LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA
PELATIHAN PEMANFAATAN LAGU-LAGU KREASI KHUSUS (SCRIPTED SONGS) DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS BERBASIS TEMA DI SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG
Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A NIP. 196609081991022002 Dr. I Gede Budasi, M.Ed. NIP. 195812311985031022
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha SPK No. 0795/023.04.2.01/20/2012 Revisi I, tanggal 27 Februari 2012
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2012 1
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT a. Judul
Program
b. Jenis Program c. Bidang Kegiatan d. Identitas Pelaksaana 1. Ketua Nama NIP Pangkat/Golongan Alamat Kantor Alamat Rumah 2. Anggota 1 Nama NIP Pangkat/Golongan Alamat Kantor Alamat Rumah e. Biaya yang diperlukan f. Lama Kegiatan
: Pelatihan Pemanfaatan Lagu-Lagu Kreasi Khusus (Scripted Songs) dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tema di Sekolah Dasar di Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng : Pelatihan : Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Anak-Anak : : Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A. : 196609081991022002 : Pembina/IVa : Jl. A. Yani No. 67, Singaraja : Jl. Jelantik Gingsir No. 83, Sukasada, Singaraja
: Dr. I Gede Budasi, M.Ed. : 195812311985031022 : Penata/IIId : Jl. A. Yani No. 67, Singaraja : Jl. Surapati Gang Manggis No. 7, Singaraja : Rp. 5.000.000,: 6 bulan (31 Mei s.d. 31 Oktober 2012)
Singaraja, 30 Oktober 2012 Mengetahui, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Undiksha
Ketua Pelaksana,
Prof. Dr. P.K. Nitiasih, M.A. NIP. 196206261986032002
Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A. NIP. 196609081991022002 Mengetahui Ketua LPM Undiksha
Prof. Dr. Ketut Suma, M.S. NIP. 1959010119840100
i
ABSTRAK Tujuan utama kegiatan P2M ini adalah untuk meningkatkan kemampuan guru bahasa Inggris di sekolah dasar khususnya di Kecamatan Suksada dalam melaksanakan pembelajaran yang berorientasi PAKEM, yaitu melalui pemanfaatan lagu-lagu kreasi (Scripted Songs). Dengan prosedur in-service training, guru dapat menciptakan lagulagu kreasi berbasis tema, menentukan langkah-langkah pembelajaran berdasarkan lagu yang diciptakan, dan mengimplemtasikannya dalam pembelajaran.
ABSTRACT The main objective of this community service activity is to improve primary school teachers’ability especially in Sukasada District in carrying out instruction which is PAKEM- oriented (productive, active, creative, effective, and fun) through utilizing scripted songs. Using an in-service training procedure, the teachers could create thematic-based songs, determine steps of instruction using the songs, and implement them in teaching process.
Kata Kunci: pembelajaran berbasis tema, lagu kreasi
ii
KATA PENGANTAR Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa, pelaksana P2M Undiksha dapat melaksanakan kegiatan P2M yang berjudul “Pelatihan Pemanfaatan Lagu-Lagu Kreasi Khusus (Scripted Songs) dalam Pembelajaran Berbasis Tema di Sekolah Dasar di Kecamatan Sukasada di Kabupaten Buleleng” dengan lancar dan sesuai dengan rencana. Melalui kesempatan ini, pelaksana juga tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan P2M ini, antara lain: Ucapan terima kasih ditujukan kepada Rektor Universitas Pendidikan Ganesha, yang dalam hal ini melalui LPM telah menyalurkan dana DIPA untuk pelaksanaan P2M ini. Ucapan terima kasih juga pelakssna sampaikan kepada Kepala UPP Kecamatan Sukasada dan staf dan Pengawas Sekolah yang telah mendukung dan menyambut baik kegiatan P2M ini. Pelaksana juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua panitia dan peserta yang telah berpartisipasi dalam kegiatan P2M ini. Terima kasih yang tulus pelaksana ucapkan kepada bapak Kepala Sekolah SD No.2 Wanagiri, yang dengan senang hati meminjamkan sekolahnya sebagai tempat pelaksanaan kegiatan P2M, dan mempersiapkan tempat kegiatan dengan sangat baik. Akhir kata, kepada semua pihak yang terlibat, yang tidak bisa disebutkan satu persatu, kami ucapkan terimakasih banyak. Semoga semua kebaikannya mendapat pahala dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Pelaksana yakin bahwa laporan kegiatan ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan laporan ini diterima dengan senang hati.
Singaraja, 30 Oktober 2012 Ketua Pelaksana,
Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A. NIP. 196609081991022002
iii
DAFTAR ISI
Sampul Muka Halaman Pengesahan Abstrak Kata Pengantar Daftar Isi BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah 1.3 Tujuan Kegiatan 1.4 Manfaat Kegiatan BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pebelajar Pemula (Anak-anak) 2.2 Hakikat Lagu 2.3 Peranan Teknik Pembelajaran Lagu 2.4 Jenis-jenis Teknki Pembelajaran Lagu 2.5 Langkah-langkah Pembelajaran dengan Teknik Lagu BAB III: METODE PELAKSANAAN KEGIATAN P2M 3.1 Khalayak Strategis 3.2 Metode Kegiatan 3.3 Kerangka Pemecahan Masalah 3.4 Keterkaitan 3.5 Rancangan Evaluasi BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Kegiatan P2M 4.2 Pembahasan BAB V: PENUTUP 5.1 Simpulan 5.2 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1: Peta Lokasi Kegiatan Lampiran 2 : Foto Kegiatan Lampiran 3 : Materi Pelatihan Lampiran 4 : Susunan Panitia Lampiran 5 : Susunan Acara Lampiran 6 :Daftar Hadir Peserta Lampiran 7 :Daftar Hadir Panitia Lampiran 8 : Daftar Honor Pemakalah/Fasilitator Lampiran 9 : Daftar Transport Peserta Lampiran 10 : Daftar Transport Pemakalah/Pejabat Terkait Lampiran 11 : Daftar Transport Panitia Lampiran 12 : Hasil Kerja Kelompok Lampiran 13 :Surat Perjanjian Kerja P2M
iv
Halaman i ii iii iv v 1 1 4 5 5 7 7 10 10 12 13 14 14 14 15 18 18 20 20 24 30 30 31 32 33 33 34 37 58 59
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi Kebijakan pembelajaran bahasa Inggris sebagai mata pelajaran muatan lokal di sekolah dasar yang di mulai sejak tahun 1994 sampai dengan pemberlakuan KTSP sejak tahun 2006 belum dibarengi oleh usaha maksimal baik dari pihak pemerintah maupun sekolah, terutama guru untuk memaksimalkan pembelajaran. Dari pihak pemerintah dimaksudkan di sini adalah kurangnya guru-guru yang memiliki kompetensi mengajarkan bahasa Inggris di sekolah dasar. Terkait dengan hal ini, hasil survei, melalui angket yang disebarkan kepada guru-guru bahasa Inggris di sekolah dasar di Kecamatan Buleleng dan Sukasada, yang dilakukan Ratminingsih (2010) membuktikan bahwa tenaga kependidikan (guru) yang dimiliki sekolah dasar di dua kecamatan belum memadai dilihat dari latar belakang pendidikan. Dari 185 guru bahasa Inggris tersebut,105 orang (56,75%) memiliki latar belakang pendidikan bahasa Inggris, sedangkan 80 orang (43,25%) tidak berlatar belakang bahasa Inggris. Data ini membuktikan bahwa sampai dengan tahun 2010, masih terdapat hampir setengah jumlah guru yang mengajarkan bahasa Inggris tidak memiliki persyaratan akademik yang memadai. Selanjutnya, dari 80 guru yang tidak berlatar belakang pendidikan bahasa Inggris, 46 orang (57,5%) adalah guru-guru tamatan D2 PGSD, 26 orang (32,5%) adalah guru-guru tamatan S1 dengan latar belakang pendidikan bervariasi, dengan rincian 7 orang (26,92%) tamatan S1 Agama Hindu, 5 orang (19,23%) S1 IPS (Ekonomi, Geografi, dan Manajemen), masing-masing 2 orang (7,69%) tamatan S1 PKK dan Perhotelan, dan sisanya adalah tamatan S1 Hukum, S1 Pendidikan Bahasa Indonesia, dan UT. Temuan yang tidak kalah menarik yaitu 6 orang guru (13,64%) adalah tamatan SLTA (5 SPG dan 1 SMA), berstatus PNS, yang juga berani mengajar bahasa Inggris. Data ini membuktikan bahwa tuntutan kurikulum muatan lokal yang diberlakukan pemerintah belum dibarengi dengan perekrutan guru-guru yang memiliki kualitas akademik yang memadai, sehingga hal ini dapat berdampak terhadap pengajaran yang kurang memenuhi standar pengajaran bahasa Inggris yang baik dilihat dari segi ketepatan penanganan materi pembelajaran (aspek-aspek kebahasaan dan
1
keterampilan berbahasa) yang diajarkan, maupun dari prosedur pembelajaran terkait dengan metode dan teknik pembelajaran yang digunakan. Di sisi lain, dari pihak guru, hasil wawancara informal dengan beberapa guru di Kelurahan Sukasada, didapatkan informasi bahwa dalam pembelajaran mereka lebih banyak menggunakan buku teks (textbook oriented). Rutinitas pembelajaran dilakukan dengan melakukan segala aktivitas atau tugas yang hanya ada di dalam buku teks. Hal ini bisa membuat pembelajaran menjadi membosankan. Sementara itu, dari pengalaman peneliti memberikan pelatihan penyegaran tentang strategi mengajar bahasa Inggris kepada sekitar 100 guru-guru bahasa Inggris di lingkungan SD se-Kecamatan Buleleng (2006), para guru menceritakan pengalaman mereka mengajar yang lebih menekankan pada pembelajaran kosakata, karena menurutnya kosakata sangat penting untuk bisa menggunakan bahasa Inggris. Pendapat tersebut memang cukup beralasan dan menurut peneliti memang benar bahwa tanpa kosakata yang memadai, tidak ada seorang pun yang mampu menggunakan bahasa. Strategi atau teknik yang biasanya digunakan oleh guru dalam mengajar cenderung bersifat konvensional, yaitu setelah mengajarkan melafalkan kosakata secara berulang-ulang
(drills),
guru
menjelaskan
kosakata
bahasa
Inggris
dengan
menerjemahkan, yaitu memberikan padanannya dalam bahasa ibu (bahasa Indonesia). Pemanfaatan bahasa pertama (L1) bila dilakukan terlalu sering, bahkan mendominasi tidak baik atau tidak membantu siswa menguasai bahasa yang dipelajari. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat menjadi model bahasa target dengan baik, yakni lebih banyak menggunakan bahasa Inggris di dalam kelas. Berdasarkan Permen No 22 tahun 2006 (BSNP, 2006) tentang standar isi, sesungguhnya pembelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar lebih diarahkan pada pencapaian kompetensi berbahasa lisan sebagaimana yang tersurat dalam tujuan pembelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar seperti dikutip di bawah ini. “Mata Pebelajaran Bahasa Inggris di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan secara terbatas untuk mengiringi tindakan (language accompanying action) dalam konteks sekolah 2. Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global”
2
Agar dapat mencapai tujuan tersebut, yakni mengajarkan kompetensi berkomunikasi lisan, maka guru hendaknya lebih menekankan pada pembelajaran mendengarkan (listening) dan berbicara (speaking). Tentu komponen atau aspek kebahasaan pendukungnya seperti kosakata, gramatika, pelafalan, dan intonasi, juga inklusif diajarkan. Inovasi pembelajaran yang dapat dilakukan guru untuk memvariasikan pembelajaran agar lebih menarik dan dapat mengintegrasikan keterampilan berbahasa lisan, mendengarkan dan berbicara, serta aspek-aspek kebahasaan pendukungnya dapat dilakukan dengan melalui pemanfaatan lagu. Lagu-lagu yang sesuai untuk mengajar bahasa Inggris tidak banyak di pasaran. Terlebih, mencari lagu-lagu yang sesuai dengan tema yang diajarkan tidak gampang. Pemilihan lagu yang tepat juga tidak mudah, karena materi lagu harus disesuikan dengan tema. Jadi, pemanfaatan lagu bukan hanya untuk menyenangkan siswa, tetapi yang lebih utama adalah untuk mengajarkan bahasa. Oleh karena itulah, dalam pelatihan ini, para guru di sekolah dasar di Kecamatan Sukasada akan diperkenalkan cara-cara menciptakan lagu khusus untuk pembelajaran bahasa Inggris, yang sesuai dengan tema. Hal ini dapat diupayakan melalui pengabdian masyarakat, yang terkait dengan hasil penelitian terdahulu (Ratminingsih, 2010). Dalam membuat lagu khusus untuk kepentingan pembelajaran bahasa Inggris, guru tidak mesti menjadi seorang penulis lagu atau komposer lagu profesional. Yang diperlukan hanya kemauan dan komitmen untuk menyesuaikan lagu yang diciptakan dengan tema. Guru dapat memulai dengan pemilihan penulisan lirik lagu dengan menentukan kosakata dan struktur kalimat dan kemudian menyesuaikannya dengan irama lagu yang telah dikenal dalam bahasa Indonesia, atau sebaliknya menentukan irama lagu dulu, kemudian dilanjutkan dengan penyesuaian kata-kata dan struktur kalimat. Misalnya, menggunakan irama lagu “Pelang-Pelangi” dalam mengajarkan tema “Introduction”. Melalui cara seperti ini, siswa akan lebih mudah mempelajari isi lagu, karena mereka telah mengenal iramanya. Di samping itu, dengan menggunakan latar budaya Indonesia (irama lagu Indonesia), anak-anak dapat lebih mencintai budayanya sendiri. Dengan demikian, pembelajaran menjadi lebih kontekstual, karena sesuai dengan kehidupan mereka.
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
3
Sesuai dengan analisis situasi di atas, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi: a) Pembelajaran masih berfokus pada pemanfaatan utama buku teks (textbook), sehingga pembelajaran menjadi kegiatan rutinitas yang dapat membosankan. b) Pembelajaran cenderung bersifat konvensional, yaitu guru menjadi figur aktif, mengajarkan pelafalan setiap kosakata, melalui latihan pengulangan (drills), dan kemudian menjelaskan makna setiap kosakata bahasa Inggris dengan menerjemahkan. c) Dominansi penggunaan bahasa Indonesia sebagai medium pembelajaran. d) Pembelajaran kurang variatif dan inovatif. Mengacu pada masalah-masalah yang teridentifikasi di atas, maka rumusan permasalahan yang diangkat pada pengabdian masyarakat ini adalah sebagai berikut: a) Bagaimana meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru-guru bahasa Inggris di sekolah dasar dalam membuat pembelajaran lebih variatif dan inovatif ? b) Bagaimana meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru-guru bahasa Inggris dalam membuat lagu sesuai dengan tema yang diajarkan (scripted songs)? c) Bagaimana meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru-guru bahasa Inggris dalam membuat langkah-langkah (sintak) pembelajaran melalui lagu? d) Bagaimana meningkatkan keterampilan guru-guru bahasa Inggris dalam melaksanakan pembelajaran melalui lagu-lagu kreasi sesuai dengan langkahlangkah (sintak) pembelajaran yang telah disusun?
