LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M UNDIKSHA
PELATIHAN KETERAMPILAN KHUSUS (REPARASI, MODIFIKASI DAN DUPLIKASI) ALAT-ALAT LABORATORIUM IPA BAGI STAF LABORATORIUM SMP SE-KABUPATEN BULELENG
Oleh Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Pd.
(NIP. 196704241999031001)
I Nyoman Sukarta, S.Pd., M.Si.
(NIP. 197602062005011002)
Dr. I Dewa Ketut Sastrawidana, S.Si, M.Si.
(NIP 196804171995011001)
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha SPK No. 023.04.2.552581/2013 revisi Tanggal 01 Mei 2013
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2013 i
ii
Ringkasan Telah dilaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (P2M) dalam bentuk pelatihan keterampilan khusus (reparasi, modifikasi dan duplikasi) alat-alat laboratorium IPA bagi staf laboratorium SMP se-Kabupaten Buleleng. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan khusus (reparasi, modifikasi, dan duplikasi alat) bagi tenaga laboratorium IPA SMP se-Kabupaten Buleleng dalam menanggulangi kendala yang menghambat berlangsungnya pembelajaran IPA SMP. Pelaksanaan inti kegiatan dalam bentuk in service dan on service mulai tanggal 27 September – 12 Oktober 2013. Nara sumber pada kegiatan tersebut adalah Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Pd, Dr. I Dewa Ketut Sastrawidana, S.Si.,M.Si, dan I Nyoan Sukarta, S.Pd.,M.Si. Materi pelatihan meliputi jenis-jenis kerusakan alat dan cara penanggulangannya, reparasi alat laboratorium, modifikasi alat laboratorium, prinsip duplikasi alat laboratorium, dan pengembangan duplikasi alat laboratorium. Evaluasi kegiatan ini dilakukan terhadap proses dan output kegiatan. Penskoran dilakukan dengan skala Likert dan dianalisis secara statistik deskriptif. Berdasarkan indikator-indikator yang telah dievalusi, proses kegiatan P2M ini dinyatakan berhasil dengan kategori baik. Simpulannya, setelah mengikuti pelatihan, peserta kegiatan P2M ini memahami dengan baik keterampilan reparasi, modifikasi, dan duplikasi alat-alat laboratorium IPA, pelatihan yang telah diselenggarakan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereparasi, memodifikasi, dan menduplikasi alat lab bagi staf laboratorium IPA SMP peserta pelatihan, dan kegiatan P2M ini disambut positif oleh peserta pelatihan. Diharapkan hasil pelatihan dapat ditransformasi dan ditransfer kepada rekan sejawat untuk meunjang dan meningkatkan efektifitas pembelajaran IPA di SMP. Kata-kata kunci: pelatihan, keterampilan reparasi, modifikasi, dan duplikasi alat lab
Summary Have been carried out community service activities (P2M) in the form of special skills training (repair, modification and duplication) science lab equipment for the laboratory staff SMP as Buleleng regency. This activity aims to enhance the knowledge and skills competencies (repair, modification, and duplication equipment) for personnel science lab of junior high as Buleleng regency in overcoming obstacles that impede science learning takes place in the junior high school. Implementation of the core activities in the form of in-service and on service, starting on September 27 to October 12 2013. Resource persons at the event were Drs. I Dewa Putu Subamia, M Pd, Dr. I Dewa Ketut Sastrawidana, S.Si., M.Si, and I Nyoan Sukarta, S.Pd., M.Si. The training materials include the types of damage to the equipment and how to overcome them, repair laboratory equipment, laboratory equipment modification, duplication principle of laboratory equipment, laboratory equipment and development of duplication. Evaluation was conducted on the activities and output activities. Scoring done with Likert scale and analyzed by descriptive statistics. Based on the indicators that have been evaluated, the process of P2M is declared successful with either category. Conclusion, after training, the participants in this P2M understand well repair skills, modification, and duplication science lab equipment, training has been conducted to improve the knowledge and skills of repair, modify, and duplicate lab equipment for science lab staff trainee, and P2M activity was greeted positively by the participants. Expected results of the training can be transformed and transferred to colleagues to improve the effectiveness of science teaching in junior high. Key words: training, skill repair, modification, and duplication of lab equipment
iii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa), karena berkat rahmat serta tuntunan-Nya penyelenggaraan kegiatan P2M sampai penyusunan laporan ini dapat terselesaikan tanpa hambatan. Kegiatan P2M ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan khusus (reparasi, modifikasi, dan duplikasi alat) bagi tenaga laboratorium IPA SMP seKabupaten Buleleng dalam menanggulangi kendala yang menghambat
berlangsungnya
pembelajaran IPA SMP. Dalam perencanaan sampai dengan penulisan laporan P2M ini
kami banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, untuk itu sepatutnya kami mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ketua Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha atas penugasan dan dana yang diberikan untuk menyelenggarakan P2M ini. 2. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng yang telah merekomendasi pelaksanaan kegiatan ini. 3. Kepala sekolah serta staf/tenaga laboratorium IPA SMP se-Kabupaten Buleleng yang telah ikut serta dalam pelatihan ini. 4. Rekan-rekan staf laboran dan staf dosen serta mahasiswa FMIPA yang telah membantu terlaksananya kegiatan ini. 5. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang juga telah membantu dalam penyelenggaraan kegiatan P2M ini. Akhirnya, kami berharap semoga laporan P2M ini ada manfaatnya, terutama bagi mereka yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang keterampilan khusus (reparasi, modifikasi, dan duplikasi alat lab).
Saran dan kritik dari pembaca juga sangat kami
harapkan. Terima kasih.
Singaraja, Nopember 2013 Tim Pelaksana P2M
iv
DAFTAR ISI JUDUL HALAMAN PENGESAHAN
…………………………….
ii
RINGKASAN DAN SUMMARY
……………………………
iii
KATA PENGANTAR
……………………………
iv
DAFTAR ISI
……………………………
v
DAFTAR TABEL
……………………………
vii
DAFTAR GAMBAR
……………………………
vii
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi …………………………………………………. 1
BAB II
BAB III
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ……………………………
1
1.3 Tujuan Kegiatan …………………………………………………
2
1.4 Manfaat Kegiatan ………………………………………………..
3
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peran Strategis Laboratorium dalam Pembelajaran IPA
4
2.2 Standar Kualifikasi dan Standar Kompetensi Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah 2.3 Perawatan Alat di Laboratorium IPA
5
2.4 Aspek Kelayakan Alat Praktikum dan Topik-topik Percobaan IPA SMP 2.5 Reparasi, Modifikasi, dan Duplikasi (Remod) Alat Laboratorium MOTODE PELAKSANAAN
8
3.1 Kerangka Pemecahan Masalah ………………………………….
11
3.2 Realisasi Pemecahan Masalah …………………………………..
13
3.3 Khalayak Sasaran Strategis ……………………………………..
13
3.4 Keterkaitan ………………………………………………………
13
3.5 Metode yang Digunakan ………………………………………...
14
6
10
3.6 Evaluasi …………………………………………………………. 15 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian ……………………….. 18 4.2 Pembahasan ……………………………………………………..
BAB V
23
SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ………………………………………………………….
25
5.2 Saran ……………………………………………………………...
25
v
26
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Lampiran 1 : Foto-foto Dokumentasi Kegiatan Lampiran 2: Foto-Foto Produk Model Alat Hasil Pelatihan Lampiran 3: Jadwal Kegiatan Pelatihan Lampiran 4: Modul Materi Pelatihan Lampiran 5: Daftar Hadir Peserta Kegiatan Pelatihan Lampiran 6: Lembar Monitoring Pelaksanaan Kegiatan P2M
DAFTAR TABEL Tabel
Judul Tabel
Halaman
3.1
Alternatif Pemecahan Masalah
11
3.2
Keterkaitan Masalah dan Metode Kegiatan
14
3.3
Matrik Indikator Kegiatan dan Cara Pengukurannya
16
4.1
Hasil Penilaian Kinerja
19
4.2
Hasil Penilaian Produk Duplikasi Alat
21
4.3
Rekap Hasil Angket Respon Peserta Pelatihan
22
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 :Diagram alur pemecahan masalah
halaman 12
Gambar 2: Bagan Alur Evaluasi Kegiatan
halaman 16
vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Hasil identifikasi keberadaan tenaga laboratorium IPA SMP di Kabupaten Buleleng menunjukkan bahwa umumnya kualifikasi pendidikan tenaga yang ditugaskan di laboratorium IPA belum memenuhi persyaratan standar tenaga laboratorium sekolah. Para guru IPA yang ditugaskan sebagai pengelola laboratorium maupun staf yang ditugaskan sebagai tenaga laboratorium (laboran/teknisi) kurang memperoleh pelatihan keterampilan laboratorium. Di sisi lain, tindakan atau inovasi peningkatan kompetensi tenaga laboratorium sekolah di Kabupeten Buleleng masih sangat minim. Data yang diperoleh dari interview dengan sejumlah guru IPA SMP di Kabupaten Buleleng, menyatakan bahwa sebagian besar guru IPA masih mengalami masalah untuk melakukan praktikum tentang topik-topik tertentu, tidak semua konsepkonsep IPA eksperimentatif dapat diajarkan dengan praktikum karena keterbatasan alatalat dan bahan yang tersedia (Subamia, 2012). Input yang diperoleh dari tenaga laboratorium IPA SMP di Buleleng, bahwa frekuensi penggunaan laboratorium IPA SMP di Kab. Buleleng, masih rendah. Salah satu kendala yang menghambat kelancaran pelaksanaan pembelajaran IPA di laboratorium adalah terbatasnya jumlah dan/atau jenis alat yang tersedia. Berdasarkan hasil observasi di beberapa laboratorium SMP diketahui keberadaan laboratorium yang “terlantarkan”. Alat-alat yang ada banyak yang tidak tertangani dengan baik, tidak terawat, dan tidak dapat difungsikan secara optimal. Disamping karena sudah rusak, spek dan komponen-komponen alat yang ada tidak sesuai dengan rancangan alat praktikum pada petunjuk praktikum pegangan guru. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan, pemanfaatan dan pemberdayaan laboratorium IPA di sekolah apa adanya, atau seadanya. Lagi pula tenaga yang ditugasi di laboratorium belum memiliki keterampilan/keahlian khusus untuk mereparasi, memodifikasi, dan menduplikasi alat. Hasil observasi ini diperkuat oleh pernyataan beberapa tenaga laboratorium, kepala sekolah SMP serta Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng yang menyatakan bahwa pelatihan keterampilan khusus (reparasi, modifikasi dan duplikasi) alat bagi tenaga laboratorium (IPA khususnya) sangat diperlukan.
1
Berdasarkan analisis situasi tersebut maka sangat diperlukan tindakan pelatihan keterampilan khusus bagi staf/tenaga laboratorium IPA SMP sehingga tenaga laboratorium dapat bekerja sesuai dengan standar kompetensi yang dipersyaratkan. Dengan demikian tenaga laboratorium sekolah diharapkan menjadi lebih profesional.
1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah Berdasarkan hasil observasi di beberapa laboratorium SMP di kabupaten Buleleng dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut. 1) Kompetensi pengelolaan laboratorium yang dimiliki tenaga laboratorium IPA SMP di Buleleng masih rendah dan laboratorium IPA belum diberdayakan secara optimal; 2) Keberadaan jumlah dan/atau jenis alat-alat laboratorium yang tidak memadai, kerusakan alat, dan ketidaksesuaian spek alat merupakan salah satu kendala yang sering menjadi alasan tidak dapat berlangsungnya pembelajaran IPA di laboratorium; 3) Keterampilan khusus untuk mereparasi, memodifikasi dan menduplikasi alat-alat laboratorium yang dimiliki tenaga laboratorium IPA SMP di Kabupaten Buleleng masih rendah; 4) Keberadaan jumlah dan/atau jenis alat-alat laboratorium tidak memadai, sejumlah alat-alat rusak, komponen tidak lengkap, alat-alat tidak tertangani dengan baik dan benar; 5) Kemampuan dan kesempatan untuk mengikuti pelatihan keterampilan laboratorium bagi tenaga laboratorium IPA SMP masih minim. Dari permasalahan-permasalahan yang teridentifikasi tersebut dibuat sebuah rumusan masalah sebagau berikut. “Keterampilan khusus untuk mereparasi, memodifikasi dan menduplikasi alat-alat laboratorium yang dimiliki tenaga laboratorium IPA SMP di Kabupaten Buleleng masih rendah”.
