LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA
Pelatihan Pengolahan Limbah Kotoran Sapi Pada Kelompok Tani Sari Utama Di Desa Seraya Timur Kabupaten Kabupaten Karangasem
Oleh Lulup Endah Tripalupi, Dra. M Pd. Ni Made Wiratini S.Pd., M.Pd. Made Ary Meitriana, S.Pd.,M.Pd.
(ketua) (anggota) (anggota)
Dibiayai Dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha SPK No. 108/UN48.15/LPM/2014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA TAHUN 2014
LEMBAR PENGESAHAN 1
Judul Kegiatan
2 3
Bidang Penerapan IPTEKS Ketua Pelaksana Nama dan Gelar NIP Jenis Kelamin Pangkat/Golongan Jabatan Instansi Bidang Keahlian Personalia (anggota penelitian ) 2 orang Lama Kegiatan Bentuk Kegiatan Biaya Yang diperlukan
4 5 6 7
Pelatihan Pengolahan Limbah (Kotoran Sapi menjadi Pupuk) Kelompok Tani Sari Utama di Desa Seraya Timur Kabupaten Karangasem
Dra. Lulup Endah Tripalupi, M Pd 195606221981032001 Perempuan Pembina Utama Muda/IV c Lektor Kepala FEB Undiksha Teknologi Pembelajaran Ni Made Wiratini S.Pd., M.Pd. Made Ary Meitriana, S.Pd.,M.Pd. 6 (enam) bulan Pelatihan Rp. 9.500.000 (sembilan juta lima ratus ribu rupiah))
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Singaraja, 4 September 2014 Ketua Tim Pengusul
Prof. Dr. I Wayan Lasmawan, M. Pd. NIP 196702211993031002
Dra. Lulup Endah Tripalupi, M. Pd. NIP 195606221981032001
Mengetahui Ketua LPM
Prof. Dr. I Ketut Suma, M. S NIP 195901010981031003
TIM PELAKSANA
Penanggung Jawab
: Prof. Dr. Wayan Lasmawan, M Pd (Dekan)
Ketua Pelaksana
: Dra. Lulup Endah Tripalupi, M Pd
Organisasi Pelaksana
: 1. Ni Made Wiratini S.Pd., M.Pd. 2. Made Ary Meitriana, S.Pd.,M.Pd.
BAB I PENDAHULUAN
a. Analisis Situasi Masalah lingkungan terutama mengenai penanganan limbah merupakan salah satu aspek penting yang banyak mendapat perhatian masyarakat Indonesia pada khususnya dan masyarakat dunia pada umumnya. Limbah adalah suatu bahan sisa dari suatu proses produksi atau aktivitas manusia yang sudah tidak dimanfaatkan lagi. Pada industri pertanian, terutama subsektor peternakan, limbah menjadi salah satu hal penting yang harus dipikirkan penanggulangannya karena dapat menimbulkan berbagai dampak yang tidak dikehendaki. Seiring dengan semakin meningkatnya tingkat kebutuhan manusia, terutama mengenai tuntutan pemenuhan kebutuhan protein hewani maka usaha peternakan dirasakan semakin meningkat. Salah satu bidang usaha peternakan yang sedang berkembang di Indonesia saat ini adalah usaha penggemukan sapi, walaupun kebutuhan sapi bakalannya masih diimpor dari luar negeri. Umumnya tujuan para peternak dalam beternak sapi adalah untuk mendapatkan daging sapi dengan melalui proses pertambahan berat badan sapi. Selain menghasilkan daging, dalam beternak sapi juga dihasilkan produk lain seperti kulit, tulang, darah, urin dan kotoran atau limbah sapi. Dari berbagai produk beternak sapi tersebut, salah satu yang menjadi masalah, sehingga bisa merepotkan pemilik ternak adalah kotoran sapi. Betapa tidak. Untuk seekor sapi betina bisa menghasilkan kotoran antara 8 sampai 10 kilogram/harinya. Jika sapi yang diperlihara jumlahnya banyak dan cara pemeliharaannya dibiarkan berkeliaran di berbagai tempat,
tanpa
pengkandangan dan pemeliharaan yang baik, dapat dipastikan kotoran sapi akan berceceran dimana-mana. Hal tersebut tentu tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena selain mengganggu dan mengotori lingkungan, juga sangat berpotensi untuk
menimbulkan penyakit bagi masyarakat sekitarnya. Pencemaran yang