1.3 Tujuan Kegiatan Sesuai dengan analisis situasi dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah sebagai berikut:
4
a) Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru-guru bahasa Inggris di sekolah dasar dalam membuat pembelajaran lebih variatif dan inovatif. b) Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru-guru bahasa Inggris dalam membuat lagu sesuai dengan tema yang diajarkan (scripted songs). c) Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru-guru bahasa Inggris dalam membuat langkah-langkah (sintak) pembelajaran melalui lagu. d) Untuk
meningkatkan
keterampilan
guru-guru
bahasa
Inggris
dalam
melaksanakan pembelajaran melalui lagu-lagu kreasi sesuai dengan langkahlangkah (sintak) pembelajaran yang telah disusun.
1.4 Manfaat Kegiatan Melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat ini, manfaat yang dapat dipetik oleh beberapa pihak adalah sebagai berikut: a) Bagi Guru Bahasa Inggris Sekolah Dasar Kegiatan P2M ini memberikan masukan yang berharga berupa pengetahuan dan keterampilan praktis bagi guru-guru bahasa Inggris dalam rangka mengupayakan pembelajaran yang lebih variatif dan inovatif, sehingga siswa yang diajar dapat meningkatkan konsentrasi dan ketertarikan mereka belajar, yang akan berdampak pada peningkatkan hasil belajar. b) Bagi Sekolah Kegiatan P2M ini memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan kualitas guru bahasa Inggris dari segi penambahan pengetahuan dan keterampilan praktis melaksanakan pembelajaran bahasa Inggris yang lebih baik, yaitu melalui strategi pembelajaran yang lebih inovatif. Dengan belajar mengkreasi lagu sendiri berdasarkan tema yang diajar dan bisa menggunakannya dalam pembelajaran akan berdampak langsung terhadap peningkatan mutu
pendidikan di sekolah tersebut, khususnya
pendidikan bahasa Inggris.
c) Bagi Siswa Sekolah Dasar Dengan adanya pembaharuan dalam cara guru mengajarkan bahasa Inggris melalui lagu-lagu yang diciptakan oleh guru sendiri, pembelajaran bahasa Inggris akan
5
menjadi lebih menyenangkan, sehingga siswa termotivasi belajar, lebih lama bisa berkonsentrasi, dan dapat meningkatkan hasil belajar.
d) Bagi UNDIKSHA Sebagai sebuah LPTK, yang salah satu dari Tri Dharma adalah melakukan pengabdian pada masyarakat, kegiatan P2M ini menjadi salah satu wujud kepedulian Undiksha untuk berperan aktif secara berkelanjutan dalam meningkatkan kualitas SDM (guru) di Propinsi Bali pada umumnya dan di Kabupaten Buleleng khususnya, yaitu di Kecamatan Sukasada.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hakikat Pebelajar Pemula (Anak-Anak) Harmer (2007a) menggolongkan tiga kelompok umur pebelajar, yaitu anak-anak (children), remaja (adolescents), dan dewasa (adults). Anak-anak adalah kelompok pebelajar dengan usia 2 sampai dengan 14 tahun, remaja adalah kelompok pebelajar dengan usia antara 12 sampai dengan 17 tahun, dan dewasa umumnya mereka yang berumur antara 16 tahun ke atas. Khusus untuk istilah anak-anak (children), Harmer menggolongkan dua kelompok usia anak-anak, yaitu young learners adalah mereka yang berumur antara 5 sampai dengan 9 tahun, dan very young learners biasanya antara 2 sampai dengan 5 tahun. McKay (2007: 1) mendefinisikan young language learners sebagai berikut: Young language learners are those who are learning a foreign or second language and who are doing so during the first six or seven years of formal schooling. In the education system of most countries, young learners are children who are in the primary or elementary school. In terms of age, young learners are between the ages of approximately five and twelve. Dalam kutipan tersebut, McKay menegaskan bahwa yang dimaksud dengan pebelajar anak-anak adalah mereka yang belajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing atau bahasa kedua pada enam atau tujuh tahun pertama pembelajaran di sekolah formal dan biasanya diajarkan di sekolah dasar. Dari segi usia, mereka rata-rata berusia antara 5 sampai dengan 12 tahun. Selanjutnya, Harmer (2007a) mengemukakan bahwa karakteristik anak-anak ketika belajar ialah mereka tidak hanya fokus pada apa yang diajarkan, tetapi juga belajar banyak hal pada saat yang bersamaan, seperti mengambil informasi dari sekitarnya. Melihat, mendengar, dan menyentuh sama pentingnya dengan penjelasan guru dalam proses pemahaman. Abstraksi aturan-aturan gramatika kurang efektif bila diajarkan pada anak-anak. Anak-anak biasanya merespon dengan baik pada aktivitasaktivitas yang memfokuskan pada kehidupan dan pengalaman mereka. Namun, perhatian anak-anak, yaitu kemauan untuk tetap memperhatikan satu kegiatan biasanya singkat. Salah satu karakteristik penting anak-anak adalah kemampuannya menjadi
7
pembicara yang kompeten dari sebuah bahasa baru bila disediakan fasilitas yang memadai, dan bila mendapatkan pajanan bahasa yang mencukupi. Harmer (2007b) lebih jauh mengungkapkan bahwa umur merupakan salah satu faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam membuat keputusan terhadap apa yang diajar dan bagaimana mengajar. Orang-orang yang berbeda usia memiliki kebutuhan, kompetensi, keterampilan kognitif yang berbeda. Anak-anak lebih baik memperoleh bahasa asing melalui permainan, sedangkan orang dewasa mungkin lebih baik belajar melalui pemanfaatan pikiran abstrak. Salah satu kepercayaan yang berlaku umum terkait dengan hubungan umur dan belajar bahasa adalah bahwa anak-anak belajar lebih cepat dan lebih efektif dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Scott dan Ytreberg (2000: 1) menegaskan yang dimaksudkan anak-anak adalah mereka yang berumur antara 5 sampai dengan 10 atau 11 tahun. Namun, mereka membagi anak-anak ke dalam dua kelompok besar, yaitu (1) kelompok 5 sampai 7 tahun, dan (2) kelompok 8 sampai 10 tahun. Karakteristik anak-anak pada usia 5 sampai 7 tahun adalah (1) mereka bisa mengatakan apa yang sedang dikerjakan, (2) mereka bisa memberitahu apa yang telah dikerjakan atau didengar, (3) mereka bisa merencanakan aktivitas, (4) mereka bisa berargumentasi, (5) mereka bisa menggunakan alasan logis, (6) mereka bisa menggunakan imajinasi dengan jelas, (7) mereka dapat menggunakan pola intonasi yang bervariasi dalam bahasa ibu, dan (8) mereka bisa memahami interaksi manusia langsung. Sedangkan, karakteristik umum anak-anak umur 8 sampai 10 tahun adalah (1) konsep dasar mereka terbentuk. Mereka memiliki pandangan yang jelas terhadap dunia, (2) mereka bisa membedakan antara fakta dengan fiksi, (3) mereka selalu bertanya, (4) mereka percaya dengan kata-kata lisan dan dunia fisik untuk menyampaikan dan memahami makna, (5) mereka bisa mengambil keputusan terhadap apa yang harus mereka pebelajari, (6) mereka mempunyai pandangan yang jelas terhadap apa yang dia suka dan tidak suka, (7) mereka memahami rasa keadilan yang terjadi di kelas, dan (8) mereka dapat bekerja sama dengan dan belajar dari orang lain. Dari semua uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa sekolah dasar tergolong anak-anak, yang oleh Harmer (2007a) disebut children atau young learners, yang berusia antara 6 tahun s.d. 12 tahun yang belajar di sekolah selama 6 tahun (McKay, 2007), dan oleh Scott dan Ytreberg (2000) dikategorikan pada kelompok kedua.
8
Paul (2003) mengemukakan bahwa dalam teori intelegensi jamak (multiple intelligence), anak-anak memiliki intelegensi yang berbeda-beda. Anak tertentu bisa lebih berintelegensi dalam satu hal, sedangkan anak yang lain lebih berintelegensi dalam hal yang lain. Tugas guru adalah menemukan kekuatan-kekuatan pada setiap anak dan membangun kekuatan-kekuatan tersebut. Paul menambahkan bahwa dalam membangun kekuatan, anak tertentu mungkin paling bagus belajar dengan menggambar atau bermain, sedangkan anak yang lain paling sesuai belajar dengan mendengarkan atau menyanyikan lagu. Dengan konsep multiple intelligence ini, maka guru diharapkan untuk lebih memvariasikan pembelajaran, karena siswa yang diajar memiliki intelegensi yang berbeda-beda. Moon (2000) menjelaskan bahwa anak-anak yang belajar bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau bahasa asing di sekolah telah mempelajari satu bahasa, dan ketika masuk kelas, mereka akan membawa pengalaman dalam bahasa sebelumnya, yang dapat membantunya belajar dan belajar bahasa Inggris. Guru hendaknya bisa memanfaatkan dan membangun kemampuan dan karakteristik ini. Situasi belajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing, anak-anak akan sangat tergantung secara keseluruhan hanya pada lingkungan sekolah sebagai input. Dengan demikian, guru biasanya merupakan satu-satunya sumber yang memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa anak. Di samping itu, anak-anak tidak belajar dengan satu cara, tetapi menggunakan berbagai cara. Mereka hanya bisa menggunakan cara-cara tersebut, jika guru mengembangkan lingkungan belajar yang tepat, yaitu suatu lingkungan belajar yang memberikan cukup pajanan yang memberikan input bermakna, memberikan mereka kebebasan untuk mengambil resiko dan meneliti, membuat mereka mau menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan guru maupun dengan temantemannya, dan mendapatkan umpan balik dari proses belajar. Dari paparan Moon (2000) dan Paul (2003) di atas, dapat disimpulkan bahwa guru merupakan sumber belajar penting dan utama dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau bahasa asing, oleh karena itu guru hendaknya dapat mengembangkan berbagai cara atau teknik yang tepat dalam pembelajaran agar anakanak menyenangi pembelajaran, sehingga dapat membangun kekuatan-kekuatan yang ada pada mereka.
9
2.2 Hakikat Lagu Lagu telah menjadi bagian dari kehidupan manusia sejak mereka menyadari kehidupannya. Melalui lagu, manusia bisa mendapatkan kesenangan, hiburan, dan bahkan belajar bahasa. Terkait dengan hal ini, Schoepp mengemukakan bahwa lagu telah menjadi bagian dari pengalaman manusia. Lagu telah menjadi bagian yang integral dari pengalaman berbahasa manusia (Schoepp, 2008). Griffee (1992:3) menyatakan: “Songs refer to pieces of music that have words” . Flattum (2008) menegaskan lagu sebagai suatu kombinasi antara melodi dan lirik yang ditambah dengan harmoni, irama atau bit. Lagu memiliki struktur yang biasanya berupa pengulangan-pengulangan syair dan korus. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa lagu adalah suatu kombinasi musik yang terdiri dari melodi dan lirik atau sebuah komposisi kata dan musik, yang memiliki harmoni, irama, dan bit serta memiliki struktur yang berupa pengulangan-pengulangan syair dan korus, yang bisa diiringi dengan instrumen musik atau tanpa instrumen.
2.3 Peranan Teknik Pembelajaran Lagu Para ahli pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing mengakui bahwa lagu mempunyai manfaat yang besar dalam pembelajaran. Shtakser (2012) menyatakan bahwa ada beberapa alasan mengapa musik dan lagu digunakan dalam pembelajaran bahasa asing. Alasan utamanya adalah bahwa musik dan lagu dapat menciptakan atmosfer belajar yang baik dalam kelas. Siswa merasakan lagu sebagai bagian yang menghibur daripada sebuah tugas, sehingga belajar kosakata melalui lagu memberikan kesenangan hati dan menghilangkan kebosanan. Brewster, dkk. (2007) menekankan bahwa lagu merupakan strategi yang ideal untuk belajar bahasa, karena di dalam lagu terdapat pengulangan-pengulangan kosakata dan struktur bahasa serta irama yang dapat meningkatkan ketertarikan mereka dalam belajar. Malley (dikutip oleh Murphey, 1993) mengemukakan dua manfaat utama penggunaan musik dan lagu dalam pembelajaran bahasa, yakni lagu mudah dihafalkan dan sangat memotivasi pebelajar. Sementara, Murphey menambahkan bahwa musik dan lagu lama disimpan dalam ingatan, dan dapat menjadi bagian dari diri kita serta mudah dimanfaatkan di dalam kelas.
