DISEMINASI TEKNOLOGI CABAI MERAH MELALUI DEMPLOT GAP Noor Amali Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. P. Batur Barat No.4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan e-mail :
ABSTRAK Demonstrasi plot (demplot) adalah salah satu metode penyuluhan yang sifatnya langsung bisa dilihat petani. Usahatani cabai merah dilakukan oleh petani semata-mata untuk tujuan produksi dan perbaikan ekonomi, tanpa memperhatikan prinsip atau teknik budidaya yang benar. Budidaya tanaman cabai merah secara benar atau Good Agricultural Practices (GAP) merupakan penerapan budidaya yang memberikan hasil selaras dengan komponenkomponen pendukungnya. Prinsip GAP adalah (i) bersifat umum, (ii) merupakan proses pembelajaran bagi petani dan pelaku usaha, dan (iii) dinamis sesuai perkembangan teknologi. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendiseminasikan teknologi budidaya cabai merah melalui penerapan GAP secara langsung kepada petani. Kegiatan dilakukan langsung di lahan petani (on farm) pada lahan seluas 300 m2. Varietas yang digunakan yaitu Hot Chili. Teknik budidaya yang diterapkan yaitu dengan menerapkan beberapa aspek yang menjadi ruang lingkup GAP yang terdiri atas : perencanaan, lokasi budidaya, penyiapan lahan, media tanam, penggunaan pupuk dan pestisida, pengairan, panen dan pencatatan. Hasil yang diperoleh melalui demplot GAP cabai merah tersebut adalah meningkatnya hasil yang diperoleh petani hingga mencapai 418,5 kg dengan R/C sama dengan 2. Kata kunci : diseminasi, cabai, demplot, GAP
Pendahuluan Diseminasi diartikan sebagai suatu kegiatan yang ditujukan kepada kelompok target atau individu agar mendapatkan informasi sehingga timbul kesadaran, menerima dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut. Penyebaran informasi yang dimaksud dapat dilakukan melalui berbagai jenis media seperti buku, majalah, surat kabar, film, televisi, radio, musik, game dan sebagainya. Metode penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai cara atau teknik penyampaian materi penyuluhan kepada pelaku utama dan pelaku usaha beserta keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung agar mereka lebih mudah memahami dan dapat mempermudah penerapan suatu inovasi. Dalam penggunaan metode penyuluhan dapat dibedakan menjadi beberapa golongan berdasarkan: teknik komunikasi, jumlah sasaran dan indera penerima dari sasaran. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa metode penyuluhan merupakan salah satu bagian dari kegiatan diseminasi informasi. Demonstrasi merupakan suatu metode penyuluhan di lapangan untuk memperlihatkan secara nyata tentang ‘Cara’ dan/atau ‘Hasil’ penerapan teknologi pertanian yang telah terbukti menguntungkan bagi petani-nelayan. Salah satu jenis demonstrasi yang Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 419
dilaksanakan oleh petani secara perorangan adalah demonstrasi plot (demplot). Tujuan pelaksanaan demplot adalah untuk memberikan contoh bagi petani nelayan di sekitarnya untuk menerapkan teknologi baru yang diitroduksikan dan petani dapat melihat secara langsung proses inovasi teknologi introduksi. Dengan terlaksananya demplot diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku sehingga petani mau dan mampu menggunakan inovasi baru. Cabai Merah merupakan komoditas sayuran yang sangat laku dipasaran. Usaha agribisnis cabai merah menuntut dipenuhinya berbagai persyaratan agar diperoleh efisiensi usaha produksi yang tinggi, mutu produk yang baik, keuntungan yang optimal dan produksi berkelanjutan serta sumber daya alam yang lestari. Pada era perdagangan global saat ini, persyaratan mutu, keamanan pangan, sanitary dan phytosanitri lebih diutamakan. Untuk memenuhi