EVALUASI PAKET TEKNOLOGI PEMUPUKAN DI LAHAN VERTISOL LOMBOK TENGAH NTB Ahmad Suriadi dan Fitria Zulhaedar BPTP Nusa Tenggara Barat Jln. Raya Peninjauan Narmada PO Box 1017 Mataram Kode Pos 83371 Telp. /Fax : (0370) 671312 – 671620 email: Liayu_84@yahoo. com / bptp_ntb@litbang. deptan. go. id
ABSTRAK Kedelai merupakan salah satu komoditas unggulan nasional yang produksinya masih rendah. Penggunaan input pupuk dengan jenis dan dosis yang tepat dengan pengendalialn hama dan penyakit sesuai merupakan salah satu upaya dalam peningkatan produktivitas kedelai. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi inovasi paket teknologi pemupukan dalam peningkatan hasil kedelai pada tanah Vertisol Lombok Tengah, NTB. Rancangan percobaan yang digunakan adalah acak kelompok dengan tiga ulangan. Paket teknologi yang dikaji meliputi: A)seed treatment, B)seed treatment + 5 t/ha pupuk kandang + pestisida kimia, C)seed treatment + 50 kg/ha urea + 100 kg/ha TSP + 50 kg/ha KCl + pestisida kimia, D) seed treatment + 200 kg/ha phonska + pestisida kimia, E) seed treatment + pestisida kimia, F) seed treatment + pupuk organik cair + pestisida kimia, dan G) perlakuan petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil kedelai tertinggi diperoleh dari perlakuan D dan diikuti oleh perlakuan C, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan B dan E. Hasil kedelai dari dua paket teknologi perlakuan B dan E juga tidak berbeda nyata dengan perlakuan A dan F. Hasil kedelai yang paling rendah dan berbeda nyata dengan perlakuan lain diperoleh dari perlakuan cara petani (G). Pengujian kelayakan ekonomi menunjukkan perlakuan A dan E memiliki nilai B/C rasio paling tinggi (3, 12) meskipun hasilnya lebih rendah dibanding dengan perlakuan B, C dan D. Sedangkan perlakuan dengan cara petani memberikan hasil dan B/C ratio yang paling rendah yaitu 1,16 t/ha dan 1,33. Dengan demikian, dapat disarankan bahwa seed treatment dapat meningkatkan keuntungan petani dalam budidaya kedelai. Kata kunci: kedelai, paket teknologi, seed treatment, pemupukan.
ABSTRACT Evaluation of package technologies fertilizing at Vertisol Lombok Tengah NTB. Soybean is one of commodities where the production is still lower than the National requirement. The use of fertilizer inputs with the propertype and dosage is an effort to improve soybean productivity. The research aims to evaluate the most effective and efficientuse of fertilizers with the addition of seed treatments in soybean growth and yield of rainfed Vertisol in Central Lombok NTB. The experimental was layout in a randomized complete block design (RCBD) with three replications. There were seven package technologies treatment were examined include: A) seed treatment, B) seed treatment + 5 t/ha manure + chemical pesticides, C) seed treatment + 50 kg/ha urea + 100 kg/ha TSP + 50 kg/ha KCl + chemical pesticides, D) seed treatment + 200 kg/ha Phonska + chemical pesticides, E) seed treatment + chemical pesticides, F) seed treatment + Liquid Organic Fertilizer + chemical pesticides, and G) treatment of farmers. The results showed that the highest seed yield was obtained from D followed by treatment C although those were not significantly different with treatment B and E. Future more, soybean yield of treatment B and E were not significantly different with treatment A and F. The lowest soybean yield was obtained from treatment G (farmers practice) and that was significantly diferent with other treatment. Result of benefit cost ratio (B/C ratio) analysis showed that treatment A and E was the highest value of B/C ratio(3.12) although the yields were lower than B, C and D, indicating that those treatments were econnomically more feasible to be applied by farmer than other treatments. It has suggested that using seed treatment would increase farmers income for soybean culture. Keywords: soybeans, technology package, seed treatment, fertilization.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