10
Secara lebih rinci Murphey (1993: 3) mengemukakan beberapa alasan mengapa guru perlu menggunakan lagu sebagai instrumen pengajaran, sebagai berikut: Song appears to precede and aid the development of language in young children, works on our short and long term memory, may strongly activate the repetition mechanism of the language acquisition device, is more motivating than other texts, relaxing, short, self-contained texts, recordings, and films that is easy to handle in a lesson. Dalam kutipan di atas Murphey menegaskan bahwa lagu mengarahkan dan membantu perkembangan bahasa anak-anak, dapat bekerja pada ingatan jangka pendek dan jangka panjang, mengaktifkan mekanisme pengulangan alat pemerolehan bahasa, lebih memotivasi dibandingkan dengan teks lain, merilekskan, dan biasanya pendek dan mengandung teks yang mudah digunakan dalam pebelajaran. Griffee (1992:4) mengklasifikasikan enam (6) kategori keuntungan penggunaan lagu dan musik dalam kelas bahasa, yaitu (1) Classroom atmosphere, yaitu lagu dan musik digunakan untuk memberikan situasi rileks pada siswa, dan suasana kelas yang menyenangkan, (2) Language input, yaitu lagu dan musik digunakan untuk memberikan pajanan irama bahasa, (3) Cultural input, yaitu lagu dan musik (khususnya musik pop) merupakan refleksi dari pembuatnya pada masa dan tempat tertentu, yang di dalamnya memberikan pengenalan budaya, (4) Text, yaitu lagu digunakan sebagai teks pembelajaran, seperti halnya puisi, cerita pendek, dan novel, (5) Supplement, yaitu lagu digunakan sebagai pelengkap dari buku teks, dan (6) Teaching and Student interest, yaitu lagu dapat digunakan untuk mengajarkan percakapan, kosakata, struktur gramatika, lafal, latihan pola, dan pemantapan ingatan, serta dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi siswa. Sementara, Paul (2003: 58) menegaskan: Songs add a whole dimension to children’s classes, and make it easier for the children to remember words and patterns and natural chunks of language. Songs can add feeling and rhythm to language practice that might otherwise be flat, help children remember things more easily, and draw children more deeply into a lesson. Kutipan di atas mengungkapkan bahwa lagu menambah dimensi keseluruhan kelas dan membuat anak-anak lebih mudah mengingat kata-kata dan pola-pola serta potongan-potongan natural dari bahasa (chunks of language). Lagu dapat menambah rasa dan irama terhadap latihan kebahasaan yang biasanya datar saja, membantu mereka 11
mengingat berbagai hal lebih mudah, dan melibatkan mereka secara lebih mendalam pada pebelajaran. Dari semua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa lagu memiliki berbagai manfaat untuk mengajarkan bahasa secara lebih menyenangkan yang dapat mempermudah siswa mengingat kata, pola bahasa, dan potongan-potongan natural dari bahasa, serta dapat melibatkan perasaan mereka secara lebih mendalam pada pebelajaran. Berbagai manfaat dari lagu secara umum dapat dilihat dari beberapa sumber, yakni linguistik, psikologis/afektif, kognitif, dan sosial.
2.4 Jenis-Jenis Teknik Pembelajaran Lagu Brewster, dkk. (2007) mengemukakan beberapa jenis lagu, syair, dan syair yang dilagukan pendek-pendek (songs, rhymes, dan chants) yang mengandung berbagai fitur bahasa dapat digunakan untuk tujuan yang berbeda. Mol (2012) menambahkan bahwa ada beberapa jenis lagu yang dapat digunakan dalam kelas, seperti syair anak-anak, musik pop kontemporer, dan lagu yang khusus ditulis untuk mengajarkan bahasa Inggris. Walaupun lagu jenis terakhir ini kadang dikritik, karena kurang keaslian dan kurang daya tarik musikalitasnya, tetapi diyakini bahwa lagu-lagu tersebut dapat memotivasi, modern, mengandung musik yang bagus, dan memiliki daya tarik khusus bagi pebelajar bahasa. Dalam penelitian Ratminingsih (2010) terdahulu, jenis lagu yang digunakan adalah lagu yang khusus diciptakan (scripted songs) untuk mengajarkan bahasa Inggris di kelas empat yang disesuaikan dengan tema-tema yang muncul pada kurikulum muatan lokal untuk kelas empat SD di Bali. Hasil penelitian membuktikan bahwa lagu dapat meningkatkan keterampilan mendengarkan bahasa Inggris siswa. Berdasarkan kajian emperis inilah, maka pengabdian masyarakat ini dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi dan kreativitas guru dalam mengajarkan bahasa Inggris dengan strategi-strategi yang lebih inovatif.
2.5 Langkah-langkah Pembelajaran dengan Teknik Lagu Brewster dkk., (2007:168) menjelaskan sebuah kerangka langkah-langkah yang fleksibel menggunakan lagu dalam pembelajaran, sebagai berikut: 1) Mempersiapkan konteks (menjelaskan tujuan, informasi latar).
12
2) Kosakata penting diajarkan terlebih dahulu dengan menggunakan gambar, tindakan, realia, boneka, pertanyaan fokus, dan sebagainya. 3) Guru memutar kaset atau menyanyi atau menyairkan lagu, sehingga siswa dapat mendengarkan, menunjukkan pemahaman, mengenalkan dirinya pada irama, nada, dan lain-lain. 4) Melakukan aktivitas mendengarkan lanjutan. 5) Memperhatikan
pemahaman
siswa
terhadap
pelafalan,
misalnya
dengan
mengidentifikasi pola intonasi, tekanan pada kata-kata, atau suku-kata, dan sebagainya. 6) Menyuruh siswa mendengarkan, mengulang, dan mempraktekkan dengan ikut menyanyi dan belajar bernyanyi atau bersyair. Mendorong siswa menggunakan tindakan, mimik, drama dan lain-lain. Latihan dikerjakan beberapa kali. 7) Memberikan rekaman teks secara tertulis: siswa dapat mengadaptasi atau menulis versinya sendiri, mendengarkan dan melengkapi teks yang kosong, mendengarkan dan menyusun, yaitu siswa melihat sesaat frase-frase tertulis, kemudian menyusunnya sesuai dengan urutan, mendengarkan dan memilih, yakni siswa mempunyai sekelompok kata dari dua lagu yang dicampurkan, dan ketika mereka mendengarkan lagu, mereka memisahkan baris-baris ke dalam dua kelompok, menjodohkan gambar dengan baris, mengilustrasikan syair, mmembuat kolase untuk membentuk konteks, misalnya suasana di pantai, dan sebagainya. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan lagu, ketujuh langkah-langkah dasar ini hendaknya menjadi panduan umum bagi guru agar pembelajaran menjadi terarah dan maksimal.
13
BAB III METODE PELAKSANAAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
3.1 Khalayak Sasaran Strategis Peserta yang menjadi khalayak sasaran strategis dari kegiatan P2M ini adalah guru-guru bahasa Inggris di sekolah dasar se-Kecamatan Sukasada, terutama sekolahsekolah yang berada di pedesaan dengan target jumlah peserta sebanyak 25 orang guru. Ada dua alasan signifikan mengapa guru-guru di pedesaan yang diutamakan, yaitu (1) guru-guru di pedesaan kurang memiliki akses untuk meningkatkan profesionalime melalui in-service training, dengan ikut seminar, lokakarya, atau sejenisnya ke sebuah LPTK (seperti Undiksha atau institusi lain), karena berbagai alasan, seperti jarak yang jauh, biaya, dsb., dan (2) guru-guru di pedesaan, sesuai dengan hasil survei (Ratminingsih, 2010), masih banyak yang tidak memiliki latar belakang mengajar bahasa Inggris yang memadai.
3.2 Metode Kegiatan Metode yang dipilih dalam melaksanakan kegiatan P2M ini adalah pelatihan terutama kepada para guru bahasa Inggris di sekolah dasar yang berada di wilayah Kecamatan Sukasada, yang terletak di pedesaan. Mereka akan diberikan pelatihan berupa pemanfaatan lagu-lagu kreasi khusus (scipted songs) sebagai upaya untuk membuat pembelajaran bahasa Inggris lebih variatif dan inovatif, sehingga kualitas pendidikan bahasa Inggris di sekolah-sekolah sasaran dapat ditingkatkan. Oleh karena guru-guru bahasa Inggris sudah memiliki pengalaman mengajarkan bahasa Inggris, maka rancangan kegiatan berupa in-service training. Langkah-langkah kegiatan yang akan ditempuh adalah sebagai berikut: a) Penyemaian informasi, berupa landasan teoretis tentang beberapa strategi pembelajaran inovatif, yang dapat digunakan untuk memvariasikan pembelajaran bahasa Inggris. b) Penyemaian informasi terkait dengan kajian teroretis tentang hakikat dan peranan menggunakan lagu-lagu kreasi khusus (scripted songs) dalam pembelajaran bahasa Inggris.
14
c) Pemberian model berupa contoh-contoh lagu kreasi khusus (scripted songs) pembelajaran bahasa Inggris berbasis tema. d) Pemberian petunjuk praktis cara mengkreasi lagu dan langkah-langkah mengajar dengan menggunakan lagu tersebut. e) Praktek mengkreasi lagu berbasis tema secara berkelompok dan mendesain langkahlangkah pembelajaran. f) Praktek menyelenggarakan pembelajaran dengan menggunakan lagu kreasi tersebut sesuai dengan langkah-langkah yang telah didesain.
15
3.3 Kerangka Pemecahan Masalah Adapun tahapan dari identifiasi masalah sampai dengan dilaksanakannya kegiatan P2M ini mengikuti alur seperti yang digambarkan pada bagan di bawah ini: Tahap I Identifikasi Permasalahan
Survei Wawancara
Tahap II Pengolahan Informasi & Penentuan Pemecahan permasalahan
Kajian Teoretik Kajian Empirik
Tahap III
Mengumpulkan referensi pembelajaran inovatif Penentuan beberapa strategi pembelajaran yang diberikan
Penyusunan materi pelatihan
Penentuan contoh-contoh lagu berbasis tema Penentuan contoh langkah-langkah pembelajaran menggunakan lagu berbasis tema
Tahap IV Pelatihan
Penyemaian informasi strategi pembelajaran inovatif
Ceramah dan tanya jawab
Penyemaian informasi hakikat dan peranan lagu-lagu
Ceramah dan tanya jawab
Pemberian model berupa contohcontoh lagu kreasi khusus
Demontrasi lagu kreasi khusus (scripted songs) pembelajaran bahasa Inggris berbasis tema
Pemberian petunjuk praktis cara mengkreasi lagu dan langkahlangkah mengajar dengan menggunakan lagu
Penjelasan teknis mengkreasi lagu dan langkah-langkah mengajar menggunakan lagu
Praktek mengkreasi lagu dan mendesain langkah-langkah pembelajaran
Kerja kelompok mengkreasi lagu dan mendesain langkah-langkah pembelajaran
Praktek menyelenggarakan pembelajaran dengan menggunakan lagu
Demontrasi pembelajaran dengan menggunakan lagu
Bagan 1. Kerangka Pemecahan Masalah 16
Pada
tahap
I,
dilakukan
identifikasi
masalah
melalui
hasil
survei
(Ratminingsih, 2010) tentang kondisi SDM (guru) sehubungan dengan pembelajaran bahasa Inggris di dua Kecamatan di Buleleng, yakni Kecamatan Sukasada dan Kecamatan Buleleng. Hasil survei membuktikan bahwa 80 orang guru (43,25%) memiliki latar belakang non kependidikan bahasa Inggris, sehingga mereka sangat perlu dibantu untuk meningkatkan keterampilan mereka mengajar melalui pelatihan. Di samping itu, identifikasi masalah juga dilakukan melalui wawancara informal dengan beberapa guru dalam suatu pertemuan pelatihan terkait dengan kondisi pembelajaran. Dari dua cara inilah, maka ditetapkan Kecamatan Sukasada untuk dijadikan tempat P2M saat ini, dan akan ditindaklanjuti pada kegiatan P2M berikutnya di Kecamatan Buleleng. Pada tahap II, tim pelaksana mengolah semua informasi baik berupa masukan hasil survei dan wawancara. Kajian teoretik dan empiris dikumpulkan terkait dengan usaha memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang telah teridentifikasi. Adapun solusi yang segera perlu dilakukan adalah melalui pelatihan penyebaran informasi tentang beberapa strategi pembelajaran inovatif dalam pembelajaran bahasa Inggris untuk anak-anak, khususnya lagu kreasi sendiri. Lagu yang diciptakan sendiri ini lebih bisa disesuaikan dengan tema-tema yang diajarkan karena lagu-lagu yang beredar di pasaran belum tentu cocok dan bahkan susah dicari. Pada tahap III, dilanjutkan dengan penyusunan materi pelatihan, yang meliputi pengumpulan referensi terkait, penentuan beberapa strategi pembelajaran inovatif, penentuan contoh lagu, dan langkah-langkah pembelajaran sesuai lagu. Pada tahap IV yang merupakan tahap yang paling penting, tim pelaksana merealisasikan kegiatan ke tempat yang ditentukan untuk melaksanakan pelatihan. Untuk tujuan ini, tim pelaksana berkoordinasi dengan Kepala UPT Kecamatan Sukasada, agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan lancar. Tahapan dari kegiatan pelatihan meliputi penyemaian informasi tentang strategi-strategi pembelajaran inovatif, hakikat dan peranan pemanfaatan lagu dalam pembelajaran, pemodelan melalui pemberian contoh-contoh lagu dan langkah-langkah pembelajaran, yang dilakukan dengan ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi. Selanjutnya, peserta bekerja kelompok untuk berlatih membuat lagu di dalam kelompoknya masing-masing. Setelah membuat lagu, mereka menyiapkan langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan lagu yang telah diciptakan. Langkah terakhir dari pelatihan adalah peserta mendemontrasikan
17
keterampilan mereka mengajar dengan menggunakan lagu yang telah disusun mengikuti langkah-langkah yang telah ditentukan.
3.4 Keterkaitan Selain guru-guru yang menjadi khalayak sasaran utama dari pelaksanaan P2M ini, beberapa pihak terkait turut diundang, yaitu (1) Kepala UPP Kecamatan Sukasada, (2) para kepala sekolah dasar yang menjadi sasaran, dan (2) Ketua LPM Undiksha Singaraja, yang menjadi penanggung jawab penuh dalam pelaksanaan Tri Dhrama Perguruan Tinggi Undiksha, khususnya P2M. Tabel di bawah mendeskripsikan peran dari pihak-pihak terkait.
No
PIHAK TERKAIT
PERAN
1
Kepala UPP Kecamatan Sukasada
Koordinasi dan Pengawasan
2
Para Kepala Sekolah Dasar yang menjadi sasaran
Koordinasi dan Pengawasan Pengawasan
3
Ketua LPM Undiksha Singaraja
Pengawasan Pelaksanaan Program P2M
3.5 Rancangan Evaluasi Keberhasilan program pelaksanaan P2M ini dievaluasi dengan pengamatan langsung (observation). Adapun indikator keberhasilan dari kegiatan ini adalah: a) Keterampilan guru mengkreasi lagu sesuai tema secara berkelompok b) Keterampilan guru mendesain langkah-langkah pembelajaran (sintak) dengan menggunakan lagu yang telah diciptakan dalam kelompok. c) Keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan lagu dan langkah-langkah yang telah ditetapkan.
Matrik di bawah ini mempertegas rancangan evaluasi dan cara pengukurannya. NO
INDIKATOR
CARA PENGUKURAN
18
1
Mengkreasi
lagu
sesuai
tema
kelompok 2
Mendesain
dalam Produk lagu berdasarkan tema
langkah-langkah
pembelajaran Produk langkah-langkah
dalam kelompok
pembelajaran melalui lagu (sintak pembelajaran)
3
Melaksanakan
pembelajaran
dengan Performansi guru dalam
menggunakan lagu dan langkah-langkah yang melaksanakan pembelajaran telah dibuat.
menggunakan lagu yang diciptakan dan langkahlangkah yang telah dibuat.