dapat disebabkan oleh limbah dari usaha penggemukan sapi ini, seperti pencemaran air berupa terakumulasinya sulfit dalam air, pencemaran tanah yang menyebabkan pH tanah terlalu asam dan pencemaran udara berupa bau tidak
sedap yang disebabkan oleh amoniak (NH3) dan dihidrogen sulfida (H2S) yang terdapat pada limbah hewan, terutama feses. Bau yang tidak enak ini selain mengganggu kenyamanan udara bagi masyarakat setempat, juga akan merangsang lalat dan nyamuk untuk datang dan berkembang biak di tempat timbunan limbah tersebut, yang pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti disentri dan diare pada ternak itu sendiri, juga pada manusia yang berada disekitar usaha tersebut berada. Limbah yang dihasilkan dari usaha penggemukan sapi terdiri dari limbah sisa pakan, urine sapi, dan feses sapi atau secara umum terbagi menjadi dua yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat dari usaha penggemukan sapi potong terutama feses sapi merupakan limbah terbesar yang dihasilkan dari usaha tersebut. Limbah peternakan sebagian besar berupa bahan organik. Hal ini menunjukkan bahwa apabila dikelola dengan cara yang benar dan tepat peruntukkannya, limbah peternakan masih memiliki nilai sebagai sumberdaya yang potensial bermanfaat. Sejak dahulu limbah peternakan sudah digunakan oleh petani sebagai bahan sumber pupuk organik, namun karena pengaruh intensifikasi pertanian, pemanfaatan tersebut kian berkurang. Selain itu juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi pengolahan limbah peternakan yang masih belum mampu memenuhi tuntutan kebutuhan petani pada masa itu. Pengolahan limbah sebagai pupuk masih dilakukan secara konvensional, yaitu dibiarkan menumpuk dan mengalami proses degradasi secara alami. Teknologi yang tepat dan benar belum dikembangkan. Teknik pengomposan merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih untuk menanggulangi limbah feses sapi potong. Dengan cara ini, biaya operasional relatif lebih murah dan tidak menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Selain itu dengan pengomposan juga dapat memperkaya unsur hara pupuk organik yang dihasilkan dari pengolahan limbah peternakan tersebut, namun demikian data mengenai pengomposan yang tepat untuk menangani limbah peternakan, khususnya limbah sapi potong belum diperoleh informasi yang lengkap. Teknik pengomposan merupakan salah satu cara pengolahan limbah yang memanfaatkan proses biokonversi atau transformasi mikrobial. Biokonversi itu sendiri adalah proses-proses yang dilakukan oleh mikroorganisme
untuk merubah suatu senyawa atau bahan menjadi produk yang mempunyai struktur kimiawi yang berhubungan. Proses biokonversi limbah dengan cara pengomposan menghasilkan pupuk organik yang merupakan hasil degradasi bahan organik. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah bahan organik limbah sudah terdegradasi dengan baik adalah perubahan bahan organik limbah menjadi unsur hara, terutama unsur hara makro, seperti N total, P2O5 dan K2O. Proses pengomposan secara alamiah terjadi sangat lama, umumnya membutuhkan waktu hingga 6 bulan. Waktu pengomposan yang relatif lama menyebabkan proses pengomposan menjadi kurang efektif dalam penanganan limbah usaha penggemukan sapi, karena limbah yang dihasilkan terus terakumulasi setiap hari. Teknik pengomposan dapat dikembangkan dengan cara menambahkan inokulan tertentu kedalam limbah peternakan, sehingga prosesnya terjadi lebih cepat. Cara lain adalah dengan memanfaatkan limbah tersebut untuk kehidupan organisma tertentu secara langsung, sebagai media hidup ataupun sebagai sumber kebutuhan pakannya.
