Program Penelitian Penerapan dan Pengembangan Teknologi Tepat Guna
LAPORAN AKHIR PENERAPAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA PROBIOTIK LIMBAH AYAM SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF PETERNAKAN LELE BERBASIS BIOENTREPREUNEURSHIP
OLEH: Atip Nurwahyunani, S.Si., S.Pd., M.Pd Dr. Dra. Mei Sulistyoningsih, M.Si. Fillia Prima A., S.Pd., M.Pd
118301337 936701099 098301439
Dibiayai oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2014
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS PGRI SEMARANG TAHUN 2014
1
HALAMAN PENGESAHAN 1. Judul Kegiatan
2. Bidang Kajian 3. Luaran TTG yang dihasilkan
: Probiotik Limbah Ayam Sebagai Pakan Alternatif Peternakan Lele Berbasis Bioentrepreuneurship : Penerapan dan Pengembangan Teknologi Tepat Guna :
Kelompok Sasaran: Masyarakat Umum
TTG yang dihasilkan: Produk (Probiotik sebagai Pakan alternatif peternakan lele)
4. Ketua Pelaksana a. Nama Lengkap b. NIP/ No Pegawai c. Jabatan / Golongan d. Perguruan Tinggi e. Fakultas/ Jurusan f. Program Studi 5. Anggota Pelaksana Program : a. Staf Pengajar b. Teknisi / Laboran c. Mahasiswa 6. Lembaga / Universitas a. Nama Lembaga b. Alamat c. Phone/Fax d. E-mail 7. Jangka waktu pelaksanaan 8. Anggaran Biaya e. Sumber Dinas Pendidikan f. Sumber Lain Jumlah
: : Atip Nurwahyunani, S.Si., S.Pd., M.Pd : 118301337 : Asisten Ahli / IIIb : Universitas PGRI Semarang : FPMIPA/ Pendidikan Biologi : Pendidikan Biologi : 2 orang : 2 orang : 6 orang : : Universitas PGRI Semarang : Jl.Sidodadi Timur no 24 Semarang : 0248316377 :
[email protected] : 6 Bulan : Rp. 25.000.000; : Rp. 25.000.000; : Rp. – : Rp. 25.000.000; (dua puluh lima juta rupiah)
Dekan FPMIPA Universitas PGRI Semarang,
Semarang, Ketua Pelaksana
Dra. Intan Indiati, M.Pd. NIP. 196104291986032002
Atip Nurwahyunani, S.Si., S.Pd.,M.Pd. NPP. 118301337
Ketua LPPM Universitas PGRI Semarang,
Ir. Suwarno Widodo, M.Si NPP. 876101038
2
RINGKASAN Pada budidaya perikanan termasuk lele tiga faktor penting yang mempengaruhi keberhasilannya, yaitu bibit, pakan, dan manajemen pemeliharaan. Selain tiga faktor tersebut, juga terdapat faktor lain yang tidak kalah pentingnya yaitu kualitas air. Salah satunya budidaya lele di kelurahan Tlogomulyo kecamatan pedurungan kabupaten Semarang mengalami penurunan produksi dikarenakan harga pakan yang terus meningkat. Kenyataan di lapangan saat ini, petani lele memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap pakan pabrikan. Kondisi ini dipicu oleh tidak adanya pakan alternatif yang dapat menggantikan pakan pabrikan. Kualitas produksi semakin menurun, berupa penurunan bobot per satuan waktu pemeliharaan, penurunan ketahanan terhadap penyakit. Di sisi lain budidaya ayam ternak di Kotabaru Jayafarm Tuntang mengalami kendala dalam pengelolaan limbah kotoran ayam. Untuk itu perlu ada inovasi untuk menjawab masalah ini. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) mengolah limbah ayam menjadi probiotik organik sebagai pakan alternatif lele untuk menekan harga produksi, 2) memberikan pakan alternatif yang berkualitas dan ramah lingkungan, 3) meningkatkan produktifitas lele menggunakan probiotik limbah ayam sebagai pakan alternatif, dengan harapan dapat menciptakan lapangan kerja di bidang peternakan sehingga berdampak pada peningkatan taraf hidup masyarakat. Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah:1) Potensi Sosial dan Ekonomi, diantaranya : a. mengelola limbah ternak ayam menjadi pakan probiotik bagi lele, b. membangun peluang usaha ramah lingkungan yang bermanfaat bagi masyarakat, c. menciptakan pakan alternatif dalam budidaya lele, untuk menekan harga pakan. 2) Nilai Tambah dari sisi IPTEKS, diantaranya: a. aplikasi probiotik dalam pembuatan pakan lele, b. Paket teknologi beternak lele berbahan limbah ayam, 3) Dampak Ikutan, diantaranya: a. tumbuhnya minat penelitian berbasis teknologi kemasyarakatan, b. perubahan mindset atau pola pikir masyarakat menjadi mandiri dan kreatif, c. implementasi pada PemProv terhadap peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, d. memacu penyusunan Karya Ilmiah yang layak dan berhak paten, 4) Nilai tambah bagi Perguruan Tinggi, memberi tanggung
3
jawab Perguruan Tinggi dalam pengembangan keilmuan dan pemecahan masalahmasalah sosial, ekonomi, dan lingkungan di masyarakat. Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah: 1) pakan probiotik berbahan limbah ayam, 2) paket teknologi pakan berbahan limbah ayam di peternakan lele. Penelitian dilaksanakan di jl. Figara 2 no.29 Gasemmalang RT/RW:04/01 Kelurahan Tlogomulyo Kecamatan Pedurungan Kota Semarang pada bulan Nopember sampai bulan Desember 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah lele dumbo, dengan jumlah 4 kolam, masing-masing kolam berisi 500 benih ikan lele dumbo. Sampel penelitian adalah ikan lele dumbo yang diperoleh dari pembibit dengan cara memilih bibit dalam kondisi antara lain: sehat dan tidak cacat. Jumlah sampel yang digunakan adalah 2000 ekor ikan lele pada setiap perlakuan. Berat awal sekitar kurang lebih 5 g, dengan panjang 5 – 7 cm, dan gerakan gesit.Variabel yang diukur dalam penelitian ini terdiri atas variabel dependen yaitu pertumbuhan (panjang dan bobot) ikan lele dumbo, yang tergantung pada pengaruh perlakuan pengacakan denah (lay out) eksperimen, serta variabel independent yaitu pakan probiotik dengan konsentrasi perlakuan yaitu: perlakuan A: 0% probiotik, B: 25% probiotik, C: 50%, dan perlakuan D: 75% probiotik, selama 1 bulan. Desain eksperimen yang digunakan adalah desain Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan dan tiga kali pengulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program statistika spss ver.16. Beda nyata antar perlakuan diuji dengan one way ANOVA, jika terdapat beda nyata dilanjutkan pengujian Duncan dengan taraf signifikansi 5%. Hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah pemberian probiotik yang divariasikan dengan pelet dengan perbandingan 25%, 50%, 75%, berbeda nyata terhadap pertumbuhan berat biomassa, FCR, dan mortalitas lele dumbo, sedangkan pad laju pertumbuhan lele tidak berbeda nyata. Rekomendasi yang bisa pelaksana sampaikan dalam penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengembangkan probiotik organik dengan berbagai macam limbah, sebagai pakan alternatif budidaya lele.