Evaluasi dilakukan dengan dua cara, yaitu penilaian proses dan penilaian produk. Penilaian proses dilakukan mulai dari penyemaian informasi terkait dengan kajian teoretis dan praktis tentang strategi pembelajaran inovatif, hakikat dan peranan peggunaan lagu, pemodelan melalui contoh-contoh lagu kreasi berdasarkan tema, desain langkah-langkah sampai dengan proses implementasi lagu ciptaan dan langkah-langkah (sintak) pembelajaran dalam melaksanakan praktek mengajar. Sedangkan penilaian produk dilakukan dengan melihat produk yang dihasilkan, yaitu kumpulan lagu-lagu yang berhasil diciptakan oleh guru-guru dan desain langkah-langkah (sintak) pembelajaran, dan keterampilan guru dalam mendemontrasikan pembelajaran dengan lagu yang telah diciptakan sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan.
19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Kegiatan P2M 4.1.1 Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Guru-Guru Bahasa Inggris di Sekolah Dasar dalam Membuat Pembelajaran Lebih Variatif dan Inovatif Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru-guru bahasa Inggris di sekolah dasar dalam membuat pembelajaran lebih variatif dan inovatif, mereka diberikan informasi terkait dengan konsep-konsep di bawah ini: 1) Hakikat Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Anak-Anak di Sekolah Dasar 2) Hakikat Inovasi Pembelajaran 3) Strategi-Strategi Pembelajaran Inovatif untuk Anak-Anak 4) Strategi Pembelajaran dengan Lagu 5) Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran Lagu 6) Contoh Pembelajaran dengan Lagu Kreasi Khusus 7) Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Lagu Kreasi Khusus Dalam penyemaian informasi yang terdiri dari tujuh komponen di atas, para guru diberikan materi pelatihan yang komprehensif tentang hakikat pembelajaran bahasa Inggris untuk anak-anak yang berbeda dengan pembelajaran untuk orang dewasa. Kesuksesan pembelajaran untuk anak-anak sangat tergantung dari bagaimana guru
mengkemas
pembelajaran
dengan
memperhatikan
aspek-aspek,
seperti
perkembangan intelektual anak-anak, perhatian anak-anak yang terbatas, memberikan input yang bervariasi, memperhatikan faktor afektif yang menyebabkan anak-anak termotivasi belajar, dan memperkenalkan bahasa yang otentik dan bermakna. Terkait dengan hakikat inovasi pembelajaran, para guru diberikan informasi hakikat inovasi pembelajaran, dan mengapa perlu melakukan inovasi pembelajaran. Guru juga diperkenalkan dengan konsep pembelajaran yang berkualitas, yaitu pembelajaran yang berorientasi PAKEM (produktif, aktif, kreatif, efektif dan efisien, dan menyenangkan) yang lebih memusatkan pada aktivitas siswa (student centered). Pembelajaran yang berpusat pada siswa yang berorientasi PAKEM tersebut terkait
20
dengan pembelajaran berbasis CTL (Contextual Teaching and Learning) yang diperkenalkan oleh Johnson (2005). Sehubungan
dengan
penyemaian
informasi
tentang
Strategi-Strategi
Pembelajaran inovatif untuk anak-anak, para guru diberikan beberapa contoh strategi pembelajaran inovatif yang bisa digunakan untuk mengajar bahasa Inggris untuk anakanak yang terkait dengan pembalajaran keterampilan bahasa (language skills) yang terdiri dari strategi mengajar mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Secara mengkhusus penyemain informasi difokuskan pada strategi pembelajaran dengan lagu. Para guru diberikan konsep hakikat lagu, manfaat penggunaan lagu, jenisjenis lagu yang dapat digunakan untuk mengajar bahasa Inggris untuk anak-anak, seperti syair anak-anak, lagu anak-anak, lagu pop kontemporer, dan lagu-lagu kreasi khusus. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian contoh-contoh lagu kreasi khusus yang merupakan ciptaan dari narasumber (Ratminingsih, 2010) serta langkah-langkah dan model lembar kerja yang diberikan kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Semua informasi yang didapatkan para guru digunakan sebagai acuan untuk mengkreasi lagu dan menentukan langkah-langkah pembelajaran. (lihat lampiran 3: materi pelatihan).
4.1.2 Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Guru-Guru Bahasa Inggris dalam Membuat Lagu Sesuai dengan Tema yang Diajarkan (Scripted Songs). Setelah diberikan materi yang dijadikan acuan dalam mengkreasi lagu, dan diberikan contoh-contoh lagu kreasi khusus oleh narasumber, para guru yang berjumlah 25 orang dikelompokkan menjadi 5 kelompok, dan masing-masing kelompok diberikan tugas untuk membuat lagu kreasi sesuai dengan tema dan kelas serta semester yang diajar di sekolah dasar. Waktu yang disediakan untuk membuat lagu adalah 1 jam (60 menit). Dalam proses membuat lagu, guru dapat mengkonstruksi lirik terlebih dahulu, kemudian menentukan nada dan irama yang sesuai atau sebaliknya. Setiap kelompok kemudian mengkonstruksi lagu bahasa Inggris menggunakan nada atau irama dari lagulagu bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia yang sudah dikenal di kalangan anakanak, seperti lagu Pelangi-Pelangi, Naik-Naik ke Puncak Gunung, Topi Saya Bundar,
21
Are You Sleeping, dan Lihat Kebunku. Masing-masing kelompok tersebut membuat lirik lagu baru menggunakan bahasa Inggris yang disesuaikan dengan tema yang telah ditentukan sebelumnya. Misalnya, lagu Lihat Kebunku dipilih oleh kelompok 1 untuk mengajarkan tema Animals, maka lagu yang diciptakan adalah sebagai berikut: Chiken, cow, and pig Those are pet animals Lion, snake, and tiger Those are wild animals Dolphin, shark, and fish Those are sea animals You know all of them All kinds of animals (Contoh lagu-lagu kreasi lainnya yang diciptakan oleh guru-guru dalam kelompok dapat dilihat pada lampiran 4).
4.1.3 Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Guru-Guru Bahasa Inggris dalam Membuat Langkah-Langkah (Sintak) Pembelajaran melalui Lagu. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru-guru bahasa Inggris dalam membuat langkah-langkah (sintak) pembelajaran melalui lagu, guru diberikan beberapa contoh langkah-langkah pembelajaran yang bisa dikembangkan berdasarkan lagu yang diberikan dan/atau penekanan pada keterampilan bahasa dan aspek kebahasaan. Bila guru ingin menekankan pembelajaran pada keterampilan berbicara setelah siswa mendengarkan lagu, maka langkah pembelajaran akan memfokuskan kegiatan-kegiatan yang mengacu pada keterampilan tersebut (lampiran 3). Setelah diberikan contoh langkah-langkah pembelajaran, masing-masing kelompok merancang langkah-langkah pembelajaran sendiri sesuai dengan lagu kreasi yang sudah diciptakan. Sebagai contoh, guru-guru dalam kelompok 1 yang mengajarkan tema Animals di kelas 4 semester 2 (sesuai dengan contoh lagu Lihat Kebunku pada sub judul sebelumnya) menghasilkan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut. 1. Guru memperkenalkan lagu tentang Animals 2. Guru mengulang lagu dan meyuruh siswa ikut bernyanyi
22
3. Guru menyuruh siswa untuk mengelompokkan nama binatang ke dalam jenis binatang: peliharaan, liar, dan laut. 4. Guru memberikan lembar kerja pada siswa (Contoh langkah-langkah pembelajaran lainnya yang didisain oleh guru-guru dalam kelompok dapat dilihat pada lampiran 4).
4.1.4 Peningkatan
Keterampilan
Melaksanakan Pembelajaran
Guru-Guru
Bahasa
Inggris
dalam
melalui Lagu-Lagu Kreasi Sesuai dengan
Langkah-Langkah (Sintak) Pembelajaran yang Telah Disusun. Setelah setiap kelompok selesai mengkonstruksi lagu serta merancang langkahlangkah pembelajaran, perwakilan dari masing-masing kelompok kemudian diminta untuk melakukan performansi dengan mempraktekkan cara mengajarkan bahasa Inggris menggunakan lagu kreasi sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Dalam prakteknya, guru yang ditunjuk akan berperan sebagai guru bahasa Inggris, sedangkan guru-guru lain berperan sebagai siswa. Guru yang ditunjuk selanjutnya memberikan instruksi, sedangkan guru-guru lain melakukan kegiatan yang diinstruksikan. Pada akhir setiap performansi guru dalam praktek mengajar, tidak lupa narasumber memberikan kesempatan kepada guru-guru melakukan sesi tanya jawab untuk memberikan masukan dan komentar mengenai performansi, lagu, dan langkahlangkah yang digunakan. Narasumber dan fasilitator juga memberikan masukan terkait dengan performansi guru dalam praktek mengajar bahasa Inggris menggunakan lagu-lagu kreasi khusus. Masukan yang diberikan berupa pemanfaatan bahasa Inggris sebagai medium pembelajaran, komentar terhadap lagu ciptaan, dan pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran.
Baik guru yang melakukan performansi praktek mengajar dengan lagu dan yang berperan sebagai murid melakukan kegiatan dengan penuh semangat, antusias, senang, dan gembira. Hanya saja, dari 5 guru yang melakukan performansi praktek mengajar bahasa Inggris, 4 di antaranya adalah guru-guru yang berlatang belakang pendidikan bahasa Inggris dan hanya 1 yang tidak berlatang belakang pendidikan bahasa Inggris.
23
Temuan menarik lainnya dari P2M ini adalah bahwa dari 25 guru yang menjadi peserta dalam P2M ini hanya 6 orang (24%) yang memiliki latar belakang kependidikan bahasa Inggris, sedangkan 19 orang lainnya (76%) tidak memiliki latar belakang kependidikan bahasa Inggris. Berdasarakan fakta ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar masih perlu ditingkatkan utamanya dilihat penyiapan SDM (tenaga pengajar) yang berkualitas.
4.2 Pembahasan 4.2.1 Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan P2M ini diselenggarakan di SD No. 2 Wanagiri, Kecamatan Sukasada. Penentuan tempat pelaksanaan kegiatan dilakukan setelah berkoordinasi dengan Kepala UPP Kecamatan Sukasada bersama dengan para Pengawas Sekolah Dasar dalam suatu rapat, yang diselenggarakan pada hari Jumat, tanggal 3 Agustus 2012. Dari hasil keputusan rapat, maka ditentukan tempat dan tanggal kegiatan, yaitu di SD No. 2 Wanagiri, pada hari Rabu tanggal 15 Agustus 2012. Pelaksana selanjutnya mempersiapkan pembuatan surat undangan dan penyebaran surat kepada semua pihak terkait dengan kegiatan ini, seperti undangan kepada Ketua LPM Undiskha untuk memberikan sambutan dan sekaligus membuka dan memonitor kegiatan, Kepala UPP Kecamatan Sukasada untuk memberikan sambutan, Pengawas Sekolah untuk mengawasi jalannya kegiatan, Kepala Sekolah di Kecamatan Suksada yang berjumlah 25 orang untuk mengirimkan satu guru bahasa Inggris untuk berpartisipasi dalam kegiatan (daftar nama peserta dan asal sekolah terlampir). Pada hari yang telah ditetapkan, yaitu Rabu tanggal 15 Agustus 2012, acara dimulai sesuai dengan jadwal kegiatan, yaitu registrasi peserta pada pukul 08.00 wita, kemudian dilanjutkan dengan pembukaan, yang diawali dengan doa, menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala UPP Kecamatan Sukasada, I Putu Sukradati, S.Pd. yang menegaskan bahwa kegiatan ini sangat disambut baik dan sangat berguna bagi peningkatan kualitas pembelajaran yang dilaksanakn oleh guru-guru bahasa Inggris di Sekolah Dasar di Kecamatan Suksasada. Pada akhir pidato sambutannya beliau berharap agar kegiatan seperti ini terus dilanjutkan dan Undiksha terus bekerjasama dengan Kecamatan Sukasada dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Sambutan berikutnya diberikan oleh
24
sekreatris LPM Undiksha, yaitu Drs. I Wayan Mudana, M.Pd., yang mewakili Ketua LPM yang berhalangan hadir. Dalam sambutannya, beliau memberikan apresiasi yang tinggi terhadap pelaksanaan kegiatan yang dipersiapkan secara matang dan serius yang dapat dilihat dari penyiapan tempat, susunan acara kegiatan, dan signifikansi kegiatan yang dilakukan untuk membantu para guru dalam memvariasikan strategi pembelajaran inovatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Kegiatan inti dimulai dari jam 09.00-13.30 wita yang dimulai dengan penyemaian informasi yang diberikan oleh narasumber (Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A.) yang meliputi : (1) Hakikat Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Anak-Anak di Sekolah Dasar, (2) Hakikat Inovasi Pembelajaran, (3) Strategi-Strategi Pembelajaran Inovatif untuk Anak-Anak (4) Strategi Pembelajaran dengan Lagu, (5) Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran Lagu, (6) Contoh Pembelajaran dengan Lagu Kreasi Khusus, (7) Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Lagu Kreasi Khusus. Dalam presentasinya, narasumber memberikan berbagai macam ulasan mengenai informasi yang telah disebutkan di atas yang
sungguh bermanfaat bagi para peserta dalam usaha
meningkatkan mutu pembelajaran bahasa Inggris. Di samping itu, narasumber juga memberikan ulasan mengenai inovasi pembelajaran dengan mengajarkan kompetensi berkomunikasi lisan yang menitikberatkan pada pembelajaran mendengarkan (listening) dan berbicara (speaking), dalam hal ini kaitannya dengan pembuatan lagu kreasi khusus untuk pengajaran bahasa Inggris. Dalam presentasinya, narasumber juga memberikan contoh lagu-lagu hasil kreasi sendiri kepada para peserta. Lagu-lagu model yang diberikan tersebut dapat menginspirasi para peserta ketika membuat lagu kreasinya sendiri pada kegiatan berikutnya. Selanjutnya, narasumber juga memberikan contoh langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan lagu-lagu yang diciptakan. Langkahlangkah pembelajaran yang didisain juga mempertimbangkan fokus pembelajaran, yaitu keterampilan bahasa (language skills) dan/atau aspek kebahasaan (language aspects). Pada akhir presentaasi, narasumber membuka sesi tanya jawab bagi para peserta yang ingin mendapatkan informasi tambahan mengenai ulasan yang telah disampaikan. Pada kegiatan berikutnya, guru yang telah diberikan pengarahan tentang langkah-langkah membuat lagu kreasi diajak untuk melakukan praktek membuat lagulagu kreasi khusus sendiri. Guru yang berjumlah 25 orang dibagi menjadi 5 kelompok. Setiap kelompok tersebut ditugaskan untuk membuat lagu kreasi sendiri berdasarkan
25
nada atau irama pada lagu bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia sesuai dengan tema, kelas dan semester, sekaligus membuat langkah-langkah pembelajaran. Setiap guru di masing-masing kelompok berperan aktif baik itu dalam memilih lirik lagu, menetapkan nada, maupun merancang langkah-langkah pembelajaran. Narasumber maupun fasilitator juga ikut andil dalam membimbing kelompok bekerja sama dan bilamana mereka mengalami kesulitan dalam menciptakan lagu maupun dalam merancang langkah-langkah pembelajaran. Mahasiswa-mahasiswi pendamping pun ikut serta membantu para peserta, seperti memberikan masukan mengenai pemilihan kata dalam pembuatan lagu kreasi. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan performansi dari setiap kelompok. Masing-masing kelompok menunjuk salah satu wakil untuk melakukan praktek mengajar di depan kelas. Guru yang ditunjuk berperan sebagai pengajar, sedangkan guru-guru yang lain berperan sebagai peserta didik. Guru yang ditunjuk selanjutnya melakukan praktek sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang sudah dirancang, dimulai dari mengucapkan salam, memperkenalkan lagu hingga memberikan instruksi untuk menyanyikan lagu kreasi bagi para peserta. Secara umum semua guru (4 orang berlatar belakang bahasa Inggris dan 1 orang tidak berlatar belakang bahasa Inggris), yang melakukan performansi praktek melaksanakan pembelajaran dengan lagu sudah melakukan performansi dengan cukup baik. Lagu yang diciptakan juga sudah menarik dan inovatif. Namun demikian, hasil observasi menunjukkan bahwa guru-guru baik yang berlatar belakang bahasa Inggris dan yang tidak berlatar belakang bahasa Inggris masih banyak melakukan kesalahan dilihat dari segi penggunaan bahasa Inggris maupun dari interaksi dengan peserta. Temua menarik lainnya, 2 guru yang berlatar belakang pendidikan bahasa Inggris terlihat masih kurang percaya diri saat melaksanakan performansi mengajar. Kedua guru tersebut masih terlihat gugup dan sesekali melakukan salah pelafalan bahasa Inggris. Setelah semua wakil kelompok melakukan performansi, narasumber memberikan saran dan masukan mengenai keseluruhan performansi. Saran dan komentar yang bersifat membangun ini tentu menjadi motivasi bagi para peserta dalam praktek mengajar yang sesungguhnya. Tidak lupa narasumber juga memberikan kesempatan bagi para peserta yang ingin bertanya atau menceritakan permasalahan-permasalahan yang dihadapi ketika mengajar bahasa Inggris di kelas. Narasumber pun berbagi tentang pengalamannya dalam mengajar
26
bahasa Inggris serta memberikan solusi bagi permasalahan-permsalahan yang diutarakan oleh para peserta. Penutupan dilakukan pada pukul 13.30 wita yang dipandu oleh pembawa acara dengan memberikan laporan yang menyatakan bahwa kegiatan P2M tersebut berjalan dengan lancar. Acara penutupan itu dilanjutkan dengan ucapan terimakasih oleh UPP Kecamatan Sukasada, Drs. I Wayan Pendet kepada seluruh pihak penyelenggara kegiatan dan peserta P2M di Wanagiri terutama bagi narasumber yang telah bersedia memberikan materi yang sangat bermanfaat bagi para peserta. Di samping itu beliau juga berharap agar apa yang telah diberikan oleh narasumber dapat diimplementasikan di sekolah ketika menyelenggarakan pembelajaran kepada anak-anak.
