Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sejak tahun 2012 sampai dengan 2014, sudah dilaksanakan kegiatan riset aksi yang bertujuan untuk membuat model kelembagaan penyebaran Iptek di Kabupaten Wonogiri. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka peningkatan kapasitas masyarakat sasaran dengan melakukan introduksi teknologi yang telah dihasilkan baik oleh Balitbang
Kp
maupun
dari
sumber
lainnya
untuk
mengatasi
permasalahan ditingkat lokal sekaligus mendapatkan umpan balik. Pada kegiatan ini juga dikaji bagaimana persepsi masyarakat terhadap keberadaan teknologi dan dampak yang didapatkan dari kegiatan tersebut. Pada tahun 2015 akan dilakukan kegiatan yang bertujuan merumuskan model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi. Diharapkan kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya merupakan bahan kajian untuk memperoleh suatu model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif lokasi. Pendekatan sistem digunakan untuk menggambarkan proses kegiatan yang terdiri dari input, proses, output dan dampak. Input terdiri dari aktivitas bagaimana memperoleh data terkait dengan potensi dan permasalahan sektor KP di lokasi , ketersediaan teknologi KP yang ada di lokasi baik yang berasal dari Balitbang KP, balitbangda serta Sistem Inovasi Daerah.
Kegiatan aksi akan dilakukan dalam upaya mengkaji
kebutuhan serta kelayakan teknologi yang diterapkan dan perannya dalam pengembangan ekonomi kawasan.
Kegiatan aksi yang akan
dilakukan tersebut yaitu: 1) Kegiatan untuk meningkatkan peran Kooperator dalam Penerapan Teknologi Adaptif Lokasi ; 2) Kegiatan Identifikasi Kesiapan Lokasi dalam Penerapan Teknologi Adaptif melalui penilaian kelayakan inovasi teknologi yang telah diterapkan selama KIMBis Lokasi dibentuk. Kegiatan
aksi
yang
dilakukan
tersebut
bertujuan
untuk
menghasilkan output diantaranya bagaimana peran teknolgi adaptif lokasi LAPORAN TEKNIS 2015
1
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
tersebut mampu meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan kooperator, meningkatkan kapasitas pasar dan pemasaran produk yang dihasilkan. output yang dihasilkan diharapkan akan berdampak pada peningkatan ekonomi usaha koperator serta secara luas meningkatkan kapasitas ekonomi kawasan.
1.2 TUJUAN : Tujuan kegiatan KIMBis tahun 2015 ini adalah: Merumuskan
Model
Pengembangan
Ekonomi
Kawasan
Berbasis
Teknologi Adaptif Lokasi dengan Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan 1.3 PERAKIRAAN KELUARAN: Kegiatan KIMBis pada tahun 2015 diharapkan dapat, menghasilkan: Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi dengan Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan
LAPORAN TEKNIS 2015
2
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
Gambar 1. Rancang Bangun Model Generik Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan
INPUT
KELEMBAGAAN SISTEM
INOVASI
IPTEK
KELEMBAGAAN PEK SIS TAL KELEMBAGAAN SISTEM PERIKANAN
BISNIS
Pemetaan
Identifikasi
Ketersediaan
Status
Masalah
Teknologi
SDM SDA Lingkungan Finansial Sosial Kelembagaan
SDM SDA Lingkunga n Finansial Sosial Kelembag aan
Balitbang Non Balitbang SIDa
PROSES
OUTPUT
1. Kaji Terap 2. Penilaian Kelayakan 3. Temu IPTEK 4. Studi Banding dalam rangka pembentukan model 5. Analisis data, 6. perumusan model, 7. penyusnan
1.Produk 2.Pasar 3.Pemasaran
DAMPAK 1.Peningkatan kapasitas usaha 2.Peningkatan ekonomi kawasan (pro poor, pro growth, pro job)
laporan
7 PRINSIP DASAR: kebutuhan, efektifitas, efisiensi, fleksibilitas, manfaat, pemerataan, keberlanjutan
LAPORAN TEKNIS 2015
3
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Pengelolaan
mengandung
pengertian
pemanfaatan
dan
pendayagunaan (Anonymous, 2013). Pengelolaan perikanan yang telah diterapkan di waduk Gajah Mungkur adalah berupa kegiatan usaha penangkapan ikan dan kegiatan usaha pembudidayaan ikan dalam karamba jaring apung (KJA). Pilihan langkah pengelolaan perairan dalam bentuk lain belum banyak diketahui, antara lain berupa zonasi, penentuan daerah suaka perikanan, pemahaman dinamika stok ikan di perairan waduk serta cara penangkapan ikan yang ramah lingkungan dan bersifat lestari (Kartamihardja et al., 2012; 2013).
Selain itu, teknik-teknik
pengelolaan
sebagai
perikanan
perairan
waduk
upaya
untuk
meningkatkan produktivitasnya telah diperkenalkan antara lain dalam bentuk pemacuan stok (Cowx, 2001) dan perikanan tangkap berbasis budidaya atau culture based fisheries (CBF) (De Silva and Funge-Smith, 2005; Kartamihardja et al., 2013) Pemberdayaan memiliki definisi yang beragam. Ife (1995) mendefinisikan pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung. Sedangkan suharto (2009) mengartikan bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat. Sebagai tujuan, pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kehidupan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial serta memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai matapencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya peningkatan kemampuan dalam menjawab atau memecahkan permasalahan lokal yang meraka hadapi dalam rangka peningkatan serta kemandirian dalam taraf hidupnya (Sonbait dan Wambrauw, 2011). Proses pemberdayaan adalah LAPORAN TEKNIS 2015
4
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
suatu siklus yang melibatkan masyarakat untuk bekerjasama dalam kelompok formal maupun non formal guna melakukan kajian masalah, merencanakan,
melaksanakan,
dan melakukan
evaluasi
terhadap
program yang telah direncanakan bersama (Saputra, 2013). Inkubator Wirausaha berdasarkan PERPRES Nomor 27 Tahun 2013, tentang Pengembangan Inkubator Wirausaha, adalah suatu lembaga intermediasi yang melakukan proses inkubasi terhadap peserta inkubasi (tenant). Susilo dalam Isetyobudi (2014) menyatakan bahwa incubator bisnis dapat diwujudkan dalam bentuk kelembagaan yang mampu memberikan pelayanan pengembangan bisnis dan akses terhadap berkembangnya suatu bisnis dengan aturan yang fleksibel. Modal sosial dapat diartikan sebagai sumber (resources) yang timbul dari adanya interaksi orang-orang dalam suatu komunitas. Modal sosial tidak akan habis jika dipergunakan (melainkan meningkat), namun turunnya modal sosial bukan karena sering dipakai tetapi karena tidak dipergunakan (Coleman, 2011). Putnam (2000) dalam Achwan (2007) mendefinisikan modal sosial sebagai hubungan sosial antar individu atau kelompok yang mampu mengembangkan norma-norma saling percaya dan untuk membentuk jaringan sosial dengan beberapa tujuan sosial dan ekonomi. Menurut Achwan, Putnam mengasumsikan setiap individu atau kelompok memiliki akses yang sama namun mengabaikan konteks sosial.
LAPORAN TEKNIS 2015
5
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
BAB III. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan selama satu tahun dari bulan Januari – Desember 2015 dengan lokasi kegiatan di Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah.
3.2 Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi data potensi dan permaslahan yang terkait dengan Sumber Daya Alam, Sumberdaya Manusia, Sosial, Kelembagaan, Lingkungan dan finansial.
Identifikasi ketersediaan
teknologi, sistem transefer teknologi, lembaga penyedia teknologi di lokasi. Data primer lainnya terkait dengan pasca implementasi teknologi adaptif yang dilakukan dan dampak terhadap ekonomi usaha dan ekonomi kawasan. Data sekunder yang dibutuhkan terkait dengan hasil penelitian maupun laporan dari institusi yang sesuai dengan tujuan penelitian. 1.3 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik wawancara, observasi lapang, FGD (Focus Group Discussion), dan kuesioner. Data yang dikumpulkan, terkait dengan informasi persepsi stakeholder terhadap KIMBis Wonogiri dan kegiatannya.
1.4 Metoda Analisis Data Data dan informasi yang terkumpul disetiap kegiatan dianalisis secara deskriptif kualitatif (Nasir, 1998).
LAPORAN TEKNIS 2015
6
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
Tabel 1. Kegiatan, Data dan Informasi, Teknik Pengumpulan Data, Sumber dan Analisis Data Teknik Kegiatan
Data dan Informasi
Pengumpulan data
Sumber
Analisis
Data
Data
Identifikasi Potensi SDA, SDM
Survey,
FGD Instansi dan Deskriptif
Sosial,Kelembagaan
dan wawancara
, Lingkungan,
Pelaku
kualitatif
usaha
Teknologi, Identifikasi Permasalahan SDA, SDM
Survey,
FGD Instansi dan Deskriptif
Sosial,
dan
Pelaku
Kelembagaan,
Wawancara
usaha
Survey, FGD
Kooperator,
Deskriptif,
Instansi
kualitatif
kualitatif
Lingkungan Teknologi Implementasi teknologi Adaptif - Peran Kooperator dalam Penerapan Teknologi Adaptif Lokasi - Kesiapan Lokasi dalam Penerapan Teknologi Adaptif - Kelayakan inovasi teknologi yang telah diterapkan
terkait
LAPORAN TEKNIS 2015
7
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
BAB IV. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN
4.1 Perairan Umum `Tipologi Waduk Waduk sering disebut sebagai danau buatan. Waduk merupakan salah satu contoh perairan tawar buatan yang dibuat dengan cara membendung sungai tertentu dengan berbagai tujuan. Menurut Komisi Dam Dunia, waduk masuk kategori besar jika memiliki ketinggian bendungan lebih dari 15 meter, sedangkan jika tingginya dibawah 15 meter disebut sebagai embung. Pada Tahun 1995, pembangunan waduk besar di Indonesia sudah mencapai 100 buah dan 80% tersebar di Pulau jawa. Pada waduk, komponen tata kelola waduk sudah direncanakan sedemikian rupa sehingga volume, kedalaman, luas, presepitasi, debit inflow/out flow dan waktu tinggal air dapat diprediksi. Pembangunan waduk/embung diperuntukan untuk berbagai keperluan antara lain pembangkit listrik, irigasi, pengendali banjir, sumber baku air minum, air industri, air perikanan (perikanan tangkap maupun budidaya karamba), dan untuk kegiatan pariwisata. Jumlah tenaga listrik yang dihasilkan dari tenaga air yang berasal dari waduk berkisar 3,4% dari total kebutuhan nasional. (www.pusair.pu.go.id). Waduk Gajah Mungkur adalah salah satu waduk yang berada di Pulau Jawa. Waduk ini terletak 3 km di selatan Kota kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Waduk Gajah Mungkur Wonogiri dibangun dengan membendung 7 sungai meliputi wilayah: Keduang, Wiroko, Temon, Alang, Solo Hulu, Unggahan dan Wuryantoro. Perairan danau buatan ini dibuat dengan membendung sungai terpanjang di pulau Jawa yaitu sungai Bengawan Solo. Waduk ini dibangun di akhir tahun 1970-an dan mulai beroperasi pada tahun 1978 dan memiliki wilayah seluas kurang lebih 8800 ha di 7 kecamatan dan mampu mengairi sawah seluas 23.600 ha yang tersebar di wilayah Sukoharjo, Klaten, Karanganyar dan Sragen. Selain untuk memasok air minum Kota Wonogiri, waduk ini juga menghasilkan listrik dari PLTA sebesar 12,4 MegaWatt (Sudaryo dan Sutjipto, 2010; Himawan 2011). Daerah yang mengelilingi waduk ada 7 (tujuh) Kecamatan yaitu: Kecamatan Wonogiri, Kecamatan Ngadirojo,
LAPORAN TEKNIS 2015
8
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
Kecamatan Nguntoronadi, Kecamatan Baturetno, Kecamatan Giriwoyo, Kecamatan Eromoko, Kecamatan Wuryantoro. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa kelompok nelayan tangkap tersebar di 7 (tujuh) kecamatan selingkar waduk Gajah Mungkur dengan jumlah kelompok terbesar terdapat di Kecamatan Baturetno (14 kelompok) dan Kecamatan Wonogiri (14 kelompok), dan jumlah anggota kelompok terbanyak terdapat di Kecamatan Baturetno (545 orang). Lokasi kelompok budidaya terpusat di Kecamatan Wonogiri yang berdekatan
dengan
lokasi
perusahaan
budidaya
(PT.Aquafarm).
Demikian halnya dengan kelompok pengolah yang terpusat di Kecamatan Wonogiri dimungkinkan karena lokasi ini merupakan pusat kegiatan pariwisata waduk.