1.3 Tujuan Kegiatan Secara umum kegiatan pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi keterampilan tenaga laboratorium IPA SMP di Kabupaten Buleleng. Secara spesifik tujuan pelatihan ini adalah sebagai berikut. 1) Memberi solusi alternatif untuk menanggulangi kendala yang menghambat terlaksananya kegiatan praktikum dalam pembelajaran IPA di SMP. 2) Memfasilasi kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan khusus (reparasi, modifikasi, dan duplikasi) alat laboratorium bagi staf laboratorium IPA SMP se-Kabupaten Buleleng. 2
3) Melatih keterampilan khusus (reparasi, modifikasi, dan duplikasi alat) bagi staf laboratorium IPA SMP se-Kabupaten Buleleng.. 4) Meningkatkan kompetensi (keterampilan) tenaga laboratorium IPA SMP di kabupaten buleleng untuk mengatasi permasalahan alat laboratorium yang rusak, jumlah/jenis alat yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan, dan kurangnya jumlah alat yang tersedia. 1.4 Manfaat Kegiatan Hasil kegiatan pengabdian pada masyarakat ini akan memberikan kontribusi positif dalam peningkatan kualitas kinerja dan profesionalisme tenaga laboratorium sekolah SMP di Kabupaten Buleleng. Secara eksplisit manfaat kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1) Bagi tenaga laboratorium yang terlibat dalam kegiatan ini memperoleh tambahan pengetahuan dan keterampilan khusus (reparasi, modifikasi, dan duplikasi) alat-alat di laboratorium. Selanjutnya diharapkan dapat diimbas kepada pihak-pihak terkait lainnya. 2) Bagi sekolah terkait secara tidak langsung juga memperoleh manfaat dari meningkatnya kualitas SDM yang dimiliki. Peningkatan kompetensi keterampilan yang dimiliki tenaga laboratorium akan berkorelasi terhadap kualitas proses pembelajaran yang tentunya sangat bemanfaat bagi sekolah. 3) Bagi masyarakat pebelajar secara umum memperoleh manfaat dari dampak peningkatan
kualitas
kegiatan
laboratorium
terhadap
peningkatan
kualitas
pembelajaran IPA di SMP. 4) Manfaat yang diperoleh bagi staf akademik Universitas Pendidikan Ganesha adalah dapat melaksanakan salah satu dharma dari tri dharma perguruan tinggi, yaitu Pengabdian Pada Masyarakat.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peran Strategis Laboratorium dalam Pembelajaran IPA Laboratorium adalah suatu ruangan tempat seseorang melakukan berbagai pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan verifikasi (pembuktian), pengujian, pengukuran atau penelitian. Sebenarnya laboratorium tidak selalu berkaitan dengan ruangan. Alam semesta merupakan laboratorium yang maha lengkap (Anna, 2007). Menurut Padmawinata, dkk (1981), laboratorium dalam pembelajaran IPA merupakan tempat di mana guru dan siswa melakukan percobaan dan penelitian. Lebih lanjut, Konsorsium Ilmu Pendidikan membuat definisi operasional tentang laboratorium sebagai perangkat kelengkapan akademik, di samping buku dan media lainnya, yang di dalamnya menyangkut prasarana, sarana, dan mekanisme. Khusus untuk laboratorium IPA, sebagai sebuah perangkat akademik, fungsi laboratorium tidaklah sekedar pendukung pembelajaran, tetapi merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran IPA. Dalam posisi tersebut fungsi laboratorium adalah sebagai tempat untuk memahami konsep-konsep IPA, membuktikan berbagai konsep IPA, dan melakukan penelitian ilmiah. Laboratorium menjadi tempat yang paling ideal dalam pembelajaran proses dan sikap ilmiah. Selanjutnya, pendekatan yang paling utama dalam pembelajaran IPA adalah pendekatan menemukan sendiri (inkuiri), melalui langkah-langkah kerja ilmiah, seperti mengamati, mengumpulkan data, mengukur, memaknai data, menarik kesimpulan, dan sebagainya (Depdibud, 1995). Lewat kegiatan tersebut pebelajar akan memperoleh pengalaman langsung, yang sering disebut “pengalaman tangan pertama.” Peranan laboratorium pada kegiatan pendidikan adalah merupakan bagian dari proses belajar-mengajar berupa praktikum yang obyeknya sesuai dengan Satuan Acara Perkuliahan (Dtjen Dikti, 2002). Di samping melatih keterampilan, kegiatan laboratorium juga berperan dalam melatih dan mengembangkan nilai – nilai sikap ilmiah seperti kritis, objektif, kreatif, skeptis, terbuka, disiplin, tekun, mengakui kelebihan orang lain dan kekurangan diri sendiri dan lain-lain. Keberadaan laboratorium penelitian dan laboratorium terpadu biasanya ditujukan untuk menunjang kegiatan penelitian baik untuk program lanjutan, penelitian mandiri, maupun untuk pengembangan pendidikan (Curiculum Development). 4
Milo Koretsky (2011), menyebutkan dalam hasil penelitiannya bahwa secara signifikan respon siswa meningkat pada kelompok yang diberikan model eksperimen. Pemanfaatan lingkungan alam sekitar sebagai laboratorium juga memberikan pengaruh besar terhadap hasil belajar siswa. Hal senada juga dilaporkan oleh Santoso (2010), dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa penggunaan alam sekitar sebagai laboratorium dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa laboratorium IPA memberi pengaruh besar terhadap hasil belajar siswa. Untuk itu diperlukan suasana laboratorium yang cukup baik, yakni : memungkinkan para praktikan dapat berinteraksi/berperan aktif dalam melakukan praktikum, terciptanya situasi diskusi yang berkaitan dengan materi praktikum, menjamin terlaksananya praktikum yang berkesinambungan (cukup tersedia bahan/alat praktikum), memungkinkan praktikan bekerja mandiri, serta tersedianya
sumber
informasi/data yang diperlukan untuk suatu praktikum dengan baik dan akurat. Untuk menjamin semua itu dibutuhkan tenaga laboratorium yang memenuhi standar (berkompeten). 2.2 Standar Kualifikasi dan Standar Kompetensi Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah Menurut Permen Pendidikan Nasional No. 26 Tahun 2008, standar tenaga laboratorium sekolah/madrasah mencakup kepala laboratorium sekolah/madrasah, teknisi laboratorium Sekolah/Madrasah, dan laboran sekolah/madrasah. 1. Kualifikasi kepala laboratorium Sekolah/Madrasah adalah sebagai berikut: a. Jalur Guru 1) Pendidikan minimal S1; 2) Berpengalaman minimal 3 tahun sebagai pengelola praktikum; 3) Memiliki sertifikat kepala laboratorium sekolah/madrasah dari perguruan tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah. b. Jalur Laboran/Teknisi 1) Pendidikan minimal diploma tiga (D3); 2) Berpengalaman minimal 5 tahun sebagai laboran atau teknisi; 3) Memiliki sertifikat kepala laboratorium sekolah/madrasah dari perguruan tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah. 5
2. Teknisi Laboratorium Sekolah/Madrasah Kualifikasi teknisi laboratorium sekolah/madrasah adalah sebagai berikut: a. Minimal lulusan program diploma dua (D2) yang relevan dengan peralatan laboratorium, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah; b. Memiliki sertifikat teknisi laboratorium sekolah/madrasah dari perguruan tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah. c. Laboran Sekolah/Madrasah Kualifikasi laboran sekolah/madrasah adalah sebagai berikut: a. Minimal lulusan program diploma satu (D1) yang relevan dengan jenis laboratorium, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah; b. Memiliki sertifikat laboran sekolah/madrasah dari perguruan tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah. 2.3 Perawatan Alat di Laboratorium IPA Yang dimaksud dengan perawataan alat ialah segala upaya secara terus menerus dengan tujuan agar alat/bahan tersebut tetap dalam kedaan baik/siap pakai dan dapat dipakai dalam waktu semaksimal mungkin. Perawatan tersebut dapat berupa : (1) perawatan sehari – hari seperti membersihkan, mengganti label yang rusak, melakukan perbaikan ringan dll; (2) perawatan berkala sesuai dengan tuntutan dalam buku petunjuk alat/bahan bersangkutan, misalnya 6 bulan sekali, setahun sekali dll. Cara Merawat Alat-Alat Lab a. Merawat alat gelas Simpan di tempat aman, terpisah dari alat lain, tersusun sesuai jenis Jangan memanaskan alat yang bukan terbuat dari gelas tahan api (pyrex, Yena, durex) Jangan memanaskan alat-alat ukur gelas. Simpan dalam keadaan bersih dan kering. b. Merawat alat logam Lindungi dari karat, dengan cara dicoating, dicat, atau dibungkus plastik bila tidak digunakan. Usahakan selalu kering, simpan ditempat kering. 6
Jauhkan dari bahan kimia korosif Bersihkan dan kering setelah digunakan c. Merawat alat dari kayu Usahakan kering agar tidak cepat rapuh Dicat Disemprot dengan bahan insektisida. Simpan ditempat yang kering. d. Merawat alat dari bahan porselen Simpan ditempan yang aman, hindarkan dari benturan e. Merawat alat dari karet/plastik •
Jauhkan dari panas, asam, basa atau garam
•
Hindarkan dari bahan/pelarut organic
f. Merawat alat listrik Gunakan kabel yang baik Kontrol selalu sekeringnya scr berkala Jangan menumpuk steker listrik Gunakan stabilisator untuk menghindari fluktuasi tegangan. Putuskan hubungan alat dengan sumber listrik bila tidak digunakan g. Merawat alat optik Alat optik umumnya mahal. Perlu dirawat seksama. Gunakan bahan pengaman higroskopis untuk menjaga agar alat selalu kering. Simpan diruang ber-AC dan kering. Bersihkan alat-alat dengan cara yang benar sesuai SOP alat. h. Cara merawat lemari asam Dinding dalam lemari dicat tahan asam/ uap pelarut organik/panas Bagian kaca dibersihkan berkala Botol bahan kimia ditutup rapat Cek blower secara berkala Gunakan switch : 110-220 volt Bagian lantai lemari asam terbuat dari bahan tahan asam, tahan pelarut organik dan tahan panas.
7
Rusaknya alat-alat kadang-kadang disebabkan karena salah menangani alat itu, misalnya, baterai karena arus pendek, amperemeter rusak karena arus terlalu tinggi. Oleh karena itu, sebelum siswa menggunakan alat yang mudah pecah atau rusak harus diberi perhatian khusus cara penggunaan alat itu. Beberapa upaya untuk mencegah kerusakan alat : Menjaga kebersihan alat. Sebelum disimpan alat harus dibersihkan terlebih dahulu. Buat ketentuan, setiap alat yang rusak atau pecah akibat kelalaian siswa harus diganti. Pahami fungsi utama/cara kerja alat dan bagian-bagiannya Pengoperasian alat dengan benar Perhatikan keterbatasan kemampuan alat Perbaiki dengan segera untuk mencegah kerusakan yang lebih parah Lakukan perawatan secara teratur Lakukan monitoring, pemeriksaan, dan perawatan dengan benar Lakukan kalibrasi Penyimpanan peralatan dengan baik 2.4 Aspek Kelayakan Alat Praktikum dan Topik-topik Percobaan IPA SMP A. Aspek Kelayakan Alat Praktikum a. Keterkaitan dengan bahan ajar 1) Konsep yang diajarkan (ada dalam kurikulum atau hanya pengembangan) 2) Tingkat keperluan (Diperlukan dan kurang diperlukan) 3) Penampilan Objek dan Fenomena ( Jelas dan kurang jelas). b. Nilai pendidikan 1) Kesesuaian dengan perkembangan intelektual peserta didik 2) Kompetensi yang ditingkatkan pada peserta didik dengan menggunakan alat peraga tersebut 3) Sikap ilmiah. Untuk alat peraga model dan multimedia: Sikap ilmiah yang dapat ditingkatkan pada peserta didik, misalnya tayangan menampilkan keperluan untuk teliti dalam mengukur
8
4) Sikap sosial (Untuk alat peraga model dan multimedia: Sikap sosial, misalnya tayangan dalam multimedia tidak mendiskriminasikan antara laki-laki dan perempuan, Ayah dan ibu) c. Ketahanan alat 1) Ketahanan terhadap cuaca (suhu udara, cahaya matahari, kelembaban, air) 2) Memiliki alat pelindung dari kerusakan 3) Kemudahan perawatan d. Keakuratan Alat Ukur (hanya untuk alat ukur) 1) Ketahanan komponen-komponen pada dudukan asalnya (tidak mudah aus) 2) Ketepatan pemasangan setiap komponen. 3) Ketepatan skala pengukuran 4) Ketelitian pengukuran (orde satuan) e. Efisiensi Penggunaan Alat 1) Kemudahan dirangkaikan 2) Kemudahan digunakan/dijalankan f. Keamanan bagi peserta didik 1) Memiliki alat pengaman 2) Konstruksi alat aman bagi peserta didik (tidak mudah menimbulkan kecelakaan pada peserta didik) g. Estetika 1) Warna; 2) Bentuk h. Kotak Penyimpan 1) Kemudahan mencari alat; 2) Kemudahan mengambil dan menyimpan; 3) Ketahanan kotak KIT. B. Topik-topik Percobaan IPA SMP Topik-topik percobaan IPA SMP meliputi materi Fisika, Biologi dan Kimia, sebagai berikut. Prcobaan Pengukuran,Besaran dan Satuan; Percobaan tentang Kalor; Pemuaian Zat; Unsur, Senyawa, Campuran; Asam, Basa, dan Garam; Kimia Rumah Tangga; Uji Makanan; Optik; Gerak; Pesawat Sederhana; Tekanan Zat Cair; Getaran dan Gelombang; Bunyi; Hidroponik; Kelistrikan; Kemagnetan; Fotosintesis, dll.
9
2.5 Reparasi, Modifikasi, dan Duplikasi (Remod) Alat Laboratorium Reparasi merupakan suatu upaya untuk memperbaiki (men-service) kerusakankerusakan ringan yang terjadi pada alat-alat. Setelah direparasi diharapkan alat-alat dapat digunakan/berfungsi lagi seperti semula. Untuk hal tersebut di atas tentunya dibutuhkan keterampilan dasar mereparasi/servis alat-alat laboratorium atau diperlukan keterampilan minimal bagaimana merawat alat-alat tersebut. Berikut beberapa contoh alat yang sering mengalami kerusakan dan mudah diraparasi. Berdasarkan jenis bahannya, reparasi alat dapat dikelompokkan antara lain sebagai berikut. 1) Mereparasi alat-alat gelas; 2) Mereparasi alat dari logam; 3) Mereparasi alat dari kayu; 4) Mereparasi alat dari bahan porselen; 50 Mereparasi alat dari karet/plastik; 6) Mereparasi alat listrik; 7) Mereparasi alat optik, dll Modifikasi adalah upaya mengubah atau menyesuaikan. Mengenai pengertian modifikasi, Bahagia (2010:13), mengemukakan bahwa modifikasi dapat diartikan sebagai upaya melakukan perubahan dengan penyesuaian-penyesuaian baik dalam segi fisik material maupun dalam tujuan dan cara (metoda). Dalam hal ini modifikasi adalah perubahan-perubahan yang diterapkan pada alat baik melalui penggantian, penambahan, maupun pengurangan komponen sehingga alat dapat berfungsi lebih baik daripada keadaan sebelumnya. Modifikasi adalah membuat berdasarkan contoh dengan memberikan perubahan (penambahan, pengurangan) tertentu atas warna, bentuk, ukuran, fungsi, prinsip kerja, dan atau bahan baku. Salah satu contoh modifikasi adalah modifikasi alat titrasi. Jika tidak ada buret, dapat dilakukan dengan menggunakan pipet tetes. Sebelum dipakai, volume tetesan yang dihasilkan dari pipet yang akan digunakan harus ditera terlebih dahulu. Cara mentera adalah dengan memipet larutan/air kemudian dieteskan ke dalam gelas ukur hingga volume tertentu. Misal, 1 ml = 20 tetes, berarti 1 tetes setara dengan 0,05 ml. Duplikasi adalah upaya menggandakan jumlah alat dengan meniru model alat yang telah ada. Duplikasi adalah membuat duplikat atau meniru atau membuat tiruan. Proses duplikasi yang benar hendaknya dengan izin dan lisensi dari pemilik hak paten. Dupklikasi alat peraga fisika adalah membuat alat peraga fisika dengan cara meniru persis alat peraga asli yang dibuat oleh pencipta atau pemilik hak paten penciptaannya. Biasanya duplikasi terpaksa dilakukan dengan alasan yang dimiliki jumlahnya kurang dan mutlak harus ditambah, yang dimiliki sudah rusak tetapi mutlak dibutuhkan dengan jumlah tertentu, bukan untuk kepentingan komersial mencari keuntungan. 10
BAB III METODE PELAKSANAAN 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah Masalah pokok yang akan dipecahkan dalam pengabdian masyarakat ini berkaitan dengan rendahnya kompetensi keterampilan tenaga laboratorium IPA SMP di Kabupaten Buleleng. Berbagai alternatif untuk memecahkan permasalahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Alternatif Pemecahan Masalah No
Permasalahan
Akar masalah
1
- Rendahnya kompetensi pengelolaan laboratorium dan laboratorium IPA belum diberdayakan secara optimal
2
- Keberadaan jumlah dan/atau jenis alat-alat laboratorium yang tidak memadai.