4.2.2 Teori dan Praktek Pembelajaran Penyemaian informasi tentang konsep-konsep pembelajaran bahasa Inggris untuk anak-anak (TEYL), inovasi pembelajaran, strategi pembelajaran inovatif, strategi pembelajaran dengan lagu, jenis-jenis lagu sangat penting diberikan kepada para guru untuk memberikan dasar (grounding) yang kuat bahwa hakikat pembelajaran untuk anak-anak berbeda dengan pembelajaran untuk orang dewasa. Oleh karena itu guru harus mempertimbangkan karakteristik peserta didik yang tergolong anak-anak ketika melaksanakan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pandangan Brown (2001) bahwa pembelajaran bahasa Inggris untuk anak-anak dapat berhasil dengan baik bila guru mempertimbangkan 5 hal mendasar, yaitu (1) Intellectual Development, (2) Attention Span, (3) Sensory Input, (4) Affective Factors, dan (5) Authentic, Meaningful Language. Intellectual development pada diri peserta didik harus menjadi pertimbangan utama. Dalam hal ini Brown (2001) menegaskan bahwa anak-anak sebelum usia 11 tahun, mereka ada pada fase concrete operation (mengutip Piaget), sehingga pembelajaran tidak memberikan konsep-konsep abstrak. Dalam hubungannnya dengan attention span, ditegaskan bahwa anak-anak memiliki perhatian yang sangat singkat, oleh karena itu guru harus mencari strategi-strategi pembelajaran yang jitu untuk mempertahankan dan meningkatkan perhatian mereka. Strategi yang paling tepat bagi anak-anak adalah dengan menghadirkan permainan dan lagu. Sensory Input berkaitan dengan upayaupaya guru dalam pembelajaran yang memberikan masukan beragam bagi anak-anak
27
melalui kelima indranya. Hal ini terkait dengan konsep multiple inteligence, yaitu anakanak hendaknya dikembangkan berbagai kecakapannya melalui berbagai variasi pembelajaran. Dalam hal ini Paul (2003) menegaskan bahwa guru hendaknya dapat membangun kekuatan-kekuatan pada setiap anak, oleh karena ada anak tertentu paling bagus belajar dengan menggambar atau bermain, sedangkan anak yang lain paling sesuai belajar dengan mendengarkan atau menyanyikan lagu. Dengan konsep multiple intelligence ini, maka guru diharapkan untuk lebih memvariasikan pembelajaran, karena siswa yang diajar memiliki intelegensi yang berbeda-beda. Affective factors menyangkut sikap anak-anak dalam pembelajaran. Agar mereka memiliki sikap yang positif, maka menjadi tugas guru untuk mengupayakan berbagai strategi pembelajaran yang bervariasi yang mampu mengajak anak-anak belajar. Cara-cara yang dapat ditempuh oleh guru adalah melalui kegiatan-kegiatan yang dapat melibatkan mereka belajar sambil bermain (learning while playing). Yang paling penting adalah pengenalan bahasa yang otentik dan bermakna. Bahasa yang dipelajari hendaknya bahasa yang digunakan sehari-hari yang memiliki makna bagi anak-anak di kemudian hari dalam kehidupannya (life skills). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru sebagai sumber pembelajaran bahasa Inggris hendaknya dapat memberikan model kebahasaan bahasa target yang benar dan tepat. Pemberian model yang tepat dengan menggunakan berbagai strategi pembelajaran inovatif dapat mengembangkan intelegensi jamak anak-anak secara maksimal. Strategi pembelajaran yang dilatihkan dalam P2M ini adalah strategi pembelajaran dengan lagu kreasi khusus (scripted songs), yang merupakan salah satu jenis lagu yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Lagu kreasi khusus memiliki kekuatan, yaitu guru dapat menyesuaikan lagu dengan tema yang diajarkan. Konsep pembelajaran ini memandang lagu bukan hanya sebagai alat pemecah kekakuan (ice breakers) atau pengisi waktu senggang (time filler), tetapi lebih kepada pemanfaatan lagu dalam pembelajaran inti, yang kaya dengan pengenalan keterampilan berbahasa dan aspek kebahasaan. Di samping itu, melalui pemanfaatan lagu anak-anak akan merasa senang, lebih berani mengambil resiko, membuat kesalahan tanpa harus merasa gagal, dan meningkatkan motivasi belajarnya. Setelah pemodelan yang diberikan oleh narasumber, yaitu melalui pemberian contoh-contoh lagu kreasi dan langkah-langkah pembelajaran, para guru yang menjadi
28
peserta kemudian diarahkan melalui kerja kelompok untuk membuat lagu kreasi berbasis tema dan menentukan langkah-langkah pembelajaran. Konsep learning by doing diterapkan dalam fase ini. Jadi, guru-guru bukan hanya mendengarkan dan bertanya jawab tentang teori-teori pembelajaran untuk anak-anak, tetapi yang lebih penting
adalah
praktek
mempersiapkan
dan
melaksanakan
pembelajaran.
Mempersiapkan pembelajaran berupa diskusi kelompok menciptakan lagu dan langkah pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran melalui performansi perwakilan dari masing-masing kelompok. Setelah performansi, semua peserta saling memberikan masukan dan komentar untuk menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran.
29
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Hal-hal yang dapat disimpulkan dari kegiatan P2M ini adalah sebagai berikut: 1) Penyemaian informasi tentang pembelajaran bahasa Inggris untuk anak-anak yang meliputi: (1) Hakikat Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Anak-Anak di Sekolah Dasar, (2) Hakikat Inovasi Pembelajaran, (3) Strategi-Strategi Pembelajaran Inovatif untuk Anak-Anak (4) Strategi Pembelajaran dengan Lagu, (5) Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran Lagu, (6) Contoh Pembelajaran dengan Lagu Kreasi Khusus, (7) Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Lagu Kreasi Khusus, sangat penting diberikan bagi para guru bahasa Inggris baik yang berlatar belakang pendidikan bahasa Inggris, dan terlebih lagi yang tidak berlatar belakang bahasa Inggris untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. 2) Inovasi pembelajaran baik dalam materi pembelajaran dan strategi pembelajaran perlu dilakukan untuk membuat pembelajaran lebih bermakna dan relevan dengan tujuan pembelajaran, yaitu untuk membimbing siswa agar bisa berkomunikasi dalam bahasa yang dipelajari, yang dapat memberikan kecapakan hidup (life skill). 3) Beragam strategi pembelajaran dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan mengajar keterampilan berbahasa yaitu, mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis yang mengintegerasikan aspek kebahasaan seperti bunyi-bunyi bahasa, kosa kata, gramatika, pelafalan, intonasi, dan ejaan. 4) Praktek
mengkreasi
lagu
khusus
dan
pengembangan
langkah-langkah
pembelajaran merupakan pengalaman yang sangat bernilai dan bermanfaat bagi guru untuk belajar mengembangkan materi dan strategi pembelajaran yang relevan dengan tema yang diajarkan. 5) Praktek mengajar menggunakan lagu kreasi khusus dan langkah-langkah pembelajaran yang telah didisain memberikan pengalaman baru dalam memvariasikan pembelajaran.
5.2 Saran
30
Hal-hal yang dapat disarankan sesuai dengan simpulan di atas adalah sebagai berikut: 1) Penyemaian informasi tentang pembelajaran bahasa Inggris untuk anak-anak khususnya terkait dengan inovasi pembelajaran hendaknya secara terus-menerus diupayakan
oleh
pihak-pihak
terkait
untuk
meningkatkan
kompetensi
profesional guru dalam melaksanakan pembelajaran. 2) Guru hendaknya mampu melakukan inovasi pembelajaran, yaitu melalui usahausaha mengimplementasikan informasi yang di dapat terkait dengan berbagai strategi pembelajaran dalam mengajar bahasa Inggris. 3) Strategi-strategi pembelajaran yang bervariasi hendaknya digunakan sesuai dengan keterampilan bahasa yang diajarkan dan aspek-aspek kebahasaan. 4) Guru hendaknya dapat berlatih mengkreasi lagu-lagu khusus berbasis tema dan mendisain langkah-langkah pembelajaran yang sesuai secara berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. 5) Guru hendaknya dapat mengimplementasikan lagu-lagu kreasi khusus serta langkah-langkah pembelajaran yang didisain dalam proses belajar mengajar. 6) Bagi guru-guru yang tidak berlatarbelakang pendidikan bahasa Inggris disarankan agar secara terus-menerus meningkatkan kualitas bahasa Inggrisnya agar dapat menjadi model bahasa target yang baik bagi peserta didiknya.
DAFTAR PUSTAKA Brewster, Jean, Gail Ellis, dan Denis Girard. 2007. The Primary English Teacher’s Guide. Essex, England: Pearson Education Limited. Brown, H. Douglas. 2001. Teaching by Principles. An Interactive Approach to Language Pedagogy. New York: Addison Wesley Longman, Inc. BSNP. 2006. Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP. Griffee, Dale T. 1992. Songs in Action. New Jersey: Prentice-Hall International (UK) Ltd. Harmer, Jeremy. 2007a. How to Teach English. Essex: Pearson Education Limited. -------. 2007b. The Practice of English Language Teaching. Essex: Pearson Education Limited.
31
McKay, Penny. 2007. Assessing Young Language Learners. Cambridge: Cambridge University Press. Mol,
Hans. 2012. “Using Song in the Classroom”. Tersedia pada http://www.hltmag.co.uk/ apr09/ less01.htm (diakses tanggal 18 Februari 2012).