59
PENDAHULUAN Provinsi NTB termasuk salah satu sentra produksi kedelai di Indonesia dengan luas panen rata-rata (lima tahun terakhir) 78. 589 ha (Anonim 2013), dan Kabupaten Lombok Tengah merupakan penyumbang kedelai kedua terbesar setelah Kabupaten Bima yaitu 19.871 ha. Namun demikian, tingginya angka luas panen ini tidak dibarengi oleh produktivitas yang tinggi dimana Lombok Tengah menempati posisi produktivitas kedelai keempat terendah dari 10 Kabupaten/Kota di NTB, yaitu rata-rata 1,34 t/ha. Salah satu upaya dalam peningkatan produksi kedelai adalah dengan meningkatkan produktivitas antara lain melalui perbaikan teknik budidaya (Nazariah 2009). Berbagai alternatif teknologi sudah banyak tersedia, namun perlu disesuaikan dengan kondisi lahan setempat karena adanya variasi potensi kesesuaian lahan dan jenis tanah setempat. Vertisol merupakan jenis tanah yang cocok untuk budidaya kedelai dan penyebarannya menempati urutan kedua terluas setelah Inceptisol di Pulau Lombok (Kusnarta 2011). Vertisol di Lombok berada di bagian selatan Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur. Vertisol terbentuk dari berbagai macam bahan induk tanah, mineral litany didominasi oleh smektit, dan mempunyai sifat yang retak-retak bila kering. Tingginya kandungan fraksi liat berhubungan dengan bahan induk tanahnya (Prasetyo 2007). Dalam upaya peningkatan produktivitas kedelai di lahan Vertisol perlu diperhatikan penggunaan input. Penggunaan input yang tidak efisien merupakan salah satu penyebab rendahnya pendapatan petani. Arwoto (2012) menjelaskan bahwa upaya peningkatan efisiensi input dapat ditempuh melalui skenario antara lain penggunaan input tetap tetapi produktivitas meningkat, produktivitas tetap tetapi penggunaan input menurun, produktivitas meningkat sedang penggunaan input menurun, atau penggunaan input meningkat dan produktivitas lebih meningkat. Selain efisiensi input, penggunaan input harus diarahkan agar tidak berdampak negatif terhadap kelestarian lingkungan, dan proses produksi dapat berjalan secara berkelanjutan. Pupuk kandang dapat digunakan sebagai alternatif untuk meningkatan efisiensi dan efektiftivitas input dalam budidaya kedelai secara berkelanjutan. Pupuk kandang adalah kotoran ternak yang dapat digunakan untuk menambah hara danmemperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Penggunaan pupuk kandang telah diuji dan berhasil meningkatkan produktivitas tanaman (Souri 2001). Penggunaan pupuk kandang dapat meningkatkan ketersediaan hara yang diharapkan dapat meningkatkan produksi kedelai. Namun demikian, sinergisitas pengaruh pupuk kandang dengan pupuk organik akan menjadi lebih baik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Melati et al. 2008). Selain pupuk, penggunaan insektisida melalui seed treatment juga telah mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai. Penggunaan inesktisida pada benih dapat mengendalikan hama uret, lalat bibit, dan anjing tanah pada saat tanaman muda. Hasil penelitian Raznasti (2008) menunjukkan penggunaan insektisida theametoxam 2 ml/kg benih+ bokashi 25 t/ha mampu menurunkan intensitas serangan hama lalat bibit pada 1 minggu setelah tanam (MST)dan meningkatkan jumlah bintil akar, bobot kering tanaman, jumlah polong isi per tanaman, jumlah biji, dan bobot biji per tanaman. Pengaruh masingmasing inovasi teknologi (pemupukan dan perlakuan pestisida) terhadap produktivitas kedelai telah banyak diketahui. Namun demikian, pengaruh kombinasi inovasi tersebut masih perlu dikaji pada berbagai spesitik lokasi untuk meningkatkan prodiktivitas kedelai.
60
Suriadi dan Zulhaedar: Evaluasi pemupukan untuk peningkatan hasil kedelai di Vertisol NTB
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi inovasi paket teknologi yang paling efektif dan efisien dalam peningkatan hasil kedelai pada tanah Vertisol Lombok Tengah NTB.
BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada musim tanam ketiga (MKII) tahun 2012 (12 Juli–18 Oktober) di Desa Loang Maka, Kecamatan Janapria, Kabupaten Lombok Tengah NTB yang memiliki tipe iklim D (Kusnarta 2012), ketinggian ±110 m dari permukaan laut dengan kelas kemiringan landai (2–15%). Lokasi penelitian memiliki jenis tanah Vertisol yang cenderung keras pada saat kering dan lekat pada saat basah. Pola tanam yang biasa dilakukan di lokasi penelitian adalah padi–padi–kedelai. Benih yang digunakan pada penelitian ini adalah varietas Anjasmoro. Percobaan ditata dalam rancangan acak kelompok dengan enam paket teknologi dan satu perlakuan petani sebagai kontrol. Paket teknologi tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komponen teknologi yang diperlakuan pada percobaan Paket teknologi A B C D E F G
Komponen teknologi
Keterangan
Seed treatment (insektisida berbahan aktif theametoxam) Seed treatment +5 t/ha pupuk kandang
Diberikan pada saat tanam dicampir dengan benih Diberikan sebagai penutup lubang tanam Pestisida diaplikasi kalau ada serangan penyakit pupuk diberikan 10 hari setelah tanam (hst)
Seed treatment +50 kg/ha Urea+100 kg/ha TSP+50 kg/ha KCl+pestisida kimia Seed treatment +200 kg/ha phonska + pestisida kimia Seed treatment +pestisida kimia Seed treatment +Pupuk Organik Cair (POC)+Pestsida Kimia Cara petani (tanam tidak teratur, pemberian pupuk dan pestisida)
POC (Sampurna B) diaplikasi pada 60 hst
Pestisida yang digunakan berbahan aktif lamdasihalotrin, theametoxam, dan Imidacloprite, sedangkan perlakuan petani tidak menggunakan pestisida berdasarkan bahan aktif atau hama dan penyakit yang menyerang, melainkan berdasarkan kebiasaankebiasaan sebelumnya. Setiap paket teknologi diulang tiga kali. Teknologi budidaya kedelai mengacu pada pengelolan tanaman terpadu kedelai (Suryana et al. 2007). Sebanyak 18 plot pada lahan petani telah disiapkan dengan masing-masing berukuran 5 m x5 m. Jarak tanam kedelai pada paket teknologi A, B, C, D, E dan F adalah 40 cm x15 cm, sedangkan pada perlakuan petani menggunakan cara tanam ditugal atau disebar dengan jarak tidak teratur. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman dan komponen hasil yang meliputi jumlah polong isi, jumlah polong hampa, bobot 100 butir, dan produktivitas. Sampelpaket teknologi petani diambil daritiga orang petani setempat yang dianggap mewakili paket teknologi petani secara umum. Data dianalisis dengan metode sidik ragam dan diuji lanjut dengan DMRT pada taraf 5%.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
61
HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan dan hasil kedelai sangat ditentukan oleh terpenuhi dan tidak terpenuhinya syarat-syarat tumbuh seperti tanah yang subur, kadar bahan organik, aerasi dan drainase yang baik. Secara umum tanah di lokasi penelitian berwarna hitam sampai kelabu sangat gelap, tekstur liat berat, konsistensi sangat teguh (lembab), sangat lekat dan plastis (basah), dan reaksi tanah netral (pH 6,8). Pada musim kering permukaan tanah mengalamiretak-retak selebar 1–5 cm sampai kedalaman hampir mencapai horizon C (Suriadi et al. 2012). Nilai kemantapan agregat tanah rata-rata 39,7% yang tergolong tidak mantap. Kandungan bahan C-organik berkisar dari sangat rendah sampai sedang (Tabel 2). Vertisol tadah hujan Lombok juga berpotensi mengalami proses kembang-kerut yang sangat tegas (Kusnarta et al. 2011). Tabel 2. Nilai maksimum, minimum, rata-rata dan KK dari beberapa sifat Vertisol tadah hujan Lombok (disarikan dari pengukuran 209 contoh tanah pewakil). Sifat tanah Lempung (%) pH (1:5 tanah:air) COLE C-Organik (%) CaCO3 (%) DHL (mS/cm) ESP (%) Stabilitas Agregat (%)
Maksimum
Minimum
Rata-rata
Koefisien keragaman (KK)
38,54 6,30 0,05 0,58 4,75 0,03 1,76 22,78
64,25 7,55 0,16 1,46 13,08 0,22 9,05 97,09
45,82 6,94 0,11 0,78 8,36 0,08 5,01 39,70
14,90 3,86 19,46 21,96 22,70 27,91 34,80 35,82
Sumber: Kusnarta et al. (2011).
Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa hasil kedelai tertinggi diperoleh pada paket teknologi pemupukan dengan 200 kg/ha Phonska (paket D), yaitu 2,19 t/ha, kemudian diikuti oleh paket teknologi pemupukan 50 kg/ha urea+100 kg/ha TSP+50 kg/ha KCl (paket teknologi C) yaitu 1,96 ton/ha (Tabel 3). Namun demikian, hasil biji kedelai dari kedua paket teknologi tersebut tidak berbeda nyata dengan paket teknologi B (5 t/ha pupuk kandang) dan paket teknologi E (tanpa pupuk, tetapi menggunakan pestisida kimia) yaitu masing-masing 1,96 t/ha dan 1,98 t/ha. Tabel 3. Tinggi tanaman, jumlah polong isi, jumlah polong hampa, hasil biji dan bobot 100 butir kedelai dari masing-masing paket teknologi. Paket teknologi A B C D E F G
Tinggi tanaman (cm) 48,5c 55,3ab 57,4a 56,8ab 52,4bc 52,2bc 41,6d
Jumlah polong isi 20,1ab 22,8ab 22,3ab 23,5a 22,4ab 19,4b 19,8b
Jumlah polong hampa 1,4a 1,9a 1,6a 1,5a 1,6a 1,5a 1,5a
Hasil biji (t/ha)
Bobot 100 butir (g)
1,85b 1,96ab 2,10a 2,19a 1,98ab 1,81b 1,16c
11,99abcd 13,11ab 12,30abc 13,28a 11,81bcd 11,52cd 10,77d
Angka dalam kolom yang samadiikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf DMRT 5%.
Produktivitas kedelai yang tidak dipupuk (paket teknologi E) lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang diberikan pupuk cair (F) dengan selisih 167 kg/ha. Pupuk cair yang 62
Suriadi dan Zulhaedar: Evaluasi pemupukan untuk peningkatan hasil kedelai di Vertisol NTB
digunakan adalah Sampurna B yang berfungsi membantu merangsang pertumbuhan bunga, tunas, dan buah dengan kandungan nitrogen 16%, kalium 19%, fosfat 30% dan magnesium 3%. Penggunaan pupuk cair meningkatkan produktivitas kedelai dan berbeda nyata dengan kontrol dengan selisih 652,8 kg/ha. Dibandingkan dengan penggunaan pupuk kimia NPK tunggal maupun majemuk (paket teknologi C dan D), produktivitas kedelai pada paket teknologi pupuk cair lebih rendah dan berbeda nyata, tetapi tidak berbeda nyata dengan paket teknologi tanpa pemupukan dan tanpa pestisida (A), pupuk kandang (B), dan tanpa pemupukan (E). Paket teknologi petani memberikan hasil yang paling rendah dan berbeda nyata dengan keenam paket teknologi yaitu 1,16 t/ha. Hal ini menunjukkan bahwa dengan perlakuan seed treatment dan sistem budidaya yang baik termasuk jarak tanam teratur akan mampu meningkatkan hasil kedelai. Pemberian seed treatment pada budidaya kedelai terbukti mampu menekan serangan penyakit terutama bakteri. Di samping itu, seed treatment yang digunakan (nama pasaran: Cruiser diproduksi oleh Syngenta) mengandung zat pengatur tumbuh (ZPT) yang merangsang tanamam untuk tumbuh lebih baik. Parameter bobot 100 butir kedelai cukup bervariasi pada setiap perlakuan. Bobot 100 butir kedelai pada pada cara petani(G) tidak berbeda nyata dengan paket teknologi A, E, dan F, yaitu berkisar antara 10–13 g/100 butir. Parameter bobot biji kedelai sangat dipengaruih oleh faktor genetik dan lingkungan seperti faktor intensitas cahaya matahari mempengaruhi proses fotosintesis, di mana intensitas cahaya matahari mampu meningkatkan tinggi tanaman dan bobot 100 butir namun berpotensi untuk menurunkan jumlah polong isi, jumlah polong hampa, dan indeks panen kalau tidak diikuti oleh sistem budidaya yang tepat (Anggraeni 2010). Tabel 3 memperlihatkan bahwa pemberian asupan unsur hara yang lebih banyak cenderung memberikan bobot biji yang lebih tinggi. Kecenderungan respons tersebut juga dapat dilihat pada parameter tinggi tanaman. Analisis ragam pada tinggi tanaman menunjukkan paket teknologi B, C, dan D tidak berbeda nyata. Paket teknologi B juga tidak berbeda nyata dengan paket teknologi E dan F (Tabel 3). Secara umum, pupuk kandang memberikan pengaruh yang cukup nyata terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman kedelai (Widiyanti 2007). Dari segi keberlanjutan produktivitas, penggunaan pupuk kandang lebih baik dari pupuk anorganik karena dapat memperbaiki sifat fisik, biologi, dan kimia tanah. Menurut Marsono dan Sigit (2002), pupuk kandang dapat memperbaiki struktur