1
Tabel 2 Jumlah Anggota Kelompok Tahun 2014 Nelayan Tangkap Budidaya Pengolahan Kecamatan Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Kelompok Anggota Kelompok Anggota Kelompok Anggota Wonogiri 14 297 7 46 6 137
2
Ngadirojo
1
35
-
-
-
-
3
Nguntoronadi
12
327
-
-
-
-
4
Baturetno
14
545
-
-
-
-
5
Eromoko
8
168
-
-
-
-
6
Wuryantoro
10
331
-
-
-
-
7
Giriwoyo
1
39
-
-
-
-
60
1742
7
46
6
137
No
Total
Sumber: Disnakperla Kab.Wonogiri 2014 4.2 Teknologi Penangkapan Ikan Kegiatan penangkapan ikan di Waduk Gajah Mungkur telah tersebar hampir di seluruh wilayah waduk. Alat tangkap yang digunakan jaring, jala, pancing, bubu ‘icir’ (alat penangkap udang) dan disebagian tempat masih ditemukan alat tangkap branjang. Pada Tabel
3 dapat
dilihat produksi hasil tangkapan nelayan pada tahun 2014 mencapai 2.237,970 ton dengan alat tangkap yang digunakan sebagian besar adalah jaring. LAPORAN TEKNIS 2015
9
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
Tabel 3. Produksi Penangkapan Ikan di Perairan Waduk Alat tangkap yang Jenis Ikan Tahun Produksi (Ton) digunakan Tawes,Nila,Lukas,Baung, 2014
2.237,970
Mas, Patin,Betutu, Udang
Jaring
tawar, ikan lainnya Sumber dinas Nakperla 2014
Kegiatan penangkapan dilakukan menggunakan perahu dengan mesin tempel (5 PK) dan perahu tanpa mesin. Ukuran perahu rata-rata panjang 5-6 meter dengan lebar 0,85 m dan kedalamannya antara 0,300,50 m dan bahan dasarnya ada kayu dan sebagian berbahan viber. Pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa hampir diseluruh wilayah yang berbatasan dengan waduk memiliki fasilitas perikanan. Jumlah fasilitas TPI (Tempat Pendaratan Ikan) terbanyak terdapat di Kecamatan Wuryantoro sebanyak 5 unit yang tersebar di Desa Gumiwang (3unit), Wuryantoro (1unit) dan Sumberejo (1unit). Di Kecamatan Baturetno juga terdapat 5 unit TPI, yaitu di desa Boto (2unit), Talunombo (1unit), Gambiranom (1unit) dan Glesungrejo (1unit). Kecamatan Wonogiri dan Nguntoronadi, masing-masing memiliki dua unit TPI dan Kecamatan Eromoko (1 unit). Lokasi Los penjualan ikan, tersebar di Kecamatan Baturetno, Wuryantoro, Eromoko, Jatisrono dan Wonogiri masing-masing satu unit. Sedangkan dermaga perikanan terdapat di Kecamatan Wonogiri dan Nguntoronadi.
Tabel 4. Lokasi Tempat Pendaratan Ikan (TPI) di Kabupaten Wonogiri Kecamatan Wonogiri Wuryantoro
Kelurahan/desa
Eromoko
Desa Pokoh Kidul dan Desa Sendang Desa Gumiwang (Kelp. Mina Tirta Sari, Ngudi Luhur dan Kelp. Mina Jaya) Kelurahan Wuryantoro (Kelp. Mina Tirta) Desa Sumberejo (Kelp. Mina Mandiri) Kel. Ngadirejo (Kelp. Ngudi Mino )
Nguntoronadi Baturetno
Desa Wonoharjo dan Desa Kedungrejo Desa Boto (Kelp. Sedyo Mulyo, Kelp. Suka
Jumlah (unit) 2 3
LAPORAN TEKNIS 2015
1 1 1 2 2
10
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
Kecamatan
Baturetno Wuryantoro Eromoko Jatisrono Wonogiri Wonogiri Nguntoronadi
Kelurahan/desa
Jumlah (unit)
Makmur) Desa Talunombo (Kelp. Ngudi Mulyo) Desa Gambiranom (Kelp. Raharjo Mulyo) Desa Glesungrejo (Kelp. Ngudi Rejeki) Lokasi Los Penjualan Ikan Desa Kedungombo Desa Gumiwang di pasar tradisional Kecamatan di pasar tradisional Kecamatan
1 1 1
Kios Mini
1 1 1 1 1
Lokasi Dermaga Perikanan Desa Sendang Desa Wonoharjo
1 1
Sumber: Disnakperla Kab.Wonogiri 2014
Pada Tabel 5 dapat terlihat bahwa proporsi penggunaan mesin tempel pada perahu mencapai proporsi diatas >60%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan mesin pada perahu merupakan pilhan mayoritas nelayan dalam melakukan kegiatan penangkapan. Jika dilihat jumlah perahu dengan mesin ataupun tanpa mesin terlihat terjadi peningkatan jumlah unit tiap tahun. Adanya peningkatan jumlah perahu tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan perikanan tangkap masih menjadi pilihan masyarakat sebagai mata pencaharian. Jika hasil produksi perikanan yang didapat dari kegiatan penangkapan tahun 2014 (2.237,97 ton) dan dibagi dengan jumlah perahu pada tahun 2014 (962 unit) menghasilkan nilai sebesar 2,33 ton per tahun per perahu. Jika hasil tangkapan per tahun di bagi dengan 12 bulan kegiatan penangkapan akan menghasilkan nilai 0,19 ton per bulan. Jika diasumsikan bahwa dalam satu bulan nelayan melakukan kegiatan penangkapan ikan sebanyak 25 kali, maka hasil tangkapan per trip dapat menghasilkan 7,72 kg. Jika harga rata-rata ikan Rp 10.000/kg, maka nilai hasil tangkapan nelayan bisa mencapai Rp 70.000-80.000/trip. Jika pendapatan tersebut dikurangi oleh biaya bbm dan rokok yang bisa mencapai Rp 15.000- Rp 25.000/trip, maka hasil bersih yang didapat nelayan berkisar Rp 40.000-Rp55.000/hari.
LAPORAN TEKNIS 2015
11
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
Tabel 5. Pertumbuhan Armada Penangkapan di Waduk Gajah Mungkur Jenis Armada Tahun
Perahu bermesin 5 PK
(%)
Perahu tanpa mesin
(%)
2014 2013 2012 2011 2010 2009 2008
625 583 553 508 453 447 425
64.97 63.37 63.78 66.15 68.33 68.56 68.00
337 337 314 260 210 205 200
35.03 36.63 36.22 33.85 31.67 31.44 32.00
Jumlah Total Perahu 962 920 867 768 663 652 625
Sumber: Disnakperla (2014) diolah
Biaya operasional per trip digunakan oleh nelayan dalam melakukan kegiatan penangkapan per trip, diantaranya digunakan untuk pembelian BBM sebanyak 1-2 liter dengan harga eceran per liter mencapai Rp 8000-10.000 dan biaya rokok 1-2 bungkus dengan harga satuan mencapai Rp 10.000-15.000. Jaring digunakan nelayan untuk melakukan penangkapan ikan digunakan secara pasif (diam) dan disesuaikan dengan tinggi permukaan air (dipasang dipermukaan atau dasar permukaan). Jaring dipasang sore hari dan diangkat esok harinya. Sedangkan jala digunakan secara aktif oleh
nelayan
dengan
cara
dilempar.
Seorang
nelayan
mampu
mengoperasikan 10-40 piece jaring disesuaikan dengan kemampuan nelayan. 4.3 Teknologi Budidaya Ikan Teknologi pembudidayaan ikan di KJA (keramba Jaring Apung) dikenalkan oleh Aquafarm dan selanjutnya diikuti oleh masyarakat, tetapi proses
waktu
penerimaanya
membutuhkan
waktu
yang
lama.
Perkembangan KJA dimulai sejak PT Aquafarm berinvestasi di Waduk Gajah Mungkur pada tahun 1989 (Tabel 6). Proses transfer teknologi KJA berlangsung cukup lama dan masyarakat memiliki kemampuan membuat KJA pada tahun 2000, sebelas tahun kemudian. Kegiatan budidaya KJA oleh masyarakat di lakukan oleh tiga (3) orang
LAPORAN TEKNIS 2015
12
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
pembudidaya lokal dengan jumlah petak lahan budidaya sebanyak 30 petak dengan luasan 573,5 M2.
Tabel 6. Perkembangan KJA di Waduk Gajah Mungkur Per Tahun Tahun Mulai Usaha
Jumlah Pemilik KJA Wonogiri
2000 2002 2003 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
3 1 2 3 1 9 3 15 8 6 4 7
Total
62(65,26%)
Wuryantoro
Eromoko
Selogiri
Luar Kab. Wonogiri
1 3 4 3 3 2 1 7
2 1 1
1 1
23(24,11%)
1 1 1
2(2,11%)
1(1,05%)
7(7,37%)
Jumlah Pemilik Total
Jumlah Petak
luas (m2)
3 1 2 6 5 14 6 20 12 8 11 7
30 12 20 80 66 209 83 268 310 120 82 10
573.5 232 452.5 1.976 1.474.5 4308 1.658.25 5.193.5 6.244.1 2.432 1.736.5 202.5
95(100%)
1290
26.483.35
Sumber: Disnakperla 2014 (diolah)
Budidaya
Keramba Jaring Apung (KJA) menjadi salah satu
alternatif pekerjaan masyarakat di Waduk Gajah Mungkur. Lokasi pusat kegiatannya terdapat di Kecamatan Wonogiri yang berdekatan dengan lokasi budidaya
PT Aquafarm. Saat ini sudah terdapat 7 kelompok
pembudidaya yang terdiri dari 10-15 orang dengan komoditas nila. Sejak dikenalkan terlihat ada pengaruh pada peneriman masyarakat dengan jumlah KJA yang dimiliki semakin bertambah. Teknologi pembenihan (UPR) yang dilakukan oleh masyarakat terdapat dibeberapa kecamatan, diantaranya, yaitu: Wonogiri, Selogiri, Manyaran, Pracimantoro, Giritontro, Bulukerto dan Giriwoyo. Salah satu prasyarat lokasi pembenihan adalah adanya sumberdaya air yang mencukupi untuk kegiatan budidaya. Lokasi kegiatan pembenihan ikan biasanya
dilakukan
memanfaatkan
lahan
di
halaman
kosong
yang
rumah
pembudidaya
tersedia.
Kegiatan
dengan budidaya
perkolaman dilakukan oleh masyarakat yang lokasinya cenderung LAPORAN TEKNIS 2015
13
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
berjauhan dengan waduk Gajah Mungkur yang memiliki sumber air yang mencukupi kegiatan budidaya. Kepemilikan keramba milik masyarakat di Waduk Gajah Mungkur tidak sama dengan kepemilikan KJA oleh PT.Aquafarm Berdasarkan data dinasNakperla (2014) jumlah KJA oleh PT sebanyak 240 unit (15,69%) dan masyarakat 743 unit (63,23%). Jika dilihat berdasarkan luasan lahan, kepemilikan
lahan
PT
sebanyak
(39,49%)
jika
dibandingkan
denganjumlah KJA secarakeseluruhan dan kepemilikan KJA oleh masyarakat 60,51%. (Tabel 7). Walaupun demikian, perbandingan jumlah KJA dengan luasan lahan yang dimiliki oleh PT yaitu 72 m² dan yang dimiliki oleh masyarakat 20 m².
Tabel 7. Perbandingan KJA Masyarakat dan PT Usaha Budidaya (KJA) PT Aquafarm
Luasan Lahan (m²) 17.280 (39,49%)
Jumlah KJA
Rasio (Luasan
(unit)
Lahan / KJA)
240 (15,69%)
72
1.290 (84,31%)
20
26.483,35
Masyarakat
(60,51%)
jumlah
43.763,35
1.530
Sumber: data diolah 2015
Proporsi kepemilikan KJA didominasi oleh masyarakat yang berasal dari Kecamatan Wonogiri (65,26%), Kecamatan Wuryantoro (24,11%), Kecamatan Eromoko (2,11%), Kecamatan Selogiri (1,05%) dan Luar Kabupaten Wonogiri sebanyak 7,37%.