Moon, Jayne. 2000. Children Learning English. Oxford: Macmillan Publishers Limited. Murphey, Tim. 1993. Music and Song. Oxford: Oxford University Press. Paul, David. 2003. Teaching English to Children in Asia. Hong Kong: Pearson Education Asia Ltd. Ratminingsih, Ni Made. 2010. Pengaruh Teknik Pembelajaran dan Tipe Kepribadian terhadap Keterampilan Mendengarkan Bahasa Inggris: Studi Eksperimen pada Siswa SD LAB Undiskha Singaraja. Disertasi Doktor (tidak diterbitkan). PPS Universitas Negeri Jakarta. Scott, Wendy A. and Lisbeth H. Ytreberg. 2000. Teaching English to Children, New York: Longman Group UK Ltd. Schoepp, Kevin. 2008. “Reasons for Using Songs in the ESL/EFL Classroom”. Terserdia pada http://iteslj.org/ Articles/Schoepp-Songs.html. (diakses tanggal 17 Oktober 2008). Shtakser, Inna. 2012. ”Using Music and Songs in the Foreign Language Classroom”. Tersedia pada http://www.laits.utexas.edu/hebrew/music/music.html (diakses tanggal 18 Februari 2012). Ward, Sheila. 1985. “Using Songs”. Dalam Alan Matthews, Mary Spratt dan Lee Dangerfield At the Chalkface: Practical Techniques in Language Teaching. London: Edward
32
Lampiran 1: Peta Lokasi Kegiatan
Peta Lokasi P2M
1
Lampiran 2 : Foto-Foto Kegiatan
Sambutan Kepala UPP Kecamatan Sukasada
Registrasi Peserta
Sambutan Sekretaris LPM Undiksha
Pejabat Terkait
Panitia P2M 2012
2
Prenyemaian Informasi Oleh Narasumber
Diskusi Kelompok 1
Diskusi Kelompok 2
Diskusi Kelompok 3
Praktek Mengajar 1
Praktek Mengajar 2
3
Praktek Mengajar 3
Praktek Mengajar 4
4
Lampiran 3: Materi Pelatihan MATERI PELATIHAN PEMANFAATAN LAGU-LAGU KREASI KHUSUS (SCRIPTED SONGS) DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS BERBASIS TEMA DI SEKOLAH DASAR Oleh Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A. I. PENDAHULUAN Pembelajaran bahasa Inggris untuk anak-anak yang disebut English for Young Learners (TEYL) sedang berkembang di berbagai belahan dunia, terutama di negaranegara berkembang termasuk Indonesia. Kebijakan ini dimulai di Indonesia sejak diberlakukannya Kurikulum 1994, dan sampai saat ini terus semakin perlu ditingkatkan pelaksanaannya. Hal ini terkait dengan usaha pemerintah untuk menyiapkan para pebelajar yang handal dan berkualitas, yang nantinya mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional. Bagi masyarakat Bali, pembelajaran bahasa Inggris yang diperkenalkan sejak dini sangat signifikan, karena Bali sebagai salah satu daerah tujuan pariwisata internasional menghendaki masyarakatnya untuk memiliki keterampilan berbahasa Inggris yang memadai khususnya pemanfaatan bahasa lisan, agar dapat berkomunikasi dengan wisatawan asing. Di samping itu, masyarakat Bali sangat sadar bahwa dengan kemampuan berbahasa Inggris aktif akan membawa dampak positif dalam kehidupan (life skills), oleh karena banyak lowongan pekerjaan utamanya dalam bisnis pariwisata serta pekerjaan lain yang menyaratkan kemampuan berbahasa Inggris. Sebagai upaya untuk mencapai tujuan tersebut, bahasa Inggris menjadi mata pelajaran muatan lokal yang wajib diajarkan di sekolah dasar. Pengenalan bahasa Inggris sejak awal didasari oleh suatu konsep pedagogis bahwa semakin dini usia seseorang diperkenalkan dengan bahasa target, semakin cepat dan semakin bagus penguasaan dan pemerolehan anak terhadap bahasa yang dipelajari (Harmer, 2007b). Secara hakiki, pembelajaran untuk anak-anak berbeda dengan pembelajaran untuk orang dewasa. Pebelajar anak-anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan kelompok lain. Beberapa karakteristik mendasar dari anak-anak adalah mereka senang bermain dan memiliki konsentrasi yang singkat. Dengan krakteristik tersebut, guru bahasa Inggris di sekolah dasar semestinya menggunakan strategi atau teknik mengajar 5
yang berbeda dengan para pebelajar bahasa lainnya. Terkait dengan hal ini, Brown (2001) menegaskan bahwa terdapat lima kategori yang harus diperhatikan guru dalam merancang pembelajaran bahasa Inggris yang sukses bagi anak-anak, yaitu (1) Intellectual Development, (2) Attention Span, (3) Sensory Input, (4) Affective Factors, dan (5) Authentic, Meaningful Language. Terkait dengan intellectual development, dijelaskan bahwa anak-anak sampai pada usia 11 tahun masih dalam fase pertumbuhan intelektual yang dinamakan oleh Piaget “concrete operation”. Dengan keterbatasan ini, segala
bentuk
pembelajaran
berupa
aturan-aturan,
penjelasan-penjelasan,
dan
pembahasan kebahasaan yang bersifat abstrak hendaknya dilaksanakan dengan sangat hati-hati. Dari dimensi attention span, diungkapkan bahwa lama tidaknya anak-anak berkonsentrasi dalam pembelajaran banyak tergantung dari bagaimana pembelajaran itu dikemas oleh guru. Mereka kurang atau tidak akan memperhatikan pelajaran jika materi yang diajarkan membosankan, tidak berguna, dan terlalu sulit. Dengan demikian, tugas guru adalah untuk membuat pembelajaran itu menarik, hidup dan menyenangkan. Salah satu teknik pembelajaran yang dapat membuat anak-anak dapat mempertahankan dan meningkatkan konsentrasinya belajar adalah dengan memasukkan nuansa bermain dalam pembelajaran (learning while playing), yaitu melalui lagu (bernyanyi). Teknik pembelajaran melalui lagu bukan hanya dapat menghadirkan unsur bermain, tetapi yang lebih penting aspek-aspek kebahasaan (kosakata, gramatika, lafal, intonasi, ejaan) dan keterampilan berbahasa (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis) dapat diperkenalkan secara terintegrasi. Pemanfaatan lagu sebagai teknik pembelajaran telah terbukti baik secara teoretis dan emperis sebagai salah satu teknik yang efektif dalam meningkatkan kompetensi bahasa Inggris siswa sekolah dasar. Ward (1985) menyatakan lagu merupakan cara yang bagus untuk mengekspos bahasa otentik. Di samping itu, lagu dapat menghadirkan kenikmatan, dan oleh karenanya guru dapat menghidupkan suasana kelas dengan merangsang ketertarikan siswa. Dalam aktivitas pembelajaran, lagu dapat digunakan untuk memberikan pengulangan yang menarik dari struktur bahasa yang cenderung membosankan, dapat melatih pemberian irama dan tekanan yang benar, dapat mengajarkan kosakata baru, dan dapat digunakan untuk mengajar dalam kelompok maupun dalam latihan perorangan. Brewster, dkk. (2007) menambahkan bahwa banyak anak menyukai lagu (songs), syair (rhymes), dan syair yang diujarkan pendek-pendek
6
(chants) dan naturalitas pengulangan-pengulangan serta irama yang ada di dalamnya menjadikannya alat yang ideal untuk belajar. Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengkreasi dan menggunakan lagu-lagu sesuai dengan tema dalam pembelajaran. Lagu-lagu yang diciptakan khusus untuk kepentingan mengajar dinamakan scripted songs.
II. INOVASI PEMBELAJARAN Inovasi bermakna pembaharuan yang harus dilakukan untuk mengatasi berbagai hambatan atau masalah yang ditemukan dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran. Sanjaya (2010) menegaskan bahwa inovasi adalah sesuatu yang baru dalam situasi sosial tertentu yang digunakan untuk menjawab atau memecehkan permasalahan. Sesuatu yng baru tersebut dapat berupa ide, gagasan, benda atau tindakan. Inovasi mengandung dua makna utama, yaitu discovery dan invention. Dalam discovery, sesuatu yang sudah ada, baru disadari keberadaannya, dan kemudian diupayakan pemanfaatannya kembali secara maksimal. Sedangkan invention bermakna sesuatu yang baru ditemukan kemudian dicobakan untuk memecahkan suatu masalah. Senada dengan Sanjaya, Saud (2010:3) menambahkn bahwa inovasi ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompoknorang (masyarakat), baik itu berupa hasil invensi maupun diskoveri yang diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Sementara, pembelajaran (instruction) adalah suatu proses yang mana berbagai pengetahuan dan keterampilan dikembangkan dalam diri peserta didik yang dilakukan oleh guru (Hawes dan Hawes dalam Kindsvatter dkk., 1996:179). Dengan demikian, dapat
dikatakan
bahwa
pembelajaran
inovatif
adalah
suatu
proses
untuk
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik melalui strategi-strategi pembelajaran yang lebih terkini, yang lebih berpusat pada siswa (student-centered). Pembelajaran yang berkualitas adalah pembelajaran yang bermakna (meaningful learning). Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang berorientasi PAKEM, yaitu pembelajaran yang mengarahkan peserta didik untuk produktif, yaitu
7
memproduksi sesuatu, aktif dalam berpartisipasi dan membangun pengetahuannya, kreatif dalam mencipta atau mendesain sesuatu konsep, efektif dan efisien, yaitu mencapai suatu hasil yang sesuai dengan yang direncanakan dan efisien dalam pemanfaatan
waktu
serta
menyenangkan,
yaitu
pembelajaran
yang
mampu
menghadirkan kesenangan dan memotivasi siswa agar mau belajar dan membelajarkan dirinya. Pembelajaran PAKEM adalah pembelajaran yang berbasis CTL (Contextual Teaching and Learning), yaitu pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa belajar mengembangkan kompetensinya secara powerful, dalam arti bermakna, berbasis nilainilai, integratif, menantang, dan membuat siswa aktif secara mandiri. Kontekstual di sini berarti ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan-pengetahuan yang dikembangkan oleh siswa dengan pengalamannya sendiri, dengan kebutuhan lingkungannya, dan dengan dunia realita dimana siswa membangun pengetahuannya. Menurut Johnson (2005:25), CTL adalah an academic process that aims to help students see meaning in the academic material they are studying by connecting academic subjects with the context of their daily lives, that is with the context of their personal, social, and cultural circumstance. To achieve this aim, the system encompasses the following eight components: making meaningful connections, doing significant work, self-regulated learning, collaborating, critical and creative thinking, nurturing the individual, reaching high standards, using authentic assessment). Dari kutipan di atas, terdapat delapan komponen dalam pembelajaran kontekstual, yaitu (1) membuat keterkaitan yang bermakna, (2) melakukan pekerjaan yang berarti, (3) melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, (4) melakukan kerja sama, (5) berpikir kritis dan kreatif, (6) membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, (7) mencapai standar yang tinggi, dan (8) menggunakan penilaian autentik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal melalui belajar secara mandiri dan bekerjasama dengan orang lain yang menghubungkan
antara
apa
yang
dipelajari
dengan
pengalamannya
serta
lingkungannya, sehingga belajar menjadi bermakna. Berdasarkan Permen No 22 tahun 2006 (BSNP, 2006) tentang standar isi, sesungguhnya pembelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar lebih diarahkan pada
8
pencapaian kompetensi berbahasa lisan sebagaimana yang tersurat dalam tujuan pembelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar seperti dikutip di bawah ini. “Mata Pebelajaran Bahasa Inggris di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 2. Mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan secara terbatas untuk mengiringi tindakan (language accompanying action) dalam konteks sekolah 2. Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global” Agar dapat mencapai tujuan tersebut, yakni mengajarkan kompetensi berkomunikasi lisan, maka guru hendaknya lebih menekankan pada pembelajaran mendengarkan (listening) dan berbicara (speaking). Tentu komponen atau aspek kebahasaan pendukungnya seperti kosakata, gramatika, pelafalan, dan intonasi, juga inklusif diajarkan. Inovasi pembelajaran yang dapat dilakukan guru untuk memvariasikan pembelajaran agar lebih menarik dan dapat mengintegrasikan keterampilan berbahasa lisan, mendengarkan dan berbicara, serta aspek-aspek kebahasaan pendukungnya dapat dilakukan dengan melalui pemanfaatan lagu. Lagu-lagu yang sesuai untuk mengajar bahasa Inggris tidak banyak di pasaran. Terlebih, mencari lagu-lagu yang sesuai dengan tema yang diajarkan tidak gampang. Pemilihan lagu yang tepat juga tidak mudah, karena materi lagu harus disesuikan dengan tema. Jadi, pemanfaatan lagu bukan hanya untuk menyenangkan siswa, tetapi yang lebih utama adalah untuk mengajarkan bahasa. Temuan Ratminingsih (2010) dalam disertasi doktornya menegaskan bahwa teknik pembelajaran lagu memang terbukti efektif meningkatkan keterampilan mendengarkan bahasa Inggris siswa sekolah dasar.
