LAPORAN AKHIR TAHUN 2008
PENGEMBANGAN POS PELAYANAN TEKNOLOGI PERTANIAN
Oleh : Jonni Firdaus, dkk
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI TENGAH 2008
i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR 2008 1. Judul Kegiatan
:
2. Unit Kerja : 3. Alamat Unit Kerja : 4. Penanggungjawab Kegiatan : a. Nama : b. Pangkat/Golongan : - Struktural : - Fungsional : 5. Lokasi Diseminasi : 6. Status Kegiatan : 7. Tahun Dimulai : 8. Tahun Ke : 9. Biaya Kegiatan TA 2008 : 10. Sumber Dana :
Mengetahui : Kepala Balai,
Dr. Ir. Amran Muis, MS NIP. 080 079 474
Pengembangan Pos Pelayanan Teknologi Pertanian BPTP Sulawesi Tengah Jl. Lasoso, 62 Biromaru, Palu Jonni Firdaus, STP Penata Muda /IIIa Peneliti non Klas Kabupaten Donggala Lanjutan 2006 III. 2008 Rp. 159.404.000,Satker BPTP Sulawesi Tengah
Penanggungjawab Kegiatan,
Jonni Firdaus, STP NIP. 080 135 321
ii
KATA PENGANTAR
Kegiatan Pengembangan Pos Pelayanan Teknologi Pertanian (Pos Yantek) dilaksanankan pada tiga desa sasaran Program Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi di Desa Donggala, yaitu Desa Porame Kecamatan Kinovaru, Desa Bahagia Kecamatan Palolo dan Desa Lalundu Kecamatan Rio Pakava. Pada masing – masing desa tersebut telah terbentuk satu unit pos yantek yaitu Posyantek Tinuvu di Desa Porame, Posyantek Fajar Bersatu di Desa Bahagia dan Posyantek Rio Tani di Desa Lalundu. Kegiatan ini bertujuan untuk memfasilitasi petani/pelaku agribisnis dalam mengidentifikasikan, memecahkan masalah pertanian dan mempercepat adopsi teknologi di tiga desa tersebut. Kami berharap laporan akhir ini dapat bermanfaat bagi pengembangan pos yantek kedepan. Saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan guna kesempurnaan pelaksanaan kegiatan di masa mendatang.
Palu,
Desember 2008
Tim Pelaksana
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................iii DAFTAR ISI ........................................................................................... iv DAFTAR TABEL .....................................................................................v RINGKASAN ..........................................................................................vi PENDAHULUAN Latar Belakang ...............................................................................1 Tujuan ..............................................................................................2 Keluaran ..........................................................................................2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................2 METODOLOGI Cakupan Kegiatan ...........................................................................4 Tempat .............................................................................................4 Bahan dan Alat ................................................................................4 Prosedur Kerja .................................................................................5 Pengamatan dan Pengumpulan Data ..............................................5 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Program Kerja ...............................................................5 Konsultasi Teknologi Pertanian .......................................................7 Tranfer Teknologi .............................................................................5 Pengembangan Usaha Kelompok .................................................15 Penambahan Bahan Informasi Pada Perpustakaan Mini ..............16 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................16 KINERJA HASIL ...................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................18
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Persentase Petani Peserta Sekolah Lapang Pengendalian Busuk Buah yang telah menerapkan komponen teknologi pengendalian busuk buah pada Posyantek Fajar Bersatu.....................................................
6
Persentase Petani Peserta Sekolah Lapang Penggemukan Sapi yang telah menerapkan komponen teknologi penggemukan sapi pada Posyantek Fajar Bersatu................................................................................
8
Persentase Petani Peserta Pelatihan Pengendalian hama tikus yang menerapkan komponen teknologi pengendalian hama tikus pada posyantek Fajar Bersatu................................................................................
9
Persentase Petani Peserta Sekolah Lapang Pengolahan hasil kentang pada posyantek Fajar Bersatu......................
10
Persentase Petani Peserta Pelatihan Budidaya Cabai Keriting yang menerapkan komponen teknologi budi daya cabai pada Posyantek Tinuvu.............................................
11
Persentase Petani Peserta Pelatihan Pengendalian hama tikus yang menerapkan komponen teknologi pengendalian hama tikus pada Posyantek Tinuvu.................................................................................
