akan menghasilkan produk, pasar an pemasaran sesuai dengan yang diharapkan.
56
5.2 Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Di Kabupaten Lamongan
Gambar3. Model Pengembangan Ekonomi Kawasan berbasis Teknologi Adaptif di Kabupaten Lamongan Pengembangan ekonomi kawasan berawal dengan melihat potensi wilayah dan potensi lainnya yang ada di Kabupaten Lamongan. Potensi wilayah yang meliputi SDA, komoditas perikanan, SDM seprti skill dan tenaga kerja, sedangkan potensi lainnya diantaranya lingkungan, sosial budaia, usaha ekonomi dan sarana dan prasarana. Selain itu pula ada peran berbagai pihak diantaranya balitnag KP, Balitbangda dan perguruan tinggi. Adanya Kimbis yang berfungsi sebagai fasilitator yang menjembatani berbagai potensi dan peran stakeholder yang ada di kabupaten Lamongan. KIMBis di dalamnya berperan sebagai kelembagaan inovasi dan kelembagaan bisnis. Kelembagaan inovasi dengan mengadopsi teknologi Balitbang melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan, ketepatgunaan teknologi dan studi banding, sedangkan kelembagaan bisnis dengan mengadakan outket-outlet pemasaran produk olahan mitra KIMBis dengan berbagai olahan produk perikanan. Kegiatan KIMBis ini lebih fokus pada kegiatan perikanan tangkap laut dengan basis komoditas pelagis kecil. Kegiatan KIMBis ini tentunya perlu dukungan dari berbagai pihak diantaranya lembaga keuangan baik formal dan non formal dan instansi terkait seperti Dinas Kelautan dan Perikana dan Disperindag dan pihak pengusaha baik lokal dan luar daerah. Diharapkan dengan kegiatan KIMBis ini akan menghasilkan output dari sisi pasar (lokal dan luar kota), produk (penambahan jumlah dan jenis olahan produk hasil
57
perikanan dan pemasaran (outlet dan distributor) sehingga pada akhirnya berdampak pada peningkatan kapasitas usaha dan peningkatan ekonomi kawasan. Kelembagaan Inovasi Pengolahan Produk Perikanan Seperti dijelaskan pada model di atas, maka secara rinci dijelaskan bahwa KIMBis memiliki dua peran yaitu sebagai kelembagaan inovasi dan kelembagaan bisnis. Dalam kelembagaan inovasi seprti pada gambar di bawah ini, input dari kelembagaan inovasi ini adalah berbagai produk pengolahan dimana produk olahan yang lebih dominan pada olahan kerupuk, yang selanjutnya dengan teknologi inovasi adaptif dari Balitbang KP, Dinas Kelautan dan perikanan dan Balitbangda akan menghasilkan diversifikasi produk olahan lainnya seperti bakso, tiktik, otak-otak, abon dan lain lain.
Gambar 4. Kelembagan Inovasi Pengolahan Produk Perikanan di Kecamatan Paciran
Tidak hanya diversifikasi produk namun juga terjadi peningkatan keahlian sebagai narasumber dalam berbagai pelatihan produk perikanan di Provinsi Jawa Timur. Dengan demikian output yang dihasilkan adalah peningkatan produksi sebesar 85%, pendapatan sebesar 50% dan nilai tambah yang dihasilkan dari produk olahan serta dari sisi pengurus akan terjadi peningkatan skill/ketrampilan.
58
Kelembagaan Bisnis Pengolahan Berbeda halnya dengan kelembagaan bisnis pengolahan produk perikanan, dimana KIMBis Lamongan pada kelembagaan ini berfungsi sebagai fasilitator seprti yang dijelaskan pda gambar dibawah ini.