- Minimnya sosialisasi, kesempatan, dan perhatian terhadap keberadaan tenaga laboratorium - Keterbatasan dana pengadaan alat-alat laboratorium
3
- Alat-alat rusak, komponen tidak lengkap, tidak tertangani dengan baik dan benar.
4
- Keterampilan khusus untuk mereparasi, memodifikasi dan menduplikasi alat-alat laboratorium yang dimiliki tenaga laboratorium IPA SMP di Kabupaten Buleleng masih rendah.
- Minimnya upaya pemberdayaan sumber daya manusia yang ada - Minimnya kesempatan melatih keterampilan khusus laboratorium
11
Alternatif Pemecahan Masalah - Pendidikan, ceramah dan diskusi menyangkut aspekaspek kompetensi tenaga laboratorium
- Optimalisasi fungsi alat-alat yang sudah ada
- Meningkatkan pengetahuan dan keteramplan tenaga laboratorium - Pemberian pelatihan keterampilan khusus (reparasi, modifikasi, dan duplikasi alat) laboratorium bagi tenaga laboratorium IPA SMP di kabupaten Buleleng
Alur Pemecahan Masalah Permasalahan
Alternatif Pemecahan Masalah
1. Pengelolaan Laboratorium dengan apa adanya dan laboratorium IPA belum di berdayakan secara optimal
1. Pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya pendukung(SDP) labratorium
2. Rendahnya pengetahuan tenaga laboratorium IPA SMP tentang kompetensi khusus yang harus dimiliki tenaga laboratorium sekolah
2. Pendidikan, ceramah, diskusi, dan sosialisasi panduan (SOP) tugas kerja dan standar kompetensi tenaga laboratorium
3. Keberadaan jumlah dan/atau jenis alat-alat laboratorium tidak memadai, sejumlah alat-alat rusak, komponen tidak lengkap, alat-alat tidak tertangani dengan baik dan benar.
3. Pengadaan alat-alat laboratorium, meningkatkan kemampuan dan keterampilan menanggulangi dan mengatasi masalah kerusakan alat. 4. Program Pelatihan Keterampilan khusus (reparasi, modifikasi, duplikasi alat) laboratorium
4. Rendahnya keterampilan khusus reparasi, modifikasi, dan duplikasi alat yang dimiliki tenaga laboratorium IPA SMP di Kabupaten Buleleng
5. Koordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk lebih sering menyelenggarakan dan memberi kesempatan diklat bagi tenaga laboratorium SMP/Mts Negeri/swasta
5. Kurangnya kemampuan dan kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.
Pemecahan Masalah Pelatihan keterampilan khusus (reparasi, modifikasi, dan duplikasi alat) laboratorium Bentuk Kegiatan 1. Ceramah dan diskusi tentang standar kompetensi tenaga laboratorium IPA SMP 2. Praktek keterampilan mereparasi, memodifikasi, serta menduplikasi alat-alat laboratorium IPA SMP sesuai tuntutan kurikulum praktikum.
Gambar 1. Diagram alur pemecahan masalah Berdasarkan rumusan alternatif pemecahan masalah dalam Tabel 7.1 di atas, solusi yang diambil untuk memecahkan permasalahan tersebut adalah pemberian pelatihan keterampilan khusus (reparasi, modifikasi, dan duplikasi alat) laboratorium. Disamping dalam bentuk praktek, pelatihan juga mencakup ceramah dan diskusi untuk meningkatan pemahaman tentang aspek-aspek kompetensi yang harus dimilki tenaga laboratorium IPA SMP.
12
3.2 Realisasi Pemecahan Masalah Realisasi kegiatan P2M ini dimulai dengan penjajagan dan sosialisasi khalayak sasaran untuk minginformasikan program dan waktu pelaksanaan kegiatan. Selanjutnya, ditindaklanjuti dengan pelaksanaan kegiatan yang diawali dengan acara pembukaan oleh ketua LPM Undiksha (Prof. Dr. Ketut Suma, M.S). Kegiatan dilaksanakan dalam dua tahap in service dan on service. Pelaksanaan kegiatan in servis mulai tanggal 27-29 September 2013.
Kegiatan berlangsung di Laboratorium FMIPA Undiksha dalam
bentuk penyajian materi oleh nara sumber, diskusi dan praktek keterampilan reparasi, modifikasi dan duplikasi alat. Dilanjutkan dengan kegiatan on service dalam bentuk magang (penerapan keterampilan) di sekolah masing-masing. Kegiatan magang berlangsung dari tanggal 30 September -3 Oktober 2013. Dilanjutkan lagi dengan kegiatan in servis II (praktek reparasi, modifikasi, dan modifikasi lanjutan) dari tanggal 4-6 Oktober 2013. Kegiatan on service II diisi dengan kegiatan mandiri (finalisasi pembuatan duplikasi alat) muali tanggal 7 – 11 Oktober 2013. Kegiatan pelatihan diakhiri dengan peragaan alat hasil duplikasi dan semlok yang diselenggarakan pada tanggal 12 Oktober 2013. Nara sumber pada kegiatan tersebut adalah Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Pd, I staf laboran Jurusan pendidikan Kimia FMIPA Undiksha, I Nyoman Sukarta, S.Pd.,M.Si, staf dosen Jurusan D3 Analis Kimia dan Dr. I Dewa Ketut Sastra Widana, M.Si, staf dosen Jurusan Pendidikan Kimia (Ketua Laboratorium Jurdik Kimia). Serta dibantu oleh seorang staf laboratorium Pendidikan Biologi (Ni Nyoman Widiasih, SE). 3.3 Khalayak Sasaran Strategis Khalayak yang dijadikan sasaran kegiatan ini adalah staf laboratorium IPA SMP se-Kabupaten Buleleng. Di Kabupaten Bulleleng terdapat 83 SMP yang tersebar di 9 Kecamatan. Jumlah khalayak yang terlibat dalam kegiatan ini adalah 22 orang tenaga laboratorium IPA dari 9 kecamatan yang ada di Kabupaten Buleleng. Peserta yang dilibatkan tersebut nantinya diharapkan dapat mengimbas kepada tenaga laboratorium yang lainnya. 3.4 Keterkaitan Kegiatan P2M ini melibatkan instansi Undiksha (FMIPA), Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng, dan SMP-SMP di Kabupaten Buleleng. Keterkaitan antar instansi13
instansi yang terlibat ini dapat dilihat dari manfaat timbale balik atau keuntungan secara bersama-sama (mutual benefit). 1) Guru (staf laboratorium) dan sekolah sasaran akan memperoleh manfaat dalam hal peningkatan kualitas SDM tenaga laboratoriumnya, terutama dalam bidang keterampilan reparasi, modifikasi, dan duplikasi alat-alat laboartorium IPA. Peningkatan kualitas SDM tenaga laboratorium akan berkontribusi terhadap kualitas pembelajaran IPA di sekolah tersebut. 2) Pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng sebagai pihak pemberi rekomendasi secara tidak langsung juga mempunyai kaitan kepentingan untuk peningkatan kualitas pembelajaran IPA dan pendidikan di Buleleng khususnya. 3) Bagi Universitas Pendidikan Ganesha (Lembaga Pengabdian pada Masyarakat) keterkaitannya dapat dilihat dari sisi terrealisasinya program pengabdian masyarakat yang merupakan salah satu kewajiban (dharma) dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Penyelenggaraan P2M merupakan wahana straregis bagi civitas akademik untuk mengabdikan (mengimplementasikan) pengetahuan dan teknologi pada masyarakat (dunia pendidikan khususnya). Secara tidak langsung kegiatan tersebut merupakan bagian pencitraan institusi. 3.5 Metode yang Digunakan Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan di depan adalah metode pendidikan-pelatihan- dan pendampingan
dalam bentuk penyajian
materi-diskusi dan praktek (learning by doing). Penerapan gabungan metode tersebut diharapkan mampu meningkatkan pemahaman dan keterampilan khalayak berkaitan dengan keterampilan khusus laboratorium. Keterkaitan antara masalah dan metode kegiatan yang dipakai untuk mencapai tujuan dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Keterkaitan Masalah dan Metode Kegiatan No
Rumusan masalah
Metode
Bentuk Kegiatan
1
- Rendahnya kompetensi pengelolaan laboratorium dan laboratorium IPA belum diberdayakan secara optimal
Penyajia n Materi Diskusi
- Pendidikan pengetahuan tentang pengelolaan laboratorium - Penyajian materi dan diskusi aspekaspek keterampilan kerja di laboratorium untuk meningkatkan pemahaman khalayak tentang cakupan keterampilan khusus yang harus dimiliki tenaga laboratorium IPA 14
2
3
- Keberadaan jumlah dan/atau jenis alat-alat laboratorium yang tidak memadai, kerusakan alat, dan ketidaksesuaian spek alat - Rendahnya keterampilan khusus untuk mereparasi, memodifikasi dan menduplikasi alat-alat laboratorium yang dimiliki tenaga laboratorium IPA SMP di Kabupaten Buleleng.
Praktek
- Pelatihan dan pendampingan Praktek rekayasa rancangan alat-alat eksperimen (praktikum) IPA SMP menggunakan bahan-bahan sederhana.
Praktek
- Pelatihan dan pendampingan dalam kegiatan praktek reparasi, modifikasi, dan duplikasi alat untuk melatih peserta agar mampu menguasai keterampilan reparasi, modifikasi, dan duplikasi alat laboratorium agar mampu menanggulangi permasalahan keberadaan alat-alat di laboraorium.
1) Penyajian Materi dan Diskusi Kegiatan penyajian materi dan diskusi dilakukan untuk memberikan pemahaman peserta tentang kompetensi keterampilan laboratorium IPA SMP serta landasan teori yang mencakup teknik-teknik reparasi, modifikasi, dan duplikasi alat. Materi ini diberikan oleh staf dosen dan staf laboratorium IPA Undiksha yang ahli dan telah banyak menggeluti bidang pengelolaan laboratorium IPA. Materi yang diberikan memuat pengetahuan dan teknik reparasi, modifikasi dan duplikasi alat laboratorium IPA SMP. Ceramah dan diskusi menyasar tujuan dari kegiatan ini. 2) Praktek Kegiatan ini merupakan lanjutan dari ceramah dan diskusi yang secara khusus bertujuan untuk meningkatkan keterampilan khusus tenaga laboratorium merancang, memperbaiki, modifikasi dan duplikasi
alat-alat dasar di laboratorium IPA SMP.
Kegiatan praktek dibimbing dan didampingi oleh staf dosen dan laboran Undiksha serta praktisi yang ahli dalam bidangnya. Kemudian dilanjutkan dengan praktek mandiri terpantau (magang) di sekolah masing-masing 3.6 Evaluasi 3.6.1
Prosedur dan Alat Evaluasi Prosedur dan alat evaluasi untuk manilai keberhasilan kegiatan yang dilakukan
digambarkan seperti Gambar 2.
15
AWAL KEGIATAN
PELAKSANAAN KEGIATAN
Eksplorasi pengetahuan awal - Test lisan
- Observasi - Rubrik
AKHIR KEGIATAN Angket Uji Produk
Gambar 2. Bagan Alur Evaluasi Kegiatan
Evaluasi kegiatan ini dilakukan terhadap proses dan produk kegiatan. Evaluasi proses berkaitan dengan kehadiran peserta, semangat/antusias peserta mengikuti kegiatan, dan kerja sama. Evaluasi proses dilakukan selama kegiatan berlangsung. Evaluasi produk dilakukan terhadap hasil karya praktek (model rancangan alat) hasil modifikasi dan duplikasi alat ditinjau dari keberfungsian alat. Evaluasi produk dilakukan pada setiap akhir sesi kegiatan. Penskoran dilakukan dengan skala Likert dan dianalisis secara deskriptif. Pelaksanaan program kegiatan ini dinyatakan berhasil jika hasil evaluasi proses dan produknya minimal tergolong baik, dengan rerata skor antara 3,40-4,19 menurut skala Likert (dengan skor - 5). 3.6.2
Teknik Analisis Data, Kreteria Indikator, dan Tolak Ukur Keberhasilan Kegiatan Cara mengevaluasi program P2M yang akan dilaksanakan dirancang seperti pada
tabel 3 berikut. Tabel 3.3 Matrik Indikator Kegiatan dan Cara Pengukurannya No. Indikator
Teknik analisis data
Tolak ukur
1
Eksplorasi pengetahuan awal- post-tes (tes diagnostik) Lembar observasi Penskoran dilakukan dengan skala Likert dan dianalisis secara deskriptif Penilaian kinerja dan produk. Penskoran dilakukan dengan skala Likert dan dianalisis secara deskriptif
Signifikansi perubahan pemahaman Hasil evaluasi produknya minimal tergolong baik, dengan rerata skor antara 3,40 – 4,19 menurut skala Likert (dengan skor 1 – 5).
2
3
Perubahan pemahaman terhadap keterampilan laboratorium ketekunan dan keseriusan staf/tenaga laboratorium dalam mengikuti kegiatan Produk kegiatan (hasil karya praktek)
1) Eksplorasi Pengetahuan Awal Eksplorasi pengetahuan awal dilakukan di awal kegiatan untuk mengetahui pemahaman standar tentang kompetensi keterampilan laboratorium yang telah dimiliki 16
tenaga laboratorium. Data eksplorasi pengetahuan awal dikumpulkan menggunakan tes diagnostik (Sapriati, 2000). Tes diagnostik ini akan mengungkap pemahaman staf/tenaga laboratorium peserta pelatihan terhadap keterampilan khusus laboratorium. 2) Penilaian Kinerja (Produk) Produk kegiatan, yaitu modul pelatihan yang dapat dijadikan pedoman bagi tenaga
laboratorium
selama
pelatihan
dan
pedoman
lebih
lanjut
dalam
mengimplementasikan pengetahuan dan keterampilan laboratorium setelah pelatihan. Produk lain berupa jasa keterampilan khusus bagi tenaga laboratorium IPA SMP. Produk fisik berupa hasil karya model alat hasil reparasi, modifikasi, dan duplikasi alat praktikum IPA. Penskoran dilakukan dengan skala Likert dan dianalisis secara deskriptif. Pelaksanaan program kegiatan ini dinyatakan berhasil jika hasil evaluasi produknya minimal tergolong baik, dengan rerata skor antara 3,40 – 4,19 menurut skala Likert (dengan skor 1–5). 3) Observasi Observasi terhadap pelaksanaan program mencakup ketekunan dan keseriusan staf/tenaga laboratorium dalam mengikuti kegiatan. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi. Penilaian dilakukan terhadap aspek-aspek sikap dan aktivitas peserta pelatihan yang mencirikan prilaku dan kemampuan tenaga laboratorium. Teknik pemberian skor pada masing-masing indikator menggunakan skala Likert dengan rentang 1-5 dibantu dengan rubrik penilaian.