4
ABSTRAK Budidaya ikan lele di wilayah Kelurahan Tlogomulyo Kecamatan Pedurungan mengalami penurunan produksi dikarenakan harga pakan pabrikan yang semakin mahal, oleh itu perlu dikembangkan pakan alternatif untuk budidaya lele. Di sisi lain limbah kotoran ayam dari peternakan ayam di suatu pemukiman penduduk, jika tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan pencemaran dan berdampak pada penurunan kualitas lingkungan bersih. Pada penelitian ini dikembangkan pembuatan probiotik organik yang berbahan dasar limbah kotoran dengan tujuan mencegah terjadinya pencemaran dan mengatassi melambungnya harga pakan pada budidaya lele. Penelitian bertujuan untuk : mengolah limbah ayam menjadi probiotik organik sebagai pakan alternatif lele untuk menekan harga produksi, memberikan pakan alternatif yang berkualitas dan ramah lingkungan, meningkatkan produktifitas lele menggunakan probiotik limbah ayam sebagai pakan alternatif, dengan harapan dapat menciptakan lapangan kerja di bidang peternakan sehingga berdampak pada peningkatan taraf hidup masyarakat. Penelitian dirancang dengan rancangan acak lengkap. Hewan coba dikelompokkan menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 3 ulangan setiap ulangan berisi 100 ekor bibit lele dumbo masing-masing seberat sekitar 4 gram. Perlakuan A: pakan pellet tanpa probiotik, Perlakuan B: pakan pellet 75% dan probiotik 25%, Perlakuan C: pakan pellet 50% dan probiotik 50%, Perlakuan D: pakan pellet 25% dan probiotik 75%. Setiap minggu lele dumbo diukur berat badan. Selisih berat biomassa mutlak dan laju pertumbuhan “instantaneous growth” hari pertama perlakuan penelitian dan hari terakhir perlakuan penelitian diuji dengan one way anova. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan berat biomassa mutlak pada taraf signifikansi (α) sebesar 5 % didapat nilai Fhitung (5,167084) > Ftabel (3,49029), analisis FCR diperoleh Fhitung (6,2454) > Ftabel (3,4902), analisis angka mortalitas Fhitung (5,7196) > Ftabel (3,4902), maka Ha diterima, artinya bahwa pemberian probiotik berpengaruh terhadap biomassa, FCR, angka mortalitas lele dumbo Di sisi lain laju pertumbuhan “instantaneous growth (g)” didapat nilai Fhitung (0,2470) < Ftabel (3,4902), maka Ha ditolak. Disimpulkan laju pertumbuhan “instantaneous growth (g)” dengan pakan probiotik organik tidak berbeda nyata. Kata kunci: Lele dumbo, Probiotik organik, Limbah kotoran ayam
5
TIM PELAKSANA
N o 1
2 3
4.
Nama/ NIDN
Instasi Asal
Atip Nurwahyunani, S.Pd. M.Pd/ 0615058303 Dr. Dra. Mei Sulistyoningsih, M.Si./060705670 2 Filia Prima Artharina, S.Pd., M.Pd/ 098301249 Ghana Dewantara (Teknis Lapangan)
Universitas PGRI Semarang Universitas PGRI Semarang Universitas PGRI Semarang Universitas PGRI Semarang
Bidang Ilmu Biologi
Alokasi Waktu (jam/ming gu) 20 jam/20 minggu
Biologi
18 jam/20 minggu
Pendidikan Biologi
18 jam/20 minggu
Pendidikan Biologi
18 jam/20 minggu
Uraian Tugas Koordinator Perencanaan Pelaksanaan Publikasi Perencanaan Pelaksanaan Publikasi Perencanaan Pelaksanaan Publikasi Perencanaan Pelaksanaan Publikasi
6
KATA PENGANTAR
Puji syukur pelaksana senantiasa panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan kegiatan penelitian yang berjudul “Probiotik Limbah Ayam Sebagai
Pakan
Alternatif Peternakan Lele Berbasis Bioentrepreuneurship”. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk pengalaman nyata Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya Dharma yang kedua yaitu Penelitian. Kami mengucapkan terima kasih kepada 1. Dinas Pendidikan Provinsi Jateng yang telah mengalokasikan anggaran untuk mendukung kegiatan tersebut. 2. LPPM Universitas PGRI semarang: 3. Dekan FPMIPA Universitas PGRI Semarang 4. Ketua Prodi Pendidikan Biologi Universitas PGRI Semarang 5. Bapak Mulyono dan Warga RT/RW:04/01 Kelurahan Tlogomulyo Kecamatan Pedurungan, selaku Mitra Peternak lele di Kota Semarang 6. Bapak Sumiran Kotabaru Jayafarm, selaku mitra pemasuk limbah kotoran ayam. 7. Mahasiswa dan semua pelaksana yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ini. Kami harapkan penelitian ini memiliki manfaat bagi masyarakat pada umumnya, bagi akademisi, dan ilmu pengetahuan.
Semarang, Tim Pelaksana
7
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................. Halaman Pengesahan ................................................................................. Ringkasan ................................................................................. Abstrak ................................................................................. Tim Pelaksana ................................................................................. Kata Pengantar ................................................................................. Daftar Isi ................................................................................. Daftar Tabel ................................................................................. Daftar Gambar ................................................................................. Daftar Lampiran ................................................................................. Bab I Pendahuluan a. Analisis Situasi ................................................................................. b. Perumusan Masalah ....................................................................... Bab II Tujuan, Luaran, dan Manfaat a. Tujuan ................................................................................. b. Luaran ................................................................................. c. Manfaat ................................................................................. Bab III Tinjauan Pustaka a. Pakan probiotik ................................................................................. b. Lele ................................................................................. c. Kotoran ayam ................................................................................. Bab IV Pelaksaan Program a. Realiasasi Penyelesaian Masalah ..................................................... b. Kelompok Sasaran .......................................................................... c. Metodologi ........................................................................................ Bab V Hasil dan Pembahasan a. Hasil ........................................................................................ b. Pembahasan ........................................................................................ Bab VI Kesimpulan dan Rekomendasi a. Kesimpulan ..................................................................................... b. Rekomendasi ..................................................................................... Daftar Pustaka Lampiran
i ii iii iv v vi vii viii ix x 1 3 4 4 4 6 7 8 9 9 10 15 23 25 25
8
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Garis kemiskinan Tabel 2. Data pertumbuhan biomasssa Tabel 3.Hasil anova biomassa Tabel 4. Uji duncan biomassa Tabel 5. Laju pertumbuhan Tabel 6. Anova laju pertumbuhan Tabel 7. Analisis FCR Tabel 8. Anova FCR Tabel 9. Uji Duncan FCR Tabel 10. Mortalitas Tabel 11. Anova mortalitas Tabel 12. Uji duncan Tabel 13. Parameter Kualitas
........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... ...........................................
