LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M
PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PENULISAN RPP KURIKULUM 2013 DALAM UPAYA MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG SCIENTIFIK CREATIF DAN MEANINGFULL BAGI GURU PENJASORKES SD KUTA SELATAN
OLEH: I KADEK HAPPY KARDIAWAN,S.Pd.,M.Pd. I KETUT BUDAYA ASTRA, S.Pd.,M.Or. NI LUH PUTU TUTI ARIANI, S.Pd., M.Fis.
NIDN. 0013057901 NIDN. 0008046802 NIDN. 0014127801
LEMBAGA PENGABDIAN PADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2015 i
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1. Judul P2M
: Pelatihan dan pendampingan penulisan RPP kurikulum 2013 dalam upaya menciptakan pembelajaran yang scientifik, creatif dan meaningfull bagi guru Penjasorkes SD Kuta Selatan
2. Jenis Program 3. Bidang Kegiatan 4. Identitas Pelaksana a. Ketua 1) Nama NIP 2) NIDN 3) Pangkat/Golongan 4) Alamat Kantor 5) Alamat Rumah b. Anggota I 1) Nama 2) NIP/Pangkat/Gol 3) Alamat Kantor c. Anggota II 1) Nama 2) NIP/Pangkat/Gol 3) Alamat Kantor d. Biaya Penelitian e. Lama Penelitian Mengetahui
: Pengabdian Kepada Masyarakat Dana Dipa : Pendidikan Jasmani
: I Kadek Happy Kardiawan, S.Pd.,M.Pd : 197905132006041002 : 0013057901 : Lektor/IIIa :Jl. Udayana Kampus FOK Undiksha :Jl. Setia Budi, Singaraja : I Ketut Budaya Astra,S.Pd.,M.Or :196804081997031002/L.Kepala/IVa : Jl. Udayana Kampus FOK Undiksha : Luh Putu Tuti Ariani, S.Pd.,M.Fis : 197812142001122001/Lektor/IIIc : Jl. Udayana Kampus FOK Undiksha : Rp.12.500.000,: 8 Bulan Singaraja, 22 September 2015
ii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya laporan Pengabdian Kepada Masyarakat ini dapat terselesaikan tepat waktu. Laporan ini dibuat dengan tujuan sebagai pertanggungjawaban kegiatan dan memberikan informasi tentang pelaksanaan kegiatan ini. Terlaksananya kegiatan ini, mulai dari perencanaan hingga pembuatan laporan, berkat bantuan dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ketut Suma, M.S. selaku Ketua LPM Undiksha atas bantuannya dalam hal memfasilitasi semua kegiatan ini. 2. I Ketut Budaya Astra, S.Pd.,M.Or. selaku Dekan FOK Undiksha yang telah memberikan ijin dan kemudahan dalam pelaksanaan kegiatan ini. 3. Kepala UPP Kecamatan Kuta Selatan yang telah memberikan ijin sehingga kegiatan ini berlangsung dengan lancer. 4. Kepala SD No. 1 Benoa yang telah memberikan ijin penggunaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan ini. 5. Semua guru Penjasorkes SD se-Kecamatan Kuta Selatan yang telah dengan tertib dan antusias dalam mengikuti kegiatan ini. 6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu kelancaran kegiatan ini. Demikian laporan ini dibuat, dan penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna sehinga penulis berharap kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Singaraja, 22 September 2015
Penulis
iii
1. PENDAHULUAN Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan Negara Indonesia sepanjang zaman. Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Kurikulum sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (19) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Kurikulum 2013 merupakan sebuah terobosan baru di dalam dunia pendidikan khususnya untuk memperbaiki sistem pendidikan yang kita miliki sekarang ini. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kurikulum 2013 sendiri merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pada pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, di mana siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam proses berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun dan sikap disiplin yang tinggi. Kurikulum 2013 secara resmi menggantikan Kurikulum 1