Tabel 8. Jumlah KJA dan Pemasaran Hasil KJA Milik Petani Milik PT Pemasaran (Ton) Produksi Tahun Jumlah Jumlah Jumlah (Ton) Lokal Eksport Pemilikan petak petak
Jenis
2014
5.083.039
58
1290
240
1.160.926 3.922.113
Nila
2013
5.445.333
58
1290
240
1.073.702 4.371.631
NIla
Ikan
Sumber : disnakperla 2014
LAPORAN TEKNIS 2015
14
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa, jumlah pemilik KJA dari unsur masyarakat dari tahun 2014-2015 tidak mengalami perubahan, sejumlah 58 orang. Demikian halnya dengan jumlah petak KJA milik petani dan Perusahaan tidak berubah, namun jika dilihat dari produksi yang dihasilkan lerlihat terjadi penurunan produksi antara tahun 2013-2014 sebesar 362.294 ton. Jika dilihat berdasarkan produk yang dipasarkan, untuk pasar lokal mengalami kenaikan 87.224 ton. 4.4 Teknologi Pengolahan Pembuatan produk ikan olahan telah dilakukan masyarakat di sekitar
perairan
waduk
(terutama
di
kecamatan
Wonogiri
dan
wuryantoro); sudah ada masyarakat yang mampu mengolah ikan dalam bentuk derivasi produk, namun masih banyak masyarakat yang mengolah secara sederhana, yaitu di goreng, di bakar ataupun di pepes. Penanganan ikan segar masih dilakukan dengan cara-cara sederhana dan belum menggunakan system rantai dingin yang ketat. Teknologi pengesan dilakukan khusus untuk penanganan pengiriman keluar kota atau penyimpanan ikan untuk sementara. Ikan Goreng dan ikan Bakar merupakan pilihan favorit oleh masyarakat dalam melakukan pengolahan ikan. Walaupun teknologi yang digunakan termasuk sederhana namun dirasakan lebih menguntungkan oleh masyarakat sehingga lebih memilih penggunaan teknologi ini. Presto Ikan adalah salah satu bentuk olahan yang sudah mampu dibuat oleh kelompok pengolah. Perkembangan olahan presto masih terbatas dan baru dijumpai di kelompok Mina Rini yang sudah membuat produk ini secara rutin. Ikan yang biasa di presto adalah ikan lukas, yang merupakan ikan hasil tangkapan nelayan di Waduk Gajah Mungkur. Kelompok pengolah, sudah mampu membuat Abon menggunakan bahan dasar ikan patin dan nila. Pembuatan abon terkadang terkendala oleh pasokan bahan baku, sehingga pengolah lebih mengandalkan membuat abon hanya berdasarkan pesanan dan hanya sedikit yang di stok. Kerupuk ikan, ikan juga sudah mampu dibuat oleh kelompok pengolah.
LAPORAN TEKNIS 2015
15
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
Kerupuk yanng dibuat menggunakan bahan dasar daging dan kulit ikan Nila. Pada tabel 9,dapat dilihat identifikasi kebutuhan yang masih dioperlukan pada usaha pengolahan. Secara umum, kelompok pengolah sudah mampu membuat diversifikasi produk olahan perikanan dan sebagai salah satu strategi pengembangan produk kedepan adalah membuat spesialisai produk yang dibuat oleh kelompok. Tabel 9. Identifikasi Kebutuhan Kelompok Pengolah Nama Kelompok Usaha
Jenis Usaha Olahan
Mina abadi,
Abon, krupuk
Jenis Alat Dan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Yang Dibutuhkan Alat pemisah daging dan duri
kelurahan wonogiri
ikan, kripik kukit,
(meat bone –sparator)
bakso, nugget Luhur mulyo,
Abon, krupuk
Blender& chooper-penghalus
kelurahan wonogiri
ikan
bumbu, kompor, spinner
Lestari mulyo,
Bakso, abon
Blender, chooper, kompor
Tik-tik ikan
Blender, chooper, kompor
Nugget , abon
Blender, chooper, kompor,
kelurahan wonogiri Mina Rini, kelurahan wuryantoro Citra Rasa
spinner Nila Mas
abon
Blender, chooper, kompor, spinner
Sumber: data primer 2015
Pada Tabel 10 dapat dilihat terjadi peningkatan sebesar 0,42 tingkat konsumsi ikan per kg/kapita/tahun dari tahun 2013-2014. Adanya angka peingkatan ini menunjukkan bahwa terjadi tingkat preferensi konsum ikan masyarakat di Kabupaten Wonogiri.
LAPORAN TEKNIS 2015
16
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
Tabel 10. Data Konsumsi Ikan per Kg / Kapita / Tahun di Kabupaten Wonogiri Tahun Konsumsi Ikan per Kapita / Tahun 2014
14,50 Kg/Kapita/Tahun
2013
14,08 Kg/Kapita/Tahun
Sumber disnakperla 2014
Secara ringkas potensi perikanan dapat dilihat pada tabel 11. bahwa pada sektor perikanan, komoditas yang menjadi hasiltangkapan nelayan adalah Tawes, Nila, Lukas, Baung, Mas, Patin, Betutu, Udang tawar dengan alat tangkap jaring menggunakan perahu kayu/viber dengan mesin < 5 PK. Kegiatan budidaya di keramba jaring apung sebagain besar berupa kegiatan pembesaran degan komodiats ikan nila dan patin. Kegiatan pengolahan yang dilakukan menggunakan bahan bahku ikan nila dan patin dengan produk olahan berupa Kerupuk ikan, Nugget Ikan, Abon ikan, Tepung ikan, Bakso Ikan, Kaki Naga sedangkan produk presto menggunakan bahan ikan lukas. Pasar olahan masih mengandalkan pasar dalam kabupaten dan baru sebagian yang mengandalkan pasar luar daerah. Tabel 11. Sumberdaya Perikanan Tangkap, Budidaya, Pengolahan Sektor
Komoditas
Jenis usaha
Perikanan
Tawes,Nila,Lukas,
Perahu terbuat
Tangkap
Baung,Mas,
Kayu dan Viber,
Patin,Betutu,
Mesin < 5 PK
Produksi 2.237,970 Ton
Udang tawar Budidaya KJA
Nila, Patin
Pembesaran
Pengolahan Ikan
Nila, Patin
Kerupuk ikan Nugget Ikan Abon ikan Presto Tepung ikan Bakso Ikan Kaki Naga Ikan goreng
5.083.039 Ton Pasar Lokal dan luar Wonogiri
Sumber: data diolah 2015
LAPORAN TEKNIS 2015
17
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
4.5 Sumberdaya Manusia Pada Tabel 12 terlihat bahwa tingkat pendidikan dari nelayan, pengolah dan pembudidaya bervariasi. Namun secara umum, mayoritas tingkat pendidikan nelayan pengolah dan pembudidaya berada pada level tingkat SLTA, yaitu 7,97%; 49,23% dan 39,29%. Untuk status tidak sekolah masih dijumpai pada mata pekerjaan sebagai nelayan sebesar 13,92%. Tingkat pendidikan mayoritas kedua pada nelayan berada pada tingkat SMP (31,65%) demikian dengan pengolah yaitu tingkat SMP (27,69%), sedangkan pada pembudidaya mayoritas tingkat pendidikan kedua adalah SD (17,86%). Pada lokasi wonogiri, ada pula nelayan yang memiliki tingkat pendidikan mencapai jenjang D3 dan sarjana (S1). Tabel. 12.Tingkat Pendidikan Uraian
Nelayan
Pengolah Pembudidaya
Tidak sekolah
13.92
SD
12.66
12.31
17,86
SMP
31.65
27.69
14,29
SLTA
37.97
49.23
39,29
D3
1.27
3.08
7,14
S1
2.53
7.69
21,43
Sumber: data primer diolah 2015
Pada tabel 13 dapat dilihat bahwa mayoritas nelayan, pengolah dan pembudidaya berada pada selang ummur 30-50 dengan masingmasing proporsi 68,35%; 69,23% dan 64,29%. Kondisi ini menunjukkan bahwa SDM pada ketiga tipolog tersebut ada pada masa produktif. Pada pekerjaan nelayan, selang umur <30 tahun menyerap banyak tenaga kerja sebesar 20,25%, pengolah 12,31% dan pada pembudidaya hanya 7,14 %. Tabel 13. Selang Umur Nelayan Pengolah Pembudidaya <30
20.25
12.31
7,14
30-50 >50
68.35 11.39
69.23 18.46
64,29 28,57
Sumber: data diolah 2015
LAPORAN TEKNIS 2015
18
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
4.6 Identifikasi dan Observasi Kelompok 4.6.1 Pengolah Identifikasi dilakukan kepada kelompok pengolah yang ada di Kecamatan Wonogiri, Wuryantoro dan Eromoko. Ketiga kecamatan ini dapat dibedakan menjadi dua kluster, kecamatan yang dekat dengan sekretariat KIMBis dan kecamatan yang jauh. Kedua kecamatan (Wonogiri dan Wuryantoro) ini dekat dengan lokasi KIMBis dan menjadi fokus pengembangan kelompok pengolah. Berdasarkan pengalaman yang didapat oleh pengolah, sebagian besar pengolah 70% sudah pernah mendapatkan pelatihan pengolahan (≥5) dari beberapa pelatihan yang diadakan oleh SKPD, KIMBis atau satker propinsi, dan 50% pengolah sudah pernah menjual produk yang dihasilkan. Tabel 14. Jumlah Pelatihan dan Pengalaman Menjual Produk Olahan Pelatihan yang Sudah Diikuti
Kecamatan 0
1X
Pengalaman Menjual Produk
2-3 X
4-5X
≥5X
sudah
belum
10%
20%
70%
50 %
50%
26.31%
-
Wonogiri dan
-
Wuryantoro Eromoko 15.78%
57.89%
5.26% 94.74%
Sumber: data primer diolah 2015
Sedangkan kecamatan Eromoko berada agak jauh dari sekretariat KIMBis dan merupakan lokasi perluasan pengembangan kegiatan pengolahan oleh KIMbis. Pada tabel 14 dapat dilihat bahwa sebagain besar peserta (57,89%) baru pernah 1X mendapatkan pengalaman pelatihan produk olahan dan 15,78% peserta belum pernah mendaptkan pelatihan
pengolahan.
Disisi
lain,
dari
pesrerta
yang
pernaha
mendapatkan pelatihan pengolahan,hanya 5,26% yang sudah pernah menjual produk tersebut. Permasalahan di kedua kluster juga memiliki perbedaan yang sangat tajam. Pada lokasi Eromoko, salah satu kendala pengembangan LAPORAN TEKNIS 2015
19
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
adalah masih minimnya kepemilikan alat pengolahan dan masih jarang bersentuhan dengan produk olahan yang berbahan ikan. Selain itu , modal menjadi salah satu kendala terbesar untuk melakukan kegiatan pengolahan produk berbahan ikan. Secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Identifikasi Teknologi, Keuangan, Produksi dan Pemasaran Produk Olahan identifikasi
Kecamatan
Kecamatan Wonogiri dan
Eromoko
Wuryantoro Kebutuhan teknologi pengolahan lebih spesifik
Kepemilikan teknologi olahan Teknologi pengolahan
masih terbatas Pelatihan pengolahan masih minim didapatkan
seperti spiner abon proses pembuatan abon memakan waktu cukup lama Kepemilikan freezer terbatas dan belum merata Mesin spin (Spiner) yang dimiliki masih memiliki kendala (kapasitas terbatas) Memiliki keterbatasan akan
Memiliki Keuangan
keterbatasan akan modal produksi
modal produksi Keuntungan yang didapatkan sedikit dan dirasakan tidak sebanding dengan effort (usaha) yang dilakukan
Bahan baku
Produksi
Bahan baku terkadang
terkadang mudah
mudah dan sulit, tergantung
dan sulit,
dengan ketersediaan modal
tergantung dengan Kegiatan packing tidak ketersediaan modal Produksi secara komersil masih terbatas dan baru
bermasalah, tergantung dengan ketersediaan modal Sudah melakukan produksi secara komersil, namun LAPORAN TEKNIS 2015
20
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
identifikasi
Kecamatan
Kecamatan Wonogiri dan
Eromoko
Wuryantoro
sebatas ujicoba Baru tahap ingin
rutinitas produksi tergantung dengan kebutuhan pasar
tahu Kegiatan
Produk yang dihasilkan
pemasaran belum
memiliki harga jual yang
berkembang
relatif lebih tinggi dibandingkan produk yang digoreng
Pemasaran
Hanya konsumen tertentu yang membeli (daya beli produk olahan masih rendah) Masih melekatnya Icon produk olahan diwaduk adalah ikan goreng
Sumber: data primer diolah 2015
Kendala lain yang dirasakan adalah masih adanya anggapan masyarakat bahwa mengolah ikan dengan cara digoreng lebih cepat mendapatkan keuntungan jika dibandingkan dengan membuat produk derivasi olahan yang memiliki waktu lebih lama dalam memproduksi dan lama dalam menjual. Selain itu kemampuan masing-masing kelompok olahan berbeda sehingga jika menjual produk olahan yang sama akan terjadi persaingan karena adanya perbedaan kualitas rasa dan harga dari produk yang dihasilkan, sehingga salah satu alternatif adalah membuat cluster produk olahan diantara kelompok untuk meminimalisir terjadinya persaingan produk yang dihasilkan. Pada Tabel 16 dapat dilihat biaya minimal yang dikeluarkan pengolah untuk mendapatkan produk dengan nilai jual ekonomis. Secara rata-rata biaya yang dikeluarkan diatas Rp 300.000 per setiap kali produksi, dan produk abon memiliki biaya produksi yang lebih besar yaitu Rp 500.000. Adapun jangka waktu pembuatan bisa memakan waktu 1-2 LAPORAN TEKNIS 2015
21
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
hari dan penjualan bisa membutuhkan waktu hingga 7-14 hari. Kondisi ini sangat jauh berbeda jika pengolah memproduksi ikan olahan dengan cara di goreng, dimana produk dapat dijual pada hari diproduksi dan jangka waktu penjualan hanya mencapai 2-4 hari. Tabel 16. Jenis Olahan dan Biaya Jenis Olahan
Biaya per Produksi (Rp)
Abon
500.000 300.000
Kripik
300.000
Nugget
300.000
Bakso
Sumber: data primer diolah 2015
Kegiatan packing tidak ada kendala. Teknologi pengolahan sebenarnya tidak ada masalah. Bahan baku tingkat kesulitanya sedang. Kendala utama adalah faktor permodalan. Salah satu pemecahan yang dapat dilakukan adalah mendorong produk yang dihasilkan untuk dijual keluar wilayah, dalam hal ini kegiatan pameran menjadi salah satu strategi yang dapat dilakukan. wisata
memiliki
segmentasi
potensi
penjualan
Jika dilihat
pasar
produk
yang
potensi yang ada, lokasi
cukup menjanjikan,
derivasi
olahan
agak
namun berbeda.