13
v
RINGKASAN
Pos Pelayanan teknologi merupakan suatu metode diseminasi / alih teknologi hasil penelitian dan pengkajian untuk menampung masalah dan ketersediaan inovasi teknologi pertanian yang dibutuhkan oleh petani / pelaku agribisnis lainya. Metode ini bertujuan memfasilitasi solusi masalah agribisnis petani secara bertahap dan cepat. Pos pelayanan teknologi pertanian juga merupakan wadah penyaluran inovasi yang dapat menterjemahkan makna ilmiah hasil penelitian/pengkajian ke dalam teknologi sederhana yang dapat diserap bahkan dikembangkan oleh petani/pelaku agribisnis lainya. Ada tiga posyantek yang dibina BPTP Sulawesi Tengah pada tahun anggara 2008, yaitu Posyantek Tinuvu di Desa Porame Kecamatan Kinovaru yang dulunya Kecamatan Marawola, Posyantek Fajar Bersatu di Desa Lalundu Kecamatan Palolo dan Posyantek Rio Tani Kecamatan Rio Pakava. Dari hasil konsultasi pada rapat penentuan program kegiatan untuk tahun 2008 dihimpum beberapa permasalahan yang dihadapi yaitu pada Posyantek Fajar bersatu adanya serangan bususk buah kakao, dan serangan hama tikus pada pertanaman padi. Anggota juga menginginkan teknologi penggemukan sapi, teknologi pengolahan keripik kentang. Sementara itu pada posyantek Tinuvu teknologi yang diinginkan anggota adalah budidaya cabai keriting dan pengendaliahan hama penyakitnya, teknologi pengandalian hama tikus pada padi. Pada posyantek Rio Tani permasalahan yang sering dihadapi adalah masih tentang pengolahan jeruk dimana anggota masih belum bisa menghilangkan rasa pahit pada pembuatan sirup jeruk. Untuk menanggapai hal tersebut dilakuakan sekolah lapang/pelatihan dan pembinaan. Selain itu dilakukan pengembangan usaha kelompok yaitu berupa penjualan saprodi berupa pupuk, perbenihan pada Posyantek Fajar Bersatu, penjualan saprodi berupa pestisida dan pupuk pada posyantek Tinuvu, simpan pinjam dan pengumpulan dan penyaluran buah jeruk dari petani. Selain itu dilakukan juga penambahan bahan informasi pada perpustakaan mini di masing – masing posyantek
vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penduduk miskin yang sebagian besar tinggal di pedesaan, pada tahun 2001 berjumlah 472.300 jiwa meningkat 1,11 % dari tahun 2000 hanya 444.000 jiwa (BPS 2002).
Dari jumlah tersebut, Kabupaten
Donggala menduduki urutan teratas diantara kabupaten lain di Sulawesi Tengah. Oleh sebab itu Kabupaten Donggala merupakan salah satu Daerah Program P4MI di Indonesia. Berdasarkan hasil PRA dari beberapa desa P4MI dan kebutuhan teknologi yang dihimpun oleh penyuluh di lapangan, masih banyak masalah teknologi yang belum terjawab di tingkat petani terutama pada ekosistem lahan kering dan lahan marginal. Proses penyampaian teknologi secara mudah dan efektif dari hasil penelitian BPTP dan Balit Komoditas kepada petani dapat dilakukan melalui kegiatan diseminasi. Diseminasi merupakan bagian integral dari penelitian/pengkajian
berbentuk
kegiatan
penyebarluasan
teknologi
pertanian. Kegiatan diseminasi teknologi dan informasi pertanian perlu memperhatikan kebutuhan pengguna, dalam hubungan ini maka kegiatan diseminasi teknologi pertanian dimulai dengan identifikasi masalah yang dihadapi dan kebutuhan petani serta ketersediaan pasar (Badan Litbang Pertanian, 2001). Pos Pelayanan teknologi merupakan suatu metode diseminasi / alih teknologi hasil penelitian dan pengkajian untuk menampung masalah dan ketersediaan inovasi teknologi pertanian yang dibutuhkan oleh petani / pelaku agribisnis lainya. Metode ini bertujuan memfasilitasi solusi masalah agribisnis petani secara bertahap dan cepat. Pos pelayanan teknologi pertanian juga merupakan wadah penyaluran inovasi yang dapat menterjemahkan makna ilmiah hasil penelitian/pengkajian ke dalam teknologi sederhana yang dapat diserap bahkan dikembangkan oleh petani/pelaku agribisnis lainya (BP2TP, 2004).