Tingkat Satuan Pendidikan yang sudah diterapkan sejak 2006 lalu. Keunggulan kurikulum 2013 jelas mendorong pada aspek kreatifitas dan inovasi pada anak didik sebagai upaya pengembangan karakter yang telah tertuang dalam program studi yang ada. Inilah yang dikatakan dengan pendidikan berbasis karakter. Di dalam penerapannya kurikulum 2013 diperkenalkan kepada para guruguru melalui pelatihan-pelatihan yang diadakan di masing-masing sekolah maupun di masing-masing lembaga terkait yang bernaung di bawah Kementerian Pendidikan. Salah satu bentuk implementasi kurikulum 2013 yang dilakukan oleh lembaga pendidikan adalah melalui Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) adalah merupakan serangkaian dari sertifikasi guru dalam jabatan setelah melalui proses penilaian portofolio dan tidak lolos dalam penilaian tersebut, maka seorang guru peserta sertifikasi yang tidak lolos penilaian portofolio harus mengikuti Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (PLPG) jika memang hasil dari portofolionya memenuhi syarat untuk itu. Di dalam mengikuti PLPG guru diarahkan untuk memahami dan mengaplikasikan bidang studi yang diampu dengan mengikuti mekanisme kurikulum 2013. Namun fenomena yang terjadi di lapangan masih banyak guru yang belum memahami penerapan kurikulum 2013 dan tidak jarang di antara mereka yang mengeluhkan bahwasanya kurikulum 2013 sangat sulit diterapkan, karena para guru belum siap menerima perubahan dan peralihan kurikulum.
2. ANALISIS SITUASI Permasalahan kekurangpahaman terhadap implementasi kurikulum 2013 dialami oleh sebagian besar guru penjasorkes sekolah dasar, termasuk guru-guru penjasorkes sekolah dasar di Kecamatan Kuta Selatan. Banyak di antara mereka mengakui kebingungan terhadap implementasi kurikulum 2013 terkait dengan mata pelajaran penjasorkes. Implikasi dari kekurangpahaman guru penjasorkes dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 adalah mereka kurang paham bagaimana cara penulisan rancangan pembelajaran/RPP yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013.
2
Rendahnya pemahaman para guru penjasorkes SD di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung tentang penyusunan RPP kurikulum 2013 tidak semata–mata kesalahan mereka sendiri. Kegiatan pengarahan yang pernah mereka ikuti dalam kegiatan KKGO di kecamatan tidak terlalu membantu mereka untuk memahami kontens tersebut. Perkiraan penyebabnya adalah pengarahan yang diberikan oleh pembicara hanya berkaitan dengan teori penyusunan silabus dan RPP secara umum, tanpa melakukan praktek penyusunan secara langsung melalui pelatihan dan pendampingan. Berdasarkan uraian di atas, para guru penjasorkes sekolah dasar Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung memerlukan sebuah pelatihan dan pendampingan secara berkesinambungan agar rasa ingin tahu yang mendalam dan keinginan para guru untuk memahami penyusunan perangkat pembelajaran dapat terpenuhi. Hal ini sangat perlu dilakukan agar para guru dapat memenuhi tugas dan tanggungjawabnya untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya sesuai tuntutan yang ada pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. Untuk itu, perlu dilakukan pelatihan dan pendampingan penulisan RPP bagi guru–guru penjasorkes sekolah dasar di Kecamatan Kuta Selatan agar dapat menciptakan pembelajaran yang scientifik, creatif, dan meaningfull. Dengan demikian, diadakannya kegiatan ini akan dapat membantu meningkatkan profesionalisme seorang guru. Dari permasalahan di atas maka Fakultas Olahraga dan Kesehatan UNDIKSHA melakukan Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) yang mengambil tema: “Pelatihan dan Pendampingan Penulisan RPP Kurikulum 2013 dalam Upaya Menciptakan Pembelajaran yang Scientifik, Creatif, dan Meaningfull Bagi Guru Penjasorkes SD Kuta Selatan”.
3. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan analisis situasi dan fakta di lapangan maka, dalam pengabdian kepada masyarakat ini permasalahan yang dapat diidentifikasi dan segera dapat ditangani adalah sebagai berikut: a.
Guru–guru penjasorkes di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung belum paham tentang penulisan RPP kurikulum 2013. 3
b.
Perlunya pelatihan dan pendampingan penulisan RPP kurikulum 2013 bagi guru-guru penjasorkes sekolah dasar di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Dalam pengabdian pada masyarakat ini dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut: “Apakah
pelatihan
dan
pendampingan
ini
dapat
meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan tentang penulisan RPP kurikulum 2013 di kalangan guru-guru penjasorkes di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung”
4. TINJAUAN PUSTAKA a. Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kebugaran jasmani, kemampuan dan
keterampilan,
kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka membentuk manusia indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila (Cholik dan Lutan dalam Simanjuntak, 2008:4). Dipertegas dalam Undang-undang Repulik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional bahwa olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan dan kebugaran jasmani (Menpora, 2005:4). Dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan akan memberikan peluang untuk menyempurnakan kurikulum yang komprehensif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. 4
Dari pengertian tersebut, maka tujuan pendidikan jasmani di sekolah adalah
mengembangkan
keterampilan
pengelolaan
diri
dalam
upaya
pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani yang terpilih, meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar, meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis, mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan, memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.
b. Olahraga Olahraga adalah Serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang untuk mencapai suatu maksud dan tujuan tertentu (Lutan dkk, 2006:57). Sedangkan Menurut Cholik Mutohir olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan
atau
anggota
masyarakat
dalam
bentuk
permainan,
perlombaan/pertandingan, dan prestasi puncak dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila (Widodo, 2010). Disisi lain olahraga adalah suatu bentuk permainan yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif. Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas kompetitif yang terorganisir, kita mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah disempurnakan dan diformalkan hingga kadar tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk dan proses tetap yang terlibat. Peraturan, misalnya, baik tertulis maupun tak tertulis, 5
digunakan atau dipakai dalam aktivitas tersebut, dan aturan atau prosedur tersebut tidak dapat diubah selama kegiatan berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua pihak yang terlibat. Di atas semua pengertian itu, olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita tidak dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa kompetisi itu, olahraga berubah menjadi semata-mata bermain atau rekreasi. Bermain, karenanya pada satu saat menjadi olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga tidak pernah hanya semata-mata bermain; karena aspek kompetitif teramat penting dalam hakikatnya.
c. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yang berkaitan dengan standar proses mengisyaratkan bahwa guru diharapkan dapat mengembangkan perencanaan pembelajaran, yang kemudian dipertegas malalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), khususnya pada jenjang pendidikan dasar dan menengah jalur formal, baik yang menerapkan sistem paket maupun sistem kredit semester (Arif Anjiono, 2009). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat
sekurang-kurangnya
tujuan
pembelajaran,
materi
ajar,
metode
pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar (Arif Anjiono, 2009). Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yaitu: 1) Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, program studi, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan. 2) Standar kompetensi 3) Kompetensi dasar 4) Indikator pencapaian kompetensi 5) Tujuan pembelajaran 6) Materi ajar 6
7) Alokasi waktu 8) Metode pembelajaran 9) Kegiatan pembelajaran: pendahuluan, inti, penutup 10) Penilaian hasil belajar 11) Sumber belajar