Pengalaman yang dilakukan oleh pengolah selama ini adalah jika menjual produk dilokasi wisata memiliki nilai jual yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan produk yang di goreng. Secara umum, harga jual abon lebih tinggi arena membutuhkan modal yang lebih banyak. Untuk produk olahan kerupuk kulit lebih cocok untuk kalangan menengah yang membeli dengan mempertimbangkan keunikan produk. Salah satu dilema pengolah adalah jika menurunkan harga maka produk yang dijual tidak mendapatkan keuntungan namun jika tetap dijual terkadang memiliki waktu penjualan yang relatif lebih lama. Permasalahan-permasalahan seperti ini yang menjadi kendala berupa keragu-raguan kelompok LAPORAN TEKNIS 2015
22
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
pengolah untuk melakukan produksi olahan secara masal karena permasalahan tersebut. Disisi lain pemerintah daerah sudah memberikan dukungan berupa pembuatan fasilitas promosi berupa show room di Dusun Sendang- Kccamatan Wonogiri untuk memasarkan produk-produk olahan yang
dihasilkan.
Dukungan
ini
memiliki
peran
strategis
untuk
memasarkan produk yang dihasilkan. Salah satu strategi pemasaran adalah
membuat
produk
yang
terstandar
baik
rasa,
komposisi,
pengemasan dan harga jual sehingga tidak mengecewakan konsumen. Selain itu perl juga dilakukan inovasi dalam kegiatan pemasaran yang mampu menuju konsumen yang berprospek dan memiliki daya beli sehingga penjualan produk akan lebih cepat. 4.6.2 Pembudidaya Pada Tabel 17 dapat dilihat bahwa sebagaian besar 50% pembudidaya sudah pernah mendapatkan pelatihan pembuatan pakan berbahan baku lokal. Namun demikian masih ada 33,33% pembudiday yang belum pernah mendapatkan pelatihan. Berdasarkan pembudidaya yang telah mendapatkan pelatihan hanya terdapat 41,66% yang sudah melakukan praktek pembuatan pakan sendiri dan 58,33% belum melakukan praktek membuat pakan ikan secara mandiri. Berdasarkan data pembudidaya yang sudah pernah melakukan praktek pembuatan pakan, hanya 2 orang pembudidaya yang sudah berproduksi secara kontinue selama 1 tahun. Tabel 17. Jumlah Pelatihan dan Pengalaman memproduksi Pakan Jumlah Pelatihan yang sudah diikuti (%) 0 33,33
1X 8,33
2-3 X 50
4-5 X -
≥5X 8,33
Sudah pernah produksi sendiri (%) sudah belum 41,66 58,33
Sumber: data primer diolah 2015
Secara umum kendala dalam pembuatan pakan buatan adalah ketersediaan bahan baku yang terkadang sulit untuk dipenuhi, bahan baku tepung ikannya tidak kontinyu, kedelai, jagung juga naik turun. Selain itu Kualitas tepung yang dihasilkan sebagai bahan pembuat pakan LAPORAN TEKNIS 2015
23
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
masih kurang lembut. Kendala lain adalah Mesin pembuatan pakan masih sederhana (mesin vertikal) dan pembuat pakan belum memiliki mixer yang berfungsi untuk mencapur adonan supaya merata. Kalaupun memiliki mixer, namun masih memiliki kendala (tidak bisa) untuk mencampur bahan yang memiliki kandungan air tinggi (basah) sehingga produk pelet yang dihasilkan memiliki bentuk/kontur yang rapuh, kurang padat (banyak rontokannya, bentuk dari peletnya masih banyak lembutan-lembutannya) sehingga dirasakan kurang maksimal. Solusi yang harus dilakukan adalah membuat perekat sebelum dicetak. Secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18.Identifikasi Teknologi, Modal, Produksi dan Pemasaran Pakan Mandiri Identifikasi
Keterangan Mesin produksi pelet pakan masih sederhana Proses pencampuran adonan pakan masih dilakukan secara manual, belum memiliki mixer bahan baku
Teknologi
Mesin pelet tidak optimal, masih ditemukan rontokan (bahan yang dihasilkan tidak padat) Harga alat tergolong mahal 6-7 juta (mesin cetak dan giling) Kepemilikan KJA Rata-rata 4,5 x 5 unit/ orang Harga bahan baku fluktuatif (naik-turun)
Modal
Biaya produksi untuk menghasilkan 100kg adalah Rp 700.000 Bahan baku pembuatan pakan (tepung ikan) yang memiliki harga baik,kurang
Produksi
kontinu (kadang ada, kadang sulit). Kualitas tepung ikan hasil gilingan kurang lembut LAPORAN TEKNIS 2015
24
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
Identifikasi
Keterangan Produk pakan yang dihasilkan tidak padat (kurang perekat) Sudah ujicoba dilapang, namun belum diuji secara laboratorium sehingga tidak mengetahui komposisi produk yang dihasilkan Kebutuhan pakan berkisar 2 ton untuk satu siklus pembesaran Harga pakan pabrikan cenderung naik, saat ini harga Rp 260.000/ sak (30kg) Harga pakan lokal Rp 250.000/ sak (30kg) Pemasaran produk pakan yang
Pemasaran
dihasilkan masih terbatas dan untuk konsumsi sendiri Belum semua SDM mampu membuat
SDM
komposisi pakan yang baik
Sumber: data primer diolah 2015
Untuk
pemasaran pakan buatan dapat
dilakukan
dengan
membuat produk yang stadar dan memiliki kualitas yang baik, permintaan pakan buatan yang berkualotas cukup tinggi maka jika memiliki produk yanng berkualitas maka akan dengan sendirinya pesanan datang. Namun, untuk mencapai tahap memproduksi pakan yang baik masih membutuhkan banyak pembelajaran yang menimbulkan biaya sebagai konsekuensinya.
Berdasarkan pengalaman pembudidaya yang sudah
menghasilkan pakan buatan dan sudah mencoba pada lahan miliknya, menunjukkan bahwa dari segi waktu pemeliharaan, kuantitas pakan lokal yang dihasilkan memiliki masa panen hampir sama dengan pakan pabrikan, dan memiliki biaya yang relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan pakan pabrik. Selain itu, penggunaan pakan buatan memiliki keungulannya berupa kematian ikan yang agak rendah.
LAPORAN TEKNIS 2015
25
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
4.6.3 Nelayan Pada tabel 19 dapat dilihat bahwa nelayan yang hadir pada saat FGD dan pernah mendapatkan pelatihan pembuatan perahu berbahan viber sebanyak 40%, dan 40 % lainnya belum pernah mendapatkan pelatihan. Sedangkan yanng sudah mendapatkan pelatihan 2X sebanyak 20%. Dari peserta pelatihan yang sudah pernah membuat produk secara mandiri sebanyak 20% dan sebagian besar lainnya 80% belum pernah membuat. Tabel 19. Jumlah Pelatihan dan Pengalaman memproduksi Perahu Viber Pengalaman Pelatihan yang Sudah Diikuti
Membuat produk sendiri
0
1X
2-3 X
4-5X
≥5X
sudah
belum
40%
40%
20%
-
-
20 %
80%
Sumber: data primer diolah 2015
Salah satu indikasi keberhasilan dari pengawalan teknologi pelatihan pembuatan perahu berbahan viber adalah terjadi perubahan paradigma nelayan dari menggunakan perahu kayu beralih menjadi penggunaan perahu berbahan fiber. Saat ini sudah terdapat beberapa nelayan yang menggunakan perahu berbahan fiber di lokasi landing base di sekitar sekretariat KIMBis. Keberhasilan yang lain adalah terdapat pengrajin perahu yang sudah berhasil membuat perahu berbahan viber dan sudah menerima pesanan, walaupun pengrajin tersebut merasa hasil yang dibuat kurang maksimal karena cetakan yang dibuat tidak sesempurna perahu buatan dari Kabupaten Pacitan. Capaian lain adalah pengrajin perahu lokal sudah mampu membuat perahu viber sebanyak 7 unit dengan perincian dari dalam kecamatan Wuryantoro sebanyak 6 unit dan dari luar kecamatan sebanyak 1 unit.
LAPORAN TEKNIS 2015
26
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
Tabel 20. Identifikasi Teknologi, SDM, Modal, Produksi dan Pemasaran Perahu Viber Identifikasi
Keterangan Perahu berbahan viber,bisa mencapai 4 tahun tidak mengalami kerusakan Perahu berbahan kayu, tiap 6 bulan sekali membutuhkan perawatan berupa
Teknologi
pengecat-an sebesar Rp 200.000 dan rehab besar senilai Rp 500.000-Rp 1.000.000 Lama pembuatan perahu viber 5 hari dan pembuatan perahu kayu 2-3 hari/unit Teknologi berasal dari Kabupaten Pacitan Sudah ada pengrajin lokal yang mampu
SDM
membuat perahu berbahan viber Nelayan sudah mampu melakukan perbaikan perahu viber sendiri Produk perahu lokal lebih tebal dan
Produksi
nyaman untuk di gunakan Produk pacitan lebih halus Bahan mahal, cetakan belum sempurna Modal operasional pengrajin perahu lokal terbatas. Harga produksi kalah bersaing dengan produk sejenis di Kabupaten Pacitan. Salah satu penyebabnya adalah
Modal
pembelian pengrajin wonogiri dilakukan secara eceran dan pembelian oleh pengrajin Pacitan dilakukan dalam jumlah besar (grosir),sehingga harga bisa ditekan. Harga lokal Rp 4.000.000/unit perahu dengan keuntungan pembuatan sebesar
LAPORAN TEKNIS 2015
27
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
Identifikasi
Keterangan Rp 200.000/unit. Sedangkan produk dari Pacitan seharga Rp 3.500.000 sudah sampai di Wonogiri Konsumen lebih memilih produk hasil Pacitan karena harga yang lebih murah
Pemasaran
Pemesanan perahu di pacitan cukup melalui komunikasi via HP, tanpa DP. Sedangkan pemesanan lokal menggunakan DP sebesar 50%
Sumber: data primer diolah 2015
Observasi dan identifikasi pada kelompok Nelayan di Kecamatan Wuryantoro (lokasi di sekretariaut KIMbis):
Pelatihan budidaya sudah diberikan. Namun, kegiatan pengembangan usaha budidaya sulit untuk dillakukan. Kendala yang dihadapi masyarakat di wilayah Wuryantoro adalah keterbatasan pasokan air untuk kegiatan budidaya, keterbatasan kemampuan dalam pembuatan sarana budidaya (kolam: terpal-permanen) dan pakan ikan.
Kegiatan pelatihan pembuatan pakan sudah diberikan, namun untuk pengembangan usaha oleh nelayan belum dapat dilakukan karena belum muncul usaha budidaya.
Kegiatan pelatihan pengolahan ikan sudah diberikan kepada kaum ibu nelayan, namun belum berkembang di wilayah Wuryantoro karena masih terkendala SDM (kemampuan dan kemauan), dan peralatan.
Kegiatan pelatihan pembuatan perahu viber sudah dilakukan. Namun sulit untuk dikembangkan karena produk yang dihasilkan kalah bersaing (mutu/kualitas dan harga) dengan produk serupa dari Kabupaten Pacitan.
Nelayan mengeluhkan minimnya hasil tangkapan dan kesulitan untuk melakukan alternatif mata pencaharian karena terbatasnya kemampuan. Selama ini yang dilakukan adalah mengerjakan usaha lainnya seperti beternak, bertani. Namun demikian, kegiatan yang dihasilkan masih
LAPORAN TEKNIS 2015
28
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
terbatas
dalam
mencukupi
kebutuhan
rumah
tangga.