Salah satu peternakan sapi yang ada di Kabupaten Karangasem yang tergabung dalam Kelompok Tani adalah Kelompok Tani Sari Utama di Desa Seraya Timur. Kelompok tani tersebut memiliki 21 ekor sapi. Feses yang dihasilkan dari seekor sapi potong dewasa rata-rata sebanyak 2,5 kg per hari, jadi feses yang dihasilkan dari 21 ekor sapi di Kelompok TaniSari Utama rata-rata sebanyak 52,5 kg per hari. Limbah kotoran yang dihasilkan dari sapi di Kelompok TaniSari Utama belum diolah sama sekali tetapi telah digunakan secara la 52,5 kg per haringsung sebagai pupuk tanpa ada pengolahan. Padahal kelompok tani tersebut sudah memiliki alat untuk mengolah feses sapi sehingga feses tersebut tidak perlu melalui teknik pengomposan yang membutuhkan waktu lama. Akan tetapi, para peternak sapi yang tergabung dalam kelompok tani tersebut belum memanfaatkan alat yang dimilikinya karena para peternak kurang memahami cara pemakaian dari alat tersebut. Para peternak masih ragu untuk menggunakan alat tersebut sehingga mereka masih menggunakan teknik tradisional (pengomposan) yang membutuhkan waktu lama.
Kegiatan masyarakat
pengabdian
ini
direncanakan
bermitra Kelompok Tani Sari Utama yang diketuai oleh bapak I Wayan Galung. Mitra rata-rata menghasilkan 52,5 kg limbah kotoran sapi per hari. Limbah Gambar 2.1.Pakan Sapi
tersebut
masih
belum
secara
maksimal,
diolah
walaupun
kelompok tani ini sudah memiliki alat
untuk
mengolah
limbah.Rencana lingkup kegiatan pengabdian
meliputi
pelatihan
pengolahan limbah kotoran sapi Hasil Gambar 2.2.Sapi dan Kandang Sapi
wawancara
tim
pengusul dengan mitra terungkap bahwa (1) limbah kotoran sapi
yang dihasilkan belum diolah tetapi langsung digunakan untuk pupuk dengan cara pengomposan yang memakan waktu lama, (2) alat pengolah limbah belum dioperasikan secara maksimal karena para peternak kurang memahami cara penggunaannya. Harapan mitra agar limbah kotoran sapi yang dihasilkan rata-rata 52,5 kg per hari dapat diolah dengan menggunakan alat yang sudah ada sehingga limbah tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan pupuk organik tanpa menunggu waktu yang lama.
b. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1) Identifikasi Masalah Berdasarkan analisis situasi pada Kelompok Tani Sari Utama di desa Sraya Timur menunjukkan bahwa a. Kelompok tani Sari Utama memiliki 21 ekor sapi. Feses yang dihasilkan dari seekor sapi potong dewasa rata-rata sebanyak 2,5 kg per hari, sehingga per hari rata-rata kotoran yang dihasilkan sebanyak 52,5 kg .
Limbah kotoran ini dibiarkan saja tidak diolah dan digunakan secara langsung sebagai pupuk tanpa ada pengolahan. b. Terkait dengan limbah kotoran sapi tersebut petani belum memiliki pengetahuan dan pemahaman dampak kotoran sapi yang dapat mencemari lingkungan c. Petani juga belum memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam mengolah kotoran sapi menjadi kompos. c. Dalam hal pembuatan kompos, petani belum memiliki kemampuan yang memadai dalam mengolah limbah yang berasal dari kotoran sapi sehingga menjadi kompos yang memiliki nilai ekonomis.. d. Memasarkan hasil pengolahan kotoran sapi (pupuk organik) sebagai pupuk tanaman. 2) Justifikasi permasalahan prioritas yang dihadapi oleh mitra (Kelompok Tani Sari Utama). Berdasarkan kondisi empiris yang telah disebutkan, maka permasalahan pokok yang menjadi prioritas utama yang hendak diurai melalui program ini adalah sebagai berikut. a). Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang dampak limbah kotoran sapi yang dapat mencemari lingkungan. b). Memberikan pengetahuan dan pemahaman dalam mengolah limbah kotoran sapi melalui pelatihan, c). Permasalahan lainnya karena keterbatasan dana P2M 2012 dalam hal pemasaran produk hasil olahan kotoran sapi (pupuk organik) belum terselesaikan.