1 15 16 17 17 18 19 20 20 21 21 22 22
9
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka berfikir penelitian
...........................................
12
10
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Berita Acara Penyerahan Lampiran 2. Surat Kesediaan Mitra Lampiran 3. Dokumentasi
........................................... ........................................... ...........................................
27 28 29
11
BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Kemiskinan
merupakan
masalah
yang
dihadapi
oleh
seluruh
negara,terutama negara berkembang. Masalah kemiskinan merupakan suatu yang kompleks, baik dilihat dari penyebabnya maupun dilihat dari ukurannya. Hal ini dikarenakan
kemiskinan
bersifat
multidimensional,
artinya
kemiskinan
menyangkut seluruh dimensi kebutuhan manusia yang sifatnya sangat beragam. Selain itu, dimensi kebutuhan manusiayang beranekaragam itupun saling terkait satu dengan lainnya. Demikian juga yang dialami di JawaTengah. Jawa Tengah "terjepit" di antara propinsi besar Jawa Barat, DKI Jakarta dan Jawa Timur, provinsi-provinsi tersebut "maju pesat" melalui industrialisasi yang berpusat di "Jabodetabek" dan Surabaya. Memang benar Jawa Tengah memperoleh "pelimpahan kemakmuran" (trickle down) dari kemajuan provinsi-provinsi tetangganya ini, tetapi pada saat yang sama juga menerima dampak negatif karena menjadi pemasok tenaga kerja murah yang hanya dinikmati mereka yang meninggalkan desanya. (Mubyarto, 2002. Seperti diunggah oleh Berita Resmi Statistik yang bersumber pada BPS mengenai tingkat kemiskinan di Jawa Tengah dalam tabel 1. Tabel 1.
12
Bahan pangan sebagai salah satu kebutuhan primer manusia, sangat intensif dijadikan kajian sebagai objek formal ilmu teknik dan ditopang dengan tuntutan industri, terutama di negara maju. Kondisi ini melahirkan cabang bidang ilmu
teknologi
pangan
yang
(kimia, fisika dan mikrobiologi)
merupakan serta
penerapan
prinsip-prinsip
ilmu-ilmu
teknik
dasar
(engineering),
ekonomi dan manajemen pada seluruh mata rantai penggarapan bahan pangan dari sejak pemanenan sampai menjadi hidangan. Lele, menjadi salah satu komoditi yang paling digemari oleh masyarakat kini menjadi salah satu bahan pangan populer yang mulai budidayakan karena permintaan pasar yang terus meningkat. Seperti dikutip pada Warta Ekonomi.co.id bahwa tingkat konsumsi lele masyarakat Kota Semarang terus mengalami peningkatan seiring gencarnya kampanye gemar makan ikan. Ketua Asosiasi Lele Jawa Tengah Kuncoro Adrianto di Semarang, Kamis, mengatakan pada 2011 tingkat konsumsi lele di Kota Semarang sebanyak 28 kilogram per kapita per tahun, kemudian meningkat di tahun 2012 menjadi 30 kilogram per kapita per tahun. Sementara tingkat kebutuhan masyarakat Kota Semarang terhadap lele sekitar 4 ton hingga 5 ton per hari dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut dibutuhkan pasokan dari luar daerah seperti Kabupaten Demak, Pati, dan Tulungagung. Harga lele dari pembudidaya saat ini Rp12.500 per kilogram dan melalui mata rantai yakni pasar, bakul, dan pedagang, maka harga hingga tangan konsumen berkisar Rp17 ribu hingga Rp18 ribu per kilogram. Teknologi pangan merupakan
penerapan
ilmu
dan
teknik
pada penelitian, produksi, pengolahan,distribusi, penyimpanan pangan berikut pemanfaatannya. Ilmu terapan yang menjadi landasan pengembangan teknologi pangan meliputi ilmu pangan,kimia pangan, mikrobiologi pangan, fisika pangan dan teknik proses Ilmu pangan merupakan penerapan dasar-dasar biologi, kimia, fisika dan teknik dalam mempelajari sifat-sifat bahan pangan, penyebab kerusakan pangan dan prinsip-prinsip yang mendasari pegolahan pangan. Probiotik
organik
merupakan
salah
satu
teknologi
penyeimbang
lingkungan hidup yang paling aman. Probiotik bekerja dengan cara mengontrol
13
perkembangan dan populasi mikroorganisme jahat sehingga menghasilkan lingkungan tumbuh yang optimal bagi mikroorganisme baik. Hingga akhirnya mikroorganisme baik akan mendominasi dan membuat habitat yang nyaman bagi pertumbuhan makhluk hidup di lingkungan tersebut (Gunawan, 2011). Pada budidaya perikanan, termasuk lele memiliki tiga faktor penting yang memengaruhi keberhasilannya, yaitu bibit, pakan, dan manajemen pemeliharaan. Selain tiga faktor tersebut, juga terdapat faktor lain yang tidak kalah pentingnya yaitu kualitas air. Salah satunya budidaya lele di kelurahan Tlogomulyo kecamatan pedurungan kabupaten Semarang mengalami penurunan produksi dikarenakan harga pakan yang terus meningkat. Kenyataan di lapangan saat ini, petani lele memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap pakan pabrikan. Kondisi ini dipicu oleh tidak adanya pakan alternatif yang dapat menggantikan pakan pabrikan. Kualitas produksi semakin menurun, berupa penurunan bobot per satuan waktu pemeliharaan, penurunan ketahanan terhadap penyakit. Di sisi lain budidaya ayam ternak di kotabaru jayafarm mengalami kendala dalam pengelolaan limbah kotoran ayam. Untuk itu perlu ada inovasi untuk menjawab masalah ini. B. Perumusan Masalah Merunut dari uraian latar belakang di atas, terdapat beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana mengatasi penurunan produksi lele yang tengah melanda saat ini? 2) Bagaimana mengatasi harga pakan lele yang terus meningkat sehingga produktifitas lele masih bisa terus ditingkatkan? 3) Bagaimana mengolah limbah peternakan menjadi bahan baku produksi yang bermanfaat sebagai bahan pakan probiotik organik bagi lele sekaligus bioremidiasi lingkungan? Dari beberapa rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tim peneliti merumuskan menjadi sebuah permasalahan utama yaitu: “Teknologi Probiotik Limbah Ayam Sebagai Pakan Alternatif di Peternakan Lele Berbasis Bioentrepreuneurship”.