1
Pada tahun 2006 telah terbentuk dua unit pos pelayanan teknologi pertanian pada dua desa sasaran P4MI yaitu Posyantek Tinuvu di Desa Porame Kecamatan Marawola dengan jumlah anggota 29 orang dan Posyantek Rio Tani di desa Lalundu, Kecamatan Rio Pakava. Dengan jumlah anggota 23 orang. Tranfer teknologi yang disampaikan pada posyantek tinuvu dan adalah pelatihan PTT padi sawah dan praktek pembuatan kascing dan pada posyantek rio tani adalah pengolahan jeruk Pada tahun 2007 telah terbentuk satu Pos Yantek baru yaitu Pos Yantek Fajar Bersatu di desa Bahagia, Kec. Palolo, Kabupaten Donggala. Tranfer teknologi yang telah dilakukan adalah sekolah lapang PTT padi sawah. Pada Posyantek Tinuvu telah dilakukan transfer teknologi berupa Sekolah Lapang PTT padi sawah dan budidaya tanaman tomat dan pada posyantek Rio Tani telah dilakukan sekolah lapang pembutan pupuk organik cair dan pelatihan budidaya nilam. Dengan penerapan PTT padi sawah terjadi peningkatan produksi padi dari musim tanam sebelumnya sebesar 21,054% - 43,4% (dari 3533 - 4180 Kg GKP/ha menjadi 5060 5066 Kg GKP/ha) Pada tahun 2007 juga telah terbentuk unit usaha pengembangan modal kelompok berupa penjualan saprodi (pupuk) dan pengkaran benih pada posyantek fajar bersatu, usaha penjualan saprodi (pupuk dan pestisida) pada posyantek tinuvu dan usaha simpan pinjam pada posyantek rio tani
Tujuan -
Memfasilitasi petani/pelaku agribisnis dalam mengidentifikasikan dan memecahkan masalah pertanian di tiga desa sasaran P4MI
-
Mempercepat adopsi teknologi di tiga desa sasaran P4MI
Keluaran -
Terfasilitasinya petani/pelaku agribisnis dalam mengidentifikasikan dan memecahkan masalah petani di tiga desa sasaran P4MI
2
-
Terbinanya 3 pos pelayanan teknologi di desa sasaran P4MI guna medorong percepatan adopsi teknologi
TINJAUAN PUSTAKA
Penyaluran hasil penelitian melalui kegiatan penyuluhan bukan hal yang baru tetapi semakin maju tingkat pengetahuan petani-nelayan maka makin tinggi pula tuntutan permintaan teknologi untuk meningkatkan terhadap produksi usahataninya. Oleh karena itu diperlukan usaha penyampaian teknologi secara informatif, aplikatif dan efektif dari hasil kegiatan penelitian kepada petani-nelayan untuk diterapkan pada usahataninya (Badan Litbang Pertanian, 1999). Kegiatan diseminasi teknologi dan informasi pertanian perlu memperhatikan kebutuhan pengguna, dalam hubungan ini maka kegiatan diseminasi teknologi pertanian dimulai dengan identifikasi masalah yang dihadapi dan kebutuhan petani serta ketersediaan pasar (Badan Litbang Pertanian, 2001). Metode penyuluhan dengan pendekatan massal digunakan untuk menarik
perhatian,
menumbuhkan
minat,
dan
keinginan,
serta
memberikan informasi selanjutnya. Metode penyuluhan pertanian dengan pendekatan kelompok dipergunakan untuk memberikan informasi yang lebih terperinci tentang suatu teknologi. Metode ini ditujukan untuk membantu seseorang dari tahap menginginkan ke tahap mencoba atau bahkan tarap menerapkan. Salah satu contoh dari pendekatan kelompok adalah sekolah lapang. Sedangkan metode pendekatan perorangan sangat tepat digunakan bagi petani yang dalam tahap mencoba hingga menerapkan, karena dengan pendekatan perorangan ini akan terjadi hubungan yang lebih akrab. Contoh pendekatan perorangan adalah kunjungan rumah, kunjungan ke tempat usaha tani dan lain sebagainya (Wiriatmadja. 1980). Pada awalnya klinik lahir dari aktifitas pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Dalam kaitan pengembangan pertanian klinik
3
memiliki konotasi yang hampir sama, sebagai institusi pelayanan bagi masyarakat pedesaan. Klinik Pertanian diarahkan kepada bidang pelayanan teknologi yang dapat memecahkan persoalan – persoalan di bidang pengembangan pertanian, baik dari segi teknis budidaya, maupun sosial ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat tani (Soethama, et al, 2004) Pos Pelayanan teknologi merupakan suatu metode diseminasi / alih teknologi hasil penelitian dan pengkajian untuk menampung masalah dan ketersediaan inovasi teknologi pertanian yang dibutuhkan oleh petani / pelaku agribisnis lainya. Metode ini bertujuan memfasilitasi solusi masalah agribisnis petani secara bertahap dan cepat. Pos pelayanan teknologi pertanian juga merupakan wadah penyaluran inovasi yang dapat menterjemahkan makna ilmiah hasil penelitian/pengkajian ke dalam teknologi sederhana yang dapat diserap bahkan dikembangkan oleh petani/pelaku agribisnis lainya (BP2TP, 2004).
METODOLOGI Cakupan Kegiatan Kegiatan pengembangan pos pelayanan teknologi pertanian, pembinaan kelompok tani, Pengembangan usaha ekonomi mikro yang mendukung usahatani berwawasan agribisnis dan inovasi teknologi yang didukung dengan sekolah lapang.
Tempat Pos pelayanan teknologi dilaksanakan pada tiga desa P4MI di Desa Porame Kecamatan Kinovaro, Desa Lalundu Kecamatan Rio Pakava dan Desa Bahagia Kecamatan Palolo.