Gambar 5. Kelembagan Bisnis Pengolahan Produk Perikanan di Kecamatan Paciran KIMBis yang merupakan kelembagaan bisnis dengan memfalisitasi berbagai produk olahan dari masyarakat yang ditampung oleh KIMBis dan selanjutnya dipasarkan dengan menggunakan berbagai media pemasaran seperti melalui online, agen, oytlet dan pameran, sehingga terjadi perluasan pasar yang sebelumnya bersifat lokal yang hanya mencakup wilayah kecamatan Paciran menjadi lingkup yang lebih luas seperti Jakarta, Kalimantan dan Surabaya. Dengan ourput yang dihasilkan makan berdampak pada perluasan jaringan pasar, akses pasar menjadi lebih besar dan tentunya terjadi peningkatan keuntungan sebesar 2-05.
59
BAB VI. EVALUASI TENTANG KINERJA KIMBis 6.1 Keragaan Teknologi Adaptif Balitbang Kelautan dan Perikanan Jenis Teknologi Balitbang KP Teknologi Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kelautan dan Perikanan telah disebarkan dan digunakan oleh masyarakat nelayan sebagai kelompok sasaran KIMBis Kabupaten lamongan. Masyarakat sebagai kelompok sasaran terdiri atas 2 (dua) kelompok sesuai dengan target penggunaan teknologi yaitu kelompok pengolahan produk dan kelompok budidaya pakan alternatif. Jenis teknologi yang diberikan kepada kelompok pengolah produk perikanan dan pembudidaya disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Jenis Teknologi Adaptif Balitbang Kelautan dan Perikanan No Kelompok Jenis Teknologi 1 Pengolahan produk perikanan 1. Spiner 2. Siller 3. Freezer 4. Pengaduk adonan kerupuk 5. Pengupas ikan 6. Pemotong kerupuk 2 Budidaya Pakan alternatif Sumber : data primer diolah (2015)
Asal bahan baku Pengolahan Produk hasil Perikanan Pada pengolahan produk perikanan, ikan yang merupakan sumber bahan baku merupakan hal yang sangat penting dalam keberlanjutan usaha pengolahan produk hasil perikanan.
Asal Bahan Baku Pengolahan Ikan 25% 13% 12%
50%
nelayan pasar tpi pedagang
Gambar 6. Asal Bahan Baku Industri Pengolahan Ikan di Kabupaten Lamongan Sumber : data primer diolah (2015)
Dalam hasil survey yang diperoleh ternyata bahan baku yang diperoleh kelompok masyarakat sebagai pengolah produk hasil perikanan berasal dari berbagai sumber yaitu 60
berasal dari nelayan, pasar, TP dan pedagang. Dari berbagai sumber tersebut asal bahan baku yang diperoleh kelompok pengolah adalah yang berasal dari nelayan sebanyak 50%, selanjutnya berasal dari pedagang sebesar 25%, terakhir berasal dari TPI dan pasar masingmasing sebesar 13% dan 12%. Asal Bahan Baku Budidaya Pakan Alternatif Berdasarkan hasil wawancara dan obersevasi di lapang diperoleh data dan informasi bahwa bahan baku budidaya pakan sebagian besar diperoleh dengan membeli di toko-toko yaitu sebesar 57%. Toko-toko yang menyediakan bahan baku pakan alternatif tersebut berada di lokasi sekitar Kecamatan Paciran. Selain membeli di pasar, pembudidaya juga membeli pakan alternatif tersebut di tengkulak yaitu sebesar 43%.
Asal Baku Budidaya Pakan Alternatif 43% 57%
Tengkulak Toko
Gambar 7. Asal Bahan Baku Budidaya Ikan menggunakan Pakan Alternatif di Kabupaten Lamongan Sumber : data primer diolah (2015)
Pembelian bahan baku pakan alternatif di tengkulak biasanya terjadi apabila stok bahan baku pakan yang dijual di toko-toko sudah habis, sehingga menyebabkan mengharuskan pembudidaya membeli di tengkulak demi keberlangsungan usaha budidayanya. Sumber Teknologi Dalam usaha perikanan baik usaha pengolahan produk hasil perikanan dan budidaya diperlukan teknologi yang mendukung keberhasil usaha tersebut.