persyaratan tersebut perlu diketahui pedoman cara budidaya cabai merah yang baik atau dikenal dengan Good Agricultural Practices (GAP). Tanaman cabai merah (Capsicum annum L) merupakan komoditas hortikultura yang dapat dibudidayakan pada berbagai jenis tanah dan ketinggian dari permukaan laut. Di Indonesia cabai merah memepunyai arti penting dan menduduki tempat kedua setelah sayuran kacang-kacangan (Samsudin, 1980). Usahatani tanaman cabai merah (Capsicum annum L.) di Kalimantan Selatan masih berada dalam skala usaha kecil dan belum menerapkan pola tanam dan pola produksi secara optimal. Pada umumnya petani cabai merah di Kalimantan Selatan belum menerapkan teknologi maju sehingga kualitas produknya belum memenuhi standar. Luas tanam cabai merah pada tahun 2006 mencapai 733 ha yang tersebar di hampir seluruh kabupaten di Kalimantan Selatan kecuali kota Banjarmasin. Jumlah produksi yang diperoleh 34,572 kuintal. Masih rendah dibandingkan dengan rata-rata produksi nasional yang mencapai 6,7 t/ha (Amali dan Susi, 2008). Berdasarkan data dari BPS untuk tahun 2009 luas panen tanaman cabai merah adalah sebesar 854 ha, produksi mencapai 4047 ton, sedangkan rata-rata produksi mencapai 4,74 ton/ha (Kalimantan Selatan dalam Angka, 2010). Selanjutnya beberapa permasalahan yang dihadapi dalam usahatani cabai merah di Provinsi Kalimantan Selatan adalah kurangnya informasi teknologi, adanya serangan hama/penyakit, kurangnya informasi tentang pasca panen dan pengolahan. Sedangkan permasalahan non teknis seperti posisi tawar petani rendah dikarenakan manajemen usahatani belum diterapkan secara optimal sehingga pengaturan suplai dan distribusi produk belum berjalan baik. Untuk menghindari timbulnya berbagai masalah dalam budidaya tanaman cabai merah, terutama terhadap keamanan produk dan lingkungan, perlu dilakukan usaha budidaya cabai merah secara benar. Dengan upaya-upaya yang dilakukan secara benar ini diharapkan usaha budidaya tanaman cabai merah dapat dilakukan secara berkelanjutan dan produknya aman untuk konsumsi (Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2010). Upaya yang dapat dilakukan untuk dapat melakukan budidaya tanaman cabai merah secara benar adalah dengan mengacu pada standar operasional prosedur (SOP). Standar Operasional Prosedur dalam pelaksananaan budidaya tanaman cabai merah memuat alur proses budidaya dari on farm sampai penanganan pasca panen sesuai dengan good agricultural practices. Oleh karena itu kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendiseminasikan teknologi budidaya cabai merah melalui penerapan GAP secara langsung kepada petani.
Noor Amali : Diseminasi teknologi cabai merah melalui demplot GAP | 420
Metodologi Demplot Good Agricultural Practices (GAP) Cabai Merah ini dilaksanakan di Desa Sungai Hanyar Kecamatan Angkinang Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dilakukan pada lahan petani dan petani sebagai pelaksana (on farm research). Luas areal yang digunakan dalam uji coba ini adalah 300 m2, dengan Varietas cabai yang digunakan adalah Hot Chili. Teknik budidaya yang diterapkan yaitu dengan menerapkan beberapa aspek yang menjadi ruang lingkup GAP yang terdiri atas : perencanaan, lokasi budidaya, penyiapan lahan, media tanam, penggunaan pupuk dan pestisida, pengairan, panen dan pencatatan. Pelaksanaan kegiatan dalam uji coba GAP tanaman cabai ini mengacu pada SOP dari Direktorat Tanaman Sayuran dan Biofarmaka Kementerian Pertanian Republik Indonesia, meliputi : 1.
Pemilihan benih cabai merah,
Untuk pemilihan benih yaitu dengan kriteria : varietas yang dianjurkan dan tersedia di pasaran, bermutu (daya kecambah diartas 80%), memiliki nilai komersial, benih tidak kadaluarsa. 2.