Untuk sementara kompos dipergunakan sendiri untuk
kepeerluan pemupukan ladang para petani.
c. Tujuan Kegiatan Sejalan dengan analisis situasi dan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk: a) Memberikan pemahaman dampak limbah kotoran sapi yang dapat mencemarkan lingkungan sekitar
b) Memberikan solusi kepada para peternak sapi dalam memanfaatkan limbah kotoran sapi sehingga dapat dijadikan pupuk organik yang memiliki nilai ekonomis c) Memberikan pengetahuan cara pengolahan limbah kotoran sapi sampai dengan menjadi pupuk organik yang bernilai ekonomis d) Memberikan pemahaman mengenai cara memasarkan pupuk organik yang telah siap untuk dijual.
d. Manfaat Kegiatan Dilaksanakan kegiatan ini diharapkan akan memberi manfaat untuk. a) Meningkatkan pemahaman para petani tentang bahaya limbah kotoran sapi sehingga para peternak menyadari bahwa limbah tersebut harus diolah agar lebih memberikan manfaat. b) Meningkatkan pemahaman tentang cara pengolahan limbah kotoran sapi sehingga menjadi pupuk organik yang bernilai ekonomis c) Meningkatkan kemampuan para peternak dalam memasarkan hasil olahan limbah kotoran sapi (pupuk organik) kepada konsumen
BAB II METODE PELAKSANAAN Adapun beberapa metode kegiatan yang telah dipakai dalam pelaksanaan realisasi kegiatan P2M Ini adalah melalui pelatihan pada kelompok tani Sari Utama di Desa Sraya Timur Kabupaten Karangasem, maka metode yang telah tepat untuk merealisasikan kegiatan tersebut adalah dengan cara sebagai berikut. a) Memberikan pemahaman dampak limbah kotoran sapi
yang dapat
mencemarkan lingkungan sekitar . b) Memberikan pemahaman tentang solusi bagi para peternak sapi dalam memanfaatkan limbah kotoran sapi sehingga dapat dijadikan pupuk organik yang memiliki nilai ekonomis. c) Memberikan pengetahuan cara pengolahan limbah kotoran sapi sampai dengan menjadi pupuk organik yang bernilai ekonomis d) Memberikan pemahaman mengenai cara memasarkan pupuk organik yang telah siap untuk dijual.
Berdasarkan analisis situasi yang dipaparkan dan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tani, maka program ini telah difokuskan pada upaya peningkatan pengetahuan, pemahaman para anggota kelompok tani Sari Utama dalam hal kesadaran dampak limbah kotoran sapi yang dapat mencemarkan lingkungan dan memberikan ketrampilan dalam mengolah limbah kotoran sapi menjadi pupuk organik. Adapun anggota kelompok tani yang mengikuti pelatihan ini disajikan pada tabel berikut,
Tabel 2.1. Nama Anggota Kelompok Tani Sari Utama Peserta P2M No
Nama
Jenis Kelamin
1
I Ketut Salin
Pria
2
I Ketut Serangken
Pria
3
I Wayan Kartu
Pria
4
I Wayan Sadra
Pria
5
I Wayan Kesti
Pria
6
I Wayan Putu Suarjaya
Pria
7
Ni Made Puri
Perempuan
8
I Kadek Merdana
Pria
9
I Nengah Ngara
Pria
10
I Nyoman Gelah
Pria
11
I ketut Sudarma
Pria
12
I Made Warna
Pria
14
Ketut Siaga
Pria
15
I Wayan Sarinata
Pria
16
Nengah Ganti
Perempuan
17
I Gede Suparwata
Pria
18
Ni Nengah Sumarti
Perempuan
19
I Wayan Galung
Pria
20
I Wayan Wartika
Pria
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Lokasi Mitra
Lokasi mitra yaitu kelompok tani Sari Utama berlokasi di Desa Sraya Timur Kabupaten Karangasem. Karangasem adalah salah satu kabupaten bagian timur dari Propinsi Bali. Dari Singaraja ke Karangasem dapat ditempuh selama 3 jam . Desa Sraya Timur merupakan permukiman yang terletak di pantai bagian timur Bali. Pada umumnya mata pencaharian penduduknya nelayan dan petani landang dan peternak. Program kegiatan pelatihan yang dilakukan merupakan realisasi dari hasil diskusi awal dengan mitra yaitu ketua kelompok tani Sari Utama bapak Wayan Galung. Maka realisasi pada kegiatan awal tim penyelenggara datang dan berdiskusi mengenai kegiatan P2M yang akan dilaksanakan pada anggota kelompok tani Sari Utama dalam mengolah limbah kotoran sapi menjadi pupuk organik.