d. Pembelajaran Scientific Metode scientific pertama kali diperkenalkan ke ilmu pendidikan Amerika pada akhir abad ke-19, sebagai penekanan pada metode laboratorium formalistik yang mengarah pada fakta-fakta ilmiah (Hudson, 1996; Rudolph, 2005 dalam Atsnan dan Rahmita, 2013 : 2). Metode scientific ini memiliki karakteristik “doing science”. Metode ini memudahkan guru atau pengembang kurikulum untuk memperbaiki proses pembelajaran, yaitu dengan memecah proses ke dalam langkah-langkah atau tahapan-tahapan secara terperinci yang memuat instruksi untuk siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran (Maria Varelas and Michael Ford dalam Atsnan dan Rahmita, 2013 : 2). Hal inilah yang menjadi dasar dari pengembangan kurikulum 2013 di Indonesia. Dalam
pelaksanaannya,
ada
yang
menjadikan
scientific
sebagai
pendekatan ataupun metode. Namun karakteristik dari pendekatan scientific tidak berbeda dengan metode scientific (scientific method). Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologi) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan
diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, bertanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Karakteristik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses (Permendiknas No.65 Tahun 2013). Pendekatan scientific dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. 7
Dalam konsep pendekatan scientific yang disampaikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dipaparkan minimal ada 7 (tujuh) kriteria dalam pendekatan scientific. Ketujuh kriteria tersebut adalah sebagai berikut : 1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu ; bukan sebatas kira – kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. 2) Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru – siswa terbebas dari prasangka yang serta – merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. 3) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. 4) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. 5) Mendorong dan menginspirasi siswa dalam memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. 6) Berbasis pada konsep, teori,
dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan. 7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, tetapi
menarik sistem penyajiannya. e. Pembelajaran yang Creatif Conny Semiawan (dalam Budiwato, 2013 : 3) mengatakan kreativitas adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Sedangkan Utami Munandar (dalam Budiwato, 2013 : 3) mengatakan kreativitas sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberi gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Jadi dapat
disimpulkan
bahwa
kreativitas 8
merupakan
kemampuan
untuk
membuat/menciptakan gagasan yang baru agar dapat diterapkan dalam pemecahan masalah. Namun suatu gagasan tidak selalu harus sebuah produk yang baru, akan tetapi dapat juga dapat merupakan kombinasi dari apa yang telah ada sebelumnya. Pembelajaran kreatif melandaskan kepada teori belajar kognitif. Teori belajar kognitif menekankan pada pentingnya keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar. Artinya hanya dengan mengaktifkan siswa secara optimal maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
f. Pembelajaran yang Meaningfull Menurut Nurhadi (2003:75) asas meaningfull learning dalam pembelajaran adalah pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah separangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori model pembelajaran meaningfull learning adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dalam belajar bermakna/meaningfull learning ada dua hal yang penting yang harus diperhatikan. Pertama, karakteristik bahan yang dipelajari. Kedua adalah struktur kognitif individu pembelajar. Bahan baru yang akan dipelajari tentu saja akan mengubah struktur kognitif siswa haruslah bermakna, artinya dapat berwujud istilah yang memiliki makna, konsep-konsep yang bermakana atau hubungan antara dua atau lebih konsep yang memiliki makna. Selanjutnya bahan baru yang akan dipelajari hendaknya dihubungkan dengan struktur kogntif siswa secara subtansial dan beraturan. Subtansial artinya bahan yang dihubungkan harus sejenis atau sama subtansinya dengan yang sudah ada pada struktur kognitif. 9
Beraturan berarti mengikuti aturan yang sesuai dengan sifat bahan tersebut (karakteristik pengetahuan baru yang diperkenalkan pada pengetahuan siswa). Hal lain
yang
menentukan
adalah
siswa
harus
memiliki
kemauan
untuk
menggabungkan konsep baru tersebut dengan strutur kognitifnya sendiri secara subtansial dan beraturan pula.
5. TUJUAN KEGIATAN Berdasarkan analisis situasi, program pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk: a) Memberikan wawasan/pengetahuan kepada guru-guru penjasorkes SD di Kecamatan Kuta Selatan tentang penulisan RPP kurikulum 2013 dalam upaya menciptakan pembelajaran yang scientifik, creatif dan meaningfull. b) Memberikan pelatihan kepada guru-guru penjasorkes SD di Kecamatan Kuta Selatan tentang penulisan RPP kurikulum 2013 dalam upaya menciptakan pembelajaran yang scientifik, creatif dan meaningfull.