Persemaian
Beberapa tahapan yang dilaksanakan dalam membuat persemaian yaitu : membuat media tanam yang merupakan campuran dari tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1dan steril dengan cara pengukusan media. Selanjutnya benih direndam dalam air hangat (50 derajat Celsius) selama 1 jam, kemudian disebar merata pada bedengan lalu ditutup dengan lapisan tanah halus dan kemudian ditutup lagi dengan daun pisang. Benih siap dilakukan pembubunan setelah mempunyai 4-5 helai daun dengan tinggi antara 5-10 cm. 3 a.
b. c. d. e.
f.
4 a.
Persiapan lahan Pengolahan lahan, dengan cara lahan dicangkul sedalam 30-40 cm sampai gembur, kemudian dibuat bedengan dengan lebar 1-1,2m dan tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 30 cm Pemberian kapur dolomit sebanyak 2 ton/ha bersamaa dengan pengolahan tanah Pemberian agens hayati Pemupukan, pupuk dasar diberikan berupa pupuk organic diberikan 2 minggu sebelum tanam dengan dosis 10 ton/ha. Kemudian pupuk susulan berupa pupuk organic cair Pemasangan mulsa plastic perak hitam dengan lebar 100-125 cm, merupakan salah satu usaha untuk memberikan kondisi lingkungan pertumbuhan tanaman yang lebih baik, sehingga tanaman dapat tumbuh dan berproduksi optimal. Pemasangan mulsa dilakukan saat matahari panas terik agar mulsa memuai sehingga memudahkan pulsa ditarik menutup rapat bedengan. Bagian plastic berwarna perak menghadap ke atas dan yang berwarna hitam menghadap ke bawah/tanah. Pembuatan lubang tanam pada mulsa menggunakan alat pelubang mulsa berdiameter 10 cm yang sudah dipanaskan. Lubang tanam dibuat 2 baris berhadapan, sesuai dengan jarak tanam yaitu (50-60cm) x (50-70cm) Penanaman dan Pemeliharaan Penanaman , dilakukan pada sore hari agar benih tidak layu akibat terik matahari.benih ditanam pada mulsa yang telah dilubangi. Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 421
b.
c.
d.
Pemasangan ajir/turus, berfungsi untuk membantu tanaman tumbuh tegak, mengurangi kerusakan fisik tanaman yang disebabkan beban buah, memperbaiki pertumbuhan daun dan tunas serta memudahkan pemeliharaan. Ajir dipasang pada 7 hari setelah tanam dan ditancapkan 10 cm dari tanaman. Tanaman diikat pada ajir dengan tali raffia setelah tanaman berumur 30-40 hari setelah tanam. Perempelan, yaitu pembuangan tunas air, daun, bunga dan bagian tanaman lain yang rusak atau terkena serangan OPT. Dilakukan saat pagi hari. Perempelan tunas di ketiak daun dimulai pada umur 10-12 HST dan perempelan bunga dilakukan pada bunga cabang utama untuk menunda pembentukan bunga dan buah karena kondisi tanaman belum kuat, perempelan daun di cabang utama dilakukan pada saat tajuk tanaman telah optimal, yaitu pada saat tanaman berumur 75-80 HST Pengendalian OPT, dilakukan dengan melakukan pengamatan OPT secara berkala serta pencegahan serangan OPT dengan cara menjaga kebersihan lahan dan menggunakan perangkap lekat warna biru/putih dan perangkap lekat warna kuning. Perangkap ini dipasang segera setelah tanaman cabai merah tumbuh. Jumlah perangkap yang dibutuhkan masing-masing sebanyak 40 buah/ha. Disamping cara tersebut di atas, juga digunakan Trichoderma untuk mencegah layu cendawan, diberikan sebanyak 3 kali yaitu pada saat di persemaian, menjelang tanam dan saat tanaman memasuki fase generative. Pemberian larutan bakteri Pseudomonas fluorecense, untuk mencegah penyakit layu bakteri, diaplikasikan berselang 3 hari dari pemberian tricho cair.