Bahan dan alat -
Buku bacaan berupa buku, leaflet, folder dan prosiding
-
Teknologi
-
Sarana usaha tani
4
-
ATK
Prosedur kerja a. Pembinaan Kelompok b. Mengadakan konsultasi tentang teknologi pertanian dengan cara mengaktifkan PPL yang ada serta peneliti di BPTP c. Melakukan transfer teknologi melalui Sekolah Lapang dan pelatihan (SL) sesuai dengan kebutuhan kelompok
Pengamatan dan Pengumpulan data -
Masalah yang dihadapi
-
Teknologi yang telah didiseminasikan
-
Peningkatan adopsi teknologi dari sekolah lapang
-
Perkembangan usaha ekonomi mikro
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penetapan Program Kerja Program Kerja di tentukan bersama oleh anggota kelompok, Penyuluh/Peneliti BPTP Sulawesi Tengah serta penyuluh pertanian yang bertindak sebagai manager pada masing- masing posyantek. Adapun program kerja pada masing – masing posyantek kerja sebagai berikut : -
Posyantek Fajar Bersatu Desa Bahagia Kecamatan Palolo: •
Konsultasi Teknologi Pertanian
•
Sekolah lapang/pelatihan teknologi pertanian
•
Pengambangan usaha kelompok berupa penjualan saprodi (pupuk) dan penangkaran benih
-
Posyantek Tinuvu Desa Porame Kecamatan Kinovaro: •
Konsultasi Teknologi Pertanian
•
Sekolah lapang/pelatihan teknologi pertanian
•
Pengambangan usaha kelompok berupa penjualan saprodi (pupuk dan pestisida)
5
-
Posyantek Rio Tani Desa Lalundu Kecamatan Rio Pakava •
Konsultasi Teknologi
•
Sekolah Lapang/pelatihan teknologi pertanian
Konsultasi Teknologi Pertanian Pada Posyantek Fajar bersatu masalah yang sering dihadapai petani adalah adanya serangan busuk buah kakao, dan serangan hama tikus pada pertanaman padi. Anggota juga menginginkan teknologi penggemukan sapi, teknologi pengolahan keripik kentang. Sementara itu pada posyantek Tinuvu teknologi yang diinginkan anggota adalah budidaya cabai keriting dan pengendaliahan hama penyakitnya, teknologi pengandalian hama tikus pada padi. Pada posyantek Rio Tani permasalahan yang sering dihadapi adalah masih tentang pengolahan jeruk dimana anggota masih belum bisa menghilangkan rasa pahit pada pembuatan sirup jeruk. Untuk menanggapi hal tersebut dilakukan sekolah lapang/pelatihan.
Transfer Teknologi Posyantek Fajar Bersatu Sekolah Lapang Pengendalian Bususk Buah Kakao Sekolah lapang dihadiri oleh 25 orang yang terdiri dari petani, penyuluh, petugas pengamat hama dan KTNA. Sekolah lapang terdiri dari 2 sesi, sesi pertama adalah teori yang disampaikan di posko posyantek dan sesi kedua adalah praktek pengendalian yang di laksanakan pada lahan petani. Teknologi pengendalian busuk buah yang disampaikan : a. Penanaman klon tahan Seperti ICS60 b. Sanitasi dilakukan dengan pemetikan buah busuk kemudian dibenam ke dalam tanah dengan perlakuan urea 300 gr di campur kapur pertanian
300
gr
dengan
ditambah
5
liter
air,
dan
cara
pengaplikasianya dengan membuat lubang, lalu masukan 100 buah
6
busuk, kemudian ditaburi kapur pertanian, lalu di siram urea cair, selanjutnya di tutup dengan tanah setebal 20 cm. c. Pemakaian fungisida sebagai tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara menyemprot buah sehat dengan fungisida Nordox, dengan volume semprot 500 liter/hektar. Penyemprotan dilakukan saat buah telah berumur rata-rata 3 bulan atau panjang buah sekitar 10 cm. d. Mengatur lingkungan agar kelembabannya tidak terlalu tinggi, dengan cara pengaturan nauangan dan tanamannya sendiri (pemangkasan), untuk daerah yang sering terjadi genangan air perlu dilakukan pengaturan drainase. e. Pemangkasan yang dimaksud adalah pemangkasan pemeliharaan yang dilakukan dengan tujuan mengurangi sebagian daun yang rimbun di tajuk tanaman dengan cara memotong ranting-ranting yang terlindung dan yang menaungi, mengurangi daun yang menggantung. Penerapan komponen teknologi pengendalian busuk buah dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1. Persentase Petani Peserta Sekolah Lapang Pengendalian Busuk Buah yang telah menerapkan komponen teknologi pengendalian busuk buah pada Posyantek Fajar Bersatu Komponen Teknologi
Penanaman klon tahan Sanitasi dengan pemetikan buah busuk kemudian dibenam ke dalam tanah dengan perlakuan urea 300 gr di campur kapur pertanian 300 gr dengan ditambah 5 liter air (untuk 100 buah) Pemakaian fungisida sebagai tindakan pencegahan. Yaitu dengan cara menyemprot buah sehat yang telah berumur 3 bulan (panjang buah 10 cm) dengan fungisida Nordox, dengan volume semprot 500 liter/hektar.