6. MANFAAT KEGIATAN a. Meningkatkan
pengetahuan
dan
pemahaman
kepada
guru-guru
penjasorkes SD di Kecamatan Kuta Selatan tentang penulisan RPP kurikulum 2013 dalam upaya menciptakan pembelajaran yang scientifik, creatif dan meaningfull. b. Meningkatkan keterampilan guru-guru penjasorkes SD di Kecamatan Kuta Selatan tentang penulisan RPP kurikulum 2013 dalam upaya menciptakan pembelajaran yang scientifik, creatif dan meaningfull.
7. KHAYALAK SASARAN STRATEGIS Sasaran yang strategis untuk dilibatkan dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah guru-guru penjasorkes SD di Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung sebanyak 30 orang.
10
8. METODE PELAKSANAAN a. Kerangka Pemecahan Masalah Sebagai
kerangka
dasar
pemecahan
masalah
dalam
pelaksanaan
pengabdian kepada masyarakat dalam kaitan dengan pelatihan dan pendampingan penulisan RPP kurikulum 2013 dalam upaya menciptakan pembelajaran yang scientifik, creatif dan meaningfull bagi guru penjasorkes SD di Kuta Selatan. Sebagai gambaran pelaksanaan penerapan IPTEK pada pengabdian pada masyarakat dapat digambarkan sebagai berikut: Sebagai awal persiapan pelaksanaan dari kegiatan didahului dari menginventarisasi/pendataan terhadap faktor-faktor penunjang dan penghambat kesuksesan penyelenggaraan ”pelatihan dan pendampingan penulisan RPP kurikulum 2013 dalam upaya menciptakan pembelajaran yang scientifik, creatif dan meaningfull bagi guru penjasorkes SD di Kuta Selatan. Sedangkan materi yang akan diberikan dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini terdiri atas: 1. Pemaparan materi teori yang meliputi: pemahaman tentang mata pelajaran penjasorkes di dalam kurikulum 2013. 2. Pemberian materi praktek yang meliputi: pelatihan dan pendampingan penulisan RPP mata pelajaran penjasorkes pada kurikulum 2013.
b. Metode Kegiatan Adapun metode yang digunakan dalam penerapan ipteks ini adalah dengan metode ceramah, pelatihan dan pendampingan. Sebagai narasumber dalam pelaksanaan ini adalah Made Agus Dharmadi, S.Pd.,M.Pd. yang berasal dari Fakultas Olahraga Kesehatan. Materi yang diberikan dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini terdiri dari: 1. Melaksanakan pre-test 2. Memberikan materi teori yang meliputi: pemahaman penulisan RPP mata pelajaran penjasorkes pada kurikulum 2013 3. Memberikan materi praktek: pelatihan dan pendampingan penulisan RPP mata pelajaran penjasorkes pada kurikulum 2013 4. Melaksanakan evaluasi. 11
9. KETERKAITAN Koordinasi dan juga kerjasama dengan pihak-pihak yang terkait, terutama yang mendukung kegiatan ini sehingga dapat berjalan dengan sukses dan lancar seperti apa yang diharapkan, antara lain: a) Dinas Pendidikan dan Olahraga Kabupaten Badung b) UPP Kecamatan Kuta Selatan c) Kepala SD No. 1 Benoa d) KKGO Kecamatan Kuta Selatan
10. RANCANGAN EVALUASI Keberhasilan kegiatan ini dievaluasi pada akhir kegiatan berdasarkan matriks di bawah ini: No. 1.
Kegiatan
Hasil Kegiatan
Pemberian materi mata
Pemahaman
tentang materi pelajaran mata
penjasorkes
Indikator
Alat ukur
Peserta paham Tes lisan/essay
tentang tentang konsep pelajaran mata pelajaran
di penjasorkes
di penjasorkes di
dalam kurikulum dalam kurikulum dalam 2013
2013
kurikulum 2013
2.