61
Sumber Teknologi Pengolahan dan Budidaya di Kab. Lamongan 15% 15%
41%
Balitbang KP Dinas KP
29%
Universitas Dinas perindustrian
Gambar 8. Sumber Teknologi Pengolahan dan Budidaya di Kabupaten Lamongan Sumber : data primer diolah (2015)
Selama ini teknologi yang digunakan oleh kelompok masyarakat baik masyarakat pengolah produk hasil perikanan maupun masyarakat budidaya yang selama ini digunakan berasal dari berbagai sumber. Sumber teknologi yang terbesar digunakan oleh kelompok masyarakat (pengolah dan budidaya) adalah berasal dari balitbang Kelautan dan perikanan sebesar 41%, selanjutnya sumber teknologi yang berasal Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lamongan sebesar 29% dan sumber teknologi dari universitas dan Dinas Perindustrian setempat yaitu masing-masing 15%. Pemasaran Produk Olahan KIMBis Lamongan Produk olahan hasil perikanan yang merupakan output dari masyarakat kelompok sasaran KIMBis Lamongan selanjutnya dipasarkan ke berbagai media pemasaran. Ada beberapa media yang dilakukan oleh masyarakat pengolah untuk memasarkan produk hasil perikanan yang telah dibuat. Dari berbagai media pemasaran yang ada, sebagian besar kelompok pengolah menjual hasil olahan kepada pelanggan yang sudah melakukan pemesanan terlebih dahulu yaitu sebesar 32%.
62
Pemasaran dari produk Olahan KIMBis Kab. Lamongan 5% 5%
Pengumpul/Warung Makan Tempat wisata Pesanan Tengkulak Pasar tradisional Pameran IT (online)
32% 16% 21% 16% 5% 0,00
0,05
0,10
0,15
0,20
0,25
0,30
0,35
Persentase
Gambar 9. Pemasaran dari Produk Olahan KIMBIs di Kabupaten Lamongan Sumber : data primer diolah (2015)
Pemasaran melalui pelanggan ini sangat mudah dilakukan karena baik antara pengolah maupun pelanggan yang memesan produk olahan mereka sudah saling mengenal, sehingga hal ini memudahkan pengolah untuk menjual produk olahannya. Media pemasaran lainnya yang digunakan oleh pengolah dalam menjual produk olahannya adalah melalui pasar tradisional yang berada di sekitar tempat tinggal. Pasar tradisional tersebut menduduki peringkatb kedua yaitu sebesar 21%, selanjutnya media tengkulak dan pameran dengan persentase masingmasing sebesar 16%, dan terakhir media pemasaran seperti warung makan, tempat wisata dan media online dengan presentase masing-masing sebesar 5%. Sumber Informasi Pasar Baik dalam usaha pengolahan produk hasil perikanan maupun usaha budidaya tentunya membutuhkan berbagai sumber informasi pasar yang berguna dalam usaha untuk memasarkan produknya setelah dilakukan pengolahan ataupun dilakukan pembudidayaan.
Sumber Informasi Pasar dalam Usaha Pengolahan/Budidaya 8%
9% Perusahaan 83% Tetangga, Teman, Saudara
Gambar 10. Sumber Informasi Pasar dalam Usaha Pengolahan dan Budidaya di Kabupaten Lamongan 63
Berbagai wawancara yang diperoleh bahwa sebagian besar sumber informasi pasar yang mendukung usaha (pengolahan dan pembudidayaan) berasal dari pemerintah baik Dinas Kelautan dan perikanan dan Balitbang KP) sebesar 84%, selanjutnya sumber informasi pasar lainnya diperoleh baik dari perusahaan maupun teman/tetangga/saudara yaitu masing-masing sebesar 8%. 6.2 Respon Masyarakat Penerima Teknologi Adaptif Balitbang Kelautan dan Perikanan Respon masyarakat penerima teknologi adaptif balitbang KPbaik teknologi adaptif pengolahan produk hasil perikanan maupun teknologi budidaya pakan alternatif yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pendapat atau tanggapan masyarakat nelayan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan teknologi adaptif yang berasal dari Balitbang Kelautan dan Perikanan melalui respon penerima teknologi terhadap tingkat pemahaman dan tingkat pemanfaatan teknologi adaptif Balitbang KP.