b. Penyelenggara Kegiatan Penyelenggaraan kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat melaluo pemberian latihan/ketrampilan pembuatan pupuk organik berbahan limbah kootoran sapi telah dilaksanakan oleh ketua tim pengabdian masyarakat Yang berasal dari Jurusan Pendidikan Ekonomi (Dra. Lulup Endah Tripalupi, M Pd) bersama anggota tim, yang berasal dari Jurusan Pendidikan Ekonomi (Made Ary Meitriana, SPd M Pd) dan Jurusan Pendidikan Kimia ( Ni Made Wiratini, S Pd M Si). Adapun kelengkapan biodata tim pengusul dapat dilihat pada lampiran. Pelaksanaan kegiatan dari awal sosialisasi program, diberikan pada bulan pertama dan ke dua melalui cara pemahaman terhadap bahaya limbah kotoran sapi dan pelatihan mengolah limbah kotoran sapi menjadi pupuk organik. Pada bulanbulan berikutnya dilakukan monitoring terhadap hasil pengolahan kotoran sapi menjadi pupuk organik yang siap digunakan.
c. Penerapan Program pelatihan
Penerapan program pelatihan yang telah dirancang telah dilakukan di sekitar lokasi kandang sapi kelompok tani Sari Utama di desa Sraya Timur Kabupaten Karangasem. Pelatihan
diawali dengan penjelasan tentang dampak
limbah kotoran sapi bagi lingkungan, kemudian dilanjutkan dengan di pandu oleh anggota tim dengan cara mendemonstrasikan cara mengolah limbah kotoran sapi. Suasana pelatihan tampak santai tapi serius, hal ini tampak pada antusiasme anggota kelompok tani dalam hal mendengarkan penjelasan penyaji dan mengamati setiap langkah/urutan/tahapan pemngolahan limbah kotoran sapi. Penerapan program pelatihan ini, dilakukan berdasarkan analisis situasi yang dipaparkan dan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tani Sari Utama. Oleh karena itu program telah difokuskan pada upaya menambah pengetahuaan dan wawasan tentang dampak limbah kotoran sapi yang dapat mencemari lingkungan dan cara mengelola limbah kotoran sapi pada kelompok tani Sri Utama yang beranggotakan 20 orang. Pada saat pelatihan ini ke 20 orang anggota kelompok tani Sari Utama hadir yang terdiri dari kaum pria dan wanita.
Gambar 3.1. Tim saat memberikan penjelasan tentang dampak limbah kotoran sapi terhadap lingkungan dan cara mengolah limbah kotoran Sapi menjadi pupuk organik dengan teknik pengomposan
Gambar kelompok
3.2.
Anggota
tani
sedang
Sari
Utama
mendengarkan
penjelasan dari tim
Gambar 3.3. Bahan bantu untuk membuat pupuk organik dengan memanfaatkan limbah kotoran sapi
Gambar
3.4.
Tim
mendemonstrasikan
sedang tahapan
membuat pupuk organik
Gambar 3.5. Tim sedang mendemonstrasikan tahapan membuat pupuk organik
Gambar
3.6.