17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian a. Kegiatan Penyajian Materi dan Diskusi Kegiatan penyajian materi dan diskusi yang telah dilaksanakan bertujuan untuk memberikan pemahaman peserta tentang kompetensi keterampilan laboratorium IPA SMP serta landasan teori yang mencakup teknik-teknik reparasi, modifikasi, dan duplikasi alat. Penyajian materi dan diskusi menyasar tujuan dari kegiatan ini. Materi yang diberikan memuat pengetahuan dan teknik reparasi, modifikasi dan duplikasi alat laboratorium IPA SMP. Hasil penyajian materi dan diskusi yang telah dilakukan pada bagian pertama kegiatan P2M ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1) Secara umum kegiatan diskusi berlangsung sangat baik. Peserta sangat antusias dan bersungguh-sungguh mengikuti sesion demi sesion sajian materi pelatihan yang disajikan oleh nara sumber. Demikian pula kegiatan diskusi berlangsung sangat baik. Respon peserta maupun tanggapan dari nara sumber berlangsung baik. Banyaknya pertanyaan yang muncul dari peserta menunjukkan adanya respon positif dari peserta terhadap materi pelatihan, disamping juga menunjukkan bahwa banyak hal yang masih perlu diketahui terkait dengan keterampilan repasrasi, modifikasi dan duplikasi alat laboratorium. 2) Hal lain yang dapat direkam dari kegiatan diskusi adalah bahwa pengetahuan awal peserta tentang keterampilan dasar laboratorium relatif masih kurang terutama keterampilan memodifikasi alat-alat laboratorium. Namun setelah diberikan pelatihan, tingkat pemahaman peserta pelatihan menunjukkan hasil yang baik. Pernyataan ini diperkuat dengan hasil angket yang dituangkan pada Tabel 4.3. b. Observasi dan Penilaian Kegiatan Praktek Penilaian praktek keterampilan reparasi, modifikasi, dan duplikasi alat-alat laboratorium dilakukan selama selang kegiatan praktek. Penilaian delakukan dengan penilaian kinerja. Aspek-aspek keterampilan yang dinilai mencakup 10 aspek kinerja antara lain : Kehadiran peserta,
Pemilihan topic, Pemilihan bahan alternatif, Semangat
mengikuti kegiatan, Keterampilan mereparasi, Keterampilan modifikasi, Keterampilan duplikasi, Inovasi, Kreasi, Kerja sama.
Hasil penilaian dapat dilihat pada Table 4.2,
berilkut. 18
Tabel 4.1: Hasil Penilaian Kinerja Kode Pst P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 Rerata
A1 5 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4.8
A2 5 5 3 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 3 5 4.6
A3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3.5
A4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.0
SKOR A5 A6 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3.0 4.0
A7 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.0
Keterangan: P = peserta; A = aspek yang dinilai A1 = Kehadiran peserta A2 = Pemilihan topik A3 = Pemilihan bahan alternatif A4 = Semangat mengikuti kegiatan A5 = Keterampilan mereparasi A6 = Keterampilan modifikasi A7 = Keterampilan duplikasi A8 = Inovasi A9 = Kreasi A10 = Kerja sama
19
A8 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.0
A9 5 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4.8
A10 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3.5
Penguasaan Rata2 % 4.0 80 4.2 84 3.6 72 4.2 84 3.5 70 3.9 78 4.0 80 4.2 84 4.0 80 4.2 84 4.0 80 4.2 84 3.7 74 4.2 84 3.9 78 4.2 84 4.0 80 4.2 84 4.0 80 4.2 84 3.7 74 4.2 84 4.0 80.3
Kategori Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Kriteria Acuan Penilaian Tingkat Penguasaan Materi (%) 85-100 70-84 55-69 40-54 0-39
Kategori Amat Baik Baik Cukup Kurang Amat Kurang
(Sumber acuan: Pedoman Penilaian Pedoman studi Undiksha, 2011)
Catatan: Mi = 3 SD = 0.7
Kategori respon masing-masing responden Skor: 2,65 – 3.35; Kategori Sedang Skor : 3,35-4.05; Kategori Baik Skor : > 4.05; Kategori sangat baik
P = Peserta (responden) S = Statemen (Pernyataan)
Pedoman Konversi Kategorisasi keterampilan Reparasi, modifikasi, dan duplikasi alat No. 1 2 3 4 5
Kriteria >(Mi + 1,5 SDi) (Mi + 0,5SD) – (Mi + 1,5SDi) (Mi - 0,5SD) – (Mi + 0,5SDi) (Mi -1,5SD) – (Mi + 0,5SDi) < (Mi -1,5 SDi)
Kategori Sangat baik (SB) Baik (B) Sedang (S) Kurang (K) Sangat Kurang (SK)
(diadaptasi dar: Dantes, 2001) Hasil penilaian menunjukkan keterampilan peserta pelatihan mereparasi, modifikasi dan duplikasi alat-alat laboratorium setelah diberi pelatihan rata-rata terkategori baik dengan skor rata-rata = 4,0 pada skala Likert (1-5) atau persentase penguasaan rata-rata = 80,3%.
c. Penilaian Produk Penilaian produk dilakukan terhadap produk duplikasi alat yang dihasilkan. Penilaian menggunakan rubrik penilaian, mencakup aspek-aspek: Keterkaitan dengan Bahan Ajar, Nilai Pendidikan, Ketahanan Alat, Keakuratan Alat, Efisiensi Alat, Keamanan bagi peserta didik,dan Estetika. Hasil penilaian produk yang dilakukan oleh tiga orang expert
menunjukkan nilai rata-rata terkategori baik (dengan skor rerata = 79,2). Data selengkapnya seperti tertera pada Tabel 4.2, berikut.
20
Tabel 4.2 : Hasil Penilaian Produk Duplikasi Alat Kode Peserta P1 P2
Sekolah Asal SMP N 3 Seririt SMP Laboratorium Undiksha Singaraja SMP Laboratorium Undiksha Singaraja
P3
Skor Rerata
T1
T2
T3
Kategori
90
90
85
88.3 Amat Baik
90
90
90
90.0 Amat Baik
75
75
75
75.0 Baik
P4
SMP N 5 Kubutambahan
95
90
90
91.7 Amat Baik
P5
SMP N 3 Sukasada
75
75
75
75.0 Baik
P6
SMP Katolik Santo Paulus Singaraja
75
75
75
75.0 Baik
P7
SMP N 4 Banjar
80
85
85
83.3 Baik
P8
SMPN 5 Tejakula
85
85
85
85.0 Amat Baik
P9
SMP N 2 Banjar
80
80
80
80.0 Baik
P10
SMP Mutiara Singaraja
90
90
90
90.0 Amat Baik
P11
SMP Bhaktiyasa Singaraja
90
90
90
90.0 Amat Baik
P12
SMP N 4 Kubutambahan
80
80
80
80.0 Baik
P13
SMP N 4 Kubutambahan
75
80
75
76.7 Baik
P14
SMP N 6 Singaraja
65
70
65
66.7 Cukup
P15
SMPN 5 Singaraja
65
70
65
66.7 Cukup
P16
SMPN 4 Sukasada
70
70
70
70.0 Baik
P17
SMPN 4 Sukasada
65
70
65
66.7 Cukup
P18
SMPN 1 Sukasada
85
80
85
83.3 Baik
P19
SMPN 1 Sukasada
85
85
85
85.0 Amat Baik
P20
SMPN 2 Singaraja
70
65
70
68.3 Cukup
P21
SMPN 2 Singaraja
70
70
70
70.0 Baik
P22
SMPN 3 Singaraja
85
85
85
85.0 Amat Baik
Rata-rata
79,2 Baik
Ket: P = peserta; T = testee (penilai) Kriteria Acuan Penilaian Tingkat Penguasaan Materi (%) Kategori 85-100 Amat Baik 70-84 Baik 55-69 Cukup 40-54 Kurang 0-39 Amat Kurang (Sumber acuan: Pedoman Penilaian Pedoman studi Undiksha, 2011) 21
d. Laporan Kegiatan Mandiri Terpantau Berdasarkan laporan kegiatan mandiri (praktek penerapan pelatihan) di sekolah masing-masing dapat direkam beberapa informasi sebagai berikut. Pengetahuan dan keterampilan reparasi, modifikasi, dan duplikasi alat telah diterapkan untuk memperbaiki beberapa jenis alat yang ada di sekolah masing-masing. -
Kegiatan mandiri terpantau juga dimanfaatkan untuk menyempurnakan produk duplikasi alat sederhana.
e. Hasil Angket Respon Peserta Pelatihan Tabel 4.3: Rekap Hasil Angket Respon Peserta Pelatihan Kode
Skor Respon terhadap masing-masing pernyataan (statemen)
Rata
Kategori
Rspd
S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10
S11
Rata
P1
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4.0
SB
P2
4
4
5
5
4
4
5
4
4
5
4
4.4
SB
P3
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
5
4.6
SB
P4
5
4
5
5
5
5
4
5
4
5
3
4.5
SB
P5
5
4
4
4
4
4
4
5
3
4
4
4.1
SB
P6
5
4
5
5
5
4
4
5
5
5
5
4.7
SB
P7
4
5
4
4
5
4
4
5
3
4
4
4.2
SB
P8
4
4
4
5
4
5
5
4
4
4
4
4.3
SB
P9
5
5
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4.4
SB
P10
5
5
5
5
4
4
5
5
5
5
4
4.7
SB
P11
5
5
5
5
4
4
4
5
5
5
3
4.5
SB
P12
5
4
5
5
5
4
4
5
5
5
5
4.7
SB
P13
5
5
5
5
5
5
4
3
4
3
4
4.4
SB
P14
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
3
4.0
SB
P15
4
5
4
5
4
4
4
5
5
4
4
4.4
SB
P16
5
4
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4.4
SB
P17
4
4
4
5
4
4
4
5
5
5
5
4.5
SB
P18
4
5
3
4
4
3
3
5
4
4
4
3.9
SB
P19
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4.9
SB
P20
5
5
5
5
5
4
4
5
5
5
4
4.7
SB
P21
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4.0
SB
P22
4
4
5
5
4
4
5
4
4
5
4
4.4
SB SB
Rerata
4.5
4.5
4.6
4.7
4.4
4.2
4.2
4.5
4.3
4.4
4.0
4.4
Kategeri
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
Catatan: Mi = 3 SD = 0.7
Kategori respon masing-masing responden Skor : 3,35-4.05; Kategori Baik Skor : > 4.05; Kategori sangat baik
22
P = Peserta (responden) S = Statemen (Pernyataan)
Pedoman Konversi Kategorisasi Respon Peserta No. 1 2 3 4 5 (Dantes, 2001)
Kriteria >(Mi + 1,5 SDi) (Mi + 0,5SD) – (Mi + 1,5SDi) (Mi - 0,5SD) – (Mi + 0,5SDi) (Mi -1,5SD) – (Mi + 0,5SDi) < (Mi -1,5 SDi)
Kategori Sangat baik (SB) Baik (B) Sedang (S) Kurang (K) Sangat Kurang (SK)
Berdasarkan data dalam Tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa pandangan peserta terhadap pelaksanaan kegiatan P2M ini tergolong sangat positif (rerata skor 4,4). Analisis hasil angket respon peserta pelatihan menunjukkan bahwa semua peserta memberi respon sangat baik. Demikian juga respon terhadap masing-masing pernyataan yang diajukan, direspon sangat baik oleh peserta. (Daftar pernyataan yang dijukan dalam angket, dapat dilihat pada lampiran).
4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil penilaian produk diketahui dari 22 orang peserta pelatihan 18,2 % (4 orang) peserta pemahamannya terkategori cukup, 45,5 % (10 orang) terkategori baik, dan 36,3 % (8 orang) terkategori sangat baik. Secara keseluruhan ratarata pemahaman mereka terkategori baik (rerata 79,2). Variasi pemahaman ini dapat didinjau dari aspek latar belakang peserta. Peserta ada yang berlatar belakang profesi sebagai guru IPA (PNS) yang diberi tugas tambahan sebagai pengelola laboratorium, ada yang berlatar belakang sebagai guru IPA (belum PNS) yang ditugaskan sebagai pengelola laboratorium, ada pula pegawai administrasi (non PNS) yang ditugaskan di laboratorium. Variasi juga dapat dilihat dari pengalaman bekerja di laboratorium. Berdasarka data identifikasi calon peserta diketahui, ada peserta yang memiliki masa kerja (pengelaman kerja) di laboratorium kurang dari 1 tahun, 2-5 tahun, 5- 10 tahun, bahkan ada yang telah memiliki masa kerja di atas 10 tahun. Perbedaan latar belakang tersebut tentu memberi pengaruh terhadap semangat dan motivasi mengikuti kegiatan pelatihan. Namun walaupun demikian, secara keseluruhan rata-rata pemahaman mereka terkategori baik (rerata 79,2) , menunjukkan bahwa target kegiatan pelatihan keterampilan dasar laboratorium tersebut telah tercapai. Penilaian kinerja mencakup 10 aspek. Dari 10 aspek keterampilan yang dinilai antara lain: kehadiran peserta, pemilihan topik, pemilihan bahan alternatif, semangat 23
mengikuti kegiatan, keterampilan mereparasi, keterampilan modifikasi, keterampilan duplikasi, inovasi, kreasi, dan kerja sama. Hasil penilaian kinerja menunjukkan kinerja peserta pelatihan dalam mengikuti kegiatan terkategori baik (rerata skor = 80.3). Hal ini menunjukkan bahwa target kegiatan pelatihan keterampilan dasar laboratorium yakni mampu meningkatkan keterampilan peserta pelatihan rata-rata terkategori baik telah tercapai. Berdasarkan laporan kegiatan mandiri terpantau (praktek penerapan pelatihan) di sekolah diketahui bahwa keterampilan peserta setelah diberi pelatihan menjadi lebih baik. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil rekaman kemajuan penyempurnaan pembuatan alat sesuai topic yang dipilih. Hal ini menunjukkan, kegiatan magang sebagai kegiatan on service untuk melatih penerapan pengetahuan yang diperolah dalam kegiatan in service sangat penting dilaksanakan. Penerapan lebih lanjut dalam praktek sehari-hari tentu lebih penting lagi. Oleh karena itu diharapkan hasil pelatihan ini bisa diimplementasikan oleh peserta dalam kesehariannya. Berdasarkan hasil angket peserta, diketahui bahwa pandangan peserta terhadap pelaksanaan kegiatan P2M ini tergolong sangat positif (rerata skor 4,4). Mereka sangat membutuhkan pengetahuan dan keterampilan reparsi alat lebih intensif lagi (rerata skor 4,7). Mereka juga sangat setuju, materi pelatihan keterampilan dasar laboratorium sangat relevan dengan kebutuhan di lapanagan (rerata skor 4,4). Terhadap pernyataan masih banyak persoalan-persoalan di laboratorium belum terjawab dalam pelatihan ini, mereka merespon sangat setuju (rerata skor 4,2). Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pelatihan serupa masih sangat dibutuhkan pada kesempatan-kesempatan berikutnya secara berkesinambungan. Dari hasil angket dan wawancara, mereka menyampaikan bahwa apa yang diharapkannya sebelum mengikuti kegiatan ini semua tercapai. Mereka mendapatkan informasi cukup banyak tentang keterampilan reparsi, modifikasi, dan duplikasi alat-alat laboratorium IPA. Berdasarkan indikator-indikator yang telah terukur di depan, serta kriteria keberhasilan menurut skala Likert yang tidak kurang dari 3,35 (batas minimal skor baik), maka proses kegiatan P2M ini dinyatakan berhasil (dengan rerata skor 4 dan rerata skor respon peserta 4,4 atau terkategori baik).