Hasil dan Pembahasan Dalam pelaksanaan demplot GAP Cabai merah ini mengacu pada Pedoman Budidaya Sayur yang Baik (Good Agricultural Practices for Vegetables) atau yang biasa disingkat GAP, yaitu panduan budidaya sayur yang baik untuk menghasilkan produk bermutu yang mencakup penerapan teknologi yang ramah lingkungan, pencegahan penularan organisme pengganggu tanaman, penjagaan kesehatan dan meningkatkan kesejahteraan pekerja serta prinsip penelusuran balik (traceability). Dalam melakukan budidaya sayur yang baik meliputi beberapa aspek yang menjadi ruang lingkup GAP yang terdiri atas : 1.
Penetapan lokasi lahan demplot
Sesuai dengan pedoman GAP, beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam penetapan lahan untuk lokasi pertanaman adalah kesuburan tanah, pengairan, kemiringan lahan harus di bawah 30% dan riwayat penggunaan lahan. Selain itu lahan yang dipilih tidak bertentangan dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTRD) dari pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Kemiringan lokasi budidaya di desa Sungai Hanyar adalah 0%. Riwayat penggunaan lahan tersebut adalah bebas dari cemaran bahan beracun dan berbahaya dan sebelumnya tidak dilakukan budidaya tanaman dari keluarga solanaceae. Budidaya tanaman yang sama atau satu famili pada lahan yang sama dapat menyebabkan endemis organisme pengganggu tanaman karena organisme pengganggu tanaman tersebut mendapatkan makanan secara berkelanjutan. 2.
Penyiapan Lahan
Kegiatan persiapan lahan merupakan kegiatan mempersiapkan lahan yang sesuai untuk pertumbuhan. Penyiapan lahan/media tanam dilakukan dengan cara yang dapat memperbaiki atau memelihara struktur tanah dan dapat menghindarkan erosi. Untuk Noor Amali : Diseminasi teknologi cabai merah melalui demplot GAP | 422
mendapatkan media tanam yang baik bagi tanaman cabai perlu dilakukan pengolahan tanah sempurna dan penambahan bahan organik dan kapur (dolomit). Pemberian bahan organik dimaksudkan untuk memperbaiki agregat tanah sedangkan pemberian dolomit 2 ton/ha dimaksudkan untuk meningkatkan pH tanah. Bahan organik yang diberikan berasal dari kotoran sapi yang telah mengalami dekomposisi. Dosis pupuk yang diberikan sesuai dengan anjuran yaitu 5 ton/ha.. Untuk keperluan tersebut diperlukan tindakan-tindakan pengolahan tanah yang terdiri atas pembajakan (pencangkulan tanah), pembersihan gulma dan sisa-sisa tanaman, perataan permukaan tanah, serta pembuatan bedengan dan garitan-garitan. Disampaikan juga pada petani tentang pelarangan penggunaan kotoran manusia sebagai pupuk organik. 3.
Media Tanam
Media tanam yang digunakan dalam persemaian maupun areal pertanaman tidak tercemar bahan beracun dan berbahaya 4.
Penggunaan pupuk dan pestisida
Selain menggunakan pupuk organik juga digunakan pupuk anorganik untuk merangsang pembungaan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk yang terdaftar dan diijinkan. Dosis yang digunakan sesuai anjuran. Penyimpanan pupuk dilakukan ditempat yang aman dan terpisah dengan penyimpanan pestisida. Pestisida yang digunakan adalah pestisida organik meliputi : a. ekstrak daun tembakau dan sirsak yang digunakan untuk mengendalikan serangan hama. b. agen hayati (bakteri) metarhizium untuk mengendalikan serangan jangkerik dan bakteri c. agen hayati (bakteri) Pseudomonas fluorecense untuk mengendalikan layu bakteri d. agen hayati tricho cair untuk mencegah serangan jamur tanah Semua pestisida hayati tersebut diproduksi oleh Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Selatan. Sesuai dengan prosedur GAP tentang pestisida, sangat dianjurkan agar pestisida disimpan di lokasi yang layak, aman, berventilasi baik, memiliki pencahayaan baik dan terpisah dari materi lainnya dan terpisah dari produk pertanian. Petani kooperator mempunyai gubuk yang berada ditempat yang cukup teduh dan dekat dengan areal pertanaman yang digunakan untuk tempat penyimpanan pestisida dan mampu untuk menahan tumpahan. Selama penyimpanan pestisida tetap berada dalam kemasan asli dimana pestisida cair diletakkan terpisah dari pestisida bubuk. Dalam penanganan wadah pestisida wadah bekas pestisida ditangani dengan benar agar tidak mencemari lingkungan. Diberikan arahan ke petani kooperator supaya wadah bekas pestisida dirusakkan agar tidak digunakan untuk keperluan lain. Kelebihan pestisida dalam tabung penyemprotan digunakan untuk pengendalian ditempat lain. Selain itu juga dianjurkan supaya peralatan aplikasi pestisida dirawat secara teratur agar selalu berfungsi dengan baik. Sangat dianjurkan agar tersedia peralatan yang memadai untuk menakar dan mencampur pestisida dan agar peralatan aplikasi pestisida dikalibrasi secara berkala untuk menjaga keakurasiannya. Sebelum diserahkan ke petani telah disediakan panduan penggunaan peralatan dan aplikasi pestisida. 5.