Kegiatan
menangkap ikan hanya dilakukan pada pagi hari (pukul 5-9) dan sore hari menaruh jaring (pukul 15-17). Dalam hal ini nelayan masih memiliki banyak waktu luang. Pada Tabel 21 dapat dilihat sebaran penggunaan perahu viberdi Kecamatan Wuryantoro, setelah dilakukan pendampingan teknologi pembuatan perhau viber pada tahun 2012 dan 2013. Pada tahun 2012 sebelum
dilakukan
pendampingan
teknologi
belum
ditemukan
penggunaan perahu viber di kecamatan Wuryantoro. Pada tahun 2015, penggunaan perahu viber di Kecamatan Wuryantoro sudah meningkat mencapai 20% dengan perincian pada Tabel Qw. Adapun proporsi penggunaan perahu viber terbesar ada pada kelompok Minatirta. Tabel 21. Penggunaan Kapal Viber pada kecamatan Kecamatan Wuryantoro Nama Kelompok Jumlah anggota
Mina Tirta
Mina
Tirta
Nila
Mina
Total
Sari
Jaya
manungggal
Sari
Tirta
30
26
32
26
55
169
7
1
4
3
20
35
Jumlah perahu viber (unit) Sumber: data primer diolah 2015
Hasil observasi pada kegiatan eks-KIMBis Kabupaten Wonogiri dilakukan kepada kelompok yang pernah tersentuh dengan kegiatan KIMBis, meliputi unsur nelayan, pengolah, pembudidaya dan pemasar. Secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 22) :
LAPORAN TEKNIS 2015
29
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
Tabel 22. Identifikasi dan Observasi sebelum dan sesudah KIMBis No
1
Isu Tingginya
Kondisi
Sentuhan
Awal
KIMBis
Seluruh
Pengawalan
Capaian Tahun 2013
Kendala Biaya operasional
biaya
perahu
teknologi
dan 2014
pembuatan
pembuata
nelayan
pembuatan
Sudah ada
perahu oleh
n perahu
terbuat
perahu dan
masyarakat
kelompok lebih
nelayan.
dari kayu
cetakan
pengrajin
tinggi jika
Semakin
perahu
perahu yang
dibandingkan
Sulit
berbahan
mampu
dengan memesan
mencari
viber. Sudah
membuat
perahu viber.
kayu
dilakukan
dan
Usaha viber
berkualita
selama 2 kali
mengerjakan
Pacitan mampu
s untuk
(tahun 2012
pesanan
mendapatkan
membuat
dan 2013) di
perahu viber
akses pembelian
perahu
Kecamatan
dari nelayan
bahan dengan
Wuryantoro
sekitar
harga yang lebih
dan
murah (asumsi:
Nguntoronadi
karena membeli dalam jumlah banyak). Harga jual di lokasi (4jtan), harga pesanan (3,5jtan) sdh diantar sampai ke lokasi.
2
Diversifika Produk
Sentuhan iptek Ada tiga
Visi kelompok
si produk
masyarak
pengolahan
kelompok
pengolah terkait
olahan
at
produk
yang sudah
derivasi produk
pengolah
perikanan
dilatih
olahan belum
sebatas
sudah
diversifikasi
terlihat jelas
digoreng,
dilakukan oleh
produk
(masih
dibakar,
berbagai pihak
olahan
mengandalkan
LAPORAN TEKNIS 2015
30
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
No
Isu
Kondisi
Sentuhan
Awal
KIMBis
dikukus.
Capaian
Kendala
termasuk
berbahan
penjualan ikan
bantuan
ikan. Saat ini
olahan goreng)
pemberian alat
terdapat 1
produksi.
orang
sepenuhnya
Instansi yang
anggota
menerima hasil
terlibat:
kelompok
produk olahan
BBP4B,
(pengurus
(selera, rasa dan
DinasNakperla,
KIMBis) yang
harga)
Dinas Propinsi,
terlihat
Balitbang KP
mengungguli
olahan yanng
dan KIMBis
kemampuan
dihasilkan belum
sudah pernah
masyarakat
standar (rasa,
memberikan
pengolah
dan bentuk)
sentuhan
lainnya dan
manajemen
sudah
pengolah yang
pengelolaan
berproduksi
menjalankan
usaha
secara
usaha secara
serius.
konsisten
Pasar lokal belum
Kualitas produk
Baru satu
Pemasaran produk olahan masih terkendala Sebagaian besar kelompok belum melakukan produksi secara rutin 3
Pakan Lokal
Pembudi
KIMBIs, SKPD Sudah ada
Beberapa
daya
daerah, BP3
sebagian
pembudidaya
terkendal
Tegal sudah
kecil
dapat melakukan
a dengan
melakukan
masyarakat
pembuatan pakan
mahalnya
sentuhan
yang
secara mandiri
LAPORAN TEKNIS 2015
31
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
No
Isu
Kondisi
Sentuhan
Awal
KIMBis
Capaian
Kendala
biaya
teknologi dan
memproduksi
(sendiri) untuk
pakan
kelembagaan
pakal lokal
digunakan pada
pabrikan
dalam
untuk
kolam/KJA milik
membuat
kegiatan
sendiri
pakan
budidaya
Produksi
berbahan baku
(kapasitas)
lokal
pembuatan pakan masih terbatas Kegiatan pembuatan pakan dilakukan sesuai kebutuhan dan belum dipasarkan kepada pembudidaya lainnya Kualitas produk yang dihasilkan belum teruji secara laboratorium Produk yang dihasilkan dapat menekan biaya pakan Pembudidaya masih terkendala dengan mesin pembuat pakan (kapasitas produksinya kecil)
LAPORAN TEKNIS 2015
32
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
No
Isu
Kondisi
Sentuhan
Awal
KIMBis
Capaian
Kendala dan semi manual
4
Perlunya
Kegiatan
Pendampingan PEMDA
Kelompok
promosi
promosi
promosi dan
memfasilitasi
pengolah
produk
produk
pemasaran
dalam
menghasilkan
olahan
derivasi
pembuatan
produk olahan
ikan
olahan
rumah pamer
yang cenderung
ikan
(show room)
sama, sehingga
hanya
tahun 2015
secara tidak
dilakukan
awal
langsung terjadi
secara
persaingan
efektif
diantara
pada saat
kelompok
mengikuti
Kualitas produksi
kegiatan
yang dihasikan
pameran
berbeda, sehingga kelompok yang baru berproduksi kalah bersaing secara harga
Sumber: data primer diolah 2015
4.7 Identifikasi Alternatif Pemecahan Masalah Dari permasalahan-permasalahan yang ada, diperlukan suatu upaya tepat untuk meminimalisir dampak dari implementasi kebijakan. Pemecahan permasalahan dilakukan dengan melibatkan Klinik Iptek Mina Bisnis (KIMBis) yaitu kelembagaan yang berfungsi sebagai kelembagaan inovasi dan penyampai teknologi KP dan sebagai lembaga bisnis. Kegiatan yang dilakukan berupa mediasi dengan pengambil kebijakan, sumber teknologi atau sumber bisnis.
Kegiatan yang bertujuan untuk LAPORAN TEKNIS 2015
33
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
memecahkan permasalahan yang ada dengan sumberdaya yang ada ataupun melibatkan sumberdaya lainnya.
Pola yang dapat dilakukan
diantaranya adalah pendampingan teknologi, bimbingan teknis, pelatihan dan studi banding. 4.7.1 Nelayan Membuat mata pencaharian alternatif produktif bagi nelayan yang dapat mendukung kegiatan ekonomi rumah tangga, mengingat masih adanya waktu luang yang dimiliki nelayan setelah melakukan kegiatan penangkapan. Selain itu, meningkatkan pemahaman dikalangan nelayan akan pentingnya kelestarian waduk dengan cara menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan dan menimbulkan kesadaran di kalangan nelayan untuk mennjaga kelestarian dengan melakukan penebaran benih secara reguler dengan melibatkan nelayan yang masih menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. 4.7.2 Budidaya Pada kegiatan budidaya, mengarahkan menggunakan pakan berbahan baku lokal yang berkualitas guna menekan biaya produksi. Pakan berbahan baku lokal tersebut dibuat secara standar pada setiap produksinya, kualitasnya sudah diuji secara laboratorium dampak penggunaannya kepada ikan. Kegiatan pembuatan pakan buatan dapat dilakukan secara masal dengan melibatkan kelompok-kelompok yang ingin menggunakan bahan baku lokal tersebut. Pembuatan bahan baku secara masal yang sudah terstandar kualitasnya dapat menekan biaya produksi
sehingga
pembudidaya.
diharapkan
Selain
itu
perlu
mampu
meningkatkan
dilakukan
peningkatan
keuntungan kapasitas
pembudidaya dalam memberikan cara pakan/pola pakan terhadap ikan. 4.7.3 Pengolah Pada kegiatan pengolah, strategi yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan kelompok pengolah tersebut. Pada kelompok pengolah yang baru, kegiatan peningkatan kapasitas produksi lebih ditingkatkan dengan pelibatkan anggota secara aktif. Pola pelatihan dibuat lebih kreatif guna meningkatkan daya serap peserta pelatihan. LAPORAN TEKNIS 2015
34
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
Racikan bumbu, rasa dan produk yang standar menjadi salah satu point terpenting dalam menghasilkan produk olahan. Alangkah kurang tepat, jika rasa suatu produk masih mengalami perubahan rasa dan komposisi yang membuat konsumen menjadi kecewa. Stategi packing produk olahan juga menjadi salah satu strategi penting. Pemilihan packing produk yang baik, bagus dan terjangkau menjadi salah satu strategi penjualan yang dapat dilakukan untuk dapat menarik minat konsumen. Bagi kelompok pengolah yang sudah maju, pemasaran menjadi salah satu fokus strategi yang dilakukan. Strategi pemasaran dilakukan disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi di lokasi. Strategi pemasaran melalui jalur biasa (dor to dor) tetap dapat dilakukan, namun pola penjualan yang memanfaatkan keberadaan toko oleh-oleh juga tidak boleh dilupakan. Pola penawaran bisa menggunakan sistem titip barang atau memberikan potongan harga yang besar jika melakukan pembayaran produk secara tunai. Pola kemitraan dan bapak asuh juga bisa digunakan sebagai salah satu strategi alternatif pemasaran. Pola pemasaran lain yang perlu untuk dicoba adalah memasarkan produk menggunakan sarana internet yang mampu menjangkau lapisan yang lebih luas dan mencapai beberapa daerah. Harga yang bersaing, produk yang terstandar dan berkualitas menjadi salah satu faktor yang perlu diperhatikan. Studi banding ke lokasi yang sudah maju dalam kegiatan budidaya, pengolah atau penangkapan menjadi salah satu alternatif yang efektif guna meningkatkan wawasan masyarakat. Sehingga masyarakat mampu
berfikir
besar
untuk
membangun
perikanan
dengan
membandingkan lokasi lainnya yang sudah berhasil. Pada tahun 2015, telah dilakukan beberapa kegiatan aksi dalam rangka
meningkatkan
peran
kooperator
pengelola
KIMBis
agar
bertambah pengetahuannya. Kegiatan yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 23 dibawah ini.
LAPORAN TEKNIS 2015
35
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
Tabel 23. Kegiatan aksi yang dilakukan: no
Kegiatan
Keterangan
1
Identifikasi dan FGD
Identifikasi dan FGD dilakukan pada kelompok
pada kelompok
pengolah
pengolah di Kecamatan
Wuryantoro,
Wonogiri, Wuryantoro,
mendapatkan informasi yang komprehensif
dan Eromoko
terkait
di
Kecamatan dan
Wonogiri,
Eromoko
perkembangan,
untuk
permasalahan
pengolahan sekaligus memberikan masukan terhadap permasalahan yang masih ditemui 2
Identifikasi dan FGD
Identifikasi dan FGD dilakukan pada kelompok
pada kelompok
pembudidaya di Kecamatan Wonogiri, untuk
pembudidaya di
mendapatkan informasi yang komprehensif
Kecamatan Wonogiri
terkait
perkembangan,
permasalahan
budidaya khususnya pakan buatan berbahan baku lokal. 3
Identifikasi dan FGD
Identifikasi dan FGD dilakukan pada kelompok
pada Kelompok
Nelayan di Kecamatan Wuryantoro, untuk
Nelayan di Kecamatan
mendapatkan informasi yang komprehensif
Wuryantoro
terkait perkembangan, pembuatan perahu berbahan viber.
4
Peningkataan peran
Kegiatan dilakukan dalam rangka peningkatan
kooperator melalui studi
peran kooperator terkait dengan manajemen
Banding pada koperasi
pengelolaan
Perikanan “Langgen
mampu menyelenggarakan kegiatan lelang
Sari” dan Kelompok
ikan
pengolah ikan lapan
mempelajari
(MitraKIMBis Subang)
pengolahan ikan lapan yang merupakan mitra
di Kabupaten Subang
KIMBis dan produk yang dihasilkan sudah
air
koperasi
tawar
langgen
secara
kegiatan
rutin.
sari
yang
Selain
pemasaran
itu dan
dan Kelompok pengolah menjadi makanan khas oleh-oleh Kabupaten Subang wilayah pesisir. 5
Peningkataan peran
Kegiatan dilakukan dalam rangka peningkatan
kooperator melalui Sudi
peran
Banding pada
pemeliharaan
kooperator ikan
terkait
dengan
budidaya
terpal
LAPORAN TEKNIS 2015
pola dan
36
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
no
Kegiatan
Keterangan
Kelompok pengolah,
pemasaran produk olahan tahu tuna. Tahu
dan budidaya (mitra
tuna saat ini sudah menjadi oleh-oleh khas
KIMBis Pacitan)
Pacitan.