14
BAB II TUJUAN, LUARAN DAN MANFAAT
A. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengolah limbah ayam menjadi probiotik organik sebagai pakan alternatif lele untuk menekan harga produksi. 2. Memberikan pakan alternatif yang berkualitas dan ramah lingkungan. 3. Meningkatkan produktifitas lele menggunakan probiotik limbah ayam sebagai pakan alternatif, dengan harapan dapat menciptakan lapangan kerja di bidang peternakan sehingga berdampak pada peningkatan taraf hidup masyarakat. B. Luaran Dan Manfaat 1. Luaran Luaran yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah: 1) Pakan probiotik berbahan limbah ayam. 2) Paket teknologi pakan berbahan limbah ayam di peternakan lele 3) Analisis usaha ternak lele secara ekonomis 2.
Manfaat 1) Potensi Sosial dan Ekonomi a. Mengelola limbah ternak ayam menjadi pakan probiotik bagi lele. b. Membangun peluang usaha ramah lingkungan yang bermanfaat bagi masyarakat c. Menciptakan pakan alternatif dalam budidaya lele, untuk menekan harga pakan. 2) Nilai Tambah dari sisi IPTEKS a. Aplikasi probiotik dalam pembuatan pakan lele. b. Paket teknologi beternak lele berbahan limbah ayam. 3) Dampak Ikutan a. Tumbuhnya minat penelitian berbasis teknologi kemasyarakatan.
15
b. Perubahan mindset atau pola pikir masyarakat menjadi mandiri dan kreatif. c. Implementasi pada PemProv terhadap peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia. d. Memacu penyusunan Karya Ilmiah yang layak dan berhak paten. 4) Nilai Tambah Bagi Perguruan Tinggi Memberi tanggung jawab Perguruan Tinggi dalam pengembangan keilmuan dan pemecahan masalah-masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan di masyarakat
16
BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Pakan Probiotik Penggunaan antibiotik atau antimikrobial sebagai bahan aditif dalam pakan ternak telah berlangsung lebih dari 40 tahun. Senyawa antibiotik tersebut digunakan sebagai growth promotor dalam jumlah yang relatif kecil namun dapat meningkatkan efisiensi pakan (feed efficiency) dan reproduksi ternak sehingga dengan penggunaan bahan aditif tersebut peternak dapat memperoleh keuntungan lebih. Namun, akhir-akhir ini penggunaan senyawa antibiotik mengalami penurunan dan bahkan di beberapa negara telah melarang penggunaan antibiotik sebagai bahan aditif dalam pakan ternak, hal ini disebabkan karena dua faktor utama. Pertama, kemungkinan hadirnya residu dari antibiotik yang akan menjadi racun bagi konsumen, di samping itu antibiotik dapat menciptakan mikroorganisme yang resisten dalam tubuh manusia atau ternak (terutama bakteribakteri pathogen seperti Salmonella, E. coli dan Clostidium perfrinens). Dilaporkan penggunaan antibiotik pada pakan ternak unggas di North Carolina (Amerika Serikat) mengakibatkan resistensi ternak terhadap Enrofloxacin, merupakan salah satu antibiotik yang direkomendasikan untuk membasmi bakteri Escherichia coli. Istilah probiotik pertama sekali diperkenalkan oleh Perker (1974) menggambarkan
tentang
keseimbangan
mikro-organisme
dalam
saluran
pencernaan. Pada saat ternak mengalami stres, keseimbangan mikro-organisme dalam saluran pencernaan terganggu, mengakibatkan sistem pertahanan tubuh menurun dan bakteri-bakteri pathogen berkembang dengan cepat. Pemberian probiotik dapat menjaga keseimbangan komposisi mikro-organisme dalam sistem pencernaan ternak berakibat meningkatnya daya cerna bahan pakan dan menjaga kesehatan ternak. Penggunaan bahan obat–obatan, antibiotik atau bahan kimia lain yang banyak diaplikasikan dalam produksi perikanan untuk mengantisipasi serangan penyakit, mulai dikurangi mengingat bahan-bahan tersebut dapat mengakibatkan residu pada ikan. Upaya pencegahan penyakit dan usaha untuk meningkatkan kelangsungan hidup hewan budidaya tersebut, saat ini mulai digunakan probiotik
17
dalam usaha pembenihan ikan, Crustacea dan kerang-kerangan. Probiotik itu sendiri adalah makanan tambahan (suplemen) berupa sel-sel mikroorganisme hidup yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi hewan inang yang mengkonsumsinya melalui penyeimbangan flora mikroorganisme intestinal dalam saluran pencernaan (Irianto, 2007; Anonim, 2003). Menurut Irianto (2007), pemberian organisme probiotik dalam akuakultur dapat diberikan melalui pakan, air maupun melalui perantaraan pakan hidup seperti rotifera atau artemia. Pemberian probiotik dalam pakan, berpengaruh terhadap kecepatan fermentasi pakan dalam saluran pencernaan, sehingga akan sangat membantu proses penyerapan makanan dalam pencernaan ikan. Fermentasi pakan mampu mengurai senyawa kompleks menjadi sederhana sehingga siap digunakan ikan, dan sejumlah mikroorganisme mampu mensistesa vitamin dan asam-asam amino yang dibutuhkan oleh larva hewan akuatik. Pemberian probiotik pada pelet dengan cara disemprotkan dapat menimbulkan terjadinya fermentasi pada pelet dan meningkatkan kecepatan pencernaan. Selanjutnya akan meningkatkan konversi pakan ikan, peternak dapat memproduksi lele ukuran layak jual dalam waktu lebih singkat (60-70 hari), sehingga dapat menekan biaya produksi. Penelitian yang berkaitan dengan pemberian probiotik terhadap pakan ternak telah banyak dilakukan. Pemberian Lactobacillus acidophilus pada pakan ternak meningkatkan pertambahan berat badan sapi dan efesiensi makanan, sementara tingkat kematian ternak sapi menurun dari 7,5 persen menjadi 1,5 persen akibat pemberian probiotik. Pada ternak ayam pemberian Lactobacillus meningkatkan pertambahan berat badan 491,3 g/hari dibandingkan dengan kontrol 459,6 g/ hari. Namun, penelitian pada babi pengaruh probiotik baru jelas terlihat apabila ternak tersebut berada dalam kondisi stres, sementara keadaan normal tidak terdapat pengaruh nyata (Samadi, 2013). B. Lele Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi
18
(JawaTengah). Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang (Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan.