Pengairan
Sesuai prosedur GAP bahwa dalam pengairan terhadap tanaman salah satu komponennya yaitu sangat dianjurkan agar air yang digunakan untuk tanaman tidak Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 423
mengandung limbah berbahaya dan beracun. Areal demplot budidaya cabai ini terletak di sebelah sungai sehingga memudahkan petani dalam memberikan pengairan bagi tanaman, dimana air tersebut tidak mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun serta penggunaan airnya tidak bertentangan dengan kepentingan umum. 6.
Panen
Pemanenan dilakukan dengan cara yang dapat mempertahankan mutu produk. Diwajibkan pada petani kooperator agar wadah hasil panen yang akan digunakan dalam keadaan baik, bersih dan tidak terkontaminasi. Hasil panen diletakkan pada tempat yang ternaungi dan diperlakukan secara hati-hati dan dibersihkan dari cemaran. Pencucian hasil panen menggunakan air bersih 7.
Pencatatan
Petani kooperator telah diberikan buku untuk mencatat semua kegiatan yang dilakukan mulai dari persiapan lahan sampai pemanenan. 8.
Hasil tanaman Hasil tanaman cabe pada kegiatan demplot seperti pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Hasil panen Panen I
Panen II
Panen III
Panen IV
Panen V
Panen VI
Panen VII
Panen VIII
Panen IX-XV
Jml hasil panen
43,7
44
42,9
43,9
45
40,7
38,2
37,1
83
418,5
Panjang buah (cm)
11,4 (Mutu I)
11,58 (mutu II)
12,33 (mutu I)
11,4 (mutu I)
11,58 (mutu II)
12,33 (mutu I)
Mutu III
Diamter buah (cm)
6,1
4,48
5,1
6,1
4,48
5,1
Uraian Hasil (kg)
9.
5
4.8
Hama dan Penyakit
Selama budidaya berlangsung organisme pengganggu tanaman yang muncul adalah jangkerik, ulat, trips, bakter, jamur dan virus penyebab keriting. Jangkerik menyerang tanaman pada saat tanaman masih dalam pembumbunan dan umur 1 minggu setelah tanam. Untuk penanggulangannya dilakukan penyemprotan larutan daun sirsak dan tembakau. Untuk mengatasi kematian tanaman akibat serangan jangkrik dilakukan penyulaman tanaman. Serangan ulat tidak mengakibatkan fatal pada tanaman. Kerusakan yang ditimbulkan adalah daun tanaman menjadi berlubang. Untuk penanggulangannya dilakukan penyemprotan larutan daun sirsak dan tembakau. Selain serangan hama, juga terdapat serangan penyakit layu bakteri dan layu jamur, dengan jumlah tanaman yang terserang sekitar 1% dari total tanaman yang ada. Untuk penanggulangannya dilakukan penyemprotan larutan agen hayati (bakteri) Pseudomonas fluorescense. metarhizium dan tricho cair. Sebanyak 77 tanaman mengalami keriting daun (2%). Vektor pembawanya adalah kutu daun dari golongan trips. Kutu ini sangat menyukai cairan daun cabai. Pada saat Noor Amali : Diseminasi teknologi cabai merah melalui demplot GAP | 424
stilet kutu ini menghisap cairan daun cabai dalam air liurnya mengandung virus penyebab daun keriting. 10.