petani peserta yang menerapkan (%) 0 79,2
petani peserta yang tidak menerapkan (%) 100 20,8
91,7
8,3
7
Pengaturan drainase untuk lahan yang tergenang Pemangkasan`pemeliharaan yang untuk mengatur kelembaban agar tidak tinggi
33.3
66,7
100
0
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa komponen penanaman klon tahan belum dilaksanakan karena pada daerah tersebut belum ada dan sulit memperoleh klon yang tahan terhadap busuk buah. Sementara itu sebagian besar peserta tidak menerapkan pengaturan drainase karena lahan kebun berada pada tanah yang miring sehingga tidak terjadi genangan air.
Sekolah lapang Penggemukan sapi Sekolah Lapang penggemukan sapi dihadiri oleh 26 orang yang terdiri dari petani dan penyuluh. Sekolah lapang dilakukan dua sesi, dimana sesi pertama penyampaian teknologi pemeliharaan untuk penggemukan, pakan dan pengenalan hijauan pakan ternak. Sesi kedua kunjungan ke kandang ternak milik salah seorang petani untuk menilai kelayakan kandang untuk ternak sapi. Penerapan komponen teknologi penggemukan sapi dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2. Persentase Petani Peserta Sekolah Lapang Penggemukan Sapi yang telah menerapkan komponen teknologi penggemukan sapi pada Posyantek Fajar Bersatu Komponen Teknologi
Pengandangan Penggunaan Hijauan rumputrumputan sebagai pakan ternak .Pemberian Konsentrat (suplement) Dedak padi 2 – 3 kg/ekor/hari Pemberian Konsentrat (suplement) Bungkil kelapa 0,25 – 0,5 kg/ekor/hari
petani peserta yang menerapkan (%) 80 100
petani peserta yang tidak menerapkan (%) 20 0
83,33
16,7
0
100
8
Pemberian Mineral (tepung tulang) gram/ekor/hari
Picutan 5-10
Pemberian Mineral Garam dapur 30 gram/ekor/hari Pencegahan penyakit menggunakan vaksin
0
100
93,33
6,7
73,33
26,7
Sistem pemeliharaan yang dilakukan adalah semi intensif, namun ada beberapa petani yang masih belum mengandangkan karena tidak memiliki kandang. Pada malam hari sapi diikat di dekat rumah sehingga tidak berkeliaran. Pemberian konsentrat bungkil kelapa dan mineral tepung tulang tidak dilakukan karena tidak tersedia di wilayan tersebut.
Pelatihan Pengendalian Hama Tikus Pelatihan dihadiri 36 orang yang terdiri dari 4 orang penyuluh dan 32 orang petani. Materi yang disampaikan mulai dari pengenalan biologis tikus, sifat serta kebiasaan tikus, serta teknologi pengendalian tikus. Penerapan komponen teknologi pengendalian tikus dapat dilihat pada tabel 3 Tabel 3. Persentase Petani Peserta Pelatihan Pengendalian hama tikus yang menerapkan komponen teknologi pengendalian hama tikus pada posyantek Fajar Bersatu Komponen Teknologi
Sanitasi Habita Tikus (pembersihan pematang, tanggul dan saluran irigasi, batas sawah dengan perkampungan, hutan dan kebun) Menanam dan Panen secara serempak dalam satu hamparan Gropyokakan secara masal dan rutin Fumigasi / pengasapan LTBS (menggunakan bubu perangkap tikus secara
petani peserta yang menerapkan (%) 100
petani peserta yang tidak menerapkan (%) 0
100
0 100 100 100
9
memanjang/bergaris) 100
TBS (Bubu perangkap tikus menggunakan tanaman perangkap) Mengunankan umpan (racun tikus)
100
0
Umumnya pengendalian tikus masih dilakukan secara perorangan yaitu dengan sanitasi habitat tikus disekitar petakan sawah masing – masing
dan
menggunakan
umpan
racun.
Pengendalian
dengan
gropyokan secara masal dan fumigasi dianggap sulit untuk dilaksanakan. Sementara pangendalian TBS belum dapat dilakukan karena masih dalam koordinasi dengan petani lain dan menunggu musim tanam berikutnya
Sekolah Lapang Pengolahan Kentang Sekolah lapang pengolahan hasil kentang dihadiri oleh 30 orang yang terdiri dari petani dan Kepala BPP Bahagia. Sekolah lapang dilakukan diawali dengan penyampaian materi kemudian dilanjutkan denga praktek pengolahan kentang. Materi yang disampaikan adalah pembuatan keripik kentang dan kerupuk kentang. Penerapan teknologi pengolahan kentang dapat dilihat pada tabel 4
Tabel 4. Persentase Petani Peserta Sekolah Lapang Pengolahan hasil kentang pada posyantek Fajar Bersatu Komponen Teknologi
Pembuatan keripik kentang Pembuatan kerupuk kentang
petani peserta yang menerapkan (%) 64,29 60,71
petani peserta yang tidak menerapkan (%) 35,71 39,29
Pada umumnya yang tidak melakukan adalah kaum laki – laki dengan alasan belum sempat, selain itu ketersediaan alat juga menjadi alasan mengapa mereka belum melakukan karena masih menunggu alat perajang kentang manual yang digunakan secara bergantian. Sementara
10
pada pembuatan kerupuk kentang telah banyak yang melaksanakan namun hasilnya masih belum memuaskan.