Pelatihan
Kemampuan
Peserta mampu Unjuk
penyusunan/
melakukan
melakukan
penulisan mata
RPP penyusunan/
pelajaran penulisan
penjasorkes pada mata kurikulum 2013
penyusunan/ RPP penulisan RPP
pelajaran mata pelajaran
penjasorkes pada penjasorkes kurikulum 2013
pada kurikulum 2013
12
kerja/penugasan
Berdasarkan tabel di atas maka ada 2 (dua) indikator yang diharapkan dapat dicapai dalam kegiatan ini, yaitu (1) memahami konsep mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di dalam kurikulum 2013; (2) memahami dan dapat membuat RPP mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di dalam kurikulum 2013. Cara untuk mengukur keberhasilan pemahaman tentang mata pelajaran penjasorkes di dalam kurikulum 2013 yakni dilihat dari antusias peserta dalam proses diskusi selama dan setelah proses pemaparan materi. Tingkat keberhasilan dari proses ini dipersentasikan, yakni 90% peserta melibatkan diri dalam sesi diskusi/tanya jawab. Sebab dengan keterlibatan 90% peserta dalam proses diskusi/tanya jawab, maka secara otomatis peserta dituntut dan diarahkan untuk mengkonstruksi pikirannya. Kemudian untuk mengukur tingkat keberhasilan para peserta dalam menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (penjasorkes) dalam kurikulum 2013 adalah peserta dapat menyusun RPP sesuai konsep dan pedoman yang telah dijelaskan sebelumnya. Jadi produk yang dihasilkan dari pelatihan ini adalah sebuah RPP yang sesuai dengan konsep dan pedoman kurikulum 2013.
11. ORGANISASI PELAKSANA 1) Ketua Pelaksana a. Nama Lengkap
:I Kadek Happy Kardiawan, S.Pd.,M.Pd.
b. Jenis kelamin
: Laki-laki
c. NIP
: 197905132006041002
d. Disiplin Ilmu
: Pendidikan Olahraga
e. Pangkat/Golongan
: Lektor/IIIa
f. Fakultas/Jurusan
: Olahraga dan Kesehatan/PKO
g. Waktu Untuk Kegiatan ini : 8 jam/ Minggu
13
2) Anggota Pelaksana I a. Nama Lengkap
: I Ketut Budaya Astra,S.Pd.,M.Or.
b. Jenis kelamin
: Laki-laki
c. NIP
: 196804081997031002
d. Disiplin Ilmu
: Pendidikan Olahraga
e. Pangkat/Golongan
: Lektor Kepala/IVa
f. Fakultas/Jurusan
: Olahraga dan Kesehatan/ Penjaskesrek
g. Waktu Untuk Kegiatan ini : 8 jam/ Minggu
3) Anggota Pelaksana II a. Nama Lengkap
: Luh Putu Tuti Ariani,S.Pd.,M.Fis.