Respons Masyarakat terhadap Teknologi Balitbang 18,00 20,00
14,4
Skor
15,00 10,00 5,00 0,00 Pemahaman
Pemanfaatan
Gambar 11. Respon Masyarakat terhadap Teknologi Balitbang KP di Kabupaten Lamongan Sumber : Data primer diolah, 2015
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan ternyata tingkat pemahaman penerima terhadap teknologi adaptif Balitbang KP tergolong tinggi dengan skor 18, sedangkan jika dibandingkan dengan tingkat pemanfaatan teknologi adaptif Balitbang, maka tingkat pemanfaatannya tergolong sedang yaitu dengan skor 14,4.
64
Respon terhadap Teknologi Pengolahan Balitbang KP Selanjutnya, dari hasil wawancara mengenai respon terhadap teknologi yang diberikan Balitbang KP, dilihat secara rinci mengenai respon masyarakat pengolah terhadap teknologi pengolahan yang berasal dari Balitbang KP. Pada gambar di bawah terlihat bahwa secara umum tingkat pemahaman terhadap teknologi pengolahan Balitbang sangat tinggi. Akan tetapi jika dilihat berdasarkan tingkat pemanfaatan terlihat bahwa dari berbagai produk olahan yang disebarkan oleh Balitbang KP kepada masyarakat kelompok pengolahan hasil produk perikanan sangat bervariasi. Tingkat pemanfaatan terbesar terhadap teknologi pengolahan produk hasil perikanan adalah teknologi pengolahan kerupuk dengan skor 2,67, selanjutnya pemanfaatan teknologi bakso dan otak dengan skor masing-masing sebesar 2,44 dan terakhir pemanfaatan teknologi olahan produk tik-tik dan abon dengan skor masing-masingg 2,22.
Respon Terhadap Teknologi Pengolahan Balitbang KP
kerupuk
Tiktik
3 2,44
Otak-otak
Tingkat Pemanfaatan
2,22
Tingkat Pemahaman
Tingkat Pemahaman
2,22
Tingkat Pemahaman
Tingkat Pemanfaatan
Bakso
3
Tingkat Pemanfaatan
3 2,44
Tingkat Pemanfaatan
3
Tingkat Pemahaman
2,67
Tingkat Pemanfaatan
Tingkat Pemahaman
Skor
3 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0
Abon
Gambar 12. Respon Masyarakat terhadap Teknologi Pengolahan Balitbang KP di Kabupaten Lamongan Sumber : Data primer diolah, 2015
Tingkat Pemanfaatan Teknologi ( Produk Hasil Perikanan dan Budidaya) Berbagai produk olahan hasil perikanan dan hasil budidaya yang merupakan hasil output dari penerapan teknologi Balitbang KP, dimana hal ini terkait dengan tingkat pemanfaatan teknologi yang diberikan kepada masyarakat kelompok sasaran. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa teknologi pengolahan produk kerupuk memiliki tingkat pemanfaatan yang tinggi kepada kelompok pengolah dengan skor 2,67.
65
Tabel 13. Sebaran Kategori Tingkat Pemanfaatan Teknologi Balitbang KP No 1 2 3 4 5 6
Produk Olahan Kerupuk Bakso Tiktik Otak-otak Abon Pakan Alternatif
Interval Skor < 2,32 = Rendah
Skor 2,67 2,44 2,22 2,44 2,22 2,40
2,33 – 2,66 = Sedang 2,67 – 3 = Tinggi
Kategori Tinggi Sedang Rendah Sedang Rendah Sedang
Sumber: Data primer diolah (2015)
Selanjutnya
dengan produk bakso dan otak-otak
yang tingkat pemanfaatan
teknologinya sebesar 2,44 dan 2,40, selanjutnya tingkat pemanfaatan teknologi balitbang lainnya dengan kategori sedang adalah budidaya pakan alternatif dengan tingkat pemanfaatannya sedang dengan skor 2,40, terakhir adalah tingkat pemanfaatan teknologi produk olahan tiktik dan abon dengan skor masing-masing 2,22 yang termasuk dalam kategori rendah.