Analisa usaha tani
Pada saat demplot dilaksanakan, petani melakukan panen muda. Alasan dilakukannya panen muda karena, menghindari serangan antraknose dan mengurangi biaya pemeliharaan. Apabila dilakukan panen pada usia masak optimum maka perlu waktu 40 hari untuk pematangan buah cabai. Pada masa tersebut rawan terserang busuk buah. Disamping itu biaya pemeliharaan cukup mahal karena perlu pemeliharaan yang intensif. Oleh karena itu petani melakukan panen muda walaupun harga jualnya lebih rendah. Harga jual cabai hijau berkisar Rp 10.000/kg sedangkan harga jual cabai merah berkisar Rp 15.00020.000/kg. Perhitungan kelayakan ekonomi usaha tani seperti pada tabel 2 berikut. Tabel 2. Kelayakan Ekonomi Usaha Tani Uraian
Jumlah
Nilai
Input
2.114.000
a). Benih cabai
1
pak
150.000
b). Polibag
2
pak
100.000
c) Pestisida hayati
1
paket
320.000
d) Pupuk organik
1
paket
616.000
e) Turus
2000
batang
300.000
f) Mulsa plastik perak hitam
1
roll
550.000
g). Furadan
1
kg
13.000
h). Dolomit
50
kg
40.000
i). Tali
1
roll
25.000
418,5
kg
4.185.000
Output Panen Keuntungan R/C
2
Dari perhitungan ekonomi usahatani, demplot GAP Cabai Merah yang telah dilaksanakan ini cukup layak untuk diusahakan (R/C = 2). Demonstrasi plot (demplot) pada dasarnya adalah demonstrasi teknologi yang dilaksanakan bersama-sama dengan petani di lahan mereka. Pada dasarnya kegiatan demonstrasi teknologi yang dilaksanakan bersama dengan petani ini bersifat partisipatif yang menggambarkan suatu proses yang didasarkan pada dialog antara petani dengan sumber teknologi dalam rangka mengembangkan teknologi yang praktis, efektif, menguntungkan dan akan memecahkan kendala usahatani yang ada. Proses diseminasi oleh petani langsung tersebut diharapkan dapat meningkatkan peluang adopsi teknologi/inovasi oleh petani sekitarnya. Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 425
Dalam proses adopsi dapat dibedakan lima tahap sebagai berikut : Tahu, pertama kali mendapat suatu ide, praktek baru, kekurangan rincian informasi Minat, mencari rincian informasi Evaluasi, menilai manfaat inovasi, dapatkah saya mengerjakannya? Mencoba, mencoba menerapkan inovasi pada skala kecil Adopsi, menerapkan inovasi pada skala besar pada usahataninya. Penelitian menunjukkan diperlukannya waktu yang lama antara saat pertama kali petani mendengar suatu inovasi dengan saat melakukan adopsi. Disebutkan juga bahwa factor-faktor yang mempengaruhi kecepatan adopsi yaitu klasifikasi pengadopsi seperti cirri-ciri pribadi, social, budaya dan lingkungan dan sumber informasi. Untuk dapat memperkirakan sejauhmana suatu inovasi dapat didifusikan kepada penggunanya, perlu diperhatikan lima ciri inovasi sebagai berikut : 1.
Keuntungan relatif
Apakah suatu inovasi memungkinkan petani meraih tujuannya dengan lebih baik, atau dengan biaya yang lebih rendah daripada yang telah dilakukannya sekarang? Kriteria lainnya bisa berupa keuntungan social, misalnya meningkatnya status social, tingkat kemudahan pemakaiannya, maupun tingkat kepuasan yang diperoleh. 2.
Kompatibilitas/Keselarasan
Kompatibilitas berkaitan dengan nilai social budaya dan kepercayaan, dengan inovasi yang diperkenalkan sebelumnya, atau dengan keperluan yang dirasakan oleh petani. Sebagai contoh, beternak babi akan ditolak di wilayah umat Islam, walaupun usaha tersebut memberikan keuntungan yang tinggi. 3.