C. Kotoran Ayam Dampak negatif yang dapat ditimbulkan usaha peternakan ayam berasal dari kotorannya - menimbulkan gas berbau menusuk dan tidak sedap. Pencemaran bau itu berasal dari unsur nitrogen dan sulfida yang terkandung dalam kotoran ayam, karena selama proses dekomposisi anaerob (tanpa pengelolaan dengan kecukupan aerasi) akan terbentuk gas amonia (CH4), nitrit dan gas hidrogen sulfida (H2S). Udara sekitar peternakan dan lokasi pengelolaan perdagangan (pasar dan pemotongan) ayam pun dapat menyebabkan gangguan kesehatan ternak dan masyarakat di sekitar peternakan. Amonia dapat menghambat pertumbuhan ternak, demikian juga pada manusia dapat menyebabkan iritasi mata serta gangguan saluran pernafasan.
19
BAB IV PELAKSANAAN PROGRAM
A. Realisasi Penyelesaian Masalah Program pengembangan teknologi tepat guna ini memiliki fokus penyelesaian masalah mengatasi harga pabrikan pakan lele yang relatif mahal dan cenderung meningkat tiap tahunnya, akibatnya adalah penghasilan para petani lele cenderung menurun. Untuk itu pada program pengembangan teknologi tepat guna ini dilakukan cara bagaimana menciptakan pakan alternatif yang efektif menekan harga pabrikan, serta memiliki keunggulan dalam budidaya ikan lele. Probiotik organik yang kembangkan dalam penelitian ini berupa probiotik organik dengan bahan dasar limbah kotoran ayam. Bahan dasar limbah kotoran ayam digunakan untuk mengatasi pencemaran lingkungan yang diakibatkan limbah kotoran ayam. Selain itu kotoran ayam memiliki kandungan memiliki kandungan Lysine, decarbonat phospore, methione, mineral mix yang tinggi. Probiotik yang dihasilkan untuk menggemburkan dasar kolam sekaligus memelihara kualitas air. Probiotik ini cukup diguyurkan ke air kolam pada pagi hari setiap 3nhari sekali supaya air selalu sehat, tidak blooming dan penuh dengan plankton sebagai pakan alami. B. Kelompok Sasaran Usaha peternakan ayam di daerah Tuntang Kabupaten Semarang saat ini sedang dalam tahap pengembangan dalam rangka meningkatkan pendapatan warga di wilayah tersebut. Namun di sisi lain limbah yang dihasilkan dari usaha peternakan tersebut belum tertangani dengan baik sehingga menimbulkan permasalahan baru yakni adanya pencemaran air dan udara. Warga mengeluhkan dampak buruk dari kegiatan usaha peternakan ayam. Saat ini usaha yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah, limbah kotoran ayam dibiarkan terfermentasi secara alami menjadi pupuk organik, yang nantinya akan dijual kepada tengkulak untuk pupuk tanaman budidaya. Namun proses fermentasi alami membutuhkan waktu yang tidak singkat, yakni sekitar satu 20
bulan. Hal ini tentunya masih memberikan dampak aroma yang kurang sehat di lingkungan pemukiman warga, sebelum dipindahkan oleh para tengkulak. Untuk itu perlu adanya penangan yang lebih efektif, dalam pengolahan limbah tersebut. Di sisi lain usaha peternakan lele oleh warga di kelurahan Tlogomulyo kota Semarang, mengalami penurunan produksi dikarenakan harga pakan pabrikan yang semakin meningkat. Ditambah lagi dengan budidaya lele yang dilakukan masih dengan cara konvensional, menimbulkan bau yang tidak sedap yang berasal dari sisa pakan dan kotoran dalam kolam, sehingga justru sering menimbulkan penyakit pada lele yang dibudidayakan, akibatnya lele mengalami kematian dan petani lele mengalami kerugian akibat gagal panen. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya serius dalam mengatasi permasalahan di kedua wilayah tersebut. Berdasarkan hasil observasi maka Tim peneliti mengembangkan teknologi pengolahan limbah kotoran ayam menjadi probitik, sebagai pakan alternatif budidaya lele. Limbah kotoran ayam dijadikan bahan baku utama pembuatan probiotik pakan lele, sehingga limbah ayam dan kolam lele tidak lagi mengganggu masyarakat sekitar. Dengan harapan, mitra penelitian mendapatkan keuntungan ganda yaitu meningkatnya produktivitas lele dan menekan biaya produksi (biaya pakan pabrikan). Dan bagi peternak ayam, tidak membutuhkan waktu lama untuk mengolah dan menghilangkan limbah yang dihasilkan.
C. Metodologi C.1 . Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian dilaksanakan di jl. Figara 2 no.29 Gasemmalang RT/RW:04/01 Kelurahan Tlogomulyo Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. 2. Waktu Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai bulan Desember 2014. C.2 Populasi dan Sampel 1. Populasi
21
Populasi dalam penelitian ini adalah lele dumbo, dengan jumlah 4 kolam, masing-masing kolam berisi 500 benih ikan lele dumbo. 2. Sampel Sampel penelitian adalah ikan lele dumbo yang diperoleh dari pembibit dengan cara memilih bibit dalam kondisi antara lain: sehat dan tidak cacat. Jumlah sampel yang digunakan adalah 2000 ekor ikan lele pada setiap perlakuan. Berat awal sekitar kurang lebih 5 g, dengan panjang 5 – 7 cm, dan gerakan gesit. C.3 Variabel Penelitian Variabel yang diukur dalam penelitian ini terdiri atas variabel dependen yaitu pertumbuhan (panjang dan bobot) ikan lele dumbo, yang tergantung pada pengaruh perlakuan pengacakan denah (lay out) eksperimen, serta variabel independent yaitu pakan probiotik dengan konsentrasi perlakuan yaitu: perlakuan A: 0% probiotik, B: 25% probiotik, C: 50%, dan perlakuan D: 75% probiotik.
C.4 Parameter Penelitian Parameter penelitian ini adalah pertumbuhan ikan lele dumbo yang diukur meliputi: -
panjang badan mulai dari ujung mulut sampai ujung ekor
-
berat ikan lele dumbo selama penelitian. Cara pengukuran yaitu: untuk pengukuran panjang badan ikan lele dumbo
diukur dengan menggunakan penggaris satuan cm, sedangkan untuk pengukuran berat ikan lele dumbo menggunakan timbangan digital satuan g, pengukuran panjang dan berat ikan lele dumbo dilakukan dua kali selama penelitian, yaitu pada saat penebaran benih dan setelah ikan lele dumbo berumur tiga bulan.