Tingkat Pemanfaatan Teknologi Balitbang 3,00
2,67
2,44
2,50
2,22
2,44
2,22
2,40
SKor
2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 kerupuk
Bakso
Tiktik
Otak-otak
Abon
Pakan Alternatif
Gambar 13. Tingkat Pemanfaatan Teknologi Balitbang KP di Kabupaten Lamongan Sumber : Data primer diolah, 2015
Seperti halnya dengan tabel yang telah dijelaskan di atas sebelumnya, gambar ini lebih memperjelas kondisi tingkat pemanfaatan teknologi yang disebarkan oleh Balitbang KP dimana pemanfataan teknologi produk olahan kerupuk memiliki kategori pemanfataan yang tinggi yaitu dengan skor 2,67, selanjutnya tingkat pemanfaatan teknologi produk olahan bakso dan otakotak dengan kategori sedang (skor 2,44), pakan alternatif dengan tingkat pemanfataan teknologi yang masuk kategori sedangn dengan skor 2,40, selanjutnya adalah tingkat
66
pemanfataan teknologi produk olahan tiktik dan abon dan termasuk dalam kategori rendah yang memiliki skor 2,22. Hasil budidaya pakan alternatif yang merupakan hasil output dari penerapan teknologi budidaya Balitbang KP, dimana hal ini terkait dengan tingkat pemanfaatan teknologi yang diberikan kepada masyarakat kelompok sasaran. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa teknologi pengolahan produk kerupuk memiliki tingkat pemanfaatan yang tinggi kepada kelompok pengolah dengan skor 2,67.
67
BAB VII. KESIMPULAN Kegiatan riset aksi yang dilakukan di Kabupaten Lamongan adalah pembentukkan kelembagaan KIMBis sebagai fasilitator penyampai teknologi Balitbangk KP kepada masyarakat. Teknologi yang diperkenalkan adalah berbagai teknologi baik teknologi pada perikanan budidaya serta pengolahan produk perikanan. Dalam perkembangannya, pengembangan ekonomi berbasis kawasan di Kabupaten Lamongan di fokuskan kepada perikanan tangkap pelagis kecil yang disinkronkan dengan pengolahan produk hasil perikanan yang meliputi pengolahan kerupuk, bakso, nugget, otak-otak, abon, tik-tik dan berbagai jenis produk olahan. Riset aksi untuk merumuskan model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif perikanan tangkap pelagis kecil di Kabupaten Lamongan dilakukan melalui kegiatan pelatihan, pendampingan, studi banding kepada kelompok usaha yang sudah berhasil. Dari hasil kegiatan kaji tindak yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pelaksanaannya telah memberikan dampak positif terhadap yaitu meningkatnya pengembangan organisasi kelompok,
pengembangan
jaringan
strategis
antar
kelompok/organisasi
masyarakat
,kemampuan kelompok masyarakat dalam mengakses sumber-sumber luar, jaminan atas hakhak masyarakat dalam mengelola sumberdaya lokal, pengembangan kemampuan-kemampuan teknis dan manajerial kelompok-kelompok masyarakat, terpenuhinya kebutuhan hidup dan meningkatnya kesejahteraan hidup mereka. Model yang telah dibangun untuk pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif perikanan tangkap pelagis kecil di Kabupaten Lamongan dari dua komponen yaitu komponen pertama input dan komponen kedua proses. Komponen kedua lebih kompleks karena keterkaitan antar sektor dan lembaga sangat penting bagi tercapainya ouput model. Komponen proses memilki kelompok yang strategis yaitu kelembagaan KIMBis yang memiliki dua peran yaitu sebagai lembaga inovasi dan lembaga bisnis. Dua fungsi ini dapat digunakan sebagai dasar bagi kelompok lainnya untuk mensinergikan program/kegiatan dalam rangka pengembangan ekonomi kawasan. Dari kegiatan penelitian aksi yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