24
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan rekap hasil dan pembahasan di depan, simpulan kegiatan P2M ini dapat dirumuskan sebagai berikut. Secara umum kegiatan pengabdian pada masyarakat ini mampu meningkatkan kompetensi keterampilan tenaga laboratorium IPA SMP di Kabupaten Buleleng. Secara spesifik dapat dirinci sebagai berikut. 1) Kegiatan pelatihan ini mampu memberi solusi alternatif untuk menanggulangi kendala yang menghambat terlaksananya kegiatan praktikum dalam pembelajaran IPA di SMP. 2) Kegiatan ini mampu memfasilasi kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan khusus (reparasi, modifikasi, dan duplikasi) alat laboratorium bagi staf laboratorium IPA SMP se-Kabupaten Buleleng. 3) Pelatihan yang telah diselenggarakan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan khusus (reparasi, modifikasi, dan duplikasi) alat laboratorium IPA SMP bagi peserta pelatihan (terkategori baik) 4) Pelatihan
yang
telah
diselenggarakan
mampu
meningkatkan
kompetensi
(keterampilan) tenaga laboratorium IPA SMP di kabupaten buleleng untuk mengatasi permasalahan alat laboratorium yang rusak, jumlah/jenis alat yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan, dan kurangnya jumlah alat yang tersedia. 5) Peserta pelatihan menyambut positif kegiatan ini karena mereka mendapatkan banyak informasi tentang pengetahuan dan keterampilan khusus (reparasi, modifikasi, dan duplikasi) alat laboratorium IPA SMP dan mampu mentransformasi diri manjadi lebih terampil menata laboratorium di sekolah masing-masing.
5.2. Saran Sejalan dengan simpulan di atas, saran-saran yang dapat disampaikan pada akhir kegiatan P2M ini adalah sebagai berikut. 1) Peserta sebaiknya menerapkan dan mengembangkan dalam tugas keseharian keterampilan khusus (reparasi, modifikasi, dan duplikasi) alat laboratorium IPA yang telah dilatihkan selama pelatihan. 25
2) Pihak terkait seperti Dinas Pendidikan perlu memberi perhatian khusus dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya laboratorium IPA SMP, sehingga keberadaan laboratorium benar-benar bisa berfungsi sebagai bagian integral proses pembelajaran IPA. 3) Kegiatan pelatihan serupa perlu dilaksanakan secara berkesinambungan secara lebih intensif dengan melibatkan lebih banyak peserta dan melibatkan pihakpihak terkait (seperti Dinas Pendidikan, LPMP, Perguruan Tinggi) secara kolaboratif.
DAFTAR PUSTAKA Academy Savant, e-Learning Science. 2012. Practical Laboratory www.academysavant.com/elearning. Diakses 24 Pebruari 2012
Skills.
Anonim. Prosedur dan Latihan Pertolongan Pertama pada Korban. Materi Pelatihan DAPS (Disaster Awareness in Primary Schools). Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan TK dan SD. Badruzsaufari. 2010. Pengembangan Kompetensi Manajerial dan Organisasi di Laboratorium Biologi SMA/MA. Modul Pengelolaan Laboratorium. Http://htmlimg3.scribdassets.com/4n3hldm91ctg74w/images/1fc10c81566.jpg. Diakses tanggal 30 Maret 2012. Dantes. 2001. Metodologi Penelitian. Undiksha. Tidak dieterbitkan Departemen Pendidikan dan kebudayaan Direkturat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 1995 : Pedoman Pendayagunaan Laboratorium dan Alat Pendidikan IPA: Jakarta Ditjen Dikti 2002. ”Bahan Ajar Administrasi Laboratorium”. Direktorat Pendidikan Tinggi.
Jenderal
Dikti 2004. Standar kompetensi guru pemula IPA (SKGP), Diterbitkan oleh Dikti, Jakarta. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Dirjen Dikmen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2011. Pedoman Pembuatan Alat Peraga Sederhana Untuk SMP.Jakarta Irsal, dkk. 1995. Administrasi Laboratorium. Lokakarya Pelatihan Pemakaian Alat Laboratorium di USU. ISO 17025-2005, Panduan Persyaratan Sistem Manajemen Laboratorium. Jones,
Stewart. 2001. Laboratory Safety. Australian Goverment Analytical Laboratories (Makalah pada Workshop Tentang Keselamatan Kerja di Laboratorium)
Khasani, Soeinanto Imam. 2001. Material Safety Data Sheet (MSDS) Vol III. Bandung: Pusat Penelitian IPA Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 26
Koesmadji Wirjosoemarto, dkk, 2000, Teknik Laboratorium Kimia. FMIPA UI: Jakarta Mayer Siagian, 1981, Pedoman Pengelolaan Lab.Jakarta : Karya Utama Koretsky M., Kelly Christine, and Gummera, E. 2011. Student Perceptions of Learning in the Laboratory: Comparison of Industrially Situated Virtual Laboratories to Capstone Physical Laboratories. Oregon State University, Education Northwest. Journal of Engineering Education. July 2011, Vol. 100, No. 3, pp. 540–573© 2011 ASEE. http://www.jee.org Permanasari Anna, 2007. Pengelolaan Laboratorium IPA. Makalah. pada Technical Assistance Pengelolaan Laboratorium IPA di Pendidikan IPA FMIPA UNDIKSA.
Disampaikan Program
Padmawinata, Dj., dkk., 1981. Pengelolaan Laboratorium IPA –II. Jakarta: Depdikbud. Permen Diknas Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008. Tentang Standar Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah. Santoso, Toni Tulus. 2010. Pemanfaatan Media Alam Sekitar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Tematik Tema Lingkungan. Jurnal Pendidikan Kimia Tentang Media Lingkungan Sekitar. Soemanto Imamkhasani. 2007. Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam Laboratorium Kimia. ISBN: 978-979-16832-1-0. Subamia dan Wiratini. 2008. Penataan, Penyimpanan dan Perawatan Alat dan Bahan (P3AB) di Laboratorium IPA. Modul Pelatihan Manajemen Laboratorium bagi Guru dan laboran SMA se Bali. Tidak diterbitkan. Subamia, I. D. P. 2011. Penelusuran Kinerja Laboratorium IPA SMP. Laporan Studi Pendahuluan Analis Kebutuhan pada Pengelolaan Laboratorium IPA SMP di Kabupaten Buleleng. Subamia, I.D.P, at.al. 2008. Laporan Akhir Tahun Unit Layanan Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia. Undiksha. Subamia, I.D.P, at.al. 2012. Draf Laporan Pengabdiam pada Masyarakat. Pelatihan Keterampilan Dasar Laboratorium (Basic Skill Laboratory) Bagi Staf Laboraorium IPA SMP Se-Kabupaten Buleleng. Undiksha Suja, I W., 2011. Pemantapan Praktikum Bagi Guru-guru Kimia SMA Se-Kabupaten Buleleng. Laporan Hasil P2M tidak dipublikasikan. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja. Sutaya, I.W. 2008. Profil Manajemen Laboratorium dalam Menunjang Proses Pembelajaran Kimia. (Studi pada SMA NegeridiKabupaten Tabanan). Tesis. Undiksha. Tidak dicetak. Thantris. 2006. Pengelolaan Laboratorium dan Sistem Evaluasi Kegiatan Praktikum Fisika dalam Proses Pembelajaran (Studi Kasus pada SMA Negeri di Kabupaten Buleleng). Tesis. Tidak Diterbitkan. Widarto. 2005. Bahan Praktikum dan Penyimpanannya. Yogyakarta: UNY. Wirjosoemarto, K., dkk. 2004. Teknik Laboratorium. Bandung: UPI
27
Lampiran 1: Foto-Foto Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan
Foto: Pembukaan pelaksaaan kegiatan P2M (oleh: Ka LPM Undiksha, Prof. Dr. Ketut Suma,M.S (kiri), dihadiri Kabid Dikdas Kab. Buleleng (tengah), Ketua Pelaksana, Drs. I Dewa Putu Subamia (kanan).
Sambutan Kabid Dikdas Kab. Buleleng, pada acara Pembukaan Pelatihan Keterampilan Reparasi, Modifikasi dan Duplikasi Alat Lab IPA SMP (27 September 2013, di Undiuksha)
Foto: Penyajian Materi Pelatihan (foto atas: Dr. I Dewa Kt Sastrawidana, M.Si (kiri), Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Pd. (kanan). Foto bawah: Peserta Pelatihan dalam sajian materi) 28
FOTO-FOTO PRAKTEK REPARASI DAN MODIFIKASI ALAT LAB
FOTO-FOTO: PRESENTASI DAN PERAGAAN PRODUK ALAT HASIL DUPLIKASI
Foto: Peragaan model alat Respirometer
Foto: Peragaan model alat Peraga Kerja Paru-Paru
Foto: Praktek Uji Coba Alat Hasil Modifikasi Alat Titrasi
Foto: Peragaan Model Alat Fermentasi 29
Lampian 2: FOTO-FOTO PRODUK MODEL ALAT HASIL PELATIHAN
Foto 5: Cernin datar lipat dari plastik mika
Foto 1: Model Alat Cara Kerja Paru-Paru
Foto 6: Model Ginjal dari botol bekas
Foto 2: Model Alat Respirometer
Foto 7: Model Baterai jeruk
Foto 3: Model Alat Fermemtasi Sederhana
Foto 8: Model Molekul dari buah jeruk
Foto 4: Model Alat Distilasi Sederhana dari Pipa dan Bolan Bekas
Gambar: Model Alat Elektromagnetisasi 30
Lampiran 3: Jadwal Kegiatan Pelatihan
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Alamat: Jl. Udayana 12 C, Singaraja
Telp. (0362) 26327 Fax. (0362)25735 Kode Post 81117
Jadwal Kegiatan Pelatihan Keterampilan Khusus (Reparasi, Modifikasi dan Duplikasi) Alat-Alat Laboratorium IPA Bagi Staf/Pengelola Laboratorium SMP Se-Kabupaten Buleleng Tempat: Laboratorium IPA (Kimia, Fisika, Biologi) FMIPA UNDIKSHA No Hari/Waktu 1
Jumat, 27 Sep 2013 13.00 - 13.30
Alokasi Waktu (Jam)
Kegiatan
Sabtu, 28 Sep 2013 09.00 – 10.30 10.30 – 11.00 11.00 – 12.30
Petugas/ Penanggung jawab
Gedung MIPA
Panitia
R. Seminar MIPA
Ka. LPM/KadisdikKab. Buleleng Panitia Team Pelaksana
8
Registrasi Peserta + Pembagian Perlengkapan 13.30 – 14.30 Pembukaan 14.30 – 15.00 Istirahat + Snack 15.00 – 16.00 Kunjungan dan Pengenalan Lab IPA 16.00 – 16.45 Pretest 16.45 -17.45 Penyajian Materi pelatihan I Materi I: Jenis-Jenis Kerusakan Alat dan cara Penanganannya 17.45 – 19.00 Istirahat 19.00 – 21.00 Kegiatan Mandiri (Baca Materi) 2
Tempat
Lab. Fisika, Biologi, Kimia Lab Media Jurdik Kimia/ Instrumen AAS
Drs. I Dewa Putu Subamia,M.Pd
Lab. Kimia Dasar Jurdik Kimia
Dr. Dewa Kt Sastra Widana, M.Si
8 Materi Pelatihan II: Reparasi Alat Lab Istirahat/ Snack Materi Pelatihan III: Reparasi Alat Lab II
31
Lab. Kimia Dasar Jurdik
Panitia Drs. I Dewa P Subamia, M.Pd
Kimia
3
4 5
6
12.30 – 13.30 13.30 – 15.00
Istirahat/ Makan Siang Materi Pelatihan IV: Modifikasi Alat Lab I
15.00 – 17.00
Diskusi + Tanya Jawab
Minggu, 29 Sep 2013 09.00 – 10.30 10.30 – 11.00 11.00 – 12.30 12.30 – 13.30 13.30 – 15.00
Lab. Kimia Dasar Jurdik Kimia
Panitia Dr. Dewa Kt Sastra Widana, M.Si Team Pelaksana
8
15.00 – 15.30 15.30 – 17.00 30 Sep-3 Ok 2013 4 Ok 2013 5 Ok 2013 6 Ok 2013 12 Ok 2013
Total Catatan : Jadwal dapat bersifat tentatif
4 h @5j = 20 j 8
8
Materi V : Modifikasi Alat Lab II Istirahat/ Snack Materi VI: Prinsip Duplikasi Alat Lab I Istirahat/ Makan Siang Materi VII: Pengembangan Duplikasi Alat Lab II Istirahat Praktek I: Keterampilan Reparasi Alat I Magang Penerapan (Tugas Mandiri terpantau) Praktek II: Keterampilan Repasi Alat II Praktek III: Keterampilan Modifikasi alat Praktek IV: Keterampilan Duplikasi Alat Seminar/Presentasi (Peragaan) Produk Pelatihan Post tes Penutupan
Lab. Kimia Dasar
Dr. Dewa Kt Sastra Widana, M.Si
Lab. Kimia Dasar
I Nyoman Sukarta, S.Pd.,M.Si Panitia Drs. I Dw Pt Subamia, M.Pd
Lab. Kimia Dasar Lab. Kimia Dasar Sekolah masing-masing
Panitia Dr. Dw Kt Sastra Widana, M.Si. Tim Pemantau + Kasek
Lab. Kimia Dasar Lab. Kimia Dasar Lab. Kimia Dasar
Drs. I Dw Pt Subamia, M.Pd Dr. Dw Kt Sastra Widana, M.Si. Drs. I Dw Pt Subamia, M.Pd
Lab. Media Jurdik Kimia Lab. Media Jurdik Kimia
Tim Pelaksana Ketua Pelaksana
60 jam
Singaraja, 12 Oktober 2013 Pelaksana P2M Ketua Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Pd NIP. 196704241999031007 32
Lampiran 4: Modul Materi Pelatihan Reparasi, Modifikasi dan Duplikasi Alat lab. IPA SMP
MODUL PELATIHAN KETERAMPILAN KHUSUS REPARASI, MODIFIKASI DAN DUPLIKASI (REMOD) ALAT-ALAT LABORATORIUM IPA BAGI STAF LABORATORIUM SMP E-KABUPATEN BULELENG
Tim Pelaksana P2M Undiksha
Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Pd. (NIP. 196704241999031 007) I Nyoman Sukarta, S.Pd., M.Si (NIP. 197602062005011 002) Dr. I Dewa Ketut Sastrawidana, S.Si, M.Si (NIP 196804171995011 001)
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA TAHUN 2013 33
I. Pendahuluan