Posyantek Tinuvu Pelatihan Budidaya Cabai Keriting Pelatihan dihadiri oleh 28 orang yang merupakan anggota posyantek. Pelatihan dilakukan dengan menyampaikan materi teknologi pengolahan cabai keriting. Materi yang disampaikan mulai dari persiapan dan pengolahan tanah, Pembuatan bedengan, pemilihan varietas, penyiapan benih dan pembibitan, pemasangan mulsa plastik, penanaman, pemeliharaan, pengairan, penyulaman, pemasangan ajir, penyiangan, penggemburan, perampelan dan pemupukan. Penerapan komponen teknologi budidaya cabai dapat dilhat pada Tabel 5
Tabel 5. Persentase Petani Peserta Pelatihan Budidaya Cabai Keriting yang menerapkan komponen teknologi budi daya cabai pada Posyantek Tinuvu
Komponen Teknologi
Pengolahan tanah secara sempurna yaitu pembjakan sebanyak 2 kali dan penyisiran satu kali Pembuatan bedengan setelah pengolahan tanah (7 – 14 hari) dengan ukuran bedeng : lebar bedengan sebaiknya 110-120 cm, dan Panjang bedengan disesuaikan dengan lahan setempat, sedang tingginya dibuat sekitar 20-30 cm. Penggunaan Varietas Unggul Pembibitan dengan penyemaian langsung dibedengan Pembibitan dengan menggunakan polybag, (kantung plastik/koker) Penggunaan Mulsa Plastik
petani Petani peserta yang peserta yang tidak menerapkan menerapkan (%) (%) 100 0
0
100
89,3
10,7
100
0
0
100
0
100
11
Penanaman pagi atau sore hari, dan bibit cabe telah berumur 17 - 23 hari atau berdaun 2 - 4 helai. Dengan jarak tanam 50-60 x 60-70 cm. Pengairan (Penyiraman) Penyiram dilakukan setiap hari pada waktu sore sampai malam. Setelah tanaman tumbuh kuat dan perakarannya dalam, pengairan dilakukan setiap 3 - 4 hari sekali. Jika tanah bedengan basah, airnya segera dibuang kembali melalui saluran pembuangan. Penyulaman Pemasangan Ajir Penyiangan Penggemburan Tanah Perempelan / Pembuangan tunas samping pada umur 7-20 hari Penggunaan Pupuk Kandang 15-20 ton/ha dicampurkan dengan tanah bedengan Takaran pupuk 150 kg urea + 350 kg ZA+ 150 kg SP36+200 kg KCl/ha Setengah pupuk urea dan KCl serta seluruh SP36 diberikan pada umur 7-10 hari setelah tanam, serta setengah pupuk urea dan KCl diberikan pada umur 30 – 40 hari setelah tanam
100
0
100
0
100 3,6 100
0 96,4 0
100 0
0 100
0
100
0
100
Teknologi anjuran untuk pembuatan bedengan masih belum dilakukan
sepenuhnya
oleh
petani.
menggunakan bedengan seadanya,
Kebanyakan
petani
masih
karena mereka belum t erbiasa
mengukur bedengan dilapangan. Pengunaan polybag tidak dilakukan, karena petani menggunakan sistem persemaian langsung di bedengan, mereka menganggap penggunaan polybag sangat merepotkan dan membutuhkan tambahan tenaga dan biaya. Penggunaan mulsa plastik
juga belum dilaksanakan, karena
memerlukan tambahan biaya yang tidak sedikit, namun ada beberapa petani yang mencoba menggunakan mulsa jerami. Sebagian besar petani tidak menggunakan ajir karena menurut mereka tidak diperlukan.
12
Perampelan
tidak
dilakukan
karena
mereka
mengganggap
akan
mengurangi jumlah cabang. Dosis anjuran untuk pupuk kandang belum dilakuakan sesuai anjuran karena ketersediaan pupuk kandang sangat terbatas. Sementara itu penggunaan pupuk kimia juga belum dilakukan sesuai anjuran karena kelangkaan
pupuk
dan
harganya
mahal,
sebagian
besar
hanya
menggunakan pupuk urea itupun tidak sesuai anjuran.