tanah dengan menyediakan ruang pada tanah untuk udara dan air. Ruangan yang berisi udara pada tanah mendukung pertumbuhan bakteri aerob di sekitar akar dan menambah mikroorganisme tanah sehingga menciptakan kondisi yang optimum bagi sifat biologis tanah. Parameter vegetatif tanaman kedelai yang lain seperti polong isi juga dipengaruhi oleh perlakuan. Dari hasil uji keragaman diketahui bahwa polong isi pada paket teknologi A, B, C dan E tidak berbeda nyata dengan paket teknologi D, F, dan G, tetapi paket teknologi D berbeda nyata dengan cara petani (G). Hal ini menunjukkan kualitas polong dari tanaman yang diberi pupuk dan pestisida lebih baik dibanding paket teknologi petani. Rendahnya jumlah polong isi pada paket teknologi petani kemungkinan disebabkan oleh penggunaan pestisida kimia tidak tepat kurang oleh petani sebagai pelindung tanaman, penggunaan pupuk tidak sesuai anjuran. Demikian juga parameter jumlah polong hampa, secara umum tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap perlakuan yang diberikan.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
63
Dilihat dari aspek ekonomi (Tabel 4) diketahui bahwa perlakuan A (seed treatment tanpa pemupukan dan pestisida) dan perlakuan E (seed treatment+pestisida tanpa pemupukan) paling menguntungkan dengan B/C ratio 3,12 (Tabel 4). Efisiensi pengeluaran pada perlakuan A diperoleh dari biaya pemupukan dan pestisida. Meskipun hasilnya cukup rendah dibandingkan dengan perlakuan B, C, D dan E namun dari segi ekonomi budidaya kedelai di Desa Loang Maka pada MK II 2012 dengan seed treatment tanpa pemupukan lebih menguntungkan dibandingkan dengan penggunaan pupuk kandang, pupuk organik cair, pupuk anorganik tunggal maupun pupuk majemuk. Hal serupa juga diperoleh dari perlakuan E (seed treatment+pestisida tanpa pemupukan) dengan B/C ratio yang sama, tetapi perlakuan ini lebih disarankan karena meskipun memiliki kelayakan ekonomi sama dengan perlakuan A namun hasilnya sedikit lebih tinggi (selisih 125 kg/ha). Pada dasarnya, perlakuan A dan E sama kalau pestisida tidak diaplikasikan jika tidak ada tanda-tanda serangan hama dan penyakit. Namun kenyataan di lapang, pada saat percobaan ini dilakukan semua hamparan tanaman kedelai di lokasi percobaan diserang ulat dengan berbagai tingkat intensitas yang berbeda. Serangan hama dan penyakit pada kedelai tidak dapat diprediksi. Jenis hama yang menyerang kedelai relatif banyak, baik yang berpotensi merusak dalam kategori ringan maupun berat, sehingga menurunkan produksi, bahkan sampai mengakibatkan tanaman puso. Penggunaan pestisida harus selektif sesuai dengan jenis hama dan penyakit yang menyerang, dosis dan cara pengaplikasiannya juga harus dilakukan sesuai anjuran. Petani sering tidak melakukan pengendalian hama dan penyakit berdasarkan PTT. Meskipun telah mengeluarkan biaya untuk pengendalian, namun hasil yang didapatkan tidak memenuhi harapan karena pestisida yang diberikan tidak sesuai dengan jenis organisme pengganggu tanaman. Secara umum, semua paket teknologi yang dikaji memberikan keuntungan yang cukup signifikan dan lebih tinggi dibandingkan dengan cara petani. Nilai ekonomi budidaya kedelai yang dilakukan petani lebih rendah (1,33) dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Diduga karena petani tidak menerapkan seed treatmentsehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih rentan terhadap penyakit. Biaya produksi terbesar yang dikeluarkan petani adalah pada pembelian pupuk yang digunakan berdasarkan kebiasaan. Hasil kedelai yang mereka peroleh hanya 1,16 t/ha tidak mampu memberikan keuntungan optimal meskipun masih dapat dikatakan layak karena B/C ratio>1. Perlakuan B dengan dosisi pupuk kandang 5 t/ha memberikan hasil cukup tinggi dan kelayakan ekonominya masih lebih baik dari perlakuan A. Jika dilihat dari segi kualitas tanah, perlakuan B yang paling dianjurkan, karena tanah Vertisol di lokasi penelitian membutuhkan bahan organik sebagai pembenah tanah dan diharapkan mampu meningkatkan kesuburan tanah.