C.5 Rancangan Penelitian Penelitian ini didasarkan atas kondisi riil masyarakat yang mengalami kesulitan pembudidayaan lele karena ketergantungan pakan pabrikan dan limbah ayam yang sangat mengganggu. Adapun kerangka teoritis yang diajukan adalah sebagai berikut:
22
Budidaya lele di kec.pedurungan kota semarang
Kotabaru Jayafarm (tuntang)
Limbah Kotoran ayam menumpuk
Tergantung pakan pabrikan
Lingkungan kotor dan bau
TTG
Probiotik organik
Harga pakan meningkat Lele dengan Pakan Probiotik organik Pendapatan meningkat, Produktifitas lele meningkat
Menciptakan lapangan pekerjaan
Lingkungan bersih dan nyaman
Gambar 2. Kerangka berpikir penelitian
Desain eksperimen yang digunakan adalah desain Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan dan tiga kali pengulangan. Dalam penelitian ini digunakan beberapa perlakuan atau dosis probiotik yang berbeda-beda, sebagai berikut: 1) Perlakuan A: pakan pellet tanpa probiotik 2) Perlakuan B: pakan pellet 75% dan probiotik 25% 3) Perlakuan C: pakan pellet 50% dan probiotik 50% 4) Perlakuan D: pakan pellet 25% dan probiotik 75% Persentase pakan dihitung dari total bobot ikan lele. C.6 Alat dan Bahan 1) Alat Kolam, selang, timbangan, gayung, ember, terpal, jaring, sekop, cangkul, seng
23
2) Bahan Benih ikan lele, pakan pellet, limbah kotoran ayam, air, EM4, gula, urea C.7 Prosedur Kerja Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan beberapa kegiatan, yaitu: 1) Menyiapkan pakan probiotik, dengan cara: -
kotoran ayam 3 Karung (200 kg) diangin-anginkan selama 3 hari.
-
Dalam keadaan kering, kotoran tersebut dimasukkan ke dalam kolam / tempat lain (bukan kolam lele).
-
Mencampurkan larutan fermentor / probiotik EM4 (5 lt) + larutan gula (10 lt) aduk sampai merata.
-
Dalam waktu 7 – 10 hari akan tumbuh plankton-plankton yang akan menjadi pakan utama lele.
2) Menyiapkan kolam berisi air, kegiatan selanjutnya yaitu memasang aerator sebagai pemasok oksigen ke dalam air. 3) Bibit lele ditimbang lebih dahulu, kemudian dimasukkan ke dalam kolam. 4) Mengambil beberapa ember dari kolam probiotik untuk dimasukkan ke dalam kolam lele yang telah disiapkan. 5) Setiap seminggu sekali dilakukan pengukuran berat biomassa lele. Hal ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa seminggu sudah terjadi pertambahan ukuran berat badan dan panjang tubuh bibit lele. Penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan lele dan untuk menentukan kembali jumlah pakan yang harus diberikan. 6) Pemeliharaan lele kurang lebih selama 3 - 4 bulan. Pakan yang diberikan 5 - 8 % dari berat biomassa per hari (INFIS 1992; Mahyuddin, 2008). Berat biomassa standar dalam penelitian ini adalah berat biomassa rata-rata hewan uji tiap perlakuan (Martuti 1989). Dengan demikian, jumlah pakan yang diberikan per hari apabila diberi pakan 8 % berat biomassa adalah 8/100 x 4 g = 0,32 g/hari/ekor. 7) Meliputi pengukuran pH air, kandungan O2 terlarut dalam air dan suhu air dilakukan setiap tiga hari sekali selama penelitian.
24
8) Pengukuran pertumbuhan lele uji dengan menghitung pertambahan berat biomassa dalam satu wadah (Matondang, 1984 dalam Martuti 1989). Pertumbuhan biomassa mutlak ditetapkan berdasarkan hasil pertambahan biomassa lele uji untuk masing-masing bak penelitian. C.8 Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program statistika spss ver.16. Beda nyata antar perlakuan diuji dengan one way ANOVA, jika terdapat beda nyata dilanjutkan pengujian Duncan dengan taraf signifikansi 5%.
25
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan A.1 Biomassa Lele Dumbo Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan lele dumbo terdiri dari pertumbuhan berat biomassa, kemudian diolah menjadi berat biomassa mutlak (tabel 1) dan dihitung laju pertumbuhan “instantaneous growth (g)”(tabel 2 ). Tabel 1. Data pertumbuhan berat biomassa mutlak Lele dumbo Perlakuan Ulangan A
1
1999
2
1997
3
1994
4
1994
Rata-rata B
7984 : 4 = 1996 1
2021
2
2003
3
2011
4
2008
Rata-rata C
8043 : 4 = 2010, 75 1
2040
2
2009
3
2021
4
2014
Rata-rata D
Rata-rata
Pertumbuhan berat biomassa
8084 : 4 = 2021 1
2044
2
2034
3
2051
4
2012 8141 : 4 = 2035
26
Keterangan : Perlakuan A: pakan pellet tanpa probiotik Perlakuan B: pakan pellet 75% dan probiotik 25% Perlakuan C: pakan pellet 50% dan probiotik 50% Perlakuan D: pakan pellet 25% dan probiotik 75% Data tabel 1, kemudian dianalisis dengan menggunakan anova, untuk mengetahui apakah pemberian probiotik organik berpengaruh terhadap biomassa lele. Hasil analisi statistik tersebut, diperoleh seperti pada tabel 2. Tabel 2. Hasil analisis anova biomassa Source of Variation
SS
Between Groups
1677,688
Within Groups Total
1298,75 2976,438
df
MS
F
3 559,2292 5,167084
P-value
F crit
0,016 3,490295
12 108,2292 15
Keterangan: *) Berbeda nyata karena Fhitung > Ftabel (dengan α = 5%) (Perhitungan selengkapanya lihat lampiran 4)
Dari tabel 2, dapat dilihat bahwa hasil pengujian anova untuk biomasa Fhitung > Ftabel, jadi hipotesis nihil (Ho) ditolak. Dengan kata lain, pemberian probiotik dengan variasi pelet berbeda nyata terhadap biomasa pertumbuhan lele dumbo. Pertumbuhan berat biomassa mutlak rata-rata tertinggi dicapai oleh perlakuan D (2035g), diikuti oleh C (2021g), B (2010,75g) dan perlakuan A (1996g). Perbedaan dari masing-masing kelompok dapat diketahui dari hasil uji duncan, seperti pada tabel 3.