Laboratorium menjadi tempat yang paling ideal dalam pembelajaran proses dan sikap ilmiah. Selanjutnya, pendekatan yang paling utama dalam pembelajaran IPA adalah pendekatan menemukan sendiri (inkuiri), melalui langkah-langkah kerja ilmiah, seperti mengamati, mengumpulkan data, mengukur, memaknai data, menarik kesimpulan, dan sebagainya (Depdibud, 1995). Lewat kegiatan tersebut pebelajar akan memperoleh pengalaman langsung, yang sering disebut “pengalaman tangan pertama.” Menurut Padmawinata, dkk (1981), laboratorium dalam pembelajaran IPA merupakan tempat di mana guru dan siswa melakukan percobaan dan penelitian. Lebih lanjut, Konsorsium Ilmu Pendidikan membuat definisi operasional tentang laboratorium sebagai perangkat kelengkapan akademik, di samping buku dan media lainnya, yang di dalamnya menyangkut prasarana, sarana, dan mekanisme. Khusus untuk laboratorium IPA, sebagai sebuah perangkat akademik, fungsi laboratorium tidaklah sekedar pendukung pembelajaran, tetapi merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran IPA. Alat praktikum IPA (API) mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembelajaran, yaitu untuk: 1) Menjelaskan konsep, sehingga peserta didik, memperoleh kemudahan dalam memahami hal-hal yang dikemukakan guru; 2). Memantapkan penguasaan materi yang ada hubungannya dengan bahan yang dipelajari; dan 3) Mengembangkan keterampilan. Di samping peranan yang sangat penting dalam pembelajaran, AP IPA juga mempunyai fungsi yang dapat menentukan pencapaian tujuan pembelajaran IPA di sekolah, fungsi tersebut menurut Dirjen Dikdasmen Depdikbud (1999) adalah sebagai sumber belajar; metode pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006), Sekolah Menengah harus memiliki sarana: perabot, peralatan pendidikan, media, bahan habis pakai, dan perlengkapan lainnya; serta prasarana laboratorium. Keberadaan peralatan laboratorium IPA merupakan sarana yang harus diupayakan guna meningkatkan mutu pembelajaran IPA di sekolah. Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian di lapangan, kondisi fasilitas sarana dan prasarana laboratorium khususnya untuk pembelajaran IPA di SMP, hingga saat ini: 1) sangat minim fasilitas, alat dan bahan (zat kimia) yang ada; 2) adanya 34
kecenderungan biaya yang dialokasikan sekolah untuk penunjang kegiatan laboratorium tidak mencukupi; 3) Adanya kecenderungan pengguna laboratorium IPA tidak dapat menyelesaikan praktikumnya dengan baik karena waktu yang tersedia tidak mencukupi; 4) Praktikum yang telah direncanakan, sering tertunda pelaksanaannya karena beberapa bahan dan alat yang tersedia jumlahnya kurang sesuai dengan kebutuhan kegiatannya; 5) Belum dilakukan penataan terhadap fasilitas, alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan IPA; 6) Penggunaan fasilitas dan peralatan yang tersedia di laboratorium IPA belum secara optimal; 7) Laboratorium kurang difungsikan secara optimal sebagai tempat melaksanakan eksperimen. Kondisi seperti digambarkan di atas mengakibatkan laboratorium IPA, alat dan fasilitas lainnya di SMP tersebut kurang efektif dan pada akhirnya belum dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang dapat menunjang peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Terlepas dari kondisi kelengkapan fasilitas laboratorium IPA, pendidikan hendaknya dapat terus diselenggarakan tanpa harus menunggu lengkapnya fasilitas. Keterbatasan sarana ini dapat dipenuhi dengan menggunakan alat peraga IPA sederhana yang bahan-bahannya mudah didapat di sekitar sekolah, tanpa mengurangi pemahaman terhadap konsep pembelajaran IPA. Menjaga kelangsungan pendidikan IPA melalui praktikum/eksperimen, perlu dikembangkan alternatif alat peraga praktik (APP) IPA yaitu APP sederhana (buatan sendiri) agar pembelajaran IPA dapat berjalan secara optimal. Hal tersebut penting bagi guru/sekolah dengan alasan sebagai berikut: Pertama, APP IPA sederhana sebagai upaya melengkapi peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Para guru dapat memberdayakan berbagai sumber daya yang ada di sekitar sekolah dan tempat tinggal peserta didik untuk pengembangan alat peraga praktik IPA sederhana. Kedua, APP IPA sederhana ini dapat dijadikan sebagai alternatif peralatan laboratorium; meningkatkan kreativitas guru dan peserta didik; sebagai upaya meragamkan sumber belajar peserta didik; agar peserta didik dapat membangun pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang sesuai dengan kompetensi yang disarankan dalam kurikulum. Dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007, tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru disebutkan bahwa salah satu kompetensi guru adalah guru harus dapat menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik dengan kompetensi inti dapat menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, 35
laboratorium, maupun di lapangan dan menggunakan media pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik. Media pembelajaran yang paling banyak digunakan disekolah di samping buku adalah alat dan bahan. Sehubungan dengan kegiatan pembelajaran IPA, alat yang diperlukan adalah APP IPA. Dalam upaya mengadakan APP IPA tersebut, guru IPA dan atau dengan tenaga laboratorium dituntut lebih kreatif dan inovatif dalam upaya mengadakan APP IPA yang lebih beragam serta dengan jumlah yang memadai untuk melaksanakan pembelajaran IPA. Guru serta peserta didik dapat melakukan pengembangan dengan cara merancang dan membuat APP IPA sederhana (buatan sendiri). Produk pengembangan APP IPA walaupun sederhana dalam tampilan fisik, tetapi dapat mendukung prinsip kerja dan konsep IPA yang diajarkannya sehingga tidak menimbulkan miskonsepsi. Selain upaya mengadakan APP IPA, keterampilan mereparasi, modifikasi, serta duplikasi alat-alat yang sudah ada juga sangat penting dikembangkan. Reparasi merupakan suatu upaya untuk memperbaiki (men-service) kerusakan-kerusakan ringan yang
terjadi
pada
alat-alat.
Setelah
direparasi
digunakan/berfungsi lagi seperti semula. Modifikasi
diharapkan
alat-alat
dapat
adalah upaya mengubah atau
menyesuaikan. Mengenai pengertian modifikasi, Bahagia (2010:13), mengemukakan bahwa : Modifikasi dapat diartikan sebagai upaya melakukan perubahan dengan penyesuaian-penyesuaian baik dalam segi fisik material maupun dalam tujuan dan cara (metoda). Dalam hal ini modifikasi adalah perubahan-perubahan yang diterapkan pada alat baik melalui penggantian, penambahan, maupun pengurangan komponen sehingga alat dapat berfungsi lebih baik daripada keadaan sebelumnya. Duplikasi adalah upaya menggandakan jumlah alat dengan meniru model alat yang telah ada. Oleh karena itu, pelatihan keterampilan mereparasi, modifikasi dan duplikasi dan pembuatan alat peraga IPA sederhana sangat penting.
II. Reparasi, Modifikasi, dan Duplikasi Pengadaan Alat Praktik IPA 2.1 Reparasi Alat Reparasi merupakan suatu upaya untuk memperbaiki (men-service) kerusakankerusakan ringan yang terjadi pada alat-alat. Setelah direparasi diharapkan alat-alat dapat digunakan/berfungsi lagi seperti semula. Untuk hal tersebut di atas tentunya 36
dibutuhkan keterampilan bagaimana teknik dasar servis alat-alat laboratorium atau diperlukan keterampilan minimal bagaimana merawat
alat-alat tersebut. Berikut
diuraikan beberapa contoh cara mereparasi alat laboratorium IPA.
1. Reparasi Mikroskop Reparasi/service mikroskop dilakukan dengan memperhatikan jenis dan kerusakan yang dialami mikroskop. Hal pertama yang perlu diketahui adalah bagianbagian mikroskop manakah yang mengalami kerusakan sehinga fungsi dari bagian mikroskop itu tidak optimal. Pada umumnya sebagaimana diketahui bahwa mikroskop terdiri dari bagian mekanik dan bagian optik. Komponen-komponen mikroskop lebih
rinci dapat dilihat pada gambar 1 berikut. Gambar 1 Komponen-komponen mikroskop Mikroskop biasanya mengalami ketidak berfungsian pada bagian-bagian berikut : 1) Bagian bodi/badan mikroskop, yaitu di bagian tombol pengatur kasar (makromter) tempat tabung lensa objektif menempel. Tabung tersebut akan selalu merosot ke bagain bawah sehingga fokus pengamatan tidak akan tercapai (seperti pada gambar 2 tanda panah, pada contoh mikroskop cahaya). Sedangkan pada mikroskop listrik (gambar 1 bagian kiri), tombol makro/mikrometer terletak di bagian bawah bodi/di bawah meja objektif) yang sering merosot ke bagian bawah juga. Bagian bodi yang lain adalah engsel, penyatu/penghubung antara bagian bodi mikroskop dengan bagian kaki (kasus pada mikroskop cahaya) sering terlalu longgar, dan penyetelan-penyetelan sistem mikroskop yang melemah sehinga bagian mikroskop yang satu dengan yang lainnya menjadi tidak kuat. 37
2) Bagian lensa. Bagian lensa inilah yang sangat sensitif baik lensa okuler maupun lensa objektif dengan kondisi lingkungan baik lingkungan perilaku pemakai/user ataupun dimana mikroskop tersebut di simpan sangat berpengaruh terhadap kebersihan lensa. Lensa okuler umumnya terdiri dari 2 lapis lensa (atas-bawah). Lensa objektif mulai dari 2 lapis lensa sampai dengan 4 atau 5 lapis lensa di dalamnya tergantung ukuran pembesaran berapa kali. 3) Sistem aliran listrik (untuk type mikroskop listrik) Mikroskop listrik adalah mikroskop yang dalam sumber cahaya pemantulannya menggunakan arus listrik. Komponen/bagian inilah mulai dari sumber listrik, sekring, sistem penaik/turun arus, lampu, dan komponen lain yang terkadang mengalami kerusakan. 4) Bagian-bagian lain Kenapa disebutkan bagian lain ? karena poin 1,2,3 tersebut di atas hanya keruskan umum, sementara di lapangan/pada kenyataannya jenis kerusakan lebih dari poin tersebut di atas karena itu hanya untuk salah satu type mikroskop. Sedangkan type miroskop cahaya dan listrik itu beranekaragam dan beranekaragam pula komponen lain yang biasanya mengalami kerusakan. Kerusakan mikroskop yang biasanya terjadi adalah: (1) kotornya lensa prisma. Lensa prisma ini, di bawah lensa okuler. Jadi setelah lensa okuler dibersihkan lensa prisma ini harus dipastikan tidak kotor dengan cara membongar dan membersihkannya (foto 2). (2) Bagian makrometer dan mikrometer berbeda dengan mikrsokop cahaya. Ketika bagian ini mengalami kerusakan/turun sendiri harus distel dan di bongkar bila tidak terselesaikan (foto 3). (3) (3). Bagian lain dari yang sering mengalami kerusakan pada mikroskop listrik tentunya sistem listrik itu sendiri. Apa yang harus kita periksa bila menemukan mikroskop listrik mati ?. Pertama kita cek lampu/bohlam tersebut putus atau tidak dengan cara mengecek menggunakan AVO, kedua, cek sekring, ketiga cek bagian dalam sisem listrik yang lain (misal sistem trafo, potensio, dimer, dll, foto 4).
38
Foto 1
Foto 2
Foto 2
Foto 3
Foto 4
Berikut teknis pengerjaan bagaimana memperbaiki mikroskop baik yang Foto 3 mekanik rusak atau optik berjamur. 1) Pelepasan semua komponen/bagian optik yang menempel pada bagian mekanik seperti lensa, kondensor dan atau diafragma, cermin, seperti gambar di bawah ini. 2) Perbaikan dan penyetelan fungsi-fungsi bagian mekanik yang mengalami kerusakan seperti tabung turun sendiri (untuk jenis mikroskop cahaya), makrometer/pengatur kasar dan mikrometer/pengatur halus yang mengalami Foto 4 kerusakan. 3) Pembersihan bagian-bagian optik/lensa dengan cara di bongkar bagian-bagian lensa baik lensa okuler, lensa objektif, kondensor, dan cermin. 4) Pembersihan bagian bodi dengan pengkilap atau pembersih lainnya sesuai dengan tingkat kekotoran mikroskop. 5) Pemasangan bagian optik ke bagian mekanik. 6) Pengecekan dengan menggunakan slide preparat mikroskop 7) Pemberian label/tanda bahwa mikroskop sudah diservice (tanggal service, dan identitas reparator). 8) Memberi
penutup
dengan
plastik
debu/pengotor/jamur 39
untuk
meminimalkan
kena
Pertolongan Pertama Pada Mikroskop yang Kena Jamur Ketika kita mengamati benda/objek dengan mikroskop, noda/bintik-bintik hitam, banyak seperti serat-serat halus, buram, dlsb, maka mikroskop Anda sudah terinfeksi jamur atau mungkin sistem lensanya sudah rusak. Apa yang harus Anda lakukan ? a. Siapkan alkohol 70% b. Siapkan tissue lensa c. Siapkan cotton bud Caranya : Lepas lensa okuler secara hati-hati, kemudian bersihkan permukaan lensa atas dan bawah dengan cotton bud yang sudah dicelupkan terlebih dahulu ke alcohol. Setelah itu gosok dengan tissue lensa, dan masukkan kembali ke dalam tabung mikroskop. Setelah dibersihkan kemudian kita cek dengan menggunakan slide preparat mikroskop. Untuk melihat lensa tersebut sudah bersih atau belum dengan cara putar lensa okuler tersebut, kalau ada bintik/selain objek ada yang ikut memutar berarti okuler tersebut masih kotor (kotoran masih nempel di bagian dalam lensa). Untuk lensa objektif, keluarkan dengan hati-hati lensa dari revolver, kemudian bersihkan dengan cotton bud ujung lensa bagian bawah dan terakhir dengan tisu lensa. Kemudian secara kasat mata lensa tersebut bisa diterawang terlihat “bening jernih” atau tidak. Kalau masih terlihat buram berarti kotoran tersebut nempel pada lapisan lensa bagian dalam. Apa yang harus dilakukan kalau seperti tersebut di atas ? Yaitu dengan cara membongkar sistem lensa menggunakan alat tertentu. Bila belum terampil atau tidak memiliki pengalaman dalam membongkar bagian lensa jangan dilakukan sendiri, lebih baik penggil teknisi yang berpengalaman untuk meminimalkan resiko lensa menjadi rusak karena “human error” dari trial and error. Kalau tabung mikroskop turun sendiri, makro/micrometer longgar, penjepit objek tidak baik, dll….itu termasuk kerusakan bagian mekanik. Untuk kerusakan tersebut lebih baik panggil teknisi yang berpengalaman…karena dengan mencoba-coba mikroskop biasanya malah menjadi tambah rusak.