III. STRATEGI-STRATEGI PEMBELAJARAN INOVATIF UNTUK ANAKANAK 3.1 Hakikat Pebelajar Pemula (Anak-Anak) Harmer (2007a) menggolongkan tiga kelompok umur pebelajar, yaitu anak-anak (children), remaja (adolescents), dan dewasa (adults). Anak-anak adalah kelompok pebelajar dengan usia 2 sampai dengan 14 tahun, remaja adalah kelompok pebelajar
9
dengan usia antara 12 sampai dengan 17 tahun, dan dewasa umumnya mereka yang berumur antara 16 tahun ke atas. Khusus untuk istilah anak-anak (children), Harmer menggolongkan dua kelompok usia anak-anak, yaitu young learners adalah mereka yang berumur antara 5 sampai dengan 9 tahun, dan very young learners biasanya antara 2 sampai dengan 5 tahun. McKay (2007: 1) mendefinisikan young language learners sebagai berikut: Young language learners are those who are learning a foreign or second language and who are doing so during the first six or seven years of formal schooling. In the education system of most countries, young learners are children who are in the primary or elementary school. In terms of age, young learners are between the ages of approximately five and twelve. Dalam kutipan tersebut, McKay menegaskan bahwa yang dimaksud dengan pebelajar anak-anak adalah mereka yang belajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing atau bahasa kedua pada enam atau tujuh tahun pertama pembelajaran di sekolah formal dan biasanya diajarkan di sekolah dasar. Dari segi usia, mereka rata-rata berusia antara 5 sampai dengan 12 tahun. Selanjutnya, Harmer (2007a) mengemukakan bahwa karakteristik anak-anak ketika belajar ialah mereka tidak hanya fokus pada apa yang diajarkan, tetapi juga belajar banyak hal pada saat yang bersamaan, seperti mengambil informasi dari sekitarnya. Melihat, mendengar, dan menyentuh sama pentingnya dengan penjelasan guru dalam proses pemahaman. Abstraksi aturan-aturan gramatika kurang efektif bila diajarkan pada anak-anak. Anak-anak biasanya merespon dengan baik pada aktivitasaktivitas yang memfokuskan pada kehidupan dan pengalaman mereka. Namun, perhatian anak-anak, yaitu kemauan untuk tetap memperhatikan satu kegiatan biasanya singkat. Salah satu karakteristik penting anak-anak adalah kemampuannya menjadi pembicara yang kompeten dari sebuah bahasa baru bila disediakan fasilitas yang memadai, dan bila mendapatkan pajanan bahasa yang mencukupi. Harmer (2007b) lebih jauh mengungkapkan bahwa umur merupakan salah satu faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam membuat keputusan terhadap apa yang diajar dan bagaimana mengajar. Orang-orang yang berbeda usia memiliki kebutuhan, kompetensi, keterampilan kognitif yang berbeda. Anak-anak lebih baik memperoleh bahasa asing melalui permainan, sedangkan orang dewasa mungkin lebih baik belajar melalui pemanfaatan pikiran abstrak. Salah satu kepercayaan yang berlaku umum
10
terkait dengan hubungan umur dan belajar bahasa adalah bahwa anak-anak belajar lebih cepat dan lebih efektif dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Scott dan Ytreberg (2000: 1) menegaskan yang dimaksudkan anak-anak adalah mereka yang berumur antara 5 sampai dengan 10 atau 11 tahun. Namun, mereka membagi anak-anak ke dalam dua kelompok besar, yaitu (1) kelompok 5 sampai 7 tahun, dan (2) kelompok 8 sampai 10 tahun. Karakteristik anak-anak pada usia 5 sampai 7 tahun adalah (1) mereka bisa mengatakan apa yang sedang dikerjakan, (2) mereka bisa memberitahu apa yang telah dikerjakan atau didengar, (3) mereka bisa merencanakan aktivitas, (4) mereka bisa berargumentasi, (5) mereka bisa menggunakan alasan logis, (6) mereka bisa menggunakan imajinasi dengan jelas, (7) mereka dapat menggunakan pola intonasi yang bervariasi dalam bahasa ibu, dan (8) mereka bisa memahami interaksi manusia langsung. Sedangkan, karakteristik umum anak-anak umur 8 sampai 10 tahun adalah (1) konsep dasar mereka terbentuk. Mereka memiliki pandangan yang jelas terhadap dunia, (2) mereka bisa membedakan antara fakta dengan fiksi, (3) mereka selalu bertanya, (4) mereka percaya dengan kata-kata lisan dan dunia fisik untuk menyampaikan dan memahami makna, (5) mereka bisa mengambil keputusan terhadap apa yang harus mereka pebelajari, (6) mereka mempunyai pandangan yang jelas terhadap apa yang dia suka dan tidak suka, (7) mereka memahami rasa keadilan yang terjadi di kelas, dan (8) mereka dapat bekerja sama dengan dan belajar dari orang lain. Dari semua uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa sekolah dasar tergolong anak-anak, yang oleh Harmer (2007a) disebut children atau young learners, yang berusia antara 6 tahun s.d. 12 tahun yang belajar di sekolah selama 6 tahun (McKay, 2007), dan oleh Scott dan Ytreberg (2000) dikategorikan pada kelompok kedua. Paul (2003) mengemukakan bahwa dalam teori intelegensi jamak (multiple intelligence), anak-anak memiliki intelegensi yang berbeda-beda. Anak tertentu bisa lebih berintelegensi dalam satu hal, sedangkan anak yang lain lebih berintelegensi dalam hal yang lain. Tugas guru adalah menemukan kekuatan-kekuatan pada setiap anak dan membangun kekuatan-kekuatan tersebut. Paul menambahkan bahwa dalam membangun kekuatan, anak tertentu mungkin paling bagus belajar dengan menggambar atau bermain, sedangkan anak yang lain paling sesuai belajar dengan mendengarkan atau menyanyikan lagu. Dengan konsep multiple intelligence ini, maka guru diharapkan
11
untuk lebih memvariasikan pembelajaran, karena siswa yang diajar memiliki intelegensi yang berbeda-beda. Moon (2000) menjelaskan bahwa anak-anak yang belajar bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau bahasa asing di sekolah telah mempelajari satu bahasa, dan ketika masuk kelas, mereka akan membawa pengalaman dalam bahasa sebelumnya, yang dapat membantunya belajar dan belajar bahasa Inggris. Guru hendaknya bisa memanfaatkan dan membangun kemampuan dan karakteristik ini. Situasi belajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing, anak-anak akan sangat tergantung secara keseluruhan hanya pada lingkungan sekolah sebagai input. Dengan demikian, guru biasanya merupakan satu-satunya sumber yang memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa anak. Di samping itu, anak-anak tidak belajar dengan satu cara, tetapi menggunakan berbagai cara. Mereka hanya bisa menggunakan cara-cara tersebut, jika guru mengembangkan lingkungan belajar yang tepat, yaitu suatu lingkungan belajar yang memberikan cukup pajanan yang memberikan input bermakna, memberikan mereka kebebasan untuk mengambil resiko dan meneliti, membuat mereka mau menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan guru maupun dengan temantemannya, dan mendapatkan umpan balik dari proses belajar. Dari paparan Moon (2000) dan Paul (2003) di atas, dapat disimpulkan bahwa guru merupakan sumber belajar penting dan utama dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau bahasa asing, oleh karena itu guru hendaknya dapat mengembangkan berbagai cara atau teknik yang tepat dalam pembelajaran agar anakanak menyenangi pembelajaran, sehingga dapat membangun kekuatan-kekuatan yang ada pada mereka.
3.2 Strategi-Strategi Pembelajaran Inovatif Ada
berbagai
strategi
pembelajaran
yang
dapat
digunakan
untuk
memaksimalkan anak-anak belajar. Belajar akan bermakna bila anak-anak bisa diajak bermain sambil belajar. Paul (2003) menjelaskan bahwa pembelajaran yang dapat mengintegrasikan bermain (playing), dan bernyanyi (singing) dalam pengalaman belajar anak-anak merupakan strategi yang sangat ampuh (powerful). Paul lebih jauh menyatakan bahwa “games play a central role in a child-centered lesson and make it possible for children to fully immerse themselves in learning.”(Paul, 2003:49).
12
Demikian pula, dikatakan bahwa “songs add a whole dimension to children’s classes, and make it easier for the children to remember words and patterns and natural chunks of language (Paul, 2003:58). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa permainan dan lagu adalah dua strategi pembelajaran yang sangat ampuh untuk mengajar bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau bahasa asing untuk anak-anak. Strategi lain yang dapat digunakan dalam mengajar anak-anak yang terkait dengan pembelajaran keterampilan bahasa (language skills), seperti dictation, stories, TPR (Total Physical Response) untuk mengajar mendengarkan; question and answer, dialogs, the use of classroom language untuk mengajar berbicara; whole-language approach (bahasa harus dipelajari dalam konteks natural) dan phonic approach ( bunyibunyi bahasa diajarkan secara mekanis yang membuat siswa menghafalkan aturanaturan pengucapan, melakukan pengulangan-pengulangan dan membaca serta menulis kalimat yang memiliki makna pribadi bagi siswa) untuk mengajar membaca; dan disappearing prompts, picture prompts, puzzles, crosswords, team writing, Galaxies, dan Extended writing untuk mengajar menulis (Paul, 2003). Lebih lanjut, Scott dan Ytreberg (2000) memberikan contoh-contoh strategi pembelajaran yang diklasifikasikan dalam pembelajaran keterampilan yang dapat dirinci sebagai berikut: A. Untuk pembelajaran mendengarkan, strategi yang dapat digunakan antara lain: (1) listen and do activities, seperti instructions, moving about, put up you hand, mime stories, drawing, (2) listening for information, seperti identifing exercises, listen for the mistake, putting things in order, questionnaire, listen and colour, filling in missing information, (3) listen and repeat activities, seperti rhymes, and songs, (4) listening to stories, seperti telling stories, creating stories, reading stories, (5) independent listening. B. Untuk pembelajaran berbicara, strategi yang dapat digunakan seperti (1) mempresentasikan bahasa baru secara lisan, seperti through the pupils, using mascot, drawings, silhouettes, puppets, (2) controlled practice melalui kegiatan telling the time, what’s he/she doing, (3) guided practice seperti melengkapi dialog (what’s the time), chain work, (4) dialog and role play work, dan (5) free activites. C. Untuk pembelajaran membaca, strategi yang digunakan, yaitu (1) phonic (based on letters and sounds), (2) look and say (based on words and phrases) (3) whole
13
sentence reading (recognition of whole phrases and sentences), (4) language experience (based on the child’e spoken language). D. Untuk pembelajaran menulis, strategi yang dapat digunakan antara lain (1) controlled writing activities, seperti straight copying, matching, organizing and copying, delayed copying, dictation, (2) guided written activities, seperti fill-in activities, dictation, letters/cards/invitations writing, and (3) Free writing activities. Dari dua pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat berbagai strategi pembelajaran inovatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran yang terkait dengan empat keterampilan dasar bahasa, yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis yang dapat meciptakan suasana belajar yang menarik dan menantang untuk para pebelajar anak-anak.
3.3 Strategi Pembelajaran dengan Lagu 3.3.1 Hakikat Lagu Lagu telah menjadi bagian dari kehidupan manusia sejak mereka menyadari kehidupannya. Melalui lagu, manusia bisa mendapatkan kesenangan, hiburan, dan bahkan belajar bahasa. Terkait dengan hal ini, Schoepp mengemukakan bahwa lagu telah menjadi bagian dari pengalaman manusia. Lagu telah menjadi bagian yang integral dari pengalaman berbahasa manusia (Schoepp, 2008). Griffee (1992:3) menyatakan: “Songs refer to pieces of music that have words” . Flattum (2008) menegaskan lagu sebagai suatu kombinasi antara melodi dan lirik yang ditambah dengan harmoni, irama atau bit. Lagu memiliki struktur yang biasanya berupa pengulangan-pengulangan syair dan korus. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa lagu adalah suatu kombinasi musik yang terdiri dari melodi dan lirik atau sebuah komposisi kata dan musik, yang memiliki harmoni, irama, dan bit serta memiliki struktur yang berupa pengulangan-pengulangan syair dan korus, yang bisa diiringi dengan instrumen musik atau tanpa instrumen.
3.3.2 Peranan Teknik Pembelajaran Lagu Para ahli pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing mengakui bahwa lagu mempunyai manfaat yang besar dalam pembelajaran. Shtakser (2012) menyatakan
14
bahwa ada beberapa alasan mengapa musik dan lagu digunakan dalam pembelajaran bahasa asing. Alasan utamanya adalah bahwa musik dan lagu dapat menciptakan atmosfer belajar yang baik dalam kelas. Siswa merasakan lagu sebagai bagian yang menghibur daripada sebuah tugas, sehingga belajar kosakata melalui lagu memberikan kesenangan hati dan menghilangkan kebosanan. Brewster, dkk. (2007) menekankan bahwa lagu merupakan strategi yang ideal untuk belajar bahasa, karena di dalam lagu terdapat pengulangan-pengulangan kosakata dan struktur bahasa serta irama yang dapat meningkatkan ketertarikan mereka dalam belajar. Malley (dikutip oleh Murphey, 1993) mengemukakan dua manfaat utama penggunaan musik dan lagu dalam pembelajaran bahasa, yakni lagu mudah dihafalkan dan sangat memotivasi pebelajar. Sementara, Murphey menambahkan bahwa musik dan lagu lama disimpan dalam ingatan, dan dapat menjadi bagian dari diri kita serta mudah dimanfaatkan di dalam kelas. Secara lebih rinci Murphey (1993: 3) mengemukakan beberapa alasan mengapa guru perlu menggunakan lagu sebagai instrumen pengajaran, sebagai berikut: Song appears to precede and aid the development of language in young children, works on our short and long term memory, may strongly activate the repetition mechanism of the language acquisition device, is more motivating than other texts, relaxing, short, self-contained texts, recordings, and films that is easy to handle in a lesson. Dalam kutipan di atas Murphey menegaskan bahwa lagu mengarahkan dan membantu perkembangan bahasa anak-anak, dapat bekerja pada ingatan jangka pendek dan jangka panjang, mengaktifkan mekanisme pengulangan alat pemerolehan bahasa, lebih memotivasi dibandingkan dengan teks lain, merilekskan, dan biasanya pendek dan mengandung teks yang mudah digunakan dalam pebelajaran. Griffee (1992:4) mengklasifikasikan enam (6) kategori keuntungan penggunaan lagu dan musik dalam kelas bahasa, yaitu (1) Classroom atmosphere, yaitu lagu dan musik digunakan untuk memberikan situasi rileks pada siswa, dan suasana kelas yang menyenangkan, (2) Language input, yaitu lagu dan musik digunakan untuk memberikan pajanan irama bahasa, (3) Cultural input, yaitu lagu dan musik (khususnya musik pop) merupakan refleksi dari pembuatnya pada masa dan tempat tertentu, yang di dalamnya memberikan pengenalan budaya, (4) Text, yaitu lagu digunakan sebagai teks pembelajaran, seperti halnya puisi, cerita pendek, dan novel, (5) Supplement, yaitu lagu
15
digunakan sebagai pelengkap dari buku teks, dan (6) Teaching and Student interest, yaitu lagu dapat digunakan untuk mengajarkan percakapan, kosakata, struktur gramatika, lafal, latihan pola, dan pemantapan ingatan, serta dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi siswa. Sementara, Paul (2003: 58) menegaskan: Songs add a whole dimension to children’s classes, and make it easier for the children to remember words and patterns and natural chunks of language. Songs can add feeling and rhythm to language practice that might otherwise be flat, help children remember things more easily, and draw children more deeply into a lesson. Kutipan di atas mengungkapkan bahwa lagu menambah dimensi keseluruhan kelas dan membuat anak-anak lebih mudah mengingat kata-kata dan pola-pola serta potongan-potongan natural dari bahasa (chunks of language). Lagu dapat menambah rasa dan irama terhadap latihan kebahasaan yang biasanya datar saja, membantu mereka mengingat berbagai hal lebih mudah, dan melibatkan mereka secara lebih mendalam pada pebelajaran. Dari semua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa lagu memiliki berbagai manfaat untuk mengajarkan bahasa secara lebih menyenangkan yang dapat mempermudah siswa mengingat kata, pola bahasa, dan potongan-potongan natural dari bahasa, serta dapat melibatkan perasaan mereka secara lebih mendalam pada pebelajaran. Berbagai manfaat dari lagu secara umum dapat dilihat dari beberapa sumber, yakni linguistik, psikologis/afektif, kognitif, dan sosial.
3.3.3 Jenis-Jenis Teknik Pembelajaran Lagu Brewster, dkk. (2007) mengemukakan beberapa jenis lagu, syair, dan syair yang dilagukan pendek-pendek (songs, rhymes, dan chants) yang mengandung berbagai fitur bahasa dapat digunakan untuk tujuan yang berbeda. Mol (2012) menambahkan bahwa ada beberapa jenis lagu yang dapat digunakan dalam kelas, seperti syair anak-anak, musik pop kontemporer, dan lagu yang khusus ditulis untuk mengajarkan bahasa Inggris. Walaupun lagu jenis terakhir ini kadang dikritik, karena kurang keaslian dan kurang daya tarik musikalitasnya, tetapi diyakini bahwa lagu-lagu tersebut dapat memotivasi, modern, mengandung musik yang bagus, dan memiliki daya tarik khusus bagi pebelajar bahasa.