64
Suriadi dan Zulhaedar: Evaluasi pemupukan untuk peningkatan hasil kedelai di Vertisol NTB
Tabel 4. Analisis usahatani kedelai MK II tahun 2012 di Desa Loang Maka, Kecamatan Janapria, Kabupaten Lombok Tengah, NTB. Perlakuan
Kegiatan/Pekerjaan A
B
C
D
E
F
P
Pengeluaran Pembelian Benih
5.352.500 375.000
8.607.500 375.000
6.537.500 375.000
6.607.500 375.000
5.702.500 375.000
6.127.500 375.000
7.130.000 750.000
Budidaya
3.752.500
7.002.500
4.932.500
5.002.500
4.102.500
4.527.500
5.160.000
32.500
32.500
32.500
32.500
32.500
32.500
-
- Pupuk Kandang
-
2.500.000
-
-
-
-
-
- Urea
-
-
100.000
-
-
-
-
- Insektisida
- TSP
-
-
230.000
-
-
-
-
- KCl
-
-
100.000
-
-
-
-
- NPK
-
-
-
500.000
-
-
1.000.000
- Pestisida
-
190.000
190.000
190.000
190.000
190.000
80.000
- POC
-
-
-
-
-
25.000
-
3.720.000
4.280.000
4.280.000
4.280.000
3.880.000
4.280.000
4.080.000
- Upah Kerja Panen
1.225.000
1.230.000
1.230.000
1.230.000
1.225.000
1.225.000
1.220.000
- Upah Kerja
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
25.000
30.000
30.000
30.000
25.000
25.000
20.000
- Pembelian Karung Pendapatan - Penjualan
16.687.500
17.625.000
18.937.500
19.687.500
17.812.500
16.312.500
9.455.967
B/C
3,12
2,05
2,90
2,98
3,12
2,66
1,33
Keterangan: A (seed treatment/ST); B (ST+pupuk kandang+pestisida); C (ST+Urea+TSP+pestisida); D (ST+NPK+pestisida); E (ST+pestisida); F (ST+POC+pestisida); P (perlakuan petani).
KESIMPULAN Hasil kedelai tertinggi diperoleh dari pemberian pupuk NPK tunggal dan majemuk, tetapi tidak berbeda nyata dengan penggunaan pupuk kandang dan tanpa pemupukan. Hasil kedelai pada dua paket teknologi tanpa pemupukan (A dan E) tidak berbeda nyata dengan paket teknologi yang diberi pupuk kandang dan pupuk organik cair. Semua perlakuan memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan cara petani baik secara agronomi maupun secara ekonomi. Meskipun dari segi agronomi, perlakuan pemupukan lebih tinggi hasilnya dibandingkan dengan tanpa pupuk, namun secara ekonomi perlakuan A dan E lebih layak untuk diterapkan dalam usahatani. Dengan demikian, dapat disarankan bahwa seed treatment dapat meningkatkan keuntungan petani dalam budidaya kedelai.