Kompleksitas
Inovasi sering gagal karena tidak diterapkan secara benar. Beberapa diantaranya memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus. Adakalanya lebih baik memperkenalkan sekumpulan paket inovasi yang relative sederhana tetapi sering berkaitan, walaupun kaitannya mungkin sulit dipahami. Sapi perah unggul misalnya, hanya akan memproduksi banyak susu jika diberi pakan berprotein dan berenergi tinggi dan untuk perlakuan demikian diperlukan tim peternakan yang canggih karena jika tidak maka hasilnya bahkan lebih sedikit dari sapi lokal. 4.
Dapat dicoba
Kemudahan inovasi untuk dapat dicoba oleh pengguna berkaitan dengan keterbatasan sumberdaya yang ada. Inovasi yang dapat dicoba sedikit demi sedikit akan lebih cepat dipakai oleh pengguna daripada inovasi yang tidak dapat dicoba sedikit demi sedikit. Sebagai contoh ekstrim, inovasi berupa penggunaan perangkat computer yang harus terdiri atas CPU, monitor, perangkat lunak, printer serta adanya aliran listrik, akan lebih lambat penerapannya dibandingkan dengan inovasi kalkulator tangan yang tidak memerlukan alatalat bantu lainnya. 5.
Dapat diamati
Petani dapat melihat dari jauh rekannya yang telah beralih memberi jagung untuk pakan ternaknya, tetapi mungkin tidak tahu tentang system tata buku yang digunakan tetangganya. Karena takut tersaingi petani mungkin tidak menunjukkan ternak unggul miliknya kepada tetangganya. Para petani belajar dengan cara mengamati dan diskusi Noor Amali : Diseminasi teknologi cabai merah melalui demplot GAP | 426
mengenai pengalaman rekannya. Pengamatan mereka sering menjadi sebab untuk memulai suatu diskusi. Proses adopsi merupakan proses mental bagi petani yang memerlukan waktu relatif lama. Oleh sebab itu diperlukan upaya yang terus menerus dalam proses adopsi dengan memanfaatkan wadah diseminasi berbagai bentuk. Untuk materi yang sifatnya teknis, metode yang ideal dan memungkinkan adalah melalui praktek langsung di tingkat petani sehingga petani dapat berpikir secara realistis untuk menerapkan suatu teknologi. Petani cenderung untuk mengadopsi inovasi jika telah dicoba dalam skala kecil di lahannya sendiri. Metode penyuluhan yang sifatnya langsung bisa dilihat petani salah satunya adalah demonstrasi teknologi.
Kesimpulan 1.
Demplot GAP Cabai Merah dapat memberikan pembelajaran kepada petani tentang budidaya cabai merah yang baik
2.
Dari perhitungan kelayakan usaha tani, budidaya cabai merah cukup menguntungkan sehingga melalui demplot dapat diharapkan petani sekitar dapat menerapkan budidaya cabai merah sesuai dengan yang dilaksanakan pada demplot.
Daftar Pustaka Anonim, 2001. Penyuluhan Pertanian. Yayasan Pengembangan Sinar Tani. Jakarta Amali, Noor dan Susi Lesmayati. 2008. Budidaya dan Pengolahan Cabai Merah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Kalimantan Selatan Bahar, Yul, dkk.2010. Standar Operasional Prosedur Cabai Merah. Direktorat Tanaman Sayuran dan Biofarmaka. Direktorat Jendral Hortikultura. Kementerian Pertanian.Jakarta Setiawati, Wiwin., Bagus K Udiarto, Agus Muharam. 2005. Pengenalan dan Pengendalian Hama-Hama Penting pada Tanaman Cabai Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Penelitian dan Penegmbangan Pertanian.Bandung Sumarni, Nani dan Agus Muharam. 2005. Budidaya Tanaman Cabai Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Penelitian dan Penegmbangan Pertanian. Bandung Wulandari, Astri W., Neni Gunaeni, Ati Srie Duriat. 2007. Penyakit-penyakit Penting Tanaman Cabai dan Pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Penelitian dan Penegmbangan Pertanian.Bandung
Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 427