16
Dalam penelitian Ratminingsih (2010) terdahulu, jenis lagu yang digunakan adalah lagu yang khusus diciptakan (scripted songs) untuk mengajarkan bahasa Inggris di kelas empat yang disesuaikan dengan tema-tema yang muncul pada kurikulum muatan lokal untuk kelas empat SD di Bali. Hasil penelitian membuktikan bahwa lagu dapat meningkatkan keterampilan mendengarkan bahasa Inggris siswa.
3.4 Contoh Pembelajaran dengan Lagu Kreasi Khusus Di bawah ini adalah beberapa contoh lagu kreasi, langkah-langkah pembelajaran dan lembar kerja siswa yang diambil dari penelitian Ratminingsih (2010). Theme: Introduction (Introducing Self Identity) SONG 1: (using the tune of “Cicak di Dinding”) Hello, hello all my friends. My name is Kristiani. Tell me, tell me, what’s your name? It’s nice to meet you.
Langkah-Langkah Pembelajaran: 1. Memperkenalkan ekspresi-ekspresi yang digunakan dalam memperkenalkan diri sendiri, seperti: Hello/Hi My name is ............................ I am ............................. What is your name? It’s nice to meet you 2. Memberikan lembar kerja yang berisi syair-syair lagu (kalimat-kalimat yang diacak) dan menyuruh siswa menyusun sesuai urutan sambil mendengarkan lagu dari guru.
17
3. Memberikan contoh menyanyi yang kedua dan memperhatikan pemahaman siswa terhadap kata, pelafalan, seperti intonasi, dan tekanan kata. 4. Memberikan teks lagu yang lengkap, dan menyuruh siswa mengecek jawaban mereka. 5. Mengulang lagu dan menyuruh siswa ikut bernyanyi bersama. 6. Menyuruh beberapa siswa ke depan kelas bernyanyi dan mengganti syair sesuai dengan namanya. 7. Menyuruh siswa berdialog sederhana dengan menggunakan ekspresi yang dipelajari.
SONG 2: (using the tune of “Tik Tik Bunyi Hujan”) Hi hi hi, my name is Yudi. Y – U – D – I. What is your name? and how do you spell it? Please let me know. I want to be your friend. I live in Singaraja, and where do you live?
Langkah-Langkah Pembelajaran: 1.
Menyuruh siswa bekerja berpasangan mengisi kata-kata yang hilang ketika mendengarkan lagu.
2.
Mengecek jawaban siswa dengan menyuruh menuliskan jawaban pada teks di papan tulis.
3.
Mengulang lagu dan menyuruh siswa ikut bernyanyi bersama beberapa kali sambil memperhatikan pelafalan mereka.
4.
Mengecek pemahaman siswa tentang ekspresi how do you spell your name?, Where do you live? dengan menanyakan pertanyaan tersebut kepada siswa, dan juga tentang isi lagu spt: how does Yudi spell his name? Where does Yudi live? kepada beberapa siswa pertanyaan tersebut.
18
5.
Menyuruh beberapa siswa ke depan kelas memperkenalkan diri sendiri sesuai contoh pada lagu (dengan rincian name, spelling, and address).
Lembar Kerja Siswa SONG 1: (using the tune of “Cicak di Dinding”) Please arrange the verses of the song by putting the number on the left side. (Susunlah syair-syair lagu yang anak-anak dengar dengan jalan memberikan nomor urut pada bagian kiri):
Tell me, tell me, what’s your name? Hello, hello all my friends. It’s nice to meet you. My name is Kristiani. SONG 2: (using the tune of “Tik Tik Bunyi Hujan”) Please fill out the blank space with the appropriate words from the song (Lengkapilah bagian yang kosong dengan kata-kata yang tepat dari lagu): Hi hi hi, my ………………………….. is Yudi. ……….. – ………… – ………….. – ……………. What is …………………. name? and how do you ……………………… it? Please, let me know. I want to be your ………………….. I …………………. in Singaraja, and ………………. ..………… you live?
Theme: Things in the Classroom SONG 3: (using the tune of “Twinkle Twinkle Little Star”) This is a book and that is a pen. This is a table and that is a chair. This is a blackboard and that is a chalk. Book, pen, table, chair are things in the classroom.
19
These are books and those are pens. These are tables and those are chairs. These are blackboards and those are chalks. Books, pens, blackboards, chalks are things in the classroom.
Langkah-Langkah Pembelajaran: 1.
Menyuruh siswa bekerja berpasangan mengisi kata-kata yang hilang ketika mendengarkan lagu.
2.
Bernyanyi bersama-sama siswa sambil memberi penekanan pada penggunaan dan lafal kata This/That is, These/Those pada kata-kata benda singular/plural.
3.
Menyuruh beberapa siswa menyanyikan lagu secara individual ke depan kelas.
4.
Memberikan penekanan pada konsep singular/plural dengan bantuan media di kelas.
5.
Mengecek pemahaman siswa terhadap penggunaan pola This/That is, These/Those are dengan singular/plural nouns melalui contoh kalimat, seperti: This – a pen ( This is a pen) That – a book (That is a book) These – two pens (These are two pens) Those – two books (Those are two pens)
6.
Menyuruh siswa membuat kalimat-kalimat lain dengan pasangan kata yang lain seperti: This – a chair Those – tables That – a calendar These – three rulers, etc.
Lembar Kerja Siswa SONG 3: (using the tune of “Twinkle Twinkle Little Star”)
20
Please fill out the blank space with the appropriate words from the song (Lengkapilah bagian yang kosong dengan kata-kata yang tepat dari lagu): …………
………. a book and …………… …………. a pen.
This is ………………….. and that is ……………………………… This is …………………………. and that is ……………………..... Book, ………….., table, ……………….. are ………………in the classroom. ……………………
…………. books and ………………. …………. pens.
These are ……………………… and those are ………………………… …………………
………….. blackboards and …………………………. chalks.
Books, pens, ………………... and chalks are things in the ………………….
Theme: School 1 (Commands and Prohibitions) SONG 4: (using the tune of “This is the Way We Clean Our Teeth”) This is the way we read the book, Read the book, read the book, This is way we read the book, on a bright and beautiful morning.
This is the way we clean the board, Clean the board, clean the board, This is the way we clean the board, on a bright and beautiful morning.
Additional verses: close / open the book draw a picture take the pen put the bag write the word look at the picture point to the door
21
Langkah-Langkah Pembelajaran: 1. Memperkenalkan lagu 1 sambil mengaktingkan kata kerja. 2. Memasang teks lagu di papan tulis dan memberi contoh menyanyi yang kedua dan memperhatikan pemahaman siswa terhadap pelafalan, seperti intonasi, dan tekanan kata. 3. Mengulang lagu dan menyuruh siswa ikut menyanyi bersama. 4. Memberikan kata-kata kerja yang lain seperti - close / open the book - draw a picture - take the pen - put the bag - write the word - look at the picture - point to the door dan menyuruh siswa mengganti syair dengan kata-kata tersebut ketika menyanyi.
Lembar Kerja Siswa: SONG 4: (using the tune of “This is the Way We Clean Our Teeth”) Sing the song together and act it out while you are listening to it, and listen to the teacher’s commands to change some parts of the song. (Nyanyikanlah lagu bersamasama dan aktingkan sambil menyanyi, dan dengarlah suruhan guru untuk mengganti bagian tertentu dari syair lagu). This is the way we read the book, Read the book, read the book, This is way we read the book, on a bright and beautiful morning.
22
This is the way we clean the board, Clean the board, clean the board, This is the way we clean the board, on a bright and beautiful morning.
SIMPULAN Lagu adalah satu satu strategi pembelajaran yang sangat cocok dan ampuh mengajarkan bahasa Inggris untuk anak-anak. Lagu bukan hanya dapat menghadirkan kesenangan dan perasaan rileks ketika belajar, tetapi juga merupakan konteks yang bagus untuk memperkenalkan bahasa yang kaya dengan komponen kebahasaan. Lafal, intonasi, kosakata, dan gramatika dapat diperkenalkan secara terintegrasi dalam lagu. Lagu-lagu yang sesuai dengan tema yang harus diajarkan belum tentu tersedia di pasaran, sehingga guru-guru yang kreatif dapat menciptakan sendiri lagu-lagu yang hendak digunakan sebagai upaya menginovasi strategi pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA Brewster, Jean, Gail Ellis, dan Denis Girard. 2007. The Primary English Teacher’s Guide. Essex, England: Pearson Education Limited. Brown, H. Douglas. 2001. Teaching by Principles. An Interactive Approach to Language Pedagogy. New York: Addison Wesley Longman, Inc. BSNP. 2006. Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP. Griffee, Dale T. 1992. Songs in Action. New Jersey: Prentice-Hall International (UK) Ltd. Harmer, Jeremy. 2007a. How to Teach English. Essex: Pearson Education Limited. -------. 2007b. The Practice of English Language Teaching. Essex: Pearson Education Limited. Johnson, Elaine B. 2005. Contextual Teaching and Learning: What It is and Why It’s Here to Stay. California: Corwin Press, Inc. Kinvatter, Richard, William Wilen dan Margaret Ishler. 1996. Dynamics of Effective Teachingg New York: Longman Publishers USA. McKay, Penny. 2007. Assessing Young Language Learners. Cambridge: Cambridge University Press.
23
Mol,
Hans. 2012. “Using Song in the Classroom”. Tersedia pada http://www.hltmag.co.uk/ apr09/ less01.htm (diakses tanggal 18 Februari 2012).
Moon, Jayne. 2000. Children Learning English. Oxford: Macmillan Publishers Limited. Murphey, Tim. 1993. Music and Song. Oxford: Oxford University Press. Paul, David. 2003. Teaching English to Children in Asia. Hong Kong: Pearson Education Asia Ltd. Ratminingsih, Ni Made. 2010. Pengaruh Teknik Pembelajaran dan Tipe Kepribadian terhadap Keterampilan Mendengarkan Bahasa Inggris: Studi Eksperimen pada Siswa SD LAB Undiskha Singaraja. Disertasi Doktor (tidak diterbitkan). PPS Universitas Negeri Jakarta. Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Saud, Udin Syaefudin. 2010. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Scott, Wendy A. and Lisbeth H. Ytreberg. 2000. Teaching English to Children, New York: Longman Group UK Ltd. Schoepp, Kevin. 2008. “Reasons for Using Songs in the ESL/EFL Classroom”. Terserdia pada http://iteslj.org/ Articles/Schoepp-Songs.html. (diakses tanggal 17 Oktober 2008). Shtakser, Inna. 2012. ”Using Music and Songs in the Foreign Language Classroom”. Tersedia pada http://www.laits.utexas.edu/hebrew/music/music.html (diakses tanggal 18 Februari 2012). Ward, Sheila. 1985. “Using Songs”. Dalam Alan Matthews, Mary Spratt dan Lee Dangerfield At the Chalkface: Practical Techniques in Language Teaching. London: Edward. Biodata: Ni Made Ratminingsih telah mengajar Bahasa Inggris di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Pendidikan Ganesha (dulu IKIP Singaraja) sejak tahun 1991. Dia menyelesaikan pendidikan S2nya di Deakin University, Australia in 1997 dan program S3 di Program Studi Bahasa Universita Negeri Jakarta tahun 2010. Bidang kajian yang dia fokuskan adalah kependidikan bahasa Inggris yang terkiat dengan Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa Inggris, Media Pembelajaran, dan Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Anak-anak.
24
Lampiran 4: Susunan Panitia
SUSUNAN PANITIA PELATIHAN PEMANFAATAN LAGU-LAGU KREASI KHUSUS (SCRIPTED SONGS) DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS BERBASIS TEMA DI SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG
NO
JABATAN DALAM
KETERANGAN
KEPANITIAAN 1
Penanggung Jawab Kegiatan
Ketua LPM Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
2
Ketua Panitia
Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A.
3
Sekretaris
Dr. I Gede Budasi, M.Ed.
4
Sie Tempat
Kepala Sekolah Dasar No.2 Wanagiri Sukasada
5
Sie Acara/Upacara
Ni Kadek Suartini
6
Sie Konsumsi/MC
Putu Wulandari Tristananda
7
Sie Dokumentasi
I Made Krisna Pranata
8
Sie Sekretariat
Putu Hendra Kusuma
Singaraja, 15 Agustus 2012 Ketua Pelaksana
Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A. NIP. 196609081991022002
Lampiran 5: Susuna Acara SUSUNAN ACARA P2M 25
Pelatihan Pemanfaatan Lagu-Lagu Kreasi Khusus (Scripted Songs) dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tema di Sekolah Dasar di Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Hari/Tanggal: Rabu, 15 Agustus 2012 NO JENIS KEGIATAN
WAKTU
KETERANGAN
1
Registrasi Peserta
08.00-08.30
Panitia
2
Pembukaan
08.30-09.00
Panitia
09.00-09.15
Panitia dan Peserta
09-15-10-15
Dr. Ni Made
1) Menyanyikan Lagu Indonesia Raya 2) Pembacaan Doa 3) Sambutan-Sambutan 1. Kepala UPP Kecamatan Sukasada 2. Ketua LPM Undiksha (Prof. Dr. Ketut Suma, M.S.) 3
Rehat Snack
4
Penyemaian informasi strategi pembelajaran inovatif
5
Penyemaian informasi hakikat dan peranan menggunakan lagu-lagu kreasi
Ratminingsih, M.A.
khusus (scripted songs) 6
Pemberian model berupa contoh-contoh lagu kreasi khusus (scripted songs)
Dr. Ni Made
pembelajaran bahasa Inggris berbasis 10.15-11.00
Ratminingsih, M.A.
tema.
dibantu oleh fasilitator dan
7
Pemberian
petunjuk
praktis
cara
mahasiswa
mengkreasi lagu dan langkah-langkah mengajar dengan menggunakan lagu tersebut.
8
Praktek mengkreasi lagu berbasis tema 11.00-12.00
26
Dr. Ni Made
secara berkelompok
dan mendesain
Ratminingsih, M.A.
langkah-langkah pembelajaran.
Dr. I Gede Budasi, M.Ed.
9
Rehat Makan Siang
12.00-12.30
Panitia
10
Praktek menyelenggarakan pembelajaran 12.30-13.30
Dr. Ni Made
dengan menggunakan lagu kreasi
Ratminingsih, M.A.
tersebut
Dr. I Gede Budasi, M.Ed.
11
Penutupan
13.30-13.40
Panitia
12
Pembagian Uang Transport dan Piagam
13.40 s.d
Panitia
Penghargaan
selesai
Singaraja, 15 Agustus 2012 Ketua Pelaksana
Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A. NIP. 196609081991022002
27