LAPORAN TEKNIS 2015
37
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
BAB V. MODEL PENGEMBANGAN EKONOMI KAWASAN BERBASIS TEKNOLOGI ADAPTIF LOKASI BERBASIS PERAIRAN UMUM DARATAN PADA TIPOLOGI WADUK
5.1 Latar belakang Sumberdaya
Perikanan
Perairan
Umum
Daratan
(PUD)
merupakan sumberdaya yang bersifat unik, tersebar dan mempunyai keterkaitan konektivitas dan integritas ekosistem yang kuat dan berperan besar terhadap penghidupan masyarakat (kecil) yang bermukim di sekitar sumberdaya perikanan di perairan tersebut. Ada 4 tipologi perikanan PUD yang dikenal, yakni: waduk, danau, sungai dan rawa banjiran.
Pada
penyusunan model pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif
lokasi
Perairan
umum
daratan
difokuskan
pada
tipologi
sumberdaya perikanan perairan waduk dengan lokasi contoh Waduk Gajah Mungkur (Wonogiri) di Kabupaten Wonogiri. Waduk Gajah Mungkur berada di Pulau Jawa. Waduk ini terletak 3 km di selatan Kota kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Waduk Gajah Mungkur Wonogiri dibangun dengan membendung 7 sungai meliputi wilayah: Keduang, Wiroko, Temon, Alang, Solo Hulu, Unggahan dan Wuryantoro. Waduk Wonogiri memiliki keunikan yaitu Ikan patin yang ditebar dapat memijah secara alami di daerah hulu waduk, terutama di sungai Keduwang bagian hilir yang masuk waduk dan muara Sungai Tirtomoyo (Wiroko). Keberhasilan pemijahan ikan patin siam secara alami di perairan waduk ini merupakan kasus yang pertama terjadi di perairan umum Indonesia sejak ikan patin tersebut diintroduksikan pada tahun 1976 sebagai ikan budidaya. Introduksi ikan patin di Waduk Wonogiri telah berdampak positif terhadap hasil tangkapan nelayan. Pada tahun 2014, perkembangan jumlah kelompok meningkat dari tahun sebelumnya. Keberadaan kelompok nelayan tangkap tersebar di 7 (tujuh) kecamatan selingkar waduk Gajah Mungkur dengan jumlah kelompok terbesar terdapat di Kecamatan Baturetno (14 kelompok) dan Kecamatan Wonogiri (14 kelompok), dan jumlah anggota kelompok terbanyak terdapat di Kecamatan Baturetno (545 orang). Kelompok LAPORAN TEKNIS 2015
38
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
budidaya terfokus di kecamatan Wonogiri (7 kelompok) dan kelompok pengolah sebanyak 6 Kelompok.
Gambar 2. Proses Rancang Bangun model ‘PEK’ berbasis ‘TAL’
Model PEK berbasis TAL disepakati berupa rancang bangun kelembagaan untuk pengembangan kapasitas pelaku usaha perikanan berdasarkan pada sistem inovasi IPTEK dan sistem bisnis perikanan berbasis riset aksi yang dibangun berdasarkan sistem input-proses-output dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar pengembangan kawasan, yakni: kebutuhan, efektifitas, efisiensi, fleksibilitas, manfaat, pemerataan dan keberlanjutan (gambar 2). Beberapa prinsip dasar dalam membangun kelembagaan adalah 1) Prinsip Kebutuhan. Kelembagaan yang dibangun dibutuhkan secara fungsional; keberadaannya tidak dipaksakan, jika fungsi-fungsi yang dibutuhkan telah tersedia. 2) Prinsip Efektifitas.
Kelembagaan hanya
sebagai alat/media dan bukan tujuan; subsistem atau elemen yang dikembangkan adalah efektif untuk mencapai tujuan. 3) Prinsip Efisiensi. Penumbuhan subsistem atau elemen harus yang paling murah, sederhana dan mudah tetapi mampu mendukung pencapaian tujuan. 4) Prinsip Fleksibilitas. Kelembagaan yang dibangun sesuai dengan SDM yang tersedia dan budaya setempat. 5) Prinsip Manfaat. Kelembagaan yang dibangun mampu memberikan manfaat paling besar bagi pelaku usaha perikanan dan masyarakat setempat. 6) Prinsip Pemerataan. Kelembagaan yang dibangun mampu memberikan manfaat secara LAPORAN TEKNIS 2015
39
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
proporsional kepada setiap pelaku usaha. 7) Prinsip Keberlanjutan. Kelembagaan yang dibangun mampu berlanjut meskipun ‘project’ telah berakhir. Selain prinsip-prinsip tersebut, unsur terpenting dan dipandang sebagai syarat keharusan dalam membangun kelembagaan adalah kepercayaan (trust) sedangkan unsur lainnya adalah: partisipasi, saling bertukar (resiprocity), norma sosial (social norm) dan tindakan pro aktif.
5.2 Sumber Daya Masyarakat Perikanan Pada Tabel 23 terlihat bahwa tingkat pendidikan dari nelayan, pengolah dan pembudidaya di Kabupaten Wonogiri bervariasi. Namun secara umum, mayoritas tingkat pendidikan nelayan pengolah dan pembudidaya berada pada level tingkat SLTA, yaitu 7,97%; 49,23% dan 39,29%. Hal ini menunjukkan bahwa kepedulian akan tingkat pendidikan masih sangat tinggi. Untuk status tidak sekolah masih dijumpai pada mata pekerjaan sebagai nelayan
sebesar
13,92%. Tingkat
pendidikan
mayoritas kedua pada nelayan berada pada tingkat SMP (31,65%) demikian dengan pengolah yaitu tingkat SMP (27,69%), sedangkan pada pembudidaya mayoritas tingkat pendidikan kedua adalah SD (17,86%). Pada lokasi wonogiri, ada pula nelayan yang memiliki tingkat pendidikan mencapai jenjang D3 dan sarjana (S1). Tabel. 23.Tingkat Pendidikan Nelayan, Pengolah dan Pembudidaya Uraian
Nelayan
Pengolah Pembudidaya
Tidak sekolah
13.92
SD
12.66
12.31
17,86
SMP
31.65
27.69
14,29
SLTA
37.97
49.23
39,29
D3
1.27
3.08
7,14
S1
2.53
7.69
21,43
Sumber: data primer diolah 2015 Pada tabel 24 dapat dilihat bahwa mayoritas nelayan, pengolah dan pembudidaya berada pada
selang umur 30-50 dengan masing-
masing proporsi 68,35%; 69,23% dan 64,29%. Kondisi ini menunjukkan
LAPORAN TEKNIS 2015
40
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
bahwa SDM pada ketiga tipolog tersebut ada pada masa produktif. Pada pekerjaan nelayan, selang umur <30 tahun menyerap banyak tenaga kerja sebesar 20,25%, pengolah 12,31% dan pada pembudidaya hanya 7,14 %. Tabel 24. Selang Umur Nelayan, Pengolah dan Pembudidaya Nelayan Pengolah Pembudidaya <30
20.25
12.31
7,14
30-50
68.35
69.23
64,29
>50
11.39
18.46
28,57
Sumber: data diolah 2015
5.3 Sumberdaya Perikanan Kegiatan penangkapan ikan di Waduk Gajah Mungkur telah tersebar hampir di seluruh wilayah waduk. Alat tangkap yang digunakan jaring, jala, pancing, bubu ‘icir’ (alat penangkap udang) dan disebagian tempat masih ditemukan alat tangkap branjang. Kegiatan penangkapan dilakukan menggunakan perahu dengan mesin tempel (5 PK) dan perahu tanpa mesin. Ukuran perahu rata-rata panjang 5-6 meter dengan lebar 0,85 m dan kedalamannya antara 0,30-0,50 m dan bahan dasarnya ada kayu dan sebagian berbahan viber. Pada tahun 2014 mencapai 2.237,970 ton dengan alat tangkap yang digunakan sebagian besar adalah jaring. Jumlah fasilitas TPI (Tempat Pendaratan Ikan) terbanyak terdapat di Kecamatan Wuryantoro sebanyak 5 unit yang tersebar di Desa Gumiwang (3unit), Wuryantoro (1unit) dan Sumberejo (1unit). Di Kecamatan Baturetno juga terdapat 5 unit TPI, yaitu di desa Boto (2unit), Talunombo (1unit), Gambiranom (1unit) dan Glesungrejo (1unit). Kecamatan Wonogiri dan Nguntoronadi, masing-masing memiliki dua unit TPI dan Kecamatan Eromoko (1 unit). Lokasi Los penjualan ikan, tersebar di Kecamatan Baturetno, Wuryantoro, Eromoko, Jatisrono dan Wonogiri masing-masing satu unit. Sedangkan dermaga perikanan terdapat di Kecamatan Wonogiri dan Nguntoronadi.
LAPORAN TEKNIS 2015
41
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
Pembuatan produk ikan olahan telah dilakukan masyarakat di sekitar
perairan
waduk
(terutama
di
kecamatan
Wonogiri
dan
wuryantoro); sudah ada masyarakat yang mampu mengolah ikan dalam bentuk derivasi produk, namun masih banyak masyarakat yang mengolah secara sederhana, yaitu di goreng, di bakar ataupun di pepes. Ikan Goreng dan ikan Bakar merupakan pilihan favorit oleh masyarakat dalam melakukan pengolahan ikan. Walaupun teknologi yang digunakan termasuk sederhana namun dirasakan lebih menguntungkan oleh masyarakat
sehingga
lebih
memilih
penggunaan
teknologi
ini.
Penanganan ikan segar masih dilakukan dengan cara-cara sederhana dan belum menggunakan system rantai dingin yang ketat.
Teknologi
pengesan dilakukan khusus untuk penanganan pengiriman keluar kota atau penyimpanan ikan untuk sementara. Kabupaten Wonogiri memiliki potensi dikembangkannya kegiatan budidaya perikanan. Kegiatan budidaya yang dilakukan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu: budidaya keramba jaring apung (KJA), dan budidaya kolam (permanen, tanah dan terpal). Kegiatan budidaya KJA dilakukan oleh masyarakat yang berdomisili di dekat waduk sedangkan budidaya kolam dilakukan di wilayah yang berjauhan dengan waduk. Salah satu alasan budidaya KJA dilakukan oleh masyarakat yang dekat dengan waduk adalah memudahkan dalam kegiatan perawatan, pengontrolan dan pemberian pakan. Kegiatan budidaya KJA terpusat pada Kecamatan Wonogiri. Kegiatan perikanan budidaya memiliki fungsi sebagai salah satu sumber mata pencaharian yang dilakukan oleh penduduk di sekitar waduk. Namun demikian, tidak semua masyarakat yang tinggal di sekitar waduk menekuni kegiatan budidaya. Hal ini dikarenakan terdapat kendala bagi masyarakat dalam hal budidaya yaitu terkait dengan kemampuan pengetahuan, keberanian berusaha dan kebutuhan modal. Kepemilikan keramba milik masyarakat di Waduk Gajah Mungkur tidak sama dengan kepemilikan KJA oleh PT.Aquafarm. Berdasarkan data dinasNakperla (2014), jumlah KJA yang dimiliki oleh PT sebanyak 240 unit (15,69%) dan masyarakat 743 unit (63,23%). Jika dilihat berdasarkan luasan lahan, kepemilikan lahan PT sebanyak (39,49%) jika LAPORAN TEKNIS 2015
42
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
dibandingkan dengan jumlah KJA secara keseluruhan dan kepemilikan KJA oleh masyarakat 60,51%. Walaupun demikian, perbandingan jumlah KJA dengan luasan lahan yang dimiliki oleh PT yaitu 72 m² dan yang dimiliki oleh masyarakat 20 m². Budidaya ikan dalam KJA juga dilakukan oleh masyarakat dengan skala usaha relatif kecil 1-4 unit, per unit terdiri dari 4 kantong/lubang jaring berukuran panjang dan lebar (5x 5m- 7m) dengan kedalaman 2-3 m.
5.4 Dukungan Pemerintah Daerah Lembaga yang dibentuk bukanlah pesaing yang sudah ada melainkan sebagai perekat dan diharapkan mampu mempercepat akselerasi pembangunan. Lembaga tersebut harus mampu melakukan sinkronisasi dan harmonisasi kebijakan pembangunan perikanan di lokasi. KIMBis Pamisaya Mina Kabupaten Wonogiri dibentuk secara resmi pada 19 Maret 2012 dengan lokasi sekretariat pada TPI Kelompok Mina Tirta di Kelurahan Wuryantoro, Kecamatan Wuryantoro. Secara umum, KIMBis Pamisaya Mina Wonogiri mulai berfungsi sebagai wadah pemberdayaan masyarakat, antara lain yaitu sebagai tempat berhimpun dan berdiskusi, berbagi informasi, pemenuhan aspirasi antara masyarakat nelayan, pengolah dan pembudidaya dinas dan Balitbang KP. Sejak terbentuknya,
KIMBis
Pamisaya
Mina
Kabupaten Wonogiri
telah
melakukan penandatanganan MoU (Nomor24/2012), PKS (Nomor: 523/953/2012
dan
11.1/BALITBANGKP/
BBPSEKP/KS.200/VV/2012
2002). Salah satu dampak positif dari ditandatanganinya MoU antara Balitbang KP dengan PEMDA Wonogiri dan PKS antar DinasNakPerla dan BBPSEKP adalah legalitas formal kegiatan. Adanya
legalitas
tersebut
memudahkan
PEMDA
untuk
memberikan dukungan secara langsung dalam bentuk pengajuan anggaran pendamping KIMBis.