40
Penyimpanan mikroskop yang disarankan : 1) Lemari alat (mikroskop) lebih disarankan lemari dari bahan kayu, seperti gambar di atas; 2) Pada lemari alat tersebut diberi penerangan untuk menjaga kelembaban; 3) Bila perlu pada bagian rak lemari paling bawah yang kurang mendapat pencahayaan bisa di beri silica gel. Mengapa lebih baik penyimpanan pada lemari alat khusus ? 4) Sensitifitas lensa. Dengan sering masuk keluar kotak dan lepas - pasang lensa pada bagian mekanik mikroskop dikhawatirkan akan dengan mudah menempel debu dari ligkungan serta dimungkinkan ketika pemasangan bagian lensa objektif bisa merusak rel (baud pada bagian mekanik mikroskop) 5) Bagian Mekanik. 6) Kelembaban. Kelembaban tidak terjaga bila mikroskop selalu dalam kotak/steroform. 2. Reparasi Buret
Gambar: Buret
Cairan untuk merendam
Buret adalah salah satu alat untuk melakukan titrasi. Cara merawat dan reparasi buret: - gunakan buret dengan hati-hati, gunakan klem berkaret. - jika bag atasnya retak atau patah, bisa dipotong dengan cara mengikir, kemudian dipanaskan untuk meratakan dan menghaluskan - sumbatan pada bagian bawah dapat dibersihkan dengan menggunakan kawat kecil - biasanya kran macet setelah menggunakan larutan NaOH. Cuci bersih buret setelah digunakan, olesi vaselin.
41
- Jika masih macet, rendam dalam larutan K2Cr2O7 yang diasamkan sambil dipanaskan.
3. Merawat Alat dari Gelas • Simpan di tempat aman, terpisah dari alat lain, tersusun sesuai jenis • Jangan memanaskan alat yang bukan terbuat dari gelas tahan api (pyrex, Yena, durex) • Jangan memanaskan alat-alat ukur gelas. • Simpan dalam keadaan bersih dan kering. 4. Merawat Alat dari Logam • Lindungi dari karat, dengan cara dicoating, dicat, atau dibungkus plastik bila tidak digunakan. • Usahakan selalu kering, simpan ditempat kering. • Jauhkan dari bahan kimia korosif • Bersihkan dan kering setelah digunakan 5. Merawat Alat dari Kayu • Usahakan kering agar tidak cepat rapuh • Dicat • Disemprot dengan bahan insektisida. • Simpan ditempat yang kering. 6. Merawat Alat dari Karet/Plastik • Jauhkan dari panas, asam, basa atau garam • Hindarkan dari bahan/pelarut organik
2.2 Modifikasi Alat Praktikum Modifikasi adalah upaya mengubah atau menyesuaikan. Mengenai pengertian modifikasi, Bahagia (2010:13), mengemukakan bahwa : Modifikasi dapat diartikan sebagai upaya melakukan perubahan dengan penyesuaian-penyesuaian baik dalam segi fisik material maupun dalam tujuan dan cara (metoda). Dalam hal ini modifikasi adalah perubahan-perubahan yang diterapkan pada alat baik melalui penggantian, penambahan, maupun pengurangan komponen sehingga alat dapat berfungsi lebih baik daripada keadaan sebelumnya. Modifikasi adalah membuat berdasarkan contoh dengan 42
memberikan perubahan (penambahan, pengurangan) tertentu atas warna, bentuk, ukuran, fungsi, prinsip kerja, dan atau bahan baku. Salah satu contoh modifikasi adalah modifikasi alat titrasi. Jjika tidak ada buret, dapat dilakukan dengan menggunakan pipet tetes. Sebelum dipakai, volume tetesan yang dihasilkan dari pipet yang akan digunakan harus ditera terlebih dahulu. Cara mentera adalah dengan memipet larutan/air kemudian dieteskan ke dalam gelas ukur hingga volume tertentu. Misal, 1 ml = 20 tetes, berarti 1 tetes setara dengan 0,05 ml.
2.3 Duplikasi Alat Duplikasi adalah upaya menggandakan jumlah alat dengan meniru model alat yang telah ada. Berikut beberapa contoh model duplikasi alat praktikum. Duplikasi Duplikasi adalah membuat duplikat atau meniru atau membuat tiruan. Proses duplikasi yang benar mungkin adalah dengan izin dan lisensi dari pemilik hak paten. Dupklikasi alat peraga fisika adalah membuat alat peraga fisika dengan cara meniru persis alat peraga asli yang dibuat oleh pencipta atau pemilik hak paten penciptaannya. Biasanya duplikasi terpaksa dilakukan dengan alasan yang dimiliki jumlahnya kurang dan mutlak harus ditambah, yang dimiliki sudah rusak tetapi mutlak dibutuhkan dengan jumlah tertentu, bukan untuk kepentingan komersial mencari keuntungan. 1. Model Duplikasi Cara Kerja Ginjal Cara Membuat Alat Peraga Duplikatif kerja Nefron Ginjal A. Bagian Bagian Alat 43
a. Bagian luar yang berperan sebagai kapsula Bowman untuk menampung hasil saringan terbuat dari bool plastik air minuman mineral bekas yang ukurannya lebih besar. b. Bagian dalam yang berperansebagai saringan terbuat dari botol air minuman mineral bekas yang agak kecil. c. Selang pelasik dengan diameter 1 cm, 0,5 cm dan 0,2 cm yang berperan sebagai Tubulus konorti distal, tubulus kontorti proksimal, lengkung henle dan pembuluh arteri B. Bahan yang diperlukan a. b. c. d.
Botol plastik air minum mineral bekas Lem powerglu Selang plastik dengan diameter 1 cm, 0,5 cm dan 0,2 cm Gunting
C. Langkah Langkah Pembuatan Alat Peraga: 1) Gunting atau potong bagian depan botol bekas minuman mineral 2 buah yang kecil dan 2 buah yang besar. Seperti gambar berikut:
2) Kedua bagian yang kecil disatukan seperti gambar berikut 3) Buatkan lubang kecil kecil pada botol yang sudah disatukan tadi lubang ini berperan sebagai alat penyaring. 4) Salah satu bagian depan botol besar diperbesar lubangnya supaya bagian kecil dapat dimasukkan kedalamnya, kemudian dilem dengan menggunkan lem powerglu supaya keduanya menyatu dan tidak bocor pada waktu alat digunakan. Perhatikan gambar berikuut. 5) Satukan kedua botol besar dengan menggunakan lem powerglu sehingga bentuknya seperti gambar berikut. 6) Tambahkan selang plastik yang berdemeter 1 cm pada mulut botol yang kecil sebayak dua buah seperti gambar berikut. 7) Satukan selang plastik diameter .1 cm dan diameter .0,5 cm seperti pada gambar berikut. 8) Pasang selang plastik yang berdiameter 0,2 cm pada selang plastik yang sudah disatukan tadi seperti gambar gerikut. 44
9) Pasang selang plastik yang sudah dirangkai pada langkah 8 tersebut pada mulut botol yang besar sehingga susunannya seperti gambar berikut. D. Cara kerja alat model duplikasi kerja nefron ginjal ini adalah sebagai berikut: 1) Jika dimasukkan air yang didalamnya terdapat partikel partikel berukuran lebih besar dari lubang saringan pada botol kecil melalui selang pelatik yang ada di bagian atas maka air dan partikel tadi akan masuk kedalam botol kecil seperti gambar berikut 2) Air akan keluar dari lubang saringan saringan botol kecil dan tertampung didalam botol besar ( filtrat Glumerolus) sedangkan partikel yang berukuran besar akan keluar dari alam botol kecil melalui sekang pelastik bagian bawah. Peristiwa ini menunjukkan adaya proses penyaringan zat yang berukuran besar seperti terjadi di glumerolus dan ditampung di kapsula bowmen yaitu peristiwa filtrasi. 3) Air hasil saringan tadi akan mengalir melalui selang pelastik yang berbeda diameternya dan diibaratkan tubulus kontorti distal, lengkung henle dan tubulus kontorti proksimal. Di selang plastik yang berdiameter 1 cm sebelum selang plastik berukuran kecil berdiameter 0,5 cm dan selang plastik berdiameter 1 cm sebagian air akan keluar dan masuk kedalam selang plstik dengan diameter 0,2 cm dan menuju jantung, peristiwa ini menggambarkan peristiwa reabsorsi pada tubulus kontorti proksimal dan lengkung henle yaitu penyerapan kembali zat zat yang masih diperlukan disini terbentuk urin primer. 4) Sisa Air yang tidak keluar akan terus mengalir ke selang plastik setelah selang yang melengkung, disini akan terjadi penambahan zat lain yang tidak diperlukan melalui selang plastik yang berdiameter 0,2 cm berasal dari seluruh tubuh peristiwa ini diibaratkan augmentasi ( penambahan zat yang tidak diperlukan) terjadi di tubulus kontorti distal dan terbentuklah urin sekunder atau urin sesunguhnya dan selesai pembentukan urin. 2. Alat Fermentasi Sederhana A. Dasar teori Fermentasi merupakan peristiwa pemecahan senyawa organik oleh mikroorganisme yang berlangsung pada keadaan anaerob untuk mendapatkan energi, namun energi tersebut dalam jumlah satuan zat yang sama akan diperoleh energi yang lebih rendah. Selain itu dihasilkan juga senyawa sampingan yang menjadi racun bagi organisme itu sendiri. B. Tujuan pembuatan Mengamati peristiwa fermentasi, dengan perantara larutan indikator yang bersifat basa C. Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan pada pembuatan alat fermentasi sederhana terdiri atas 45
Botol plastik air mineral volume 250 ml yang memiliki tutup sebanyak 2 buah. Selang plastik 1 meter Jara. Korek api. Lilin Sedotan kecil Glukosa fermipan Fenoptalin. Air kapur. Kertas label D. Prosedur Pembuatan Alat Pembuatan alat fermentasi sederhana tersusun sebagai berikut : Tutup botol plastik air mineral dilubangi menggunakan jara yang telah dipanasi dengan lilin. Untuk memudahkan dalam melubanginya sebaiknya tutup botol tetap melekat pada mulut botol.
Gambar : Moidel alat fermentasi sederhana Menandai kedua gelas plastik menggunakan kertas label sebagai gelas A dan gelas B. Kemudian memasukan selang plastik ke dalam botol plastik tersebut. Selang plastik yang dimasukan diusahakan tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah. Pada gelas A dimasukan campuran glukosa dan fermipan sedangkan pada gelas B dimasukan fenoptalin dengan air kapur. Campuran air kapur dengan fenoptalin tersebut menghasilkan warna merah. Untuk mengeluarkan gas-gas lain yang yang tidak diperlukan dalam praktikum ini, pada gelas B dimasukan sedotan plastik kecil. Campuran glukosa dan fermipan akan mengalami reaksi kimia dan menghasilkan gelembung air pada campuran fenoptalin dan air kapur. Campuran air kapur dengan fenoptalin tersebut menghasilkan warna merah. Mencatat hasil pengamatan pada lembar pengamatan. 46
Sketsa Alat Fermentasi Sederhana Botol plastik sebelah kanan diisi dengan fermipan dan glukosa. Campuran antara fermipan dan glukosa menimbulkan reaksi kimia Peristiwa yang terjadi dapat menggambarkan mekanisme fermentasi. Reaksi fermentasi glukosa oleh ragi (Saccharomyces) adalah sebagai berikut: C6H12O6 ¬¬ 2 C2H5OH + 2CO2 +21 kal Ragi yang digunakan merupakan contoh mikroorganisme ideal dalam mekanisme fermentasi. Dwidjoseputro (Ridwan, 2006) mengatakan bahwa sel-sel ragi merupakan contoh mikroorganisme yang mendapatkan energi yang dibutuhkannya dengan respirasi anaerob. Lebih lanjut dijelaskan pernapasan anaerob sebenarnya dapat juga berlangsung di dalam udara bebas akan tetapi proses ini tidak menggunakan O 2 yang tersedia di dalam udara itu. Pernapasan anaerob juga lazim disebut fermentasi, meskipun tidak semua fermentasi itu anaerob. Tujuan fermentasi sama saja dengan tujuan respirasi yaitu untuk memperoleh energi. 3. Spirometer Sederhana A. Dasar teori : Spirometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kapasitas udara pernapasan pada manusia. Prinsip pengukuran dalam spirometer berbeda-beda bergantung bentuk tipe, dan spesifikasi alat. Ada spirometer yang mengukur kapasitas udara pernapasan menggunakan grafik sehingga dapat dilihat volume udara komplementer, suplementer, dan tidalnya. Ada juga spirometer yang menggunakan turbin yang sudah diberi skala tertentu sehingga jika udara pernapasan ditiupkan maka turbin akan bergerak dan dapat dilihat volume udara yang terbaca pada skala turbin.
47
B. Tujuan pembuatan alat Mengukur volume udara pernafasan pada manusia C. Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan spirometer sederhana ini terdiri atas : Balon Selang Botol plastik air mineral volume 1500 ml Korek api Paku Lilin Meteran Baju Kertas skala D. Pembuatan Spirometer sederhana Prosedur pembuatan spirometer sederhana tersusun sebagai berikut : Lubangi sisi atas kedua botol air mineral di tempat yang sama Hubungkan kedua botol tersebut dengan selang yang penjangnya kurang lebih satu meter Tempelkan milimeter blok pada botol B untuk menunjukan ketinggian air yang berpindah Masukan air yang telah diberi pewarna kedalam botol A Tiup balon sebagai tempat untuk udara hasil pernafasan yang akan kita ukur Tempelkan mulut balon dengan mulut botol, usahakan tidak ada udar yang keluar Udara dalam balon akan menekan air untuk berpindah ke botol B
Sketsa Spirometer Sederhana 48
Pengukuran volume udara pernapasan manusia dapat dilakukan dengan menggunakan rumus volume bola atau volume tabung. Prinsip pengukuran volume balon udara didahului dengan menentukan keliling balon udara yang telah ditiup menggunakan meteran baju. Kemudian mencari jari-jari dengan rumus ; K = π.d d = k/ π……………….(1) 2r = d r = d/2………………..(2) memasukan persamaan (1) ke dalam persamaan (2) r = k/2 π k = keliling balon (cm) r = jari-jari balon (cm) π = 22/7 V = 4/3 . 22/7 . r 3 Volume udara pernapasan juga dapat ditentukan dengan menggunakan pengukuran volume tabung, yaitu : V = πr2.h; π = 22/7
V = volume tabung r = jari-jari botol air sebesar 4 cm h = tinggi air pada botol 2
4. Alat Peraga Model Paru Manusia Untuk batang tenggorok dari batang pena kosong yang bening. Untuk cabang tenggorok dari potongan spidol kecil 3,0 atau 3, 5 cm. Untuk diafragma dari satu balon merah besar yang ujungnya dipotong sedikit. Untuk paru dari dua balon kecil merah. Untuk rongga dada dari botol plastik air mineral ukuran 1 atau 1,5 liter.