27
Tabel 3. Hasil perhitungan uji duncan (homogeneus)
Pada tabel 3 menunjukan biomasa pada kelompok kontrol (A) berbeda nyata dengan kelompok perlakuan pelet + Probiotik Organik (B,C,D). Hal tersebut berarti pemberian probiotik organik berpengaruh terhadap pertumbuhan berat biomassa lele dumbo. Kemudian untuk menjaga padat penebaran awal yang sama tiap perlakuan dan ulangan, dan menjaga agar tidak terjadi keragaman yang besar pada data pertumbuhan biomassa lele dumbo, maka lele dumbo yang mati selama minggu I penelitian diganti dengan stok lele yang berasal dari sumber benih.
A.2 Laju Pertumbuhan Lele Dumbo Data laju pertumbuhan lele dumbo dengan pemberian probiotik organik dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Data Laju Pertumbuhan “instantaneous growth (g)” Lele Dumbo Perlakuan Ulangan A
Laju Pertumbuhan “instantaneous growth (g)”
1
0, 401
2
0,391
3
0,432
4
0,410
28
Rata-rata B
1,63 : 0,4075 1
0, 413
2
0,422
3
0,404
4
0,401
Rata-rata C
1,64 : 0,41 1
0,434
2
0,401
3
0,402
4
0,39
Rata-rata D
1,627 : 0,40675 1
0,394
2
0,422
3
0,374
4
0,411
Rata-rata
1,601 : 4 = 0,4
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat rata-rata laju pertumbuhan “instantaneous growth (g)” lele dumbo tertinggi pada perlakuan B dengan rata-rata sebesar 0,41 diikuti C sebesar 0,406, dan laju pertumbuhan terendah pada perlakuan D sebesar 0.40. Ini membuktikan bahwa penambahan probiotik pada pelet tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan. Dari Tabel 4 tersebut terlihat bahwa perlakuan A mempunyai FCR yang paling tinggi dibandingkan perlakuan yang lain. Hasil analisis anova laju pertumbuhan dijelaskan pada tabel 5. Tabel 5. Hasil analisis anova laju pertumbuhan lele dumbo. Source of Variation
SS
df
Between Groups
0,000221
Within Groups
0,003583
12 0,000299
Total
0,003804
15
3
MS
F
P-value
F crit
7,38E-05 0,247034 0,861875 3,490295
29
Data laju pertumbuhan “instantaneous growth (g)” yang ada dianalisis ragam, sebelumnya dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Pengambilan taraf signifikansi (α) sebesar 5 % memungkinkan didapatkannya nilai F tabel 3,490295. Oleh karena F hitung (0,247034) < F tabel (3,490295), maka Ho diterima. Dari keempat perlakuan, laju pertumbuhan “instantaneous growth (g)” rata-rata tertinggi diperoleh dari perlakuan B (0,41), kemudian berturut-turut perlakuan C dan A (0,4075), dan perlakuan D (0,40). Karena tidak ada pengaruh perlakuan, maka tidak dilakukan pengujian wilayah ganda Duncan. Di sisi lain Nilai konversi pakan setiap ulangan untuk masing-masing perlakuan A, B, C dan D secara lengkap disajikan pada Tabel 6.
A.3 Hasil Analisis FCR pada lele dumbo Data analisis FCR dengan pemberian probiotik organik dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Hasil analisis FCR lele dumbo untuk setiap perlakuan dan ulangan Perlakuan
1
2
3
4
Rata-rata
A
0,51
0,5
0,4
0,43
0,46
B
0,34
0,35
0,47
0,51
0,42
C
0,27
0,29
0,27
0,3
0,28
D
0,21
0,4
0,3
0,37
0,32
Dari tabel 6, dapat dilihat bahwa hasil pengujian anova untuk FCR Fhitung > Ftabel, jadi hipotesis nihil (Ho) ditolak. Dengan kata lain, pemberian probiotik dengan variasi pelet berbeda nyata terhadap FCR lele dumbo. FCR rata-rata tertinggi dicapai oleh perlakuan A (0,46), diikuti oleh B(0,42), C (0,28) dan perlakuan D (0,32). Perbedaan dari masing-masing kelompok dapat diketahui dari hasil uji duncan, seperti pada tabel 7.
Tabel 6. Hasil Anova FCR lele dumbo Source of Variation
SS
df
MS
F
P-value
F crit
30
Between Groups
0,08205
3
0,02735
Within Groups
0,05255 12
0,004379
Total
6,24548
0,008466
3,490295
0,1346 15
Keterangan: *) Berbeda nyata karena Fhitung > Ftabel (dengan α = 5%) (Perhitungan selengkapanya lihat lampiran 4) Dari tabel 6, dapat dilihat bahwa hasil pengujian anova untuk FCR Fhitung > Ftabel, jadi hipotesis nihil (Ho) ditolak. Dengan kata lain, pemberian probiotik dengan variasi pelet berbeda nyata terhadap FCR lele dumbo. Perbedaan dari masing-masing kelompok dapat diketahui dari hasil uji duncan, seperti pada tabel 7. Tabel 7. Hasil analisis uji duncan FCR lele dumbo
Pada tabel 7 menunjukan FCR pada kelompok kontrol (A) berbeda nyata dengan kelompok perlakuan pelet + Probiotik Organik (B,C,D). Hal tersebut berarti pemberian probiotik organik berpengaruh terhadap FCR lele dumbo.
31
A.4. Hasil analisis mortalitas Tabel 8. Mortalitas dan Kelangsungan Hidup Lele Dumbo
Perlakuan
Mortalitas
Ulangan
No
Nt
1
125
120
5
2
125
117
8
3
125
115
10
4
125
123
2
1
125
124
1
2
125
123
2
3
125
121
4
4
125
125
0
1
125
123
2
2
125
125
0
3
125
124
1
4
125
124
1
1
125
125
0
2
125
125
0
3
125
124
1
4
125
122
3
A
B
C
D
(N)
Tabel 9. Uji anova mortalitas Source of Variation
SS
df
MS
Between Groups
76,5
3
Within Groups
53,5
12 4,458333
Total
130
15
F
P-value
F crit
25,5 5,719626 0,011453 3,490295
32
Dari tabel 9, dapat dilihat bahwa hasil pengujian anova untuk mortalitas Fhitung > Ftabel, jadi hipotesis nihil (Ho) ditolak. Dengan kata lain, pemberian probiotik dengan variasi pelet berbeda nyata terhadap mortalitas lele dumbo. Perbedaan dari masing-masing kelompok dapat diketahui dari hasil uji duncan, seperti pada tabel 9. Tabel 10. Uji Duncan Mortalitas
Pada tabel 10 menunjukan mortalitas pada kelompok kontrol (A) berbeda nyata dengan kelompok perlakuan pelet + Probiotik Organik (B,C,D). Hal tersebut berarti pemberian probiotik organik berpengaruh terhadap mortalitas lele dumbo.