Pelatihan Pengendalian Hama Tikus Pelatihan dihadiri 30 orang yang terdiri dari 5 orang penyuluh dan 24 orang petani. Materi yang disampaikan mulai dari pengenalan biologis tikus, sifat serta kebiasaan tikus, serta teknologi pengendalian tikus.
Tabel 6. Persentase Petani Peserta Pelatihan Pengendalian hama tikus yang menerapkan komponen teknologi pengendalian hama tikus pada Posyantek Tinuvu Komponen Teknologi
Sanitasi Habitat Tikus (pembersihan pematang, tanggul dan saluran irigasi, batas sawah dengan perkampungan, hutan dan kebun) Menanam dan Panen secara serempak dalam satu hamparan Gropyokakan secara masal dan rutin Fumigasi / pengasapan LTBS (menggunakan bubu perangkap tikus secara memanjang/bergaris) TBS (Bubu perangkap tikus menggunakan tanaman perangkap) Mengunankan umpan (racun tikus)
petani peserta yang menerapkan (%) 100
petani peserta yang tidak menerapkan (%) 0
0
100
0
100
0 0
100 100
0
100
100
0
13
Sebagian besar pengendalian tikus masih dilakukan sendiri – sendiri dengan pembersihan habitat tikus disekitar persawahan dan menggunakan
umpan/racun
tikus.
Pengendalian
yang
sifatnya
berkelompok belum dilakukan karena jadwal tanam dan jadwal panen belum serempak akibat keterbatasan ketersediaan air, tenaga kerja dan alat pengolah tanah.
Posyantek Rio Tani Pada posyantek rio tani tranfesr teknologi berupa pembinaan dan pendampingan dalam proses pengolahan jeruk. Perrmasalahan yang dihadapi adalah masih terdapatnya rasa pahit pada sari buah jeruk. Proses pemerasan jeruk dilakukan dengan menggunakan alat pemeras jeruk buatan BBP Mektan. Dari hasil pengujian terhadap 15 kg grade E diperoleh sari buah 2,5 liter dan 8,5 kg ungrade diperoleh 1,7 liter sari buah dengan efisiensi 53% dan sari jeruk yang diperoleh masih terasa pahit. Hal ini disebabkan tercampurnya pektin dari kulit jeruk yang pecah. Kulit jeruk pecah karena posisi dudukan jeruk tidak sesuai untuk jeruk grade E dan ungrade sehingga jeruk tidak terbelah dua secara sempurna yang mengakibatkan proses pemerasan tidak sempurna dan pektin yang ada dikulit jeruk ikut terperas. Penyebab lainnya sari jeruk pahit adalah karena buah jeruk langsung diolah setelah dipetik. Pada umumnya di Desa Lalundu jeruk dipetik masih dalam keadaan hijau segar sehingga tegangan kulit jeruk masih tinggi, hal ini menyebabkan sangat mudahnya sel-sel kulit buah jeruk terpecah dan sehingga kandungan minyak kulit jeruk keluar dan bercampur dengan sari buah. Untuk mengatasi hal tersebut disarankan untuk mengolah jeruk grade B,C dan D. Namun hal ini juga menjadi permasalahan karena grade tersebut merupakan buah utama untuk dijual sebagai buah segar. Sementara keinginan petani adalah mengolah buah jeruk yang kecil-kecil (grade E dan ungrade) yang nilai jualnya rendah. Saran selanjutnya adalah dengan melakukan pemeraman selama beberapa hari setelah pemetikan. Hal ini pernah diujicobakan sebelumnya
14
oleh petani dimana jeruk diolah seminggu setelah panen dan hasilnya menurut petani dapat mengurangi rasa pahit sari buah yang dihasilkan. Saran ketiga adalah dengan merendam jeruk dengan garam dapur sebelum diolah karena diharapkan zat yang menyebabkan sari jeruk pahit dapat keluar dari kulit dengan proses osmosis. Hal ini akan diujicobakan oleh petani dan hasilnya belum diketahui. Sari buah jeruk yang terbentuk diolah menjadi miuman jeruk segar dengan menambahkan air matang, gula, penstabil CMC dan pengawet benzoat dengan kadar sesuai dengan yang pernah dilatihkan sebelumnya. Setelah itu campuran di pasteurisasi.
Kendala yang dihadapi saat
pembuataan jeruk segar adalah sulitnya mengontrol suhu pasteurizer pada posisi 70 derjat celcius. Selain itu petani juga mengalami kesulitan untuk menimbang bahan campuran yang beratnya dibawah 1 gram, karena tidak memiliki timbangan dengan ketelitian sampai 1 gram. Hal ini sangat berpengaruh terhadap konsistensi mutu.