Tim
mendemonstrasikan
sedang tahapan
membuat pupuk organik
d. Evaluasi Keberhasilan Tingkat evaluasi keberhasilan kegiatan pelatihan pengolahan limbah kotoran sapi yang dilakukan pada kelompok tani Sari Utama di desa Sraya Timur Kabupaten Karangasem, tim pelaksana mengganggap bahwa dari roses awal sosialisasi sampai pada tahap pelatihan memiliki antusiasme yang tinggi dalam menyimak penjelasan dan tahapan demi tahapan demonstrasi pengolahan limbah kotoran sapi menjadi pupik organik. Sesuai dengan target luaran yang diharapkan, anggota kelompok tani telah memiliki pemahaman tehadap pengolahan limbah
kotoran sapi. Dari hasil monitoring dua minggu setelah kegiatan pelatihan petani melaksanakan kontrol terhadap hasil pengolahan pada tahap pertama pada minggu ke dua kalau belum sempurna hasilnya harus dilakukan pengadukan, hal ini mengingat pengolahan limbah ini tidak sekali jadi tapi memerlukan waktu 1 sampai 2 minggu. c. Alasan keberlanjutan Pemberian latihan pengolahan limbah kotoran sapi
pada kelompok tani Sari
Utama, memerlukan perhatian lebih lanjut, hal iini disebabkan masih ada beberapa permasalahan yang dialami kelompok tani Sari Utama. Adapun beberapa identifikasi permasalahan yang masih dihadapi mitra, terlepas dari pengolahan limbah kotoran sapi adalah sebagai berikut. a) Petani belum memanfaatkan secara optimal keuntungan memelihara sapi. ereka beranggapan bahwa memelihara sapai akan mendatangkan keuntungan apabila sudah dijual. Padahal rentang waktu memelihara dari bibit sapi saampai saMpi siap jual memerlukan waktu yang cukup lama. Mereka tidak tahu bahwa kotoran sapi bisa mendatangkan manfaat ekonomis bagi peternak apabila mereka dapat mengolahnya menjadi pupuk organik tanpa perlua biaya yang mahal. b). Petani belum memiliki pengetahuan dan wawasan bahwa hasil olahan kotoran sapi yang berupa pupuk organi dapat dipasarkan/dijual sebagai pupuk tanaman. Sehingga kalau pemahaman ini dimiliki oleh petani, mereka akan memiliki penghasilan tambahan.
BAB IV PENUTUP
a. Simpulan Penerapan program pelatihan ini, dilakukan berdasarkan analisis situasi yang dipaparkan dan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tani Sari Utama. Oleh karena itu program telah difokuskan pada upaya menambah pengetahuaan dan wawasan tentang dampak limbah kotoran sapi yang dapat mencemari lingkungan dan cara mengelola limbah kotoran sapi pada kelompok tani Sri Utama yang beranggotakan 20 orang. Pada saat pelatihan ini ke 20 orang anggota kelompok tani Sari Utama hadir yang terdiri dari kaum pria dan wanita. Sesuai dengan target luaran yang diharapkan, anggota kelompok tani telah memiliki pengetahuan tentang
dampak limbah kotoran sapi pada lingkungan dan
pengetahuan tentang pengolahan limbah kotoran sapi.
b. Saran a) Dari kegiatan P2M yang telah dilaksanakan maka dapat disarankan kepada kelompok tani Sari Utama agar dapat menggunakan
pengetahuan tentang
pengolahan limbah kotoran sapi agar dapat agar dapat memperoleh manfaat tambahan dari beternak sapi. b) Diperlukan kerja sama antar anggota kelompok tani Sari Utama untuk mengolah limbah sapi menjadi pupuk organik, dan memasarkan ke pedagang tanaman hias atau sayur.
Lampiran
Anggota Kelompok Tani yang akan mengikuti pelatihan
Anggota Kelompok Tani yang akan mengikuti pelatihan
Tim memberikan menjelasan dampak limbah kotoran sapi bagi lingkungan
T
DATAR PUSTAKA Djuarnami, Nan. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Depok: Agromedia Pustaka. Prihandini, Peni Wahyu dan Teguh Purwanto. 2007. Pembuatan Kompos Berbahan Kotoran Sapi. Pasuruan: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Setiawan, Ade Iwan. 1996. Manfaat Kotoran Ternak. Jakarta: Penebar Swadaya. Trubus. No 24/Th 11/Sep 2001. Fine Compost Lebih Irit dan Menguntungkan. Jakarta Yovita. 2001 Membuat Kompos Secara Kilat. Jakarta: Penebar Swadaya.