A.5. Kisaran Parameter Kualitas Air Parameter kualitas air yang diamati meliputi suhu, derajat keasaman (pH), dan oksigen terlarut (DO). Pada saat penelitian berlangsung kisaran parameter kualitas air masih dalam kondisi normal dan layak untuk pemeliharaan lele Sangkuriang. Tabel 11. Kisaran Prameter Kualitas Air media Pemeliharaan pada setiap perlakuan Parameter yang diukur
A
B
C
D
Suhu air
25-26
24-26
24-26
24-26
pH
6 -7,5
6,5 -7,5
6,5 -7
6,5 -7,5
Oksigen terlarut (ppm)
7,3-8,9
7-8,5
7,2-8,7
7-8,5
33
B. Pembahasan Dari hasil analisis varians, penambahan probiotik pada pelet berpengaruh terhadap pertumbuhan biomassa mutlak, Di sisi lain, laju pertumbuhan lele dumbo dengan pemberian probiotik organik sebagai pakan alternatif, hasil analisis data menujukan tidak berbeda nyata. Hal ini mungkin disebabkan waktu penebaran benih lele di bulan Nopember. Sedangkan bulan Nopember sudah mulai turun hujan. Hujan deras dibulan nopember menyebabkana perubahan suhu secara drastis. Suhu yang awalnya berkisar 26 oC menjadi turun drastis menjadi 19 oC. Perubahan suhu drastis menyebabkan benih lele stress dan nafsu makan menurun bahkana menyebabkan kematian. Hasil yang diperoleh dari perhitungan konversi pakan menunjukkan bahwa nilai konversi pakan dari perlakuan C (0,28) lebih baik dari pada perlakuan D (0,32), C (0,42) dan perlakuan A(0,46). Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hendri (2012) bahwa besar kecilnya nilai konversi pakan tidak hanya ditentukan oleh jumlah pakan yang diberikan, melainkan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kepadatan, berat setiap individu, umur kelompok hewan, temperatur air media dan cara pemberian pakan (kualitas, penempatan dan frekuensi pemberian pakan). Berdasar hasil penelitian, diperoleh hasil perhitungan bahwa tingkat Kematian tertinggi pada perlakuan A, C, dan D (100%), perlakuan B (99,67%). Hal ini diduga karena penambahan probiotik pada pelet tidak mengganggu kelulushidupan lele dumbo. Mikroba probiotik merupakan mikroba yang aman dan relatif menguntungkan dalam saluran pencernaan. Mikroba ini menghasilkan zat yang tidak berbahaya bagi kultivasi tetapi justru menghancurkan mikroba patogen pengganggu sistem pencernaan. Kematian benih
lele dumbo selama
penelitian diduga karena sejak awal perlakuan benih tersebut sudah sakit. Hasil pengukuran parameter kualitas air media selama penelitian, didapatkan bahwa besaran-besaran kualitas air masih dalam batas kelayakan dan mendukung kehidupan serta pertumbuhan hewan uji. Adapun kisaran untuk parameter kualitas air yang meliputi suhu kisarannya adalah sekitar 24-30 °C. Apabila suhu
34
pemeliharaan melebihi kisaran akan sangat membahayakan kehidupan
lele
dumbo. Jika suhu pemeliharaan kurang dari kisaran (suhu rendah), mengakibatkan aktivitas lele dumbo menjadi rendah dan nafsu makan berkurang, sehingga akan mengakibatkan pertumbuhan lele dumbo menjadi lambat. Adapun kisaran untuk parameter pH adalah sekitar 6-8 dan kisaran parameter oksigen terlarut adalah sekitar 5-10 ppm (Arief, 2014).
35
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1 KESIMPULAN Pemberian probiotik yang divariasikan dengan pelet dengan perbandingan 25%, 50%, 75%, berbeda nyata terhadap pertumbuhan berat biomassa, FCR, dan mortalitas lele dumbo, sedangkan pada laju pertumbuhan lele tidak berbeda nyata.
6.2 REKOMENDASI Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengembangkan probiotik organik dengan berbagai macam limbah, sebagai pakan alternatif budidaya lele.
36
DAFTAR PUSTAKA
Hendri Ahmadi, Iskandar, Nia Kurniawati, 2012. Pemberian Probiotik Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) pada pendederan II. Jurnal perikanan vol.3 no.4.Desember.2012:99-107 Muhammad Arief, Nur Fitriani dan Sri Subekti. 2014. Pengaruh Pemberian Probiotik Berbeda Pada Pakan Komersial Terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.). Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol. 6 No. 1, April 2014 Pemerintah provinsi jawa tengah Dinas pendidikan Provinsi jawa tengah Panduan Fasilitas Perguruan Tinggi 2013 http://komunitas-lelesangkuriang.blogspot.com/2013/07/probiotik-manfaat-dancara-pembuatannya.html http://agen-bioprisma.indonetwork.co.id/5065081/bioprisma-probiotik-hewanternak-sapi-ayam-burung-ikan.htm http://nunobloger.blogspot.com/2011/05/cara-membuat-probiotik-untuk-pakanikan.html http://mioter-22.blogspot.com/2013/07/pemeliharaan-dan-pembesaran-ikanlele.html http://sukajayafarm.wordpress.com/2013/03/29/lele-panen-70-hari-dengankotoran-ayam/ http://oetzoe.blogspot.com/2013/08/cara-membuat-probiotik-manfaatnya.html http://budidaya-ikan.com/cara-membuat-starter-probiotik-lele-sangkuriang/
http://suksesbudidaya-ikan.blogspot.com/2013/09/cara-membuat-menggandakanprobiotik.html http://budidaya-ikan.com/hemat-pakan-ikan-dengan-probiotik/ http://raudhotuljannah.com/misteri-pakan-lele/
37
Gambar 1 Proses persiapan kolam probiotik
Gambar 2. Pengolahan kotoran ayam menjadi probiotik
38
Gambar 3. Penambahan tetes tebu
Gambar 4. Penambahan em4
39
Gambar 5. Penutupan kolam probiotik (selama proses fermentasi)
Gambar 6. Pemberian pakan probiotik organik
40
Gambar 7. Pembenihan lele dengan probiotik di kolam budidaya
Gambar 8. Benih lele dengan pakan probiotik usia 1 bulan
41
Gambar 9. Rapat koordinasi kegiatan
42