Dukungan PEMDA pada kegiatan
kegiatan tahun 2012 sebesar tiga puluh juta, tahun 2013 sebesar lima puluh juta dan pembangunan sekretariat. Pada tahun 2014, dukungan PEMDA terhadap kegiatan KIMBis sebesar lima puluh juta rupiah dan pembangunan show room produk olahan perikanan. Kelompok usaha pengolahan sudah memiliki PIRT. Salahsatu manfaat keberadaan PIRT LAPORAN TEKNIS 2015
43
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
yang dirasakan oleh pengolah adalah meningkatnya permintaan dari produk olahan yang telah dibuat. Adalah keberadaan PIRT produk olahan berbahan ikan mendongkrak pesanan terhadap produk yang dihasilkan. Disisi lain, usaha pembuatan perahu fiber juga sudah mulai menerima pesanan dari nelayan. Tujuan KIMBis adalah mewujudkan tumbuh dan berkembangnya kelembagaan yang mampu memberdayakan masyarakat kelautan dan perikanan dalam mengembangkan perekonomiannya berdasarkan solusi permasalahan lokal dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK)
kelautan
dan
perikanan.
Secara
khusus,
kehadirannya diharapkan mampu: (1) menyebarkan teknologi hasil penelitian dan pengembangan kelautan dan perikanan pada masyarakat berbasis pada potensi sumber daya yang dimiliki, dan; (2) menumbuhkan kemandirian ekonomi masyarakat melalui kegiatan pemberdayaan.
5.5 Perkembangan Kegiatan Pada tahun 19 Maret 2012, KIMBis terbentuk secara partisipatif sebagai perekat kelembagaan yang sudah ada.
Partisipasi PEMDA
sangat positif dengan terbiitnya MoU dan PKS serta alokasi dana untuk mendukung kegiatan KIMBis. Kegiatan diinisiasi secara partisipatif aktif. Pada tahun 2013, KIMBis sebagai lembaga dan pusat kegiatan pembangunan ekonomi kawasan berbasis potensi sumberdaya yang ada menjawab permasalahan lokal. Implementasi kegiatan dirancang untuk penguatan kapasitas SDM dan kelompok sasaran, membangun dan memfungsikan jaringan kerja dalam rangka peningkatan perekonomian masyarakat, memperluas cakupan wilayah kerja dari sekitar ‘desakecamatan’ menjadi ‘selingkar danau’. Kelembagaan difungsikan sebagai penyebar teknologi hasil introduksi IPTEKMAS dan mendapatkan umpan balik. Pada tahun 2014, Kelembagaan diarahkan sebagai fasilitator bisnis masyarakat dan sebagai pelopor inkubator bisnis berbasis IPTEK. Kelembagaan di arahkan untuk (a) pengembangan kelembagaan KIMBis; (b) Pengembangan usaha/bisnis berbasis potensi perikanan, dan; (c) pengembangan jaringan usaha/bisnos.
PEMDA membangun ‘show
LAPORAN TEKNIS 2015
44
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
room’ untuk memasarkan produk yang dihasilkan. Inkubasi bisnis telah terbentuk dan perluasan jaringan produksi serta pemasaran telah terjadi. 5.6 Evaluasi Ketersediaan IPTEK Jenis ikan yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat adalah nila, patin dan lele. Untuk ketersediaan bibit sudah tidak menjadi masalah bagi pembudidaya. Sebagian benih didapat dari dalam wonogiri dan sebagian lainnya di pasok dari luar wonogiri, tergantung degan preferensi pembudidaya (harga dan kualitas benih).
Biaya terbesar yang
dikeluarkan pada kegiatan budidaya adalah biaya pakan. Untuk mensiasati tingginya biaya operasional terkait pakan, pembudidaya harus mampu bertindak dan berfikir wirausaha dalam melakukan kegiatan budidaya, terutama dalam membuat pakan.
Dalam hal ini harus ada
keberanian dan kebersamaan dalam membuat pakan buatan diantara pembudidaya. Jika pembudidaya membuat pakan sendiri, maka akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Namun jika pembudidaya berkumpul dalam sebuah tujuan yang sama, maka proses pembuatan pakan dapat dibuat secara kolektif dan tidak semua pembudidaya ikut membuat melainkan menggunakan sistem giliran. Jika membuat pakan secara kolektif, maka biaya produksi akan dapat ditekan karena membuat dalam jumlah banyak dengan asumsi mendapat harga bahan-bahan yang lebih murah. Kegiatan penangkapan tersebar hampir merata di 7 kecamatan di selingkar waduk dengan pola penangkapan, alat tangkap dan pola penjualan yang hampir sama. Setidaknya terdapat > 1000 orang yang terlibat secara aktif malakukan kegiatan penangkapan di waduk. Banyaknya masyarakat dan kelompok yang terlibat pada kegiatan perikanan dan tersebar di selingkar waduk memberikan tantangan tersendiri dalam hal pengelolaannya. Secara umum masyarakat sudah mengetahui
penggunaan
alat
tangkap
yang
ramah
lingkungan
(penggunaan mata jaring <2”), namun dibeberapa titik masih ditemui penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan (branjang). Produk olehan yang dihasilkan tidak hanya sekedar produk olahan tradisional berupa produk yang digoreng dan dibakar, namun pengolah LAPORAN TEKNIS 2015
45
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
sudah mampu membuat produk olahan lainnya seperti: bakso ikan, nugget ikan, kerupuk ikan, keripik ikan, kaki naga. Kepemilikan aset pengolah sudah dimiliki hampir merata disetiap kelompok, dan produk yang dihasilkan sudah memiliki PIRT. Namun demikian produk derivasi olahan ikan yang dihasilkan masih kalah bersaing jika dibandingkan dengan omzet penjualan yang dihasilkan dengan produk olahan yang digoreng. Sehingga sebagai sebuah pilihan yang realistis, pengolah tetap memproduksi produk olahan tradisional dan mambuat produk derivasi pada saat tertentu yang dirasa akan lebih menguntungkan, seperti pada saat menjelang liburan atau hari libur. 5.7 Implementasi Kebutuhan IPTEK Metoda
transfer
IPTEK
yang
dilakukan
melalui
proses
penyampaian secara langsung kepada masyarakat. Pada proses tersebut, pengguna teknologi juga bisa untuk memberikan mendapatkan umpan balik kepada penyampai teknologi guna menyempurnakan teknologi yang disampaikan. Pada Gambar 1 terlihat peran Balitbang KP dalam memberikan sentuhan kebijakan dan program untuk dapat membantu pemulihan stok sumberdaya patin di Waduk Gajah Mungkur dengan
pendekatan teknologi
dan masyarakat.
Kegiatan-kegiatan
tersebut diakomodasi oleh Badan Penelitian Pengembangan Kelautan Perikanan melalui program IPTEKMAS (Ilmu Pengetahuan Teknologi untuk Masyarakat). Hal ini dilakukan untuk melibatkan masyarakat dalam kegiatan peningkatan kapasitas sehingga pada akhirnya masyarakat dapat mengadopsi teknologi yang telah diintroduksikan dan dapat menyebarkan kepada masyarakat yang lain. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk mendukung kegiatan pemulihan stok sumberdaya patin diantaranya: meningkatkan jumlah benih yang disebar (CBF) di waduk,
meningkatkan
kesadaran
masyarakat
tentang
pentingnya
menjaga kelangsungan sumberdaya, pengolahan produk dan derivasi produk olahan ikan dan pembentukan kelembagaan yang berfungsi untyuk mengakselerasi program pemberdayaan masyarakat perikanan. Berikut adalah kegiatan IPTEKMAS yang dilakukan untuk mendukung kegiatan perikanan di Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri. LAPORAN TEKNIS 2015
46
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
Teknologi pembenihan patin masih bersifat eksklusif dan hanya mampu dilakukan oleh pembudidaya yang sudah terlatih. Penguasaan teknologi oleh masyarakat awal dan pembudidaya yang belum terlatih membutuhkan waktu pembelajaran tersendiri. Salah satu dampak positif dari penguasaan Balai Benih Ikan Manyaran pada kegiatan pembenihan patin adalah, mulai adanya pemesanan dari masyarakat sekitar akan benih ikan patin. Kondisi ini memberikan effek pengganda berupa munculnya pemasar-pemasar benih patin dan munculnya KJA/kolam dengan jenis komoditi ikan patin.
Terkait dengan limbah, jumlah
kematian benih ikan yang dihasilkan belum memberikan dampak yang mengkhawatirkan terhadap keberadaan limbah yang dihasilkan. Jumlah benih ikan yang masti masih dalam tahap kewajaran. Introduksi Patin di Waduk Gajah Mungkur Tahun 90’an
Restocking benih patin_kendala kekurangan benih dan teknologi pembenihan
Solusi: Iptekmas P4B_ Penyediaan Benih Patin untuk mendukung CBF di Waduk Gajah Mungkur (Wonogiri, Jateng)
Patin mampu memijah secara alami
Patin menjadi tangkapan utama nelayan di Waduk Gajah Mungkur
Patin tidak menjadi tangkapan utama nelayan Kegiatan Pengembangan Kawasan Waduk
Jenis olahan ikan oleh masyarakat masih terbatas Solusi: Iptekmas B2P4B_ Pengembangan produk olahan berbahan ikan dan pemberian alat pengolahan Mungkur (Wonogiri, Jateng)
Pada Akhir tahun 2011-2012 awal, terjadi penangkapan patin secara besarbesaran
Stok indukan patin menurun 90%
Masyarakat masih belum memahami pengelolaan waduk Kelembagaan Masyarakat belum berjalan optimal
Solusi: Iptekmas Sosek_ Pengembangan masyarakat melalui Klinik Iptek Mina Bisnis
Solusi: Iptekmas P4KSI_ Zonasi/Tataruang Waduk Gajahmungkur untuk perikanan dan penggunaan alat tangkap ramah Lingkungan
Naskah akademis bahan perda Zonasi Waduk
Gambar 2. Implementasi IPTEK LAPORAN TEKNIS 2015
47
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
Teknologi yang diintroduksikan pada kegiatan pengolahan di dasarkan pada produk olahan ikan di Waduk Gajah Mungkur hanya sebatas digoreng dan di bakar. Teknologi pengolahan yang disampaikan adalah panganan berbahan ikan, diantaranya kerupuk ikan, kerupuk kulit ikan, nugget ikan, mie ikan, kerupuk tulang ikan, tik-tik tulang ikan, bakso ikan, abon ikan dan amplang ikan. Teknologi pengolahan ikan ini memanfaatkan seluruh bagian ikan menjadi produk yang bernilai tinggi. Ikan dimanfaatkan seluruh bagiannya dari kulit, tulang, hingga daging sehingga prinsip minimum limbah bisa dilaksanakan. Teknologi yang diperkenalkan tergolong adaptif untuk dilakukan oleh masyarakat pengolah, setelah mengikuti kegiatan peningkatan kapasitas, kelompok pengolah
mampu
mempraktekkannya,
yang
membedakan
adalah
citarasa yang dihasilkan oleh masing-masing pengolah. Selain memberikan pelatihan, kelompok pengolah tersebut juga dibekali satu paket peralatan pendukung kegiatan pengolahan yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing kelompok. Ada kelompok yang difokuskan dengan alat bantuan pembuatan abon, dan ada kelompok yang difokuskan pada alat pembuat presto ikan. Efek pengganda yang didapat dari kegiatan pengolahan adalah munculnya usaha baru atau berkembangnya usaha pengolahan yang sudah ada dengan maraknya jenis produk olahan baru. Jika terus berjalan, kondisi ini sangat diharapkan oleh pengolah sehingga dapat memperluas pasar produk olahan. P4KSI
memperkenalkan
pengelolaan
waduk
yang
ramah
lingkungan kepada masyarakat perikanan, sehingga keberlangsungan Waduk Gajah Mungkur sebagai pusat kegiatan perekonomian dapat dipertahankan.