Gambar: Komponen utama model paru manusia. Kedua balon merah kecil disarungkan pada ujung-ujung potongan batang spidol kecil. Kemudian diikat dengan karet gelang. Tampak pada gambar berikut.
49
Gambar: Model Trakea dan Bronkus Potongan batang spidol kecil dilubangi di bagian tengah. Bila disatukan dengan batang pena kosong akan membentuk huruf T. Meskipun tak membentuk seperti huruf Y, alat ini dapat difungsikan. Cara kerja alat: Dengan cara menarik ke bawah dan melepas lembaran balon di bawahnya, dua balon kecil akan mengembang dan mengempis, seperti gerakan paru manusia. Ini gambaran inspirasi pernapasan.
5. Alat Peraga Cermin Datar Lipat dari Plastik Mika Pencahayaan dapat menggunakan lilin menyala atau cahaya dari lampu pijar kecil 2,5 V
dan baterai besar 2 buah @ 1,5 V. Bingkai terbuat dari Styrofoam dan kertas jilid. Untuk busur derajat dilukis di kertas jilid dengan spidol besar berwarna hitam. Bila menggunakan nyala lilin, berhati-hatilah, karena plastik jilid dapat mengerut terkena panas. Engsel terbuat dari potongan kertas jilid. Gambar tersebut menunjukkan jumlah bayangan 3 buah, karena sudutnya 90 derajat. 50
6. Model Alat Elektromagnetisasi
Gambar: Model Alat Elektromagnetisasi Bahan: Untuk contoh alat elektromagnetisasi yang dikemukakan di atas, bahan-bahan baku yang Dibutuhkan adalah sebagi berikut ini. 1. Seutas kawat tunggal berisolasi sepanjang kurang lebih 150 cm 2. Satu capit buaya hitam dan satu capit buaya merah 3. Karton duplek kurang lebih 8 cm x 10 cm untuk membuat pipa 4. Sebuah paku kayu yang panjangnya 10 cm 5. Sebuah paku beton yang panjangnya 10 cm 6. Paku-paku kecil secukupnya 7. Plat logam 8. Satu baterai 1,5 volt 9. Multiplek 9 mm 10. Karet gelang 11. Celotape, dan 12. Ampelas nomor nol 13. Paku uril kecil 14. Timah solder Perkakas yang dibutuhkan untuk membuatnya adalah seperti yang dikemukakan berikut ini. 1. Gergaji triplek 2. Pahat kayu 0,5 cm 3. Palu karet 4. Palu logam 5. Gunting kaleng 6. Tang pengelupas kabel 7. Solder 8. Obeng minus
Cara membuat: Buat pola pemotongan dan pembentukandan sistem penyambungan bahan-bahan dengan bentuk dan ukuran tertentu seperti pada gambar di bawah ini. 51
Urutan pekerjaan membuatnya adalah seperti yang dikemukakan berikut ini. - Ujung kabel dikelupas isolasinya lebih kurang 0,5 cm. - Karton digulung menjadi pipa dan dicelotape bagian luarnya. - Multiplek dipotong, dilubangi dan diampelas sesuai gambar rancangan. - Plat logam digunting dan dibentuk untuk dudukan kutub-kutub baterai. - Kabel dililitkan pada pipa karton dengan lilitan yang rapat menjadi sebuah kumparan. - Kedua ujung kumparan diberi celotape. - Batang statif dipasang pada alas statif. - Dudukan kutub-kutub baterai dipaku pada triplek alas dudukan baterai. - Capit buaya di pasang pada kedua ujung kawat kumparan. - Pipa karton dan kumparannya dipasang pada batang statif dengan karet gelang. - Paku kayu dimasukkan vertikal dari atas ke pipa kumparan pada statif. - Baterai dipasang pada dudukan baterai. - Beberapa paku kecil disimpan di atas alas statif tepat di bawah paku kayu.
Gambar: Pola pemotongan bahan Alat Elektromagnetisasi 7. Alat Peraga Murah : Baterai Jeruk Dalam merancang dan menyiapkan Alat Peraga Murah (APM) dengan memanfaatkan barang/bahan bekas dan lingkungan sekitar sebagai sumber dan bahan belajar. Mata Pelajaran Sains/IPA memberikan banyak inspirasi untuk menciptakan 52
sumber energi alternatif,seperti energi listrik dan cahaya yang sangat efektif membantu guru membelajarkan siswa-siswanya. Salah satunya adalah “Baterai Buah Jeruk”. Alat dan Bahan :
1. 2. 3. 4. 5.
Jeruk nipis 5 biji Lempeng seng ukuran 5 cm x 0,5 cm sebanyak 5 lembar Lempeng tembaga 5 batang ukuran 5 cm x 0,5 cm Kabel halus Lampu LED
Gambar: Model Baterai Buah Jeruk Cara kerja :
1. Setiap jeruk ditusuk 4 lempeng seng,yang berfungsi sebagai kutub negatif (),dan satu lempeng tembaga yang berfungsi sebagai kutub positif (+), dalam satu belahan yang sama pada jeruk. 2. Lempeng seng pada jeruk yang satu dihubungkn dengan lempeng tembaga pada jeruk yang lain melalui kabel kecil. 3. Hubungkan dengan lampu LED. Hasil/kegunannya:
1. Lampu akan menyala 2. Menunjukkan atau membuktikan sumber energi listik. 8. Model Alat Destilasi Destilasi merupakan suatu teknik pemisahan campuran dalam fasa cair homogen dengan cara penguapan dan pengembunan. Campuran masing-masing komponen dapat terpisahkan karena adanya perbedaan titik didih diantaranya. Adapun alatnya dengan gambar sebagai berikut : 53
Gambar: Rangkaian alat destilasi Duplikasi Alat Destilasi Dari Barang Bekas Bola lampu sebagai labu dasar bulat
termometer
Destilat
Pendingin Leibig dari pipa logam bekas
Gambar : Alat Pengganti Destilasi (Narawati, 2009) Proses pembuatan labu dasar bulat
Bola lampu bekas
Bola lampu sebagai labu dasar bulat
54
Alat Destilasi
Air teh yang didestilasi
Destilat (hasil destilasi)
Alat Pengganti Pendingin Leibig
9. Sel Elektrolisis Sel elektrolisis terdiri dari dua elektrode, yaitu anode dan katode yang dicelupkan ke dalam larutan elektrolit. Katode dihubungkan dengan kutub negatif dan anode dihubungkan dengan kutub positif dari sumber arus listrik. Pada katode akan terjadi reaksi reduksi dan anode terjadi reaksi oksidasi. Sel elektrolisis umumnya dimanfaatkan pada proses industri salah satunya yaitu penyepuhan logam. Rangkaian alatnya sebagai berikut :
Gambar: Rangkaian alat sel elektrolisis 55
Duplikasi Alat Praktikum Elektrolisis Dari Barang Bekas Tabung U dari
lampu TL bekas
baterai
Gambar: Duplikasi Alat Pengganti Elektrolisis (Narawati, 2009)
10. Model Molekul dari bola pimpong/buah
III. Penutup Pengembangan inovasi Reparasi, Modifikasi, Duplikasi dalam pengadaan media termasuk alat peraga praktik IPA sederhana (buatan sendiri) dapat dilakukan oleh guru (pendidik dan tenaga kependidikan) IPA sebagai alternatif pemecahan masalah ketidakadaan, keterbatasan, mahalnya, dan inovasi pengadaan alat peraga praktik dan bahan (zat kimia) di sekolah. Gagasan pengadaan alat peraga praktik (APP) IPA sederhana dapat diwujudkan sebagai prototipe (model) atau padanan dengan proses: disain, perencanaan, pembuatan, pengujian, hingga dapat diimplementasikannya dalam pembelajaran IPA. Pelatihan Reparasi, Modifikasi, Duplikasi dalam pengadaan media praktikum ini hanyalah sebuah pemicu yang diharapkan dapat member inspirasi-inspirasi bagi guru IPA untuk meningkatkan kompetensi, efisiensi, keefektifan, pemanfaatan, dan akutabilitas kreatifitas dan inovasi dalam pengembangan pembuatan alat peraga praktik IPA sederhana (buatan sendiri). Dengan demikian diharapkan permasalahan keterbatasan tersedianya alat/bahan praktikum di laboratorium dapat teratasi.
Lampiran 5: Daftar Hadir Peserta Kegiatan Pelatihan 56
Lampiran Lampiran 5: Daftar Hadir Peserta Kegiatan Pelatihan
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Alamat: Jl. Udayana 12 C, Singaraja
Telp. (0362) 26327 Fax. (0362)25735 Kode Post 81117
Daftar Hadir Peserta Pelatihan Keterampilan Khusus (Reparasi, Modifikasi dan Duplikasi) Alat-Alat Laboratorium IPA Bagi Staf/Pengelola Laboratorium SMP Se-Kabupaten Buleleng Tahun 2013 No.
NAMA PST
SEKOLAH ASAL
1
I Made Sudihartama, S.Pd
SMP N 3 SERIRIT
2
Ni Made Dwi Lidyastuti, S.Pd.
3
Drs. Made Resika, M.Pd.
4
Gede Suadnyana, S.Pd.
SMP N 5 Kubutambahan
197803012008011014
5
I Made Wiriasna, S.Pd.Bio
SMP N 3 Sukasada
195811121981111001
6
Y.G. Baliastono
SMP Katolik Santo Paulus Singaraja
-
7
Nyoman Warta, S.Pd
SMP N 4 Banjar
197309251999031008
8
I Made Jatia, BA
SMPN 5 Tejakula
195904071986021005
9
Drs I Nyoman Siaga, M.Pd
SMP N 2 Banjar
196609131990031009
SMP Laboratorium Undiksha Singaraja SMP Laboratorium Undiksha Singaraja
NIP 198401182009021002 196501171986012 001 196307291984111004
57
27/9/2013
28/9/2013
29/9/2013
Magang
10
Putu Widi Antari Dewi, S.Pd
SMP Mutiara Singaraja
-
11
Made Citra Dewi, S.Pd
SMP Bhaktiyasa Singaraja
-
12
Drs. Nyoman Sumang Joni Gaster
SMP N 4 Kubutambahan
196506171998021002
13
I Gede Sutawan, S.Pd
SMP N 4 Kubutambahan
197108302006041010
14
Kumala Dewi, M.Pd
SMP N 4 Kubutambahan
198701292009022002
15
Desak Nyoman Hariningsari, S.Pd
SMP N 6 Singaraja
196906302000122003
16
I Gede Someada, S.Pd.
SMPN 5 Singaraja
197208231998021002
17
I Made Budiyasa, S.Pd.
SMPN 4 Sukasada
197605252003121009
18
Gede Sedana, S.Pd.
SMPN 4 Sukasada
195903271981111003
19
Luh Dewi Hannawati,S.Pd
SMPN 1 Sukasada
20
Nyoman Endy Sulaksana
SMPN 1 Sukasada
21
Drs.I Ketut Widiadnyana
SMPN 2 Singaraja
196703212000121002
22
Luh Sudari, S.Pd
SMPN 2 Singaraja
-
23
Ni Luh Rediti, S.Pd
SMPN 3 Singaraja
198202282008012020
Singaraja, ………………….. 2013 Tim Pelaksana P2M, Ketua
Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Pd NIP. 196704241999031007 58
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Alamat: Jl. Udayana 12 C, Singaraja 81117
Telp. (0362) 26327 Fax. (0362)25735 Kode Post
Daftar Hadir Peserta Pelatihan Keterampilan Khusus (Reparasi, Modifikasi dan Duplikasi) Alat-Alat Laboratorium IPA Bagi Staf/Pengelola Laboratorium SMP Se-Kabupaten Buleleng Tahun 2013 No.
NAMA PST
SEKOLAH ASAL
1
I Made Sudihartama, S.Pd
SMP N 3 SERIRIT
2
Ni Made Dwi Lidyastuti, S.Pd.
3
Drs. Made Resika, M.Pd.
4
Gede Suadnyana, S.Pd.
SMP N 5 Kubutambahan
197803012008011014
5
I Made Wiriasna, S.Pd.Bio
SMP N 3 Sukasada
195811121981111001
6
Y.G. Baliastono
SMP Katolik Santo Paulus Singaraja
-
7
Nyoman Warta, S.Pd
SMP N 4 Banjar
197309251999031008
8
I Made Jatia, BA
SMPN 5 Tejakula
195904071986021005
9
Drs I Nyoman Siaga, M.Pd
SMP N 2 Banjar
196609131990031009
SMP Laboratorium Undiksha Singaraja SMP Laboratorium Undiksha Singaraja
NIP 198401182009021002 196501171986012 001 196307291984111004
59
4/10/2013
5/10/2013
6/10/2013
12/10/2013
10
Putu Widi Antari Dewi, S.Pd
SMP Mutiara Singaraja
-
11
Made Citra Dewi, S.Pd
SMP Bhaktiyasa Singaraja
-
12
Drs. Nyoman Sumang Joni Gaster
SMP N 4 Kubutambahan
196506171998021002
13
I Gede Sutawan, S.Pd
SMP N 4 Kubutambahan
197108302006041010
14
Kumala Dewi, M.Pd
SMP N 4 Kubutambahan
198701292009022002
15
Desak Nyoman Hariningsari, S.Pd
SMP N 6 Singaraja
196906302000122003
16
I Gede Someada, S.Pd.
SMPN 5 Singaraja
197208231998021002
17
I Made Budiyasa, S.Pd.
SMPN 4 Sukasada
197605252003121009
18
Gede Sedana, S.Pd.
SMPN 4 Sukasada
195903271981111003
19
Luh Dewi Hannawati,S.Pd
SMPN 1 Sukasada
20
Nyoman Endy Sulaksana
SMPN 1 Sukasada
21
Drs.I Ketut Widiadnyana
SMPN 2 Singaraja
196703212000121002
22
Luh Sudari, S.Pd
SMPN 2 Singaraja
-
23
Ni Luh Rediti, S.Pd
SMPN 3 Singaraja
198202282008012020
Singaraja, ………………….. 2013 Tim Pelaksana P2M, Ketua
Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Pd NIP. 196704241999031007 60
Lampiran 6: Lembar Monitoring Pelaksanaan Kegiatan P2M
61