KIMBIs Lamongan dalam menjalankan fungsinya sebagai pusat informasi dan penyebaran IPTEK belum berjalan secara optimal. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk menyampaikan informasi mengenai teknologi yang dihasilkan oleh Balitbang KP telah dilakukan melalui kegiatan sosialisasi, pelatiahan dan pendampingan teknologi namun respon masyarakat masih sangat minim. Adopsi terhadap teknologi yang telah disampaikan belum dilakukan secara optimal dengan alasan permasalahan permodalan
68
hingga pemasaran produk perikanan. Teknologi Balitbang KP yang telah diadopsi lebih besar pada pengolahan produk hasil perikanan;
Pelaksanaan kegiatan KIMBis dalam menjalankan fungsinya sebagai pusat inkubasi bisnis sudah dilaksanakan namun belum berjalan secara optimal. Usaha yang dijalankan oleh kelompok usaha baru dalam skala rumah tangga yang mengalami permasalahan ketersediaan input produksi serta pemasaran produk. Pelarangan penggunaan alat tangkap yang merusak lingkungan dan kurangnya informasi pasar merupakan penyebab dari permasalahan tersebut.
Dari hasil penyusunan model penumbuhan wirausaha baru sektor perikanan melalui kelembagaan klinik iptek minabisnis (kimbis) berbasis perikanan tangkap pelagis kecil. Model yang dibuat dibentuk oleh 2 komponen yaitu 1) Kelembagaan inovasi pengolahan produk hasil perikanan; 2) Kelembagaan bisnis pengolahan produk hasil perikanan.
Strategi untuk mengimplementasikan model harus memperhatikan 1) penumbuhan wirausaha baru di tingkat masyarakat dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan wirausaha, menumbuhkan jiwa kewirausahaan, dan memberdayakan sumberdaya loka; 2) pemerintah harus memberikan jaminan terhadap pengembangan iklim usaha yang kondusif bagi terciptanya persaingan yang adil termasuk perijinan usaha; 3) prioritaskan sistem pendidikan dan pelatihan yang dilakukan untuk menumbuhkan wirausaha baru. Substansi pendidikan dan pelatihan ditekankan pada kompetensi; perubahan budaya kerja; perubahan memandang risiko dan perlu upaya untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap wirausaha; 4) peningkatan akses terhadap permodalan dan pasar menjadi bagian penting dalam menciptakan wirausaha untuk memulai usahanya.
69
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013. Kabupaten Lamongan dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lamongan. Anonim. 2013. Laporan Akhir KIMBis Lamongan 2013. Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Anonim, 2014. Rumusan Lokakarya Kimbis., 11 Maret 2014. Saung Dolken Resort. Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Bogor. Dinas Perikanan dan Kelautan, 2012. Statistik Perikanan Kabupaten Lamongan tahun 2011. Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur. Dinas Perikanan dan Kelautan, 2012. Laporan Tahunan tahun 2011. Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur. Dinas Perikanan dan Kelautan, 2014. Laporan Tahunan tahun 2011. Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur. Wardono, B. R. Yusuf dan H.M. Huda. 2012. Laporan Teknis Pelaksanaan Klinik IPTEK Mina Bisnis desa Weru Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. Zulham, Armen. 2011. Panduan Pelaksanaan Kegiatan KIMBis. Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Badan penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Sutrisno Anggoro, 1993. Efek Osmotik Berbagai Tingkat Salinitas Media Terhadap Daya Tetas Telur dan Vitalitas Larva Udang Windu (Penaeus monodon Fabricius) Disertasi. Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
70