b. Jenis kelamin
: Perempuan
c. NIP
: 197814122001122001
d. Disiplin Ilmu
: Fisiologi Olahraga
e. Pangkat/Golongan
: Lektor /IIIc
f. Fakultas/Jurusan
: Olahraga dan Kesehatan/ PKO
g. Waktu Untuk Kegiatan ini : 8 jam/ Minggu
12. DESKRIPSI HASIL KEGIATAN Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 13 Juni 2015 di Aula Sekolah Dasar No. 1 Benoa yang berkapasitas 60 orang. Kegiatan ini mengundang seluruh guru penjasorkes SD di Kecamatan Kuta Selatan yang berjumlah 30 guru. Narasumber pada kegiatan yang bertema “Pelatihan dan Pendampingan Penulisan RPP Kurikulum 2013 Dalam Upaya Menciptakan Pembelajaran Yang Scientific, Creative, dan Meaningfull Bagi Guru Penjasorkes SD Kuta Selatan” adalah Made Agus Dharmadi, S.Pd.,M.Pd. Beliau merupakan salah satu tenaga pendidik/dosen di Fakultas Olahraga dan Kesehatan (FOK) Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha). Mengawali kegiatan ini, ketua pelaksana I Kadek Happy Kardiawan, S.Pd.,M.Pd. menyampaikan sambutan/laporan di hadapan para peserta. Dalam pelaporannya, ketua menekankan kepada maksud dan tujuan pelaksanaan kegiatan ini, sumber dana yang digunakan sehingga kegiatan ini dapat terlaksana. 14
Kegiatan ini dihadiri dan dibuka langsung oleh Kepala UPP Kecamatan Kuta Selatan pukul 08.30 Wita. Pada sambutannya, Kepala UPP Kecamatan Kuta Selatan menyatakan bahwa kegiatan ini sangat dibutuhkan dan sangat penting bagi guru penjasorkes dalam menghadapi kurikulum 2013 di tahun 2017 nanti. Menurut beliau kegiatan seperti ini belum pernah dilakukan dan hal ini merupakan sebuah kegiatan yang sangat disyukuri dan peserta diharapkan agar mengikuti dengan cermat dari awal hingga akhir kegiatan nanti. Setelah acara pembukaan dilanjutkan dengan pemaparan materi konsep penjasorkes di dalam kurikulum 2013 oleh narasumber yang dipandu moderator I Kadek Happy Kardiawan, S.Pd.,M.Pd. Selama proses pemaparan materi seluruh peserta antusias, hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan dan alotnya proses diskusi. Salah satunya yang disampaikan oleh I Kadek Ariyasa dari SD No. 2 Benoa yang merasakan kebingungan dengan posisi mata pelajaran penjasorkes di dalam kurikulum 2013 yang bersifat tematik terintegrasi dan implikasinya beliau kesulitan dalam menulis RPP. Setelah proses penyampaian materi dilanjutkan dengan tahap latihan penyusunan RPP yang dipandu langsung oleh Made Agus Dharmadi, S.Pd.,M.Pd. Para peserta ditugaskan menyusun/menulis RPP untuk 1 topik pembelajaran saja. Pemateri mendatangi satu persatu peserta untuk melihat proses penulisan sembari mengajak diskusi dan memberikan solusi (yang mengalami kesulitan). Pengerjaan penulisan
ini
diberikan
waktu
30
menit
dan
hasil
akhir
penulisan
disampaikan/dipresentasikan oleh para guru. Setelah ditampilkan dan dievaluasi bersama-sama maka peserta ditugaskan untuk menyalinnya ke dalam bentuk yang lebih rapi (ketik di kertas A4) dan dikumpulkan kepada panitia. Tugas tersebut dikumpulkan melalui Ketua KKGO SD Kecamatan Kuta Selatan. Kegiatan ini ditutup oleh ketua pelaksana dengan penyampaian kesimpulan konsep penjasorkes di dalam kurikulum 2013 dan mengucapkan permintaan maaf serta terima kasih kepada seluruh peserta yang telah mengikuti kegiatan ini dengan antusias.
15
13. DOKUMENTASI KEGIATAN Beberapa dokumentasi penting sebagai bukti terselenggaranya kegiatan ini, yaitu, daftar hadir peserta dan panitia, serta foto-foto selama kegiatan berlangsung. Semua dokumen tersebut disajikan pada halaman lampiran.
14. JUSTIFIKASI ANGGARAN DANA Biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pelatihan ini adalah Rp. 12.500.000,-dengan rincian kebutuhan sebagai berikut : No
Kegiatan
1
Honorarium
2
3
Rp
Jumlah 4.700.000
1. Ketua Pelaksana (1 orang)
Rp
1.500.000
2. Anggota Pelaksana (1 orang)
Rp
1.000.000
3. Anggota Pelaksana (1 orang)
Rp
1.000.000
4. Narasumber (1 orang)
Rp
1.200.000
ATK :
1.850.000
a. Ketas HVS 2 rim @ Rp50 000,-
Rp.