DAFTAR PUSTAKA Anggraeni, Baiq Wida. 2010. Studi Morfo-Anatomi Dan Pertumbuhan Kedelai (Glycine max (L) Merr. ) Pada Kondisi Cekaman Intensitas Cahaya Rendah. Thesis. Departemen Agronomi Dan Hortikultura Fakultas Pertanian, IPB. Anonim, 2013. Dukung Kemandirian Benih Kedelai di NTB. http://www. litbang. deptan. go. id/ berita/one/1382/. Diakses 29 Maret 2013. Anonim. 2012. Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Tanaman Kedelai. Kementerian Pertanian 129 hlm. Anonim, 2013. Perlakuan Benih Dengan Pestisida (Seed Treatment). (http://cybex.deptan.go. id/penyuluhan/perlakuan-benih-dengan-pestisida-seed-treatment, diakses 23 Jan 2013).
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
65
Balittanah. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Kedelai pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan. Balai Penelitian Tanah, Bogor : Kementrian Pertanian. BPS. 2012. Kabupaten Lombok Tengah Dalam Angka 2012. BPS Provinsi NTB. BPS. 2012. Provinsi Nusa Tenggara Barat Dalam Angka 2012. BPS Provinsi NTB. Kusnarta, I G.M. 2012. Kajian Sifat Tanah Penentu Stabilitas Bedeng Permanen Sawah Tadah Hujan Pada Vertisol Lombok. Jurnal Agroteksos Vol. 21 No. 2–3. Kusnarta, I G.M. et al. 2011. Beberapa Faktor Yang Berpengaruh Dominan Terhadap Struktur Vertisol Tadah Hujan Lombok. Thesis, Fakultas Pertanian. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada. Marwoto. 2012. Peningkatan Produksi Kedelai Melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu. Buletin Palawija Balitkabi No. 20:62–71 (2010) Melati, Maya., Ai Asiah, Devi Rianawati. 2008. Aplikasi Pupuk Organik dan Residunya untuk Produksi Kedelai Panen Muda. Buletin Agronomi (36) (3) 204–213. Nazariah, 2009. Pemupukan Tanaman Kedelai pada Tanah Tegalan. Buletin Balai Penelitian Tanah, Bogor. Prasetyo, B. H. 2007. Perbedaan Sifat-sifat Tanah Vertisol dari Berbagai Bahan Induk. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. 9(1): 20–31. Purwaningsih, Sri. & M. Rahmansyah. 1993. Upaya Pemanfaatan Inokulan Rhizobium dan Jamur MVA pada Kedelai dan Kacang Tanah. Prosiding Seminar Hasil Litbang SDH. Raznasti, Bilqis Q. 2008. Pengaruh Pelapisan Benih dengan Insektisida Tiametoksam dan Pemberian Bokashi Terhadap Vigor Bibit serta Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max). Tesis, Fakultas Pertanian. Bandung :Universitas Padjajaran. Souri, Sofyan. 2001. Penggunaan Pupuk Kandang Meningkatkan Produksi Padi. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Mataram. Tidak Diperdagangkan. Suriadi, A., M. Nazam, Fitria Zulhaidar, Sahram dan Yanti Trguna. 2012. Pengkajian Pola Tanam di Lahan Tadah Hujan dengan Pengairan Sumur Dangkal untuk Mengantisipasi Perubahan Iklim di NTB. Laporan Penelitian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB. Mataram: Kementerian Pertanian. Suryana, A., Suyamto, Subandi, Marwoto, T. Adi Sarwanto, Sudaryono, Astanto Kasno, dan Hardaingsih. 2007. Panduan Umum Pengelolaan Tanaman Terpadu Kedelai. Balitkabi, Badan Penelitian dan Pengambangan Pertanian. Tahir, Majid Mahmood., et. al. 2009. Effect of Rhizobium Inoculation and NP fertilization on growth, yield and nodulation of sybean (Glycine max L. ) in The Sub-Humid Hilly Region Rawalakot Azad Jammu and Kashmir, Pakistan. J of Biotech 8 (22);. 6191–6200. Widiyanti, Eny., Maya Melati. 2007. Pengaruh Residu Pupuk Kandang Sapi dan Guano terhadap Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Panen Muda dengan Budidaya Organik. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB, Bogor.
66
Suriadi dan Zulhaedar: Evaluasi pemupukan untuk peningkatan hasil kedelai di Vertisol NTB