Beberapa hal yang dilakukan
adalah mengatur
pemanfaatan sumberdaya ikan patin sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal dan lestari. Memberikan payung hukum terhadap tindakan-tindakan eksploitasi sumberdaya ikan patin dalam rangka tertib pengelolaan dan konservasi sumberdaya untuk optimasipemanfaatan dan pelestarian. Mengatur zonasi Waduk Gajah Mungkur bagi pemanfaatan perikanan agar tidak terjadi conflict of interest (konflik kepentingan) sehingga fungsi utama waduk dapat terjaga. Hasil kajian sumberdaya LAPORAN TEKNIS 2015
48
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
berupa naskah akademik sudah diserahkan kepada PEMDA setempat guna dijadikan dasar dalam membuat kebijakan daerah (PERDA). Hal ini penting dilakukan untuk menjaga kelestarian perikanan di waduk, sehingga kejadian pengurasan sumberdaya ikan di waduk tidak terulang kembali. Aspek sosek dan kelembagaan dilakukan melalui program KIMBis. Definisi KIMBis berubah menjadi lembaga masyarakat kelautan dan perikanan yang dibentuk secara partisipatif oleh berbagai pemangku kepentingan untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat. sebagai lembaga dan pusat kegiatan. KIMBis sebagai lembaga memiliki dua fungsi yaitu penguatan dan pengembangan. Kegiatan penguatan dilakukan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan pengurus serta kewirausahana masyarakat perikanan di selingkar perairan Waduk Gajah Mungkur sebagai lembaga dan pusat kegiatan. KIMBis sebagai lembaga memiliki dua fungsi yaitu penguatan dan pengembangan. Kegiatan penguatan dilakukan untuk meningkatkan dan mengembangkan
kemampuan
pengurus
serta
kewirausahana
masyarakat perikanan di selingkar perairan Waduk Gajah Mungkur. Secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel.25 Implementasi IPTEK Jenis IPTEK yang diimplementasikan
Manfaat Bagi Target Sasaran
Target Sasaran
Sumber IPTEK
Pengembangan Alternatif Produk Olahan Berbasis Ikan Patin
Mampu mengembangkan produk olahan berbasis ikan (patin) Mampu memproduksi benih siap tebar IPTEK dapat teradopsi dan mendapatkan umpan balik Kelembagaan
Pengolah ikan
B2P4-B
Masyarakat Pembudidaya ikan KIMBIs dan target sasaran
P4B
KIMBIs
BBPSE
Teknologi pembenihan dan pendederan patin Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan Pengembangan
dan
BBPSE
LAPORAN TEKNIS 2015
Identifikasi SKPD Pendukung Disnak Perla, pariwisata , koperasi dan perdagangan Disnakperla
Disnakperla, Pariwisata, Perum Jasa Tirta Disnakperla,
49
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
Jenis IPTEK yang diimplementasikan
Manfaat Bagi Target Sasaran
Target Sasaran
kelembagaan ekonomi usaha
ekomoni usaha dapat berkembang Pasar berkembang saling menguntungkan Mampu memahami dinamika perikanan waduuk serta mengidentifikasi permasalahan Meningkatnya pemahaman ikan patin dan karakteristiknya
target sasaran
Pengembangan kelembagaan pemasaran Status Sumberdaya Perikanan Waduk
Sumberdaya ikan patin
Opsi pengelolaan (patin)
Mampu menentukan opsi pengelolaan perikanan (patin)
Identifikasi SKPD Pendukung Pariwisata, Koperasi, Bank Disnakperla, Pariwisata, Koperasi, Bank Disnakperla, Perum Jasa Tirta
Sumber IPTEK
Pelaku Pemasaran
BBPSE
Masyarakat pengguna sumberdaya dan otoritas pengelola perikanan
P4KSI
Masyarakat nelayan dan otoritas pengelola perikanan Masyarakat nelayan dan otoritas pengelola perikanan
P4KSI
Disnakperla, Perum Jasa Tirta
P4KSI, BBPSE
Disnakperla, Perum Jasa Tirta, Pariwisata
Sumber: data primer diolah
Strategi Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Beberapa
langkah
yang
dapat
dilakukan
dalam
rangka
pengembangan ekonomi kawasan di waduk adalah 1) Kaji Terap. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka melakukan identifikasi dan mengkaji aspek sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan dari penerapan teknologi (budidaya, pengolahan, nelayan). Aspek-aspek tersebut diidentifikasi guna menggambarkan kondisi yang ada di lapang. Sehingga dapat diihat prediksi keberhasilan dari aspek-aspek tersebut ataukah ada faktor yang dapat menghambat sehingga permasalahan yang akan muncul dari penerapan sebuah teknologi dapat diantisipasi.
2) Penilaian
LAPORAN TEKNIS 2015
50
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
Kelayakan Teknologi. Kegiatan ini dilakukan melalui penilaian teknologi yang telah diterapkan berdasarkan indikator yang dikembangkan (kemudahan penerapan, ekonomi, sosial serta dampak terhadap lingkungan). Sehingga teknologi yang diterapkan akan menjadi teknologi yang tepat dan layak untuk dikembangkan. 4) Temu IPTEK. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi dan umpan balik yang dapat memperkuat hasil penilaian kelayakan teknologi. 5) Studi Banding dan Observasi Lapang. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas melalui tukar
pengalaman peran teknologi adaptif
lokasi dalam
pengembangan ekonomi kawasan di tempat lain.
LAPORAN TEKNIS 2015
51
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
BAB VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
Pengembangan ekonomi kawasan berbasis teknologi adaptif di Kawasan waduk dapat dilakukan dengan melalui beberapa tahapan. Tahapan tersebut diantaranya sumberdaya
alam,
memperhatikan aspek potensi wilayah,
sumberdaya
manusia,
sosial,
ekonomi
dan
kelembagaan. Secara rinci tahapan tersebut terdiri dari input, proses, output dan dampak. Tahapan input dilaksanakan melalui pemetaan status meliputi SDM, sumberdaya perikanan dan lingkungan, sosial dan kelembagaan, melakukan identifikasi permasalahan di lokasi dan identifikasi terkait ketersediaan teknologi. Pada tahapan proses dilakukan melalui kaji terap, penilaian kelayakan teknologi, temu iptek, studi banding dan analisis data untuk pembentukkan model. Output yang dikeluarkan mencakup aspek produk, pasar dan pemasaran. Dampak yang diharapkan yaitu adanya peningkatan kapasitas usaha dan peningkatan ekonomi di kawasan. Pengembangan ekonomi kawasan tidak bisa dilakukan secara parsial dan dilakukan hanya satu institusi. Kegiatan pengembangan ekonomi kawasan harus melibatkan berbagai pihak baik itu subjek dan objek pembangunan, dari unsur pemerintahan, swasta dan masyarakat. Pada kasus waduk gajah mungkur di Kabupaten wonogiri, instansi yang terlibat diantaranya adalah Bappeda, Kementerian kelautan-Balitbang KP, Dinas Nakperla (Peternakan, perikanan dan kelautan), Dinas Pariwisata, Dinas Koperasi dan UKM, Perum Jasa Tirta, Kelompok nelayan, kelompok pembudidaya, kelompok pengolahan, unniversitas, swasta (PT.Aquafarm), dan unsur pendukung lainnya. Pihak pemerintah baik pusat maupun daerah dapat menciptkan iklim
kondusif bagi para
kelompok dengan meminimalisir persaingan tidak sehat antar kelompok usaha. Pihak perguruan tinggi dan Litbang menyiapkan teknologi dan pendampingan untuk selalu menyediakan teknologi inovatif. Pihak swasta (permodalan dan pasar) dapat difungsikan sebagai mitra bagi kelompok sasaran dan pemerintah untuk
membantu fasilitasi pengembangan
usaha. Tahapan proses input, proses dan output dilakukan secara sinergi
LAPORAN TEKNIS 2015
52
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
dan saling melengkapi guna mendapatkan informasi yang akurat dan strategi yang dilakukan dapat tepat sasaran.
LAPORAN TEKNIS 2015
53
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
DAFTAR PUSTAKA Achwan, R. 2007. ” Credit Union Pancur Kasih di Kalimantan Barat”. Working Paper, Jakarta: LabSosio. Anonimus . 2011. Laporan Kegiatan Perikanan Tahun 2011. Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Anonimus. 2012. Laporan Kegiatan Perikanan Tahun 2012. Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. BBPSE-KP. 2012. Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis IPTEK dalam Pengelolaan Perikanan Waduk di Kabupaten Wonogiri. Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Balitbang-KP, KKP. Jakarta. 36 hal. Cowx, I.G. 1999. An appraisal of stocking strategies in the light of developing country constraints. Fisheries Management and Ecology. (6); 21-34. Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Wonogiri. 2011. Laporan Singkat Pengelolaan Usaha Perikanan di Perairan Waduk Serba Guna “Gajah Mungkur” Kabupaten wonogiri. De Silva, S.S. and S.J. Funge-Smith. 2005. A Review of Stock Enhancement Practices in the Inland Fisheries of Asia. Asia Pacific Fisheries Commission, Bangkok, Thailand. RAP Publication No. 2005/12, 93 hal. http://www.pusair.pu.go.id. Pengelolaan Danau dan Waduk di Indonesia. Balai Lingkungan Keairan. Pusat Litbang Sumber Daya Air. (diakses 8 Februari 2012) Ife, J. 1995. Community Development: Creating Community Alternatives, Vision, Analysis and Practice, Australia: Longman. Isetyobudi. 2014. Inkubator Bisnis. http://lsetyobudi.lecture.ub.ac.id/files/2014/01/ INKUBATORBISNIS____FIXXXXX.pdf di akses 3 Januari 2015. Kartamihardja, E.S. Ng. N. Wiadnyana, S. Koeshendrajana, C. Umar, M.F. Tahardjo, Krismono dan Z. Fahmi. 2012. Naskah Akademik – Penetapan Kawasan Pengelolaan Perikanan Di Perairan Umum daratan Indonesia. Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumberdaya Ikan, Balitbang-KP, KKP. Jakarta. 63 hal. Kartamihardja, E.S., Y. Priatno, E. Prianto, S. Koeshendrajana dan C. Umar. 2013. Panduan Teknis – Ko-manajemen Perikanan tangkap Berbasis Budidaya (CBF) Sumberdaya Ikan Patin Di Waduk Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumberdaya Ikan, Balitbang-KP, KKP. Jakarta. 27 hal. Kartamihardja, E.S. & S. Koeshendrajana. 2013. Inovasi Kelembagaan Komanajemen Pada Perikanan Tangkap Berbasis Budidaya (Culture-Based Fisheries) Di Perairan Waduk. In Hanggoro et al. (eds.), Inovasi Kelautan dan Perikanan Memperkuat Konsep Ekonomi Biru, hal 226-227. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kelautan Dan Perikanan, Kementrian Kelautan Dan Perikanan. 237 hal. LAPORAN TEKNIS 2015
54
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
Koeshendrajana, S., R. Muhartono, Sastrawidjaja dan Nilawati. 2012. Profil Keragaan Teknologi Kawasan KIMBis Kabupaten Wonogiri (Laporan Teknis). Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Balitbang-KP. Jakarta. 29 hal. Memorandum of Understanding (MOU) Nomor 24/2012 dan 11.1/BALITBANGKP/VIII/2012 antara Bupati Kabupaten Wonogiri dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan tentang kegiatan penelitian di Kabupaten Wonogiri (ditanda tangani tanggal 11 Juli 2012) Muhartono, R., S. Koeshendrajana dan Sastrawidjaja. 2013. Prospek Pengembangan KIMBis (Klinik IPTEK Mina Bisnis) Pamisaya Mina Kabupaten Wonogiri. Bull. Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Vol 8(1): 1-8. ISSN: 2089-4317. Muhartono, R. & S. Koeshendrajana. 2013. Modal Sosial Kelompok Nelayan Di Waduk Gajah Mungkur. J. Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Vol 8(2) 93-231-40. Muhartono, R. & S. Koeshendrajana. 2013. Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Di Waduk Gajah Mungkur Berbasis Base Line Study. Dipresentasikan pada Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Tahun 2013, 31 Agustus 2013, Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Nazir, M. 1998. Metode penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. 622 hal Perjanjian Kerjasama (PKS) Nomor 523/953/2012 dan 11.1/BALITBANGKP/BBPSEKP /KS.200/VV/2012 antara Kepala BBPSEKP dengan Kepala Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Kabupaten Wonogiri (ditanda tangani tanggal 11 Juli 2012). Suharto, E. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Kanjian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Refika Aditama. Bandung Sonbait, L.Y. dan Y.L.D. Wambrauw. 2011. Permasalahan dan Solusi Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Biogas sebagai Energi Alternatif di Kabupaten Manokwari Papua Barat. Jurnal Ilmu Ternak, Volume 11, Nomor 2 (Desember 2011: hal. 87 – 91). ISSN: 1410 – 5659. Universitas Padjadjaran. Bandung Zulham, A. 2011. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Klinik Iptek Mina Bisnis dalam mendukung Program Peningkatan Kehidupan Nelayan. Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
LAPORAN TEKNIS 2015
55
Pengembangan Ekonomi Kawasan Berbasis Teknologi Adaptif Lokasi Pada Tipologi Perikanan Perairan Umum Daratan Pada Lokasi Kabupaten Wonogiri
LAMPIRAN 1. Dokumentasi Kegiatan
LAPORAN TEKNIS 2015
56