100.000
b. Spanduk
Rp.
400.000
c. Penyusunan dan penggandaan proposal
Rp.
250.000
d. Penyusunan dan penggandaan laporan akhir
Rp.
400.000
e. Penggandaan booklet 30 @15.000
Rp.
600.000
a. Kertas piagam 1 rim @100.000,-
Rp.
100.000
Konsumsi :
1.200.000
a. Konsumsi panitia dan peserta 40 orang x Rp. 16
Rp.
800.000
20.000,b. Snack (pagi) untuk panitia dan peserta 40 orang Rp
200.000
x Rp. 5000,-
4
c. Snack (sore) untuk panitia dan peserta 40 orang Rp x Rp. 5000,-
200.000
Perjalanan/Transport :
2.550.000
a. Transport survey dan koordinasi 3 orang @ Rp. Rp.
450.000
150.000,b. Transport
mengedarkan surat undangan ke Rp.
150.000
UPT. Kecamatan Kuta Selatan
5
c. Transport TIM P2M 3 orang @. Rp. 150.000,-
Rp.
450.000
d. Transport peserta 30 orang @50.000,-
Rp.
1.500.000
Lain-lain/Peralatan
3.200.000
a. Menggandakan makalah/modul
Rp.
1.000.000
b.ATK untuk peserta
Rp.
500.000
c.Menggandakan Silabus & RPP
Rp.
500.000
d. Dokumentasi
Rp.
200.000
Jumlah Total
Rp
12.500.000
Dua Belas Juta Lima Ratus Ribu Rupiah
17
DAFTAR PUSTAKA Arif
Anjiono. 2009. Pengertian RPP. Tersedia pada http://arifanjiono.blogdetik.com/?p=5 (Diakses pada 19 September 2014).
Atsnan, M.F. dan Rahmita Yuliana Gazali. 2013. Penerapan Pendekatan Scientific Dalam Pembelajaran Matematika SMP Kelas VII Materi Bilangan (Pecahan). Tersedia pada http://eprints.uny.ac.id/10777/1/P%20%2054.pdf (diakses pada 19 September 2014). Budiwato, Neti. 2013. Model Pembelajaran Kreatif dan Inovatif Dalam Bidang Studi Ekonomi. Tersedia pada http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._EKONOMI_DAN_KOPERAS I/196302211987032-NETI_BUDIWATI/Model_Pembelajaran_EkonomiNeti_Budiwati.pdf (diakses pada 19 September 2014). Kemdikbud. 2013. Pengembangan Kurikulum 2013. Paparan Mendikbud dalam Sosialisasi Kurikulum 2013. Jakarta :Kemdikbud. Lutan, dkk. 2000. Manusia dan Olahraga. Bandung: FOK IKIP Bandung. Nurhadi. 2003. Pendekatan Contextual Teaching and Learning. Malang:IKIP Malang. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan. http://www.paudni.kemdikbud.go.id/wpcontent/upload/2012/08/pp-no-19-th-2005-ttg-standar-nasionalpendidikan.pdf. Diakses pada tanggal 17 September 2014. Simanjuntak, Victor G. 2008. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Dirjen Tinggi. Depdiknas. Sukintaka. 2003. Filsafat Pendidikan Jasmani Keberhasilan Dikjas Mendukung Keberhasilan Olahraga. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. -------, 2007. Teori Pendidikan Jasmani. Jakarta: Yayasan Nuansa Cendekia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005. Tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Jakarta: Menpora. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional. http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf. Diakses pada tanggal 17 September 2014.
18
Lampiran 1. Foto-Foto Kegiatan
Foto 01. Laporan Ketua Panitia
Foto 02. Sambutan Kepala UPP Kecamatan Kuta Selatan
19
Foto 03. Penyampaian materi oleh narasumber
Foto 04. Sesi Tanya jawab/diskusi
20