Pengembangan Usaha Kelompok Pada Posyantek Fajar bersatu pengembangan usaha kelompok dilakukan dengan penjualan pupuk dengan menjadi pengecer pupuk resmi pupuk bersubsidi. Sampai dengan Desember 2008 telah tersalurkan 19 ton Za, 10 ton urea, 10,5 ton SP36 dan 23,5 ton Ponska. Selain itu petani anggota melakukan penangkaran benih seluas 35 Ha dan bekerja sama dengan persusahaan perbenihan swasta. Dari hasil penangkaran, 20 ha dimitrakan dengan PT Pertani dengan produksi 8,8 ton Gilirang, 24,196 ton Ciherang, 3,087 ton Mekongga dan 6,025 ton ciherang diproses sendiri. Sedangkan 15 ha lagi dimitrakan dengan PT Sang Hyang Seri dengan produksi 33 ton cigeulis dan 2 ton way apo buru. Pada musim tanam selanjutnya ditangkarkan 23 Ha Cigeulis. Namun dengan adanya serangan tungro menjadi masalah bagi para petani di Desa Bahagia. Pada Posyantek Tinuvu penjualan saprodi berupa pupuk namun kegiatan ini terhenti karena belum mempunyai izin resmi sebagai
15
pengecer. Dan
saat ini sedang diusahakan untuk memperoleh izin
sebagai pengecer. Pada Posyantek Rio Tani pengembangan usaha berupa simpan pinjam namun masih terjadi kendala dalam pengembalianya. Selain itu kelompok melakukan kegiatan pengumpulan hasil jeruk dari petani di desa Lalundu dan kemudian dipasarkan ke pedagang besar. Namun kendala yang dihadapi dalam proses pemasaran adalah rusaknya jalan menuju desa lalundu, sehingga pedagaang besar tidak bisa masuk ke desa, yang mengakibatkan terjadi penambahan biaya pengangkutan ke luar desa hingga Rp 500/kg yang sangat memberatkan pengelolaan pengumpulan jeruk dari petani sehingga kegiatan ini tidak dilanjutkan.
Penambahan Bahan Informasi Pada Perpustakaan Mini Untuk melengkapi koleksi perpustakan mini pada masing-masing pos yantek telah dilakukan penambahan bahan informasi pertanian tercetak berupa folder, juknis dan poster.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1. Telah terjadi proses adopsi teknologi pengendalian busuk buah kakao, penggemukan sapi, pengendalian hama tikus, pengolahan hasil kentang padaposyantek fajar bersatu, teknologi budidaya cabai keriting dan pengendalian hama tikus pada posyantek tinuvu 2. Komponen teknologi penggunaan klon tahan pada pengendalian busuk buah belum dilaksanakan oleh petani. 3. Komponen teknologi pemberian konsentrat bungkil kelapa, dan tepung tulang pada teknologi penggemukan sapi belum dilaksanakan petani 4. Komponen teknologi yang pelaksanaanya bersifat berkelompok pada teknologi pengendalian hama tikus belum dilaksanakan oleh petani
16
5. Komponen teknologi pembuatan bedengan, polybag, penggunaan mulsa plastik, perampelan dan penggunaan pupuk berimbang pada teknologi budidaya cabai belum dilaksanankan petani
Saran Pemilihan teknologi sebaiknya didasarkan pada kemampuan petani baik dari segi ketersediaan modal, tenaga kerja dan dan ketersediaan alat dan bahan.
KINERJA HASIL
Dengan adanya pos pelayanan teknologi pertanian telah terjaring permasalahan yang dialami oleh petani dan kebutuhan - kebutuhan informasi teknologi pertanian yang diinginkan oleh petani. Melalui pelaksanaan transfer teknologi berupa sekolah lapang, pelatihan dan pembinaan, telah membantu petani dalam menyelasaikan permasalahan yang dihadapi. Informasi teknologi yang disampaikan adalah teknologi pengendalian busuk buah kakao, pengendalian hama tikus, teknologi penggemukan sapi, dan pengolahan kentang pada anggota Posyantek Fajar Bersatu, teknologi budidaya cabai dan teknologi pangendalian tikus pada Posyantek Tinuvu serta teknologi pengolahan jeruk pada Posyantek Rio Tani
17
DAFTAR PUSTAKA Badan Litbang Pertanian, 1999. Panduan Umum Pelaksanaan Penelitian, Pengkajian dan Diseminasi Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian, 2001. Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan Diseminasi Teknologi dan Informasi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. BP2TP, 2004. Prosiding Lokakarya Sinkronisasi Program Penelitian dan Pengkajiana Teknologi Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. BPS, 2002. Sulawesi Tengah dalam Angka, BPS Sulawesi Tengah. Soethama, IWK, AA. Kandalu, Sudaratmaja, Suprio Guntoro, 2004. Pertanian dalam tindakan : Sebuah Konsep Pemikiran Pembentukan Klinik Teknologi Pertanian dalam Prosiding Seminar Nasional Klinik Teknologi Pertanian sebagai Basis Pertumbuhan Usaha Agribisnis di Sulawesi Utara Wiriatmadja, S. 1980. Pokok – pokok Penyuluhan Pertanian, CV. Yasaguna, Jakarta
18